Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM ARUS LAUT

MODUL 4
ARUS GEOSTROPIK

Oleh:

Syifa Arrahmah 26050119140050 Oseanografi B

Koordinator Praktikum:

Dr. Kunarso, ST, MSi.


NIP. 19690525 199603 1 002

Tim Asisten :

Aryobimo Bharadian Ariputro 26050118130054


Salsabila Rahidah 26050118140070
Elsa Mayora J. P. 26050118120011
Lisa Khumaeroh 26050118120022
Rofiatul Mutmainah 26050118130030
Mochamad Rafif Rabbani 26050117170001
Ezikri Yasra 26050118140114
Galang Sandi Timur 26050118140083
Ferdian Agung Baskoro 26050118120025
Yustinus Wijanarko 26050118140103
Fransiska Krisna W. N. P. 26050118130072
Mar’ah Nida Kholawati 26050118120015
Dhany Ajiperwata 26050118120006
Audria Izza Nadira 26050118120021

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
Lembar Pengesahan

Modul 4 : Arus Geostropik


No Keterangan Nilai

1 Pendahuluan

2 Tinjauan Pustaka

3 Materi Metode

4 Hasil

5 Pembahasan

6 Penutup

7 Daftar pustaka

Total

Jakarta, 18 April 2021

Asisten Praktikan

Galang Sandi Timur Syifa Arrahmah


NIM. 26050118140083 NIM. 26050119140050

Mengetahui,

Koordinator Mata Kuliah

Arus Laut

Dr. Kunarso, ST, MSi.

NIP. 19690525 199603 1 002

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Arus permukaan merupakan salah satu parameter oseanografi yang berhubungan dengan
cuaca dan iklim. Faktor utama pembangkit arus pasang surut adalah angin yang bertiup di atas
permukaan laut. Arus laut tercipta karena adanya pemanasan di beberapa bagian
Bumi oleh radiasisinar matahari. Air yang lebih hangat akan "mengembang",
membuat sebuah kemiringan (slope) terhadap daerah sekitarnya yang lebih dingin, dan
akibatnya air hangat tersebut akan mengalir ke arah yang lebih rendah yaitu ke arah kutub
yang lebih dingin daripada ekuator. Arus yang ditimbulkan oleh angin mempunyai kecepatan
yang berbeda menurut kedalaman. Salah satu macam aru yang akan dibahas adalah arus
geostropik. Arus ini merupakan salah satu komponen utama dari arus permukaan laut
dan merupakan fungsi dari tekanan angin, tekanan pasang surut, gravitasi, dan rotasi
bumi.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yng mempengaruhi arus geostropik.
2. Mahasiswa mengetahui .
3. Mahasiswa mampu.
1.3 Manfaat Praktikum
1. Memahami faktor yang mempengaruhi arus geostropik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Arus Geostropik
Arus geostropik timbul akibat perbedaan densitas. Arus ini merupakan salah satu
komponen utama dari arus permukaan laut dan merupakan fungsi dari tekanan angin,
tekanan pasang surut, gravitasi, dan rotasi bumi. Di wilayah ekuator, efek gaya
Coriolis menghilang dan tidak ada keseimbangan geostropik. Arus geostropik berkaitan
dengan kelerengan (slope) paras laut, arus ini tidak dipengaruhi oleh pergerakan angin
(gesekan antara angin dan udara), sehingga arus geostropik digolongkan ke dalam arus
tanpa gesekan [ CITATION Pic83 \l 1033 ]. Didalam kolom air/lapisan lautan yang jauh dari
permukaan dan dasar laut, untuk jarak horizontal yang melebihi beberapa puluh
kilometer, gradien tekanan horizontal hampir mencapai keseimbangan dengan gaya
Coriolis Keseimbangan ini sering disebut dengan keseimbangan geostropik. Gaya dominan
yang berperan pada arah vertikal adalah gradien tekanan vertikal dan massa air.
Tekanan pada setiap titik di kolom air disebabkan oleh pengaruh seluruh berat air laut
pada kolom air tersebut. Gaya dominan pada arah horizontal merupakan gradien
tekanan dan gaya Coriolis [ CITATION Ste08 \l 1033 ].
Menurut Ramadyan dan Radjawane, (2013), Arus geostropik permukaan bergerak dari
slope tinggi (H) ke slope lebih rendah (L) dan dibelokkan berlawanan jarum jam. Pada musim
ini arus geostropik permukaan bergerak dengan arah yang bervariasi . Penentuan arus
geostropik permukaan dapat ditentukan oleh tinggi muka laut pada bidang referensi tertentu.
Menurut Mann & Lazier, (2006) yang mengatakan bahwa, arus geostropik terbentuk salah
satunya adalah akibat angin. Menurut Supangat dan Susanna (2003) menambahkan, muka air
dibawah pusat angin anti siklon lebih tinggi daripada daerah pinggirannya akibat transpor
Ekman yang bergerak menuju daerah di bawah pusat anti siklon. Karena muka air dibawah
pusat anti siklon lebih tinggi daripada daerah pinggirannya maka terjadi perbedaan tekanan
antara daerah pusat dan pinggirannya. Perbedaan tekanan ini menggerakkan air dari daerah
pusat ke daerah pinggirannya dan dalam gerakannya ini akan mengalami pengaruh coriolis
yang membelokkannya ke arah kiri di BBS. Sebagai akibatnya terbentuklah arus permukaan
(gerakan horizontal) yang arahnya berlawanan dengan putaran jarum jam. Angin siklon
mengakibatkan terbentuknya daerah divergensi, akibatnya terbentuk slope muka air laut yang
naik kearah pinggir daerah di bawah pusat siklon. Slope muka air ini meenyebabkan
terjadinya gerakan massa air dari daerah pinggiran menuju daerah pusatnya dan dalam
gerakannya mengalami pembelokan ke kiri oleh pengaruh Coriolis dan sebagai akibatnya
terbentuk arus horizontal yang arahnya sama dengan arah angina siklon.

2.2 Gaya Gradien Tekanan


Menurut Brown et al., (2001), Gaya gradien tekanan merupakan selisih antar tekanan
yang terjadi pada suatu tempat di kolom lautan. Selisih antar tekanan pada suatu tempat dapat
berupa dimensi secara vertikalseperti permukaan laut dengan titik di bawahnya maupun
dimensi secara horisontal. Gradien tekanan terjadi ketika terdapat perbedaan tekanan antara
suatu tempat di kolom air sehingga menyebabkan massa air bergerak dari tekanan tinggi ke
tekanan rendah. Gaya gradien tekananmerupakan gaya primer di lautan karena dapat
menyebabkan gerakan pada gaya lainnya.Tekanan di beberapa tempat di lautan dipengaruhi
oleh beberapa oleh gerakan air. Namun karena arus lautan secara vertikal relatif rendah, untuk
tujuan tekanan pada kedalamantertentu dapat dianggap sebagai tekanan hidrostatik.
Persamaan gaya gradien tekanan dipengaruhi oleh persamaan hidrostatik berikut :

P = ρ.g.z (1)

P = tekanan
ρ = masa jenis/densitas
g = gaya gravitasiz = volume air/ketinggian.
Apabila suatu kolom air memiliki gaya gravitasi dan densitas yang sama, maka
keduanya berarti konstan. Hal tersebut menyebabkan persamaan hidrostatik lebih dipengaruhi
oleh perbedaan volume air atau ketinggian. Persamaan hidrostatik akhirnya menjadi:

∆ p = ρ.g.∆ z (2).

Gradient tekanan horisontal memilik persamaan hidrostatik sebagai berikut

∆ p∆x = ρ.g. tan θ (3)

P = tekanan
ρ = masa jenis/densitas
g = gaya gravitasi
x = jarak antara titik A dan B
Ѳ = sudut antara tiitk A dan B

Persamaan hidrostatik gradient tekanan (1 dan 3) menunjukkan bahwa gaya


gradientekanan dipengaruhi oleh perbedaan densitas, gaya gravitasi, tinggi air laut terhadap
suatu bidang mendatar acuan atau jarak antar titik dan slope permukaan air. Densitas pada
suatukolom air dapat berbeda dan membentuk stratifikasi. Selain itu densitas perairan
jugadipengaruhi oleh distribusi temperature dan salinitas. Distribusi temperature berkaitan
dengankedalaman suatu perairan karena pengaruh radiasi matahari. Permukaan laut memiliki
temperature yang lebih tinggi dibanding dasar perairan karena intensitas cahaya semakin
berkurang ke dasar perairan. Suhu yang rendah memiliki densitas yang lebih tinggi. Oleh
karena itu perbedaan densitas di antara kedua titik kedalaman dapat terjadi sehingga
membentuk sebuah gradien tekanan.

Didalam kolom air/lapisan lautan yang jauh dari permukaan dan dasar laut, untuk
jarak horizontal yang melebihi beberapa puluh kilometer, gradien tekanan horizontal hampir
mencapai keseimbangan dengan gaya coriolis. Keseimbangan ini sering disebut dengan
keseimbangan geostropik. Gaya dominan yang berperan pada arah vertikal adalah gradien
tekanan vertikal dan massa air. Tekanan pada setiap titik di kolom air disebabkan oleh
pengaruh seluruh berat air laut pada kolom air tersebut. Gaya dominan pada arah horizontal
merupakan gradien tekanan dan gaya Coriolis [ CITATION Ste08 \l 1033 ].

2.3 Gaya Coriolis


Menurut Brown et al, (2001) menjelaskan permukaan bumi memiliki kecepatan
angular. Belahan bumi utara berubah berlawanan aruh jam di sekitar sumbu vertikal lokal,
sedangkan belahan bumi selatan searah jarum jam. Karena kecepatan permukaan bumi
tergantung pada latitude (derajat lintang), maka akan terdapat gerakan relatif antara sebuah
peluru hipotetis dan permukaan bumi, dan gerakan relatif tersebut akan meningkat seiring
dengan meningkatnyalatitude. Oleh karena itu arus yang bergerak ke arah timur atau barat
akan mengalami defleksi (pembelokkan) sebagaimana bergerak ke arah utara atau selatan.
Gaya Coriolis bekerja padasudut siku-siku ke arah gerakan, jadi menyebabkan pembelokkan
ke kanan di belahan bumiutara dan ke kiri di belahan bumi selatan.

Persamaan coriolis dituliskan sebagai berikut (Stewart, 2008):

f = 2 Ωsinφ

f = parameter Coriolis
Ω = kecepatan rotasi bumi
φ = derajat lintang.

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa besarnya gaya coriolis tergantung pada lintang
(latitude). Semakin mendekat dengan belahan bumi utara atau selatan maka gaya coriolis
semakin tinggi. Magnitude gaya coriolis meningkat dari nol pada ekuator ke nilai maksimum
kutub utara maupun selatan. Selain itu gaya coriolis dipengaruhi oleh kecepatandan periode
gerakan suatu benda. Suatu benda mengalami gaya coriolis apabila memiliki periode yang
sama dengan periode rotasi bumi. Gaya Coriolis, yaitu gaya perputaran bumi, dimana di BBS
arah arus laut akan cenderung dibelokkan ke arah kiri dari arah angin, maka angin yang
bergerak dari arah tenggara menuju barat laut, menyebabkan terjadinya arus dan Transpor
Ekman ke arah kiri (Syafik et al., 2013).

2.4 Spiral Ekman


Arus laut (sea current) adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain
baik secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara horisontal (gerakan ke samping). Contoh
gerakan itu salah satunya adalah gaya Coriolis, yaitu gaya yang membelok arah arus dari
tenaga rotasi bumi. Pembelokan itu akan mengarah ke kanan di belahan bumi utara dan
mangarah ke kiri di belahan bumi selatan. Gaya ini yang mengakibatkan adanya aliran Gyre
yang searah jarum jam (ke kanan) pada belahan bumi utara dan berlawanan dengan arah
jarum jam di belahan bumi selatan. Perubahan arah arus dari pengaruh angin ke pengaruh
gaya Coriolis dikenal dengan spiral Ekman (Kasharjanto et al., 2017)Dengan adanya gaya
coriolis ini, maka terciptanya suatu arus yang dinamakan arus Ekman.Arus ini cukup unik
karena bisa membelokkan arus dan semakin dalam akan semakin terlihat seperti spiral. Maka
dapat dikatakan sebagai spiral Ekman (Ekman Spiral). Kecepatan arus berkurang seiring
dengan bertambahnya kedalaman. Hal tersebut diakibatkan adanya arus ekman atau spiral
ekman yaitu kecepatan arus semakin ke bawah atau dasar semakin berkurang. Arus yang
dibangkitkan angin kecepatannya berkurang dengan bertambahnya kedalaman [ CITATION
Azi061 \l 1033 ].

Teori ini pertama kali tercipita oleh seorang ilmuwan asal Swedia yang menjadi asal dari
nama Ekman ini yaitu Vagn Walfrid Ekman pada tahun 1902. Fenomena ini terjadi ketika air
di permukaan bergerak oleh angin, lalu akan berakibat terhadap air yang ada di dalamnya.
Setiap bagian tergantung ke kedalaman hingga 100 meter. Spiral Ekman ini juga memiliki
sifat yang hampir sama dengan gaya Coriolis. Dimana apabila terjadi di belahan bumi utara
(Northern Hemisphere) maka arah pusaran akan ke kanan. Sedangkan di belahan bumi selatan
(Southern Hemisphere) maka arah pusaran ke kiri (Taohid et al., 2017).

2.5 Upwelling
Upwelling merupakan suatu proses naiknya massa air laut dari lapisan dalam laut ke
permukaan. Adanya angin yang mendorong lapisan air pada permukaan mengakibatkan
kekosongan massa air di bagian atas, akibatnya air yang berasal dari bawah menggantikan
kekosongan yang berada di atas. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih
dingin, salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang kaya ke permukaan [ CITATION Anu93 \l 1033 ].
Kejadian upwelling pada suatu perairan dapat diidentifikasi dengan melihat berbagai indikator
seperti suhu yang lebih rendah dari sekitranya, salinitas, nutrien, dan klorofil-a yang secara
umum lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Fenomena upwelling merupakan suatu kejadian
yang penting untuk mengetahui tingkat kesuburan suatu perairan. Hal ini dikarenakan,
fenomena upwelling membawa zat-zat hara yang kaya akan nutrisi ke permukaan dan
banyak mengandung fitoplankton sebagai pakan alami ikan sehingga memberikan
banyak pengaruh dalam peningkatan produktivitas ikan [ CITATION Anu05 \l 1033 ]
Menurut Sprintall et al (1999) dalam (Sukresno et al., 2018) upwelling yang
merupakan respon terhadap arah dan kecepatan angin yang berasosiasi dengan sistem iklim
musim Fenomena oseanografis tersebut sering diasosiasikan dengan penurunan tinggi
permukaan laut dan suhu permukaan laut (SPL). Disisi lain juga dicirikan dengan naiknya
massa air laut dari lapisan bawah ke permukaan dengan temperatur yang lebih dingin dan
kandungan nutrien yang lebih banyak. Pada musim timur antara bulan Juni hingga Oktober
terjadi pergeseran pusat upwelling ke arah barat mendekati Sumatra hingga ke ekuator.
Menurut Ningsih et al (2013), Siswanto dan Suratno (2008), Kunarso et al (2012) dalam
Sukresno et al (2018), seiring dengan perubahan musim, pada musim barat antara bulan
November hingga bulan Maret terjadi penurunan intensitas. Pada musim timur (bulan Juni
hingga Oktober) intensitas upwelling mengalami peningkatan sehingga menyebabkan SPL
lebih dingin dan serta Klor-a lebih tinggi dibandingkan pada musim barat.

III. MATERI DAN METODE


1.1 Materi
1.1.1 Waktu dan Tempat
Hari dan tanggal : Sabtu, 17 April 2021
Waktu : 13.00 – 13.40 WIB
Tempat : Tanah Baru, Beji, Depok, Jawa Barat
1.2 Metode
1. Menghitung densitas pada tekanan atmosfer (σt)
2 3
σ o =−0 , 093+0 , 8149 s−0 , 000482 s +0 , 0000068 s

2. Menentukan nilai AT
A T =T ( 4 ,78670−0 , 098185 T +0 , 0010843 T 2 ) 10−3

3. Menentukan nilai BT
B T =T ( 18 , 030−0 , 8164 T +0 , 0166 T 2 ) 10−6

4. Menentukan nilai ∑T

−( T −3 , 98 )2 T +283
ΣT=
503 , 570 T +67 , 26

5. σt diperoleh dari persamaan :


σ t =Σ T + ( σ o +0 , 1324 ) [ 1−A T + BT ( σ o −0 ,1334 ) ]

6. Menghitung faktor anomali densitas yang tidak bergantung pada tekanan (Δs,t)
10−3 σ t
Δ s ,t =0 ,02736−
( 1−10−3 σ t )
7. Menghitung faktor anomali densitas yang tidak bergantung pada temperatur
(δs,p)
Nilai δs,p pada S=34,7129 dapat dicari dengan menggunakan interpolasi

34 -
0
,
2

δ
34, s
71 ,
29 p

35 0

Contoh:

δ s , p= ([ 3435−34
,7129−34
) .( 0−(−0,2 ))+(−0,2 )] . 10 −5
=−5 , 742. 10−7

8. Menghitung anomali densitas yang tidak bergantung pada salinitas (δt,p)


Nilai δt,p pada T=16,8422 dapat dicari dengan menggunakan interpolasi

2
,
15 8

δ
16, t
84 ,
22 p

3
,
20 5

Contoh:

16 , 8422−15
δ t , p=
[( 20−15 ) ]
. ( 3,5−2,8 )+(2,8) . 10−5 =3 , 058. 10−5

9. Menghitung anomali densitas (δ)


δ=Δ s ,t +δ s , p +δ t , p

10. Menghitung anomali densitas rata-rata ( δ )


δ z + δ z+1
δ=
2

11. Menghitung gradien geopotensial ( ΔΦ )


ΔΦd =( Δδ . ΔP ) +ΔΦd −1
12. Menghitung selisih gradien geopotensial dua stasiun pada kedalaman yang sama
( ΔΦ 12−ΔΦ11 )

13. Menghitung kecepatan arus geostropik relatif diantara dua stasiun ( v 1 −v2 )
a. Menghitung jarak antara stasiun 11 dan stasiun 12
2 2

L= ( (lon sta 1−lonsta 2 ). 111 ) + ( ( lat sta 1−lat sta 2) .111 )

b. Menghitung sudut antara stasiun 11 dan stasiun 12


sin φ11 +sin φ12
sin φ=
2

c. Kecepatan relatif arus geostropik


1 1
v 1 −v2 = ΔΦ −ΔΦ A ) = ΔΦ −ΔΦ 11 )
fL ( B 2Ωsin φL ( 12

IV. HASIL
4.1 Perhitungan Manual
A. Stasiun 11

1. Mencari nilai σt
2. Mencari nilai AT
3. Mencari nilai BT
4. Mencari Nilai ∑T
5. Mencari nilai ∆s,t
6. Mencari nilai δs,p
7. Mencari nilai δt,p
8. Mencari nilai δ
9. Mencari nilai δrata2
10. Mencari nilai δrata x ∆p
11. Mencari nilai ∆ΦA
B. Stasiun 12

1. Mencari nilai σt
2. Mencari nilai AT
3. Mencari nilai BT
4. Mencari Nilai ∑T
5. Mencari nilai ∆s,t
6. Mencari nilai δs,p
7. Mencari nilai δt,p
8. Mencari nilai δ
9. Mencari nilai δrata2
10. Mencari nilai δrata x ∆p
11. Mencari nilai ∆ΦA
C. Gabungan 11-12

1. Menghitung selisih gradien geopotensial


2. Menghitung jarak antara stasiun 11 dan stasiun 12
3. Menghitung sudut antara stasiun 11 dan stasiun 12
4. Kecepatan relatif arus geostropik

4.2 Hasil Excel


4.2.1 Stasiun 11
Tabel 1. Perhitungan stasiun 11
p=d T S σt ∆s,t δs,p δt,p δ δrata δrata x ∆p ∆ΦA
0 24.8408 35.0666 23.14757185 0.0036639 1.332E-07 4.17771E-05 0.003705832
0.003696187 0.036961872 0.355118345
10 24.7748 35.0632 23.16588338 0.0036447 1.264E-07 4.16847E-05 0.003686543
0.002897329 0.115893141 0.318156473
50 19.3256 34.9485 24.66223314 0.0020742 -1.03E-07 3.40558E-05 0.002108114
0.001854929 0.092746464 0.202263332
100 16.8872 34.7579 25.14009073 0.0015716 -4.842E-07 3.06421E-05 0.001601744
0.001464437 0.073221835 0.109516868
150 15.2224 34.5796 25.39844899 0.0012997 -8.408E-07 2.83114E-05 0.001327129
0.001174842 0.058742088 0.036295033
200 13.3016 34.401 25.68477144 0.0009981 -1.198E-06 2.56222E-05 0.001022554
0.000934393 0.046719654 -0.022447055
250 12.2495 34.3343 25.85059929 0.0008234 -1.3314E-06 2.41493E-05 0.000846232
0.000750946 0.0375473 -0.069166709
300 10.8179 34.2041 26.02926391 0.0006351 -1.5918E-06 2.21451E-05 0.00065566
0.000578167 0.028908354 -0.10671401
350 9.8885 34.172 26.17496951 0.0004815 -1.656E-06 2.08439E-05 0.000500674
0.000441631 0.022081529 -0.135622364
400 9.0961 34.1357 26.28582212 0.0003646 -1.7286E-06 1.97345E-05 0.000382587
0.000245212 0.024521167 -0.157703892
500 7.1044 34.0522 26.54344837 9.279E-05 -1.8956E-06 1.69462E-05 0.000107836
-7.54345E-06 -0.000754345 -0.182225059
600 5.7353 34.0749 26.7602985 -0.000136 -1.8502E-06 1.50294E-05 -0.000122923
-0.000229128 -0.022912796 -0.181470715
700 4.7532 34.1622 26.9603138 -0.000347 -1.6756E-06 1.36545E-05 -0.000335333
-0.00039964 -0.039963999 -0.158557918
800 4.3607 34.253 27.08172334 -0.000476 -0.000001494 1.3105E-05 -0.000463947
-0.000536087 -0.053608655 -0.118593919
900 3.9384 34.3596 27.21791625 -0.000619 -1.2808E-06 1.25138E-05 -0.000608226
-0.000649853 -0.064985264 -0.064985264
1000 3.7205 34.4259 27.29652996 -0.000703 -1.1482E-06 1.22087E-05 -0.000691479

4.2.2 Stasiun 12
Tabel 2. Perhitungan stasiun 12
p=d T S σt ∆s,t δs,p δt,p δ δrata δrata x ∆p ∆ΦB
0 26.3293 35.2785 22.82288331 0.0040041 5.57E-07 4.3861E-05 0.004048485
0.004045089 0.040450886 0.527425524
10 26.3106 35.2789 22.82934523 0.0039973 5.578E-07 4.38348E-05 0.004041692
0.00376991 0.150796382 0.486974637
50 24.6759 35.2652 23.34589083 0.0034561 5.304E-07 4.15463E-05 0.003498127
0.003065825 0.153291243 0.336178256
100 22.0753 35.3103 24.16651921 0.002595 6.206E-07 3.79054E-05 0.002633523
0.002359534 0.117976714 0.182887013
150 19.8956 35.1837 24.68490853 0.0020503 3.674E-07 3.48538E-05 0.002085546
0.001835922 0.091796125 0.064910299
200 17.3029 34.9143 25.15561881 0.0015552 -1.714E-07 3.12241E-05 0.001586299
0.001406575 0.070328728 -0.026885826
250 14.796 34.5771 25.49311833 0.0012 -8.458E-07 2.77144E-05 0.00122685
0.00104169 0.052084482 -0.097214554
300 12.141 34.2927 25.8406041 0.0008339 -1.4146E-06 2.39974E-05 0.000856529
0.00070721 0.035360518 -0.149299036
350 10.3045 34.2001 26.12131114 0.0005381 -1.5998E-06 2.14263E-05 0.000557891
0.000437324 0.021866224 -0.184659554
400 8.633 34.1142 26.34757679 0.0002994 -1.7716E-06 1.90862E-05 0.000316758
0.000187442 0.01874422 -0.206525778
500 6.9219 34.077 26.59035671 4.328E-05 -0.000001846 1.66907E-05 5.81267E-05
-9.69313E-05 -0.009693127 -0.225269997
600 5.3164 34.1573 26.88213463 -0.000265 -1.6854E-06 1.4443E-05 -0.000251989
-0.000333471 -0.03334713 -0.21557687
700 4.8765 34.279 27.03607783 -0.000427 -1.442E-06 1.38271E-05 -0.000414953
-0.000493409 -0.049340876 -0.18222974
800 4.5085 34.4071 27.184351 -0.000584 -1.1858E-06 1.33119E-05 -0.000571864
-0.000619573 -0.061957316 -0.132888864
900 4.276 34.4842 27.27448134 -0.000679 -1.0316E-06 1.29864E-05 -0.000667282
-0.000709315 -0.070931547 -0.070931547
1000 3.9212 34.5289 27.35363286 -0.000763 -9.422E-07 1.24897E-05 -0.000751349

4.2.3 Gabungan Stasiun 11 dan 12


Tabel 3. Gabungan stasiun 11 dan 12
d ∆ΦB ∆ΦA ∆ΦB-∆ΦA V1-V2
0 0.527425524 0.355118345 0.172307179 0.000351308
-10 0.486974637 0.318156473 0.168818165 0.000344194
-50 0.336178256 0.202263332 0.133914924 0.000273032
-100 0.182887013 0.109516868 0.073370145 0.00014959
-150 0.064910299 0.036295033 0.028615266 5.83421E-05
-200 -0.026885826 -0.022447055 -0.004438771 -9.04996E-06
-250 -0.097214554 -0.069166709 -0.028047845 -5.71852E-05
-300 -0.149299036 -0.10671401 -0.042585027 -8.68242E-05
-350 -0.184659554 -0.135622364 -0.04903719 -9.99792E-05
-400 -0.206525778 -0.157703892 -0.048821885 -9.95402E-05
-500 -0.225269997 -0.182225059 -0.043044938 -8.77619E-05
-600 -0.21557687 -0.181470715 -0.034106155 -6.95371E-05
-700 -0.18222974 -0.158557918 -0.023671821 -4.82632E-05
-800 -0.132888864 -0.118593919 -0.014294944 -2.91452E-05
-900 -0.070931547 -0.064985264 -0.005946283 -1.21235E-05
-1000 0 0 0 0

4.3 Grafik
4.3.1 Profil Anomali Gradien Geopotensial Stasiun 11 dan 12

Profil Anomali Gradien Geopotensial


Terhadap Kedalaman
Syifa Arrahmah-26050119140050-B
0
-0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6
-200

-400
kedalaman

-600 stasiun 11

-800 stasiun 12

-1000

-1200
Gradien Geopotensial

Gambar 1. Profil anomali gradin geopotensial stasiun 11 dan 12


4.3.2 Profil Gradien Geopotensial Terhadap kedalaman

Profil Gradien Geopotensial


Terhadap Kedalaman
Syifa Arrahmah-26050119140050-B
0
-0.1 -0.05 0 0.05 0.1 0.15 0.2
-200

-400

kedalaman
-600 Gradien Geopotensial

-800

-1000

-1200
Gradien Geopotensial

Gambar 2. Profil gradient geopotensial terhadap kedalaman

4.3.3 Profil Kecepatan relatif arus geostropik Terhadap kedalaman

Profil Kecepatan Relatif


Terhadap Kedalaman
Syifa Arrahmah-26050119140050-B
0
-0.0002 -0.0001 0 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004
-200

-400
kedalaman

-600 Kecepatan relatif

-800

-1000

-1200
Kecepatan Relatif

Gambar 3. Profil kecepatan relatif terhadap kedalaman


V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Praktikum lebih efisien dalam memanfaatkan waktu.
2. Terjadinya koordinasi yang baik antar praktikan maupun asisten.
3. Serta menyiapkan kebutuhan praktikum dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Azis, M. F. (2006). Gerak Air di Laut. Jurnal Oseana, 31(4), 9-12.

Brown, E., Colling, A., Park, D., Phillips, J., Rothery, D., & Wright, J. (2001). Ocean
Circulation 2nd Ed. Singapore: The Open University.

Kasharjanto, D., Rahuna, D., & Rina. (2017). Kajian Pemanfaatan Energi Arus Laut di
Indonesia. Indonesia Jurnal Wave, 11(2), 75-84.

Mann, K. H., & Lazier, J. (2006). Dynamics of Marine Ecosystems: BiologicalPhysical


Interactions in the Oceans. 3rd ed. Malden: Blackwell Publishing.
Nontji, A. (1993). Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.

Nontji, A. (2005). Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.

Pick, & Picard. (1983). Introductory Dynamical Oceanography. Oxford: Pergamon Press.

Ramadyan, F., & Radjawane, I. (2013). ARUS GEOSTROPIK PERMUKAAN MUSIMAN


DI PERAIRAN ARAFURA-TIMOR. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis,
5(2), 261-271.

Stewart. (2008). Introduction to Physical Oceanography. Texas: Texas A&M University :


Departement of Oceanography.

Sukresno, B., Jatisworo, D., & Kusuma, D. (2018). Analisis Multilayer Variabilitas
Upwelling di Perairan Selatan Jawa. Jurnal Kelautan Nasional, 13(1), 15-25.

Supangat, A., & Susanna. (2003). Pengantar Osenografi. Jakarta: Badan Riset Kelautan
Perikanan, Departemen Perikanan Dan Kelautan RI.

Syafik, A., Kunarso, & Hariadi. (2013). PENGARUH SEBARAN DAN GESEKAN ANGIN
TERHADAP SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI SAMUDERA HINDIA
(WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA 573).
Jurnal Oseanografi, 2(3), 318-328.

Taohid, R. A., Satriadi, A., & Saputro, S. (2017). Studi Pola Arus dan Sebaran Material
Padatan Tersuspensi di Pantai Marina Ancol, Jakarta. Jurnal Oseanografi, 6(1), 116-
123.

Anda mungkin juga menyukai