Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM ARUS LAUT

MODUL 4
ARUS GEOSTROPIK

Oleh:
Ambartullah Nurnovita 26050120120001 Oseanografi A

Koordinator Praktikum:
Dr. Kunarso, ST, MSi.
NIP. 19690525 199603 1 002

Tim Asisten :
Deera Herdi Mardhiyah 26050119130067
Ahmad Fai’q Indra Susilo 26050119130057
Ebenezer Michael Dave 26050119130119
Riyanti Maharani Ilyas 26050119120014
Siti Hamidah 26050119120018
Petrik Siano Okta Prima L. 26050119130125
Ferancha Retika 26050119130049
Riska Widyah Ningrum 26050119120002
Salma Nabila Khairunnisa 26050119130063
Ramadoni Khirtin 26050119130079
Eka Salma Afifah Putri 26050119120010
Arij Kemala Yasmin R. 26050119140144
Amalia Sekar A. 26050119130135
Kurnia Fajar Hidayat 26050119130104

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
Lembar Pengesahan
Modul 4 : Arus Geostropik

N Keterangan Nilai
o
1 Pendahuluan
2 Tinjauan Pustaka
3 Materi Metode
4 Hasil
5 Pembahasan
6 Penutup
7 Daftar pustaka
Total

Semarang, 22 Oktober 2021

Asisten Praktikan

Siti Hamidah Ambartullah Nurnovita


26050119120018 26050120120001

Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah
Arus Laut

Dr. Kunarso, ST, MSi.


NIP. 19690525 199603 1 002
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sirkulasi atau dinamika pada air laut selalu terjadi secara kontinu. Sirkulasi
dapat terjadi di permukaan maupun di kedalaman. Salah satu bentuk dari sirkulasi
tersebut adalah arus laut. Arus laut adalah pergerakan massa air laut secara
horizontal maupun vertikal dari satu lokasi ke lokasi lain untuk mencapai
kesetimbangan dan terjadi secara kontinu. Gerakan massa air laut tersebut timbul
akibat pengaruh dari resultan gaya-gaya yang bekerja dan faktor yang
mempengaruhinya. Berdasarkan gayagaya yang mempengaruhinya arus laut
terdiri dari : arus geostropik, arus termohalin, arus pasang surut, arus ekman dan
arus bentukan angin. Arus geostrofik adalah arus yang terjadi di permukaan laut
akibat pengaruh gaya gradien tekanan mendatar dan diseimbangkan oleh gaya
coriolis. Gaya tekanan mendatar menggerakkan arus dalam arah horizontal dan
dalam pergerakannya akan dipengaruhi oleh gaya coriolis yang timbul akibat
rotasi bumi. Arus geostropik tidak dipengaruhi oleh pergerakan angin (gesekan
antara angin dan udara), sehingga arus geostropik digolongkan ke dalam arus
tanpa gesekan (Brown et al., 1989).
Dengan mempelajari fenomena arus, maka kita dapat mengetahui potensi-
potensi yang terjadi akibat pembentukan arus tersebut. Seperti misalnya arus
Ekman yang dapat mempengaruhi juga pembentukan spiral Ekman di perairan.
Hal tersebut kemudian dapat juga menjadi bahan kajian bagaimana proses
transport Ekman serta variabilitas kecepatan arus permukaan yang dapat memicu
upwelling. Kajian terkait arus geostropik juga dapat ditelaah menjadi kajian
lanjutan mengenai transport Ekman yang juga berpengaruh kepada fenomena
upwelling. Dengan proses kajian tersebut, maka diharapkan juga dapat
dilakukannya kajian akibat dari upwelling seperti meningkatnya produktivitas
perairan yang dapat dipetakan pula menjadi daerah tangkapan ikan. Arus
geostropik memiliki hubungan dengan proses downwelling maupun upwelling,
sehingga arus geostropik menarik untuk dikaji. Pada pembelajaran modul kali ini
yaitu pengolahan data arus geostropik, bertujuan untuk mengetahui faktor dan
mekanisme pembangkit dari arus geostropik.
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa mengetahui fenomena arus geostropik beserta mekanisme
terjadinya.
2. Mahasiswa mengetahui hubungan antara arus geostropik dengan gaya
Coriolis.
3. Mahasiswa mengetahui pembelokan arus geostropik yang terjadi di Belahan
Bumi Selatan dan Belahan Bumi Utara.
4. Mahasiswa mengetahui pengaruh lintang terhadap arus geostropik.

1.3 Manfaat
1. Dapat memahami fenomena arus geostropik beserta mekanisme terjadinya.
2. Dapat mengetahui hubungan antara arus geostropik dengan gaya Coriolis.
3. Dapat mengetahui pembelokan arus geostropik yang terjadi di Belahan
Bumi Selatan dan Belahan Bumi Utara.
4. Dapat memahami pengaruh lintang terhadap arus geostropik.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Arus Geostropik
Arus geostropik adalah arus yang terjadi di permukaan laut akibat
pengaruh gaya gradien tekanan mendatar dan diseimbangkan oleh gaya coriolis .
Gaya tekanan mendatar menggerakkan arus dalam arah horizontal dan dalam
pergerakannya akan dipengaruhi oleh gaya coriolis yang timbul akibat rotasi
bumi. Arus geostropik tidak dipengaruhi oleh pergerakan angin (gesekan antara
angin dan udara), sehingga arus geostropik digolongkan ke dalam arus tanpa
gesekan. Arus geostropik merupakan fenomena yang terjadi di laut yang
mencakup area yang relatif luas. Arus geostropik dipengaruhi oleh gradien
tekanan horizontal dan juga gaya coriolis. Arus geostropik dapat digunakan untuk
mendeteksi munculnya beberapa fenomena di laut lepas, fenomena tersebut
adalah antara lain: arus eddy, upwelling, dan downwelling. Pemanfaatan arus
geostropik biasanya dimaksimalkan di sektor perikanan, yaitu pada pemanfaatan
deteksi zona yang berpotensi dalam penangkapan ikan (Alawiyah et al., 2018).

Gambar 1. Skema kecepatan geostropik permukaan arah y (Ramadyan dan


Radjawane 2013)
Menurut Ramadyan dan Radjawane (2013), arus geostropik ini
ditimbulkan akibat adanya transpor Ekman yang dibangkitkan oleh angin yang
membentuk daerah dengan slope muka air laut yang lebih tinggi dan slope muka
air laut yang lebih rendah yang diimbangni oleh gaya Coriolis. Dalam teori
Ekman, laut diasumsikan dengan lebar tak terbatas, jika pengaruh batas pantai
dimasukkan, maka akan menjadi kompleks, karena batas tersebut menghalangi
pergerakan arus dan terdapat kemiringan permukaan laut. Jika permukaan laut
mempunyai kemiringan, tekanan hidrostatik yang bekerja pada permukaan
horizontal akan bervariasi atau akan terdapat gradien tekanan horizontal. Dengan
cara yang sama jika angin berhembus dari tekanan yang tinggi ke tekanan rendah,
air cendrung mengalir karena perbedaan tekanan. Gaya yang meningkatkan
gerakan ini disebut Gaya gradien tekanan horizontal. Jika gaya Coriolis bekerja
pada air yang bergerak diseimbangkan oleh gaya gradien tekanan horizontal, arus
tersebut disebut dalam keseimbangan geostrofik dan disebut sebagai arus
geostrofik.
2.2 Gaya Gradien Tekanan
Angin disebabkan oleh pemanasan sinar matahari yang tidak merata di atas
permukaan bumi. Udara yang lebih panas akan mengembang menjadi ringan dan
bergerak naik ke atas, sedangkan udara yang lebih dingin akan lebih berat dan
bergerak menempati daerah tersebut. Perbedaan tekanan atmosfer pada suatu
daerah yang disebabkan oleh perbedaan temperatur akan menghasilkan sebuah
gaya. Perbedaan dalam tekanan dinyatakan dalan istilah gradien tekanan
merupakan laju perubahan tekanan karena perbedaan jarak. Gaya gradien
merupakan gaya yang bekerja dalam arah dari tekanan lebih tinggi ketekanan
yang lebih rendah. Arah gaya gradien tekanan di atmosfer tegak lurus permukaan
isobar (Ihwan dan Sota, 2017).
Menurut Brown et al. (2001), Gaya gradien tekanan merupakan selisih antar
tekanan yang terjadi pada suatu tempat di kolom lautan. Selisih antar tekanan pada
suatu tempat dapat berupa dimensi secara vertikal seperti permukaan laut dengan
titik di bawahnya maupun dimensi secara horisontal. Gradien tekanan terjadi
ketika terdapat perbedaan tekanan antara suatu tempat di kolom air sehingga
menyebabkan massa air bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Gaya
gradien tekanan merupakan gaya primer di lautan karena dapat menyebabkan
gerakan pada gaya lainnya. Tekanan di beberapa tempat di lautan dipengaruhi
oleh beberapa oleh gerakan air. Namun karena arus lautan secara vertikal relatif
rendah, untuk tujuan tekanan pada kedalaman tertentu dapat dianggap sebagai
tekanan hidrostatik.
Menurut Fitriyawita et al., (2020), gerakan udara tidak lurus tetapi
mengikuti suatu lintasan yang melengkung maka resultan dari gaya gradien
tekanan dan gaya coriolis menghasilkan gaya sentripetal yang dapat mengimbangi
gaya sentripugal untuk dapat bergerak melengkung, gerak angin tersebut
dinamakan angin gradient. Gaya gradien tekanan horizontal sangat dipengaruhi
oleh tekanan, massa air, kedalaman dan juga densitas dari massa air tersebut, yang
mana jika densitas laut homogen, maka gaya gradien tekanan horizontal adalah
sama untuk kedalaman berapapun. Jika tidak ada gaya horizontal yang bekerja,
maka akan terjadi percepatan yang seragam dari tekanan tinggi ke tekanan yang
lebih rendah. Pada air laut tekanan meningkat sesuai dengan bertambahnya
kedalaman, oleh karena itu gradien tekanan dalam air laut memiliki arah ke atas.
Gradien tekanan yang memiliki arah vertikal ke atas tersebut, dapat mengimbangi
percepatan gaya gravitasi yang arahnya ke bawah, maka akan membuat
permukaan isobar sejajar dengan permukaan datar. Kenyataannya permukaan
isobar jarang sekali identik dengan permukaan datar, melainkan selalu berbeda
walupun dengan jarak yang sangat kecil.
2.3 Gaya Coriolis
Gaya Coriolis, yaitu gaya yang membelokkan arah angin utama. Nama
Coriolis sendiri diambil dari nama seorang ilmuwan Perancis Gaspard Gustave
Coriolis. Jadi pengertian gaya Coriolis adalah gaya semu yang timbul akibat
efek dua gerakan yaitu gerak rotasi bumi dan gerak benda relatif terhadap
bumi. Efek coriolis tampak pada gejala pembelokkan arah (defleksi) gerak
sebuah benda pada sebuah kerangka acuan yang berputar, khususnya di
permukaan bumi. Jadi sebuah benda yang bergerak lurus pada kerangka acuan
yang berputar, akan terlihat berbelok oleh pengamat yan diam di dalam
kerangka acuan tersebut. Berdasarkan rotasi bumi, fenomena alam yang terjadi
adalah angin yang dikenal dengan angin utama (angin timur, barat,dan pasat).
Angin utama ini berhembus dalam suatu arah yang hamper tetap pada garis-
garis lintang tertentu. Angin itu timbul karena peredaran rotasi bumi. Seandainya
bumi tidak berotasi maka angin akan bergerak lurus ke utara atau ke selatan
(Untung, 2017).
Menurut Alawiyah et al., (2018), Gaya coriolis adalah gaya semu akibat
pengaruh rotasi bumi sehingga angin seolah - olah angin dibelokkan ke arah
kanan dari belahan Bumi Utara (BBU) dan dibelokkan ke kiri dari Belahan Bumi
Selatan (BBS). Gaya coriolis,yaitu gaya yang membelokkan arah arus yang
berasal dari tenaga rotasi bumi. Pembelokan itu akan mengarah kekanan di
belahan bumi utara dan mengarah kekiri di belahan bumi selatan. Gaya ini
mengakibatkan adanya aliran gyre yang searah jarum jam (kekanan) pada belahan
bumi utara dan berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi selatan. Gaya
Coriolis mempengaruhi aliran massa air, dimana gaya ini akan membelokkan arah
arus dari arah yang lurus. Gaya Coriolis juga yang menyebabkan timbulnya
perubahan-perubahan arah arus yang kompleks susunannya yang terjadi sesuai
dengan makin dalamnya kedalaman suatu perairan.
2.4 Spiral Ekman
Spiral Ekman adalah perubahan arah arus dari pengaruh angin ke pengaruh
gaya coriolis yang merupakan hasil kesetimbangan antara efek gesekan di laut dan
gaya fiktif yang timbul akibat rotasi bumi. Istilah Ekman Spiral berasal dari
seorang ilmuwan kelautan Swedia yang bernama Vagn Walfrid Ekman.
Perubahan arus spiral ekman dipengaruhi oleh angin ke pengaruh gaya coriolis
yang merupakan hasil kesetimbangan antara efek gesekan di laut dan gaya fiktif
yang timbul akibat rotasi bumi. Spiral ini terlihat karena dipengaruhi oleh angin
stabil bertiup di atas lautan dengan kedalaman tak terbatas, luas, dan viskositas
Eddy seragam. Setiap lapisan molekul air digerakkan oleh gesekan dari lapisan
yang lebih dangkal, dan setiap lapisan yang lebih dalam bergerak lebih lambat
dari lapisan di atasnya. Secara vertikal, pergerakan arus laut mengikuti kaidah
spiral Ekman yang mempengaruhi distribusi vertikal dari air tanah (Wisha dan
Kusumah, 2019).
Penurunan kecepatan arus dengan bertambahnya kedalaman dan
pembelokan arah arus dari permukaan sampai ke kolom air yang lebih dalam
terjadi pergeseran dari lapisan satu ke lapisan berikutnya yang lebih dalam
sehingga gerakan arus tampak seperti spiral. Pola aliran berdasarkan kedalaman
yang dibangkitkan oleh angin dan dipengaruhi oleh Coriolis seperti dijelaskan
dikenal dengan Ekman Spiral. spiral Ekman merupakan fenomena dari arus
Ekman dimana terjadi pembelokan arus dari arah semula pada arus yang relative
cepat di permukaan. Pembelokan ini akan semakin membesar seiring
bertambahnya kedalaman pada laut. pada spiral Ekman, semakin dalam suatu
perairan maka sudut pembelokan akan bertambah namun kecepatan arus semakin
bertambahnya kedalaman maka kecepatan arus akan berkurang. Pada kedalaman
yang cukup besar antara 500 – 2000 m, kecepatan arus sama dengan nol disebut
kedalaman tanpa gerakan atau kedalaman Ekman. Perubahan arah dan kecepatan
terhadap kedalaman pada arus Ekman ini akan menimbulkan suatu transport
massa air yang arahnya tegak lurus ke arah kanan pada bagian bumi utara dan ke
arah kiri pada bagian bumi selatan ( Prarikeslan, 2016).
2.5 Upwelling
Upwelling merupakan proses perpindahan massa air laut secara vertikal ke
permukaan air laut. Angin yang berhembus di atas permukaan air mendorong
massa air yang ada di permukaan sehingga mengakibatkan kekosongan massa air.
Oleh karena itu, massa air yang berada di bawah lapisan permukaan akan mengisi
kekosongan tersebut. Gerakan naik ini membawa serta massa air yang suhunya
lebih dingin, salinitas yang lebih tinggi serta nutrient yang kaya ke permukaan.
Upwelling merupakan proses naiknya massa air dari lapisan yang lebih bawah ke
lapisan diatasnya. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin,
salinitas tinggi, dan zat- zat hara yang kaya ke permukaan (Purwanti et al., 2017).
Upwelling adalah proses kenaikan massa air dari lapisan bawah menuju
lapisan permukaan. Massa air yang naik ke permukaan ini mempunyai suhu
dingin, salinitas tinggi dan kaya akan kandungan zat-zat hara seperti fosfat dan
nitrat. Proses ini menyebabkan lokasi upwelling mempunyai tingkat kesuburan
yang tinggi. Ciri ciri terjadinya upwelling di suatu perairan laut yaitu dengan
mengamati sebaran suhu permukaan laut secara spasial dan temporal. Ketika suhu
permukaan lautnya diketahui, maka dapat diduga suatu perairan laut terjadi
peristiwa upwelling. Kemudian dapat dikatakan bahwa perairan tersebut subur
atau tidak subur. Perairan yang subur akan memiliki fitoplankton yang berlimpah
dan konsentrasi klorofil-a yang tinggi. kehidupan di laut. Klorofil-a merupakan
pigmen yang sangat penting dalam proses fotosintesis fitoplankton di laut
(Santoso, 2019).
III. MATERI DAN METODE
3.1 Materi

Hari, tanggal : Jumat, 22 September 2021


Waktu : 19:00-21:00 WIB
Tempat : Secara daring menggunakan Microsoft Teams

3.2 Metode
1. Menghitung densitas pada tekanan atmosfer (σt)
2 3
σ o =−0 , 093+0 , 8149 s−0 , 000482 s +0 , 0000068 s
2. Menentukan nilai AT
A T =T ( 4 ,78670−0 , 098185 T +0 , 0010843 T 2 ) 10−3
3. Menentukan nilai BT
B T = T ( 18 , 030−0 , 8164 T +0 , 0166 T 2 ) 10−6
4. Menentukan nilai ∑T

−( T −3 , 98 )2 T +283
ΣT=
503 , 570 T +67 , 26
5. σt diperoleh dari persamaan :
σ t = Σ T + ( σ o +0 , 1324 ) [ 1−A T + BT ( σ o −0 ,1334 ) ]

6. Menghitung faktor anomali densitas yang tidak bergantung pada tekanan (Δs,t)
10−3 σ t
Δ s ,t =0 ,02736−
( 1−10−3 σ t )
7. Menghitung faktor anomali densitas yang tidak bergantung pada temperatur
(δs,p)
Nilai δs,p pada S=34,7129 dapat dicari dengan menggunakan interpolasi
34 -0,2
34,712
9 δs,p
35 0

Contoh:
34 ,7129−34
δ s , p=
[( 35−34 ) ]
. ( 0−(−0,2 ) ) +(−0,2 ) . 10−5 =−5 , 742. 10−7

8. Menghitung anomali densitas yang tidak bergantung pada salinitas (δt,p)


Nilai δt,p pada T=16,8422 dapat dicari dengan menggunakan interpolasi
15 2,8
16,842
2 δt,p
20 3,5
Contoh:
16 , 8422−15
δ t , p=
[( 20−15 ) ]
. ( 3,5−2,8 )+(2,8) . 10−5 =3 , 058. 10−5

9. Menghitung anomali densitas (δ)


δ=Δ s ,t +δ s , p +δ t , p

10. Menghitung anomali densitas rata-rata ( δ )


δ z + δ z+1
δ=
2
11. Menghitung gradien geopotensial ( ΔΦ )
ΔΦd =( Δδ . ΔP ) +ΔΦd −1
12. Menghitung selisih gradien geopotensial dua stasiun pada kedalaman yang
sama
( ΔΦ 12−ΔΦ11 )
13. Menghitung kecepatan arus geostropik relatif diantara dua stasiun ( v 1 −v2 )
a. Menghitung jarak antara stasiun 11 dan stasiun 12

L= ( (lon sta 1−lonsta 2 ). 111 )2 + ( (lat sta 1−lat sta 2).111 )2



b. Menghitung sudut antara stasiun 11 dan stasiun 12
sin φ11 +sin φ12
sin φ=
2

c. Kecepatan relatif arus geostropik


1 1
v 1 −v2 = ( ΔΦ B−ΔΦ A ) = ( ΔΦ12−ΔΦ 11 )
fL 2Ωsin φL
IV. HASIL

4.1 Perhitungan Manual


A. Stasiun 11
Kedalaman 50
1. Mencari nilai σt
σ t=Σ T + ( σ o +0,1324 ) [ 1− AT +B T ( σ o −0,1334 ) ]

σ t=−1,624054624 + ( 28.05261478+0,1324 ) [ 1−0.063564827+ 0.000163123 ( 28.05261478−0,1334 ) ]


σ t=24,89774689
2. Mencari nilai AT
AT =T ( 4,78670−0,098185T +0,0010843 T 2 ) 1 0−3
AT =19,2816 ¿
AT =0.063564827
3. Mencari nilai BT
BT =T ( 18,030−0,8164 T +0,0166 T 2 ) 10−6
BT =19,2816 ¿
BT =0.000163123
4. Mencari Nilai ∑T
−( T −3,98 )2 T + 283
ΣT =
503,570 T +67,26
−( 19,2816−3,98 )2 19,2816+ 283
ΣT =
503,570 19,2816+ 67,26
ΣT =−1,624054624
5. Mencari nilai ∆s,t
1 0−3 σ t
Δ s , t=0,02736−
( 1−10−3 σ t )
1 0−3 (24,89774689)
Δ s , t=0,02736−
( 1−10−3 (24,89774689) )
Δ s , t=0.00182653

6. Mencari nilai δs,p


34 -0,2
34,90
45 δs,p
35 0
3 4,9045−34
δ s, p=
[( 35−34 ) ]
. ( 0−(−0,2) ) +(−0,2) .10−5=−1,91.1 0−7

7. Mencari nilai δt,p


15 2,8
19,2816 δt,p
20 3,5
19,2816−15
δ t , p=
[( 20−15 ) ]
. ( 3,5−2,8 )+(2,8) .1 0−5=3,39942.1 0−5

8. Mencari nilai δ
δ =Δ s , t +δ s , p + δ t , p

δ =0,00182653+1,91.1 0−7 +3,39942.1 0−5


δ =0,00186033
9. Mencari nilai δrata2
δ z +δ z +1
δ=
2
0,00186033+0,001377142
δ=
2
δ =0,001618736
10. Mencari nilai δrata x ∆p
δ . Δp=δ( p 1− p 0)
δ . Δp=0,001618736(100−50)
δ . Δp=0,080936811
11. Mencari nilai ∆ΦA
ΔΦ d =( Δ δ . ΔP ) + Δ Φ d −1
ΔΦ d =(0,080936811)±0,378139828
ΔΦ d =0,45907664

 d = 300
1. Mencari nilai σt
σ t=Σ T + ( σ o +0,1324 ) [ 1− AT +B T ( σ o −0,1334 ) ]

σ t=−0,345070908+ ( 27,45267425+ 0,1324 ) [ 1−0,0415330441+0,000120248 ( 27,45267425−0,1334


σ t=26,18500258
2. Mencari nilai AT
AT =T ( 4,78670−0,098185T +0,0010843 T 2 ) 1 0−3
AT =10,7739 ¿
AT =0.041530441
3. Mencari nilai BT
BT =T ( 18,030−0,8164 T +0,0166 T 2 ) 10−6
BT =10,7739¿
BT =0.000120248
4. Mencari Nilai ∑T
−( T −3,98 )2 T + 283
ΣT =
503,570 T +67,26
−( 10,7739−3,98 )2 10,7739+283
ΣT =
503,570 10,7739+67,26
ΣT =−0,345070908
5. Mencari nilai ∆s,t
1 0−3 σ t
Δ s , t=0,02736−
( 1−10−3 σ t )
1 0−3 (26,18500258)
Δ s , t=0,02736−
( 1−10−3 (26,18500258) )
Δ s , t=−0.00047091
6. Mencari nilai δs,p
34 -0,2
34,160
1 δs,p
35 0
34,1601−34
δ s, p=
[( 35−34 ) ]
. ( 0−(−0,2) )+(−0,2) .10−5=−1,6798.1 0−6

7. Mencari nilai δt,p


15 2,8
10,7739 δt,p
20 3,5
10,7739−15
δ t , p=
[( 20−15 ) ]
. (3,5−2,8 ) +(2,8) .1 0−5=2,20835.1 0−5

8. Mencari nilai δ
δ =Δ s , t +δ s , p + δ t , p

δ =−0,00047091 ±1,6798.1 0−6+ 2,20835.10−5


δ =−0,00049131
9. Mencari nilai δrata2
δ z +δ z +1
δ=
2
−0,00049131+0,000346735
δ=
2
δ =0,000419023
10. Mencari nilai δrata x ∆p
δ . Δp=δ( p 1− p 0)
δ . Δp=0,000419023(350−300)
δ . Δp=0,020951132
11. Mencari nilai ∆ΦA
ΔΦ d =( Δ δ . ΔP ) + Δ Φ d −1
ΔΦ d =(−0,020951132)+0,179627886
ΔΦ d =−0,20057901

 d = 700
1. Mencari nilai σt
σ t=Σ T + ( σ o +0,1324 ) [ 1− AT +B T ( σ o −0,1334 ) ]

σ t=−0,004221245+ ( 27,41891266+ 0,1324 ) [ 1−0,020477359+6,85355 ( 27,41891266−0,1334 ) ]


σ t=27,03443499
2. Mencari nilai AT
AT =T ( 4,78670−0,098185T +0,0010843 T 2 ) 1 0−3
AT =4,7092¿
AT =0,0200477359
3. Mencari nilai BT
BT =T ( 18,030−0,8164 T +0,0166 T 2 ) 10−6
BT =4,7092 ¿

BT =6,853555.10−5
4. Mencari Nilai ∑T
−( T −3,98 )2 T + 283
ΣT =
503,570 T +67,26
−( 4,7092−3,98 )2 4,7092+283
ΣT =
503,570 4,7092+67,26
ΣT =−0,004221245

5. Mencari nilai ∆s,t


1 0−3 σ t
Δ s , t=0,02736−
( 1−10−3 σ t )
1 0−3 (27,03443499)
Δ s , t=0,02736−
(
1−10−3 (27,03443499) )
Δ s , t=−0.0004256

6. Mencari nilai δs,p


34 -0,2
34,118
2 δs,p
35 0
δ s, p= ([ 34,1182−34
35−34 ) ]
. ( 0−(−0,2) ) +(−0,2) .1 0 −5
=−1,7636.10−6

7. Mencari nilai δt,p


15 2,8
4,7092 δt,p
20 3,5
δ t , p= ([ 4,7092−15
20−15 ) ]
. ( 3,5−2,8 )+(2,8) .10 −5
=1,35929.1 0−5

8. Mencari nilai δ
δ =Δ s , t +δ s , p + δ t , p

δ =0,0004256−1,7636.1 0−6 +1,35929.1 0−5


δ =−0,000413774
9. Mencari nilai δrata2
δ z +δ z +1
δ=
2
−0,000413774−0,00053543
δ=
2
δ =−0,000474602
10. Mencari nilai δrata x ∆p
δ . Δp=δ( p 1− p 0)
δ . Δp=−0,000474602(800−700)
δ . Δp=−0,047460209
11. Mencari nilai ∆ΦA
ΔΦ d =( Δ δ . ΔP ) + Δ Φ d −1
ΔΦ d =(−0,047460209)−0,243961338
ΔΦ d =−0,19650113

B. Stasiun 12
 d = 50
1. Mencari nilai σt
σ t=Σ T + ( σ o +0,1324 ) [ 1− AT +B T ( σ o −0,1334 ) ]
σ t=−2,8355399864 + ( 28.30793181+ 0,1324 ) [ 1−0.074538464+ 0.000153336 ( 28.30793181−0,1334
σ t=23,64277915
2. Mencari nilai AT
AT =T ( 4,78670−0,098185T +0,0010843 T 2 ) 1 0−3
AT =24,6319 ¿
AT =0.074538464
3. Mencari nilai BT
BT =T ( 18,030−0,8164 T +0,0166 T 2 ) 10−6
BT =24,6319¿
BT =0.00019684
4. Mencari Nilai ∑T
−( T −3,98 )2 T + 283
ΣT =
503,570 T +67,26
−( 24,6319−3,98 )2 24,6319+ 283
ΣT =
503,570 24,6319+67,26
ΣT =−2,835399854
5. Mencari nilai ∆s,t
1 0−3 σ t
Δ s , t=0,02736−
( 1−10−3 σ t )
1 0−3 (23,64277915)
Δ s , t=0,02736−
( 1−10−3 (23,64277915) )
Δ s , t=0,0031447
6. Mencari nilai δs,p
34 -0,2
35,22
12 δs,p
35 0
3 5,2212−34
δ s, p=
[( 35−34 ) ]
. ( 0−(−0,2) ) +(−0,2) .1 0−5=4,424.1 0−7

7. Mencari nilai δt,p


15 2,8
24,6319 δt,p
20 3,5
δ t , p= ([ 19,2976−15
20−15 ) ]
. ( 3,5−2,8 )+(2,8) .1 0 −5
=4,14847.1 0−5

8. Mencari nilai δ
δ =Δ s , t +δ s , p + δ t , p

δ =0,0031447+ 4,424.1 0−7 +3,40166.1 0−5


δ =0,003186631
9. Mencari nilai δrata2
δ z +δ z +1
δ=
2
0,003186631+0,00235302
δ=
2
δ =0,002769826
10. Mencari nilai δrata x ∆p
δ . Δp=δ( p 1− p 0)
δ . Δp=0,002769826(100−50)
δ . Δp=0,138491287
11. Mencari nilai ∆ΦA
ΔΦ d =( Δ δ . ΔP ) + Δ Φ d −1
ΔΦ d =(0,138491287)±0,475496906
ΔΦ d =0,613988193

 d = 300
1. Mencari nilai σt
σ t=Σ T + ( σ o +0,1324 ) [ 1− AT +B T ( σ o −0,1334 ) ]

σ t=−0,486531312+ ( 27,52406757+ 0,1324 ) [ 1−0,045456047+0,000128025 ( 27,52406757−0,1334 ) ]


σ t=26,00976532
2. Mencari nilai AT
AT =T ( 4,78670−0,098185T +0,0010843 T 2 ) 1 0−3
AT =12,097 ¿
AT =0.045456047
3. Mencari nilai BT
BT =T ( 18,030−0,8164 T +0,0166 T 2 ) 10−6
BT =12,097 ¿
BT =−0.000128025
4. Mencari Nilai ∑T
−( T −3,98 )2 T + 283
ΣT =
503,570 T +67,26
−( 12,097−3,98 )2 12,097 +283
ΣT =
503,570 12,097+ 67,26
ΣT =−0,486531312

5. Mencari nilai ∆s,t


1 0−3 σ t
Δ s , t=0,02736−
( 1−10−3 σ t )
1 0−3 (26,00976532)
Δ s , t=0,02736−
( 1−10−3 (26,00976532) )
Δ s , t=0.0006557
6. Mencari nilai δs,p
34 -0,2
34,248
7 δs,p
35 0
δ s, p= ([ 34,2487−34
35−34 ) ]
. ( 0−(−0,2) ) +(−0,2) .1 0 −5
=−1,5026.10−6

7. Mencari nilai δt,p

15 2,8
12,097 δt,p
20 3,5
12,097−15
δ t , p=
[( 20−15 ) ]
. ( 3,5−2,8 )+(2,8) .10−5=2,39358.1 0−5

8. Mencari nilai δ
δ =Δ s , t +δ s , p + δ t , p

δ =0,0006557 ± 1,5026.10−6 +2,39358.10−5


δ =0,000678094
9. Mencari nilai δrata2
δ z +δ z +1
δ=
2
0,000678094+0,000 399037
δ=
2
δ =0,000538565
10. Mencari nilai δrata x ∆p
δ . Δp=δ( p 1− p 0)
δ . Δp=0,000538565(300−350)
δ . Δp=0,026928273
11. Mencari nilai ∆ΦA
ΔΦ d =( Δ δ . ΔP ) + Δ Φ d −1
ΔΦ d =(0,026928273)+0,162464805
ΔΦ d =0,189393078

 d = 700
1. Mencari nilai σt
σ t=Σ T + ( σ o +0,1324 ) [ 1− AT +B T ( σ o −0,1334 ) ]

σ t=−0,005762072+ ( 27,51302798+0,1324 ) [1−0,020961175+6,99379.10−5 ( 27,51302798−0,1334 ) ]


σ t=27,11312276

2. Mencari nilai AT
AT =T ( 4,78670−0,098185T +0,0010843 T 2 ) 1 0−3
AT =4,8325¿
AT =0,020961175
3. Mencari nilai BT
BT =T ( 18,030−0,8164 T +0,0166 T 2 ) 10−6
BT =4,8325 ¿

BT =6.99379.10−5
4. Mencari Nilai ∑T
−( T −3,98 )2 T + 283
ΣT =
503,570 T +67,26
−( 4,8325−3,98 )2 4,8325+283
ΣT =
503,570 4,8325+67,26
ΣT =−0,005762072
5. Mencari nilai ∆s,t
1 0−3 σ t
Δ s , t=0,02736−
( 1−10−3 σ t )
1 0−3 (27,113112276)
Δ s , t=0,02736− ( 1−10−3∗27,113112276 )
Δ s , t=¿ -0.000509

6. Mencari nilai δs,p


34 -0,2
34,235 δs,p
35 0
δ s, p= ([ 34,235−34
35−34 ) ]
. ( 0−(−0,2)) +(−0,2) .1 0 −5
=−0,00000153

7. Mencari nilai δt,p


15 2,8
4,8325 δt,p
20 3,5
4,832525−15
δ t , p=
[( 20−15 ) ]
. ( 3,5−2,8 ) +(2,8) .1 0−5=1,37655.1 0−5

8. Mencari nilai δ
δ =Δ s , t +δ s , p + δ t , p

δ =−0,000509−0,00000153+1,3765.1 0−5
δ =−0,000496496
9. Mencari nilai δrata2
δ z +δ z +1
δ=
2
−0,000496496−0,000647224
δ=
2
δ =−0,00057186
10. Mencari nilai δrata x ∆p
δ . Δp=δ( p 1− p 0)
δ . Δp=−0,00057186(800−700)
δ . Δp=−0,057185972
11. Mencari nilai ∆ΦA
ΔΦ d =( Δ δ . ΔP ) + Δ Φ d −1
ΔΦ d =(−0,057185972 ) +0,260804948
ΔΦ d =0,2036189

C. Gabungan 11-12
1.Menghitung selisih gradien geopotensial
 Data Ke-1, d = 50
= ∆ΦB-∆ΦA
=0,613988193-0,45907664
= 0,154911553

 Data Ke-2, d = 300


= ∆ΦB-∆ΦA
= 0.189393078 - 0.200579018
= -0.01118594

 Data Ke-3, d = 700


= ∆ΦB-∆ΦA
= 0.203618976 - 0.19650113
= 0.007117846

2.Menghitung jarak antara stasiun 11 dan stasiun 12

2 2

L= ((39 .62431−38.15009 ).111 ) + ( (7.2191−7 .214731).111 )
=163.6391386
3.Menghitung sudut antara stasiun 11 dan stasiun 12
sin φ11 +sin φ12
sin φ=
2
0 . 125588307+0 . 125663956
sin φ= =0 .125626131
2
4.Kecepatan relatif arus geostropik
 Data Ke-1, d = 50
1 1
v 1 −v2 = ΔΦ −ΔΦ A ) = ΔΦ −ΔΦ 11 )
fL ( B 2Ωsin φL ( 12
= 0.051684357

 Data Ke-2, d = 300


1 1
v 1 −v2 = ΔΦ −ΔΦ A ) = ΔΦ −ΔΦ 11 )
fL ( B 2Ωsin φL ( 12
= -0.003732053

 Data Ke-3, d = 700


1 1
v 1 −v2 = ΔΦ −ΔΦ A ) = ΔΦ −ΔΦ 11 )
fL ( B 2Ωsin φL ( 12

= 0.002374783

4.2 Hasil Excel


4.2.1 Stasiun 11
Tabel 1. Olah data stasiun 11
p=d T S σ0 AT BT a b ∑T σt

0 26.2853 35.2345 28.31865502 0.07767409 0.000211331 -0.987998507 3.306262314 -3.266582229 23.14402959

10 26.2666 35.2349 28.31897752 0.077639069 0.000211153 -0.986342593 3.306723435 -3.261562167 23.15020475

50 24.6319 35.2212 28.30793181 0.074538464 0.000196864 -0.846954691 3.347758616 -2.835399864 23.64277915

100 22.0313 35.2663 28.34429433 0.069395343 0.000178474 -0.647078721 3.416136846 -2.210509462 24.43341245

150 19.8516 35.1397 28.2422237 0.064813055 0.000166058 -0.500243634 3.476593244 -1.739143637 24.92887833

200 17.2589 34.8703 28.02504623 0.058941127 0.000153336 -0.350158241 3.552565166 -1.243959968 25.37427836

250 14.752 34.5331 27.75325845 0.052727216 0.000141604 -0.230426721 3.630590645 -0.836585098 25.68780348

300 12.097 34.2487 27.52406757 0.045456047 0.000128025 -0.1308372 3.718600754 -0.486531312 26.00976532

350 10.2605 34.1561 27.44945115 0.039948493 0.000116979 -0.078330084 3.783005786 -0.29632316 26.27181002

400 8.589 34.0702 27.38023683 0.034556801 0.000105151 -0.042184564 3.844335456 -0.162171616 26.47854121

500 6.8779 34.033 27.35026374 0.028630543 9.07893E-05 -0.016676578 3.909982613 -0.06520513 26.69852471

600 5.2724 34.1133 27.41496446 0.022666949 7.47999E-05 -0.003316913 3.974394891 -0.013182721 26.96598177

700 4.8325 34.235 27.51302798 0.020961175 6.99379E-05 -0.001443208 3.992544301 -0.005762072 27.11312276

800 4.4645 34.3631 27.61625542 0.019509709 6.56998E-05 -0.000466152 4.007898277 -0.00186829 27.25552241

900 4.232 34.4402 27.67838874 0.018581022 6.29396E-05 -0.000126108 4.0176803 -0.00050666 27.34174392

1000 3.8772 34.4849 27.71441276 0.017146208 5.86008E-05 -2.09858E-05 4.032731117 -8.46303E-05 27.41426882

4.2.2 Stasiun 12
Tabel 2. Olah data stasiun 12
p=d T S σt ∆s,t δs,p δt,p δ δrata δrata x ∆p ∆ΦA
0 26.2853 35.2345 23.14402959 0.0036676 4.69E-07 4.37994E-05 0.003711902
0.003708654 0.037086537 0.788915457
10 26.2666 35.2349 23.15020475 0.0036612 4.698E-07 4.37732E-05 0.003705405
0.003446018 0.137840727 0.75182892
50 24.6319 35.2212 23.64277915 0.0031447 4.424E-07 4.14847E-05 0.003186631
0.002769826 0.138491287 0.613988193
100 22.0313 35.2663 24.43341245 0.0023146 5.326E-07 3.78438E-05 0.00235302
0.002090938 0.104546917 0.475496906
150 19.8516 35.1397 24.92887833 0.0017938 2.794E-07 3.47922E-05 0.001828856
0.001592432 0.079621606 0.370949989
200 17.2589 34.8703 25.37427836 0.0013251 -2.594E-07 3.11625E-05 0.001356008
0.001188831 0.059441574 0.291328383
250 14.752 34.5331 25.68780348 0.0009949 -9.338E-07 2.76528E-05 0.001021655
0.000849875 0.042493731 0.231886809
300 12.097 34.2487 26.00976532 0.0006557 -1.5026E-06 2.39358E-05 0.000678094
0.000538565 0.026928273 0.189393078
350 10.2605 34.1561 26.27181002 0.0003794 -1.6878E-06 2.13647E-05 0.000399037
0.000288739 0.014436947 0.162464805
400 8.589 34.0702 26.47854121 0.0001613 -1.8596E-06 1.90246E-05 0.000178441
6.11237E-05 0.006112367 0.148027858
500 6.8779 34.033 26.69852471 -7.09E-05 -1.934E-06 1.66291E-05 -5.61939E-05
-0.000198442 -0.019844201 0.141915491
600 5.2724 34.1133 26.96598177 -0.000353 -1.7734E-06 1.43814E-05 -0.00034069
-0.000418593 -0.041859284 0.161759692
700 4.8325 34.235 27.11312276 -0.000509 -0.00000153 1.37655E-05 -0.000496496
-0.00057186 -0.057185972 0.203618976
800 4.4645 34.3631 27.25552241 -0.000659 -1.2738E-06 1.32503E-05 -0.000647224
-0.000692874 -0.0692874 0.260804948
900 4.232 34.4402 27.34174392 -0.00075 -1.1196E-06 1.29248E-05 -0.000738524
-0.00077706 -0.077706047 0.330092348
1000 3.8772 34.4849 27.41426882 -0.000827 -1.0302E-06 1.24281E-05 -0.000815597
-0.000407798 0.407798394 0.407798394

4.2.3 Gabungan Stasiun 11 dan 12


Tabel 3. Olah data gabungan stasiun 11 dan 12
sta A= sta 11
sta B = sta 12 sinsta1 0.125588307
L 163.6391386 163639.1386 sinsta2 0.125663956
Ω 0.0000729
Latitude Sta11 7.214731 7° 12’ 53,03” Longitude Sta11 38.15009 38° 9’ 0,31”
LatitudeSta12 7.2191 7° 13’ 8,76” Longitude Sta12 39.62431 39° 37’ 27,52”
sinΦ 0.125626131

d ∆ΦB ∆ΦA ∆ΦB-∆ΦA V1-V2


0 0.788915457 0.597702721 0.191212736 0.063795805
-10 0.75182892 0.563835195 0.187993725 0.062721821
-50 0.613988193 0.45907664 0.154911553 0.051684357
-100 0.475496906 0.378139828 0.097357078 0.032482006
-150 0.370949989 0.315750434 0.055199555 0.01841666
-200 0.291328383 0.266982403 0.024345979 0.00812274
-250 0.231886809 0.229518493 0.002368316 0.00079016
-300 0.189393078 0.200579018 -0.01118594 -0.003732053
-350 0.162464805 0.179627886 -0.017163081 -0.005726253
-400 0.148027858 0.1650019 -0.016974041 -0.005663183
-500 0.141915491 0.153535719 -0.011620228 -0.003876948
-600 0.161759692 0.164898596 -0.003138904 -0.001047257
-700 0.203618976 0.19650113 0.007117846 0.002374783
-800 0.260804948 0.243961338 0.016843609 0.005619665
-900 0.330092348 0.304325328 0.025767019 0.008596853
-1000 0.407798394 0.375464221 0.032334173 0.010787904

4.3 Grafik
4.3.1 Profil Anomali gradien geopotensial stasiun 11 dan 12

Grafik 1. Grafik profil anomaly gradient geopotensial stasiun 11 dan 12

4.3.2 Profil Gradien Geopotensial Terhadap kedalaman


Grafik 2. Grafik profil gradient geopotensial terhadap kedalaman

4.3.3 Profil Kecepatan relatif arus geostropik Terhadap kedalaman

Grafik 3. Grafik profil kecepatan relative arus geostropik terhadap kedalaman

V. PEMBAHASAN
5.1 Nilai dan kondisi di stasiun 11
Data stasiun 11 menunjukkan bahwa suhu maksimum pada perairan
terdapat pada permukaan d = 0 meter yaitu sebesar 24.7968. Suhu semakin lama
semakin turun secara terus-menerus hingga d = 1000 meter yang mencapai
3.6765. Perbedaan suhu ini diakibatkan oleh intensitas sinar matahari yang
maksimum pada permukaan dan semakin berkurang dengan bertambahnya
kedalaman. Sedangkan nilai salinitas bervariasi pada setiap kedalaman. Salinitas
maksimum ditemukan pada kedalaman d = 0 meter dengan salinitas mencapai
35.0226 dan salinitas minimum ditemukan pada kedalaman d = 500 meter dengan
nilai 34.0082. Nilai sigma-t digunakan untuk menghitung volume spesifik dari
massa air di mana nilainya semakin besar dengan bertambahnya kedalaman.
Ketiga variabel tersebut digunakan untuk menentukan nilai kedalaman dinamik
permukaan isobarik pada stasiun 11. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa
nilai ∆ΦA pada stasiun 11 semakin lama semakin kecil dengan bertambahnya
kedalaman, di mana pada permukaan nilainya sebesar 0,597702721 dan pada
kedalamaman d = 1000 nilainya sebesar 0, 0375464221.
5.2 Nilai dan kondisi di stasiun 12
Data stasiun 12 menunjukkan bahwa suhu maksimum pada perairan
terdapat pada permukaan d = 0 meter yaitu sebesar 26.2853. Suhu semakin lama
semakin turun secara terus-menerus hingga d = 1000 meter yang mencapai
3.8772. Perbedaan suhu ini diakibatkan oleh intensitas sinar matahari yang
maksimum pada permukaan dan semakin berkurang dengan bertambahnya
kedalaman. Stasiun 12 memiliki suhu permukaanya sedikit lebih tinggi daripada
suhu permukaan pada stasiun 11 yang disebabkan oleh berbagai faktor yang
mungkin bisa terajadi seperti posisi koordinat atau kondisi cuaca (berawan atau
tidak). Sedangkan nilai salinitas di stasiun 12 juga bervariasi pada setiap
kedalaman. Sama halnya pada stasiun 11, salinitas maksimum ditemukan pada
kedalaman d = 100 meter dengan nilai 35.2663 dan salinitas minimum ditemukan
pada kedalaman d = 500 meter dengan nilai 34.033. Namun, pada stasiun 12 nilai
salinitas sedikit lebih besar daripada salinitas di stasiun 11 pada kedalaman yang
sama. Nilai sigma-t digunakan untuk menghitung volume spesifik dari massa air
di mana nilainya semakin besar dengan bertambahnya kedalaman. Ketiga variabel
tersebut digunakan untuk menentukan nilai kedalaman dinamik permukaan
isobarik pada stasiun 12. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai ∆ΦB
pada stasiun 12 semakin lama semakin kecil dengan bertambahnya kedalaman, di
mana pada permukaan nilainya sebesar 0,003708654 dan pada kedalaman d =
1000 nilainya sebesar -0.000407798.
5.3 Arus geostropik yang terjadi antar kedua stasiun
Arus geostropik timbul akibat adanya keseimbangan antara gaya gradien
tekanan dan gaya Coriolis. Nilai arus geostropik didapat dari selisih antara data
tinggi muka laut pada dua stasiun yang terpisah. Nilai beda tinggi muka laut ini
digunakan untuk memperoleh kecepatan arus geostrofik permukaan. Sebaran arah
dan kecepatan arus geostrofik permukaan rata-rata bulanan. kecepatan arus dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan gradien. Analisis sebaran horizontal
data arus geostrofik dilakukan dengan mencari rata-rata kecepatan arus tiap
bulannya selama satu tahun dan menentukan arah arus melalui kontur tinggi muka
laut rata-rata di perairan.
Hasil pengolahan data pada stasiun 11 dan stasiun 12 digunakan untuk
menentukan kecepatan relatif arus geostropik di antara stasiun 11 dan stasiun 12.
Stasiun 11 dan stasiun 12 memiliki nilai kedalaman yang sama. Namun, nilai
salinitas dan densitasnya berbeda. Sehingga menyebabkan nilai kedalaman
dinamik isobarik pada stasiun 11 dan 12 berbeda, di mana nilai ∆ΦB pada stasiun
11 lebih tinggi pada setiap lapisan kedalamannya dibandingkan dengan stasiun 12.
Struktur dan pola pemisahan lapisan tergantung dari perbedaan densitas masing-
masing lapisan. Sehingga, nilai ∆ΦB pada stasiun 11 dan 12 tersebut digunakan
untuk menentukan kecepatan relatif arus geostropik pada setiap lapisan
kedalaman. Pada lapisan permukaan nilai kecepatan relatif arus geostropik sebesar
0,010787904. Nilai kecepatan maksimum ditemukan pada wilayah perairan
permukaan laut. Dari hasil dapat dikatakan arus geostropik merupakan arus yang
tidak dipengaruhi oleh gesekan angin di permukaan maupun gesekan dengan
dasar perairan, sehingga arus geostropik hanya ditemukan pada kolom perairan
saja.

5.4 Profil Anomali gradien geopotensial stasiun 11 dan 12


Pada praktikum kali ini, dibuat 3 grafik berdasarkan data yang sudah
diolah. Grafik tersebut bertujuan untuk menampilkan kondisi anomal gradien
geopotensial pada stasiun 11 dan 12. Secara harafiah geopotensial sendiri dapat
disebut sebagai usaha untuk memindahkan satu-satuan massa parsel udara dari
permukaan laut ke ketinggian tertentu. Maka dengan demikian dapat dikatakan
bahwa gradient geopotensial yakni perbedaan kemampuan untuk memindahkan
satu-satua massa parsel udara dari permukaan laut ke ketinggian tertentu dalam
ruang. Berdasarkan analisa terhadap grafiknya, diperoleh bahwa profil anomali
gradien geopotensial Stasiun 12 lebih besar daripada stasiun 11.
Gradien geopotensial tidak lepas kaitannya dengan tekanan dan suhu. Pada
dasarnya adanya tekanan pada permukaan laut tidak lepas dari kontribusi
pemanasan yang diakibatkan oleh matahari. Pemanasan matahari menyebabkan
suhu permukaan laut berfluktuasi dan fluktuasi muka air lat menyebabkan
fluktuasi tekanan permukaan. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui profil
gradient geopotensial lebih besar di stasiun 12 dikarenakan pada stasiun tersebut
suhu maksimum terbentuk di permukaan
Berdasarkan data yang yang didapat kemudian diolah menjadi sebuah
grafik yang menggambarkan sebuah profil anomali gradien geopotensial pada
stasiun 11 dan stasiun 12. Pada stasiun 12 diperoleh hasil pengolahan data yang
menunjukkan bahwa nilai ∆ΦB pada stasiun 12 semakin lama semakin kecil
dengan bertambahnya kedalaman, di mana pada permukaan nilainya sebesar
0,788915457 dan pada kedalamaman d = 1000 nilainya sebesar 0.407798394
Sedangkan pada stasiun 11 diperoleh hasil pengolahan data menunjukkan bahwa
nilai ∆ΦA pada stasiun 11 semakin lama semakin kecil dengan bertambahnya
kedalaman, di mana pada permukaan nilainya sebesar 0,597702721 dan pada
kedalamaman d = 1000 nilainya sebesar 0.37546221. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa seiring bertambahnya kedalaman maka ∆Φ akan semakin mengecil dan
pada suatu saat akan menghilan atau sama dengan nol.

5.5 Profil Gradien Geopotensial Terhadap kedalaman


Grafik kedua yang dianalisis yakni grafik profil gradient geopotensial
terhadap kedalaman. Ditinjau pada permukaan perairan atau pada kedalaman 0
meter. Gradien geopotensial di permukaan cenderung besar karena dipengaruhi
oleh beberapa faktor, seperti angin dan suhu. Angin yang bertiup secara terus-
menerus akan menyebabkan sebuah fenomena yang disebut dengan pengadukan.
Dengan adanya fenomena pengadukan, nilai gradien geopotensial terhadap
kedalaman cenderung besar. Selain angin, suhu juga menjadi salah satu penyebab
tingginya gradien geopotensial di permukaan. Hal ini dikarenakan permukaan air
laut mendapatkan pengaruh langsung dari sinar matahari. Sedangkan pada
kedalaman 2000 meter, gradien geopotensial terhadap kedalaman mengalami
penurunan secara drastis. Hal ini juga dapat terjadi gradien suhu yang biasa
disebut dengan termoklin, gradien salinitas yang biasa disebut dengan haloklin
dan gradien densitas yang biasa disebut dengan pinoklin. Setelah mengalami
penurunan yang drastis di kedalaman 200 meter, gradien geopotensial terhadap
kedalaman mengalami penurunan secara konstan. Karena mengalami penurunan
secara konstan dan terus-menerus, gradien geopotensial di kedalaman 1000 meter
mencapai 0.
Profil Gradien Geopotensial terhadap kedalaman didapat dari hasil
pengurangan nilai ∆ΦB - ∆ΦA sehingga didapatkan grafik yang seiring bertambah
nya kedalaman maka nilai nya akan semakin berkurang dan di kedalaman tertentu
nilai nya akan sama dengan nol. Hal ini dikarenakan gradien dari tekanan sudah
seimbang sehingga gradien geopotensial pun tidak ada.
5.6 Profil Kecepatan relatif arus geostropik Terhadap kedalaman
Sedangkan pada grafik yang ketiga yakni grafik yang menunjukkan profil
kecepatan relatif arus geostropik terhadap kedalaman. Pada permukaan perairan
atau pada kedalaman 0 meter, kecepatan relatif arus geostropik terhadap
kedalaman berada di rentang nilai 0,063795. Beberapa penyebab tinggi kecepatan
arus tersebut yakni dipenaruhi oleh terbentuknyanya slope muka air yang terjadi
terutama pada saat peralihan musim. Diketahui bahwa pada dasarnya, arus
geostropik merupakan jenis arus yang terjadi tanpa gesekan baik itu angin
maupun di dasar perairan dan terbentuk di kolom perairan sendiri. Sementara pada
hasil praktikum kali ini diperoleh bahwa hasil kecepatan arus tertinggi terjadi pada
permukaan atau kedalaman 0 m.
Suhu menjadi salah satu penyebab tingginya kecepatan relatif arus
geostropik di permukaan. Hal ini dikarenakan permukaan air laut mendapatkan
pengaruh langsung dari sinar matahari. Sedangkan pada kedalaman 200 meter,
kecepatan relatif arus geostropik terhadap kedalaman mengalami penurunan
secara drastis. Hal ini juga dapat terjadi gradien suhu yang biasa disebut dengan
termoklin, gradien salinitas yang biasa disebut dengan haloklin dan gradien
densitas yang biasa disebut dengan pinoklin. Setelah mengalami penurunan yang
drastis di kedalaman 200 meter, kecepatan relatif arus geostropik terhadap
kedalaman mengalami penurunan secara konstan. Karena mengalami penurunan
secara konstan dan terus-menerus, kecepatan relatif arus geostropik di kedalaman
1000 meter mencapai 0.
Profil Kecepatan relatif arus geostropik Terhadap kedalaman yang diperoleh
yaitu nilai kecepatan akan semakin berkurang dan hilang seiring bertambahnya
kedalaman. Hal ini dikarenakan arus geostropik sendiri dibangkitkan karena
adanya gradien tekanan dan pada kedalaman tertentu gradien tekanan ini akan
mencapai titik keseimbangan yang mengakibatkan pergerakan arus geostropik
menjadi tidak ada
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Arus geostrofik adalah arus yang terjadi di permukaan laut akibat
pengaruh gaya gradien tekanan mendatar dan diseimbangkan oleh gaya
coriolis. Gaya tekanan mendatar menggerakkan arus dalam arah horizontal
dan dalam pergerakannya akan dipengaruhi oleh gaya coriolis yang timbul
akibat rotasi bumi.
2. Gaya Coriolis merupakan gaya yang ditimbulkan akibat perputaran bumi
pada porosnya (rotasi bumi). Proses rotasi akan menyebabkan terjadinya
gaya sentrifugal yang mengakibatkan gaya yang menyebar dari inti bumi
menuju ke permukaan. Efek coriolis tampak pada gejala pembelokkan
arah (defleksi) gerak sebuah benda, Pembelokan arah arus tekanan
tersebut akan terjadi hingga tercipta keseimbangan dengan gaya Coriolis
dan menghasilkan arus geostropik.
3. Apabila berada di belahan bumi utrara (BBU), arus akan dibelokkan oleh
gaya Coriolis ke arah kanan. Namun, apabila berada di belahan bumi
selatan, arus akan dibelokkan ke arah kiri.
4. Proses rotasi pada gaya Coriolis akan menyebabkan terjadinya gaya
sentrifugal yang mengakibatkan gaya yang menyebar dari inti bumi
menuju kie permukaan. Di permukaan bumi, gaya Coriolis di tiap tempat
berbeda, bergantung pada letak lintang tempat tersebut.
6.2 Saran
1. Saat dilaksanakannya praktikum sebaiknya pratikan lebih disiplin dan
mematuhi segala peraturan yang ada agar praktikum berlangsumg dengan
lancar.
2. Saat praktikum diharapkan tepat waktu agar praktikum lebih efesien dan
jika ada kendala diharapkan secepatnya memberi kabar kepada kormat
atau asisten praktikum.
3. Saat praktikum diharapkan agar praktikan lebih aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah, E. A., B. Sasmito., Dan N. Bashit. 2018. Analisis Pola Arus Geostropik
Perairan Samudera Hindia Untuk Identifikasi Upwelling Menggunakan Data
Satelit Altimetri. Jurnal Geodesi Undip., 7(1) : 68– 78.
Brown, E., A. Colling., D. Park., J. Phillips., D. Rothery., & D. Wright. 2001.
Ocean Circulation 2nd Ed. Singapore: The Open University.
Fitriyawitaa, M., M. I. Jumarang., Apriansyah., W. Sulistya., M. Saepudin. 2020.
Hubungan Pola Garis Arus Angin (Streamline) dengan Distribusi Hujan di
Kalimantan Barat. Prima Fisika., 8(2) : 135-146.
Ihwan, A., & I. Sota. (2017). Kajian Potensi Energi Angin Untuk Perencanaan
Sistem Konversi Energi Angin (Skea) Di Kota Pontianak. Jurnal Fisika Flux:
Jurnal Ilmiah Fisika Fmipa Universitas Lambung Mangkurat., 7(2): 130-140.
Prarikeslan, W. 2016. Oseanografi. Jakarta : Kencana. 200 hlm.
Purwanti, I., Y. Prasetyo., dan A. P. Wijaya. 2017. Analisis Pola Persebaran
Klorofil-A, Suhu Permukaan Laut, Dan Arah Angin Untuk Identifikasi
Kawasan Upwelling Secara Temporal Tahun 2003-2016 (Studi Kasus : Laut
Halmahera. Jurnal Geodesi UNDIP., 6(4) : 506-516.
Ramadyan, F. dan I. M. Radjawane. 2013. Arus Geostropik Permukaan Musiman
Di Perairan ArafuraTimor. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis., 5(2) :
261-271.
Santoso, D. 2019. Sebaran Suhu Permukaan Laut (Spl) Secara Spasial Dan
Temporal Di Perairan Selat Alas Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Biologi
Tropis., 19(1): 34 - 41.
Untung, G. B. (2017). Ayunan Foucoult Untuk Menentukan Garis Lintang Kota
Surabaya. Magister Scientiae., 2(42) : 159-175.
Wisha, U. J. dan G. Kusumah. 2019. Faktor Hidro-Oseanografi Terhadap
Distribusi Air Tawar Bersuhu Rendah Dekat Pantai Sekitar Lokasi Keluaran
Air Tanah Lepas Pantai (KALP) di Perairan Lombok Utara, Indonesia.
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia., 4(3): 145-154.

Anda mungkin juga menyukai