MODUL 2
UPWELLING
Oleh:
Koordinator Praktikum:
Tim Asisten :
DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Modul 2 : Upwelling
No Keterangan Nilai
1 Pendahuluan
2 Tinjauan Pustaka
3 Materi Metode
4 Hasil
5 Pembahasan
6 Penutup
7 Daftar pustaka
Total
Asisten Praktikan
Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah
Arus Laut
II.1 Upwelling
Upwelling diartikan sebagai fenomena pertukaran massa air yang dingin dan berat
serta kaya zat hara dari lapisan yang lebih dalam ke lapisan atas atau menuju permukaan.
Kejadian upwelling pada suatu wilayah dapat diidentifikasi dengan melihat faktor
lingkungan seperti suhu permukaan laut yang lebih rendah dan konsentrasi klorofil-a yang
lebih tinggi dari sekitarnya (Banjarnahor et al., 2020).
Upwelling merupakan proses perpindahan massa air laut secara vertikal ke permukaan
air laut. Angin yang berhembus di atas permukaan air mendorong massa air yang ada di
permukaan sehingga mengakibatkan kekosongan massa air. Oleh karena itu, massa air yang
berada di bawah lapisan permukaan akan mengisi kekosongan tersebut. Gerakan naik ini
membawa serta massa air yang suhunya lebih dingin, salinitas yang lebih tinggi serta nutrient
yang kaya ke permukaan (Purwanti et al., 2017).
by Unknown Author is
ArcGIS 10.3 licensed under Untuk memetakan
wilayah terjadinya
upwelling
3. Download citra pada bulan Maret, April dan Mei dengan mengklik SMI, kemudian
simpan di tempat yang diinginkan.
4. Lakukan langkah-langkah yang sama dengan citra Aqua MODIS Sea Surface
Temperature.
III.2.2 SeaDAS
1. Buka aplikasi Seadas, lalu Pilih file open buka citra chlorofil dan sst yang sudah
diunduh tiap bulan
2. Pada file manager buka file raster, klik dua kali pada setiap raster yang telah diunduh
baik sst maupun klorofil.
3. Pilih synchronize compatible product view dan synchcronize cursor nya pada bagian
kanan bawah aplikasi SeaDAS.
4. Lakukan cropping pada Laut Natuna (sesuai NIM), pada menu Raster, pilih crop,
kemudian pilih OK
5. Buat rectangle pada daerah perairan Laut Natuna (sesuai NIM)
9. Lakukan hal yang sama untuk sst, lalu klik kanan dan pilih geometry lalu ikuti langkah
seperti chlorophyll.
10. Pada menu pilih Raster Reproject. Pada window I/O Parameters uncheck “open in
SeaDAS” kemudian pilih tempat file untuk menyimpan hasil crop yang telah dibuat.
11. Setelah itu, pada Reprojected Parameters, ubah nilai No-data Value menjadi 0 setelah
itu pilih Run. Pastikan projection yang digunakan adalah WGS 84.
4. Lakukan filter untuk pengecekan terhadap nilai NaN, kemudian NaN di-unchecklist
dan Add current selection to filter di-unchecklist.
5. Kemudian menentukan nilai min, max, average, standar deviasi serta nilai a, b dan c.
6. Setelah itu file disimpan dengan file type Excel 97-2003 Workbook. Lakukan hal
yang sama untuk pengolahan data lainnya pada bulan April-Mei.
3. Masukkan rumus syarat upwelling untuk menentukan SST dan Klorofil sangat lemah
hingga sangat kuat
4. Setelah itu ubah nama layer untuk dapat membedakan SST dan Klorofil dari sangat
lemah hingga sangat kuat dengan mengklik dua kali pada nama layer
5. Buka kembali Raster Calculator kemudian untuk mengetahui sebaran Upwelling
masukkan rumus sesuai kriteria Upwelling, CHLOR Sangat Lemah + SST Sangat
Lemah = Upwelling Sangat Lemah
10. layer 2 diberi warna yang berbeda-beda dan nama layer nya diubah berdasar kondisi
Upwelling nya. Kemudian unchecklist semua layer selain layer UPW.
11. Add data indo_provinsi.shp untuk mengetahui wilayah daratan lokasi pemetaan.
Sehingga, setelah semua kriteria dimasukkan akan seperti ini.
4. Insert > Data Frame kemudian pilih indo_provinsi.shp, setelah itu pada properties,
extent indicators, pindahkan layers. Kemudian pilih tab grid untuk menampilkannya
5. Insert > Picture pilih logo UNDIP untuk memasukkan pada peta
6. Insert Text, Masukkan Judul Nama, NIM, dan kelas.
7. Pada peta sebaran upwelling Klik kanan>Properties>Grid lalu New Grid dan Next
sampai Finish. Setelah itu klik pada label ceklis Left dan Right
8. Setelah itu Add Basemap pada menu toolbar kemudian pilih Oceans.
9. Export Map pada dengan mengklik file. Lakukan hal yang sama untuk membuat peta
sebaran upwelling pada bulan berikutnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Hasil Perhitungan dan Klasifikasi Kriteria Upwelling di Wilayah Perairan Laut
Natuna
4.1.1.1. Bulan Maret 2019
4.1.1.1.1. Sea Surface Temperature (SST)
Nilai Maksimum = 37,870C Nilai Rata-rata = 29.460580C
Nilai Minimum = 26,470C Standar Deviasi = 1.0617970C
A = 28.92968 C = 31.05327
B = 29.99148
Klasifikasi Upwelling
1. Upwelling Sangat Lemah (USL) = USL > 31.053270C
2. Upwelling Lemah (UL) = 31.053270C <= UL < 29.991480C
3. Upwelling Kuat (UK) = 29.991480C <= UK < 28.929680C
4. Upwelling Sangat Kuat (USK) = USK <= 28.929680C
4.1.1.1.2 Klorofil A
Nilai Maksimum =1.037427mg/L Nilai Rata-rata = 0.155293 mg/L
Nilai Minimum = 0.090155mg/L Standar Deviasi = 0.092165 mg/L
A = 0.109211 C = 0.293541
B = 0.201376
Klasifikasi Upwelling
1. Upwelling Sangat Lemah (USL)= USL < 0.109211mg/L
2. Upwelling Lemah (UL) = 0.109211mg/L <= UL < 0.201376mg/L
3. Upwelling Kuat (UK) = 0.201376mg/L <= UK < 0.293541mg/L
4. Upwelling Sangat Kuat (USK) = USK >= 0.293541mg/L
4.1.1.2 Bulan April 2019
4.1.1.2.1 Sea Surface Temperature (SST)
A = 30.3489 C = 31.9242
B = 31.13655
Klasifikasi Upwelling
1. Upwelling Sangat Lemah (USL) = USL > 31.92420C
2. Upwelling Lemah (UL) = 31.92420C <= UL < 31.136550C
3. Upwelling Kuat (UK) = 31.136550C <= UK < 30.34890C
4. Upwelling Sangat Kuat (USK) = USK <= 30.34890C
4.1.1.2.2 Klorofil A
Nilai Maksimum = 2.448095mg/L Nilai Rata-rata = 0.131794mg/L
Nilai Minimum = 0.064662mg/L Standar Deviasi = 0.095337mg/L
A = 0.084126 C = 0.2748
B = 0.179463
Klasifikasi Upwelling
1. Upwelling Sangat Lemah (USL)= USL < 0.084126mg/L
2. Upwelling Lemah (UL) = 0.084126mg/L <= UL < 0.179463mg/L
3. Upwelling Kuat (UK) = 0.179463mg/L <= UK < 0.2748 mg/L
4. Upwelling Sangat Kuat (USK) = USK >= 0.2748mg/L
A = 30.993 C = 32.07005
B = 31.53153
Klasifikasi Upwelling
1. Upwelling Sangat Lemah (USL) = USL > 32.070050C
2. Upwelling Lemah (UL) = 32.070050C <= UL < 31.531530C
3. Upwelling Kuat (UK) = 31.531530C <= UK < 30.9930C
4. Upwelling Sangat Kuat (USK) = USK <= 30.9930C
4.1.1.3.2 Klorofil A
Nilai Maksimum = 2.225054 mg/L Nilai Rata-rata = 0.120554 mg/L
Nilai Minimum = 0.055886 mg/L Standar Deviasi = 0.072568 mg/L
A = 0.084271 C = 0.229406
B = 0.156838
Klasifikasi Upwelling
1. Upwelling Sangat Lemah (USL)= UL < 0.084271 mg/L
2. Upwelling Lemah (UL) = 0.084271 mg/L <= UM < 0.156838 mg/L
3. Upwelling Kuat (UK) = 0.156838 mg/L <= UK < 0.229406 mg/L
4. Upwelling Sangat Kuat (USK) = USK >= 0.229406 mg/L
4.1.2. Hasil Layouting upwelling di wilayah Perairan Laut Natuna
IV.1 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan data praktikum mengenai upwelling di wilayah Laut
Natuna pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei tahun 2019. Diperoleh hasil parameter
yang bervariasi dimana berdasarkan parameter yang digunakan berupa nilai dari suhu dan
persebaran klorofil-a bahwa dapat ditentukan besarnya upwelling yang terjadi di wilayah
perairan Natuna.
Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan bahwa sebagian besar yang terjadi pada
Laut Natuna bulan Maret 2019 secara spasial menggunakan Citra Aqua Modis adalah
didominasi upwelling kuat dan upwelling lemah pada daerah lepas pantai. Sedangkan untuk
wilayah dekat dengan daratan didominasi dengan upwelling kuat walaupun terdapat sedikit
upwelling sangat lemah. Hal ini karena mendapat pengaruh dari daratan, aktivitas di daratan
memberikan masukan nutrient yang tinggi di perairan. Berdasarkan hasil pengolahan data
yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pada bulan April di wilayah Perairan Laut Natuna
didapatkan sejumlah daerah yang memiliki upwelling. Menurut hasil yang diperoleh
upwelling pada kawasan Laut Natuna yang mendekati daratan terdapat upwelling sangat kuat
dan kuat. Hal ini karena mendapat pengaruh dari daratan, aktivitas di daratan memberikan
masukan nutrient yang tinggi di perairan. Pada bulan April hanya terdapat sedikit wilayah
yang memiliki potensi upwelling sangat lemah dan kuat. Sedangkan upwelling sangat kuat
dan upwelling lemah lebih mendominasi pada bulan April. Berdasarkan hasil pengolahan data
untuk bulan Mei diperoleh bahwa pada wilayah Laut Natuna didominasi upwelling lemah di
wilayah lepas pantai perairan tersebut. Pada hasil pengolahan terlihat bahwa terjadi upwelling
sangat lemah, lemah dan kuat di wilayah dekat dengan daratan.
Berdasarkan nilai klorofil-a dan suhu permukaan laut yang didapatkan, dapat diketahui
bahwa pada bulan Maret-Mei suhu permukaan laut mengalami kenaikan secara bertahap,
sehingga menyebabkan klorofil-a semakin berkurang dikarenakan intensitas cahaya yang
tinggi. Menurut Fauziah et al (2020), dapat diketahui bahwa sebaran konsentrasi klorofil-a
sangat bergantung pada kondisi suhu muka laut dimana semakin dingin suhu muka laut,
semakin banyak pula klorofil-a yang terkandung di dalamnya. Dapat dilihat berdasarkan hasil
praktikum bahwa pada bulan mei upwelling yang terjadi didominasi dengan upwelling lemah,
hal ini disebabkan oleh suhu permukaan laut yang semakin tinggi yaitu berkisar 29.0450C-
38.780C. Kemudian dapat diketahui bahwa pola pergerakan angin di Indonesia pada
umumnya mengikuti pergerakan musim. Setiap musim memiliki arah pergerakan angin yang
berbeda-beda. Pada musim peralihan I (Maret-Mei) pola pergerakan angin berasal dari utara
(Maret) dan dari timur (April). Kecepatan angin di daerah pesisir dapat berpengaruh terhadap
pencampuran massa air, sehingga mengakibatkan terjadinya upwelling. Dari parameter yang
sudah ditentukan mengakibatkan besarnya peristiwa upwelling yang terjadi di wilayah
perairan Natuna sebagian besar memiliki intensitas yang lemah. Hal ini disebabkan karena
pada bulan Maret hingga Mei merupakan musim peralihan I sehingga upwelling yang terjadi
lemah. Sehingga upwelling yang terjadi di Perairan Natuna umumnya yaitu upwelling lemah.
V. PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Proses terjadinya upwelling di perairan pada umumnya dikarenakan oleh kekosongan
massa air yang berada di lapisan atas, sehingga massa air yang kaya nutrien dari
lapisan dasar akan naik ke atas dan mengisi lapisan permukaan.
2. Manfaat upwelling di bidang oseanografi adalah untuk memetakan daerah tangkapan
ikan, karena upwelling mengindikasikan bahwa perairan tersebut subur sehingga
sangat memungkinkan untuk banyak ikan yang berada di kawasan tersebut.
3. Dengan bantuan software SeaDAS dan ArcGIS dapat diketahui dari persebaran
upwelling di wilayah Perairan Laut Natuna pada bulan Maret-Mei 2019 bahwa
terjadi upwelling yang lemah yang disebabkan oleh suhu permukaan laut yang tinggi
sehingga klorofil-a menjadi berkurang dengan intensitas cahaya yang sangat tinggi.
V.2 Saran
1. Sebaiknya dalam layouting peta lebih bervariasi dan dibuat lebih menarik
2. Sebaiknya materi yang dipaparkan untuk mengolah data dan membuat peta lebih
diperjelas
3. Sebaiknya praktikan lebih aktif saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Banjarnahor, H.P., Andri S., dan Nurhadi B. 2020. Analisis Pengaruh Fenomena Upwelling
terhadap Jumlah Tangkapan Ikan dengan Pengamatan Temporal Citra Aqua Modis
(Studi Kasus: Selat Bali). Jurnal Geodesi Undip., 9(2): 95-101.
Fauziah, A.N., Imam T., dan Aristi D.P.F. 2020. Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan
Tongkol Dengan Teknologi Penginderaan Jauh Berdasarkan Parameter Klorofil-A dan
Suhu Permukaan Laut Di Perairan Natuna. Journal of Fisheries Resources Utilization
Management and Technology., 9(1): 35-44.
Karondia, L.A., dan L.M. Jaelani 2015. Validasi Algoritma Estimasi Total Suspende Solid
dan CHL-A Pada Citra Satelit Aqua Modis dan Terra Modis dengan Data In Situ.
Jurnal Geolid., 11(1): 46-51.
Kunarso, Safwan H., dan Nining S.N. 2005. Kajian Lokasi Upwelling untuk Penentuan
Fishing Ground Potensial Ikan Tuna. Ilmu Kelautan., 10(2): 61-67.
Paul, J. H. 2001. Marine Microbiology. Florida: Academic Press.
Purba, N. P. dan A. M. A. Khan. 2019. Upwelling Session In Indonesia Waters. World News
of Natural Sciences An International Scientific Journal, vol. 25(2019):72-83
Purwanti, I., Yudo P., dan Arwan P.W. 2017. Analisis Pola Persebaran Klorofil-A, Suhu
Permukaan Laut, dan Arah Angin untuk Identifikasi Kawasan Upwelling Secara
Temporal Tahun 2003-2016 (Studi Kasus : Laut Halmahera). Jurnal Geodesi Undip.,
6(4): 506-516.
Putra, I.I., Abdi S., dan Arwan P.W. 2017. Analisis Pola Sebaran Area Upwelling
Menggunakan Parameter Suhu Permukaan Laut, Klorofil-A, Angin dan Arus Secara
Temporal Tahun 2003-2016 (Studi Kasus : Laut Banda). Jurnal Geodesi Undip., 6(4):
157-168.
Wirjohamidjojo, S. dan Sugarin. 2008. Praktek Meteorologi Kelautan. Jakarta: Badan
Meteorologi dan Geofisika.