Anda di halaman 1dari 14

II.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gelombang
2.1.1 Pengertian gelombang
Menurut Tarigan (1986) gelombang laut merupakan gejala alam yang menimbulkan
ayunan tinggi dan rendahnya massa air yang bergerak tanpa hentinya pada lapisan
permukaan maupun di bawah permukaan laut. Susunan gelombang di laut baik bentuknya
maupun macamnya sangat bervariasi dan kompleks sehingga hampir tidak dapat diuraikan
dan sulit digambarkan secara sistematis karena tidak linieran, tiga dimensi dan mempunyai
bentuk yang random. Bentuk gelombang yang dihasilkan cenderung tidak menentu dan
tergantung pada beberapa sifat gelombang seperti periode dan tinggi gelombang yang
dibentuk (Triadmojo, 1999). Gelombang didefenisikan sebagai ombak yang besar-besar
ditengah lautan (Badudu dan Zain,2001). Gelombang laut merupakan salah satu penyebab
yang berperan dalam pembentukan maupun perubahan bentuk pantai Jika gelombang
menjalar dari tempat yang dalam menuju ke tempat yang makin lama makin dangkal, pada
suatu tempat tertentu gelombang tersebut akan pecah dan dilepaskan ke pantai dalam bentuk
hempasan ombak(Dahuri, 1987).
Gelombang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam tergantung kepada gaya
pembangkitan seperti angin (gelombang angin), gaya tarik menarik bumi-bulanmatahari
(gelombang pasang-surut), gempa (vulkanik atau tektonik) di dasar laut (gelombang
tsunami), ataupun gelombang yang disebabkan oleh gerakan kapal. Gelombang yang sehari-
hari terjadi dan diperhitungkan dalam bidang teknik pantai adalah gelombang angin dan
pasang-surut (pasut).Hal ini karena gelombang tersebut dapat membentuk dan merusak
pantai serta berpengaruh pada bangunan-bangunan pantai.Metode peramalan gelombang
dapat dibedakan atas peramalan gelombang laut dalam dan peramalan gelombang laut
dangkal.Metode peramalan laut dangkal memperhitungkan faktor gesekan antara gerak air
dan dasar laut sehingga mengurangi tinggi gelombang yang terbentuk, sedangkan metode
peramalan laut dalam tanpa dipengaruhi dasar laut jadi gelombang yang terbentuk tidak
dipengaruhi oleh keadaan dasar laut (Triatmodjo, 1999).
2.1.2 Proses terbentuknya gelombang
Gelombang yang berada di laut sering nampak tidak teratur dan sering berubah-ubah.
Hal ini bisa diamati dari permukaan airnya yang diakibatkan oleh arah perambatan
gelombang yang sangat bervariasi serta bentuk gelombangnya yang tidak beraturan, apalagi
jika gelombang tersebut dibawah pengaruh angin. Angin yang berhembus di atas
permukaan air yang semula tenang akan menyebabkan gangguan pada permukaan tersebut,
selanjutnya timbul riak-riak gelombang kecil di atas permukaan air. Angin yang bertiup di
permukaan laut ini merupakan pembangkit utama gelombang. Apabila kecepatan angin
bertambah, riak gelombang tersebut menjadi bertambah besar dan jika angin berhembus
terus-menerus akhirnya terbentuk gelombang. Disamping itu, pergerakan massa air yang
ditimbulkan oleh angin dapat menghasilkan momentum dan energi sehingga gelombang
yang dihasilkan tidak menentu. Pratikto (2000) mengatakan bahwa bentuk dan perambatan
gelombang yang bervariasi serta tidak beraturan sangat mempengaruhi karakteristik
gelombang yang terjadi pada perairan tersebut. Selain terjadi perubahan tinggi, panjang dan
kecepatan gelombang juga terjadi fenomena lain seperti pendangkalan, refraksi, difraksi dan
pantulan sebelum gelombang tersebut pecah. Pendangkalan gelombang adalah proses
berkurangnya tinggi gelombang akibat perubahan kedalaman dimana kecepatan
gelombangnya berkurang dan akibatnya juga terjadi refraksi karena arah gerak puncak
gelombang mengikuti bentuk kontur kedalaman laut. Refraksi ditekankan pada perubahan
tinggi gelombang karena pembelokan arah puncak gelombang. Sedangkan difraksi adalah
proses pemindahan ke arah daerah yang terlindungi sehingga menyebabkan timbulnya
gelombang.
2.1.3 Parameter gelombang
Gelombang di laut memiliki bentuk yang sangat bervariasi dan kompleks.Bentuk
gelombang di laut adalah kompleks dan diasumsikan bahwa gelombang yang tidak
beraturan adalah superposi dari gelombang tak hingga yang berpola sinusoidal.

Gambar 1. Parameter Gelombang


Dimana :
L = Panjang Gelombang (m)
H = Tinggi Gelombang (m)
a = Amplitudo Gelombang (m)
d = Kedalaman Perairan (m)
ƞ = Fluktuasi Muka Air Dan Dasar Laut
C = Kecepatan Rambat Gelombang
(Hutabarat dan Evans ,1985).
2.1.4 Klasifikasi gelombang
Berdasarkan kedalaman relative, yaitu perbandingan antara kedalaman air (d) dan
panjang gelombang (L) atau ( d/L ), gelombang dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam
yaitu :
a. Gelombang di laut dangkal jika d/L ≤1/20
b. Gelombang di laut transisi jika 1/20 < d/L< ½
c. Gelombang di laut dalam jika d/L ≥ ½
(Triatmodjo 1999).
2.1.5 Metode pengukuran gelombang (>1 metode)
Ada 2 metode untuk memprediksi gelombang dengan periode ulang tertentu, yaitu
metode Gumbel/metode Fisher-Tippett Type I dan metode Weibull (CERC, 1992). Dalam
metode ini, prediksi dilakukan untuk memperkirakan tinggi gelombang signifikan dan
periode gelombang signifikan dengan periode ulang (Triatmodjo, 2008).
2.1.5.1. Metode Fisher-Tippett Type I
Langkah-langkah memprediksi tinggi gelombang dengan periode ulang gelombang
menggunakan metode Fisher-Tippet Type I adalah sebagai berikut:
1. Memasukkan data berupa tahun pencatatan dan tinggi gelombang yang sudah diurutkan
dari besar ke kecil.
2. Menghitung besarnya probabilitas untuk setiap tinggi gelombang menggunakan rumus:
10. Menentukan batas internal keyakinan untuk tinggi gelombang signifikan ekstrim.
2.1.5.2. Metode Weibull
Langkah-langkah memprediksi tinggi gelombang dengan periode ulang gelombang
menggunakan metode Weibull (CERC, 1992) hampir sama dengan metode Fisher-Tippett
Type I, hanya rumus dan koefisien yang digunakan disesuaikan dengan metode Weibull
(CERC, 1992).
1. Memasukkan data berupa tahun pencatatan dan tinggi gelombang yang sudah diurutkan
dari besar ke kecil.
2. Menghitung besarnya probabilitas untuksetiap tinggi gelombang dengan menggunakan
rumus:

Keterangan:
P(Hs ≤ Hsm) = Probabilitas dari tinggi gelombang representatif ke-m yang tidak
dilampaui
Hsm = Tinggi gelombang urutan ke m.
m = Nomor urut tinggi gelombang signifikan. = 1,2,3…..,N
NT = Jumlah kejadian gelombang selama pencatatan.
K = Parameter bentuk
3. Menghitung nilai ym menggunakan rumus:

4. Menghitung parameter skala (A) menggunakan rumus:

5. Menghitung parameter lokasi (B) dengan rumus:

6. Menghitung nilai yr menggunakan rumus:

7. Menghitung nilai tinggi gelombang signifikan Hsr menggunakan rumus:


8. Menghitung nilai σnr menggunakan rumus:

9. Menghitung nilai σr menggunakan rumus:

10. Menentukan batas internal keyakinan untuk tinggi gelombang signifikan ekstrim.

2.2 Arus
2.2.1 Pengertian arus
Arus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang menyebabkan
perpindahan horizontal dan vertikal massa air. Gerakan tersebut merupakan resultan dari
beberapa gaya yang bekerja dan beberapa factor yang mempengaruhinya. Arus laut(sea
current) adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal
(gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke samping).Contoh-contoh gerakan itu
seperti gaya coriolis, yaitu gaya yang membelok arah arus dari tenaga rotasi bumi.
Pembelokan itu akan mengarah ke kanan di belahan bumi utara dan mangarah ke kiri di
belahan bumi selatan (Suhardi,2011).
Arus laut merupakan pergerakan sebagian massa air dalam suatu lapisan perairan,
dalam hal ini adalah laut, baik secara horizontal maupun secara vertikal. namun pada
umumnya, arus lautyang dikaji adalah arus yang horizontal. Pergerakan massa air ini terjadi
pada seluruh perairan lautyang ada di seluruh dunia, yang membedakannya satu sama lain
adalah faktor yang mempengaruhi adanya arus tersebut. sebagai contoh adalah suhu, yang
menyebabkan adanya arus panas dan arusdingin. Arus panas adalah arus yang memiliki
temperatur yang tinggi, jika dibandingkan dengan massa air yang terkena arus tersebut, arus
ini dihasilkan karena pergerakan massa air dari daerahlintang tengah (equator) menuju ke
lintang kecil (daerah kutub), begitupula sebaliknya pada arusdingin dimana arusnya
memiliki temperatur yang rendah dan bergerak dari lintang rendah kelintang tinggi.
Temperatur dalam arus ini bernilai relatif, karena temperatur tinggi atau rendah disuatu
tempat dengan tempat lain adalah berbeda. Temperatur ini pula dipengaruhi kondisi cuaca
disuatu tempat akibat posisi matahari terhadap bumi.Cuaca yang terjadi adalah cuaca yang
meliputi daerah yang luas yang disebabkan adanya “Intertropical Convergent Zone” (ICZ)
yang terkandung akumulasi awan sehingga menyebabkan banyak turun hujan. ICZ ini
sangat dipengaruhi oleh perubahan tekanan udara di daerah antar
benua, yang akan menyebabkan pergerakan angin yang berubah-ubah sesuai kondisi
tekanan yang ada. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya mekanisme arus musim
(monsoonal stream) (Adzan et al, 2011).
Arus laut juga dapat didefinisikan sebagai gerakan massa air dari suatu tempat (posisi)
ke tempat yang lain. Arus laut terjadi dimana saja di laut. Pada dasarnya, energi yang
menggerakkan massa air laut tersebut berasal dari matahari yang menghasilkan panas.
Adanya perbedaan pemanasan matahari terhadap setiap bagian dilayah di permukaan bumi
menimbulkan perbedaan energi yang diterima permukaan bumi.Perbedaan ini menimbulkan
fenomena alam yang disebut dengan arus laut dan angin yang menjadi mekanisme untuk
menyeimbangkan energi yang menuju ke permukaan bumi. Kedua fenomena alam ini juga
saling berhubungan dan mempengaruhi satu dengan yang lain. Angin merupakan salah satu
gaya utama yang menyebabkan timbulnya arus laut selain gaya yang timbul akibat dari
tidak samanya pemanasan dan pendinginan air laut (Adzan et al, 2011).
2.2.2 Sirkulasi arus laut
Pergerakan massa air ini ditimbulkan oleh beberapa gaya sehingga dapat didefinisikan
bahwa sinyal arus merupakan resultan dari berbagai sinyal yang mempunyai frekuensi
terstentu yang dibagkitkan oleh beberapa gaya yang berbeda-beda. Ada dua jenis gaya
utama yang penting dalam proses gerak (motion) yakni gaya primer dan sekunder. Gaya
primer merupakan gaya yang menyebabkan gerak (motion) antara lain: gravitasi, wind
stress, tekanan atmosfer, dan seismic. Sedangkan gaya sekunder merupakan gaya yang
muncul akibat adanya gerak (motion) antara lain : gaya Coriolis dan gesekan (friction)
(Pond dan Pickard, 1983).
Menurut Gross (1990), terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama,
yaitu faktor internal dan faktor internal. Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut,
gradien tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor eksternal seperti gaya
tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut dan gaya coriolis,
perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya tektonik dan angin.
2.2.3 Jenis jenis arus laut
Menurut Gross (1990) dalam Adzan et al (2011) arus laut dapat dibagi menjadi:
1. Arus Ekman
Arus ini disebabkan karena gesekan angin dan bergerak secara spiral di laut dalam.
2. Arus Pasang Surut
Arus disebabkan karena adanya gaya pembangkit pasang surut, seperti bulan. Arus
dengan kecepatan yang lemah, baik pada saat air sedang pasang atau surut, umumnya
terukur pada kawasan yang dekat dengan garis pantai.Hal ini berkaitan dengan adanya
gesekan dengan dasar perairan. Saat air pasang, arus membawa massa air dari ruang
yang relative sempit, pergerakan arus pasut membawa massa air yang besar. Ini
disebabkan pergerakan arus pasut membawa massa air dengan kolom di bawahnya.
Berbeda dengan arus yang dipengaruhi angin yang umunya hanya pada permukaan air
saja.Massa air yang besar dibawa oleh arus pasut.
3. Arus Thermohaline
Arus di sebabkan karena kemiringan atau perbedaan densitas laut.
4. Arus Geostrofik
Disebabkan karena terjadi keseimbangan antar gaya gradient dengan gaya coriolis pada
duagradient yang memiliki densitas berbeda. Di Selat Sunda arus geostrofik yang timbul
akibatadanya keseimbangan antara gaya gradient tekanan dan gaya Coriolis ini akan
menyebabkanmassa air mengalir ke arah barat apabila kecepatan arus geostrofik
permukaan bernilai negative dan mengalir ke arah timur apabila kecepatan
arus geostrofik permukaan bernilai positif.
2.2.4 hubungan arus dengan pasang surut
2.2.5 Metode pengukuran arus laut
2.2.5.1. Metode Euler
Metode Euler merupakan metode pengukuran arus pada lokasi yang tetap pada
kurun waktu tertentu. Nama metode Euler sendiri diambil dari nama matematikawan
Swiss Leonhard Euler (1707-1783) yang pertama kali merumuskan persamaan
pergerakan fluida. Metode ini dipakai pada pengukuran menggunakan current meter.
Berdasarkan sensor kecepatan yang digunakan, current meter dibagi menjadi dua, yaitu
sensor mekanik dan sensor non-mekanik.
Salah satu instrument yang menggunakan metode euler adalah current meter.
Kelebihan dari current meter, yaitu memiliki baling-baling yang digunakan untuk
mengetahui kecepatan arus, terdapat kompas yang dihubungkan secara langsung ke kapal
dan dihubungkan juga pada pelampung menuju kapal induk (gelombang
elektromagnetik). Hal ini dapat mempermudah dalam pengolahan data serta pencatatan
dengan periode yang terus menerus. Pada dasarnya curent meter merupakan alat yang
digunakan untuk mencatat kecepatan dan arah arus. Alat ini sejatinya salah satu akustik
yang sudah memiliki sensor yang berfungsi untuk mempermudah penelitian. Idealnya
kecepatan sensor memiliki inersia yang kecil, dilengkapi kompas dan harus dikalibrasi
dengan baik. Mayoritas sistem pencatatan arus dilakukan di kapal untuk pengolahan
lebih lanjut dan juga berasal dari satelit (Putro, 2014)
Salah satu instrument yang menggunakan metode euler adalah current meter.
Kekurangan dari current meter, yaitu saat diturunkan ke kedalaman yang lebih baling-
baling akan mengalami pergerakan yang kurang stabil dimana dalam mengukur
kecepatan arus. Kemudian arah dari pengukuran arus secara otomatis dihantarkan oleh
gelobang elektromagnetik ke kompas yang sudah terhubung. Kemudian tingkat
sensitivitasnya juga tinggi terhadap pergerakan arus sehingga pencatatan kurang begitu
maksimal (Putro, 2014)..
2.2.5.2.Metode Langrange
Metode yang ditemukan oleh Joseph Lagrange (1736-1811), seorang
matematikawan Prancis ini merupakan metode pengukuran arus dengan mengikuti jejak
suatu alat (biasanya pelampung). Metode ini secara konvensional dilakukan dengan cara
terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan data jarak, lokasi, dan waktu
pengukuran. Karena pergerakan pelampung yang dekat dengan permukaan laut, gerakan
pelampung sangat dipengaruhi oleh tarikan angin dan dorongan gelombang. Pergerakan
pelampung tidak terkontrol, sehingga memungkinkan jejaknya tidak ditemukan. Metode
Lagrange yang dilakukan secara modern dapat dilakukan dengan pencatat arus quasi
lagrange atau sering disebut dengan drifter yang merupakan sebuah pelampung yang
sudah terpasang perangkat GNSS serta dapat pula menghitung temperatur, salinitas, dan
densitas air laut yang dilewatinya.
Kelebihan dari metode lagrange adalah instrument yang digunakan seperti boloa
duga dapat dibuat sendiri dan harganya lebih ekonomis jika dibandingkan dengan
instrument yang modern. Turunan instrument modern Lagrange adalah The Swallow
dimana merupakan pelampung jenis apung netral, yang berarti bahwa massa
mengambang ini disesuaikan sebelum meluncur sehingga akan tenggelam ke area dengan
besar densitas yang dapat ditentukan. Kerapatan air laut sebenarnya adalah fungsi
tekanan primarilya, karena kompresibilitas air laut menyebabkan densitas menjadi lebih
besar dari pada suhu atau salinitas.The Swallow mengambang mengirimkan pulsa suara
pada interval tertentu, yang diikuti dengan mendengarkan hydrophone dari kapal yang
mengejar float (pelampung) dan sekaligus menentukan posisinya sendiri (Sudarto, etal.,
2013).
Salah satu instrument yang menggunakan metode lagrange adalah bola duga.
Kekurangan dari bola duga adalah tingkat ketelitian yang rendah karena dapat terjadi
error baik dari pengamat maupun dari instrument yang dibuat. Panjang tali yang
digunakan juga hanya sebatas 5-10 meter. Pencatatan arah arus juga tdak dapat
digunakan mengingat bahwa kecepatan arus yang didapat hanya dari jarak (panjang tali)
dan waktu yang dibutuhkan saat tali menegang (Sudarto, etall., 2013).

2.3 Pasang Surut


2.3.1 Pengertian Pasut
Pasang surut laut merupakan fenomena naik turunnya muka laut secara periodik yang
terjadi di seluruh belahan bumi akibat adanya gaya pembangkit pasang surut yang utamanya
berasal dari matahari dan bulan (Douglas, 2001). Fenomena pasang surut laut tersebut
diketahui dapat membangkitkan arus laut yang dikenal dengan sebutan arus pasang surut
atau arus pasut (Stewart, 2006: 300).Kecepatan arus pasang surut biasanya berubah-ubah
secara periodik dalam suatu selang waktu tertentu atau sering disebut dalam satu siklus
pasang surut sehingga arus pasang surut dapat diramalkan (Duxbury et al., 2002).
Arus pasang surut sangat dominan dalam proses sirkulasi air laut di perairan pantai.
Arus pasang surut pada saat pasang mentransporkan air dari laut menuju perairan pantai,
dan pada saat surut mentransporkan air dari perairan pantai ke laut lepas (Hatayama et al.,
1996).Pengetahuan tentang karakteristik pasang surut dan arus laut yang dibangkitkan oleh
pasang surut sangat perlu dilakukan untuk kepentingan navigasi pelabuhan, perencanaan
dan pembangunan wilayah pesisir serta pembangunan struktur bangunan pantai (Ismail et
al, 2012).
2.3.2 Komponen Pasang surut
Elevasi muka air rencana diperlukan untuk pengembangan dan pengelolaan daerah
pantai. Mengingat elevasi muka air laut selalu berubah setiap saat, maka diperlukan suatu
elevasi yang ditetapkan berdasarkan data pasang surut, menurut Fadhilah et al(2014),
beberapa elevasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Muka air tinggi (high water level), muka air tertinggi yang dicapai pada saat air pasang
dalam satu siklus pasang surut.
b. Muka air rendah (low water level), kedudukan air terendah yang dicapai pada saat air
surut dalam satu siklus pasang surut.
c. Muka air tinggi rerata (mean high water level, MHWL), adalah rerata dari muka air tinggi
selama periode 18,6 tahun.
d. Muka air rendah rerata (mean low water level, MLWL), adalah rerata dari muka air
rendah selama periode 18,6 tahun.
e. Muka air laut rerata (mean sea level, MSL), adalah muka air rerata antara muka air tinggi
rerata dan muka air rendah rerata.
f. Muka air tinggi tertinggi (highest high water level, HHWL), adalah air tertinggi pada saat
pasang surut purnama atau bulan mati.
g. Muka air rendah terendah (lowest low water level, LLWL), adalah air terendah pada saat
pasang surut purnama atau bulan mati.
h. Higher high water level, adalah air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu hari, seperti
dalam pasang surut tipe campuran.
i. Lower low water level, adalah air terendah dari dua air rendah dalam satu hari.
Elevasi yang cukup penting yaitu muka air tinggi tertinggi dan muka air rendah
terendah. Muka air tinggi tertinggi sangat diperlukan untuk perencanaan bangunan pantai,
sedangkan mua air rendah terendah sangat diperlukan untuk perencanaan pembangunan
pelabuhan. Elevasi muka air rencana dapat ditentukan menggunakan komponen pasang
surut melalui perhitungan rumus-rumus sebagai berikut :
MSL = Z0 + 1,1 (M2 + S2)
HHWL = Z0 + (M2 + S2) + (K1 + O1)
MHWL = MSL + Z0
MLWL = MSL – Z0
LLWL = Z0 – (M2 + S2) – (K1 + O1)
HAT = Z0 + (M2 + S2 + N2 + P1 + O1 + K1)
LAT = Z0 - (M2 + S2 + N2 + P1 + O1 + K1)
Dimana :
a. MS= Muka air laut rerata, adalah muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka
air rendah rerata.
b. HHWL=Muka air tinggi tertinggi, adalah air tertinggi pada saat pasang surut purnama
atau bulan mati
c. MHWL= Muka air tinggi rerata, adalah rerata dari muka air tinggi selama periode 19
tahun
d. MLWL= Muka air rendah rerata, adalah rerata dari muka air rendah selama periode 19
tahun
e. LLWL= Muka air rendah terendah, adalah air terendah pada saat pasang surut purnama
atau bulan mati
f. HAT= Tinggi pasang surut
g. LAT= Rendah pasang surut
(Fadhilah et al, 2014).
2.3.3 Klasifikasi Pasut
Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini
disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit pasang surut.
Jika suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, maka
kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut harian tunggal (diurnal tides), namun jika terjadi
dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasutnya disebut tipe harian
ganda (semidiurnal tides). Tipe pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan
ganda disebut dengan tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasut ini digolongkan menjadi
dua bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal
(Pariwono, 1989).
2.3.4 Metode pengukuran pasut (>1 metode)
2.3.5 Hubungan data Pasut dengan Batimetri
DAPUS
Adzan, Adli Muhammad., Zahra Imma R. S., dan Sona Ydha D. 2011. Pola Arus Laut,
Pengaruh dan Pemanfaatannya.
Anindita Adikaputri Vinaya et all.2013.Perancangan Sistem Kontrol Trajectory pada Kondisi
Gangguan Arus Laut Non Uniform di Ketapang-Gilimanuk Surabaya JURNAL
TEKNIK POMITS.
Badudu dan Zain, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta
Dahuri, R., 1987. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
Pradya Paramita, Jakarta
Douglas, R. M. 2001. Physical Oceanography. Department of Geophysical Science.
University of Chicago, Illinois.

Duxbury, A. B., Duxbury, A. C., dan Sverdrup, K. A. 2002. Fundamentals of Oceanography.


Gross G.M., 1990. Oceanography; A View of the Earth. Prantice Hall. Engelwood Cliffs.
New Jersey. 150 pp.
Hatayama, T., Awaji, T., dan Akitomo, K. 1996. Tidal Currents in the Indonesian Seas and
Their Effect on Transport and Mixing. Journal of Geophysical Research 101 - C5,
12353-12373.
Hutabarat, S & Evans, S. M. 1985.Pengantar oseanografi. Jakarta: UI-Press.
Ismail, M. Furqon Azis dan Ankiq Taofiqurohman S. 2012. Simulasi Numeris Arus Pasang
Surut Di Perairan Cirebon. Jurnal Akuatika Vol. III No. 1/ Maret 2012 (1-10).
M.Furqon Azis.2006.Gerak Air Dilaut.Jakarta.LIPI
Pariwono, I., John, 1989. Makalah : Gaya Penggerak Pasang Surut, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Jakarta.
Pratikto, W.A. dkk, 2000. Struktur Pelindung Pantai, hibah Pengajaran – Like. Teknik
Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
Putro, Haryono. 2014. Survei Pelabuhan dan Perairan Pantai. FTSP Universitas Gunadarma.
Putro, Haryono. 2014. Survei Pelabuhan dan Perairan Pantai. FTSP Universitas Gunadarma
Saputro, M. SENO, dan Nawawi, Muhammad. 2010. Analisis Abrasi Pantai Semarang
Bagian Barat.
Sudarto, etall,. 2013. Kondisi Arus Permukaan Di Perairan Pantai: Pengamatan Dengan
Metode Lagrangian. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap. 1 (3) : 98-102.
Sudarto, Wihelmia Patty dan Adrie A Turumingkeng. 2013. Kondisi arus permukaan di
perairan pantai: pengamatan dengan metode Lagrangian. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Perikanan Tangkap, volume 1 (3) : 98-102.
Supagat, Agus.2003. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Departement Kelautan dan Perikanan.
Tarigan, M. S., 1986. Studi Pendahuluan Energi Gelombang di Teluk Ambon Bagian Luar.
Puslitbang Oseanologi-LIPI, Ambon Triadmodjo, B., 1996. Pelabuhan. Beta Offset,
Yogyakarta. Triadmodjo, B., 1999. Teknik Pantai. Beta Offset, Yogyakarta.jnb
Triatmodjo, Bambang., 1999. Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.
Yuwono, Nur. 1992. Dasar - Dasar Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta : Biro Penerbit
Keluarga Besar Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai