0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
281 tayangan2 halaman
Puisi ini menceritakan tentang perjuangan dengan menggunakan puisi sebagai media untuk bernyanyi, mencinta, mengenang, menangis, mengutuk, dan berdoa hingga akhir umur. Puisi ini juga menggambarkan tentang sebuah jaket berlumur darah yang mengingatkan pada duka yang agung dan kepedihan bertahun-tahun akibat penindasan. Sungai yang membatasi menjadi perlambang antara kebebasan dan penindasan.
Puisi ini menceritakan tentang perjuangan dengan menggunakan puisi sebagai media untuk bernyanyi, mencinta, mengenang, menangis, mengutuk, dan berdoa hingga akhir umur. Puisi ini juga menggambarkan tentang sebuah jaket berlumur darah yang mengingatkan pada duka yang agung dan kepedihan bertahun-tahun akibat penindasan. Sungai yang membatasi menjadi perlambang antara kebebasan dan penindasan.
Puisi ini menceritakan tentang perjuangan dengan menggunakan puisi sebagai media untuk bernyanyi, mencinta, mengenang, menangis, mengutuk, dan berdoa hingga akhir umur. Puisi ini juga menggambarkan tentang sebuah jaket berlumur darah yang mengingatkan pada duka yang agung dan kepedihan bertahun-tahun akibat penindasan. Sungai yang membatasi menjadi perlambang antara kebebasan dan penindasan.
Kami semua telah menatapmu Telah pergi duka yang agung Dalam kepedihan bertahun-tahun Sebuah sungai membatasi kita Di bawah trik matahari Jakarta Antara kebebasan dan penindasan Berlapis senjata dan sangkur baja Akan mundurkah kita sekarang Seraya mengucapkan ‘Selamat tinggal perjuangan’ Berikara setia kepada tirani Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?. Sepanduk kumal itu telah sampai kemana-mana Melalui kendaraan yang melintas Abang beca, kuli-kuli pelabuhan Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai pawai perkasa Proses jenazah ke pemakaman Mereka berkata Semuanya berkata Lanjutkan perjuangan.