Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS STRUKTUR PUISI SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA

Karya W.S. Rendra


MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Puisi


Dosen Pengampu
Dra. Sunarti Mustamar, M.Hum

Disusun oleh :
Nama : Ayu Sovia
NIM : 220110201052

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDYA
UNIVERSITAS JEMBER
2022

1
PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul analisis puisi Sajak Pertemuan Mahasiswa karya W.S.
Rendra dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Puisi Indonesia . Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang struktur yang ada dalam puisi bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Sunarti Mustamar, M.Hum. selaku dosen
pengampu mata kuliah Pengantar Puisi Indonesia. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 2 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

PRAKATA..............................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 LANDSAN TEORI..........................................................................................................................1
1.1.1 PENGERTIAN ANALISIS PUISI.............................................................................................1
1.1.2 STRUKTUR PUISI....................................................................................................................1
1.1.2.1 STRUKTUR FISIK....................................................................................................................1
1.1.2.2 STRUKTUR BATIN..................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................4
2.1 ANALISIS PUISI SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA (W.S. RENDRA, 1977).....................4
2.1.1 ANALISIS STRUKTUR FISIK....................................................................................................4
2.1.2 ANALISIS STRUKTUR BATIN.................................................................................................6

BAB III PENUTUP................................................................................................................................8


3.1 KESIMPULAN................................................................................................................................8
3.2 SARAN............................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................9
LAMPIRAN.........................................................................................................................................10

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LANDASAN TEORI
1.1.1 PENGERTIAN ANALISIS PUISI
Secara etimologis, puisi berasal dari kata poites (bahasa Yunani), yang artinya membangun,
pembuat, atau pembentuk. Sementara itu, dalam bahasa latin istilah ini muncul dari kata poeta, yang
bermakna membangun, menimbulkan, menyebabkan,  dan menyair. Waluyo (2002 : 1),
mengungkapkan bahwa puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan
diberi rima dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra,
rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi juga diartikan sebagai gubahan dalam bahasa yang
bentuknya dipilih dan ditata secara cermat.

Istilah analisis biasanya digunakan saat akan melakukan penyelidikan ataupun menelaah suatu
karangan, penelitian, penjelasan, ataupun suatu peristiwa yang terjadi. Analisis adalah usaha yang
dilakukan dengan metode tertentu untuk mengamati sesuatu secara detail. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya. Analisis sangat dibutuhkan untuk menganalisa dan
mengamati sesuatu yang tentunya bertujuan untuk mendapatkan hasil akhir dari pengamatan yang
sudah dilakukan. Analisis dari kata analisa adalah kegiatan membaca teks, dengan menempatkan
tanda-tanda dalam interaksi yang dinamis dan pesan yang disampaikan. Robert J. Schreiter (1991)

Menganalisis puisi pada intinya adalah proses menggunakan sejumlah alat untuk menyelidiki setiap
aspek puisi: bentuk, struktur, isi, sejarah, makna, dll. Dengan tujuan memahami dan mengapresiasi
karya yang bersangkutan.

1.1.2 STRUKTUR PUISI


1.1.2.1 STRUKTUR FISIK
a. Diksi
Diksi merupakan pilihan kata-kata yang digunakan dalam puisi yang merupakan hasil pemilihan
secara cermat. Kata-katanya merupakan hasil pertimbangan baik itu makna, susunan bunyinya,
maupun hubungan kata itu dengan kata-kata lain dalam baris dan baitnya.

1
b. Imaji atau Citraan
Imaji atau pengimajinasian dalam puisi merupakankata atau susunan kata yang dapat menimbulkan
khayalan atau imajinasi. Melalu imaji,pembaca seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu
yang diungkapkan penyair. Dengan kata lain, imaji merupakan citraan yang terdapat dalam puisi.

c. Kata Konkret
Pengertian kata konkret adalah kata-kata yang memiliki makna atau acuan yang bisa dirasakan,
didengar, dilihat, atau dicium oleh para indera. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI,
kata konkret adalah nyata, benar-benar ada, berwujud, dapat dilihat, diraba, dan sebagainya. Menurut
Waluyo (1991), kata konkret adalah kata-kata yang dapat menyaran arti yang menyeluruh.

d. Bahasa Figuratif
Menurut Abrams (1981, hlm. 63) bahasa figuratif adalah penyimpangan penggunaan bahasa oleh
penutur dari pemahaman bahasa yang dipakai sehari-hari, penyimpangan dari bahasa standar, atau
penyimpangan makna kata, suatu penyimpangan rangkaian kata supaya memperoleh beberapa arti
khusus. Bahasa Figuratif Menurut Waluyo (1991:83) bahasa figuratif atau bahasa kias adalah bahasa
yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa yakni secara tidak
langsung mengungkapkan makna. Bahasa kias pada dasarnya digunakan oleh sastrawan untuk
memperoleh dan menciptakan citraan.

e. Versifikasi
Verifikasi (rima, ritma, dan metrum). Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk
musikalitas atau orkestra. Waluyo (1991:90) menyatakan rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi
untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu
jika dibaca. Untuk mengulang bunyi ini penyair juga memikirkan lambang bunyi. Dengan demikian
pemilihan bunyi dapat mendukung perasaan dan suasana puisi. Ritma sangat erat hubungannya
dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Ritma dapat didefinisikan sebagai pengulangan
kata, frase atau kalimat dalam bait-bait puisi, itu merupakan definisi dari Waluyo (dalam Kosasih,
2012: 104). Sependapat dengan Waluyo, Samosir (2013: 24) mengatakan bahwa rima di dalam puisi
mengandung persamaan baik awal, tengah maupun akhir baris puisi. Metrum merupakan
pengulangan kata yang tetap.  Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap
dan menurut pola tertentu (Pradopo, 2010: 40).

2
f. Tata Wajah
Tata wajah (tipografi) merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.
Larik-larik puisi berbentuk bait-bait. Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir ditepi kanan
seperti pada bentuk prosa. Tata wajah atau tipografi berkaitan erat dengan bentuk yang khas sebuah
puisi.

1.1.2.2 STRUKTUR BATIN


Unsur batin adalah hal-hal yang tidak tampak atau tak kasat mata, namun secara tidak langsung
kehadirannya dapat dirasakan. Unsur batin puisi meliputi: tema (sense), perasaan (feeling), nada atau
sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention) (Waluyo, 1987, hlm. 106).

a. Tema
Tema adalah gagasan pokok yang ingin dibawakan oleh penyair dalam puisinya, berfungsi sebagai
landasan utama penyair dalam pengembangan puisinya. Misalnya tema yang diangkat adalah cinta,
maka keseluruhan pembentuk puisinya akan dilandaskan berdasarkan sesuatu yang berhubungan
dengan cinta.

b. Perasaan (Ekspresi)
Puisi dapat mewakili ekspresi dan berbagai perasaan penulisnya. Ekspresi itu dapat berupa rasa
syukur, kerinduan, kegelisahan, atau pernyataan kasih sayangnya terhadap seseorang, hingga
kekaguman terhadap keindahan alam.

c. Nada dan Suasana


Nada adalah sikap tertentu yang dibuat oleh penyair terhadap pembaca: apakah puisi bersifat
menasehati, menyindir, atau hanya memberikan suatu gagasan dan cerita tertentu. Sementara suasana
adalah akibat yang ditimbulkan dari sikap, ekspresi dan unsur lain dari puisi terhadap pembacanya.

d. Amanat
Merupakan makna berupa pesan atau gagasan keseluruhan yang dapat disimpulkan atau ingin
disampaikan oleh Penulisnya. Apakah Penyair mengajak kita untuk berbuat suatu kebaikan,
menanggapi suatu isyu sosial, menjadi lebih kritis terhadap suatu masalah, dsb.

3
BAB II
ANALISIS
2.1 ANALISIS STRUKTUR PUISI SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA (W.S. RENDRA, 1977)
2.1.1 ANALISIS STRUKTUR FISIK
a. Diksi
Diksi yang digunakan dalam puisi ini tidak terlalu sulit karena banyak menggunakan kata – kata
dalam kehidupan sehari hari. Meskipun begitu tidak mengurangi nilai keindahan pada puisi tersebut.
Misalnya pada larik berikut.

Sebentar lagi matahari akan tenggelam.


Malam akan tiba.

Jelas dari kedua larik tersebut menggunakan kata – kata dalam kehidupan sehari – hari, misalnya :
sebentar lagi, berbunyi, dan tenggelam yang mudah untuk difahami.
Meskipun masih ada diksi yang sukar difahami artinya, misal pada larik berikut.

Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga

Pada larik tersebut ada kata berlaga yang berarti bertanding, maksut dalam puisi adalah bertanding
dalam berbuat kebaikan hanya untuk membangun citra yang baik.

b. Imaji atau Citraan


Citraan dalam puisi mencangkup 3 pengimajian/ citraan yaitu penglihatan, pendengaran, dan
penciuman. Itu dapat ditemukan pada larik berikut.

Matahari terbit pagi ini


Mencium bau kencing orok di kaki langit
Melihat kaki coklat menjalar ke lautan
Dan mendengar dengung lebah di dalam hutan,

Kata – kata yang menggambarkan pengimajian adalah mencium, melihat, dan mendengar.

4
c. Kata Konkret
Kata konkret dalam puisi ini hanya sedikit, karena sebagian kata – katanya menggunkan bahasa
yang umum digunakan. Kata konkret itu terdapat pada kalimat “Pertanyaan-pertanyaan kita
menjadi hutan” maksutnya pertanyaan – pertanyaan yang meninggalkan tanda tanya besar
karena belum menemukan jawaban.

d. Bahasa Figuratif
Bahasa yang digunakan dalam puisi ini banyak menggunakan bahasa kiasan atau penyampaian
secara tidak langsung. Misalnya pada larik :

Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan.

Maksud dari larik diatas adalah pertanyaan – pertanyaan yang sangking banyaknya dan tidak
terjawab dan hanya di diamkan saja sehingga menjadi seperti hutan yang penuh dengan tanda tanya.

e. Versifikasi
Jika memperhatikan puisi ini dengan sekilas, memang rima yang digunakan merupakan rima
bebas. Tetapi meskipun demikian tidak mengurangi nilai keindahan yang terdapat dalam puisi
ini. Untuk penggunaan ritma dapt dilihat dalam penggalan larik berikut.

Ada yang duduk, ada yang diduduki.


Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.

Penggulangan kata atau ritma dalam penggalan diatas merupakan bentuk penyampaian pesan
yang tersirat pada puisi ini dan juga sebagai penegas maksud puisi.

f. Tata Wajah
Penggunaan tata wajah pada puisi sajak pertemuan mahasiswa ini adalah pengulangan larik,
tetapi pengulangan larik ini di tujukan pada larik sebelumnya. Misalnya pada bait berikut.

Kita bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.

5
Orang berkata “ Kami ada maksud baik “
Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?”
Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina
Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.
Dan kita di sini bertanya :
“Maksud baik saudara untuk siapa ?
Saudara berdiri di pihak yang mana ?”
2.1.2 ANALISIS STRUKTUR BATIN
a. Tema
Tema pada puisi ini mengajak kita sebagai pendengar, terutama mahasiswa, diajak untuk
memahami dan fokus melalui istilah untuk kembali bertanya pada diri sendiri. Mahasiswa dalam
keberjalanannya memiliki tugas, wewenang, maupun orientasi yang mereka bangun di bangku
kuliah. Namun, keadaan tersebut mahasiswa dituntut untuk mengoreksi lebih tepatnya keadaan
riil yang dihadapi mahasiswa. Mahasiswa diajak untuk merenung maksud baik yang ditawarkan
pemerintah, apakah benar-benar untuk kesejahteraan rakyat atau ke pemerintah itu sendiri

b. Perasaan
Puisi tersebut setidaknya memunculkan sebuah ikatan emosional yang membuat keterpukauan
dari pendengar sendiri. Tentu, tak mungkin kalau W.S. Rendra tidak memiliki maksud dalam
menyajikan satu syair yang lumayan panjang ini. 

c. Nada dan Suasana


Nada yang yang digunakan pada puisi ini adalah lantang, bertanya, dan lirih. Dengan suasana
yang menegangkan dan penuh emosional. Seperti pada bait berikut.

Kenapa maksud baik dilakukan


tetapi makin banyak petani yang kehilangan tanahnya.
Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota.
Perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja.
Alat-alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya.

6
Tentu kita bertanya :
“Lantas maksud baik saudara untuk siapa ?”

d. Amanat
Mahasiswa merupakan segolongan kaum intelektual yang dituntut untuk selalu berpikir,
berproses, bergerak, dan melahirkan sebuah perubahan. Perubahan tersebut merupakan
perubahan untuk diri pribadi agar senantiasa menjadi insan yang religius, dinamis, dan kritis
serta perubahan terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Pada sebuah karya sastra pasti mempunyai struktur penyusunnya. Salah satunya adalah karya
sastra puisi. Puisi merupakan karya sastra yang disusun dengan dua unsur atau struktur.

1. Struktur Fisik
a. diksi
b. imaji atau citraan
c. kata konkret
d. bahasa figuratif
e. versifikasi
 Rima
 Ritma
 metrum
f. tata wajah

2. Struktur Batin
a. tema
b. perasaan
c. nada dan suasana
d. amanat

Struktur puisi diatas dapat digunakan untuk membedah isi atau menganalisis sebuah puisi
sehingga kita tahu apa saja yang menyusun sebuah puisi tersebut.

3.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan untuk analisis puisi ini adalah lebih banyak mencari
sumber informasi dari berbagai media, baik itu media cetak maupun media elektronik. Hal ini
karena, menganalisis puisi merupakan hal yang cukup rumit dalam menentukan struktur fisik
maupun batinnya. Semoga dengan adanya analisis puisiyang penulis buat dapat bermanfaat bagi
para pembacanya

8
DAFTAR PUSTAKA
Waluya, Herman J. 1991. Teori dan Apresiasi Sastra. Jakarta: Erlangga.
Waluya, Herman J. 2002. Apresiasi Puisi. Gramedia Pustaka Utama
Waluya, Herman J. 1987 Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga
Pradopo, Rachmat Djoko 2010. Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural dan
Semiotik. Universitas Gadjah Mada

9
LAMPIRAN
Matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit,
melihat kali coklat menjalar ke lautan,
dan mendengar dengung lebah di dalam hutan.
Lalu kini ia dua penggalah tingginya.
Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini
memeriksa keadaan.
Kita bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.
Orang berkata “ Kami ada maksud baik “
Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?”
Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina
Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.
Dan kita di sini bertanya :
“Maksud baik saudara untuk siapa ?
Saudara berdiri di pihak yang mana ?”
Kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani yang kehilangan tanahnya.
Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota.
Perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja.
Alat-alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya.
Tentu kita bertanya :
“Lantas maksud baik saudara untuk siapa ?”
Sekarang matahari, semakin tinggi.
Lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala.
Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
Kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini

10
akan menjadi alat pembebasan,
ataukah alat penindasan ?
Sebentar lagi matahari akan tenggelam.
Malam akan tiba.
Cicak-cicak berbunyi di tembok.
Dan rembulan akan berlayar.
Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda.
Akan hidup di dalam bermimpi.
Akan tumbuh di kebon belakang.
Dan esok hari
matahari akan terbit kembali.
Sementara hari baru menjelma.
Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan.
Atau masuk ke sungai
menjadi ombak di samodra.
Di bawah matahari ini kita bertanya :
Ada yang menangis, ada yang mendera.
Ada yang habis, ada yang mengikis.
Dan maksud baik kita
berdiri di pihak yang mana !
Jakarta 1 Desember 1977 
Potret Pembangunan dalam Puisi
Sajak ini dipersembahkan kepada para mahasiswa Universitas Indonesia di Jakarta, dan dibacakan
di dalam salah satu adegan film “Yang Muda Yang Bercinta”, yang disutradarai oleh Sumandjaja.

11

Anda mungkin juga menyukai