Kelas : B
Nim : 2001010053
TUGAS 1
Topic : Hakikat Dan Fungsi Sastra
1. Pengertian Sastra
Jawab:
Menurut buku prinsip-prinsip kritik sastra,pengarang:prof.Dr.Rachmat Djoko
Pradopo teori sastra adalah bidang studi sastra yang berhubungan dengan teori-teori
kesusastraan.
Menurut Teeuw dari buku intisari sastra Indonesia,pengarang: ani andriyani
kesusastraan berasal dari bahasa sansekerta,yaitu susastra. Su memiliki arti’baik atau
bagus’,sedangkan sastra memiliki arti’buku,tulisan,huruf,atau teks yang mengandung
pedoman atau intruksi.dengan demikian kesustraan merupakan himpunan buku-buku yang
mempunyai bahasa-bahasa yang indah serta isi yang mengandung pedoman untuk
mengerjakan hal-hal baik. Sementra itu,menurut sumardjo dan saini,sastra adalah ungkapan
pribadi manusia yang berupa pengalaman,pemikiran ,perasaan,ide,semangat keyakinan
dalam sebuah bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.
Sastra adalah ungkapan ekspresi manusia berupa karya tulisan atau lisan berdasarkan
pemikiran, pendapat, pengalaman, hingga ke perasaan dalam bentuk yang imajinatif,
cerminan kenyataan atau data asli yang dibalut dalam kemasan estetis melalui media bahasa.
Pengertian di atas diperkuat oleh Sumardjo & Saini (1997: 3) yang berpendapat bahwa
Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide,
semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona
dengan alat bahasa.(sumber internet)
4. Persoalan Seputar Defenisi Sastra Atau Mengapa Defenisi Sastra Selalu Ditentang Dan
Tidak Berlaku Universal.
Jawab:
Ada bermacam-macam definisi tentang kesusastraan. Namun demikian, diskusi
tentang hakikat sastra sampai sekarang masih hangat. Hal itu karena banyak definisi yang
tidak memuaskan. Definisi-definisi yang pernah ada kurang memuaskan karena :
a. Pada dasarnya sastra bukanlah ilmu, sastra adalah cabang seni. Seni sangat ditentukan
oleh faktor manusia dan penafsiran, khususnya masalah perasaan, semangat, kepercayaan.
Dengan demikian, sulit sekali dibuat batasan atau definisi sastra di mana definisi tersebut
dihasilkan dari metode ilmiah.
b. Orang ingin mendefinisikan terlalu banyak sekaligus. Seperti diketahui, karya sastra
selalu melekat dengan situasi dan waktu penciptaannya. Karya sastra tahun 1920-an tentu
berbeda dengan karya sastra tahun 1966. Kadang-kadang definisi kesusastraan ingin
mencakup seluruhnya, sehingga mungkin tepat untuk satu kurun waktu tertentu tetapi
ternyata kurang tepat untuk yang lain.
c. Orang ingin mencari definisi ontologis tentang sastra (ingin mengungkap hakikat sastra).
Karya sastra pada dasarnya merupakan hasil kreativitas manusia. Kreativitas merupakan
sesuatu yang sangat unik dan individual. Oleh sebab itu sangat tidak memungkinkan jika
orang mau mengungkap hakikat sastra.
d. Orientasinya terlalu kebarat-baratan. Ketika orang mencoba mendefinisikan kesusastraan,
orang cenderung mengambil referensi dari karya-karya barat. Padahal belum tentu telaah
yang dilakukan untuk karya sastra Barat sesuai untuk diterapkan pada karya sastra
Indonesia.
Biasanya terjadi percampuran antara mendefinisikan sastra dan menilai bermutu
tidaknya suatu karya sastra. Definisi mensyaratkan sesuatu rumusan yang universal, berlaku
umum, sementara penilaian hanya berlaku untuk karya-karya tertentu yang diketahui oleh
pembuat definisi.
Beberapa definisi yang pernah diungkapkan orang :
a. Sastra adalah seni berbahasa.
b. Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam.
c. Sastra adalah ekspresi pikiran (pandangan, ide, perasaan, pemikiran) dalam bahasa.
d. Sastra adalah inspirasi kehidupan yanag dimateraikan dalam sebuah bentuk keindahan.
e. Sastra adalah buku-buku yang memuat perasaan kemanusiaan yang mendalam dan
kebenaran moral dengan sentuhan kesucian, keluasan pandangan, dan bentuk yang
mempesona.
f. Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan,
ide, semangat, keyakainan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan
pesona dengan alat bahasa.
6. Fungsi Sastra
Jawab:
Sastra memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan masyarakat. Selain menghibur,
memperluas wawasan juga untuk menajamkan nurani, berempati kepada orang lain dan
sebagainya.
Adapun fungsi sastra dalam kehidupan adalah.
1. Fungsi Reaktif
Fungsi reaktif berarti sastra itu dapat menghibur bagi pembaca dan penikmatnya. Misalnya
kisah-kisah lucu dalam sebuah novel membuat pembaca terhibur. Atau kisah inspiratif
dalam sebuah karya sastra membuat pembaca lebih berempati.
2. Fungsi Didaktif
Sastra juga bersifat mendidik atau mengedukasi pembaca.Karena di dalam karya sastra
terdapat berbagai unsur dan nilai yang bisa kita petik juga sesuai dalam kehidupan sehari-
hari.
3. Fungsi Estetis
Sastra adalah tulisan indah. Sehingga, bisa dikatakan bahwa sastra memiliki nilai estetika
yang mana dapat dinikmati oleh penikmat dan pembaca.
7. Manfaat sastra
Jawab:
Karya-karya sastra yang ditulis dapat memberikan efek kepada pembacanya. Bahkan
sastra bisa mengubah kebiasaan suatu kaum.selain itu,sastra adalah cermin kehidupan karena
karya sastra dibuat sebagai imitasi kehidupan yang sebenarnya. Sehingga pembaca dapat
memperoleh manfaat atau hikmah dari suatu kisah,selain itu dengan mendalami sastra,para
pembaca dapat menajamkan nurani dan rasa kemanusiaan lewat kisah yang dibacanya sebab
ada banyak sekali penulis yang menyelipkan pesan-pesan moral di dalam karya sastra.
TUGAS 2
TOPIK: Teori dan Pendekatan dalam Kajian Sastra
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi dan dalil yang saling
berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena
dengan menentukan hubungan antarvariabel, dengan maksud menjelaskan fenomena
alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran
teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa
variabel-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan. Dalam ilmu
pengetahuan, teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang
menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan,
dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan suatu
hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia membangun teori untuk
menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu (misalnya, benda-benda
mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah laku hewan). Sering kali, teori dipandang
sebagai suatu model atas kenyataan (misalnya: apabila kucing mengeong berarti minta
makan). Sebuah teori membentuk generalisasi atas banyak pengamatan dan terdiri atas
kumpulan ide yang koheren dan saling berkaitan.
4. Sosiologi Sastra
Karena karya sastra dianggap sebagai cerminan dari kehidupan sosial masyarakatnya,
maka karya sasta bersifat unik. Karena imajinasi pengarang karya sastra dipadukan
dengan kehidupan sosiak yang kompleks. Sosiologi sastra merupakan teori sastra yang
menganalisis sebuah karya sastra didasarkan pada segi-segi kemasyarakatan. Karya sastra
juga dianggap sebagai ekspresi pengarang. Disebabkan oleh tindakan manusia yang tidak
dapat lepas dari interaksi sosial dan komunikasi serta kepribadian manusia dipengaruhi
oleh sistem budaya, maka struktur sosial pengarang dapat mempengaruhi bentuk karya
sastra itu sendiri.
5. Kritik Sastra Feminis
Dalam arti leksikal, feminisme merupakan gerakan wanita yang menuntut persamaan hak
sepenuhnya antara perempuan dan laki-laki namun bukan merupakan gerakan
pemberontakan terhadap kaum laki-laki melainkan hanya menuntut gerakan peningkatan
terhadap harkat dan martabat wanita.
Jadi dalam kritik sastra feminis, para kritikus sastra menginginkan suatu hak yang sama
dalam mengungkapkan makna baru dalam karya sastra, serta menentukan ciri relevan
yang ada dalam karya sastra sebab kritikus tersebut menggunakan cara dan pandangan
baru dalam pengkajiannya.Kritikus sastra dapat mengkaji karya sastra melalui tiga tahap,
yakni tahap pertama peneliti mengidentifikasi tokoh perempuan dalam karya sastra dan
keududukannya dalam masyarakat, kemudian peneliti mencari tahu tujuan hidup tokoh
perempuan yang igambarkan penulis, dan yang terakhir mengamati sikap penulis dalam
menulis karya sastra.
6. Resepsi Sastra
Resepsi sastra adalah kualitas keindahan yang timbul sebagai akibat hubungan antara
karya sastra dengan pembaca. Jika peneliti menggunakan resepsi sastra dalam
penelitiannya, maka harus ditentukan terlebih dahulu maksud pengarang yang
sebenarnya, barulah mencari tahu reaksi dari pembaca setelah membaca karya sastra.
7. Teori Marxis
Teori Marxis memberikan penekanan terhadap kehidupan manusia yang mana didalam
kehidupan manusia itu sendiri ditentukan oleh sistem sosial dan ekonomi. Marxis
memandang bahwa sejarah, budaya dan ekonomi saling berkaitan dalam memahami
kelompok masyarakat. Sebab Marxisme sendiri merupakan faham yang percaya bahwa
penentu dari suatu kehidupan adalah sosio ekonomi.
8. Sastra Poskolonial
Merupakan kesusastraan yang membawa pandangan subversif terhadap penjajah dan
penjajahan (Aziz, 2003: 200).
2. Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra memfokuskan
perhatiannya pada sastrawan selaku pencipta karya sastra. Pendekatan ini memandang
karya sastra sebagai ekspresi sastrawan, sebagai curahan perasaan atau luapan perasaan
dan pikiran sastrawan, atau sebagai produk imajinasi sastrawan yang bekerja dengan
persepsi-persepsi, pikiran atau perasaanya. Kerena itu, untuk menerapkan pendekatan ini
dalam kajian sastra, dibutuhkan sejumlah data yang berhubungan dengan diri sastrawan,
seperti kapan dan di mana dia dilahirkan, pendidikan sastrawan, agama, latar belakang
sosial budayannya, juga pandanga kelompok sosialnya.
3. Pendekatan Pragmatik
Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana
untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini tujuan tersebut
dapat berupa tujuan politik, pendidikan, moral, agama, maupun tujuan yang lain. Dalam
praktiknya pendekatan ini cenderung menilai karya sastra menurut keberhasilannya
dalam mencapai tujuan tertentu bagi pembacannya (Pradopo, 1994). Dalam praktiknya,
pendekatan ini mengkaji dan memahami karya sastra berdasarkan fungsinya untuk
memberikan pendidikan (ajaran) moral, agama, maupun fungsi sosial lainnya. Semakin
banyaknya nilai-nilai tersebut terkandung dalam karya sastra makan semakin tinggi nilai
karya sastra tersebut bagi pembacannya.
4. Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memfokuskan perhatian kepada karya sastra
itu sendiri. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai struktur yang otonom dan
bebas dari hubungannya dengan realitas, pengarangm maupun pembaca. Pendekatan ini
juga disebut oleh Welek & Waren (1990) sebagai pendekatan intrinsik karena kajian
difokuskan pada unsur intrinsik karya sastra yang dipandang memiliki kebulatan,
koherensi, dan kebenaran sendiri.
5. Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural ini memandang dan memahami karya sastra dari segi struktur
karya sastra itu sendiri. Karya sastra dipandang sebagai sesuatu yang otonom, berdiri
sendiri, bebas dari pengarang, realitas maupun pembaca (Teeuw, 1984). Dalam
penerapannya pendekatan ini memahami karya sastra secara
close reading atau mengkaji tanpa melihat pengarang dan hubunga dengan realitasnya.
Analisis terfokus pada unsur intrinsik karya sastrra. Dalam hal ini setiap unsur dianalisis
dalam hubungannya dengan unsur yang lain.
6. Pendekatan Semiotik
Sesuai dengan pengertian semiotik, pendekatan semiotik ialah pendekatan yang
memandang karya sastra sebagai sitem tanda. Sebagai ilmu tanda, semiotik secara
sitematik mempelajari tanda-tanda dan lambang-lambang, sistem lambang dan proses
perlambangannya (Luxemburg, 1984).
1. Pengertian Formalisme
Jawab:
Secara Etimologis formalisme berasal dari kata forma (latin), yang berarti bentuk atau
wujud. Dalam ilmu sastra, formalisme adalah teori yang digunakana untuk menganalisa karya
sastra yang mengutamakan bentuk dari karya sastra yang meliputi tehnik pengucapan –meliputi
ritma, rima, aquistik/bunyi, aliterasi, asonansi dsb, kata-kata formal (formal words) dan bukan isi
serta terbebas dari unsur luar seperti sejarah, biografi, konteks budaya dsb sehingga sastra dapat
berdiri sendiri (otonom) sebagai sebuah ilmu dan terbebas dari pengaruh ilmu lainnya. Teori
formalis ini bertujuan untuk mengetahui keterpaduan unsur yang terdapat dalam karya sastra
tersebut sehingga dapat menjalin keutuhan bentuk dan isi dengan cara meneliti unsur-unsur
kesastraan, puitika, asosiasi, oposisi, dsb. Formalisme adalah reaksi terhadap pendekatan sastra
yang bersifat positivistik yang merupakan sebuah pendekatan yang didasari oleh filsafat
positivisme, yakni suatu faham yang menganggap bahwa segala ilmu pengetahuan harus
berasaskan fakta yang dapat diamati. Ilmu pengetahuan yang tidak didasarkan pada keterangan
pancaindra, menurut faham tersebut, ditolak karena dianggap sebagai spekulasi kosong.
Pemikiran positivisme memiliki pengaruh kuat pada pemikiran pada umumnya terutama para
ahli sastra.
1. analisis puisi, dalam analisis ini tahapan yang dilakukan adalah pembacaan secara saksama,
pencarian frasa atau kalimat yang berbeda frasa atau kalimat sehari–hari, dan memberikan
tafsir terhadap frasa atau kalimat yang unik tersebut, dan
2. analisis prosa, dalam analisis ini tahapan yang dilakukan adalah identifikasi fabula,
identifikasi sujet, identifikasi motif, pengelompokan motif–motif, dan pembuatan peta motif
yang membentuk karya menjadi satu kesatuan.
Shklovsky lahir di St. Petersburg (24 Januari 1893 – 6 Desember 1984), Rusia.
Shklovsky mengemukakan bahwa sifat kesusastraan muncul sebagai akibat dan pengubahan
bahan yang semula bersifat netral. Para pengarang menyulap teks-teks dengan efek
mengasingkan dan melepaskannya dari otomatisasi. Proses penyulapan oleh pengarang ini
disebut defamiliarisasi, Shklovsky mengatakan “Defamiliarization is found almost
everywhere form is found” yakni membuat teks menjadi aneh dan asing, dengan gaya
bahasa yang menonjol serta menyimpang dari biasanya. Proses defamiliarisasi mengubah
pandangan kita terhadap dunia, Dengan teknik penyikapan secara rahasia, pembaca dapat
meneliti dan memahami sarana-sarana (bahasa) yang digunakan pengarang.
Teknik yang dimaksud misalnya menunda, menyisipi, memperlambat, memperpanjang, atau
mengulur-ulur kisah sehingga menarik perhatian sebab tidak dapat menanggapi secara
otomatis.
2. Boris Eichenbaum
Boris Mikhailovich Eikhenbaum, atau Eichenbaum (Rusia: Борис Михайлович
Эйхенбаум; 16 Oktober 1886 - November 2, 1959) adalah seorang sarjana sastra Rusia dan
Soviet, dan sejarawan sastra Rusia. Dia adalah wakil dari formalisme Rusia.
Eichenbaum memberi penegasan, kaum formalis dipersatukan oleh adanya gagasan untuk
membebaskan diksi puitik dari kekangan intelektualisme dan moralisme yang
diperjuangakan dan menjadi obsesi kaum simbolis. Ia berusaha untuk menyanggah prinsip
estetika subjektif yang didukung para kaum-kaum simbolis (yang bersandar pada teori-
teorinya)
3. Roman Jakobson
Roman Jakobson Osipovich (Rusia: Роман Осипович Якобсон; 11 Oktober 1896-18 Juli
1982) adalah seorang ahli bahasa Rusia-Amerika dan teori sastra.
Jakobson merupakan salah satu ahli bahasa terbesar abad ke-20. Ia lahir di Rusia dan
merupakan anggota dari sekolah formalis Rusia sedini 1915. Jakobson diajarkan di
Cekoslovakia antara dua perang dunia, di mana, bersama dengan N. Trubetzkoy, ia adalah
salah satu pemimpin yang berpengaruh di lingkaran linguistics Praha (Prague Linguistic
Circle). Ketika Cekoslovakia diserbu oleh Nazi, ia terpaksa melarikan diri ke Skandinavia,
dan pergi dari sana ke Amerika Serikat pada tahun 1941. Dari 1942-1946 Jakobson
mengajar di École des Hautes Etudes Libre di New York City, di mana ia bekerja sama
dengan Claude Levi-Strauss.
4. Boris Tomashevsky
Boris Tomashevsky menyebut motif sebagai satuan alur terkecil. Secara umum, motif berarti
sebuah unsur yang penuh arti dan yang diulang-ulang di dalam satu atau sejumlah karya. Di
dalam satu karya, motif merupakan unsur arti yang paling kecil di dalam cerita. Pengertian
motif di sini memperoleh fungsi sintaksis.Ia membedakan motif terikat dengan motif bebas.
Motif terikat adalah motif yang sungguh-sungguh diperlukan oleh cerita, sedangkan motif
bebas merupakan aspek yang tidak esensial ditinjau dari sudut pandang cerita. Meskipun
demikian, motif bebas justru secara potensial merupakan
6. Keunggulan dan Kelemahan
Jawab:
Keunggulan Formalisme:
(1) Metode yang digunakan: formal (tidak merusak teks dan mereduksi) melainkan
merekonstruksi dengan cara memaksimalkan konsep fungsi, sehingga menjadi teks
sebagai suatu kesatuan yang terorganisasikan.
Kelemahan Formalisme:
(2) formalisme cenderung hanya dekat dengan puisi dan menjauhi prosa sebab kaum
formalis memfokuskan diri pada bentuk bahasa,
(3) karena formalisme memiliki kecenderungan untuk mendasarkan diri pada persepsi,
pengertian sastra menjadi kabur dan meluas, serta
(4) pengertian sastra, karena ia perseptif, tidak lagi ontologis sebab persepsi dapat
berubah dalam konteks yang berbeda.
TUGAS 4
TOPIK: Pendekatan Ekspresif dan Pendekatan Strukturalisme