Disusun Oleh:
Muhammad Zainul Arifin (A310140127)
B. Kajian Teoritis
Stilistika merupakan studi pada gaya bahasa dan kajian tetang kebahasaan.
Stilistika dalam konteks kajian sastra secara rasional dapat memanfaatkan
wawasan untuk menentukan sudut pandang maupun sikap dan sifat kajian. Selain
itu stilistika merupakan perpanjangan dari kajian linguistic. Namun pada
kenyataannya ilmu tentang silistika jika dilihat dari sejarah perkembangannya
dapat dihubungkan dengan sejumlah sub disiplin ilmu, baik retorika, semiotika,
linguistic, maupun teori sastra. Melalui pendekatan stilistka dapat menjelaskan
suatu bentuk dan makna yang sering luput dari perhatian dan pengamatan para
pembaca. Sebab, kajian stilistika dalam sastra dapat melihat bagaimana unsur-
unsur bahasa digunakan untuk melahirkan pesan-pesan dalam karya sastra.
Beberapa konsep teoritis yang berkaitan dengan penelitian ini akan dideskripsikan
sebagai berikut:
2. Teori Stilistika
Stilika adalah proses menganalisis karya sastra dengan mengkaji unsur-unsur
bahasa sebagai medium karya sastra yang digunakan sastrawan sehingga terlihat
bagaimana perlakuan sastrawan terhadap bahasa dalam rangka menuangkan
gagasannya (subject matter). Menurut Abrams (dalam Al-Maruf, 2009:19)
mengemukakan stilistika kesusastraan merupakan metode analisis karya sastra.
Stilistika dimaksudkan untuk menggantikan kritik sastra yang subjektif dan
impresif dan ilmiah.
Ratna (dalam Al-Maruf, 2009:10) menyatakan, stilistika merupakan ilmu
yang menyelidiki pemakai bahasa dalam karya satra, dengan mempertimbangkan
aspek-aspek keindahannya. Menurut Junus (dalam Al-Maruf, 2009:11), hakikat
stilistika adalah studi mengenai pemakaian bahasa dalam karya sastra. Stilistika
dipakai sebagai ilmu gabungan, yakni linguistik dan ilmu sastra. Stilistika sebagai
ilmu yang mengkaji penggunaan bahasa dalam karya sastra yang berorientasi
linguistik atau menggunakan parameter linguistik
3. Puisi
Puisi merupakan karya sastra yang dimana karya sastra itu bersifat imajinatif
yang banyak menggunakan makna kias dan makna lambang (majas). Pengkajian
puisi yang dilakukan untuk menafsirkan sebuah karya sastra nyatanya masih
dipandang remeh oleh sebagian kecil manusiawi, padahal bila kita memikirkan
kembali bahwa tujuan dilakukannya pengkajian puisi merupakan sebagai suatu
upaya untuk mengenal lebih jauh tentang makna yang terkandung dalam puisi itu
sendiri. Puisi sebagai salah sebuah karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-
macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya. Mengingat
bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan
sarana-sarana kepuitisan (Pradopo, 1987: 3). Meskipun demikian, orang tidak
dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari
bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna dan mempunyai arti.
4. Teori Semiotik
Menurut Umberto Eco dalam (Berger, 2010: 4-5), semiotika berkaitan dengan
segala hal yang dapat dimaknai tanda-tanda. Suatu tanda adalah segala sesuatu
yang dapat dilekati (dimaknai) sebagai penggantian yang signifikan untuk sesuatu
lainnya. Segala sesuatu ini tidak terlalu mengharuskan perihal adanya atau
mengaktualisasikan perihal dimana dan kapan suatu tanda memaknainya. Jadi,
semiotika ada dalam semua kerangka (prinsip), semua disiplin studi, termasuk
dapat pula digunakan untuk menipu bila segala sesuatu tidak dapat dipakai untuk
menceritakan (mengatakan) segala sesuatu (semuanya).
Menurut Pradopo (1995:119) semiotik adalah ilmu tanda-tanda. Tanda
mempunyai dua aspek yaitu petanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda
adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan
petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh penanda itu yaitu artinya. Jenis-jenis
tanda yang utama ialah ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang
menunjukkan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara penanda dan
petandanya. Indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan kausal (sebab-
akibat) antara penanda dan petandanya. Sedangkan simbol adalah tanda yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dengan
petandanya, hubungannya bersifat arbitrer.
C. Metode Penelitian
Dalam pengkajian ini, dilakukan pengkajian stilistika puisi Larut Malam
Suara Sebuah Truk yang meliputi gaya bunyi, gaya kata (diksi), gaya kalimat,
dan citraan. Setelah pengkajian stilistika dilanjutkan dengan pengungkapan makna
stilistika puisi dengan memanfaatkan teori semiotik. Penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Pada hakikatnya penelitian
kualitatif menitikberatkan pada analisis isi (content analysis), yaitu penelitian
yang mementingkan pengkajian isi dengan tujuan memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam objek penelitian yang dijabarkan secara verba.
(1963)
1. Gaya Bunyi
Gaya bunyi meliputi penggunaan bunyi-bunyi tertentu untuk mendapatkan
efek tertentu, yaitu efek estetis. Gaya bunyi ini berupa gaya ulangan bunyi:
asonansi dan aliterasi.
Asonansi adalah ulangan bunyi vokal dalam baris sajak. Asonansi ini untuk
kemerduan dan menimbulkan irama, untuk menyangkutkan atau mengeraskan arti
kata dalam sajak maupun membangkitkan suasana tertentu. Sedangkan aliterasi
adalah ulangan konsonan dalam baris sajak. Puisi Larut Malam Suara Sebuah
Truk karya Taufiq Ismail terdapat kombinasi asonansi dan aliterasi. Selanjutnya
akan diuraikan asonansi dalam pusis Larut Malam Suara Sebuah Truk.
Baris 1 berisi asonansi a-a, baris 2 a-a, baris 3 a-a, baris 4 a-a, baris 5 i-i a-a,
baris 6 a-a, baris 7 a-a, baris 8 a-a. Baris 1 sampai dengan 8 dapat dilihat pada
kutipan berikut:
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk ini menggunakan pola bunyi yang
tidak teratur. Sebagian besar tiap baris menggunakan asonansi a, dan asonansi i
hanya terdapat di baris ke 5. Setelah diuraikan asonansi, selanjutnya akan
diuraikan aliterasi dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk. Baris 1 berisi
aliterasi s-s k-k, baris 2 s-s k-k t-t, baris 3 m-m k-k, baris 4 b-b, baris 5 l-l t-t k-k,
baris 6 t-t, baris 7 b-b k-k p-p, baris 8 m-m s-s t-t b-b. Baris 1 sampai dengan 8
dapat dilihat pada kutipan berikut:
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Aliterasi pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk ini dapat memberikan
tambahan intensitas dan kombinasi arti antara asonansi dan aliterasi. Kombinasi
dari asonansi dan aliterasi dapat memberikan penakanan dan ragam makna pada
puisi tersebut. Selain itu jika asonansi dan aliterasi di kombinasikan maka
intensitas arti menjadi bertambah.
3. Gaya Wacana
Gaya wacana yang terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk
menggunakan sarana retorika. Bahasa retorika merupakan bahasa kepuitisan
berupa muslihat pikiran. Sarana retorika adalah jenis gaya dan cara tersendiri yang
digunakan oleh pengarang dalam melahirkan pikirannya (Pradopo, 2012: 93).
Bahasa retorika ini banyak digunakan oleh para penyair dalam menciptakan
sajaknya. Sebenarnya digunakan untuk membuat efisien bahasa namun terkadang
kata-kata yang digunakan itu berkonotasi berlebihan dan penuh dengan kata yang
muluk (WS, 2012: 115)
Jenis sarana retorika yang terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah
Truk adalah enumerasi. Enumerasi merupakan sarana retorika yang berupa
pemecahan suatu hal atau keadaan menjadi beberapa bagian dengan tujuan agar
hal itu lebih jelas dan nyata bagi pembaca atau pendengar. Selain itu juga untuk
menguatkan suatu pernyataan atau keadaan, dan memeberi intensitas. Seperti pada
puisi berikut:
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Pada bait puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk tersebut merupakan enumerasi.
Dalam puisi tersebut menunjukkan gambaran suatu situasi di mana
peenggambaran keadaan tersebut dijelaskan secara berurutan sehingga
memperjelas pembaca atas situasi yang digambarkan oleh Taufiq Ismail.
4. Citraan
Citraan atau imaji dalam karya berperan penting untuk menimbulkan
pembayangan imajinatif, membentuk gambaran mental, dan dapat
membangkitkan pengalaman tertentu pada pembaca. Citraan merupakan
kumpulan citra (the collection of images), yang digunakan untuk melukiskan
objek dan kualitas tanggapan indera yang digunakan dalam karya sastra, baik
dengan deskripsi secara harfiah maupun kias, Abram (dalam Al-Maruf, 2009:75-
76).
Pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk ini merupakan puisi tentang
perjuangan. Taufiq Ismail sengaja menceritakan sebuah hiruk pikuk kemerdekaan
Indonesia. Namun hal tersebut membuat Taufiq Ismail gelisah, karena perang
tidak ada hubungannya bagi sebuah keluarga prajurit. Namun bagi sebuah
keluarga peperangan hanya akan membuat mentalnya terusik. Selain fisik yang
yang harus dikorbankan, namun bagi keluarga yang ditinggalkan sebuah
peperangan dapat mengusik mental. Seperti penjelasan makna yang terdapat
dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk, yaitu sebuah keluarga yang
ditinggal yang berperang. Menyisakan seorang istri dan anak yang hanya
memikirkan kepulangan atau bahkan keselamatan seorang suami atau sang ayah.
Empat tahun terjaga, merupakan beban psikis yang dialami seorang anak ketika
ditinggalkan sang ayah tercinta pergi berperang. Dia rela berlama-lama menunggu
sang ayah kembali dari medan perang untuk dapat kembali berkumpul dalam
keluarga. Pada baris terakhir pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk terdapat
kata membawakan pestol buat saya ?. Kata pestol merupakan sebuah mainan
yang hampir disukai anak-anak. Namun pada puisi tersebut kata pestol merupakan
suatu pengharapan seorang anak yang sudah lama tidak ia dapatkan, yaitu
kebahagiaan yang diberikan sang ayah kepada anaknya.
5. Kajian Makna
Makna yang terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk. Dalam
pendekatan sastra, fenomenologi memanfaatkan pengalaman intuitif atas
fenomena, sesuatu yang hadir dalam refleksi fenomenologis, sebagai titik awal
dan usaha untuk mendapatkan fitur-hakekat dari pengalaman dan hakekat dari apa
yang kita alami.
Terdapat fenomenologi pada tiap bait puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk.
Pada bait pertama fenomenologinya merupakan para rombongan truk yang
merupakan suatu kendaraan atau alat transportasi gunanya untuk mengangkut
barang yang akan menuju kota Salatiga.
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Pada kutipan tersebut menunjukkan adanya rombongan truk yang akan
menuju kota Salatiga. Pada bait yang kedua fenomenologinya adalah para
pengendara truk yang sedang menyanyikan sebuah lagu. Menurut KBBI lagu
adalah ragam suara yang berirama. Lagu merupakan suatu hiburan yang disukai
setiap orang entah itu didengarkan maupun dinyanyikan.
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Pada kutipan tersebut lagu dinyanyikan oleh para supir truk. Mereka sedang
menyanyikan lagu tentang kemerdekaan yang berjudul 'Sudah Bebas Negeri Kita'.
Pada bait ketiga merupakan penantian anak kecil di jalan Tuntang yang sedang
menunggu kedatangan ayahnya.
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga
Pada kutipan tersebut merupakan penantian seorang anak yang menunggu
selama empat tahun. Ia sangat mengharapkan kepulangan sang ayah yang
merupakan sopir truk. Pada bait keempat merupakan pertanyaan seorang anak
yang bertanya kepada ibunya tentang kepulangan ayahnya.
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Pada kutipan tersebut seorang anak menanyakan kepulangan ayahnya kepada
sang ibu. Selain itu sudah lama tidak ada sosok ayah yang hadir di dalam
kehidupannya, serta keinginannya sebuah mainan pistol pemberian sang ayah.
E. Simpulan
Gaya bahasa adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan
dalam bentuk tulis atau lisan yang disampaikan penyair dalam menyampaikan ide,
perasaan dan pemikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian
rupa sehingga tampak indah dan penuh makna. Selain itu terdapat stilistika yang
dapat digunakan untuk menganalisis suatu makna yang terdapat dalam puisi.
Dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk terdapat tiga aspeknya, yaitu gaya
bunyi, gaya kata, dan gaya wacana. Gaya bunyi yang terdapat pada puisi karya
Taufiq Ismail tersebut menggunakan gaya bunyi estetis, yaitu gaya bunyi yang
berupa gaya ulangan bunyi: asonansi dan aliterasi. Gaya kata meliputi etimologi,
morfologi, dan semantik. Etimologi meliputi asal-usul kata, penciptaan kata baru.
Sedangkan gaya wacana yang terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah
Truk menggunakan sarana retorika. Bahasa retorika merupakan bahasa kepuitisan
berupa muslihat pikiran. Sarana retorika adalah jenis gaya dan cara tersendiri yang
digunakan oleh pengarang dalam melahirkan pikirannya.
Daftar Pustaka
Al-Maruf, Ali Imron. 2009. Stilistika Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian
Estetika Bahasa. Solo: CakraBooks Solo.
Aminnuddin. 1997. Stilistika, Pengantar Memahami Karya Sastra. Semarang: CV.
IKIP Semarang Press.
Keraf, Gorys. 2005. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia
Pradopo, Rachmad Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.