Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KAJIAN PUISI

Dosen Pengampu : Erfi Firmasyah, S.Pd., MA

Disusun Oleh :
Novia Rahma (1210621018)
Rehzy Rahmawati (1210621051)
Syara Azzahra (1210621001)

Program Studi Sastra Indonesia


Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Jakarta
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pengantar Kajian Puisi ini di mata
kuliah Kajian Puisi tepat pada waktunya. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Erfi
Firmansyah, S.Pd., M.A, selaku dosen mata kuliah Kajian Puisi yang telah membimbing dan
memberikan ilmunya kepada kami. Ucapan terima kasih juga kepada pihak-pihak yang
membantu kami dalam penyusunan makalah ini hingga selesai. Makalah ini dibuat dengan
tujuan untuk mengetahui dan memahami bagian penting puisi sebagai dasar pembelajaran dan
pengantar materi di mata kuliah Kajian Puisi. Tentunya, makalah ini tidak seluruhnya
sempurna. Oleh karena itu, kami, sebagai penulis makalah ini senantiasa mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca, terutama dosen kami, bapak Erfi Firmansyah, S.Pd.,
M.A, sebagai pembelajaran kami untuk kedepannya. Kami juga berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dan pihak lain yang membaca dalam mengetahui dan memahami bagian
penting puisi sebagai dasar pembelajaran dan pengantar materi di mata kuliah Kajian Puisi.

Jakarta, 2 Februari 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 1
1.4 Manfaat ........................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
2.1 Definisi Puisi................................................................................................................... 2
2.2 Dasar – Dasar Membaca Puisi ........................................................................................ 3
2.3 Unsur Puisi ...................................................................................................................... 4
2.4 Ciri – Ciri Puisi ............................................................................................................... 5
2.5 Jenis – Jenis Puisi............................................................................................................ 6
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 8
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 8
3.2 Saran ............................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puisi adalah jenis karya sastra yang gaya bahasanya ditentukan oleh irama, rima, serta
penyusunan larik dan bait. Puisi juga merupakan komposisi bahasa yang bentuk-bentuknya
dipilih dan disusun secara cermat. Dalam membaca puisi terdapat dasar-dasar penting yang
meliputi pengolahan vokal, pengolahan musik, pengolahan jiwa, pengolahan ekspresi, gerak
dan wawasan sastra.
Seiring dengan perkembangan puisi, lahirlah jenis-jenis puisi berdasarkan periodesasinya.
Yang pada akhirnya membentuk ciri-ciri yang berbeda di tiap periodesasinya. Adanya
keberagaman ini sangat menarik untuk dikaji.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi puisi menurut para ahli?
2. Apa saja yang termasuk unsur puisi?
3. Apa ciri-ciri puisi?
4. Apa saja jenis-jenis puisi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi puisi menurut para ahli.
2. Mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam puisi.
3. Mengetahui karakteristik ataupun ciri-ciri puisi.
4. Mengetahui macam jenis puisi.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan
wawasan dan pengetahuan tentang definisi puisi, unsur yang membangun, karakteristik
maupun jenis-jenisnya. Pembuatan makalah ini diharapkan dapat menyadarkan kita semua
akan pentingnya mengetahui hal-hal tersebut.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Puisi


2.1.1 Secara Umum
• Secara etimologis
Kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati
penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat
dengan poet dan poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4)
menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau
mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta
melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat
suka kepada dewa-dewa.
• Secara Istilah
Puisi merupakan salah satu jenis karya sasta yang gaya bahasanya ditentukan oleh
irama, rima, serta penyusunan larik dan bait. Penulisan puisi dilakukan dengan
bahasa yang cermat dan pilihan kata yang tepat, sehingga meningkatkan kesadaran
orang akan pengalaman dan memberikan tanggapan khusus lewat penataan bunyi,
irama, dan pemaknaan khusus. Puisi mengandung seluruh unsur sastra di dalam
penulisannya.
• Menurut Balai Pustaka
Pengertian puisi menurut Balai Pustaka adalah gubahan bahasa yang bentuknya
dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran akan pengalaman
membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama dan makna khusus.

2.1.2 Menurut Para Ahli


• Herman J. Waluyo
Waluyo (2002:1), berkata bahwa puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang
dipadatkan, dipersingkat, dan diberi rima dengan bunyi yang padu dan pemilihan
kata-kata kias (imajinatif).
• Suroto
Puisi adalah salah satu karya sastra yang berbentuk pendek, singkat dan padat
yang dituangkan dari isi hati, pikiran dan perasaan penyair, dengan segala
kemampuan bahasa yang pekat, kreatif, imajinatif (Suroto, 2001:40).
• Pradopo
Arti puisi menurut Pradopo merupakan sebuah rekaman dan interpretasi
pengalaman manusia yang penting, diubah dalam wujud yang paling berkesan.
• Aristoteles

2
Puisi menurut Aristoteles yaitu fragmen yang ada penyair yang menggambarkan
tiga genre puisi adalah epik, komik, yang tragis dan mengembangkan aturan untuk
membedakan puisi kualitas tertinggi setiap genre, berdasarkan tujuan yang mendasari
genre.
• Samuel Taylor Coleridge
Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah
dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun
secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur
lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.
• Watt-Dunton
Watt-Dunton berpendapat bahwa puisi adalah ekpresi kongkret yang bersifat
artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama. (Watt-Dunton
dalam Situmorang, 1980).

2.2 Dasar – Dasar Membaca Puisi


Dalam pembacaan puisi terdapat dasar-dasar penting yang mencakup olah vokal, olah
musikal, olah sukma, olah mimik, olah gerak dan wawasan kesastraan. Jika dasar-dasar
tersebut telah dikuasai langkah selanjutnya akan sampai pada proses pembacaan. Saat
membaca puisi perlu memperhatikan tahap-tahap yaitu membaca dalam hati yang bertujuan
agar puisi tersebut terapresiasi secara penuh, membaca nyaring dengan memperhatikan daya
vokal, tempo, timbre, interpolasi, rima, irama dan diksi, membaca kritis dan membaca puitis.

• Gerak » Gerak dalam pembacaan puisi meliputi ekspresi dan mimik, gestur, dan
pantomimik.
• Vokal » Vokal atau suara dalam pembacaan puisi dibagi menjadi tiga yaitu
artikulasi, intonasi, tempo, power serta volume suara.
1. Artikulasi yaitu ketepatan dalam melafalkan kata-kata.
2. Intonasi adalah yaitu tinggi rendahnya suatu nada pada kalimat yang
memberikan penekanan dalam kata-kata tertentu di suatu kalimat. Dalam
sebuah puisi, ada empat jenis intonasi antara lain sebagai berikut:
❖ Tekanan dinamik yaitu tekanan pada kata-kata yang dianggap penting.
❖ Tekanan nada yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Misalnya suara
tinggi menggambarkan keriangan, marah, takjub, dan sebagainya. Suara
rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa, dan
sebagainya.
❖ Tekanan tempo yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata.
❖ Modulasi meliputi perubahan bunyi suara misalnya suara menjerit
karena marah serta suara mendesah karena lelah. Ketepatan intonasi
atau irama ini bergantung kepada ketepatan penafsiran atas puisi yang
dibacakan.

3
3. Karakter suara adalah ciri khas suara yang dimiliki oleh pembaca puisi.
4. Tempo merupakan ukuran cepat lambatnya pembacaan dari suatu kata atau
kalimat dalam puisi.
5. Power atau kekuatan suara merupakan bagian yang amat penting untuk
diperhatikan saat membaca puisi.

2.3 Unsur Puisi


2.3.1 Struktur Fisik Puisi
• Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak
dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang
tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal
tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
• Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.
Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat
mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.
Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan
bunyi, dan urutan kata.
• Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual),
dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca
seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami
penyair. Pengimajinasian dalam puisi berguna untuk memberi gambaran yang
jelas menimbulkan suasana khusus membuat hidup gambaran dalam pikiran dan
pengindraan serta untuk menarik perhatian dan memberikan kesan mental atau
bayangan visual penyair menggunakan gambaran-gambaran angan.
• Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indra yang
memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau
lambang. Misalnya kata konkret “salju" melambangkan kebekuan cinta,
kehampaan hidup, dan lain-lain. Sedangkan kata konkret “rawa-rawa” dapat
melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain. Kata
konkret merupakan syarat terjadinya pengimajian atau pencitraan.
• Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan atau
meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif
menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau
kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas. Adapun macam-macam
majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke,
eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks,
satire, pars pro toto, totem pro parte, dan paradoks.

4
• Rima atau Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan
akhir baris puisi. Rima mencakup:
1. Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis
pada puisi Sutadji C.B.)
2. Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan
awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan
sebagainya
3. Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang
pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan
puisi.
• Tipografi merupakan teknik penulisan dalam puisi. Tipografi merupakan
pembeda yang paling awal yang dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan
prosa fiksi ataupun drama. Baris-baris dalam puisi membentuk sebuah
periodisitas yang disebut bait. Tipografi merupakan aspek bentuk visual yang
berupa tata hubungan, susunan baris dan ukiran bentuk yang dipergunakan untuk
mendapatkan kesan menarik agar indah dipandang. Tujuan tipografi dalam puisi
adalah untuk keindahan indrawi dan untuk mendukung pengedepanan makna
rasa dan suasana puisi.

2.3.2 Struktur Batin Puisi


• Tema/makna (sense) adalah pokok persoalan yang disampaikan pengarang
dalam puisinya. Media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan
tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris,
bait, maupun makna keseluruhan.
• Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat
dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar
belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan,
agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia,
pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
• Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan
dengan tema dan rasa.
• Amanat/tujuan/maksud (intention), yaitu pesan yang ingin disampaikan
penyair kepada pembaca.

2.4 Ciri – Ciri Puisi


1. Secara umum
▪ Penulisannya terdiri dari bait yang di dalamnya berisi baris-baris.
▪ Banyak mengunakan gaya bahasa (majas) yang bermakna kiasan.
▪ Terikat oleh persajakan rima dan irama.
2. Puisi Lama

5
▪ Biasanya nama pengarangnya tidak diketahui (anonim).
▪ Penyampaiannya bersifat dari mulut ke mulut, sehingga tak heran jika disebut
dengan sastra lisan.
▪ Sangat terikat dengan aturan, seperti jumlah baris tiap bait, suku kata, maupun
rima.
3. Puisi Modern
▪ Nama pengarangnya diketahui.
▪ Mempunyai bentuk yang rapi (simetris) dan persajakan akhir yang teratur.
▪ Gaya bahasanya dapat berubah-ubah (dinamis).
Perkembanganya melalui lisan maupun tertulis.
 Umumnya, berbentuk 4 seuntai.
 Tiap barisnya terdiri atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis) yang di
dalamnya berisi 4-5 suku kata.

2.5 Jenis – Jenis Puisi


2.5.1 Berdasarkan Periodesasinya
• Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang penulisannya masih terikat oleh peraturan tertentu.
Aturan di dalam puisi lama berkaitan dengan jumlah kata atau suku kata dalam
tiap baris, jumlah baris yang terdapat dalam tiap bait, serta rima, dan irama.
Jenis puisi lama yaitu mantra, pantun, karmina, seloka, gurindam, syair dan
talibun.
• Puisi Baru
Puisi baru adalah puisi yang tidak memiliki aturan-aturan tertentu dalam
penulisannya. Kebebasan penulisan dalam puisi baru meliputi jumlah baris, suku
kata, ataupun rima. Jenis puisi baru yaitu balada, himne, ode, epigram, romansa,
elegi, dan satire.

2.5.2 Berdasarkan Bentuknya


• Distikon » Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi
dua seuntai).
• Terzina » Terzina, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi
tiga seuntai).
• Kuatren » Kuatren, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi
empat seuntai).
• Kuint » Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima
seuntai).
• Sekstet » Sekstet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi
enam seuntai).

6
• Septima » Septima, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh
seuntai).
• Oktaf/Stanza » Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan
baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
• Soneta » Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi
menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua
masing-masing tiga baris.
• Puisi Kontemporer » Puisi kontemporer dapat diartikan pula sebagai puisi yang
lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan
konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer sering kali memakai kata-kata
yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata yang makin
kasar, ejekan, dan lain-lain.
• Puisi Mantra » Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra.
Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi
mantra dalam puisi kontemporer.
• Puisi Mbeling » Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan.
Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku
dalam puisi.
• Puisi Konkret » Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan
bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti
ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam puisi
konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan
benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.

2.5.3 Berdasarkan Aspek Ungkapanya


• Puisi Lirik banyak menggunakan lirik yang mengungkapkan perasaan yang
dialami penulisnya. Makna puisi dipahami dengan memperhatikan suasana batin
penulisnya. Penyampaian pesan-pesan moral tidak menjadi tujuan utama dalam
puisi lirik.
• Puisi epik menggunakan kisah dalam menyampaikan pesan. Epik juga disebut
sebagai sajak naratif. Isi puisi epik menceritakan petualangan atau perjalanan
seorang pahlawan atau tokoh.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Puisi merupakan salah satu jenis karya sasta yang gaya bahasanya ditentukan oleh irama,
rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi pula berupa gubahan bahasa yang bentuknya
dipilih dan ditata secara cermat. Dalam pembacaan puisi terdapat dasar-dasar penting yang
mencakup olah vokal, olah musikal, olah sukma, olah mimik, olah gerak dan wawasan
kesastraan.
Unsur puisi dibagi atas struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik diantaranya
meliputi perwajahan puisi (tipografi), diksi, imaji, kata konkret, gaya bahasa, rima atau
irama. Sedangkan struktur batin puisi meliputi tema, rasa, nada, dan amanat.

3.2 Saran
Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra mempunyai fungsi sebagai sarana
menyampaikan ide atau gagasan terhadap suatu hal maupun peristiwa. Hal ini dianggap
penting untuk perkembangan diri, dan manfaat pembelajarannya perlu diberlakukan sejak
dini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Zabadi, Fairul dan Sutejo. 2015. Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud
Ahyar, Juni (Oktober 2019). Apa Itu Sastra: Jenis-Jenis Karya Sastra dan Bagaimanakah
Cara Menulis dan Mengapresiasi Sastra (PDF). Yogyakarta: Deepublish. ISBN 978-623-
02-0145-5.
Kosasih, E. (2008). Apresiasi Sastra Indonesia (PDF). Jakarta: Nobel Edumedia. ISBN 978-
602-8219-57-0.
Nuryatin, A., dan Irawati, R. P. (2016). Pembelajaran Menulis Cerpen (PDF). Semarang:
Penerbit Cipta Prima Nusantara. ISBN 978-602-8054-88-1.
Mahliatussikah, Hanik (2015). Pembelajaran Puisi Teori dan Penerapannya dalam Kajian
Puisi Arab (PDF). Malang: Universitas Negeri Malang. ISBN 978-979-495-785-1.
Sumaryanto (2010). Mengenal Puisi dan Syair. Semarang: PT. Sindur Press. ISBN 978-979-
067-054-9.
Afrizatul (2020), Puisi Rakyat: Pengertian, Jenis, Unsur serta Contoh.
Suswandari, M., dan Hatmo, K. T. (2018). Ontologi Puisi (PDF). Kebumen: CV. Intishar
Publishing. ISBN 978-602-5692-57-4.

Anda mungkin juga menyukai