Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

HIDRODINAMIKA

GELOMBANG

OLEH:
M EVRAN FIRDAUS
08051381924076
KELAS: B

DOSEN PENGAMPU:
GUSTI DIANSYAH, S.PI., M.SC
DR. MELKI, S.PI., M.SI
DR. ROZIRWAN, S.PI., M.SC

LABORATORIUM OSEANOGRAFI DAN INSTRUMENTASI


KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Definisi hidrodinamika adalah studi ilmiah tentang gerak fluida, khususnya
zat cair incompressible yang dipengaruhi oleh gaya internal dan eksternal. Dalam
hidrodinamika laut, gaya yang terpenting adalah gaya gravitasi, gesekan dan
Coriolis. Gaya gravitasi merupakan gaya yang dominan dalam hidrodinamika.
Efek Coriolis disebabkan oleh rotasi bumi dan menentukan arah rotasi dari massa
air, akibatnya arus berputar searah jarum jam di bumi bagian selatan, dan
berlawanan arah jarum jam di bumi bagian utara (Suniarti dan marfatah, 2019).
Wilayah pantai merupakan daerah yang masih mendapat pengaruh laut
seperti gelombang, arus dan pasang surut. Gelombang sebagai salah satu faktor
oseanografi yang berpengaruh terhadap transport sedimen. perpindahan
sedimen yang terus- menerus akan menyebabkan sedimentasi di suatu bagian
pantai sekaligus menyebabkan abrasi pada bagian lain di perairan yang
bersangkutan (Triatmodjo, 1999).
Perubahan bentuk dan arah penjalaran gelombang yang menjalar dari
perairan laut dalam menuju pantai disebut deformasi gelombang, proses deformasi
gelombang dapat berupa proses refraksi, refleksi, difraksi, shoaling, dan
gelombang pecah. Proses refraksi mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap tinggi dan arah gelombang serta distribusi energi gelombang di
sepanjang pantai Gelombang laut pada umumnya timbul oleh pengaruh angin,
walaupun masih ada faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan gelombang di
laut seperti aktifitas seismik di dasar laut (gempa), letusan gunung api, gerakan
kapal, gaya tarik benda angkasa (bulan dan matahari. Gelombang laut dapat juga
terjadi di lapisan dalam (Triatmodjo, 1999 dalam Azis, 2006).
Dalam dunia perikanan dan kelautan dikenal dengan juga istilah gelombang
laut. Gelombang laut merupakan salah satu parameter laut yang dominan terhadap
laju mundurnya garis pantai. Gelombang laut terjadi karena hembusan angin
dipermukaan laut, perbedaan suhu air laut, perbedaan kadar garam dan letusan
gunung berapi yang berada dibawah atau permukaan laut. Proses mundurnya garis
pantai dari kedudukan semula antara lain disebabkan oleh gelombang dan arus,
serta tidak adanya keseimbangan sedimen (Mulyabakti, 2016).
Salah satu wilayah di muka bumi yang memiliki kemampuan interaksi
dengan segala komponen di sekitarnya adalah pantai. Pantai merupakan zona
interaksi antara daratan, lautan dan udara yang selalu mengalami perubahan
bentuk yang disebabkan oleh kemampuan penyesuaian pantai menuju
keseimbangan alami dalam merespon dampak dari proses-proses oseanografi
maupun aktivitas manusia di sekitar kawasan pantai. Indonesia adalah sebuah
negara kepulauan yang memiliki 13.466 pulau (United Nations Economic and
Social Council) dan sebagian besar wilayahnya terdiri dari daerah perairan atau
lautan. (Suhaa et al. 2018)
Gelombang dapat digambarkan sebagai gangguan yang berjalan pada
sebuah medium dari satu lokasi ke lokasi yang lainnya. Gangguan yang bergerak
secara berulang dan periodik dalam sebuah medium dari satu lokasi ke lokasi
yang lainnya menunjukkan sebuah gelombang. Lalu apa itu medium? Medium
merupakan suatu bahan atau zat yang membawa gelombang, sehingga medium
bukanlah gelombang dan juga tidak menghasilkan gelombang, medium hanya
bertugas membawa gelombang (Yudanto et al. 2016).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini, yaitu :
1. Mahasiswa dapat memahami dan proses pembentukan gelombang dan
menghitung perubahan parameter gelombang saat gelombang merambat
menuju pantai
2. Mahasiwa dapat memahami dan menghitung proses abrasi dan sedimentasi
akibat aktivitas gelombang

1.3 Manfaat
Adapun manfaat pada praktikum kali ini yaitu, yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahuidan proses pembentukan gelombang dan
menghitung perubahan parameter gelombang saat gelombang merambat
menuju pantai.
2. Mahasiwa dapat mengetahuidan menghitung proses abrasi dan sedimentasi
akibat aktivitas gelombang.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gelombang
Gelombang laut merupakan suatu deretan pulsa-pulsa yang berurutan
yang terlihat sebagai perubahan tinggi permukaan air laut dari suatu elevasi
maksimum ke elevasi minimum. Gelombang laut terjadi akibat adanya gejala
alam yang terjadi di laut seperti angin, gempa bumi, gaya gravitasi bumi, gaya
coriolis dan tegangan pada suatu permukaan. Gelombang di laut sangat kompleks,
tetapi dalam mempelajarinya gelombang di laut yang mempunyai suatu pola
sinusoidal (Triatmodjo, 1999).
Gelombang laut merupakan salah satu parameter laut yang dominan
terhadap laju mundurnya garis pantai. Gelombang laut terjadi karena hembusan
angin dipermukaan laut, perbedaan suhu air laut, perbedaan kadar garam dan
letusan gunung berapi yang berada dibawah atau permukaan laut. Proses
mundurnya garis pantai dari kedudukan semula antara lain disebabkan oleh
gelombang dan arus, serta tidak adanya keseimbangan sedimen yang masuk dan
keluar (Mulyabakti, 2016).
Gelombang selalu menimbulkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa
henti-hentinya pada lapisan permukaan laut dan jarang dalam keadaan sama
sekali diam. Susunan gelombang di lautan baik bentuk maupun macamnya sangat
bervariasi dan kompleks, sehingga mengakibatkan hampir tidak dapat diuraikan.
Suatu gelombang 18 membentuk gerakan maju melintasi permukaan air, tetapi
sebenarnya terjadi hanya suatu gerakan kecil kearah depan dari massa air itu
sendiri (Hutabarat dan Evan, 2006).
Gelombang laut merupakan deretan pulsa-pulsa yang berurutan yang terlihat
sebagai perubahan ketinggian permukaan air laut, yaitu dari elevasi maksimum
(puncak) ke elevasi minimum (lembah). Hembusan angin sepoi-sepoi pun cukup
dapat menimbukan gelombang. Sebaliknya dalam keadaan dimana terjadi badai
yang besar dapat menimbulkan gelombang besar yang dapat mengakibatkan
kerusakan hebat pada kapal-kapal atau daerah pantai (Suhana et al. 2018).
2.2 Proses terjadinya gelombang
Gelombang Laut terbentuk oleh tiupan angin baik langsung maupun tidak
langsung. Pada daerah tiupan angin (dikenal dengan istilah 'fetch'), terjadi
peristiwa transfer energi angin ke energi gelombang dalam spektrum frekuensi
yang luas. Dengan kata lain, didaerah angin tersebut terbentuk campuran
gelombang dengan bermacam-macam frekuensi. Gelombang yang terbentuk
tersebut akan menjalar keluar dari daerah tiupan angin hingga mencapai daerah
dangkal atau pantai, dan melepaskan energinya. Gelombang laut yang terbentuk
akibat tiupan angin setempat umumnya mempunyai ketinggian yang kecil (kurang
dari 0.5 meter (Ganesha dan Soewandita, 2018).
Salah satu jenis ORE adalah energi gelombang laut atau Ocean Wave
Energy. Jenis energi ini merupakan bentuk energi yang terbentuk dari perpindahan
dan pergerakan angin di lautan, yang mengakibatkan terbentuknya gelombang di
permukaan laut yang mempunyai energi potensial dan energi kinetik tertentu,
sesuai dengan besar angin yang membangkitkan gelombang tersebut. Gelombang
ini mempunyai model matematis yang ditentukan dalam fungsi periode,
frekuensiradial frequency, nomor gelombang wave number dan panjang
gelombang wave length (Nadzir et al. 2016).
2.3 Jenis-jenis Gelombang Laut
Gelombang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam tergantung
kepada gaya pembangkitan seperti angin (gelombang angin), gaya tarik menarik
bumi-bulan-matahari (gelombang pasang-surut), gempa (vulkanik atau tektonik)
didasar laut (gelombang tsunami), ataupun gelombang yang disebabkan oleh
gerakan kapal. Energi gelombang akan membangkitkan arus dan mempengaruhi
perrgerakan sedimen dalam arah tegak lurus pantai (cross-shore) dan sejajar
pantai/longshore (Kaunang et al. 2016).
Berdasarkan sifatnya, ada dua macam gelombang laut, yaitu gelombang laut
pembangun/pembentuk pantai (Constructive Wave), merupakan gelombang yang
ketinggiannya kecil kecepatannya rendah, dan saat gelombang tersebut pecah di
pantai akan mengangkut sedimen (material pantai). Gelombang laut perusak
pantai (Destructive wave), merupakan gelombang laut dengan ketinggian dan
kecepatan rambat yang besar, dan ketika gelombang ini menghantam pantai akan
ada banyak volume air yang terkumpul dan mengangkut material pantai ke tengah
laut (Sinaga dan Luthfia, 2019).
III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Hidrodinamika dilaksanakan secara virtual melalui aplikasi
Zoom, pada hari selasa 23 November 2020 pada pukul 13.00 WIB S/d, bertempat
di Komplek Ppi blok E7 no.10. Talang Kelapa, Kecamatan Alang-alang Lebar,
Kota Palembang, Sumatera selatan 30153.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan pada praktikum kali ini, yaitu:
No Nama Fungsi
1 Kalkulator Sebagai alat perhitungan
2 Penggaris Sebagai alat ukur
3 Pensil Sebagai alat tulis
4 Busur Derajat Sebagai alat ukur sudut

3.3 Cara Kerja


Adapun Cara kerja pada pratikum kali ini yaitu :
Pertama yang dilakukan yaitu Menentukan klasifikasi wilayah perambatan
gelombang berdasarkan rasio kedalaman perairan dan panjang gelombang (D/LD)
dan cepat rambatnya (c)

Kemudian hitung Menghitung perubahan parameter gelombang berdasarkan


grafik hubungan antara nilai D/ Ld dengan nilai Hs/Hd

Selanjutnya lakukan perhitungan dengan menghitungsudut refraksi gelombang


dari perairan dalam hingga mendekati pantai berdasarkan persamaan Snellius

Kemudian hitunglahkoefisien energi gelombang (e) berdasarkan garis ortogonal


dan penentuan wilayah abrasi dan sedimentasi

Dan terakhir catatlah hasil perhitungan


V HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Data Tabel
Dept
LD D/LD LS/LD LS G 2π gL/2π tanh(2nd/L) C HS/HD Ket
(m)
50 100 0.5 1 100 9.8 6.28 156.051 0.9962602 12.4687 1 transisi
48 100 0.48 1 100 9.8 6.28 156.051 0.99519481 12.462 1 transisi
40 100 0.4 0.97 100 9.8 6.28 151.3694 0.98880009 12.2341 1 transisi
38 100 0.38 0.97 100 9.8 6.28 151.3694 0.98551345 12.2138 1 transisi
35 100 0.35 0.87 100 9.8 6.28 135.7643 0.98729929 11.5776 1 transisi
30 100 0.3 0.77 100 9.8 6.28 120.1592 0.98512133 10.8799 0.9 transisi
28 100 0.28 0.67 100 9.8 6.28 104.5541 0.989554889 10.1716 0.8 transisi
20 100 0.2 0.57 100 9.8 6.28 88.94904 0.97591071 9.31699 0.7 transisi
20 100 0.1 0.37 100 9.8 6.28 57.73885 0.93507035 7.34778 0.8 transisi
2 100 0.02 0.17 100 9.8 6.28 26.52666 0.628434 4.42719 1.4 dangkal
4.1.2 Perbandingan Ls/LD
Hitung nilai Ls dari perbandingan Ls/LD pada masing-masing kedalaman, apakah
yang dapat disimpulkan terhadap panjang gelombang dari gelombang yang
bergerak ke perairan dangkal? Jelaskan sebabnya! (Ld=100)
Jawab:

Proses perhitungan diatas dilakukan untuk mengetahui perbandingan


antara nilai LS dan Nilai LD. Nilai LS sendiri adalah nilai yang didapat
berdasarkan panjang gelombang di perairan dangkal yang mengalami perubahan.
Nilai LD adalah nilai panjang gelombang yang tidak dipengaruhi angin dan
parameter oseanografi. Setelah dilakukannya proses perhitungan dengan nilai Ls
sebanyak 10 data dengan rentang 17 – 100, dapat diketahui hubungan antara nilai
Ls dengan nilai kedalaman pada suatu perairan. Hasil dari nilai perhitungan diatas
mengalami perubahan, hal ini dipengaruhi ketika perairan tersebut memiliki
kedalaman sekitar 50 meter atau nilai panjang suatu gelombang sekitar 100 meter.
Nilai perbandingan antara LS dan LD yang bernilai 1 yang diartikan stabil.
4.1.3 Pengertian Rumus dan Perhitungan Hs
Bila kecepatan gelombang C = L/T (untuk berbagai kedalaman) kemudian Cs =
Ls/T dan periode (T) tetap, buktikan bahwa Cs/CD = Ls/LD, kemudian hitung
secara teoritis tinggi gelombang (Hs) dari gelombang normal dengan parameter
LD = 100 m, D = 28 m dan HD = 1.2 m!

Jawab
Pembuktian Cs/CD = Ls/LD
Cs =

Apabila Cs = maka Cd = , Jadi :

Perhitungan Hs

= = 0.5

= saat D/LD 0.5 nilai nya = 1. Jadi,

= =1

Hs = 1.2 x 1
= 1.2 m

= = 0.38

= saat D/LD 0.48 nilai nya = 1. Jadi,

= =1

Hs = 1.2 x 1
= 1.2 m
= = 0.5

= saat D/LD 0.5 nilai nya = 1. Jadi,

= =1

Hs = 1.2 x 1
= 1.2 m

= = 0.38

= saat D/Ld 0.38 nilai nya = 1. Jadi,

= =1

Hs = 1.2 x 1
= 1.2 m

= = 0.3

= saat D/LD 0.3 nilai nya = 1. Jadi,

= =1

Hs = 1.2 x 1
= 1.2 m

= = 0.4

= saat D/LD 0.4 nilai nya = 1. Jadi,

= =1

Hs = 1.2 x 1
= 1.2 m

= = 0.4

= saat D/LD 0.4 nilai nya = 1. Jadi,


= =1

Hs = 1.2 x 1
= 1.2 m

= = 0.38

= saat D/LD 0.38 nilai nya = 1. Jadi,

= =1

Hs = 1.2 x 1
= 1.2 m

= = 0.35

= saat nilai D/LD 0.35 nilai nya = 1. Jadi,

= =1

Hs = 1.2 x 1
= 1.2 m

= = 0.3

= saat nilai D/LD 0.3 nilai nya = 0.9. Jadi,

= = 0.9

Hs = 1.2 x 0.9
= 1.08 m

= = 0.28

= saat nilai D/LD 0.28 nilai nya = 0.8. Jadi,

= = 0.8

Hs = 1.2 x 0.8
= 0.96 m
= = 0.2

= saat nilai D/LD 0.2 nilai nya = 0.7. Jadi,

= = 0.7

Hs = 1.2 x 0.7
= 0.84 m

= = 0.1

= saat nilai D/LD 0.1 nilai nya = 0.1. Jadi,

= = 0.8

Hs = 1.2 x 0.8
= 0.96 m

= = 0.02

= saat nilai D/LD 0.02 nya = 1.4. Jadi,

= = 1.4

Hs = 1.2 x 1.4
= 1.68 m
Panjang gelombang pada suatu gelombang tidak dipengaruhi oleh angin
maupun parameter lainnya namun dibangkitkan. Pada panjang gelombang di
perairan dangkal terjadi perubahan sehingga didapatlah suatu perbandingan nilai
ini dilambangkan oleh LS. Semakin tinggi suatu gelombang maka panjang
gelombang tersebut semakin panjang. Sebaliknya semakin rendah suatu
gelombang maka panjang gelombang tersebut semakin pendek.
Perhitungan diatas membuktikan bahwa nilai HS/HD berbanding lurus
dengan nilai D/LD. Dimana dapat dilihat diperhitungan ketika nilai HS akan
semakin tinggi pada suatu perairan yang memiliki suatu kedalaman yang dangkal.
Sedangkan nilai HS akan semakin rendah pada suatu perairan yang memiliki
kedalaman yang dalam. Ini terjadi dikarenakan nilai tinggi gelombang pecah
memiliki nilai yang konstan atau pada kolom perairan.
V KESIMPULAN
Adapun kesimpulan pada praktikum hidrodinamika kali ini adalah sebagai
berikut :
1. Gelombang didefinisikan sebagai naik turunnya massa air pada permukaan
yang artinya gelombang dibangkitkan oleh angin.
2. Semakin tinggi suatu gelombang maka panjang gelombang tersebut semakin
panjang
3. Gelombang terdiri dari panjang gelombang, tinggi gelombang, periode
gelombang, kemiringan gelombang dan frekuensi gelombang
4. Panjang gelombang adalah jarak berturut-turut antara dua puncak atau dua buah
lembah
5. Panjang gelombang di perairan dangkal terjadi perubahan sehingga didapatlah
suatu perbandingan nilai ini dilambangkan oleh LS. Sebaliknya semakin
rendah suatu gelombang maka panjang gelombang tersebut semakin pendek.
Fenomena ini dilambangkan dengan HS/HD berbanding lurus dengan D/LD.
DAFTAR PUSTAKA
Hutabarat S, Evans SM. 2006. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Djambatan

Holthuijsen, L.H. (2007). Waves in Oceanic and Coastal Waters. New York:
Cambridge University Press.

Ganesha D dan Soewandita H. 2018. Pola Bahaya gelombang pasang di Kabupaten


Banggai Kepulauan. Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 13 (2): 77-88

Kaunang JA, Jasin Mi, Mamoto JD. 2016. Analisis karakteristik gelombang dan
pasang surut pada pantai Kima Bajo Kabupaten Minahasa Utara. Vol. 4 (9) 1-
6

Mulyabakti C. 2016. Analisis karakteristik gelombang dan pasang surut pada daerah
pantai Paal kecamtan Likupang Timur kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Sipil
Statik Vol. 4 (9): 585 – 595

Nadzir ZA, Jaelani MN, Sulaiman A. 2016. Estimasi Tinggi Gelombang Laut
Mengunakan Citra Satelit Alos-Palsar (Studi Kasus : Perairan Pulau Poteran,
Sumenep). Geosaintek Vol. 2 (3): 173-184

Sinaga AD, dan Luthfia OM. 2019. Pengolahan data Grib untuk penentuan
karakteristik gelombang di Perairan Karimun Jawa dengan menggunakan
Windwaves-05. Innovation And Applied Technology Vol. 5(1)

Suhana MP, Nurjaya IW, Natih NMN. 2018. Karakteristik Gelombang laut pantai
Timur Pulau Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2014. Dinamika
Maritim Vol. 6 (2): 16-19

Sunarto. 2003. Geomorfologi pantai dinamika pantai makalah dalam kegiatan susur
pantai Karst Gunung Kidul pada Raimuna 2003. Yogyakarta: Laboratorium
Geomorfologi Terapan Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada

Triatmodjo B. 2012. Coastal Building Planning. Yogyakarta: Beta Offset

Yudanto E, Hadi, Kiryanto K. 2016. Desain konverter gelombang bentuk tabung


sebagai sumber pembangkit listrik di perairan Laut Jawa. Teknik Perkapalan,
Vol. 4 (2)

Anda mungkin juga menyukai