Disusun Oleh:
Siti Zulaihah
26050120130061
Oseanografi A
DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN
Asisten Praktikan
Metode Admiralty
Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah Pasang Surut Koordinator Praktikum
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara pengolahan data pasang surut dengan
metode Admiralty.
2. Mahasiswa dapat mengetahi nilai komponen harmonik serta mengetahui tipe pasang
surut di suatu perairan.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mampu melakukan pengolahan data pasang surut dengan metode
Admiralty.
2. Mahasiswa mengetahui nilai komponen harmonic serta tipe pasang surut di perairan
Sulawesi Tengah pada bulan September – Oktober 2014.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Keterangan :
- F (Formzahl)= Angka Pasang Surut (tide form number)
- A(K1) = Amplitudo dari konstanta pasut K1
- A(O1) = Amplitudo dari konstanta pasut O1
- A(M2) = Amplitudo dari konstanta pasut M2
- A(S2) = Amplitudo dari konstanta pasut S2
Dengan nilai F, maka dapat ditentukan tipe pasang surut berdasarkan klasifikasi berikut:
1. Pasang surut harian ganda jika F ≤ 0.25
2. Pasang surut campuran condong harian ganda jika 0.25 < F ≤ 1.5
3. Pasang surut campuran condong harian tunggal jika 1.5 < F ≤ 3
4. Pasang surut harian tunggal jika F > 3
III.1 Materi
Praktikum dilaksanakan pada Kamis, 21 Oktober 2021 pukul 18:30-21:30 WIB secara
daring melalui platform Microsoft Teams.
III.2 Metode
a. Skema 1
Pada skema 1, sudah terdapat data pasang surut yang disediakan oleh asisten
praktikum. Data yang digunakan yaitu data pasang surut pada tanggal 13 September
2014 – 11 Oktober 2014 di wilayah perairan Sulawesi Tengah. Waktu yang diambil
datanya yaitu 24 jam/hari selama 28 hari.
Gambar 1. Skema 1
b. Skema 2
Pada skema 2, terdapat kolom X1, Y1, X2, Y2, X4, dan Y4, kolom-kolom tersebut
terdapat tanda positif (+) dan tanda negatif (-). Untuk mengisinya maka diperlukan
tabel bantuan skema 2 yang sudah diberikan oleh asisten praktikum. Untuk kolom
bertanda positif maupun negatif disesuaikan dengan skema 2 tadi dan nilainya diambil
dari data pada skema 1.
Gambar 2. Skema 2
c. Skema 3
Pada skema 3, kolom yang bertanda positif (+) dan negative (-) pada X1, Y2, X2, Y2,
X4, dan Y4 dijumlahkan. Kemudian ditambah 2000 untuk penjumlahan pada kolom
X1, Y2, X2, dan Y2 yang berarti 29 piantan dan ditambah 500 untuk penjumlahan
pada kolom X4 dan Y4 yang berarti 15 piantan.
Gambar 3. Skema 3
d. Skema 4
Pada skema 4, terdapat index yang bertanda positif (+) dan negative (-). Untuk
mengisi data index ini maka diperlukan tabel bantuan skema 4 yang sudah diberikan
oleh asisten praktikum. Untuk kolom bertanda positif maupun negatif disesuaikan
dengan skema 4 tadi dan nilainya diambil dari data pada skema 3.
Gambar 4. Skema 4
e. Skema 5
Pada skema 5, dilakukan pengurangan antara jumlah index X tertentu dengan jumlah
index Y tertentu sesuai format yang diberikan oleh asisten praktikum. Kemudian dicari
nilai-nilai beberapa komponen pasang surut dengan dibantu tabel skema 5 yang sudah
diberikan oleh asisten praktikum.
Gambar 5. Skema 5
f. Skema 6
Pada skema 6 hampir sama dengan skema 5, bedanya yaitu pada skema 6 dilakukan
pengurangan antara jumlah index Y tertentu dengan jumlah index X tertentu sesuai
format yang diberikan oleh asisten praktikum.
Gambar 6. Skema 6
g. Skema 7 dan 8
Pada skema 7 dan 8, dilakukan perhitungan untuk menghasilkan nilai amplitude (A)
dan fase (g) yang nantinya akan digunakan untuk menentukan tipe pasut dan grafik
pasut.
IV.1 Hasil
IV.1.1 Skema VII hasil perhitungan dengan Metode Admiralty
Tabel 1. Skema VII hasil perhitungan dengan Metode Admiralty
S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS 4
V : PR cos r 252200 -2941.3 4268.9 6941.1 -7445.6 -1849.5 49.4 77.0
VI : PR sin r 0 20660.7 2711.4 -3102.2 -3102.7 7833.2 -18.9 78.6
PR 252200 20869.0 5057.2 7602.8 8066.2 8048.6 52.9 110.0
Daftar 3a : P 559 448 566 439 565 507 535
Daftar 5 : f 1.0 1.0 1.0 0.9 0.8 1.1 1.0
VII : 1+W 1.0 1.0 1.2 1.0 0.7 1.0 1.0 1.2
: V 290.9 0.0 33.6 275.7 15.1 221.7 290.9
Daftar 9 : u 0.7 0.0 0.7 3.5 -4.7 1.5 0.7
VIII : w 5.0 10.2 6.3 5.0
Daftar 3a : p 696.00 333 345 327 173 160 307 318
Daftar 4 : r 98.1 32.4 335.9 202.6 103.3 339.1 45.6
Jumlah = g 696.00 722.7 382.5 707.4 661.2 273.7 869.3 660.2
n x 360° 720 360 360 360 0 720 360
PR:((Px f x(1+W)) = A 362.4 60.5 12.2 21.8 72.5 61.3 0.2 0.3
VII g° 696.00 2.7 22.5 347.4 301.2 273.7 149.3 300.2
IV.1.2 Nilai MSL, HWS, LWS dan Formzahl pada bulan September-Oktober 2014
Tabel 2. Nilai MSL, HHWL, LLWL, dan Formzahl pada bulan September-Oktober
IV.1.3 Grafik Tipe pasang surut bulanan di Perairan Sulawesi Tengah (bulan
September-Oktober 2014)
Grafik 1. Grafik Tipe pasang surut bulanan di Perairan Sulawesi Tengah (bulan
September-Oktober)
GRAFIK ELEVASI PASANG SURUT PERAIRAN SULAWESI TENGAH
BULAN SEPTEMBER-OKTOBER
SITI ZULAIHAH/26050120130061
600
500
400 Grafik
HHWL
MSL
300
LLWL
MHWL
200 Z0
MLWL
100
0
08/09/2014 00:0013/09/2014 00:0018/09/2014 00:0023/09/2014 00:0028/09/2014 00:0003/10/2014 00:0008/10/2014 00:0013/10/2014 00:0018/10/2014 00:00
IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Skema VII Hasil Perhitungan dengan Metode Admiralty
Pada praktikum kali ini dilakukan perhitungan untuk menentukan tipe pasang surut
yang terjadi di wilayah perairan Sulawesi Tengah. Data praktikum yang digunakan
merupakan data pasang surut yang terjadi pada tanggal 13 September 2014 sampai dengan
tanggal 11 Oktober 2014. Perhitungan penentuan tipe pasang surut dilakukan dengan
menggunakan metode Admiralty. Metode Admiralty merupakan salah satu dari metode
harmonik yang digunakan untuk menghitung dua konstanta harmonik yaitu amplitudo dan
beda fase dalam rentang waktu 15 hari maupun 29 hari. Output yang dihasilkan dalam metode
Admiralty meliputi amplitudo (A) dan fase (g) dari setiap komponen pasang surut dan elevasi
beberapa muka air penting. Terdapat 8 skema dalam perhitungan metode Admiralty, salah
satunya yaitu skema 7. Perhitungan pada skema 7 ini berfungsi untuk menentukan nilai
konstanta harmonik dari perhitungan pasang surut sehingga diperolah nilai amplitudo dan
beda fase.
Komponen pasang surut hasil pengolahan metode Admiralty yang didapatkan dari
praktikum pasang surut ini yaitu: S0, M2, S2, N2, K1, O1, M4, MS4, K2, dan P1. Untuk dapat
memperoleh nilai amplitudo (A) dan fase (g) dari setiap komponen pasang surut tersebut
dilakukan beberapa perhitungan seperti menghitung nilai PR, P, f, 1+W, u, w, p, dan r.
Setelah nilai-nilai tersebut kita cari, maka kita dapat menghitung nilai amplitudo (A) dan fase
(g) dari masing-masing komponen pasang surut diatas. Nilai amplitudo (A) yang didapat dari
masing-masing komponen yaitu S0 sebesar 362,4 cm, M2 sebesar 60,51 cm, S2 sebesar
12,1996079 cm, N2 sebesar 21,89 cm, K1 sebesar 72,17 cm, O1 sebesar 61,27 cm, M4 sebesar
0,083 cm, MS4 sebesar 0,278 cm, K2 sebesar 3,294 cm, dan P1 sebesar 23,816 cm. Kemudian
untuk hasil fase (g) dari beberapa komponen yaitu M 2 sebesar 338,3, S2 sebesar 22,74573784,
N2 sebesar 310, K1 sebesar 302,9, O1 sebesar 248,4, M4 sebesar 100,5, dan MS4 sebesar 276,2.
IV.2.2 Nilai MSL, HHWL, LLWL dan Formzhal pada bulan September-Oktober 2014
Dalam pengolahan lebih lanjut, nilai amplitudo (A) digunakan untuk menentukan nilai
Formzhal (F). Penentuan nilai Formzhal ini diperlukan untuk mengetahui tipe pasang surut
yang ada di perairan Sulawesi Tengah. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan
didapatkan nilai Formzhal sebesar 1,835068. Dikarenakan nilai Formzhal yang dihasilkan
berada diantara 1,6 dan 3, maka pasang surut yang terjadi di wilayah perairan Sulawesi
Tengah termasuk ke dalam tipe pasang surut campuran condong ke harian tunggal. Pasang
surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide) Merupakan pasut yang tiap harinya
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua
kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu (Prasetyo et al., 2016).
Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan beberapa nilai
elevasi pasang surut, diantaranya nilai MSL, Z0, HHWL, MHWL, LLWL, dan MLWL. Nilai
elevasi tersebut diperoleh dengan melakukan perhitungan menggunakan nilai amplitude (A)
dari komponen-komponen pasang surut yang sudah diketahui hasilnya. Perhitungan nilai
elevasi dilakukan menggunakan rumus yang sudah ada dan tersedia baik dibuku, jurnal,
maupun internet. Pada praktikum kali ini didapatkan nilai elevasi yaitu MSL sebesar
362,3563, Z0 sebesar 255,509, HHWL sebesar 488,7691, MHWL sebesar 449,4596, LLWL
sebesar 22,24894, dan MLWL sebesar 61,55845. Nilai-nilai tersebut nantinya akan
memperjelas tipe pasang surut di perairan Sulawesi Tengah saat dibuat grafik.
Elevasi muka air laut rencana MSL, HWL, dan LWL merupakan beberapa elevasi muka
air yang sangat penting untuk diketahui informasinya dalam bidang Oseanografi. Elevasi
muka air rencana MSL berfungsi untuk mengetahui nilai rerata dari ketinggian muka air laut
yang pada umumnya dijadikan sebagai referensi ketinggian dari suatu datum. Informasi
Elevasi muka air rencana LWL dapat digunakan dalam perencanaan alur pelayaran, yang
mana alur pelayaran harus lebih tinggi dari LWL agar tidak kandas dan menyebabkan
bocornya kapal. Selain itu, LWL juga dapat digunakan untuk menentukan perubahan garis
pantai. Informasi yang diperoleh elevasi muka air rencana HWL dapat digunakan untuk
merencanakan bangunan pantai seperti pembangunan dermaga. Dermaga yang akan dibangun
harus berada diatas HWL agar dapat bertahan lama dan tidak tenggelam jika terjadi pasang
yang tinggi.
IV.2.3 Grafik Tipe Pasang Surut Bulanan di Perairan Sulawesi Tengah (Bulan
September-Oktober 2014)
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, pada praktikum kali ini hasilnya
akan diplotkan kedalam bentuk grafik. Grafik pasang surut air laut ini berfungsi untuk
memudahkan dalam mengidentifikasi tipe pasang surut yang terjadi disuatu perairan.
Komponen yang ada dalam grafik diantaranya waktu pengamatan, elevasi muka air, nilai
MSL, HHWL, MHWL, LLWL, dan MLWL. Pada praktikum kali ini didapatkan nilai elevasi
yaitu MSL sebesar 442, Z0 sebesar 362, HHWL sebesar 569, MHWL sebesar 805, LLWL
sebesar 156, dan MLWL sebesar 80. Dari grafik tersebut, dapat diamati tipe pasang surut
yang terjadi di perairan Sulawesi Tengah pada tanggal 13 September 2014 – 11 Oktober 2014
ialah jenis pasang surut campuran condong ke harian tunggal.
Fluktuasi pasang surut air laut sangat dipengaruhi oleh peredaran bulan terhadap bumi.
Pada pasang purnama (spring tide) yakni terjadi ketika bumi, bulan, dan matahari berada
dalam satu garis lurus. Sehingga gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling
memperkuat. Pada saat terjadinya spring tide, maka akan terjadi pasang tinggi yang sangat
tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang purnama ini biasanya juga terjadi pada
saat bulan baru sekitar tanggal 1 maupun bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di setiap
bulan. Kemudian pasang perbani (neap tide) yakni terjadi ketika bulan dan matahari
membentuk sudut siku-siku terhadap bumi sehingga gaya tarik bulan terhadap bumi lemah.
Pada saat tersebut terjadi pasang tertinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang
surut perbani ini terjadi pada saat bulan ¼ dan ¾ sekitar tanggal 7 dan 21 di setiap bulan.
V.
VI. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka didapat kesimpulan dari hasil praktikum,
sebagai berikut:
1. Pengolahan data penentuan tipe pasang surut di perairan Sulawesi Tengah dilakukan
dengan metode Admiralty, Metode Admiralty ini dilakukan secara sistematik dengan
bantuan tabel dan skema.
2. Nilai komponen harmonik yang didapatkan dari praktikum ini yaitu S 0 sebesar 362,4
cm, M2 sebesar 60,51 cm, S2 sebesar 12,1996079 cm, N2 sebesar 21,89 cm, K1 sebesar
72,17 cm, O1 sebesar 61,27 cm, M4 sebesar 0,083 cm, MS4 sebesar 0,278 cm, K2 sebesar
3,294 cm, dan P1 sebesar 23,816 cm. Nilai Formzhalnya sebesar 1,835068, yang mana
nilai ini berada diantara 1,6 dan 3, sehingga termasuk ke dalam tipe pasang surut
campuran condong ke harian tunggal.
5.2 Saran
Saran dari kami untuk praktikum yang akan datang :
1. Diharapkan selama berlangsungnya praktikum, baik praktikan maupun asisten dapat
kondusif agar setiap praktikan dapat memahami setiap materi yang disampaikan
asisten dengan baik dan benar.
2. Dimohon kepada asisten dalam menyampaikan materi untuk tidak terburu-buru agar
dapat dengan mudah dipahami dan dicatat oleh para praktikan.
3. Diharapkan sikap saling hormat-menghormati antara praktikan dengan asisten
praktikum maupun sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
‘Amalina, A. D., W. Atmodjo, dan W. S. Pranowo. 2019. Karakteristik Pasang Surut di Teluk
Jakarta Berdasarkan Data 253 Bulan. Jurnal Riset Jakarta., 12(1): 25-36.
Bisryi, F. A., A. Satriadi, dan Purwamto. 2020. Studi Muka Air Laut Rencana dan Elevasi
Puncak Breakwater di Wilayah Pesisir Kecamatan Tugu, Kota Semarang.
Indonesian Journal Of Oceanography., 2(2): 25-32.
Efendi, R., G. Handoyo, dan H. Setiyono. 2017. Peramalan Pasang Surut di Sekitar Perairan
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Banyutowo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Jurnal Oseanografi., 6(1): 221-227.
Gumelar, J., B. Sasmito, dan F. J. Amarrohman. 2016. Analisis Harmonik dengan
Menggunakan Teknik Kuadrat Terkecil untuk Penentuan Komponen-Komponen
Pasut di Wilayah Laut Selatan Pulau Jawa dari Satelit Alimetri Topex/Poseiden
dan Jason-1. Jurnal Geodesi Undip., 5(1): 194-203.
Hamuna, B., R. H. R. Tanjung, J. D. Kalor, L. Dimara, E. Indrayani, M. Warpur, Y. Y. P.
Paulangan, dan K. Paiki. 2018. Studi Karakteristik Pasang Surut Perairan Laut
Mimika, Provinsi Papua. Jurnal Acropora Ilmu Kelautan dan Perikanan
Papua., 1(1): 19-28.
Hidayat, T., W. Atmodjo, Hariyadi, H. Setyono, A. Ismanto, dan A. A. D. Suryoputro. 2019.
Kajian Tipe dan Komponen Pasang Surut di Pantai Sogandu Kabupaten Batang.
Indonesian Journal Of Oceanography., 1(1): 1-5.
Khairunnisa, D. Apdillah, dan R. D. Putra. 2021. Karaketristik Pasang Surut di Perairan Pulau
Bintan Bagian Timur Menggunakan Metode Admiralty. Jurnal Kelautan., 14(2):
58-69.
Kurniawan A. P., M. I. Jasin, dan J. D. Mamoto. 2019. Analisis Data Pasang Surut di Pantai
Sindulang Kota Manado. Jurnal Sipil Statik., 7(5): 567-574.
Muhidin, A., R. R. Atmawidjaja, dan B. Riadi. 2020. Analisis Tiper dan Karakteristik Pasang
Surut Pulau Jawa. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik Geodesi.,
1(1): 1-10.
Muliati, Y. 2020. Rekayasa Pantai. Penerbit Itenas, Bandung. 142 hlm.
Pasomba, T., M. I. Jasin, dan T. Jansen. 2019. Analisis Pasang Surut Pada Daerah Tobololo
Kelurahan Tobololo Kota Ternate Provinsi Maluku Utara. Jurnal Sipil Statik.,
7(11): 1515-1526.
Prasetyo, A. A., A. Zakaria, dan M. Welly. 2016. Analisa Kesalahan Pemodelan data Pasang
Surut Stasiun Tanjung Priok. JRSDD., 4(3): 423-434.
Prayogo, L. M. dan L. Suspidayanti. 2020. Studi Karakteristik Pasang Surut di Perairan
Selatan dan Utara Kabupaten Sumenep, Madura. Jurnal Perikanan dan
Kelautan., 10(2): 136-148.
Suhaemi, S. Raharjo, dan Marhan. 2018. Penentuan Tipe Pasang Surut Perairan Pada Alur
Pelayaran Manokwari dengan Menggunakan Metode Admiralty. Jurnal
Sumberdaya Akuatik Indopasifik., 2(1): 57-64.
LAMPIRAN