Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

PERENCANAAN PELABUHAN

Oleh:

DOSEN PENGAMPUH :
Davy Ivan R.Jansen, ST., MT

DISUSUN OLEH:
RANDONGKIR BETTY VAN EVIE
(2020061014150)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2023
“TRANSFORMASI GELOMBANG”
1.1 Gelombang Laut
Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung dari gaya pembangkitnya.
Gelombang tersebut adalah gelombang angin yang dibangkitkan oleh tiupan angin, gelombang pasang
surut yang dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama bulan dan matahari, dan
sebagainya. Diantara beberapa bentuk gelombang yang paling penting dalam perencanaan bangunan
pantai adalah gelombang angin dan gelombang pasang surut (Triatmodjo, 1999).
Gelombang mengalami perubahan bentuk ketika suatu deretan gelombang bergerak menuju pantai
yang disebabkan oleh refraksi dan pendangkalan gelombang, difraksi, refleksi, dan gelombang pecah
(Triatmodjo, 1999).
1.1.1 Gelombang Laut Dalam
Analisis transformasi gelombang sering dilakukan dengan konsep gelombang laut dalam ekivalen, yaitu
tinggi gelombang di laut dalam apabila gelombang tidak mengalami refraksi. Pemakaian gelombang ini
bertujuan untuk menetapkan tinggi gelombang yang mengalami refraksi, difraksi, dan transformasi
lainnya, sehingga perkiraan transformasi dan deformasi gelombang dapat dilakukan dengan lebih mudah
(Triatmodjo, 1999).
1.1.2 Refraksi Gelombang
Refraksi adalah bergeraknya gelombang menuju pantai yang mengalami proses perubahan garis puncak
gelombang dan berusaha sejajar dengan kontor garis pantai. Garis ortogonal gelombang membelok dalam
arah menuju tegak lurus garis kontur. (Triatmodjo, 1999).
1.1.3 Difraksi Gelombang
Apabila gelombang datang terhalang oleh suatu rintangan seperti pemecah gelombang atau pulau, maka
gelombang tersebut akan membelok disekitar ujung rintangan tersebut dan masuk di daerah terlindung
dibelakangnya. Transfer energi ke daerah terlindung menyebabkan terbentuknya gelombang di daerah
tersebut, meskipun tidak sebesar gelombang di luar daerah terlindung.
1.1.4 Refleksi Gelombang
Gelombang datang yang mengenai/menabrak suatu rintangan akan dipantulkan sebagian atau seluruhnya.
Fluktuasi muka air ini dapat menimbulkan gerakan pada kapal yang ada disekitarnya atau pada kolam
pelabuhan. Untuk mendapat ketenangan dalam kolam pelabuhan maka bangunan yang ada pada
pelabuhan harus mampu menyerap/menghancurkan energi gelombang (Triatmodjo,1999).
1.1.5 Gelombang Pecah
Penjalaran gelombang laut menuju pantai mengalami perubahan bentuk karena terjadi perubahan
kedalaman laut. Pengaruh perubahan kedalaman laut mulai terasa pada kedalaman lebih kecil dari
setengah kali panjang gelombang. Di laut dalam profil gelombang adalah sinusoidal, semakin menuju ke
perairan yang lebih dangkal, puncak gelombang semakin tajam dan lembah gelombang lebih datar
(Triatmodjo, 1999).
Gelombang pecah dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu, spilling, plunging, dan surging
(Triatmodjo,1999).
1. Spilling
Jika gelombang dengan kemiringan kecil menuju pantai yang landai biasanya terjadi spilling.
Gelombang mulai pecah pada jarak yang cukup jauh dan berangsur angsur. Buih terjadi pada puncak
gelombang pecah dan meninggalkan suatu lapis tipis buih pada jarak yang cukup panjang.
2. Plunging
Jika kemiringan gelombang dan dasar bertambah, gelombang akan pecah dan gelombang akan
memutar dengan massa air pada puncak gelombang akan terjun kedepan.
3. Surging
Terjadi pada pantai dengan kemiringan curam seperti pada pantai berkarang . Daerah gelombang pecah
sangat sempit, dan sebagian besar energy dipantulkan kembali ke laut dalam. Jenis ini mirip seperti
plunging, tetapi sebelum puncaknya terjun, dasar gelombang sudah pecah.
Berikut ini merupakan gambar dari klasifikasi gelombang pecah :

Ukuran besar kecilnya gelombang umumnya ditentukan berdasarkan tinggi gelombang.


Tinggi gelombang ini bisa hanya beberapa millimeter saja tetapi juga bisa sampai
puluhan meter. Apabila kita mengamati perambatan gelombang di laut, seolah – olah
tampak air laut itu bergerak maju beserta dengan gelombangnya. Tetapi kenyataan
sebernarnya tidaklah demikian. Pada perambatan gelombang, yang bergerak maju
sebenarnya adalah bentuknya saja, partikel airnya sendiri hampir tidak bergerak maju
(Nontji, 2007).
1.1.6 Gelombang Representif
Gelombang representif diperlukan dalam perencanaan bagunan-bangunaN pantai untuk
memilih tinggi gelombang dan perioda gelombang yang dapat mewakilI suatu spektrum
gelombang.
2.1 Pembangkit Gelombang
Tinggi gelombang dan perioda gelombang dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu kecepatan
angin, lama hembusan angin, arah angin, dan fetch.
2.1.1 Angin
Arah angin dapat dikatakan konstan apabila perubahanya tidak melebihi 15°. Sedangkan
kecepatan angin dapat dikatakan konstan apabila perubahanya tidak lebih dari 5 knot (2,5
m/s) terhadap kecepatan rata-rata (Triatmodjo, 1999).
Kecepatan angin terdistribusi ke dalam tiga bagian berdasarkan elevasinya. Kecepatan angin
di daerah geostropik yang berada di atas 1000 meter adalah konstan. Dibawah elevasi
tersebut ada daerah Ekma yang berada di elevasi 100 meter sampai 1000 meter dan daerah
dimana tegangan konstan yang berada di elevasi 10 meter sampai 100 meter. karena adanya
gesekan dengan permukaan air laut dan perbedaan temperatur air laut dan udara, arah angin
dan kecepatan angin berubah sesuai elevasinya (Triatmodjo, 1999).
2.1.2 Fetch
Dalam tinjauan pembangkitan gelombang di laut, fetch dibatasi oleh bentuk daratan yang
mengelilingi laut. Di daerah pembangkitan gelombang, gelombang tidak hanya dibangkitkan
dalam arah yang sama dengan arah angin tetapi juga dalam berbagai sudut terhadap arah
angin (Triatmodjo, 1999).
2.1.3 Peramalan Gelombang Laut
Berdasarkan kecepatan angin, lama hembusan angin dan fetch, peramalan gelombang bisa
ditentukan dengan metode grafik dan analasis berdasarkan Shore Protection Manual (SPM)
(Muliati, 2020).
Hasil peramalan tinggi gelombang dari data angin dibedakan menjadi tinggi gelombang
spektrum (spectral wave height) Hmo dan tinggi gelombang signifikan (significant wave
height) Hs. Hasil dari analisis spektrum diperoleh Hmo, sedangkan dari hasil analisis statik
diperoleh Hs. Dengan formula-formula empiris yang diturunkan dari model parametrik
berdasarkan Shore Protection Manual (SPM) pembentukan gelombang dapat dianalisis di
kondisi perairan dalam dan dangkal. Rumus pertumbuhan gelombang dapat dilihat sebagai
berikut:

( )
2 /3
g.t g.F
68,8 2
UA UA

Keterangan;
g : Percepatan gravitasi (m/s2);
t : Durasi angin bertiup (s);
UA : Faktor tegangan angin (m/s)
F : Panjang fetch efektif (m).
2.2 Pasang Surut Air Laut
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik menarik benda-benda
langit. Gaya-gaya pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara bumi,
bulan, dan matahari. Rotasi bumi menyebabkan elevasi muka air laut di khatulistiwa lebih
tinggi daripada di garis lintang yang lebih tinggi. Dengan adanya perputaran bumi maka
setiap titik di bumi bekerja gaya sentrifugal (Fc), arah gaya tersebut berlawanan dengan
posisi bulan. Selain itu karena adanya pengaruh gravitasi bulan, setiap titik di bumi
mengalami gaya tarik (Fg) dengan arah menuju pusat massa bulan. Gaya pembangkit pasang
surut adalah resultan dari kedua gaya tersebut (Triatmodjo, 1999).
2.2.1 Tipe Pasang Surut
Di setiap daerah bentuk pasang surut tidaklah sama. Secara umum pasang surut dapat
dibedakan dalam empat tipe, yaitu Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide), pasang
surut harian tunggal (diurnal tide), dan dua jenis campuran (Triatmodjo, 1999).
(a) Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)
Terjadi dua kali pasang surut dengan tinggi yang hampir sama dan terjadi berurutan secara
teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini terdapat
di selat malaka.
(b) Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)
Terjadi satu kali pasang surut dalam satu hari. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit.
Pasang surut tipe ini terdapat di selat karimata.
(c) Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal)
Terjadi dua kali pasang surut, tetapi tinggi dan periodanya berbeda. Pasang surut jenis ini
banyak terdapat di perairan Indonesia Timur.
(d) Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal)
Terjadi satu kali pasang surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali
pasang surut dengan tinggi periode yang sangat berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat di
Selat Kalimantan dan utara Jawa Barat.
2.3 Transformasi Gelombang
Gelombang yang merambat menuju tepi pantai akan mengalami beberapa proses perubahan
ketinggian gelombang sebagai akibat dari proses pendangkalan (wave shoaling), refraksi,
difraksi atau proses refleksi sebelum akhirnya gelombang tersebut pecah (wave breaking)
(Pratikto et al, 1997; Triatmodjo, 1999).
Menurut Carter (1988), jika suatu muka barisan gelombang datang membentuk sudut
miring terhadap tepi pantai yang mempunyai kemiringan dasar landai dengan kontur-kontur
kedalaman sejajar dengan pantai, maka muka gelombang akan berubah arah dan cenderung
menjadi sejajar dengan garis pantai atau mengalami proses pembiasan (refraksi).
Selanjutnya arah perambatan berangsur-angsur berubah dengan berkurangnya kedalaman
(shoaling), sehingga dapat diamati bahwa muka gelombang cenderung sejajar dengan
kedalaman. Hal ini disebabkan perubahan bilangan gelombang yang mengakibatkan
perubahan kecepatan fase gelombang. Bila keadaan pantai landai, ada kemungkinan bahwa
gelombang tersebut tidak pecah tetapi pemantulan gelombang (refleksi), selain itu refleksi
juga dapat terjadi jika mengenai/membentur suatu rintangan. Arah dari perambatan dapat juga
berubah atau mengalami pelenturan (proses difraksi), ketika gelombang melewati perairan
dengan kedalaman air yang konstan, seperti ketika gelombang menuju ke suatu pulau atau
pemecah gelombang. Pola difraksi dapat diamati bila suatu gelombang melewati suatu
tanjung atau ujung sebuah tanggul buatan, maka gelombang akan mengalami pemanjangan
puncak secara melengkung ke arah sisi belakang tanjung atau tanggul perintang tersebut.
Peristiwa ini terjadi karena perembesan energi ke dalam bayang-bayang yang merupakan
daerah aliran tenang di belakang rintangan.
Pola refraksi gelombang pada berbagai bentuk kontur garis pantai disajikan pada gambar 13.
Refraksi dan pendangkalan gelombang (wave shoaling) dapat menentukan ketinggian
gelombang pada kedalaman tertentu serta distribusi energi gelombang sepanjang pantai.
Selain itu, perubahan arah gelombang sebagai hasil dari refraksi akan menghasilkan suatu
daerah energi gelombang konvergen (penguncupan) atau divergen (penyebaran) yang
berpengaruh terhadap struktur pantai. Refraksi juga berperan dalam perubahan topografi
dasar laut dari pengaruh abrasi dan sedimentasi serta deskripsi secara umum dari kedalaman
perairan pantai dapat diperoleh melalui analisis pola refraksi gelombang (CERC, 1984).
Gambar 2. Refraksi gelombang pada berbagai bentuk tipe kontur garis pantai (a) kontur
lurus dan sejajar; (b) gabungan antara submarine ridge dan submarine canyon; (c);
submarine ridge dan (d) submarine canyon (CHL, 2002).

Gelombang menjadi tidak stabil (pecah) jika terlampau curam atau tinggi gelombangnya
mencapai batas tertentu. Tinggi maksimum gelombang di perairan dalam (deep water)
terbatas pada kecuraman gelombang maksimum untuk bentuk gelombang yang relatif
stabil. Gelombang yang mencapai batas kecuraman (limited steepness) akan mulai pecah
yang mengakibatkan sebagian energinya hilang (CERC, 1984).
Gelombang perairan dalam akan bergerak menuju kearah pantai, tetapi tidak semua
gelombang yang datang dari perairan bebas tersebut dapat mendekati pantai. Hanya
gelombang dengan frekuensi tertentu yang dapat mencapai pantai, sedangkan gelombang
lainnya memberikan energinya kepada gelombang tertentu tersebut (Sidjabat,1973).
Batas kecuraman pada perairan dangkal akan menurun sebagai fungsi dari rasio antara
kedalaman perairan dengan panjang gelombang dan kemiringan pantai. Sverdrup et al.
(1942) menjelaskan bahwa gelombang yang bergerak ke arah pantai akan mengalami
perubahan ketinggian. Perubahan tinggi ini disertai dengan perubahan bentuk gelombang.
Puncak gelombang akan menyempit dan curam sedangkan bentuknya menjadi panjang dan
datar. Selanjutnya gelombang tersebut akan mencapai suatu kedalaman yang cukup untuk
mulai pecah dengan ketinggian gelombang pecah pada jarak tertentu dari garis pantai.
Gelombang yang telah pecah akan menghamburkan energinya ke atas muka pantai.
2.4 Trasformasi Gelombang Dominan Pelabuhan
Salah satu aspek penting dalam perencanaan sebuah pelabuhan adalah pembuatan model
untuk menganalisis penjalaran gelombang di pelabuhan yang diperlukan untuk mengetahui
gaya-gaya dinamik yang bekerja pada kapal maupun dermaga (Ippen, 1996 dalam
Purwantoro, 2007). Pembuatan model ini dilakukan mengingat perilaku gelombang di sekitar
bangunan pantai adalah suatu permasalahan yang kompleks. Adanya bangunan dan
perubahan dasar pantai menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan arah penjalaran
gelombang pengaruh gelombang dari laut dalam masih dapat dirasakan di kolam pelabuhan
meskipun sudah mengalami penyusutan. Dengan mempertimbangkan panjangnya kawasan
pantai maka perlu disiapkan sebuah perangkat lunak atau program yang dapat digunakan
untuk menganalisa proses penjalaran
gelombang di kawasan pelabuhan sesuai dengan berbagai bentuk bangunan pelabuhan.
Terdapat dua perangkat lunak untuk menganalisa penjalaran gelombang yaitu program
Awave 2-3 dan Cgwave. Untuk itu perlu adanya studi perbandingan software antara Awave
2-3 dan Cgwave, sehingga akan diketahui software mana yang lebih sesuai. Perangkat lunak
Awave 2-3 dan Cgwave dengan Fasttabs sebagai fasilitas untuk menggambarkan model
sedangkan program Awave 2-3 dan Cgwave untuk running model setelah model selesai
digambar Perumusan masalah ini adalah bagaimanakah transformasi gelombang dominan di
pelabuhan Pantai Glagah dengan program Awave 2-3 dan dengan Cgwave dan bagaimana
program yang sesuai dengan kasus di pelabuhan Pantai Glagah yang ditinjau dari segi input,
proses dan hasil. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui program atau software mana
ISSN 2088 – 3676.
yang paling sesuai untuk kasus Pelabuhan Glagah dengan program Awave 2-3 dan dengan
program Cgwave. Perubahan karakteristik gelombang dari laut dalam ke laut dangkal dapat
terjadi karena beberapa faktor. Perubahan karakteristik dapat berupa perbahan bentuk,
kecepatan rambat, tinggi gelombang, perubahan arah, gelombang pecah dan sebagainya.
Perbedaan karakteristik gelombang tersebut terjadi karena perbedaan batas-batas daerah
perambatannya, seperti perubahan kedalaman kekasaran dasar ,maupun munculnya rintangan
seperti adanya terumbu karang. Untuk mengetahui lebih jelas tentang bentuk gelombang,
gambar berikut ini menyajikan sketsa gelombang monokromatik.
Gambar 1. Sketsa gelombang Sumber: Triatmodjo,1999 Beberapa penelitian sebelumnya
yang pernah dilakukan tentang kajian program Awave 2-3, CGWAVE dan FastTabs adalah:
Ruri (2011) melakukan pengujian model dengan running program Awave2-3 maupun
perhitungan manual untuk simulasi difraksi gelombang pelabuhan pantai Glagah
menyimpulkan bahwa simulasi transformasi gelombang di pelabuhan pantai Glagah
menghasilkan nilai selisih reduksi terbesar 2,5132 m pada sudut 2550 dan selisih terkecil
1,269 m pada sudut 3150. Dengan kata lain semakin besar sudut arah datang gelombang
maka reduksi yang dihasilkan semakin efektif. Umar (2011) menggunakan model CGWAVE
untuk mempelajari perilaku gelombang yang merambat dari laut dalam ke perairan dangkal.
Parameter yang dipelajari adalah pergerakan gelombang dalam konteks refraksi-difraksi dari
perairan dalam ke perairan dangkal. Input model ini berupa batimetri, arah, tinggi dan periode
gelombang datang serta ISSN 2088 – 3676.
beberapa parameter lain. Dari simulasi ini dapat diketahui perilaku gelombang pada lokasi
tinjauan di sekitar daerah studi. Kajian pustaka menunjukkan software Awave 2-3 dan
CGWAVE mampu menganalisa proses penjalaran gelombang di kawasan pelabuhan sesuai
dengan berbagai bentuk bangunan pelabuhan, namun software mana yang lebih efektif belum
diketahui. Diharapkan dengan penelitian ini akan diketahui hasil perbandingan analisa
transformasi gelombang dengan program Awave 2-3 dan program CGWAVE. Perbandingan
antara program Awave 2-3 & program CGWAVE ditinjau dari: 1. Kebutuhan data input a)
Penggambaran model b) Pengisian data model yang paling sederhana / mudah 2. Proses
hitung atau running data a) Kesetabilan b) Kecepatan 3. Hasil running data a) Kualitas hasil
dapat ditampilkan dengan mudah b) Mudah untuk mengetahui masalah yang masih ada dan
dapat di perbaiki Difraksi gelombang Apabila gelombang datang terhalang oleh suatu
rintangan seperti pemecah gelombang atau pulau, maka gelombang tersebut akan membelok
di sekitar ujung rintang dan masuk di daerah terlindung di belakangnya; seperti terlihat dalam
gambar 2 fenomena ini dikenal dengan difraksi gelombang. Dalam difraksi gelombang ini
terjadi transfer energi dalam arah tegak lurus penjalaran gelombang menuju daerah
terlindung. Apabila tidak terjadi difraksi gelombang, daerah di belakang rintangan akan
tenang. Karena adanya proses difraksi maka daerah tersebut terpengaruh oleh gelombang
datang. Transfer energi ke daerah terlindung menyebabkan terjadinya gelombang di daerah
tersebut, meskipun tidak sebesar gelombang di luar daerah terlindung. Garis puncak
gelombang di belakang rintangan membelok dan mempunyai bentuk busur lingkaran dengan
pusatnya pada unjung rintangan. Biasanya tinggi gelombang berkurang di sepanjang puncak
gelombang menuju daerah terlindung. 21
tentang mesh yang dibuka. Program FastTabs memiliki fasilitas yang tersedia di kolom
sebelah kiri kalau aktif tampak menyala merah. Beberapa tombol tersebut adalah: Palet
piranti (Tool Pellete) di sebelah kiri layar berisi piranti untuk mengedit titik dan
element,piranti makro FastTabs, piranti alat statis dan dinamis dan pilihan untuk mengganti
modul. Setiap kali hanya satu piranti dari palet tersebut yang dapat digunakan. Langkah
selanjutnya yang dilakukan program bila menekan bagian penggambaran bergantung pada
piranti yang dipilih. Misalnya piranti (Create Nodes Tool) sedang aktif, maka penekanan pada
jendela tayangan akan menghasilkan satu titik pada lokasi yang ditekan. Program Awave 2-3
Perangkat lunak yang digunakan dalam mensimulasikan penjalaran gelombang yaitu program
Awave 2-3 dengan fasttabs sebagai fasilitas untuk menggambarkan model sedangkan program
Awave 2-3 untukrunning model setelah model selesai digambar. Awave 2-3 ini disusun
dengan program utama yaitu Fotran P.S dimana di dalam program Awave 2-3 bisa
menghitung refraksi, defraksi, dan refleksi. Penyelesaian yang dipakai dalam Awave 2-3
(Purwantoro, 2007) adalah metode elemen hingga dengan mengalikan persamaan
diferensialnya yaitu mild slope equation dengan fungsi pembobot berupa fungsi dasar elemen
segitiga dengan interpolasi linier. Metode persamaan Mild Slope Equation dikalikan dengan
fungsi pembobotnya dapat dilihat pada rumus berikut:
Program CGWAVE Simulasi model gelombang dilakukan untuk memperoleh informasi
mengenai perubahan tinggi gelombang yang terjadi pada daerah perairan di luar pelabuhan,
alur masuk pelabuhan, dan kolam pelabuhan. Simulasi gelombang dilakukan pada kondisi
elevasi muka air rencana (elevasi pada saat kondisi muka air pasang tertinggi). Dalam
mensimulasikan model gelombang yang digunakan modul CGWAVE pada software ISSN
2088 – 3676.
urface-water Model System (SMS). CGWAVE merupakan program yang mendeskripsikan
model dan arah penjalaran gelombang di daerah pelabuhan, daerah pantai terbuka, estuaria,
dan gelombang di sekitar pulau. Software ini dikembangakan oleh University of Mine
dibawah kontrak U.S. Army Corps of Engineers, Waterways Experiment Station. Simulasi
CGWAVE merupakan kombinasi dari refraksi-difraksi gelombang, friksi gelombang,
gelombang pecah, penyebaran amplitudo gelombang nonlinier dan alur pelabuhan. Windrose
(Mawar Angin). Menurut Encyclopedia Britannica windrose adalah diagram yang
menyederhanakan angin pada sebuah lokasi dengan periode tertentu. Windrose (diagram
mawar angin) juga digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui delapan arah mata
anginnya. Dengan mengetahui arah angin dominan maka arah gelombang juga dapat
diketahui. Angin yang merupakan penyebab dari timbulnya gelombang, maka arah angin dan
arah gelombang dominan adalah analog atau sama. Jika arah gelombang dominan sudah
diketahui maka akan sangat memudahkan untuk analisa selanjutnya. Misalnya pada
pembangunan sebuah bangunan pemecah gelombang (breakwater). Orientasi arah dari
breakwater tersebut harus disesuaikan dengan arah datang gelombang dominan agar
bangunan tersebut menjadi efektif untuk melindungi pantai atau bangunan lain
dibelakangnya. Untuk studi kasus di pelabuhan pantai Glagah terdapat dua windrose.
2.5 Transformasi Gelombang Swell dan Gelombang Angin di Perairan
Gelombang swell dengan energi yang besar dan dapat menjalar hingga ratusan kilometer dari
daerah pembangkitannya diketahui berpotensi merusak struktur pantai dan juga dapat
mengganggu segala aktivitas yang dilakukan di pantai. Gelombang swell juga dinyatakan
memberikan pengaruh yang besar pada inundasi yang terjadi di sepanjang pantai selatan Jawa
dan Bali pada tanggal 4-9 Juni 2006 (Nugraheni, dkk., 2017). Studi transformasi gelombang
swell dan gelombang angin di perairan selatan Bali dilakukan dengan pemodelan numerik
gelombang menggunakan model gelombang generasi ketiga SWAN model. Simulasi
dilakukan dengan tiga nested grid dengan resolusi grid #1, #2 dan #3; masingmasing sebesar
0.05o, 0.005o, dan 0.001o. Simulasi dilakukan untuk dua buah skema pemodelan, yaitu model
gelombang swell dan model gelombang angin. Hasil model menunjukan kesesuaian dengan
data pengamatan. Hasil simulasi memperlihatkan gelombang swell yang berasal dari
Samudera Hindia mendominasi kondisi gelombang di perairan selatan Bali selama periode
simulasi (18 Desember 2011-6 Februari 2012). Dibandingkan dengan gelombang angin,
gelombang swell menghasilkan tinggi gelombang yang lebih besar baik di lepas pantai
maupun di area dekat pantai. Gelombang swell mengalami refraksi yang kuat di sekitar Bukit
Peninsula.

Anda mungkin juga menyukai