• Persamaan tersebut menunjukkan bahwa Co tidak tergantung pada kedalaman , jadi di laut dalam gelombang
tidak mengalami refraksi . Di laut transisi dan laut dangkal , pengaruh refraksi semakin besar .
• Pada bab terdahulu telah dijelaskan bahwa energi total gelombang tiap satu satuan lebar gelombang adalah :
• Dipandang dua garis ortogonal yang melintas dari laut dalam menu ju pantai dan dianggap tidak ada energi
gelombang yang keluar dari lintasan tersebut . Tenaga yang terkandung di antara dua garis ortogonal dapat
dianggap konstan . Apabila jarak antara garis ortogonal adalah b , maka tenaga gelombang di laut dalam dan di
suatu titik di laut yang lebih dangkal adalah :
REFRAKSI
GELOMBANG
• Tenaga gelombang yang tersimpan di antara dua garis ortogonal gelombang sepanjang lintasannya adalah
konstan ,
• Apabila energi gelombang seperti yang diberikan oleh persamaan ( 3.5 ) disubstitusikan ke dalam persamaan di
atas maka :
• Suku pertama dari persamaan ( 3.7 ) adalah pengaruh pendangkalan sedang suku kedua adalah pengaruh garis
ortogonal konvergen atau di vergen yang disebabkan oleh refraksi gelombang . Kedua suku tersebut di kenal
sebagai koefisien pendangkalan K , dan koefisien refraksi Kr , sehing ga persamaan ( 3.7 ) menjadi :
• Koefisien pendangkalan Ks merupakan fungsi panjang gelombang dan kedalaman air . Koefisien tersebut untuk
berbagai nilai d / Lo diberikan dalam tabel L - 1 . Persamaan ( 3.8 ) dapat digunakan untuk menghitung tinggi
gelombang di laut transisi dan dangkal , berdasarkan tinggi gelombang di laut dalam dan jika jarak antara dua
ortogonal ( b dan bo ) diketahui ( dari studi refraksi
• Di dalam bab II telah dijelaskan bahwa Ks = H / H'o , sehingga persamaan ( 3.8 ) dapat ditulis menjadi :
• Persamaan tersebut serupa dengan persamaan ( 3.1 ) untuk keadaan di mana gelombang tidak mengalami
difraksi
• Proses refraksi gelombang adalah sama dengan refraksi cahaya yang terjadi karena cahaya melintasi dua
media perantara berbeda . De ngan kesamaan tersebut maka pemakaian hukum Snell pada optik dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah refraksi gelombang yang disebab kan karena perubahan kedalaman .
Dalam gambar 3.3 , suatu deretan gelombang menjalar dari laut de ngan kedalaman di menuju kedalaman d2 ,
dengan perubahan kedalaman mendadak ( seperti anak tangga ) dan dianggap tidak ada refleksi gelom bang
pada perubahan tersebut . Karena adanya perubahan kedalaman maka cepat rambat dan panjang gelombang
berkurang dari C₁ dan L₁ menjadi C₂ dan L2 . Sesuai dengan hukum Snell , berlaku :
dengan :
a₁ sudut antara garis puncak gelombang dengan kontur dasar di mana gelombang melintas .
a₂ sudut yang sama yang diukur saat garis puncak gelombang melintasi kontur dasar berikutnya .
C₁ : kecepatan gelombang pada kedalaman di kontur pertama .
C₂ : kecepatan gelombang pada kedalaman di kontur kedua . Apabila ditinjau gelombang di laut dalam dan di
suatu titik yang di tinjau , maka :
• dengan adalah sudut antara garis puncak gelombang dan garis kontur dasar laut di titik yang ditinjau , dan
adalah sudut antara garis puncak gelombang di laut dalam dan garis pantai . Seperti terlihat dalam gambar 3.2 ,
jarak antara ortogonal di laut dalam dan di suatu titik adalah bo dan b . Apabila kontur dasar laut adalah lurus
dan sejajar maka jarak x di titik 0 dan di titik berikutnya adalah sama sehingga :
• Analisis refraksi dapat dilakukan secara analitis apabila garis kontur lurus dan saling sejajar dengan
menggunakan hukum Snell secara langsung ( persamaan 3.11 ) .
REFRAKSI
GELOMBANG
Suatu deret gelombang merambat dari laut menuju pantai yang mempunyai kontur dasar laut lurus dan sejajar daladalamm
arah barat timur . Di laut dalam tinggi gelombang adalah 2,0 m ; periode 8,0 detik dan arah gelombang adalah dari barat
laut ( = 45 ° ) . Tentukan tinggi dan sudut datang gelombang pada kedalaman 3,0 m .
REFRAKSI
GELOMBANG
Penyelesaian
Arah datang gelombang pada kedalaman 3,0 m dihitung dengan persamaan ( 3.11 ) :
Koefisien refraksi :
REFRAKSI
GELOMBANG
Untuk menghitung koefisien pendangkalan , dicari nilai n dengan menggu nakan tabel L - 1 berdasar
nilai d / Lo di atas , dan didapat n = 0,9388 . Di laut dalam nilai no = 0,5 ; sehingga koefisien
pendangkalan adalah :
Koefisien Ks juga dapat diperoleh secara langsung dari tabel L - 1 . Tinggi gelombang pada
kedalaman 3,0 m adalah :
PEMBUATAN
DIAGRAM REFRAKSI
GELOMBANG
Koefisien refraksi dapat ditentukan dengan membuat diagram refraksi . Ada dua metode yang dapat digunakan untuk
membuat diagram refraksi yaitu metode puncak gelombang dan metode ortogonal gelombang .
1. METODE PUNCAK
GELOMBANG
1. METODE PUNCAK
GELOMBANG
Pembuatan diagram refraksi dengan metode puncak gelombang dimulai dari garis puncak gelombang
di laut dalam ( garis A dalam gambar 3.4 ) . Di tetapkan sejumlah titik di sepanjang garis puncak
gelombang , yaitu titik 1 , 2 , 3 , ..... , N. Berdasarkan kedalaman air di titik - titik tersebut yaitu dı , d2
, d3 , . . . . . , dN ; kemudian dihitung panjang gelombangnya dengan menggunakan persamaan ( 2.14 )
atau tabel L - 1 , sehingga di dapat L1 , L2 , L3 , ... , LN . Panjang gelombang L1 , L2 , L3 , ... , LN di
plot pada titik - titik 1 , 2 , ... , N , dengan garis panjang gelombang tegak lurus garis puncak
gelombang ( atau garis singgungnya ) ; sehingga akhirnya melalui ujung - ujung panjang gelombang
tersebut dapat ditarik garis B yang meru pakan garis puncak gelombang berikutnya . Prosedur ini
diulangi terus sampai akhirnya didapat garis puncak gelombang C , D , . . . . . , dan seterusnya .
Setelah garis puncak gelombang selesai dibuat pada seluruh dac rah pantai , kemudian dibuat garis
ortogonal gelombang dengan menghu bungkan titik - titik 1-1a - 1b - 1c - 1d ; 2-2a - 2b - 2c - 2d ; dan
seterusnya
2. METODE ORTOGONAL
GELOMBANG
• Di dalam metoda ortogonal gelombang ini pertama kali ditetapkan arah penjalaran gelombang di laut dalam .
Dibuat garis puncak gelombang di laut dalam yang merupakan garis lurus dan tegak lurus arah gelombang
tersebut . Dibuat garis - garis ortogonal gelombang dengan jarak tertentu dan tegak lurus pada garis puncak
gelombang dan sejajar dengan arah gelombang . Jarak antara garis ortogonal yang pendek akan memberikan
hasil yang lebih teliti dibanding dengan jarak yang panjang . Garis - garis tersebut dibuat sampai pada garis
kontur sama dengan Lo / 2 . Ada dua prosedur di dalam pembuatan diagram refraksi dengan metode garis
ortogonal gelombang , yaitu apabila a ( sudut datang gelombang ) kurang dari 80 ° dan lebih besar 80 ° .
• a . Prosedur jika a < 80 ° Di dalam prosedur ini digunakan diagram ( template ) dalam gambar ( 3.5 ) .
Langkah - langkah yang dilakukan dalam metode ini adalah sebagai berikut .
• 1. Tentukan kontur yang ditunjukkan oleh nilai d / Lo = 0,5 pada peta garis kontur . Kemudian beri tanda garis
kontur yang lebih dangkal dengan kedalaman relatif d / Lo . Ketidak - teraturan kontur dasar yang lebih kecil
dari panjang gelombang tidak berpengaruh pada gerak gelombang , sehingga garis kontur tersebut dapat
dihaluskan / diratakan .
• 2. Untuk setiap kontur dan satu kontur di depannya ( ke arah pantai ) di hitung perbandingan cepat rambat
gelombang C₁ / C₂ dan C₂ / C₁ di mana C₁ adalah cepat rambat gelombang pada kontur yang lebih dalam .
Dari persamaan ( 2.21 ) dengan menyamakan Lo dari bentuk dy / Lo dan d ₂ / Lo akan didapat :
2. METODE ORTOGONAL
GELOMBANG
Di mana d / L adalah fungsi dari d / Lo seperti yang diberikan dalam tabel L - 1 lampiran 1. Tabel 3.1 .
menunjukkan contoh hitungan nilai C₁ / C₂ untuk analisis refraksi gelombang dengan periode T = 9 detik .
Tabel 3.1 . Hitungan C₁ / C₂ dan C₂ / C₁
3. Mulai dari dua kontur pertama dibuat garis kontur tengah , dan potong kan garis ortogonal datang ke garis
kontur tengah . Kemudian dibuat garis singgung pada kontur tengah melalui titik potong garis kontur tengah
dengan garis ortogonal gelombang . 4. Letakkan template dengan garis yang bertanda ortogonal di atas garis
ortogonal gelombang datang , dan nilai C₁ / C₂ = 1,0 pada perpotongan antara kontur tengah dan ortogonal
gelombang . 5. Putar template terhadap titik putar sampai nilai C₁ / C₂ memotong garis singgung pada kontur
tengah . Garis yang menunjukkan ortogonal ge lombang pada template adalah arah garis ortogonal gelombang
berikutnya ( gambar 3.6.b ) .
• Catatan : Dalam contoh ini misalkan perbandingan C1 / C2 = 1,1 . Template diputar terhadap R sampai nilai C1 / C2 = 1,1
memotong garis singgung pada kontur tengah . Garis berlabel orthogonal pada template merupakan arah garis ortogonal
yang membelok . Dibuat garis sejajar dengan garis ortogonal tersebut yang memotong garis ortogonal datang di titik B
sedemikian sehingga garis ortogonal datang dan yang meninggalkan diukur dari kedua kontur adalah sama . Gambar 3.6 .
Cara pembuatan diagram refraksi
2. METODE ORTOGONAL
GELOMBANG
6. Buat garis sejajar dengan arah garis ortogonal tersebut sedemikian sehingga garis ortogonal datang dan yang
meninggalkan diukur dari kedua kontur adalah sama ( gambar inset , di mana AB = BC ) .
7. Ulangi prosedur di atas untuk interval kontur berikutnya . Garis ortogonal juga dapat dibuat dari air dangkal menuju
air dalam dengan menggunakan cara yang sama , tetapi dengan nilai C ₂ / C ₁ di mana C ₁ adalah cepat rambat gelombang
di kontur yang lebih dalam .
b . Prosedur jika a > 80 ° ( metode R / J )
Apabila a > 80 ° , prosedur di atas tidak dapat digunakan . Ortogonal gelombang tidak memotong garis kontur , tetapi
hampir sejajar . Untuk itu interval kontur dibagi menjadi sejumlah sub interval yang lebih kecil . Pada titik tengah dari
sub interval dibuat sudut putar ortogonal . Seperti yang ditunjukkan dalam gambar 3.7 . interval dibagi menjadi sejumlah
segmen atau kotak oleh garis melintang . Jarak antara garis melin tang , R , adalah sebarang dan ditetapkan sebagai
perbandingan dengan jarak antara kontur J melalui titik tengah segmen . Untuk seluruh interval yang dilintasi , dihitung
nilai C₂ / C₁ . Dalam template pada gambar 3.5 . ditunjukkan pula garis putar orto gonal Aa sebagai fungsi C ₂ / C ₁
untuk berbagai nilai perbandingan R / J . Sudut Aa adalah sudut putar terhadap ortogonal gelombang datang di pusat sub
interval . Prosedur ini diulang untuk tiap segmen berikutnya , sampai sudut datang a lebih kecil dari 80 ° .
2. METODE ORTOGONAL
GELOMBANG
DIFRAKSI
GELOMBANG
Difraksi Gelombang adalah peristiwa dimana gelombang yang datang terhalang oleh
rintangan seperti pemecah ombak atau pulau sehingga gelombang tersebut berbelok
mengelilingi ujung rintangan lalu masuk ke daerah terlindung dibelakang rintangan
seperti terlihat pada gambar berikut
DIFRAKSI
GELOMBANG
DIFRAKSI
GELOMBANG
Apabila gelombang datang terhalang oleh suatu rintangan seperti pemecah gelombang atau pulau ,
maka gelombang tersebut akan membe lok di sekitar ujung rintangan dan masuk di daerah terlindung
di belakang nya ; seperti terlihat dalam gambar 3.8 . Fenomena ini dikenal dengan difraksi
gelombang . Dalam difraksi gelombang ini terjadi transfer energi dalam arah tegak lurus penjalaran
gelombang menuju daerah terlindung . Seperti terlihat dalam gambar 3.8 . , apabila tidak terjadi
difraksi gelom bang , daerah di belakang rintangan akan tenang . Tetapi karena adanya proses difraksi
maka daerah tersebut terpengaruh oleh gelombang datang . Transfer energi ke daerah terlindung
menyebabkan terbentuknya gelom bang di daerah tersebut , meskipun tidak sebesar gelombang di
luar daerah terlindung . Garis puncak gelombang di belakang rintangan membelok dan mempunyai
bentuk busur lingkaran dengan pusatnya pada ujung rintangan . Dianggap bahwa kedalaman air
adalah konstan . Apabila tidak maka selain difraksi juga terjadi refraksi gelombang . Biasanya tinggi
gelombang berkurang di sepanjang puncak gelombang menuju daerah terlindung . Pengetahuan
tentang difraksi gelombang ini penting di dalam perencanaan pelabuhan dan pemecah gelombang
sebagai pelindung pantai .
HITUNGAN DIFRAKSI
GELOMBANG
Pada rintangan ( pemecah gelombang ) tunggal , tinggi gelombang di suatu tempat di daerah
terlindung tergantung pada jarak titik tersebut terhadap ujung rintanganr , sudut antara rintangan
dan garis yang menghu bungkan titik tersebut dengan ujung rintangan ß , dan sudut antara arah .
penjalaran gelombang dan rintangan 8. Perbandingan antara tinggi gelom bang di titik yang
terletak di daerah terlindung dan tinggi gelombang datang disebut koefisien difraksi K ‘
Dengan Nilai K ' untuk 8 , ß dan r / L tertentu diberikan dalam tabel 3.2 . yang didasarkan pada
penyelesaian matematis untuk difraksi cahaya ( Panny and Price , 1952 ; dalam Sorensen ,
1978 ) . Difraksi gelombang air ini analog dengan difraksi cahaya , sehingga tabel 3.2 . juga
dapat digunakan untuk memperkirakan pola garis puncak gelombang dan variasi tinggi
gelombang yang mengalami difraksi .
CONTOH SOAL 2
Lo = 1,56 7² = 1,56x ( 8 ) ² = 99,84 m Suatu deret gelombang dengan periode 8 detik
menuju pemecah gelombang dengan membentuk sudut 60 ° . Kedalaman air di
belakang pemecah gelombang adalah 10 m dan dianggap konstan . Hitung tinggi ge
lombang di titik A yang berjarak 140 m dari ujung pemecah gelombang dan
membentuk sudut 3 = 30 ° terhadap puncak gelombang . Tinggi gelom bang di ujung
rintangan adalah 2 m .
CONTOH SOAL 2
Penyelesaian
Dengan menggunakan tabel 3.2 untuk nilai r / L = 2 ; 𝜃= 60 ° dan 𝛽 = 30 ° didapat koefisien difraksi K ' = 0,28 . Titik gelombang di titik A
Teori difraksi seperti yang dijelaskan di atas adalah untuk pemecah gelombang tunggal . Apabila terdapat dua pemecah
gelombang dengan ce lah ( bukaan ) di antaranya , untuk menentukan koefisien difraksi digunakan grafik yang
dikembangkan oleh Johnson ( 1952 , 1953 ; dalam Wiegel , 1964 ) . Grafik tersebut ditunjukkan dalam gambar 3.9.a.
sampai 3.9.i .; yang menunjukkan kurva koefisien difraksi yang sama untuk arah gelombang datang tegak lurus sisi
pemecah gelombang ( 8 = 90 ° ) dan untuk berbagai perbandingan antara lebar celah B dan panjang gelombang L , B /
L . Dalam gambar 3.9.b. sampai 3.9.i. karena penyelesaiannya adalah simetris , maka hanya digambar setengah
bagiannya . Johnson menganggap bahwa untuk keperluan praktis grafik - grafik tersebut dapat digunakan untuk sudut
datang gelombang yang lain sampai batas tertentu , dengan menggunakan proyeksi lebar celah imajiner seperti
ditunjukkan dalam gambar 3.10 . Apabila lebar celah lebih dari lima kali panjang gelombang atau lebih , maka difraksi
oleh kedua ujung pemecah gelombang tidak saling mempe ngaruhi . Sehingga teori difraksi untuk pemecah gelombang
tunggal dapat digunakan untuk kedua sisi . Dalam grafik - grafik tersebut sumbu absis dan ordinat serta lebar celah
dinyatakan dalam besaran tak berdimensi yaitu x / L , y / L dan B / L . Apabila diinginkan hasil yang lebih teliti di
dalam menentukan koe fisien difraksi untuk gelombang datang membentuk sudut terhadap sumbu pemecah gelombang
, maka dapat digunakan gambar 3.11.a. sampai 3.11.f .; yaitu bila sudut datang gelombang adalah 75 ° , 60 ° , 45 ° , 30
° , 15 ° dan 0 °
TABEL KOEFISIEN
DIFRAKSI
GELOMBANG
REFLEKSI
GELOMBANG
Dinding vertikal dan tak permeabel memantulkan sebagian besar energi gelombang . Pada bangunan seperti itu koefisien refleksi adalah X = 1 ;
dan tinggi gelombang yang dipantulkan sama dengan tinggi gelom bang datang . Gelombang di depan dinding vertikal merupakan superposisi
dari kedua gelombang dengan periode , tinggi dan angka gelombang yang sama tetapi berlawanan arah . Menurut teori gelombang amplitudo
kecil , fluktuasi muka air gelombang datang adalah :
Persamaan tersebut menunjukkan fluktuasi muka air dari gelom bang berdiri ( standing wave atau clapotis ) yang
periodik terhadap waktu ( t ) dan terhadap jarak ( x ) . Apabila cos kx = cos ot = 1 maka tinggi maksi mum adalah 2H ₁ ,
yang berarti bahwa tinggi gelombang di depan bangunan vertikal bisa mencapai dua kali tinggi gelombang datang .
Gambar ( 3.12 ) adalah profil muka air sebagai fungsi kx untuk berbagai nilai ot . Ada beberapa titik ( nodes ) pada
profil di mana muka air selalu berada pada SWL untuk semua nilai dan titik - titik lain ( antinodes ) di mana fluktuasi
muka air adalah 2H¡ atau dua kali tinggi gelombang . Kecepatan partikel air pada titik di bawah nodes selalu
horisontal , sedang di bawah antinodes selalu vertikal , sedang pada titik - titik di antaranya partikel air bergerak dalam
arah diagonal.
GELOMBANG PECAH
Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai mengala mi perubahan
bentuk karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut . Pengaruh kedalaman laut
mulai terasa pada kedalaman lebih kecil dari setengah kali panjang gelombang . Di
laut dalam profil gelombang adalah sinusoidal , semakin menuju ke perairan yang
lebih dangkal puncak gelombang semakin tajam dan lembah gelombang semakin
datar . Selain itu kecepatan dan panjang gelombang berkurang secara berangsur -
angsur sementara tinggi gelombang bertambah .
Gelombang pecah dipengaruhi oleh kemiringannya , yaitu perban dingan antara tinggi dan panjang gelombang . Di laut
dalam kemiringan gelombang maksimum di mana gelombang mulai tidak stabil diberikan oleh bentuk berikut :
Pada kemiringan tersebut kecepatan partikel di puncak gelombang sama dengan kecepatan rambat gelombang . Kemiringan
yang lebih tajam dari batas maksimum tersebut menyebabkan kecepatan partikel di puncak gelombang lebih besar dari
kecepatan rambat gelombang sehingga terjadi ketidak - stabilan dan gelombang pecah . Apabila gelombang bergerak
menuju laut dangkal , kemiringan ba tas tersebut tergantung pada kedalaman relatif d / L dan kemiringan dasar laut m .
Gelombang dari laut dalam yang bergerak menuju pantai akan bertambah kemiringannya sampai akhirnya tidak stabil dan
pecah pada kedalaman tertentu , yang disebut dengan kedalaman gelombang pecah db . Tinggi gelombang pecah diberi
notasi Hp . Munk ( 1949 , dalam CERC , 1984 ) memberikan rumus untuk menentukan tinggi dan kedalaman gelom bang
pecah berikut ini .
Parameter Hb / Ho ' disebut dengan indek tinggi gelombang pecah . Rumus ( 3.16 ) dan ( 3.17 ) tidak memberikan pengaruh
kemiringan dasar laut terhadap gelombang pecah . Beberapa peneliti lain ( Iversen , Galvin , Goda ; dalam CERC , 1984 )
membuktikan bahwa Hb / Ho ' dan db / Hb tergantung pada kemiringan pantai dan kemiringan gelombang datang .
Gambar 3.13 . menunjukkan hubungan antara Hb / Ho ' dan Ho / Lo ' untuk berbagai kemiringan dasar laut . Sedang
gambar 3.14 . menunjukkan hubungan antara db / Hb dan Hb / gT untuk berbagai kemiringan dasar . Disarankan untuk
menggunakan gambar tersebut daripada menggunakan rumus 3.16 . dan 3.17 . , untuk menghitung tinggi dan kedalaman
gelombang pecah pada kedalaman tertentu . Grafik yang diberikan dalam gambar 3.14 . dapat ditulis dalam bentuk rumus
berikut :
di mana a dan b merupakan fungsi kemiringan pantai mi dan diberikan oleh persamaan berikut :
Dengan menggunakan grafik 3.23 . untuk nilai tersebut dan m = 0,05 didapat :
Jadi tinggi dan kedalaman gelombang pecah adalah Hb= 3,15 m dan db = 3,02 m
THANK YOU