MAKALAH
Oleh
Hirza Azzahra Susila
2031311014
1
2
3
4
divisualisasikan dalam tata bentuk baris dan bait puisi untuk memperjelas satuan
makna tertentu yang ingin diungkapkan penyair.
Adapun struktur batin puisi atau struktur makna merupakan pikiran perasaan
yang diungkapkan penyair. Struktur batin puisi terdiri dari tema, perasaan, nada,
dan amanat. Berikut ini merupakan uraian struktur batin puisi.
a) Tema
Definisi secara umum mengenai tema menurut Keraf (2004:121-122) ialah
suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Amanat
utama ini dapat diketahui misalnya bila seseorang membaca roman atau yang
lainnya (dilihat dari sudut pandang karangan yang telah selesai). Waluyo
(1987:106) menyatakan bahwa tema merupakan gagasan pokok atau subjek-
matter yang dikemukakan oleh penyair. Pokok-pokok pikiran itu begitu kuat
mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utamapengucapannya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa
topik adalah gagasan utama di balik atau kekuatan pendorong sebuah esai. Sebuah
esai yang dihasilkan harus mengandung atau membawa sejumlah ide utama
b) Perasaan
Perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat
dalam puisinya. Aminuddin (2009:150) mengemukakan bahwa perasaan adalah
sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya. Hal itu terkandung
dalam lapis makna puisi sejalan dengan terdapatnya pokok pikiran. Pada setiap
pokok pikiran pada umumnya dilatarbelakangi oleh sikap tertentu.
c) Nada
Nada merupakan sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan
dengan tema dan rasa. Adapun suasana merupakan keadaan jiwa pembaca setelah
membaca puisi tersebut, atau dampak psikologis yang ditimbulkan puisi tersebut
terhadap pembaca (Waluyo 1987:125 dan Jabrohim dkk. 2009:66). Tentang nada,
Jabrohim dkk. (2009:66) mencontohkan sikap penyair dalam puisi adakalanya
menggurui, menasihati, mengejek, menyindir, atau hanya bersikap lugas,
menceritakan sesuatu kepada pembacanya.
7
d) Amanat
Amanat adalah sesuatu atau yang disampaikan penyair dalam sebuah puisinya.
Mengenai amanat, Richards (dalam Nadeak 1985:33) menyatakan bahwa setiap
penyair mempunyai tujuan dengan sajak-sajaknya, baik disadari maupun tidak.
Tujuan ini diungkapkan oleh penyair berdasarkan pandangan hidupnya. Amanat
atau tujuan adalah hal yang mendorong penyair untuk mencipta puisinya.
2.2.2 Analisis Semiotik Puisi
1. Pembacaan Heuristik
Pembacaan heuristik merupakan cara kerja yang dilakukan oleh pembaca
dengan menginterpretasikan teks sastra secara referensial lewat tanda-tanda
linguistik (Riffaterre, 1978: 5). Analisis makna heuristik ini, puisi dianalisis
berdasarkan struktur kebahasaannya. Untuk memperjelas arti jika perlu diberi
sisipan kata atau sino nim yang disimpan dalam tanda kurung. Begitu juga
struktur kalimatnya disesuaikan dengan kalimat baku,jika perlu susunannya
dibalik untuk memperjelas arti (Pradopo, 1995:136).
2. Pembacaan Heurmineutik
Setelah dilakukan pembacaan heuristik, kemudian dilakukan pembacaan ulang
(retroaktif) dengan memberi tafsiran sesuai dengan konvensi sastra sebagai sistem
semiotika tingkat kedua yang disebut dengan pembacaan heurmineutik.
Hermeneutik berasal dari bahasa Yunani ‘hermeutikeakar kata hermeneutika
berasal dari kata kerja ‘herme dan neuien’ yang beararti “menafsirkan” dan kata
benda ‘herme dan neia’ yang berarti “interpretasi”. Penjelasan kata-kata tersebut
dapat disepadankan dengan mengungkapkan, menjelaskan, menerjemahkan, m
embuka karakter dasar interpretasi dalam teologi dan sastra (Palmer 2003:14).
Oleh karena itu, teknik analisis hermeneutik ini merupakan teknik pembacaan
yang harus diulangi kembali dengan bacaan retroaktif dan ditafsirkan secara
hermeneutik berdasarkan konvensi sastra.
3. Hubungan Tanda dan Penanda
Tanda adalah kesatuan dari suatu wujud penanda (signifier) dengan sebuah ide
atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang
bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi, penanda adalah bidang material
dari bahasa yaitu apa yang dituturkan atau didengar dan apa yang ditulis atau
8
dibaca. Petanda adalah cerminan mental, cara melakukan sesuatu, atau pemikiran.
Jadi, petanda adalah bidang mental dari bahasa (Bertens, 2001:180).
Suatu penanda tanpa petanda tidak berfaedah apa-apa dan karena itu tidak
adalah tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau
ditangkap lepas dari penanda; petanda atau yang dtandakan itu termasuk tanda
sendiri dan dengan demikian adalah suatu faktor linguistik. “Penanda dan petanda
adalah kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas,” kata Saussure. Louis
Hjelmslev, seorang penganut Saussurean berpandangan bahwa sebuah tanda tidak
hanya mengandung hubungan internal selang bidang material (penanda) dan
pemikiran mental (petanda), namun juga mengandung hubungan selang dirinya
dan sebuah sistem yang semakin lapang di luar dirinya. Untuk Hjelmslev, sebuah
tanda semakin adalah self-reflective dalam arti bahwa sebuah penanda dan sebuah
petanda masing-masing mesti secara berulang-ulang menjadi kemampuan dari
ekspresi dan persepsi. Louis Hjelmslev dikenal dengan teori metasemiotik
(scientific semiotics). Sama halnya dengan Hjelmslev, Roland Barthes pun adalah
pengikut Saussurean yang berpandangan bahwa sebuah sistem tanda yang
mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu penduduk tertentu dalam kala tertentu.
Semiotik, atau dalam istilah Barthes semiologi, pada landasannya berhasrat
mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).
Sebuah sistem tandai yang utama yang menggunakan lambang adalah bahasa. Arti
simbol ditentukan oleh masyarakat. Misalnya kata ibu berarti "orang yang
melahirkan kita”, itu terjadinya atas konvensi dan perjanjian masyarakat bahasa
Indonesia, masyarakat bahasa inggris menyebutnya mother, Perancis la mere
(Pradopo, 2018: 123-124).
Konsep semiotika C.S Pierce memfokuskan kepada hubungan trikotomi antara
tanda-tanda dalam karya sastra. Hubungan trikotomi yang dimaksud yaitu
hubungan antara objek, representamen dan interpretan. Dalam hubungan antara
trikotomi, terbagi menjadi 3 bagian yaitu hubungan tanda yang dilihat
berdasarkan persamaan (kesamaan) antara unsur-unsur yang diacu yang biasanya
disebut dengan “ikon”, hubungan tanda yang dilihat dari adanya sebab akibat
antarunsur sebagai sumber acuan yang disebut sebagai “indeks”, dan hubungan
9
Takdir Daun
Karya: Mashuri
10
11
Makna diksi selanjutnya yaitu terdapat pada makna merona di pigura, disini
penyair menggambarkan bahwa seseorang itu sudah memperlihatkan keindahan
pada dirinya. Diksi selanjutnya yaitu terlihat pada makna sebagai berikut:
...
Kerna perkenan tanganmu yang sudi memungutku dari bumi lusuh
...
Makna dari diksi selanjutnya yaitu memungutku dari bumi lusuh, di mana
penyair menggambarkan bahwa dia bersyukur karena ada seseorang yang telah
membantu dan hadir dalam kehidpannya.
b. Pengimajian
Pada puisi “Takdir Daun” karya Mashuri ini terdapat pengimajian seperti pada
bait:
...
kerna hidupku berarus di degup jantungmu
...
Pada kalimat degus jantungmu dalam kutipan puisi di atas menunjukkan
gambaran yang dapat ditanggap dengan indera perasa. Kata berarus memiliki
keterkaitan hidup antara penyair dengan seseorang yang merubah hidupnya.
c. Kata konkret
Kata konret yang terdapat pada puisi “Takdir Daun” karya Mashuri yaitu
terlihat pada bait:
...
aku hanya selembar daun kering, ning, luruh terbawa angin.
...
Berdasarkan bait puisi di atas dapat dilihat bahwa konkret pada bait tersebut
yaitu daun kering dengan makna yang bisa ditangkap oleh indra penglihatan.
Makna tersebut menggambarkan daun kering yang mudah terbawa oleh angin.
Kata konkret selanjutnya yaitu:
...
bila kini aku merona di pigura yang menempel di dinding
...
Berdasarkan bait puisi di atas dapat dilihat bahwa kata konkret selanjutnya
yaitu pingura yang menempel di dinding yang bermakna layaknya kenangan yang
tidak pernah terlupakan.
12
d. Majas
Majas yang terdapat pada “Takdir Daun” karya Mashuri ini yaitu
menggunakan majas alegori. Majas alegori adalah majas yang menyatakan dengan
ungkapan kiasan atau penggambaran. Terlihat pada bait pertama yaitu:
...
Aku hanya selembar daun kering, ning, luruh terbawa angin.
...
Maksud dari bait di atas yaitu penyair menggambarkan seolah-olah dia itu
rapuh seperti daun kering yang mudah terbawa angin. Lalu hinggap ning, seorang
kekasih.
e. Verifikasi
a. Rima
aku hanya selembar daun kering, ning, luruh terbawa angin, (a-u, a-a, e-e-a,
a-u, e-i, i, u-u, e-a-a, a-i)
bila kini aku merona di pigura yang menempel di dindin, (i-a, i-i, a-u. e-o-a, i,
i-u-a, a, e-e-e, i, i-i)
dunia, kerna hidupku berarus di degup jantungmu, kerna, (u-a, e-a, i-u-u, e-a-
u, i, e-u, a-u-u, e-a)
perkenan tanganmu yang sudi memungutku dari bumi, (e-e-a, a-a-u, a, u-i, e-
u-u-u, a-i, u-i)
lusuh. lalu apa yang pantas aku balas kepadamu, selain, (u-u, a-u, a-a, a, a-a,
a-u, a-a, e-a-a-u, e-a-i)
cinta dan rindu, (i-a, a, i-u)
b. Ritma
Ritma adalah panjang pendek, tinggi rendah, keras lemah yang dihasilkan.
Dalam puisi ini terdapat nada rendah.
c. Tipografi
Tipografi pada puisi “Takdir Daun” karya Mashuri yaitu setiap huruf pertama
pada bait puisi tersebut tidak menggunakan huruf kapital melainkan menggunakan
huruf kecil artinya menandakan kesetaraan pada puisi tersebut. Terlihat pada
kutipan puisi di bawah ini:
...
aku hanya selembar daun kering, ning, luruh terbawa angin.
bila kini aku merona di pigura yang menempel di dinding
dunia, kerna hidupku berarus di degup jantungmu, kerna
perkenan tanganmu yang sudi memungutku dari bumi
lusuh. lalu apa yang pantas aku balas kepadamu, selain
cinta dan rindu
...
13
...
aku hanya selembar daun kering, ning, luruh terbawa angin
...
Bait di atas merupakan ikon. Pada kata “aku” diperumpamakan sebagai
selembar daun kering yang gugur atau jatuh terbawa angin.
Kemudian juga ditemukan ikon metaforis pada puisi ini yaitu terdapat pada
bait:
...
bila kini aku merona dipigura yang menempel di dinding dunia
...
Pada kalimat tersebut merupakan ikon. Pada kata “pigura” diperumpamakan
kenangan yang terkenang.
2. Indeks
Indeks pada puisi yang berjudul “Takdir Daun” karya Mashuri terdapat pada bait
berikut:
...
lusuh, lalu apa yang pantas aku balas kepadamu selain cinta dan rindu.
...
Makna kata lusuh pada kutipan di atas disebabkan karena dirinya tidak bisa
membalas kecuali cinta dan rindu. Indeks selanjutnya terdapat pada kutipan di
bawah ini:
...
dunia, kerna hidupku berarus di degup jantungmu, kerna”
...
Indeks yang terdapat pada bait di atas yaitu “hidupku berarus di degup
jantungmu” yang bermakna detak jantung “aku” berada di tubuh kekasihnya.
3. Simbol
Simbol pada puisi “Takdir Daun” karya Mashuri terdapat pada bait dibawah
ini:
Bumi
Pada kata bumi merupakan artian planet yang ditempati manusia untuk hidup
juga merupakan planet ketiga dari matahari dan merupakan planet terbesar dari
empat planet kebumian tata surya. Simbol selanjutnya terdapat pada kutipan di
bawah ini:
16
Angin
Angin merupakan gerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah
yang bertekanan rendah.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah penulis membaca dan menganalisis puisi “Takdir Daun” karya
Mashuri ternyata terdapat analisis strukur, struktur batin puisi, analisis semiotik
dan juga hubungan tanda penanda. Analisis struktur meliputi diksi, pengimajian,
kata konkret, majas, verifikasi, dan tipografi. Sedangkan pada struktur batin puisi
yaitu terdapat tema, perasaan, nada, dan amanat. Pada analisis semiotik disini
terbagi menjadi dua yaitu pembacaan heuristik dan pembacan heurmineutik. Dan
yang terakhir ada hubungan tanda dan penanda yang terbagi menjadi tiga yaitu,
ikon, indeks, dan simbol.
Diksi yang ada pada puisi “Takdir Daun” karya Mashuri menggunakan
diksi konotatif. Selanjutnya pengimajian pada puisi ini terdapat imaji perasa. lalu
majas dari puisi ini yaitu menggunakan majas aleorgi dimana pada cerpen ini
yaitu menngunakan kata kiasan. Rima yang terdapat pada puisi ini yaitu tidak
konsisten dan ritma nya menggunakan ritma rendah. Tipografi pada puisi “Takdir
Daun” karya Mashuri menggunakan huruf kecil yang menandakan kesetaraan
pada puisi tersebut. Pengarang menggunakan tema percintaan. Perasaan yang
tertangkap dalam puisi ini adalah rasa bersyukur. Nada yang dirasakan pembaca
dalam puisi ini adalah nada rendah.
Berdasarkan pengkajian melalui pembacaan Heuristik terdapat
penambahan kata untuk memperjelas kalimat yang ada pada puisi tersebut dan
sesuai dengan pembacaan Heuristik. Pada pembacaan Hermeneutik sangat
beragam dalam pemaknaannya. Pada puisi ini terdapat dua ikon, dua indeks dan 2
simbol.
4.2 Saran
Melalui makalah ini yang berisi analisis pada puisi “Takdir Daub’ karya
Mashuri ini, semoaga pembca dapat menajdikannya sebagai bahan referensi
dalam mengkaji atau menganalisis karya sastra berbentuk puisi dengan
menggunakan pendekan struktural semiotik. Semoga pemahaman penulis
mengenai pendekatan struktural semiotik bisa tersampaikan dengan baik.
17
18
DAFTAR PUSTAKA