Anda di halaman 1dari 12

Kumpulan Puisi

Puisi-puisi Indra Tjahyadi


MEMAJANG LANGIT Kupajang langit Malaikat-malaikat merintih Dalam tidur yang sepi Bulan terbakar Dan sajak-sajak lahir dari kebencian Matahari. Aku tarik segenap luka Dan bau busuk orang mati Nafasku jadi buruk Dan dipenuhi niat jahat yang suci Aku ubah bumi jadi puing-puing Bersekutu dengan iblis Atau bayang-bayang hantu di malam hari Aku tapaki jurang-jurang kegelapan Yang ditorehkan burung-burung hering Menatap kekuasaan dengan mata Yang bengis. Kubiarkan Lumpur-lumpur melompat dan banjir Yak terbendung lagi. Menyeret mobil-mobil Dengan darah dan seratus keringat musim: O betapa khidmat kelicikan mengubah hari Jadi sungai-sungai sampah yang pesing Ada bangkai-bangkai tikus Dan para pengemis yang memberi makan Kucing-kucing kurus. Seolah membuka-buka Mimpi, meneteki tanah dengan seribu Kebosanan yang keji Ketika gelap sedemikian gaib Dan bunyi hujan menjelma pesta Dari seribu kematian yang picik Aku berpegang teguh pada angin, mencari-cari Maut pada segenap ranjang yang sedih Dan dalam segenap hasrat yang paling jijik Berlingkaran seperti seekor cacing Menghisap puting-puting anyir Dari pelacur-pelacur tua yang bunting 1998. PADA MATAMU YANG BENING Pada matamu yang bening Tahajud daun-daun Kuinsyafi dalam luka dan batu-batu Bunyi-bunyi guruh meluap dan membutakan diamku

Bau-bau hujan seperti birahi-birahi musim Yang menggeram dengan kapak dan sekalian palu Dan ketika kilatan-kilatan petir memecut Membakar langit dan pohon-pohon Randu Seperti radang kesunyian yang melesatkan bara Dan tombak-tombak unggun Ribuan anggur kureguk Lewat geliat gelubat kabut yang memeriahkan sedu Seperti peronda-peronda kota Yang selalu bertanggung jawab Pada setiap hening dan lelehan-lelehan salju Dari setiap sakit yang tak tersmbuhkan Atau kudeta-kudeta panjang yang bergerak lambat Seperti kristal nafasmu. Tapi belati-belati rindu Adalah genangan-genangan darah yang mengombak pada bibirmu Memerah seperti gincu, meledak seperti rastusan peluru Akar-akar membasah, tapi waktu seperti kemaluan Bumi yang rapuh. Kini, aku pun mencapai Kebeningan kelabu. Dan jejak-jejak kaktus merancak Menusuk kakiku, kubiarkan setiap pesta angin Mengajariku bercakap dengan ratusan bangkai atau patung Patung batu, mengajakku setubuh di samping ambalmu Mengikhlaskan seratus pembunuhan seperti permainan marak Dari cahaya dan kepompong-kepompong embun: Tempat di mana sajak-sajak bermula dan para pejalan Menyaksikan bendera-bendera dikibarkan seperti gelombang rambutmu 1998. MANAL PRALAYA Aku tak lagi berhadapan Dengan harapan, kiranya. Menjelma Kesenyapan yang dibawa jarak Dan kematian. Serupa kerikil dan jalan Jalan raya, hatiku pun penuh pengemis Dan para pengamen Membingkai kemiskinan, menyimpan Kebencian pada mobil-mobil yang berjalan Aku pulung segenap ganja Dan bangkai-bangkai lelaki tanpa kepala Memberitahu, bagaimana Maut bergerak Mengayun-ayunkan kapak dan parang-parang juga Aku sadar jika segala peristiwa Telah menjelma hantu Dan burung-burung yang melintasi selokan Menemui bulan, juga gerhana penuh darah Berserakan. Segenap gagasan jadi berledakan Di kemaluanku, menyaksikan gedung-gedung Tumbuh dan dibakar penduduk, di matamu Menggali-gali kubur, menjilat-jilat gemuruh

Yang melumuri badai dan ratusan geludhuk Semacam retakan-retakan batu yang terlempar Ke arahmu, Neraka datang bersamaku Berputar-putar, mencumbu pelacur-pelacur tua Yang mesum. Seolah bersetubuh Menciptakan bayang-bayang kabut dari kutu-kutu Rambutmu yang harum, mengenyot puting-puting Payudaramu, memilin klentit-klentit Vaginamu yang penguk: di mana maling-maling ayam Digantung, diarak sepanjang kampungmu Sepanjang kampungku 1998. GEHENNA Aku berjalan ke arah matahari Arak-arakan rama bagai larungan sampan di atas sungai Styx yang merah. Dari puing-puing bekas Gereja, kulihat bangkai-bangkai awan Seperti lembaran-lembaran langit yang dilimpahi arwah Dan warna gerimis yang padam. Tapi selalu gagal Membaca aroma tanah, seperti letak puting Susumu yang tegak bagai pilar-pilar bara dalam kobaran api Atau pelukan sungai yang membawamu pada gerhana Ada darah, bunyi-bunyi senapan seperti ledakan Pada ambal yang payah. Dalam kegelapan Yang mengubah dunia jadi Maut dan cahaya. Jadi ceceran ingus Dari para pejalan yang kehilangan rumah dan peta-peta: O engkaukah suara, gumpal-gumpal payudara yang melukis tahun Dalam impian lazuardi dan sperma, dengan cuaca-cuaca Yang tercekik dan tertahan pada laju taufan dan ombak, seperti rasa sedih Atau bahasa-bahasa kangkung yang menjadi isyarat lain bagi perdu: Semacam anyelir atau pikiran-pikiran yang beracun Barangkali mataku terlampau cemburu pada sesuatu yang tak ada Dan lewat letupan-letupan sayap yang menghisap kupu-kupu Dan seratus kunang, seperti seratus kata sunyi yang terbakar kelamin Atau aku yang terus berjalan ke arah matahri Meski harapan hanyalah manik-manik yang menutup musim dan menjadi Sebuah kerabunan bagi hening: padang, di mana Kristus dan Judas Bertukar tangkap dalam sepi, ketika salju mencair Dan seluruh bumi terangkat, seperti bayang-bayang orang suci, sebelum engkau Tersadar dan aku menemukan jalan untuk kembali 1998-1999. SEPERTI PERCIKAN GERIMIS Seperti percikan-percikan gerimis yang berkilau pada daun Tombak-tombak musim melesatkan keperihanku

Anak-anak kunang berpendar dan melepaskan waktu Butir-butir embun menyusut di dasar jejakku Akar-akar menyerap setiap buluh kelabu Rumput-rumput memeluh di sepanjang langkahku. Tapi seperti Keheningan yang menjelma menara setelah jalan yang meliuk itu Semuanya terlihat begitu berkilau dan runtuh Seperti ingin menopang angin Aku catat semuanya dalam sajak-sajak bening Udara penuh kebisuan dan warna cuaca yang dingin Seluruh kesunyian tegak dan menjelma retakan-retakan dinding Lantas mencari aroma mayatku yang sedih Kini, segalanya telah saling berhadapan dalam senyap yang nyaring Meski patung-patung telah terbakar. Dan pada kuburan Kesepianku yang asin seribu cahaya telah diterjunkan di sana 1999. PANEMBRAMA Di antara tabir tebing kelam Dan ceruk jurang malam Kubayangkan Lekuk liuk tubuhmu yang sintal Dadamu yang gumpal Serta putik puting susumu yang terjal Bagai pilar-pilar penyangga menara Kesunyianku berdamai Dengan seluruh luka dan lidah-lidah halilintar Berdentam-dentam di penjuru mega Berjuntaian bagai jenggot-jenggot kilat Menjelma isyarat-isyarat tajam Yang membakar awan Dan seluruh gugusan cakrawala Kenangan dan harapanku menjemput Segenap ratap, juga harum aroma Nafasmu yang swarga Dan ketika bias binar bulan pucat, membentur Dinding dan sekalian tembok-tembok plaza Berusaha menginsyafi muram Tapi selalu gagal meramalkan wajah malammu yang lindap Lumut, akar dan rerumputan Menyerap tuba keterasinganku yang pekat Melesakkannya ke dalam farji bumi Yang adas, lantas mendetakkannya kembali Sebagai ribuan gempa Di mana pelir penguk langit muncrat Memuntabkan sperma, juga maki darahku yang laknat Aku ingin sekali memberinya nama Dengan seluruh hasrat Dan kesendirianku yang bejat Memeluk gerak gerah kesyahwatanmu yang giras

Membiarkan seluruh Maut bertandak Bertayub dengan kafan dan seluruh kematian Hingga mataku buta dan mayatku remuk berceceran 1999. PERTOBATAN BURUNG-BURUNG Kuikuti seribu laku Yang menjelma pertobatan burung-burung Kebisuan merupa retakan tanah Yang mengekal pada batu Kerinduan adalah bahasa lain Yang menjelma bentuk-bentuk guratan pada perdu Bayang-bayangku jatuh, melindap dan beku Tak ada cahaya Bahkan kegelapan menjelma suara-suara gaib Yang diluncurkan kabut. Keperihan Gerimis yang pemurah mengelus leherku Lalu lidahnya yang hangat mencercap jasadku Seperti orang-orang yang berciuman di balik gerumbul Kesunyian merayapi makamku O betapa kegamangan telah menjadi Begitu mengerikan serupa Gerak tanganmu. Tidurlah bersama burung-burung Sebab setelah aroma angin yang senyap itu Seribu musim telah berlalu. Seperti perahu-perahu Dengan warna malam di lingkar lehermu Kegalauan yang pemurah membunuh mayatku 1999. FRAGMENTASI 191299 Lewat keheningan yang tak Dibasuh Sorga Kuurai serobu dzikir dan kata-kata Yang tak diinginkan Tuhan. Kegelapan menjelma Guntur yang meledak di utara. Lalu Dari reruntuhan gedung-gedung dan menara Seperti tarian-tarian lelawa Tapi, kesunyian alangkah mengerikannya Kerinduan-kerinduanku tak ubahnya Patung-patung retak di taman Taman. Harapan-harapanku serupa trowongan Trowongan pengap dengan seribu pengemis Yang tertidur di dadanya Seperti persetubuhan antara musim dan derita Dengan anak-anak kunang yang melingkarinya Tapi, kesunyian alangkah mengerikannya Seperti daun-daun yang runtuh Dan dikuyupkan hujan

Aku adalah seribu tahun dalam penampakan Bening yang merindukan Isa. Dan Di antara barisan-barisan lumut yang ditumbuhi Dinding-dinding rengat, menjelma sajak Sajak lindap yang membekap dan begitu bebal Tapi, kesunyian alangkah mengerikannya Dikekalkan dari timbunan mayat Dan anyir darah Demikianlah, kuamini diriku, begitu perih Dan terlunta. Dan pada seribu ledakan taufan Menjeritkan seluruh persalinan gagak Gagak. Seperti keriuhan para perusuh atau kota Yang dibalur bara, dengan matanya yang bulat bejat Tapi, kesunyian alangkah mengerikannya 1999.

Kecewa Akan Cinta


January 31st, 2009 by anitasweet Terkadang Masa lalu menjadi sebuah kenangan Terkadang sebuah kenangan menjadi penantian Entahlah..entahlah Dalam hatiku berkecamuk rasa tak menentiu Dicintai salahmencintaipun juga salah Terkadang ingin bebas lepas terhempas Dimana tidak ada penderitaan Bebas berlari tertawa dan bernyanyi sesuka hati Tapi duniaku penuh dengan penyesalan Tetesan air mata dan misteri akan kekejaman Tempat dimana bertemu dengan orang tercinta Dia meninggalkanku dengan dendam yang terpendam Ada rahasia dibalik kehidupannya yang tak pernah kutahu

Perlahan diriku menyadari akan sebuah kemunafikan Oh,,Tuhann sungguh kecewa diriku Kecewakecewa akan cinta

Aku baru tahu


January 31st, 2009 by anitasweet Aku baru tahu Kau bagaikan awan yang berselimut tanpa arah Aku baru tahu Hatimu bagaikan sebuah pisau bisa menggores kapanpun Tegatega,,,, seseorang yang entah dimana Menusukku dari belakang hanya karena sebuah dendam Dendam yang tak pernah aku tahu Dendam yang perlahan menyakitiku Tapi aku baru tahu. Petunjuk sang pencipta membuatku bangkit Bangkit dari ketidakberdayaan Bangkit dari keputusasaan Bangkit dari kekecewaan Dan..aku baru tahu. Kalau dirimu tak lebih dari iblis Danaku baru tahudirimulah pengkhianat itu.

Senyum Di Pagi Januari


January 31st, 2009 by katjha Selamat pagi Engkau berucap padaku lirih tapi dengan senyum manis. Sejenak sepi, kemudian aku menyambut Selamat pagi dengan senyum yang sama dengan wajah yang sama

untuk berharap senyum yang tulus lagi. kemudian desah angin pagi berhembus lembut mengantarkan senyum manismu di pagi bulan januari. Besok aku harus pergi, mengunjungi kota yang jauh. Entah kapan akan kembali dan menjumpai engkau tersenyum padaku.

Dari Gelap Menuju Terang


January 31st, 2009 by bangsyad bekas tinggal pada cahaya kini kelana dalam gelap berharap bintang tunjuk muara ditengah keras tubuh meratap senjata ditangan patah sudah kuda tunggangan mati terserak ketika pendosa berburu berkah dengan hati tak jua melunak bermandi dosa bersabun taubat menantang badai sebelum kiamat cari ilmu biar tak mlarat walau ajal diambang sekarat pergi cahaya menyongsong gelap demi fajar sejuta emas lewati malam bermodal harap smoga siang tak juga panas berumah batu dalam gelap berlantai tanah berhawa rawa tak pernah sirna tawa berharap suatu hari kembali cahya!

Cinta Terhapus Hujan


January 31st, 2009 by Farhana Bila memang kau ada untukku, mengapa angin berlalu bisu?

Rinduku membelenggu hati, bebaskan aku dari hukuman mati ini! Sayap-sayap jiwaku mengelana bebas, haturkan tanya pada setiap risau; kemana kau cinta? Bila memang kau ada untukku, mengapa hati teriris perih? Penjaga takdir diam di sudut hari, tak membuka mata meski bintang terus mengiba. Mimpiku tercabik nyata, tak lagi berdaya hadirkan wajahmu. Cintaku terhapus hujan, tinggalkan biru pada langit yang bergetar.

CINTAMU CINTA SEJATIKU


Ditulis pada Mei 5, 2008 oleh ized TERNYATA.. KAMU YANG KUTUNGGU TAK PERNAH KUSANGKA KMU MENARIK HATIKU KELEMBUTAN MU MEMBAWAKU KEHATIMU HINGGA AKUPUN JATUH CINTA PADAMU INDAH CINTAMU TEBARKAN PENGERTIAN TENTANG CINTA SEJATI BERJANJILAH UNTUK SELALU MENCINTAIKU MASIH DARI AVIN NEH!!!HEHEHE.buatnya tya semoga senang ya!!!!!!!maaf klo ada bag yang di edit!!1

ISI HATI
Ditulis pada Mei 5, 2008 oleh ized TAK PERNAH KU BERANJAK KE LAIN HATI SELALU KAMU DI HATIKU TRUS KUJAGA HADIR DIRIMU DI SETIAP SUDUT HATIKU DARI SEMUA YANG AD DI HADAPANKU.. HANYA KAMU YANG SLALU KUTATAP KARENA KAMU KEKASIH HATIKU KEKASIH TERINDAH DI HIDUPKU DAN KAMU YANG PALING TERBAIK UNTUK KU..!!!!!

puisi ini dibikin oleh Avin Mutia Kemala(TYA),ada beberapa kata yg di edit!!jadi mohon maaf ma tya nya!!! thanks atas puisinya ya????

ANUGRAH CINTA
Ditulis pada April 16, 2008 oleh ized TERKADANG HIDUP INI TERASA MENYAKITKAN MASALAHPUN. JADI SAHABAT MENGARUNGI WAKTU JENUH.AKAN KEHIDUPAN.. SERING KALI TERUCAP MENGAKHIRI HIDUPPUN SEAKAN JADI PILIHAN TERAKHIR TETAPI.. RAGA INI AKAN TETAP BERTAHAN MENANTI SEBUAH KEAJAIBAN KEAJAIBAN DI JAGAT RAYA YACHMEMANG CINTA ADALAH SUATU ANUGRAH DIA MAMPU BUATKU BERTAHAN DAN AKUPUN HARUS BERTAHAN. TERIMAKASIH CINTA

KASIH TERINDAH
Ditulis pada April 8, 2008 oleh ized KELEMBUTAN HATIMU MENEPIS SEGALA DUKA TAKJUB. TAK HENTI HENTINYA TERUCAP KASIH YANG TULUS DARIMU PENOPANG RONGGA HIDUPKU KEKAGUMAN AKAN DIRIMU MEMBUATKU TERLENA BERJUTA HARAPAN MENGGENANGI KERINGNYA HATI HARAPKUPUN KUJELMA DALAM KATA JADIKANMU KEKASIH TERINDAH

menatap hari esok


Ditulis pada April 8, 2008 oleh ized

menatap hari esok senyuman sang fajar menyeruak di keheningan pagi seakan menghapus kisah suramku bulir embunpun berjatuhan dari kelopak mawar nan anggun basahi jiwa-jiwa yang kering mengalir lembut di relung hati dan kini.. akupun dapat tersenyum kupetik makna di kisah lalu tuk hari esok nan cerah

maafkan aku..
Ditulis pada Maret 30, 2008 oleh ized Malam yang dulu tenang Kini begitu mencekam Hembusan si angin malam tak lagi menyejukkan Dari kejauhan. Kudengar isak tangisnya tangisan yang menyayat hati.. Tangisan gadis yang kulukai Akupun terdiam air mata inipun ikut mengalir Kesedihan yang hinggap didirinya akibat kebodohanku.. Udara malampun tak lagi bersahabat Tiap hembusanya Bak ribuan pedang kematian Yang slalu siap membunuhku Luka yg kugoreskan dihatinya Selalu menghantuiku Sesalkupun takkan pernah berakhir Satu kata maafpun takkan pernah kudapatkan Tetapi.. Diriku slalu berharap.. Kata maaf. Akan [...]

Kasih Dan Sayangnya


Ditulis pada Maret 30, 2008 oleh ized Sesaat. diri ini terhentak Rasa yang dulu hilang hadir dengan sendirinya

Diri inipun tarhanyut hati yang telah membatu tak ubahnya batu karang samudra luluh dengan sendirinya Aura yang terpancar darinya membawa cahaya kehidupan senyuman dan kasih sayangnya menyejukkan relung hati ini setiap kelembutanya kasih dan sayangnya kan slalu ada.. dan hati inipun kan slalu merona

tak harus miliki bagus jika aku tak boleh memilihnya kenapa kau biarkan ku kecup kedua pipimu jika aku tak boleh milikinya kenapa kau biarkan aku tuk pegang kedua tangannya jika aku tak boleh mencintainya kenapa dia menangis di pundakku tuh menumpahkan semua air matanya jika aku tak boleh menyayanginya kenapa tangan yg kasar ini mengusap kedua air mata yg jatuh di pipi jika aku harus membencimu apa aku mampu,..???

Anda mungkin juga menyukai