Anda di halaman 1dari 73

TEKNIK PANTAI

SALSABILA SINTYA DEWI


DEFORMASI GELOMBANG
PENDAHULUAN
Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang
tergantung pada gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah
gelombang angin yang dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan
laut, gelombang pasang surut dibangkitkan oleh gaya tarik benda-
benda langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi, gelombang
tsunami terjadi karena letusan gunung berapi atau gempa di laut,
gelombang yang dibangkitkan oleh kapal yang bergerak, dan
sebagainya.
PENDAHULUAN
Di antara beberapa bentuk gelombang tersebut yang paling penting dalam
bidang teknik pantai adalah gelombang angin (untuk selanjutnya disebut
gelombang) dan pasang surut. Gelombang dapat menimbulkan energi untuk
membentuk pantai, menimbulkan arus dan transpor sedimen dalam arah tegak
lurus dan sepanjang pantai, serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada
bangunan pantai. Gelombang merupakan factor utama di dalam penentuan tata
letak (layout) pelabuhan, alur pelayaran, perencanaan bangunan pantai dan
sebagainya. Oleh karena itu seorang ahli teknik pantai harus memahami
dengan baik karakteristik dan perilaku gelombang baik di laut dalam, selama
penjalarannya menuju pantai maupun di daerah pantai, dan pengaruhnya
terhadap bangunan pantai.
PENDAHULUAN
Pasang surut juga merupakan faktor penting karena bisa menimbulkan arus
yang cukup kuat terutama di daerah yang sempit, misalkan diteluk, estuari,
dan muara sungai. Selain itu elevasi muka air pasang dan air surut juga
sangat penting untuk merencanakan bangunan-bangunan pantai. Sebagai
contoh, elevasi puncak bangunan pantai ditentukan oleh elevasi muka air
pasang untuk mengurangi limpasan air, sementara kedalaman alur
pelayaran dan perairan pelabuhan ditentukan oleh muka air surut.
Gelombang besar yang datang ke pantai pada saat air pasang bisa
menyebabkan kerusakan pantai sampai jauh ke daratan.
PENDAHULUAN
Tsunami adalah gelombang yang terjadi karena letusan gunung api atau
gempa bumi di laut. Gelombang yang terjadi bervariasi dari 0,5 m
sampai 30 m dan periode dari beberapa menit sampai sekitar satu jam.
Tinggi gelombang tsunami dipengaruhi oleh konfigurasi dasar laut.
Selama penjalaran dari tengah laut (pusat terbentuknya tsunami)
menuju pantai, tinggi gelombang menjadi semakin besar karena
pengaruh perubahan kedalaman laut. Di daerah pantai tinggi
gelombang tsunami bisa mencapai puluhan meter.
PENDAHULUAN
Pada umumnya bentuk gelombang di alam adalah sangat kompleks dan
sulit digambarkan secara matematis karcna ketidak-linieran, tiga dimensi
dan mempunyai bentuk yang random (suatu deret gelombang mempunyai
tinggi dan periode berbeda). Beberapa teori yang ada hanya
menggambarkan bentuk gelombang yang sederhana dan merupakan
pendekatan gelombang alam, Ada beberapa teori dengan berbagai derajad
kekompleksan dan ketelitian untuk menggambarkan gelombang di alam,
diantaranya adalah teori Airy, Stokes, Gerstner, Mich, Knoidal, dan
tunggal. Masing-masing teori terscbut_mempunyai batasan keberlakuan
yang berbeda. Teori gelombang Airy merupakan gelombang amplitude
kecil, sedang teori yang lain adalah gelombang amplitudo terbatas
(finiteamplinide waves).
PENDAHULUAN
Teori yang paling sederhana adalah teori gelombang linier atau teori
gelombang amplitudo kecil, yang pertama kali dikemukakan oleh Airy
pada tahun 1845. Dalam buku ini hanya dipelajari teori gelombang
Airy, Stokes, knoidal dan tunggal.
PENDAHULUAN
Teori gelombang amplitudo kecil diturunkan berdasar persamaan Laplace untuk
aliran tak rotasi (irrotational flow) dengan kondisi batas dipermukaan air dan dasar
laut. Kondisi batas di permukaan air didapat dengan melinierkan persamaan Bernoulli
untuk aliran tak mantap. Penyelesaian persamaan tersebut memberikan potensial
kecepatan periodik untuk aliran tak rotasional, Potensial kecepatan ini kemudian
digunakan untuk menurunkan persamaan dari berbagai karakteristik gelombang
seperti fluktuasi muka air, kecepatan dan percepatan partikel, tekanan, kecepatan
rambat gelombang, dan sebagainya.
PENDAHULUAN
Anggapan-anggapan yang digunakan untuk menurunkan persamaan
gelombang adalah sebagai berikut ini.
1. Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan, sehingga rapat
massa adalah konstan.
2. Tegangan permukaan diabaikan
3. Gaya Coriolis (akibat perputaran bumi) diabaikan.
4. Tekanan pada permukaan air adalah seragam dan konstan.
5. Zat cair adalah ideal, sehingga berlaku aliran tak rotasi.
6. Dasar laut adalah horisontal, tetap dan impermeabel sehingga
kecepatan vertikal di dasar adalah nol.
7. Amplitudo gelombang kecil terhadap panjang gelombang dan
kedalaman air.
8. Gerak gelombang berbentuk silinder yang tegak lurus arah
penjalaran gelombang sehingga gelombang adalah dua dimensi.
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Gambar 2.1. Menunjukkan suatu gelombang yang berada pada sistem
koordinat x-y. Gelombang menjalar pada arah sumbu x.
Beberapa notasi yang digunakan adalah:
d: jarak antara muka air rerata dan dasar laut (kedalaman laut)
Η(x,t): fluktuasi muka air terhadap muka air diam
a: amplitudo gelombang
H: tinggi gelombang = 2a
L: panjang gelombang, yaitu jarak antara dua puncak gelombang yang
berurutan.
T : periode gelombang, yaitu interval waktu yang diperlukan oleh
partikel air untuk kembali pada kedudukan yang sama dengan
kedudukan sebelumnya,
C : Kecepatan rambat gelombang = L/T
k : angka gelombang = 2μ/L
σ : frekuensi gelombang = 2μ/T
PENDAHULUAN
dengan :
H'o : tinggi gelombang laut dalam ekivalen
Ho : tinggi gelombang laut dalam
K ‘ : koefisien difraksi
Kr : koefisien refraksi
Konsep tinggi gelombang laut dalam ekivalen ini digunakan dalam analisis gelombang
pecah , limpasan gelombang dan proses lain .
GELOMBANG PECAH
Gelombang pecah adalah bentuk deformasi gelombang yang paling ekstrim. Pada saat
suatu gelombang pecah, energi gelombang akan sekaligus terlepas. Energi gelombang
akan membangkitkan arus dan mempengaruhi pergerakan sedimen dalam arah tegak
lurus pantai (cross-shore) dan sejajar pantai (longshore).
GELOMBANG ANGIN
Gelombang angin adalah gelombang yang dibangkitkan oleh angin (wind generated
wave). Gambaran umumnya yaitu angin berhembus sejauh jarak seret angin (fetch)
dengan kecepatan yang semakin besar dan durasi tertentu. Setelah itu terjadi proses
pemindahan energi angin menjadi energi gelombang dipermukaan air (laut), tapi
karena air tidak dapat menyerap energi tersebut maka wujudnya diubah dalam bentuk
olakan atau riak-riak air2 . Riak tersebutlah yang akhirnya dapat berubah menjadi
gelombang yang lebih besar.
FETCH
Fetch adalah jarak perjalanan tempuh gelombang yang dari awal pembangkitannya.
Biasanya dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut, semakin panjang jarak
fetchnya, ketinggian gelombang akan semakinbesar. Bila gelombang bergerak
mendekati pantai, pergerakan gelombang dibagian bawah yang berbatasan dengan
dasar laut akan melambat, sebagai akibat dari friksi/gesekan antara air dan dasar
pantai. Sementara itu, bagian atas gelombang dipermukaan air akan terus melaju.
Semakin menuju ke pantai, puncak gelombang akan semakin tajam dan lembahnya
akan semakin datar. Fenomena ini yang menyebabkan gelombang tersebut kemudian
pecah. Panjang Fetch dihitung untuk 8 arah mata angin dan ditentukan berdasarkan
rumus berikut.
SHOALING
Shoaling adalah istilah yang menggambarkan gelombang yang bergerak dari laut
dalam memasuki laut dangkal dan mulai mengalami gesekan dari dasar laut,
akibatnya kecepatan gelombang berkurang dan panjang gelombangpun memendek.
Karena gelombang belum pecah maka tinggi gelombang H semakin besar, sampai
akhirnya pecah
REFRAKSI
GELOMBANG
Refraksi gelombang adalah peristiwa berbeloknya arah gelombang akibat datangnya
gelombang yang tidak tegak lurus pantai. Gambar 2 menggambarkan peristiwa
shoaling dan refraksi sekaligus. Akibat arah datangnya gelombang tidak tegak lurus
kontur dasar laut maka orthogonal gelombang berbelok untuk mencapai keadaan
keseimbangan terhadap gayagaya pergeseran dari dasar laut, terjadilah peristiwa
refraksi gelombang dengan koefisien refraksi Kr. Sementara itu peristiwa shoaling
juga terjadi karena laut semakin dangkal yang ditunjukkan oleh panjang gelombang
L1<L0
REFRAKSI
GELOMBANG
REFRAKSI
GELOMBANG
Persamaan ( 2.13 ) menunjukkan bahwa kecepatan rambat gelom bang tergantung
pada kedalaman air di mana gelombang menjalar . Apa bila cepat rambat gelombang
berkurang dengan kedalaman , panjang gelombang juga berkurang secara linier .
Variasi cepat rambat gelombang terjadi sepanjang garis puncak gelombang yang
bergerak dengan memben tuk suatu sudut terhadap garis kedalaman laut , karena
bagian dari gelombang di laut dalam bergerak lebih cepat daripada bagian di laut
yang lebih dangkal . Variasi tersebut menyebabkan puncak gelombang membe lok
dan berusaha untuk sejajar dengan garis kontur dasar laut . Refraksi dan
pendangkalan gelombang ( wave shoaling ) akan dapat menentukan tinggi
gelombang di suatu tempat berdasarkan karakteristik gelombang datang . Refraksi
mempunyai pengaruh yang cukup besar ter hadap tinggi dan arah gelombang serta
distribusi energi gelombang di sepanjang pantai . Perubahan arah gelombang karena
refraksi tersebut menghasilkan konvergensi ( penguncupan ) atau divergensi
( penyebaran ) energi gelombang dan mempengaruhi energi gelombang yang terjadi
di suatu tempat di daerah pantai .
REFRAKSI
GELOMBANG
REFRAKSI
GELOMBANG
REFRAKSI
GELOMBANG
Gambar ( 3.1 )/(diatas) menunjukkan contoh refraksi gelombang di daerah pantai yang mempunyai garis kontur dasar laut dan garis
pantai yang tidak teratur . Suatu deretan gelombang yang di laut dalam mempunyai panjang gelombang Lo dan garis puncak gelombang
sejajar bergerak menuju pan tai . Terlihat dalam gambar bahwa garis puncak gelombang berubah bentuk dan berusaha untuk sejajar
garis kontur dan garis pantai . Garis ortogonal gelombang membelok dalam arah menuju tegak lurus garis kontur . Pada lokasi 1 , garis
ortogonal gelombang menguncup sedang di lokasi 2 garis ortogonal gelombang menyebar . Karena energi di antara dua garis orto gonal
adalah konstan sepanjang lintasan , berarti energi gelombang tiap satuan lebar di lokasi 1 adalah lebih besar daripada di lokasi 2 ( jarak
antara garis ortogonal di lokasi 1 lebih kecil daripada di laut dalam sedang di lokasi 2 jarak tersebut lebih besar ) . Apabila akan
direncanakan suatu pelabuhan di daerah pantai tersebut , maka lokasi 2 adalah lebih cocok daripada lokasi 1 , karena bangunan -
bangunan yang direncanakan akan menahan energi gelombang yang lebih kecil .
Anggapan - anggapan yang digunakan dalam studi refraksi adalah sebagai berikut ini .
1. Energi gelombang antara dua ortogonal adalah konstan .
2. Arah penjalaran gelombang tegak lurus pada puncak gelombang , yaitu dalam arah ortogonal gelombang .
3. Cepat rambat gelombang yang mempunyai periode tertentu di suatu tempat hanya tergantung pada kedalaman di tempat tersebut.
4. Perubahan topografi dasar adalah berangsur - angsur
5. Gelombang mempunyai puncak yang panjang , periode konstan , ampli tudo kecil dan monokhromatik .
6. Pengaruh arus , angin dan refleksi dari pantai dan perubahan topografi dasar laut diabaikan .
• Persamaan cepat rambat gelombang adalah

• Di laut dalam , persamaan ( 3.1 ) menjadi :

• Persamaan tersebut menunjukkan bahwa Co tidak tergantung pada kedalaman , jadi di laut dalam gelombang
tidak mengalami refraksi . Di laut transisi dan laut dangkal , pengaruh refraksi semakin besar .

• Pada bab terdahulu telah dijelaskan bahwa energi total gelombang tiap satu satuan lebar gelombang adalah :

• sedang tenaga gelombang :

• Dipandang dua garis ortogonal yang melintas dari laut dalam menu ju pantai dan dianggap tidak ada energi
gelombang yang keluar dari lintasan tersebut . Tenaga yang terkandung di antara dua garis ortogonal dapat
dianggap konstan . Apabila jarak antara garis ortogonal adalah b , maka tenaga gelombang di laut dalam dan di
suatu titik di laut yang lebih dangkal adalah :
REFRAKSI
GELOMBANG
• Tenaga gelombang yang tersimpan di antara dua garis ortogonal gelombang sepanjang lintasannya adalah
konstan ,

• Apabila energi gelombang seperti yang diberikan oleh persamaan ( 3.5 ) disubstitusikan ke dalam persamaan di
atas maka :

• Suku pertama dari persamaan ( 3.7 ) adalah pengaruh pendangkalan sedang suku kedua adalah pengaruh garis
ortogonal konvergen atau di vergen yang disebabkan oleh refraksi gelombang . Kedua suku tersebut di kenal
sebagai koefisien pendangkalan K , dan koefisien refraksi Kr , sehing ga persamaan ( 3.7 ) menjadi :

• Koefisien pendangkalan Ks merupakan fungsi panjang gelombang dan kedalaman air . Koefisien tersebut untuk
berbagai nilai d / Lo diberikan dalam tabel L - 1 . Persamaan ( 3.8 ) dapat digunakan untuk menghitung tinggi
gelombang di laut transisi dan dangkal , berdasarkan tinggi gelombang di laut dalam dan jika jarak antara dua
ortogonal ( b dan bo ) diketahui ( dari studi refraksi
• Di dalam bab II telah dijelaskan bahwa Ks = H / H'o , sehingga persamaan ( 3.8 ) dapat ditulis menjadi :

• Persamaan tersebut serupa dengan persamaan ( 3.1 ) untuk keadaan di mana gelombang tidak mengalami
difraksi
• Proses refraksi gelombang adalah sama dengan refraksi cahaya yang terjadi karena cahaya melintasi dua
media perantara berbeda . De ngan kesamaan tersebut maka pemakaian hukum Snell pada optik dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah refraksi gelombang yang disebab kan karena perubahan kedalaman .
Dalam gambar 3.3 , suatu deretan gelombang menjalar dari laut de ngan kedalaman di menuju kedalaman d2 ,
dengan perubahan kedalaman mendadak ( seperti anak tangga ) dan dianggap tidak ada refleksi gelom bang
pada perubahan tersebut . Karena adanya perubahan kedalaman maka cepat rambat dan panjang gelombang
berkurang dari C₁ dan L₁ menjadi C₂ dan L2 . Sesuai dengan hukum Snell , berlaku :
dengan :
a₁ sudut antara garis puncak gelombang dengan kontur dasar di mana gelombang melintas .
a₂ sudut yang sama yang diukur saat garis puncak gelombang melintasi kontur dasar berikutnya .
C₁ : kecepatan gelombang pada kedalaman di kontur pertama .
C₂ : kecepatan gelombang pada kedalaman di kontur kedua . Apabila ditinjau gelombang di laut dalam dan di
suatu titik yang di tinjau , maka :
• dengan adalah sudut antara garis puncak gelombang dan garis kontur dasar laut di titik yang ditinjau , dan
adalah sudut antara garis puncak gelombang di laut dalam dan garis pantai . Seperti terlihat dalam gambar 3.2 ,
jarak antara ortogonal di laut dalam dan di suatu titik adalah bo dan b . Apabila kontur dasar laut adalah lurus
dan sejajar maka jarak x di titik 0 dan di titik berikutnya adalah sama sehingga :

• sehingga koefisien refraksi adalah :

• Analisis refraksi dapat dilakukan secara analitis apabila garis kontur lurus dan saling sejajar dengan
menggunakan hukum Snell secara langsung ( persamaan 3.11 ) .
REFRAKSI
GELOMBANG
Suatu deret gelombang merambat dari laut menuju pantai yang mempunyai kontur dasar laut lurus dan sejajar daladalamm
arah barat timur . Di laut dalam tinggi gelombang adalah 2,0 m ; periode 8,0 detik dan arah gelombang adalah dari barat
laut ( = 45 ° ) . Tentukan tinggi dan sudut datang gelombang pada kedalaman 3,0 m .
REFRAKSI
GELOMBANG
Penyelesaian

Untuk nilai d / Lo di atas , dengan tabel L - 1 didapat :

Arah datang gelombang pada kedalaman 3,0 m dihitung dengan persamaan ( 3.11 ) :

Koefisien refraksi :
REFRAKSI
GELOMBANG
Untuk menghitung koefisien pendangkalan , dicari nilai n dengan menggu nakan tabel L - 1 berdasar
nilai d / Lo di atas , dan didapat n = 0,9388 . Di laut dalam nilai no = 0,5 ; sehingga koefisien
pendangkalan adalah :

Koefisien Ks juga dapat diperoleh secara langsung dari tabel L - 1 . Tinggi gelombang pada
kedalaman 3,0 m adalah :
PEMBUATAN
DIAGRAM REFRAKSI
GELOMBANG
Koefisien refraksi dapat ditentukan dengan membuat diagram refraksi . Ada dua metode yang dapat digunakan untuk
membuat diagram refraksi yaitu metode puncak gelombang dan metode ortogonal gelombang .
1. METODE PUNCAK
GELOMBANG
1. METODE PUNCAK
GELOMBANG
Pembuatan diagram refraksi dengan metode puncak gelombang dimulai dari garis puncak gelombang
di laut dalam ( garis A dalam gambar 3.4 ) . Di tetapkan sejumlah titik di sepanjang garis puncak
gelombang , yaitu titik 1 , 2 , 3 , ..... , N. Berdasarkan kedalaman air di titik - titik tersebut yaitu dı , d2
, d3 , . . . . . , dN ; kemudian dihitung panjang gelombangnya dengan menggunakan persamaan ( 2.14 )
atau tabel L - 1 , sehingga di dapat L1 , L2 , L3 , ... , LN . Panjang gelombang L1 , L2 , L3 , ... , LN di
plot pada titik - titik 1 , 2 , ... , N , dengan garis panjang gelombang tegak lurus garis puncak
gelombang ( atau garis singgungnya ) ; sehingga akhirnya melalui ujung - ujung panjang gelombang
tersebut dapat ditarik garis B yang meru pakan garis puncak gelombang berikutnya . Prosedur ini
diulangi terus sampai akhirnya didapat garis puncak gelombang C , D , . . . . . , dan seterusnya .
Setelah garis puncak gelombang selesai dibuat pada seluruh dac rah pantai , kemudian dibuat garis
ortogonal gelombang dengan menghu bungkan titik - titik 1-1a - 1b - 1c - 1d ; 2-2a - 2b - 2c - 2d ; dan
seterusnya
2. METODE ORTOGONAL
GELOMBANG
• Di dalam metoda ortogonal gelombang ini pertama kali ditetapkan arah penjalaran gelombang di laut dalam .
Dibuat garis puncak gelombang di laut dalam yang merupakan garis lurus dan tegak lurus arah gelombang
tersebut . Dibuat garis - garis ortogonal gelombang dengan jarak tertentu dan tegak lurus pada garis puncak
gelombang dan sejajar dengan arah gelombang . Jarak antara garis ortogonal yang pendek akan memberikan
hasil yang lebih teliti dibanding dengan jarak yang panjang . Garis - garis tersebut dibuat sampai pada garis
kontur sama dengan Lo / 2 . Ada dua prosedur di dalam pembuatan diagram refraksi dengan metode garis
ortogonal gelombang , yaitu apabila a ( sudut datang gelombang ) kurang dari 80 ° dan lebih besar 80 ° .
• a . Prosedur jika a < 80 ° Di dalam prosedur ini digunakan diagram ( template ) dalam gambar ( 3.5 ) .
Langkah - langkah yang dilakukan dalam metode ini adalah sebagai berikut .
• 1. Tentukan kontur yang ditunjukkan oleh nilai d / Lo = 0,5 pada peta garis kontur . Kemudian beri tanda garis
kontur yang lebih dangkal dengan kedalaman relatif d / Lo . Ketidak - teraturan kontur dasar yang lebih kecil
dari panjang gelombang tidak berpengaruh pada gerak gelombang , sehingga garis kontur tersebut dapat
dihaluskan / diratakan .
• 2. Untuk setiap kontur dan satu kontur di depannya ( ke arah pantai ) di hitung perbandingan cepat rambat
gelombang C₁ / C₂ dan C₂ / C₁ di mana C₁ adalah cepat rambat gelombang pada kontur yang lebih dalam .
Dari persamaan ( 2.21 ) dengan menyamakan Lo dari bentuk dy / Lo dan d ₂ / Lo akan didapat :
2. METODE ORTOGONAL
GELOMBANG
Di mana d / L adalah fungsi dari d / Lo seperti yang diberikan dalam tabel L - 1 lampiran 1. Tabel 3.1 .
menunjukkan contoh hitungan nilai C₁ / C₂ untuk analisis refraksi gelombang dengan periode T = 9 detik .
Tabel 3.1 . Hitungan C₁ / C₂ dan C₂ / C₁

3. Mulai dari dua kontur pertama dibuat garis kontur tengah , dan potong kan garis ortogonal datang ke garis
kontur tengah . Kemudian dibuat garis singgung pada kontur tengah melalui titik potong garis kontur tengah
dengan garis ortogonal gelombang . 4. Letakkan template dengan garis yang bertanda ortogonal di atas garis
ortogonal gelombang datang , dan nilai C₁ / C₂ = 1,0 pada perpotongan antara kontur tengah dan ortogonal
gelombang . 5. Putar template terhadap titik putar sampai nilai C₁ / C₂ memotong garis singgung pada kontur
tengah . Garis yang menunjukkan ortogonal ge lombang pada template adalah arah garis ortogonal gelombang
berikutnya ( gambar 3.6.b ) .
• Catatan : Dalam contoh ini misalkan perbandingan C1 / C2 = 1,1 . Template diputar terhadap R sampai nilai C1 / C2 = 1,1
memotong garis singgung pada kontur tengah . Garis berlabel orthogonal pada template merupakan arah garis ortogonal
yang membelok . Dibuat garis sejajar dengan garis ortogonal tersebut yang memotong garis ortogonal datang di titik B
sedemikian sehingga garis ortogonal datang dan yang meninggalkan diukur dari kedua kontur adalah sama . Gambar 3.6 .
Cara pembuatan diagram refraksi
2. METODE ORTOGONAL
GELOMBANG
6. Buat garis sejajar dengan arah garis ortogonal tersebut sedemikian sehingga garis ortogonal datang dan yang
meninggalkan diukur dari kedua kontur adalah sama ( gambar inset , di mana AB = BC ) .
7. Ulangi prosedur di atas untuk interval kontur berikutnya . Garis ortogonal juga dapat dibuat dari air dangkal menuju
air dalam dengan menggunakan cara yang sama , tetapi dengan nilai C ₂ / C ₁ di mana C ₁ adalah cepat rambat gelombang
di kontur yang lebih dalam .
b . Prosedur jika a > 80 ° ( metode R / J )
Apabila a > 80 ° , prosedur di atas tidak dapat digunakan . Ortogonal gelombang tidak memotong garis kontur , tetapi
hampir sejajar . Untuk itu interval kontur dibagi menjadi sejumlah sub interval yang lebih kecil . Pada titik tengah dari
sub interval dibuat sudut putar ortogonal . Seperti yang ditunjukkan dalam gambar 3.7 . interval dibagi menjadi sejumlah
segmen atau kotak oleh garis melintang . Jarak antara garis melin tang , R , adalah sebarang dan ditetapkan sebagai
perbandingan dengan jarak antara kontur J melalui titik tengah segmen . Untuk seluruh interval yang dilintasi , dihitung
nilai C₂ / C₁ . Dalam template pada gambar 3.5 . ditunjukkan pula garis putar orto gonal Aa sebagai fungsi C ₂ / C ₁
untuk berbagai nilai perbandingan R / J . Sudut Aa adalah sudut putar terhadap ortogonal gelombang datang di pusat sub
interval . Prosedur ini diulang untuk tiap segmen berikutnya , sampai sudut datang a lebih kecil dari 80 ° .
2. METODE ORTOGONAL
GELOMBANG
DIFRAKSI
GELOMBANG

Difraksi Gelombang adalah peristiwa dimana gelombang yang datang terhalang oleh
rintangan seperti pemecah ombak atau pulau sehingga gelombang tersebut berbelok
mengelilingi ujung rintangan lalu masuk ke daerah terlindung dibelakang rintangan
seperti terlihat pada gambar berikut
DIFRAKSI
GELOMBANG
DIFRAKSI
GELOMBANG

Apabila gelombang datang terhalang oleh suatu rintangan seperti pemecah gelombang atau pulau ,
maka gelombang tersebut akan membe lok di sekitar ujung rintangan dan masuk di daerah terlindung
di belakang nya ; seperti terlihat dalam gambar 3.8 . Fenomena ini dikenal dengan difraksi
gelombang . Dalam difraksi gelombang ini terjadi transfer energi dalam arah tegak lurus penjalaran
gelombang menuju daerah terlindung . Seperti terlihat dalam gambar 3.8 . , apabila tidak terjadi
difraksi gelom bang , daerah di belakang rintangan akan tenang . Tetapi karena adanya proses difraksi
maka daerah tersebut terpengaruh oleh gelombang datang . Transfer energi ke daerah terlindung
menyebabkan terbentuknya gelom bang di daerah tersebut , meskipun tidak sebesar gelombang di
luar daerah terlindung . Garis puncak gelombang di belakang rintangan membelok dan mempunyai
bentuk busur lingkaran dengan pusatnya pada ujung rintangan . Dianggap bahwa kedalaman air
adalah konstan . Apabila tidak maka selain difraksi juga terjadi refraksi gelombang . Biasanya tinggi
gelombang berkurang di sepanjang puncak gelombang menuju daerah terlindung . Pengetahuan
tentang difraksi gelombang ini penting di dalam perencanaan pelabuhan dan pemecah gelombang
sebagai pelindung pantai .
HITUNGAN DIFRAKSI
GELOMBANG
Pada rintangan ( pemecah gelombang ) tunggal , tinggi gelombang di suatu tempat di daerah
terlindung tergantung pada jarak titik tersebut terhadap ujung rintanganr , sudut antara rintangan
dan garis yang menghu bungkan titik tersebut dengan ujung rintangan ß , dan sudut antara arah .
penjalaran gelombang dan rintangan 8. Perbandingan antara tinggi gelom bang di titik yang
terletak di daerah terlindung dan tinggi gelombang datang disebut koefisien difraksi K ‘

Dengan Nilai K ' untuk 8 , ß dan r / L tertentu diberikan dalam tabel 3.2 . yang didasarkan pada
penyelesaian matematis untuk difraksi cahaya ( Panny and Price , 1952 ; dalam Sorensen ,
1978 ) . Difraksi gelombang air ini analog dengan difraksi cahaya , sehingga tabel 3.2 . juga
dapat digunakan untuk memperkirakan pola garis puncak gelombang dan variasi tinggi
gelombang yang mengalami difraksi .
CONTOH SOAL 2
Lo = 1,56 7² = 1,56x ( 8 ) ² = 99,84 m Suatu deret gelombang dengan periode 8 detik
menuju pemecah gelombang dengan membentuk sudut 60 ° . Kedalaman air di
belakang pemecah gelombang adalah 10 m dan dianggap konstan . Hitung tinggi ge
lombang di titik A yang berjarak 140 m dari ujung pemecah gelombang dan
membentuk sudut 3 = 30 ° terhadap puncak gelombang . Tinggi gelom bang di ujung
rintangan adalah 2 m .
CONTOH SOAL 2
Penyelesaian

Dari tabel L - 1 lampiran 1 didapat :

Jarak titik A ke ujung rintangan

Dengan menggunakan tabel 3.2 untuk nilai r / L = 2 ; 𝜃= 60 ° dan 𝛽 = 30 ° didapat koefisien difraksi K ' = 0,28 . Titik gelombang di titik A
Teori difraksi seperti yang dijelaskan di atas adalah untuk pemecah gelombang tunggal . Apabila terdapat dua pemecah
gelombang dengan ce lah ( bukaan ) di antaranya , untuk menentukan koefisien difraksi digunakan grafik yang
dikembangkan oleh Johnson ( 1952 , 1953 ; dalam Wiegel , 1964 ) . Grafik tersebut ditunjukkan dalam gambar 3.9.a.
sampai 3.9.i .; yang menunjukkan kurva koefisien difraksi yang sama untuk arah gelombang datang tegak lurus sisi
pemecah gelombang ( 8 = 90 ° ) dan untuk berbagai perbandingan antara lebar celah B dan panjang gelombang L , B /
L . Dalam gambar 3.9.b. sampai 3.9.i. karena penyelesaiannya adalah simetris , maka hanya digambar setengah
bagiannya . Johnson menganggap bahwa untuk keperluan praktis grafik - grafik tersebut dapat digunakan untuk sudut
datang gelombang yang lain sampai batas tertentu , dengan menggunakan proyeksi lebar celah imajiner seperti
ditunjukkan dalam gambar 3.10 . Apabila lebar celah lebih dari lima kali panjang gelombang atau lebih , maka difraksi
oleh kedua ujung pemecah gelombang tidak saling mempe ngaruhi . Sehingga teori difraksi untuk pemecah gelombang
tunggal dapat digunakan untuk kedua sisi . Dalam grafik - grafik tersebut sumbu absis dan ordinat serta lebar celah
dinyatakan dalam besaran tak berdimensi yaitu x / L , y / L dan B / L . Apabila diinginkan hasil yang lebih teliti di
dalam menentukan koe fisien difraksi untuk gelombang datang membentuk sudut terhadap sumbu pemecah gelombang
, maka dapat digunakan gambar 3.11.a. sampai 3.11.f .; yaitu bila sudut datang gelombang adalah 75 ° , 60 ° , 45 ° , 30
° , 15 ° dan 0 °
TABEL KOEFISIEN
DIFRAKSI
GELOMBANG
REFLEKSI
GELOMBANG

Gelombang datang yang mengenai / membentur suatu rintangan akan dipantulkan


sebagian atau seluruhnya . Tinjauan refleksi gelombang penting di dalam perencanaan
bangunan pantai , terutama pada bangunan pelabuhan . Refleksi gelombang di dalam
pelabuhan akan menyebabkan ketidak - tenangan di dalam perairan pelabuhan .
Fluktuasi muka air ini akan menyebabkan gerakan kapal - kapal yang ditambat , dan
dapat menim bulkan tegangan yang besar pada tali penambat . Untuk mendapatkan
ketenangan di kolam pelabuhan maka bangunan - bangunan yang ada di pelabuhan
harus bisa menyerap / menghancurkan energi gelombang . Suatu bangunan yang
mempunyai sisi miring dan terbuat dari tumpukan batu akan bisa menyerap energi
gelombang lebih banyak dibanding dengan ba ngunan tegak dan masif . Pada bangunan
vertikal , halus , dan dinding tidak permeabel , gelombang akan dipantulkan
seluruhnya .
REFLEKSI
GELOMBANG
Besar kemampuan suatu bangunan memantulkan gelombang diberi kan oleh koefisien refleksi , yaitu perbandingan antara tinggi gelombang
refleksi H , dan tinggi gelombang datang Hi : H , X = H ₂ Koefisien refleksi bangunan diperkirakan berdasarkan tes model . Koefi sien refleksi
berbagai tipe bangunan diberikan dalam tabel 3.3 .
Tabel 3.3 . Koefisien refleksi

Dinding vertikal dan tak permeabel memantulkan sebagian besar energi gelombang . Pada bangunan seperti itu koefisien refleksi adalah X = 1 ;
dan tinggi gelombang yang dipantulkan sama dengan tinggi gelom bang datang . Gelombang di depan dinding vertikal merupakan superposisi
dari kedua gelombang dengan periode , tinggi dan angka gelombang yang sama tetapi berlawanan arah . Menurut teori gelombang amplitudo
kecil , fluktuasi muka air gelombang datang adalah :

dan gelombang refleksi :


Profil muka air di depan bangunan diberikan oleh jumlah ni dan nr :

Apabila refleksi adalah sempurna X = 1 maka :

Persamaan tersebut menunjukkan fluktuasi muka air dari gelom bang berdiri ( standing wave atau clapotis ) yang
periodik terhadap waktu ( t ) dan terhadap jarak ( x ) . Apabila cos kx = cos ot = 1 maka tinggi maksi mum adalah 2H ₁ ,
yang berarti bahwa tinggi gelombang di depan bangunan vertikal bisa mencapai dua kali tinggi gelombang datang .
Gambar ( 3.12 ) adalah profil muka air sebagai fungsi kx untuk berbagai nilai ot . Ada beberapa titik ( nodes ) pada
profil di mana muka air selalu berada pada SWL untuk semua nilai dan titik - titik lain ( antinodes ) di mana fluktuasi
muka air adalah 2H¡ atau dua kali tinggi gelombang . Kecepatan partikel air pada titik di bawah nodes selalu
horisontal , sedang di bawah antinodes selalu vertikal , sedang pada titik - titik di antaranya partikel air bergerak dalam
arah diagonal.
GELOMBANG PECAH
Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai mengala mi perubahan
bentuk karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut . Pengaruh kedalaman laut
mulai terasa pada kedalaman lebih kecil dari setengah kali panjang gelombang . Di
laut dalam profil gelombang adalah sinusoidal , semakin menuju ke perairan yang
lebih dangkal puncak gelombang semakin tajam dan lembah gelombang semakin
datar . Selain itu kecepatan dan panjang gelombang berkurang secara berangsur -
angsur sementara tinggi gelombang bertambah .
Gelombang pecah dipengaruhi oleh kemiringannya , yaitu perban dingan antara tinggi dan panjang gelombang . Di laut
dalam kemiringan gelombang maksimum di mana gelombang mulai tidak stabil diberikan oleh bentuk berikut :

Pada kemiringan tersebut kecepatan partikel di puncak gelombang sama dengan kecepatan rambat gelombang . Kemiringan
yang lebih tajam dari batas maksimum tersebut menyebabkan kecepatan partikel di puncak gelombang lebih besar dari
kecepatan rambat gelombang sehingga terjadi ketidak - stabilan dan gelombang pecah . Apabila gelombang bergerak
menuju laut dangkal , kemiringan ba tas tersebut tergantung pada kedalaman relatif d / L dan kemiringan dasar laut m .
Gelombang dari laut dalam yang bergerak menuju pantai akan bertambah kemiringannya sampai akhirnya tidak stabil dan
pecah pada kedalaman tertentu , yang disebut dengan kedalaman gelombang pecah db . Tinggi gelombang pecah diberi
notasi Hp . Munk ( 1949 , dalam CERC , 1984 ) memberikan rumus untuk menentukan tinggi dan kedalaman gelom bang
pecah berikut ini .

Parameter Hb / Ho ' disebut dengan indek tinggi gelombang pecah . Rumus ( 3.16 ) dan ( 3.17 ) tidak memberikan pengaruh
kemiringan dasar laut terhadap gelombang pecah . Beberapa peneliti lain ( Iversen , Galvin , Goda ; dalam CERC , 1984 )
membuktikan bahwa Hb / Ho ' dan db / Hb tergantung pada kemiringan pantai dan kemiringan gelombang datang .
Gambar 3.13 . menunjukkan hubungan antara Hb / Ho ' dan Ho / Lo ' untuk berbagai kemiringan dasar laut . Sedang
gambar 3.14 . menunjukkan hubungan antara db / Hb dan Hb / gT untuk berbagai kemiringan dasar . Disarankan untuk
menggunakan gambar tersebut daripada menggunakan rumus 3.16 . dan 3.17 . , untuk menghitung tinggi dan kedalaman
gelombang pecah pada kedalaman tertentu . Grafik yang diberikan dalam gambar 3.14 . dapat ditulis dalam bentuk rumus
berikut :

di mana a dan b merupakan fungsi kemiringan pantai mi dan diberikan oleh persamaan berikut :

Gelombang pecah dapat dibedakan menjadi tiga tipe berikut ini .


1. Spilling Spilling biasanya terjadi apabila gelombang dengan kemiringan kecil menuju ke pantai yang datar
( kemiringan kecil ) . Gelombang mulai pecah pada jarak yang cukup jauh dari pantai dan pecahnya terjadi berangsur -
angsur . Buih terjadi pada puncak gelombang selama mengalami pecah dan meninggalkan suatu lapis tipis buih pada jarak
yang cukup panjang .
GELOMBANG PECAH
2. Plunging Apabila kemiringan gelombang dan dasar bertambah ,
gelombang akan pecah dan puncak gelombang akan memutar dengan massa
air pada puncak gelombang akan terjun ke depan . Energi gelombang pecah
dihancurkan dalam turbulensi , sebagian kecil dipantulkan pantai kc laut ,
dan tidak banyak gelombang baru terjadi pada air yang lebih dangkal .
3. Surging Surging terjadi pada pantai dengan kemiringan yang sangat besar
seperti yang terjadi pada pantai berkarang . Daerah gelombang pecah sangat
sempit , dan sebagian besar energi dipantulkan kembali ke laut dalam .
Gelombang pecah tipe surging ini mirip dengan plunging , tetapi sebelum
puncaknya terjun , dasar gelombang sudah pecah .
CONTOH SOAL 3
Gelombang merambat dari laut dalam menuju pantai dengan kemiringan dasar laut
1:20 . Di laut dalam tinggi gelombang adalah 2 m dan pe riode 10 detik . Dianggap
bahwa analisis refraksi memberikan nilai koefisien refraksi K , = 1,05 pada titik di
mana gelombang pecah diharapkan ter jadi . Hitung tinggi dan kedalaman gelombang
pecah .
Penyelesalan
Tinggi gelombang laut dalam ekivalen dihitung dengan persamaan berikut :

Dihitung nilai berikut :

Dari gambar 3.22 , untuk nilai tersebut dan m = 1 : 20 = 0,05 didapat :

Menghitung kedalaman gelombang pecah . Dihitung nilai berikut :

Dengan menggunakan grafik 3.23 . untuk nilai tersebut dan m = 0,05 didapat :

Jadi tinggi dan kedalaman gelombang pecah adalah Hb= 3,15 m dan db = 3,02 m
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai