Anda di halaman 1dari 53

A.

PARAMETER FISIK

1. Gelombang
Praktek yang dilakukan di Pulau Saugi pada tanggal 7 s/d 9 desember untuk
pengukuran gelombang dilakukan dengan metode mengukur langsung dilapangan,
pada hari pertama hanya 1 kali pengukuran dan pada hari berikutnya pengambilan
data dilakukan setiap 3 jam sekali yang dilakukan secara berkelompok.

Teori Pengantar
1. Pengertian Gelombang
Gelombang dalah gejala rambatan dari suatu getaran/usikan. Gelombang akan
terus terjadi apabila sumber getaran ini bergetar terus menerus.
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak
lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal.
Gelombang membawa energy dari satu tempat ketempat lainnya (Sudarsono,
2011).
2. Macam Macam Gelombang
a. Berdasarkan Mediumnya Gelombang dibagi dua, yaitu gelombang
mekanik dan Gelombang Elektromagnetik.
 Gelombang Mekanik adalah gelombang yang dalam proses
perambatannya memerlukan medium (zat perantara) . Artinya jika
tidak ada medium, maka gelombang tidak akan terjadi.
 Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dalam proses
perambatannya tidak memerlukan medium (zat perantara). Artinya
gelombang ini bisa merambat dalam keadaan bagaimanapun tanpa
memerlukan medium.
b. Berdasarkan Arah Getar dan Arah Rambatnya, Gelombang dibagi menjadi
dua, yaitu :
 Gelombang Transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak
lurus dengan arah rambatannya. Bentuk Getarannya berupa lembah
dan bukit (dapat dilihat pada gambar di bawah).

Gambar 1.1 Gelombang Transversal

Berdasarkan gambar di atas dapat saya jelaskan bahwa :


Arah rambat gelombang di atas adalah kekiri dan kekanan, sedang kan
arah getarnya adalah keatas dan kebawah. Jadi itulah yang dimaksud
arah rambat tegak lurus dengan arah getarnya.
 Gelombang Longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya
sejajar dengan arah getarannya. Bentuk getarannya berupa rapatan dan
renggangan (Dapat dilihat pada gambar di bawah).

Gambar 1.2 Gelombang Longitudinal

Arah rambat gelombangnya kekiri dan kekanan, dan arah getarnya


kekiri dan kekanan pula.Oleh karena itu gelombang ini adalah
gelombang longitudinal yang arah getar dan arah rambatnya sejajar.
Contoh gelombang ini adalah Gelombang bunyi, di udara yang
dirambati gelombang ini akan terjadi rapatan dan renggangan pada
molekul-molekulnya, dan saat adarambatan molekul-molekul ini juga
bergetar. Akan tetapi getaranya hanya sebatas gerak maju mundur dan
tetap di titik keseimbang, sehingga tidak membentuk bukit dan
lembah.
c. Berdasarkan Amplitudonya (simpangan terjauh) Gelombang juga di bagi
menjadi dua :
 Gelombang Berjalan
Gelombang berjalan adalah gelombang yang amplitudonya tetap pada
setiap titik yang dilalui gelombang, misalnya gelombang pada tali.
 Gelombang diam
Gelombang diam adalah gelombang yang amplitudenya berubah,
misalnya gelombang pada senar gitar yang dipetik.

Alat dan Bahan


1. Mistar bug
2. Stopwatch
3. Kompas bidik / kompas geologi
4. Alat tulis menulis

Teknik Pengambilan Data

1. Menentukan stasiun data gelombang dengan mengacuh pada keterwakilan


lokasi praktek (refresentatif) dan mencatat tiap titik lokasi.
2. Melakukan pengukuran gelombang pada tiap lokasi yang telah ditentukan
(gelombang sebelum pecah) meliputi : tinggi gelombang, waktu pengukuran,
lama pengukuran, arah datang dan arah garis pantai dari gelombang.
3. Untuk pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan cara mengukur tinggi
muka air saat puncak dan saat lembah dengan menggunakan tiang gelombang
(tiang skala). Selisih puncak dengan lembah merupakan tinggi gelombang.
Jumlah pengukuran puncak dan lembah yaitu 30 kali (puncak dan lembah)
dan waktunya disesuaikan sampai mencapai 30 kali (puncak dan lembah).
4. Pengukuran gelombang ini dilakukan setiap 3 jam sekali.

2. Arus

Praktek yang dilakukan di Pulau Saugi pada tanggal 7 s/d 9 desember untuk
pengukuran arus dilakukan dengan metode mengukur langsung dilapangan.
pengambilan data dilakukan setiap 3 jam sekali yang dilakukan secara berkelompok.

Teori Pengantar
Arus laut adalah gerakan masa air secara teratur dari suatu tempat ketempat lain.
Sebagaian besar arus laut bergerak dengan arah horinzontal dan hanya sebagian
kecil bergerak dengan arah vertical. Gerakan masa air laut secara vertical disebut
upwelling. (Mahammad, hamid. 2005).

Menurut letaknya arus dibagi menjadi dua, yaitu arus atas dan arus bawah. Arus
atas adalah arus yang bergerak di permukaan laut, bergerak dengan arah horizontal
dan dipengaruhi oleh pola sebaran angin; Sedangkan arus bawah Deep-water
Circulation) adalah arus yang bergerak dibawah permukaan laut arah pergerakannya
tidak dipengaruhi oleh pola sebaran angin dan mambawa massa air dari daerah kutub
ke daerah ekuator. Faktor utama yang mengendalikan gerakan massa air laut di
kedalaman samudera adalah densitas air laut. Perbedaan densitas diantara dua massa
air laut yang berdampingan menyebabkan gerakan vertikal air laut dan menciptakan
gerakan massa air laut-dalam(deep-water masses) yang bergerak melintasi samudera
secara perlahan. Gerakan massa air laut-dalam tersebut kadang mempengaruhi
sirkulasi permukaan. Menurut suhunya kita mengenal adanya arus panas dan arus
dingin. Arus panas adalah arus yang bila suhunya lebih panas dari daerah yang
dilalui. Sedangkan arus dingin adalah arus yang suhunya lebih dingin dari daerah
yang dilaluinya. (Gross, M.G.1990).

Arus laut terjadi karena beberapa factor antara lain tiupan angin, perbedaan kadar
garam, menumbuk daratan, perbedaan suhu.

a) Arus laut karena tiupan angin.

Tiupan angin angin yang menerpa air laut dipermukaan akan menimbulkan
arus laut. Seperti halnya bila kita meniup air dalam cawan, maka dari itu dapat
disimpulkan bahwa angin dapat menyebabkan arus laut. Arah arus itu searah dengan
aliran angin .

Arus karena tiupan angin ini bila menumbuk daratan atau benua, maka air
didepan daratan atau benua itu akan lebih tingggi dari permukaan air laut
disekitanya. Perbedaan permukaan air laut tersebut akan menyebabkan terjadinya
aliran air dari laut yang memiliki permukaan air lebih tinggi menuju kelaut yang
memiliki permukaan air lebih rendah.Arus laut yang demikian disebut arus
kompensasi.

b) Arus laut karena perbedaan kadar garam.

Air laut yang memiliki kadar garam tingggi memiliki massa jenis yang lebih
besar dari pada air laut yang kadar garamnya rendah. Oleh karena itu, jika ada dua
laut yang bersebelahan tetapi kadar garamnya berbeda, maka dibagian dasar laut akan
terjadi aliran air dari laut berkadar garam tinggi menuju kelaut berkadar garam
rendah. Sebaliknya di bagian permukaan akan terjadi aliran air dari laut berkadar
garam rendah menuju kelaut berkadar garam tingggi. Contoh Ambang Gibraltar, yang
terletak diantara Benua eropa dan Benua amerika.
c) Perbedaan suhu

Air laut yang dingin memiliki massa jenis yang lebih besar dari pada air laut yang
panas. Air laut didaerah kutub bersuhu dingin, sehingga memiliki massa jenis lebih besar.
Oleh karena itu, laut tersebut akan tenggelam dan bergerak menuju ke daerah yang massa
jenisnya kecil, melalui dasar laut yang dalam. Bila arus ini menumbuk daratan, arah aliranya
dapat berubah dari dasar menuju kepermukaan. Inilah yang disebut up-welling kaya akan
ikan karena arus ini membawa unsure hara dari dasar laut. Contoh : laut Banda dn pantai
Barat peru –Equader ( Amerika Latin ). (Mahammad, hamid. 2005).

Pada umunya tenaga angin yang di berikan pada lapisan permukaan dapat
membangkitkan timbulnya arus permukaan yang menpunyai kecepatan sekitar 2 % dari
kecepatan angin itu sendiri. (Hutabarat, Sahala, dan Evans, Stewart M. 2008).

Terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut, gradien tekanan mendatar
dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor eksternal seperti gaya tarik matahari dan bulan
yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya
gravitasi, gaya tektonik dan angina

Gaya-gaya utama yang berperan dalam sirkulasi massa air adalah gaya gradien
tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan, dan gaya sentrifugal. Faktor penyebab
terjadinya arus yaitu dapat dibedakan menjadi tiga komponen yaitu gaya eksternal, gaya
internal angin, gaya-gaya kedua yang hanya datang karena fluida dalam gerakan yang relatif
terhadap permukaan bumi. Dari gaya-gaya yang bekerja dalam pembentukan arus antara lain
tegangan angin, gaya Viskositas, gaya Coriolis, gaya gradien tekanan horizontal, gaya yang
menghasilkan pasut. (Gross, M.G.1990)

Alat dan Bahan


1. Layang – layang arus
2. Stopwatch
3. Kompas bidik
4. Alat tulis menulis
Teknik Pengambilan Data

1. Memilih tempat yang representative, dam melakukan plot posisi.


2. Dengan menggunakan layang – layang arus dan stopwatch untuk mengukur
kecepatan arus dan menggunakan kompas untuk mengukur arah datang arus.
3. Lepaskan layang – layang arus bersamaan di nyalakannya stopwatch.
4. Ketika tali sepanjang 5 meter, dan terdapat pada layang – layang arus
terbentang, matikan stopwatch.
5. Perbandingan jarak dan waktu adalah kecepatan arus, sedangkan untuk
mengukur arah arus syut arah pergerakan layang – layang arus.

3. Pasang Surut
Praktek yang dilakukan di Pulau Saugi pada tanggal 7 s/d 9 desember untuk
pengukuran pasang surut dilakukan dengan metode mengukur langsung dilapangan.
pengambilan data dilakukan setiap 1 jam sekali selama 39 jam, yang dilakukan secara
berkelompok.

Teori Pengantar
Pasang surut adalah peristiwa naik dan turunnya permukaan air laut. Penyebab
utama peristiwa pasang dan surut adalah gaya gravitasi bulan pada bumi. Walaupun
gaya gravitasi matahari juga memengaruhi, namun pengaruh-nya tidak begitu besar
karena jaraknya lebih jauh daripada jarak bulan dengan bumi (Ongkosongo dan
Suyarso, 1989).
Gaya-gaya pembangkit pasang surut disebabkan oleh gaya tarik menarik antara
bumi, bulan dan matahari. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar
dibandingkan matahari dikarena kan posisi bulan lebih dekat ke bumi, walaupun
massa bulan jauh lebih kecil dari pada matahari. Gaya tarik gravitasi menarik air laut
ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut
gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi,
sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari . Perbedaan
vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidal
range). Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke
puncak atau lembah gelombang berikutnya. Periode pasang laut adalah waktu antara
puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya.
Panjang periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50
menit.
Ada pun faktor-faktor yang memepengaruhi terjadinya pasang surut ada 5 faktor,
diantaranya adalah :
1. Sifat dasar air laut sebagai zat cair
2. Gravitas Bulan dan Matahari
3. Rotasi Bumi
4. Peredaran Bulan dan Matahari dan posisi Bumi terhadapnya
5. Hambatan dasar dan luasnya laut terhadap suatu pantai

Secara umum terdapat empat tipe dasar pasang surut yang didasarkan
pada periode dan keteraturannya, pasang-surut di Indonesia dapat dibagi
menjadi empat jenis yakni pasang-surut harian tunggal (diurnal tide), harian
ganda (semidiurnal tide) dan dua jenis campuran.
1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali air surut dengan
tinggi yang hamper sama dan pasang surut terjadi secara berurutan
secara teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.
Jenis harian tunggal misalnya terdapat di perairan sekitar selat
Karimata, antara Sumatra dan Kalimantan.
2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut.
Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pada jenis harian ganda
misalnya terdapat di perairan Selat Malaka sampai ke Laut Andaman.
3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide
prevailing semidiurnal)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut,
tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Pada pasang-surut campuran
condong ke harian ganda (mixed tide, prevailing semidiurnal)
misalnya terjadi di sebagian besar perairan Indonesia bagian timur.
4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide
prevailing diurnal)
Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali
air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali
pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat
berbeda. Sedangkan jenis campuran condong ke harian tunggal (mixed
tide, prevailing diurnal) contohnya terdapat di pantai selatan Kalimantan
dan pantai utara Jawa Barat.
Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang surut berubah
secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang surut juga
bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera.

Alat dan Bahan


1. Tiang skala
2. Termometer air
3. Termometer udara
4. Salinometer dan Hand Refraktometer
5. Alat tulis menulis.

Teknik Pengambilan Data

a. Menentukan lokasi yang representatif untuk pemasangan tiang pasut (tiang


skala)
b. Mencatat hasil plot posisi
c. Memasang tiang pasut pada daerah yang dianggap presentatif yaitu tetap
tergenang air apabila terjadi surut dan pasang, jika lokasi tersebut kering pada
saat surut.
d. Mencatat tinggi muka air dengan interval 1 jm selama 39 jam (pengkuran
priode jangka pendek), yang dimulai pada pukul 17.30 waktu setempat.

Gambar 3.2 Pengukuran Pasang Surut


4. Angin

Praktek yang dilakukan di Pulau Saugi pada tanggal 7 s/d 9 desember untuk
pengukuran angin dilakukan dengan metode mengukur langsung dilapangan.
pengambilan data dilakukan setiap 3 jam sekali yang dilakukan secara berkelompok.

Teori Pengantar
Angin yaitu udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga
karena adanya perbedaan tekanan udara(tekanan tinggi ke tekanan rendah) di
sekitarnya. Angin merupakan udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah atau dari suhu udara yang rendah ke suhu udara yang tinggi. .
Angin merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi sirkulasi air laut
dan pembangkit gelombang. Angin adalah factor yang membangkitkan arus, arus
yang ditimbulkan oleh angin mempunyai kecepatan yang berbeda menurut kedalaman

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan angin adalah:


1) perbedaan tekanan udara di dua tempat (gradien barometris)
2) relief permukaan bumi
3) letak suatu tempat
4) ketinggian suatu tempat
5) lamanya siang dan malam
yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin adalah Knots (Skala Beaufort),
sementara untuk arah angin digunakan 0o – 360o. Alat ukur anemometer tersebut di
dalam penggunaannya harus lah ditempatkan pada posisi terbuka Angin yang bertiup
dapat diukur kecepatannya dengan alat yang disebut anemometer. Jika perbedaan
udara di dua tempat sangat besar, maka akan bertiup angin kencang. Anemometer
merupakan meteorologi agar mampu berinteraksi dengan angin yang akan diukur
tersebut (Triatmodjo, 1999).alat yang berguna untuk mengukur arah serta kecepatan
angin.
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara
pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas
matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang
menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih
panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Perbedaan suhu dan tekanan
udara akan terjadi antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan
daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, yang berakibat akan terjadi
aliran udara pada wilayah tersebut

Alat dan Bahan


1. Anemometer
2. Alat Tulis Menulis
3. Kompas Bidik

Teknik Pengambilan Data

a. Pengukuran angin menggunakan alat Hand Anemometer dan ADC dilakukan


dibeberapa stasiun.
b. Catat posisi Mengukur arah dan kecepatan angin dengan menggunakan hand
anemometer, di beberapa stasiun yang telah ditentukan. Mencatat posisi dan
waktu pengukuran.
c. Membaca kecepatan angin pada layar tampilan yang tertera pada hand
anemometer.
d. Mengukur arah angin dengan menggunakan layang-layang modifikasi.
e. Pengukuran dengan mengunakan ADC dilakukan dengan mengarahkan ADC
ke arah datangnya angin dan membaca kecepetan yang tertera dalam monitor
ADC.
5. Suhu
Praktek yang dilakukan di Pulau Saugi pada tanggal 7 s/d 9 desember untuk
pengukuran Suhu dilakukan dengan metode mengukur langsung dilapangan.
pengambilan data dilakukan setiap 3 jam sekali yang dilakukan secara berkelompok.
Teori Pengantar
Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang
terkandung dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahang dalam air laut
adalah matahari. Setiap detik matahari memancarkan bahang sebesar 1026 kalori dan
setiap tempat dibumi yang tegak lurus ke matahari akan menerima bahang sebanyak
0.033 kalori/detik. Pancaran energi matahari ini akan sampai kebatas atas atmosfir
bumi rata- rata sekitar 2 kalori/cm2/menit. Pancaran energi ini juga sampai ke
permukaan laut dan diserap oleh massa air (Nontji, 1987).
Kisaran suhu pada daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih
banyak mengenai daerah ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya
matahari yang merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya
tersebut mencapai kutub. Suhu di lautan kemungkinan berkisar antara -1.87°C (titik
beku air laut) di daerah kutub sampai maksimum sekitar 42°C di daerah perairan
dangkal (Hutabarat dan Evans, 1985).
Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu
akan semakin rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas
matahari yang masuk kedalam perairan. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu
air relatif konstan dan berkisar antara 2°C – 4°C (Hutagalung, 1988).
Faktor yang memengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari
permukaan laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca,
kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan (Hutabarat dan Evans,
1986).Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan menggunakan alat thermometer
skala.
Laut yang tidak dipengaruhi arus dingin suhunya tinggi. Laut Tengah misalnya
sampai jauh ke bawah, suhunya 130 C (karena ambang Jibraltar menghambat arus
dingin dari Atlantik).

Alat dan Bahan


1. Thermometer
Teknik pengambilan data
a. Untuk pengukuran suhu permukaan, gantung thermometer di tempat yang
representative, seperti di kolong rumah.
b. Untuk pengukuran suhu perairan celupkan thermometer di permukaan air,
diamkan sejenak, angkat thermometer untuk membaca penunjuk skala,
lindungi alat dari sinar matahari.

6. Kecerahan
Praktek yang dilakukan di Pulau Saugi pada tanggal 7 s/d 9 desember untuk
pengukuran Kecerahan dilakukan dengan metode mengukur langsung dilapangan.
pengambilan data dilakukan setiap 3 jam sekali yang dilakukan secara berkelompok.
Teori Pengantar
Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi
suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air. Kecerahan
air menentukan ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan air akan
mengurangi kemampuan fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula
mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam hal ini bahan-bahan ke dalam suatu
perairan terutama yang berupa suspensi dapat mengurangi kecerahan air (KLH dan
LON-LIPI, 1983 dalam Mansyur, 2000).Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan
suatu perairan, semakin tinggi suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya
menembus ke dalam air. Kecerahan air menentukan ketebalan lapisan produktif.
Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi kemampuan fotosintesis tumbuhan air,
selain itu dapat pula mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam hal ini bahan-
bahan ke dalam suatu perairan terutama yang berupa suspensi dapat mengurangi
kecerahan air (Effendi, 2000).
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan
ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan
menggunakan secchi disk yang dikembangkan oleh Profesor Secchi pada abad ke-19.
Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh
keadaan cuaca, waktu pengukuran, padatan tersuspensi dan kekeruhan serta ketelitian
orang yang melakukan pengukuran. Tingkat kecerahan air dinyatakan dalam suatu
nilai yang dikenal dengan kecerahan secchi disk(Effendi, 2000).
Intensitas dankualitas cahaya yang masuk ke dalam air (perairan) dapat
menentukan: a) Aktivitas fotosintesis bagi jasad nabati, yang pada akhirnya
menentukan kehidupan hewan dalam air. Proses fotosintesis tersebut adalah sebagai
berikut: 6H2O + 6CO2  C6H12O6 + 6O2 b) Iklim (keadaan) cahaya pada
kedalaman tertentu pada suatu perairan. Cahaya yang diserap ini menghasilkan panas
yang sangat penting untuk proses kehidupan hewan dan tumbuhan.

Alat dan Bahan


1. Secidisk
2. Roll Meter
3. Alat Tulis

Teknik pengambilan data


1. Pengukuran kecerahan menggunakan alat seichidisk, dilakukan di beberapa
stasiun.
2. Kemudian mencatat titik koordinat dan dan lamanya waktu yang digunakan
selama pengukuran.
3. Menenggelamkan alat tersebut hingga warna hitam putih tidak dapat lagi
dibedakan.
B PARAMETER KIMIA
1. pH
Praktek yang dilakukan di Pulau Saugi pada tanggal 7 s/d 9 desember untuk
pengukuran pH dilakukan dengan metode mengukur langsung dilapangan.
pengambilan data dilakukan setiap 3 jam sekali yang dilakukan secara berkelompok.
Teori Pengantar
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai
kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. pH adalah suatu satuan ukur
yang menguraikan derajat tingkat kadar keasaman
atau kadar alkali dari suatu larutan (Astria, 2014). Koefisien aktivitas ion hidrogen
tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada
perhitungan teoretis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap
sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan
internasional.
Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren Peder
Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna singkatan
"p" pada "pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan
untuk powerp (pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga
berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk pada kata potential. Jens Norby
mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p
adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma negatif.
Alat dan Bahan
1. Kertas Indikator Universal
2. Air Laut (Sampel)
Tehnik pengambilan data
1. untuk mengukur pH air laut, digunakan kertas indicator universal. Celupkan
kertas indicator universal kedalam air laut, setelah itu cocokkan warna kertas
yang telah dicelupkan dengan pH meter lalu catat berapa nilai pHnya.
2. Salinitas

Praktek yang dilakukan di Pulau Saugi pada tanggal 7 s/d 9 desember untuk
pengukuran salinitas dilakukan dengan metode mengukur langsung dilapangan.
pengambilan data dilakukan setiap 3 jam sekali yang dilakukan secara berkelompok.
Teori Pengantar
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas
juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada
sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di
tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini,
secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air
payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut
brine. Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar
3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam
lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam
sekitar 30%.
Istilah teknik untuk keasinan lautan adalah halinitas, dengan didasarkan
bahwa halida-halida—terutama klorida—adalah anion yang paling banyak dari
elemen-elemen terlarut. Dalam oseanografi, halinitas biasa dinyatakan bukan dalam
persen tetapi dalam “bagian perseribu” (parts per thousand , ppt) atau permil (‰),
kira-kira sama dengan jumlah gram garam untuk setiap liter larutan. Sebelum tahun
1978, salinitas atau halinitas dinyatakan sebagai ‰ dengan didasarkan pada rasio
konduktivitas elektrik sampel terhadap "Copenhagen water", air laut buatan yang
digunakan sebagai standar air laut dunia. Pada 1978, oseanografer meredifinisikan
salinitas dalam Practical Salinity Units (psu, Unit Salinitas Praktis): rasio
konduktivitas sampel air laut terhadap larutan KCL standar. Rasio tidak memiliki
unit, sehingga tidak bisa dinyatakan bahwa 35 psu sama dengan 35 gram garam per
liter larutan.

Alat dan Bahan


1. Salinometer
3. Hand refraktometer
4. Pipet tetes
5. Air
6. Tissue
Teknik pengambilan data
a. Untuk mengukur salinitas dapat digunakan dua alat yaitu salinometer dan
hand refraktometer
b. Untuk Salinometer, ambir sampel air laut dan masukkan kedalam ember kira-
kira ½ hampir penuh, diamkan hingga air didalam ember menjdi tenang.
Setelah air di dalam ember tenang, masukkan salinometer hingga terapung,
lalu baca penunjuk skala yang sejajar dengan permukaan air di dalam ember.
c. Pengukuran salinitas yang menggunakan hand refraktometer, pertama buka
bagian penutup alat, setelah itu bersihkan menggunakan air dan tissue,
kemudian ambil sedikit sampel air laut menggunakan pipet tetes, lalu amati
penunjuk skala. Catat nilai salinitas yang ditunjukkan.

3. Oksigen Terlarut/ Titrasi


Teori Pengantar
Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat
berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Umtuk
mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati
beberapa parameter kimia seperti aksigen terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO
(dissolved oxygen ) maka kualitas air semakin baik.jika kadar oksigen terlarut yang
terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik
yang mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi. Oksigen
terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme
atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan
pembiakan.
Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan – bahan organik
dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan
berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang
hidup dalam perairan tersebut (SALMIN. 2000). Kecepatan difusi oksigen dari udara
tergantung dari beberapa faktor seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan
massa air dan udara seperti arcs, gelombang dan pasang surut.
ODUM (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan
bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya
salinitas. Pada lapisan permukaaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya
proses difusi antar air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan
bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena
proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan
untuk pernapasan dan oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik. Keadaan
oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD, semakin tinggi BOD semakin
rendah oksigen terlarut. Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi
tergantung pada lems, stadium dan aktifitasnya.
Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak. Kandungan oksigen terlarut (DO)
minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa
beracun. Idealnya, kandungan oksigen terlarut dan tidak boleh kurang dari 1,7 ppm
selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 % (HUET,
1970).
Teknik pengambilan data
a. Mengambil sampel air pada kedalaman 1 jengkal dibawah permukaan laut
usahakan tidak ada gelembung yang terbentuk
b. Masukkan sampel air sebanayk 250 ml kedalam botol rijen
c. Tambahkan MnSO4 (Mangan Sulfat) 2 ml
d. Tambahkan NaOH-KI 2 ml alkalionida asida
e. Dikocok bolak balik ± 20 kali agar tersuspensi
f. Tambahkan H2SO4 pekat sebanyak 2 ml
g. Aduk-aduk
h. Ambil 100 ml sampel untuk dititrasi, masukkan ke dalam enlemeyer
i. Masukkan Na2S2O3 beberapa tetes hingga agak bening ke dalam enlemeyer
j. Tambahkan amilum beberapa tetes sampai berubah jadi warna biru
Titrasi dengan Na2S2O3 sampai bening, hitung berapa tetes. Kemudian masukkan
Vol.Titrasi × n Na2S2O3 × 1000 × 8
kedalam rumus: 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

4. Sedimen

Praktek yang dilakukan di Pulau Saugi pada tanggal 7 s/d 9 desember 2018
dengan dua metode yaitu dengan mensurvei langsung di lapangan dan uji sampel di
Laboratorium Jurusan Geografi Universitas Negeri Makassar.

Teori Pengantar
Sedimen adalah pecahan, mineral, atau material organik yang ditransforkan dari
berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es, atau oleh air dan juga
termasuk didalamnya material yang diendapakan dari material yang melayang dalam
air atau dalam bentuk larutan kimia. sedimentasi adalah proses pembentukan
sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material
pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan
pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut
dalam.
Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber yang
dibedakan menjadi empat yaitu :
1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material
hasil erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses
mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan
terendapkan jika energi tertrransforkan telah melemah.
2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme
yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik
yang mengalami dekomposisi.
3. Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia
di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga
akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah
magnetit, phosphorit dan glaukonit.
4. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang bersal dari berbagai sumber dan
masuk ke laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat
bersumber dari luar angkasa , aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat
yang terbawa angin. Material yang bersal dari luarangkasa merupakan sisa-sisa
meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen yang bersal dari
letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu volkanin, atau berupa
fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang bersal dari partikel di
darat dan terbawa angin banyak terjadi pada daerah kering dimana proses eolian
dominan namun demikian dapat juga terjadi pada daerah sub tropis saat musim
kering dan angin bertiup kuat.
Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam jumlah yang dominan dibandingkan
sumber-sumber yang lain.
Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir menjadi
sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia yang terjadi
sepanjang kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat
tersebut melayang-layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar lautpun , sedimen
tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan laut dalam mencari makan.
Sebagian sedimen mengalami erosi dan tersusfensi kembali oleh arus bawah sebelum
kemudian jatuh kembali dan tertimbun. Terjadi reaksi kimia antara butir-butir mineral
dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar laut dan reaksi tetap berlangsung
penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap di antara butiran mineral.

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang dibutuhkan dilapangan
5. Bottom Grab Sampler
6. Kantong sampel
7. Kertas label
8. Alat tulis
9. Perahu
Alat dan bahan yang digunakan di laboratorium
1. Sampel sedimen
2. Ayakan sieve Net/Sieve Shaker
3. Cawan petri
4. Timbangan analitik
5. Kertas nasi
6. Sikat bulu
7. Lidi
8. Kertas label
9. Kertas semi logaritma
10. Alat tulis
11. Stopwatch
12. Aluminium foil
Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data dilapangan
5. Mengambil sampel sedimen dengan menggunakan grab sampler pada
lokasi yang telah ditentukan serta melakukan pengamatan terhadap
kondisi biologi osean yang ada disekitar lokasi tersebut.
6. Menempatkan sampel yang telah didapatkan kedalam kantong kemudian
beri label pada kantong sampel sebagai pembeda sampel yang satu dan
yang lainnya.
Teknik pengambilan data dilaboratorium
1. Melakukan analisis di laboratorium dengan mengeringkan sampel yang
masih basah menggunakan aluminium foil kemudian memasukkan
kedalam oven.
2. Menyediakan 8 cawan petri, lalu dibersihkan kemudian dikeringkan,
setelah itu beri label pada cawan sesuai dengan ukuran ayakan, lalu cawan
kosong ditimbang menggunakan timbangan analitik.
3. Menyediakan kertas nasi 1 lembar kemudian menghamparkan sampel
sedimen diatas kertas tersebut dan buat pola zigzag menggunakan lidi.
4. Mengambil sedimen disekitar pola zigzag kemudian memasukkannya
kedalam cawan sebanyak 100 gr.
5. Mengayak sedimen yang telah ditimbang sebayak 100 gr dengan
menggunakan ayakan Sieve Shaker selama 15 menit.
6. Meletakkan sampel sedimen yang telah diayak pada kertas nasi yang telah
diberikan label sesuai dengan ukuran ayakan dan sampel yang menempel
pada ayakan sikat menggunakan sikat bulu.
7. Memasukkan sampel yang ada pada kertas nasi kedalam cawan sesuai
dengan ukuran ayakan.
8. Menimbang cawan+sampel menggunakan timbangan analitik kemudian
catat hasilnya. Untuk mengetahui berat sampel= (cawan+sampel)-cawan
kosong)
C. BATIMETRI DAN MORFOLOGI PANTAI

A. Topografi Pantai
Topografi pantai dipengaruhi oleh bebrapa faktor, misalnya besarnya daya abrasi
pantai yang disebabkan oleh gelombang dan angin, vegetasi pantai dan kegiatan air
laut.
Abrasi di laut adalah merupakan proses terjadinya pengikisan daratan (erosi) oleh
gelombang sehingga menyebabkan hanyutnya substrat dan berkurangnya luas
daratan. Jika proses erosi berlangsung di pulau-pulau yang relatif kecil dengan
vegetasi yang terbatas, maka menyebabkan pulau tersebut tenggelam.
Indikasi terjadinya abrasi dan penciutan luas pulau-pulau kecil dapat ditemukan
di Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan. Kepulauan Spermonde terdiri dari 207
pulau-pulau kecil yang terletak di Pantai Barat Kota Makassar. Luas wilayah
diperkirakan sekitar 14.000 km2
Gelombang merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadap ekosistem yang berada di daerah pesisir pantai dan laut. Pengertian
gelombang sesungguhnya sangat sulit untuk didefenisikan, mengingat begitu
kompleksnya proses-proses yang berlangsung dan begitu banyaknya faktor
lingkungan yang terlibat. Namun secara sangat sederhana dapat dikatakan bahwa
gelombang adalah merupakan rambatan atau perpindahan energi melalui badan air.
Gelombang laut memiliki kekuatan besar yang dapat menyebabkan abrasi di
tepi pantai, terutama Tsunami. Secara ekologi gelombang laut tidak selamanya
bersifat merugikan karena gelombang laut memiliki peran yang sangat penting untuk
menyebarkan biji/buah/benih tumbuhan pantai seperti benih kelapa, buah mangrove,
buah pandan dan lain-lain. Besar kecilnya gelombang di suatu daaerah/pulau, selain
ditentukan oleh bentuk dan topografi pantai juga ditentukan oleh posisi pulau atau
daerah tersebut. Daerah yang secara langsung berada di tengah lautan terbuka atau
ditepi samudera yang besar akan memiliki ombak yang lebih kuat. Sedangkan pulau
yang berada dekat daratan utama atau di daerah bagian dalam kepulauan seperti laut
Jawa akan memiliki ombak yang lebih tenang.
Abrasi di laut adalah merupakan proses terjadinya pengikisan daratan (erosi) oleh
gelombang sehingga menyebabkan hanyutnya substrat dan berkurangnya luas
daratan. Jika proses erosi berlangsung di pulau-pulau yang relatif kecil dengan
vegetasi yang terbatas, maka menyebabkan pulau tersebut tenggelam.
Indikasi terjadinya abrasi dan penciutan luas pulau-pulau kecil dapat ditemukan
di Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan. Kepulauan Spermonde terdiri dari 207
pulau-pulau kecil yang terletak di Pantai Barat Kota Makassar. Luas wilayah
diperkirakan sekitar 14.000 km2
Gelombang merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadap ekosistem yang berada di daerah pesisir pantai dan laut. Pengertian
gelombang sesungguhnya sangat sulit untuk didefenisikan, mengingat begitu
kompleksnya proses-proses yang berlangsung dan begitu banyaknya faktor
lingkungan yang terlibat. Namun secara sangat sederhana dapat dikatakan bahwa
gelombang adalah merupakan rambatan atau perpindahan energi melalui badan air.
Gelombang laut memiliki kekuatan besar yang dapat menyebabkan abrasi di tepi
pantai, terutama Tsunami. Secara ekologi gelombang laut tidak selamanya bersifat
merugikan karena gelombang laut memiliki peran yang sangat penting untuk
menyebarkan biji/buah/benih tumbuhan pantai seperti benih kelapa, buah mangrove,
buah pandan dan lain-lain. Besar kecilnya gelombang di suatu daaerah/pulau, selain
ditentukan oleh bentuk dan topografi pantai juga ditentukan oleh posisi pulau atau
daerah tersebut. Daerah yang secara langsung berada di tengah lautan terbuka atau
ditepi samudera yang besar akan memiliki ombak yang lebih kuat. Sedangkan pulau
yang berada dekat daratan utama atau di daerah bagian dalam kepulauan seperti laut
Jawa akan memiliki ombak yang lebih tenang.
B. Kemiringan lereng
Kemiringan lereng adalah miring atau atau tidaknya suatu permukaan.
Kemiringan suatu sangat berkaitan langsung dengan ketebalan lapisan pada
permukaan tersebut, dimana pada daerah yang kemiringan lerengnya mencapai angka
45 derajat maka lapisan perumukaannya tipis, dikarenakan tingkat erosi yang sangat
tinggi pada daerah tersebut. Sebaliknya pada daerah yang datar atau atau landai,
ketebalan lapisan permukaannya itu lebih tebal dibandingakan dengan daerah yang
kemiringan lerengnya sangant besar, disebabkan, pada daerah yang landai ini lah
material-material yang tererosi di endapkan.
Untuk kawasan pantai sendiri kemiringan lerengnya sekitar 15 sampai 20 derajat
di karenakan pada daerah ini juga terdapat banyak sedimen-sedimen yang diendapkan
ketika terjadi hujan, jadi ketika ada material yang tererosi pada bagian permukaan
pantai ini, terdapat lebih banyak lagi sedimen-sedimen yang di endeapkan sehingga
pada permukaan pantai ini kemiringan lerengnya tidak telalu ekstrim.
D. HASIL PENGUKURAN
1. Pasang Surut
Tabel 4.1. Kondisi Pasang Surut Pulau saugi

Posisi MSL
Hmax Hmin ∑HiCi ∑Ci (cm)
Lintang Bujur

4o10’45,8” 119o37’16,71” 274 101,5 6071 39 155,6

Sumber: Hasil Analisis Data Pasang Surut, Pulau saugi

2. Gelombang
Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Data Gelombang Pulau saugi

Posisi H Hb Arah
L 1/3(tinggi
T(s)(periode
klp Waktu H (cm)(tinggi air) (cm)(panjang gelomban (cm)(tinggi
gelombang)
Lintang Bujur gelombang) g gelombang (o)
signifikan) peccah)

S E
17:30 3,43 12,2 N30°E
04°45,923’’ 119°27,651’’

S E
05:30 1,5 4,1 N40°E
04°45,923’’ 119°27,651’’

S E
1 08:30 1,63 4,7 N163°S
04°45,923’’ 119°27,651’’

S E
14:30 1,83 12,5 N130°E
04°45,923’’ 119°27,651’’

S E
17:30 1,4 24,3 N130°E
04°45,923’’ 119°27,651’’
17:30 4o45’50’ 116o27’42’’ 7,96 11,8 N 100o E

05:30 4o46’28’’ 119o29’5’’ 3,4 2,87 4,8 N 230o E

08:30 4o45’52’’ 119o29’18’’ 3,3 2,13 4,6 N 140o E


2
11:30 4o45’45’’ 119o25’28’’ 5,36 3,23 7,4 N 320o E

14:30 4o45’52’’ 119o29’18’’ 6,26 4,23 8,5 N 62o E

17:30 4o45’42’’ 119o29’22’’ 4,3 3,4 5,4 N 125o E

17:30

05:30

3 08:30

14:30

17:30

S E
17:30 3,53 5,5 N315°W
4°45’58’’ 119°27’51’’

S E
05:30 3,097 5,2 N265°W
4°45’58’’ 119°27’51’’

4 S E
08:30 3,83 6,4 N150°S
4°45’58’’ 119°27’51’’

S E
14:30 122,91 10,4 N170°E
4°45’58’’ 119°27’51’’

17:30 S E 2,2 11,2 N165°S


4°45’58’’ 119°27’51’’

S 04°45,58’’ E 119°27,51’’ N130°S


17:30 3,67 6,2

E 119°27,51’’
05:30 S 04°45,58’’ 4,567 8,1 N60°E

E 119°27,51’’
5 08:30 S 04°45,58’’ 3 6,6 N204°W

E 119°27,51’’
14:30 S 04°45,58’’ 0,467 10 N165°S

E 119°27,51’’
17:30 S 04°45,58’’ 3,8 9,3 N140°S

E 119°27,51’’
17:30 S 04°45,58’’ 0,467 10 N165°S

E 119°27,51’’
05:30 S 04°45,58’’ 3,8 9,3 N140°S

E
S
08:30 119°27’45,31 6,1 2,7 8
6 04°46’3,91’’
2’’

E
S
14:30 119°27’45,31 3,5 2,4 4,6
04°46’3,91’’
2’’

E
S
17:30 119°27’45,31 - - -
04°46’3,91’’
2’’

7 17:30 E 5,9 2,4 7,8 N


S
119°27’45,31 3
04°46’3,91’’ 2’’ 3
5
°
E

N
3
E
S 0
05:30 119°27’45,31 10,2 2,1 12,4
04°46’3,91’’ 5
2’’
°
E

N
N95oE 9
08:30 08:30 S 04°46’4,38’’ E 119°27’43,94’’ - - - 5
°
E

N
1
N110oE 1
14:30 14:30 S 04°46’3,48’’ E 119°27’44,04’’ 131,86 1,73 134,3
0
°
E

N
1
N130oE 3
17:30 17:30 S 04°46’3,44’’ E 119°27’44,21’’ 132 2,16 134,25
0
°
E

S E
17:30
448’56” 19930’45”
8
S E
05:30
448’56” 19930’45”
S E
08:30
448’56” 19930’45”

S E
14:30
448’56” 19930’45”

S E
17:30
448’56” 19930’45”

Sumber: Hasil Analisis Data Gelombang, Pulau saugi 7-9 Desember 2018

3. Arus
Adapun data pengkuran arus Di pulau saugi pangkep yakni:

1. Pengukuran 1

`Tabel 4.3. Hasil Pengolahan Data Arus di Pesisir Pulau saugi

Titik Waktu Kecepatan Jarak Arah Arus


(m/s)
I 17:30 0.023 m/s 5m 228°

II 17.30 0,01 5m 60o

III 17.30

IV 17.30 1,48 m/s 5m 120°


V 17.30 0,02 5m 139o
VI 17.30 0,010 7m 90°

VII 17.30 0,020 m/s 5m 228°

VII 17.30 0,01466m/s 5m 94


Sumber : Hasil Analisis Data Arus, Pulau saugi, 7-9 Desember 2018

2. Pengukuran 2

Tabel 4.4 Hasil Pengolahan Data Arus di Pesisir Pulau saugi

Titik Waktu Kecepatan Jarak Arah Arus


(m/s)
I 05:30 0.023 5m 190°
II 05:30 0,04 5m 120o
III 05:30
IV 05:30 0,05 5m 135°
V 05:30 0,106 5m 3100
VI 05:30 0,025 5m 130°
VII 05:30 0,00079 5m 305°
VIII 05:30 0,024m/s 5m 115°
Sumber : Hasil Analisis Data Arus, Pulau saugi, 7-9 Desember 2018

3. Pengukuran 3
Tabel 4.5. Hasil Pengolahan Data Arus di Pesisir Pulau saugi

Titik Waktu Kecepatan Jarak Arah Arus


(m/s)
I 08:30 - 5m -
II 08:30 - 5m 140o
III 08:30
IV 08:30 0,052 m/s 5m 105°
V 08:30 0,09 5m
310o
VI 08:30 0,026 4,48m
30°
VII 08:30 0,00047 5m
147°
VIII 08:30 0,714 5m 138

Sumber : Hasil Analisis Data Arus, Pulau saugi, 7-9 December 2018
4. Pengukuran 4
Tabel 4.5. Hasil Pengolahan Data Arus di Pesisir Pulau saugi

Titik Waktu Kecepatan Jarak Arah Arus


(m/s)
I 14:30 0,87 5m 190°
II 14:30 0,039 5m 62o
III 14:30
IV 14:30 0,034 5m 260°
V 14:30 0,071 5m 325o
VI 14:30 0,126 5m 115°
VII 14:30 - - -
VIII 14:30 0,038m/s 5m 151

Sumber : Hasil Analisis Data Arus, Pulau saugi, 7-9 December 2018

5. Pengukuran 5
Tabel 4.5. Hasil Pengolahan Data Arus di Pesisir Pulau saugi

Titik Waktu Kecepatan Jarak Arah Arus


(m/s)
I 17:30 0,87 5m 190°
II 17:30 0,045 5m 60o
III 17:30
IV 17:30 2,65 m/s 5m 131o
V 17:30 0,76 5m 115°
VI 17:30 0,060 5m 130°
VII 17:30 0,046 5m -
VIII 17:30 0,038m/s 5m 151

Sumber : Hasil Analisis Data Arus, Pulau saugi, 7-9 December 2018

4. Angin
a. Pengukuran 1
Tabel 4.6. Hasil Pengolahan Data Angin Pesisir Pulau saugi

Titik Kecepatan Arah angin


I 1,16 m/s 92°
II 1,9 knot 60o
III
IV 0,06 m/s 150°
V 0,1028 m/s 130o
VI 1.4 m/s 65°
VII 0,58 m/s 227°
VIII 1,08,5m/s 92°
Sumber : Hasil Analisis Data Angin, Pulau saugi, 7-9 December 2018
b. Pengukuran 2
Tabel 4.7. Hasil Pengolahan Data Angin Pesisir Pulau saugi

Titik Kecepatan Arah angin


I 1,8 m/s 320°
II 4,9 knot 120o
III
IV 1,12 m/s 2,65°
V 1.42 m/s 600
VI 0,9 m/s 260°
VII 0,56 m/s 305°
VIII 25,3 m/s 288°
Sumber : Hasil Analisis Data Angin, Pulau saugi, 7-9 December 2018
c. pengukuran 3

Tabel 4.8. Hasil Pengolahan Data Angin Pesisir Pulau saugi

Titik Kecepatan Arah angin


I 1,6 m/s 163°
II 3,4 knot 140o
III
IV 4,73 m/s 150°
V 1,78 m/s 2040
VI 0,5 m/s 110°
VII 0,51 m/s 147°
VIII - -
d. pengukuran 4

Tabel 4.8. Hasil Pengolahan Data Angin Pesisir Pulau saugi

Titik Kecepatan Arah angin


I 4.2 m/s 130°
II 6,3 knot 62o
III
IV 1,533 m/s 135°
V 0,49 m/s 165°
VI 1,5 m/s -
VII 2,26 m/s 110°
VIII - -
e. pengukuran 5

Tabel 4.8. Hasil Pengolahan Data Angin Pesisir Pulau saugi

Titik Kecepatan Arah angin


I 4,2 m/s 130°
II 6,9 knot 60o
III
IV 6,94 m/s 165°
V 1,23 m/s 1400
VI 1,9 m/s 280°
VII 2,06 m/s 120°
VIII - -

Sumber : Hasil Analisis Data Angin, Pulau saugi, 7-9 December 2018

5. Tingkat Keasaman (pH)


Tabel 4.9. Hasil Pengolahan Data pH di Pesisir Pulau saugi

Titik Pengukuran ke pH indikator


1 1 8
2 8
3 8
4 8
5 8
2 1 7
2 7
3 7
4 8
5 7
7
3 1
2
3
4
5
4 1 8
2 8
3 7
4 8
5 7
5 1 8
2 8
3 8
4 8
5 8
6 1 7
2 7
3 7
4 7
5 7
7
7 1 8
2 8
3 8
4 8
5 8
8 1 Tidak ada datanya
2
3
4
5
Sumber : Hasil Analisis Data Ph, Pulau saugi, 7-9 December 2018

6. Salinitas
Tabel 4.10. Hasil Pengolahan Data salinitas di Pesisir Pulau saugi

Titik Pengukuran ke handrefraktometer


1 1 35‰
2 34‰
3 34‰
4 35‰
5 35‰
2 1 35‰
2 35‰
3 35‰
4 35‰
5 35‰
35‰
3 1
2
3
4
5
4 1 35‰
2 36‰
3 34‰
4 35‰
5 35‰
5 1 34‰
2 36‰
3 35‰
4 35‰
5 35‰
6 1 35‰
2 31‰
3 35‰
4 34‰
5 35‰
7 1 35%
2 35%
3 36%
4 34%
5 35%
8 1 35 ‰
2 36 ‰
3 34 ‰
4 35 ‰
5 30 ‰

7. Kecerahann, Kedalaman dan Suhu


Tabel 4.11. Hasil Pengolahan Data Kedalaman, Kecerahan dan suhu Pesisir Pulau
saugi

Titik Pengukuran ke kecerahan kedalaman suhu


1 1 100% 33°c
2 100% 31°c
3 100% 31°c
4 80% 37°c
5 80% 37°c
2 1 66,67% 31
2 7,57% 30
3 100% 34
4 100%
-
5 -
34
3 1
2
3
4
5
4 1 0,92% 150 cm 32°c
2 100% 100 cm 30°c
3 100% 100 cm 30°c
4 100% 100 cm 35°c
5 100% 100 cm 36°c
5 1 100% 158 31°c
2 100% 144 32°c
3 100% 142 31°c
4 100% 140 34°c
5 100% 146 35°c
6 1 - - 32°C
2 100 - 32°C
3 100 - 34°C
4 - - -
5 - - 33°C
- - 33°C
7 1 100% 33°
2 100% 32°
3 100% 33°
4 100% 35°
5 100% 33°
8 1 100% 33c
2 100% 31c
3 100% 31c
4 100% 33c
5 100%

Sumber: Hasil Analisis Data Kedalaman, Kecerahan dan suhu, Pulau saugi, 7-9
December 2018
8. Data pengukuran pasang surut di dermaga pulau saugi
Tabel 4.12. Hasil pengukuran data pasang surut

Tinggi Suhu
No Waktu Rata-rata
Puncak Lembah udara

1 17:30 237 234 235,5 31o C

2 18:30 236 232 234 30o C

3 19:30 227 222 224,5 30o C

4 20:30 204 119 201,5 30oC

5 21:30 186 182 184 30o C

6 22:30 176 172 174 29o C

7 23:30 165 161 163

8 0:30 159 157 158 28o C

9 1:30 154 152 153 28o C

10 2:30 150 147 153 28o C

11 3:30 157 152 154,5 29o C

12 4:30 187 187 188 30o C

13 5:30 165 179 147 30o C

14 6:30 137 135 136 29o C

15 7:30 117 114,5 114,5 24o C

16 8:30 109 107 108 30o C

17 9:30 102 101 101,5 31o C


18 10:30 108 106 107 30o C

19 11:30 111 107 109 32o C

20 12:30 211 207 209 29o C

21 13:30 198 250 274 31o C

22 14:30 140 134 137 31o C

23 15:30 212 208 210 31o C

24 16:30 230 215 222,5 30o C

25 17:30 250 237 243,5 30o C

26 18:30 237 234 235,5 29o C

27 19:30 236 227 231 25o C

28 20:30 273 270 271,5 26o C

29 21:30 196 191 193,5 23o C

30 22:30 181 177 179 24o C

31 23:30 166 162 164 20o C

32 0:30 157 154 155,5 24o C

33 1:30 152 149 150,5 26o C

34 2:30 150 147 148,5 28o C

∑ H = 6.071

Analisis Data

Tabel 2. Kondisi Pasang Surut Pulau Saugi

Posisi MSL
Hmax Hmin ∑Hi ∑Ci
Lintang Bujur (cm)
4o10’45,8” 119o37’16,71” 274 101,5 6071 39 155,6

9. Pengukuran di Perahu
Tabel 4.13. Data Arah Angin, Suhu Udara dan pH Perairan Pulau saugi

Titik Koordinat Kedalaman Arah datang angin pH Suhu


1 4˚45'59,9" 12,3 M
119˚27'55,2"

2 4˚45'54,2" 9,9 M
119˚27'53"

3 4˚45'49,1" 8,70 M N306°W 3,3°


119˚27'25,9"

4 4˚45'49,1" 9,58 M N320°W 32,2°


119˚27'25,9"

5 4˚46'22,5" 13,75 M N303°W 31,9°


119˚27'35,4"

6 4˚46'11,1" 7,81 M N320°W 32,2°


119˚27'28,8"

7 4˚45'30" 13,10 M N335°W 31,7°


119˚27'11,1"

8 4˚45'48,9" 9,50 M N360° 32°


119˚27'44,5"

9 4˚46'02,3" 8,48 M N275°W 31,6°


119˚27'50"

10. Pemetaan garis Pantai


Arah-arah titik garis pantai:

Titik 1 :
1. Patok 0 – 1
 Arah : 50°
 Panjang : 14 meter
2. Patok 1 – 2
 Arah : 63°
 Panjang : 21,2 meter
3. Patok 2 – 3
 Arah : 75°
 Panjang : 31,1 meter
4. Patok 3 – 4
 Arah : 340°
 Panjang : 6,5 meter
5. Patok 4 – 5
 Arah : 70°
 Panjang : 14,9 meter
6. Patok 0 – 1
 Arah : N105°NE
 Panjang : 8,5 meter

Titik 2 :

11. Kemiringan lereng Pulau saugi


Titik 1 :

Titik 2 :

Titik 3 :

Titik 4 :

Titik 5 :

Titik 6 :

Titik 7 :

Titik 8 :
PEMBAHASAN
1. Pasang surut

PEMBAHASAN*

Pasang surut adalah fluktuasi (naik turunnya) muka air laut karena adanya
gaya tarik benda-benda di langit, terutama bulan dan matahari terhadap massa air laut
di bumi. Gaya tarik menarik antara bulan dengan bumi lebih mempengaruhi
terjadinya pasang surut air laut daripada gaya tarik menarik antara matahari dengan
bumi, sebab gaya tarik bulan terhadap bumi nilainya 2,2 kali lebih besar daripada
gaya tarik matahari terhadap bumi. Hal ini terjadi karena meskipun massa bulan lebih
kecil dari pada massa matahari, akan terjadi jarak bulan terhadap bumi jauh lebih
dekat dari pada jarak bumi terhadap matahari
Pasang surut merupakan faktor lingkungan yang paling penting yang
mempengaruhi kehidupan dizona intertidal atau tanpa adanya pasang surut atau hal
lain yang menyebabkan naik dan turunnya permukaan air secara periodik zona ini
tidak akan seperti itu.
Dari semua data pasut yang di dapatkankan pada pulau saugi Desa Maccini
Baji Kec. Liukang Tupabiring Utara Kab Pangkajene dan Kepulauan pada Tanggal 7
– 9 Desember 2018 .pada pengukuran pasut mulai dari pukul 15.00 hari jumat tanggal
9 sampai tanggal 9 desember dengan interval 1 jam.dan data yang diperoleh lapangan
yaitu pasang surut tertinggi adalah 274 cm pada pukul 02.00 dini hari sabtu dan
pasang surut terendah terjadi pada sabtu sore yaitu pukul 18.00 adalah 101,5 cm, dan
rata-ratanya/MSL (Mean Sea Lavel) adalah 155,6 cm
2. Gelombang dan Angin

PEMBAHASAN*
Dalam pembahasan ini yang akan di bahas adalah hubungan angin dengan
gelombang. berdasarkan analisis data yang diperoleh di lapangan adalah
sebagai berikut, dimana rata-rata gelombang tertinggi terjadi pada hari
jumat 7 pada stasiun ke dengan tinggi gelombang mencapai .. cm, dimana
periode waktunya adalah sekon, mempunyai tinggi gelombang signifikan
cm dan tinggi gelombang pecah cm. Sedangkan gelombang terendah
terjadi pada hari di stasiun ke dengan tinggi gelombang .. cm, dimana
periode waktu sebanyak sekon, mempunyai tinggi gelombang signifikan
dan tinggi gelombang pecah cm.
Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai mengalami
perubahan bentuk karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut.
Pengaruh kedalaman laut mulai terasa pada kedalaman lebih kecil dari
setengah kali panjang gelombang. Di laut dalam profil gelombang
adalah sinusoidal, semakin menuju ke perairan yang lebih dangkal
puncak gelombang semakin tajam dan lembah gelombang semakin
datar. Selain itu kecepatan dan panjang gelombang berkurang secara
berangsur-angsur sementara tinggi gelombang bertambah. Gelombang
pecah dipengaruhi oleh kemiringannya, yaitu perbandingan antara
tinggi dan panjang gelombang (Jurnal, Sri, 2013).
3. FISIKA DDAN KIMA AIR LAUT

PEMBAHASAN
a. Salinitas
Dari hasil pengambilan data di lapangan, ditemukan bahwa dari 39 data
yang diperoleh, rentang angka salinitas yang diperoleh yang di dapatkan dari
hasil pengukuran selama 39 jam.sedangkan rentang salinitas yang diperoleh dari
pengukuran di stasiun. Dan berdasarkan data yang diperoleh di perahu Hal ini
dipengaruhi karena pada saat pengambilan data sinar matahari sedang terik
mengakibatkan tingkat evaporasi tinggi.

b. Oksigen terlarut
Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen merupakan kebutuhan dasar
untuk kehidupan tanaman dan hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di
dalam air tersebut tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan
konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya.Dari hasil
pengambilan data di lapangan,
c. Kedalaman
Kedalaman perairan menunjukkan jarak antara dasar laut dengan
permukaan air laut secara vertikal. Kedalaman perairan pada lokasi praktek,
diukur dengan menggunakan alat echosounder, dan didapatkan bahwa lokasi
sampel pengambilan data kedalaman Perairan Pulau Saugi berada pada kisaran
kedalamaN 1 m hingga 13 meter yang memungkinkan sinar matahari masih
dapat mencapai dasar laut.
Hal ini disebabkan karena topografi dasar laut perairan Pulau Saugi
merupakan suatu dangkalan yang dulunya berupa daratan yang memiliki
kemiringan yang landai, sehingga pada saat terjadinya peningkatan tinggi muka
air laut maka daratan tadi tenggelam menjadi suatu dangkalan dengan kedalaman
1-13 meter.
d. pH (keasamaan)
Perhitungan pH dalam kertas lakmus prosesnya singkat yakni
mencelupkan kertas lakmus tersebut kedalam sampel yang telah disediakan
kemudian melihat kadar pHnya, kadar pH tersebut telah ditentukan dengan
konsenterasi masing-masing tergantung kadarnya baik itu garam maupun basah,
sedangkan perhitungan pH secara elektrolisis yaitu dengan melakukan
pencampuran dengan konsentrasi ion H+ dengan ion OH- yang ada dalam larutan
tersebut.
e. Kecerahan
kecerahan pada kegiatan pengambilan data di lapangan menggunakan alat
seichi disk. Kedalaman alat dibandingkan dengan kedalaman laut pada titik itu
kemudian di kalikan dengan 100% sehingga menghasilkan data persentase
kecerahan.
Dari hasil pengambilan data di lapangan, ditemukan bahwa tingkat
kecerahan laut perairan pulau Saugi adalah berkisaran antarA 90 -100 % hingga
nilai persentase kecerahan yang paling tinggi, yaitu 100 %. Nilai variabel
kecerahan yang terendah diperoleh di titik2, ….. .
f. Suhu
Berdasarkan hasil pengamatan yang di peroleh di lapangan, ditemukan
rentang suhu perairan Pulau Saugi dari pengamatan di perahu diperoleh rentang
suhu dengan rata-rata suhu di stasiun yang berada di perairan Pulau
Saugi.Perbedaan suhu perairan ini dapat disebabkan oleh banyak sedikitnya
penyinaran dan penyerapan cahaya matahari oleh permukaan laut, serta
kedalaman laut. Semakin banyak penyerapan sinar matahari dan semakin dalam
suatu perairan, maka semakin tinggi suhunya, serta sebaliknya.
4. ARUS

PEMBAHASAN
Arus laut adalah pergerakan massa air laut secara horizontal maupun vertikal
dari satu lokasi ke lokasi lain untuk mencapai kesetimbangan dan terjadi secara
kontinu. Gerakan massa air laut tersebut timbul akibat pengaruh dari resultan gaya -
gaya yang bekerja dan faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan gaya -gaya yang
mempengaruhinya. arus laut terdiri dari : arus geostropik, arus termohalin, arus
pasang surut, arus ekman dan arus bentukan angin.
Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan untuk pengukuran arah dan
kecepatan arus menggunakan alat layang-layang arus dengan panjang tali yang telah
ditentukan yaitu 5 m. Menurut hasil pengamatan arus di pulau Saugi yang diperoleh
arah dan kecepatan arusnya yang di peroleh di pesisir pantai pulau Saugi

5. PEMETAAN TOPOGRAFI PANTAI

PEMBAHASAN*
Hasil pengukuran pemetaan pantai di antaranya garis pantai kemiringan dan
kedalaman digabung menjadi satu peta yaitu peta bathimetri Desa Maccini Baji, Kec.
Liukang Tupabiring Utara, Kab. Pangkajene dan Kepulauan.pengambilan peta d
lakukan secara di gitasi menggunakan aplikasi arcgis 10.3 sedang sumber datanya di
dukung oleh peta citra pulau saugi. Kec. Liukang Tupabiring Utara, Kab. Pangkajene
tempat lokasi praktek.

6. SEDIMENT
PEMBAHASAN

Sedimen yang didapat pada titik dangkal di pulau Saugi terdiri dari pasir-pasir
yang kasar dan pasir-pasir yang halus, untuk titik pertama dan titik yang terakhir hasil
sedimennya hampir sama terdiri dari pasir-pasir halus,pasir kasar dan batuan
karang.mineral-mineral dan pecahan-pecahan batuan yang bercampur dengan
hancuran cangkang dan tulang dari organisme laut serta beberapa partikel lain yang
terbentuk lewat proses kimia yang terjadi di laut.Sampel yang diambil di lapangan
kemudian dilakukan penelitian laboratorium untuk mendapatkan nilai sortasinya.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang
mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah suatu ilmu yang murni, tetapi
merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar lain. Ilmu-ilmu lain
yang termasuk didalamnya ialah ilmu tanah (Geologi), Ilmu bumi (Geografi),
ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry) ilmu hayati (biology) dan ilmu
iklim
Oseanografi adalah studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan
segala fenomenanya. Oseanografi merupakan suatu ilmu yang bersifat
interdisipliner dari beberapa cabang ilmu pengetahuan, yaitu Geologi, Fisika,
Biologi, Geografi, Kimia, dan Astronomi.
Dalam mempelajari oseanografi, yaitu memahami dan menjelaskan fenomena
dan ciri-ciri dan sifat-sifat laut kita akan menggunakan secara relevan konsep dan
teori yang dimiliki oleh ilmu-ilmu pengetahuan tersebut.

B. Saran
Mahasiswa sebaiknya terlibat secara aktif dalam melakukan praktikum
lapangan dengan melakukan pengukuran dengan benar agar data yang didapatkan
akurat. Selain itu, proses pengolahan data harus dilakukan dengan cepat agar
pengerjaan laporan tidak terkendala.
REFERENSI

Azis, M. Furqon. "Gerak air di laut." Oseana 31.4 (2006): 9-21.

Wijaya, I. Wayan Arta, and I. Wayan. "Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
Menggunakan Teknologi Oscillating Water Column di Perairan
Bali." Teknologi Elektro, IX (2010): 165-174.

Sudarsono, Bambang. "Inventarisasi Perubahan Wilayah Pantai dengan Metode


Penginderaan Jauh (Studi kasus Kota Semarang)." Teknik 32.2 (2011): 163-
170.

Sugianto, Denny Nugroho, and A. D. S. Agus. "Pola Sirkulasi Arus Laut di Perairan
Pantai Provinsi Sumatera Barat." ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal
of Marine Sciences 12.2 (2012): 79-92.

Pariwono, John I. "Gaya Penggerak Pasang Surut." Ongkosongo, OSR dan Suyarso.
P3O-LIPI. Jakarta. Hal (1989): 13-23.

Astria, Fanny, Mery Subito, and Deny Wiria Nugraha. "Rancang bangun alat ukur pH
dan suhu berbasis short message service (SMS) gateway." Mektrik 1.1
(2014).

Effendi, H. 2003. Telaah Kualita Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisus. Yogyakarta

Mansyur, K. 2000. Studi Kelayakan Beberapa Parameter Fisika Dan Kimia


Oseanografi Untuk Mendukung Ekstensifikasi Budidaya Rumput Laut
Teluk Laikan Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar. Skripsi
Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas
Hasanuddin. Makassar

Yaksa, Indra.2009.Pengertian Sedimen.(Online),


(http://indrayaksa.wordpress.com/, diakses 03 Juni 2013)
Budiyanto.2012.Bentang Alam Akibat Proses Sedimentasi Pengendapan.(Online),
(http://budisma.web.id/, diakses 03 Juni 2013)

Tradila, Reqy.2010.Sedimentasi Laut.(Online),


(http://sedimentologiduaribusembilan.blogspot.com/, diakses 03 Juni)

Teori Pasang Surut Written By M. Yusuf on Minggu, 13 Januari 2013

Beiser, Arthur. 1999. Konsep Fisika Modern (terjemahan). Jakarta: Erlangga


Parta Setiawan Pengertian Arus Laut dan Jenis Arus Laut Terlengkap
Posted on 07/04/2015

Anda mungkin juga menyukai