Anda di halaman 1dari 15

PENELITIAN STILISTIKA PUISI LARUT MALAM SUARA TRUK

KARYA TAUFIQ ISMAIL

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Stilistika


Dosen pengampu: Prof.Dr. Ali Imron Al-Maruf. M.Hum.

Disusun Oleh:
Muhammad Zainul Arifin (A310140127)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
A. Pendahuluan

Bahasa mempunyai peranan penting untuk berkomunikasi, baik komunikasi


verbal maupun non verbal. Bahasa manusia mengkomunikasikan pengalaman,
pikiran, perasaan, dan hal-hal lain yang diketahui kepada orang lain. Tanpa bahasa
komunikasi antar individu satu dengan individu yang lainnya tidak dapat berjalan
dengan sempurna. Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat dan
lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia,
Keraf (2004:19). Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Keraf (2004:133)
mengungkapkan bahwa gaya bahasa adalah dapat diketahui sebagai cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang melibatkan jiwa dan
kepribadian penulis (pemakai bahasa. Lirik lagu adalah karya sastra (puisi) yang
berisi curahan perasaan pribadi atau bisa disebut juga dengan susunan kata dalam
sebuah nyanyian yang memiliki irama tertentu. Lirik lagu hampir sama dengan
puisi. Bedanya hanya terletak pada pembawaanya saja. Lirik lagu dibawakan
dengan diiringi dengan musik-musik tertentu, sedangkan kalau puisi tidak.
Terkadang dalam sebuah lirik lagu kita melihat seperti puisi, memang sebuah lagu
adalah merupakan sebuah puisi yang dinyanyikan. Artinya dapat disimpulkan
bahwa lirik lagu itu juga merupakan puisi. Dalam puisi untuk mendapatkan situasi
emosional tersebut biasanya puisi memiliki pola irama tertentu yang ditimbulkan
melalui persamaan bunyi. Menururt Luxemburg (1984:196) irama dalam puisi
dapat dibentuk melalui permainan variasi bunyi dalam kata yang berfungsi
mendekatkan kata-kata lepas serta sebagai struktur ritmik untuk memberi.
Gaya bahasa mempunyai bermacam-macam ragam, diantaranya metafora,
personifikasi, metonimia, simile dan lain-lain. Metafora adalah gaya bahasa yang
membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat.
Personifikasi adalah gaya bahasa yang menggambarkan benda-benda mati seolah-
olah memiliki sifat kemanusiaan. Metonimia adalah gaya bahasa yang
mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai
pertalian yang sangat dekat. Simile adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu
hal sama dengan hal lain dengan menggunakan kata-kata yang menunjukkan
kesamaan itu, seperti: bagaikan, seperti, seolah-olah, dan sebagainya. Peneliti
hanya membahas simile dalam penelitian ini. Simile sering disebut juga gaya
bahasa perumpamaan, perbandingan dan persamaan. Simile menurut Gorys Keraf
(2009:138) adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Perbandingan bersifat
eksplisit maksudnya ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan
hal yang lain. Oleh karena itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit
menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan,
laksana, dan sebagainya. tekanan tambahan terhadap kata-kata dalam puisi.
Pada dasarnya puisi merupakan salah satu karya sastra yang paling sederhana
dibandingkan beberapa karya sastra lainnya, seperti prosa (cerpen, novel, novelet
dll) dan drama. Aminuddin (199767) mengemukakan terdapat jenis karya
sastra yaitu puisi dan prosa fiksi. Puisi membutuhkan efek-efek motif yang
mempengaruhi karya sastra. Memperoleh efek-efek tersebut dapat melalui
kebahasaan, paduan bunyi, penggunaan tanda baca, cara penulisan dan lain
sebagainya. Puisi bisa dikatakan karya sastra paling sederhana, sebab semua orang
dapat menulis puisi.
Pradopo (2002-1) puisi itu karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti,
bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makana. Oleh karena itu, sebelum
pengkajian aspek-aspek yang lain, perlu lebih dahulu puisi dikaji sebagai sebuah
struktur yang bermakna dan bernilai estetis. Ketika menganalisis sebuah puisi ada
tiga pilihan cara pendekatan yaitu dengan pendekatan semiotika, pendekatan
fenomenologis, dan pendekatan stilistika. Berdasarkan latar belakang di atas,
maka permasalahan yang akan dikaji dalam makalah ini adalah: (1) Bagaimana
style gaya bahasa pada puisi larut malam suara sebuah truk karya Taufiq
Ismail. (2) Bagaimana tinjauan semiotika dalam puisi larut malam suara sebuah
truk. Adapun tujuan tulisan ini adalah untuk: (1) Mendeskripsikan style gaya
bahasa pada puisi larut malam suara sebuah truk . (2) Mengungkapkan makna
dalam puisi larut malam suara sebuah truk .
Manfaat teoritis ini adalah (1) Kajian stilistika ini memberikan kontribusi
bagi pengembangan linguistik terapan dan studi sastra sekaligus dalam analisis
karya sastra. (2) meletakkan dasar-dasar bagi penelitian stilistika karya sastra yang
lain, baik puisi, lirik lagu, maupun teks drama/lakon. Adapun manfaat praktis
kajian ini adalah: (1) memberikan pemahaman kepada pemerhati sastra dalam
mengapresiasi karya sastra terlebih satra sufistik ditinjau dari stilistika. (2)
memberikan alternatif bahan ajar yang relatif masih jarang bagi para pengajar
bahasa dalam pembelajaran stilistika.

B. Kajian Teoritis
Stilistika merupakan studi pada gaya bahasa dan kajian tetang kebahasaan.
Stilistika dalam konteks kajian sastra secara rasional dapat memanfaatkan
wawasan untuk menentukan sudut pandang maupun sikap dan sifat kajian. Selain
itu stilistika merupakan perpanjangan dari kajian linguistic. Namun pada
kenyataannya ilmu tentang silistika jika dilihat dari sejarah perkembangannya
dapat dihubungkan dengan sejumlah sub disiplin ilmu, baik retorika, semiotika,
linguistic, maupun teori sastra. Melalui pendekatan stilistka dapat menjelaskan
suatu bentuk dan makna yang sering luput dari perhatian dan pengamatan para
pembaca. Sebab, kajian stilistika dalam sastra dapat melihat bagaimana unsur-
unsur bahasa digunakan untuk melahirkan pesan-pesan dalam karya sastra.
Beberapa konsep teoritis yang berkaitan dengan penelitian ini akan dideskripsikan
sebagai berikut:

1. Style Gaya Bahasa


Gaya bahasa dalam karya sastra dipakai pengarang sebagai sarana retorika
dengan mengeksploitasi dan memanipulasi potensi bahasa. Sarana retorika
merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran, menurut Altenberd
dan Lewis (dalam Al-Maruf, 2009:7-9). Gaya bahasa sebagai gejala penggunaan
sistem tanda , dapat dipahami bahwa gaya bahasa pada dasarnya memiliki
sejumlah matra hubungan. Matra hubungan tersebut dapat dikaitkan dengan dunia
proses kreatif pengarang, dunia luar yang dijadikan obyek dan bahan penciptaan,
fakta yang terkait dengan aspek internal kebahasaan itu sendiri, dan dunia
penafsiran penanggapnya (Aminuddin, 1997:54).
Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan
kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu. Akhirnya style atau gaya
bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara
khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa) (Keraf,
2005: 113). Bila kita melihat gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa
gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku,
berpakaian, dan sebagainya.

2. Teori Stilistika
Stilika adalah proses menganalisis karya sastra dengan mengkaji unsur-unsur
bahasa sebagai medium karya sastra yang digunakan sastrawan sehingga terlihat
bagaimana perlakuan sastrawan terhadap bahasa dalam rangka menuangkan
gagasannya (subject matter). Menurut Abrams (dalam Al-Maruf, 2009:19)
mengemukakan stilistika kesusastraan merupakan metode analisis karya sastra.
Stilistika dimaksudkan untuk menggantikan kritik sastra yang subjektif dan
impresif dan ilmiah.
Ratna (dalam Al-Maruf, 2009:10) menyatakan, stilistika merupakan ilmu
yang menyelidiki pemakai bahasa dalam karya satra, dengan mempertimbangkan
aspek-aspek keindahannya. Menurut Junus (dalam Al-Maruf, 2009:11), hakikat
stilistika adalah studi mengenai pemakaian bahasa dalam karya sastra. Stilistika
dipakai sebagai ilmu gabungan, yakni linguistik dan ilmu sastra. Stilistika sebagai
ilmu yang mengkaji penggunaan bahasa dalam karya sastra yang berorientasi
linguistik atau menggunakan parameter linguistik

3. Puisi
Puisi merupakan karya sastra yang dimana karya sastra itu bersifat imajinatif
yang banyak menggunakan makna kias dan makna lambang (majas). Pengkajian
puisi yang dilakukan untuk menafsirkan sebuah karya sastra nyatanya masih
dipandang remeh oleh sebagian kecil manusiawi, padahal bila kita memikirkan
kembali bahwa tujuan dilakukannya pengkajian puisi merupakan sebagai suatu
upaya untuk mengenal lebih jauh tentang makna yang terkandung dalam puisi itu
sendiri. Puisi sebagai salah sebuah karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-
macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya. Mengingat
bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan
sarana-sarana kepuitisan (Pradopo, 1987: 3). Meskipun demikian, orang tidak
dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari
bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna dan mempunyai arti.

4. Teori Semiotik
Menurut Umberto Eco dalam (Berger, 2010: 4-5), semiotika berkaitan dengan
segala hal yang dapat dimaknai tanda-tanda. Suatu tanda adalah segala sesuatu
yang dapat dilekati (dimaknai) sebagai penggantian yang signifikan untuk sesuatu
lainnya. Segala sesuatu ini tidak terlalu mengharuskan perihal adanya atau
mengaktualisasikan perihal dimana dan kapan suatu tanda memaknainya. Jadi,
semiotika ada dalam semua kerangka (prinsip), semua disiplin studi, termasuk
dapat pula digunakan untuk menipu bila segala sesuatu tidak dapat dipakai untuk
menceritakan (mengatakan) segala sesuatu (semuanya).
Menurut Pradopo (1995:119) semiotik adalah ilmu tanda-tanda. Tanda
mempunyai dua aspek yaitu petanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda
adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan
petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh penanda itu yaitu artinya. Jenis-jenis
tanda yang utama ialah ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang
menunjukkan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara penanda dan
petandanya. Indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan kausal (sebab-
akibat) antara penanda dan petandanya. Sedangkan simbol adalah tanda yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dengan
petandanya, hubungannya bersifat arbitrer.

C. Metode Penelitian
Dalam pengkajian ini, dilakukan pengkajian stilistika puisi Larut Malam
Suara Sebuah Truk yang meliputi gaya bunyi, gaya kata (diksi), gaya kalimat,
dan citraan. Setelah pengkajian stilistika dilanjutkan dengan pengungkapan makna
stilistika puisi dengan memanfaatkan teori semiotik. Penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Pada hakikatnya penelitian
kualitatif menitikberatkan pada analisis isi (content analysis), yaitu penelitian
yang mementingkan pengkajian isi dengan tujuan memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam objek penelitian yang dijabarkan secara verba.

D. Hasil dan Pembahasan


Terdapat tiga gaya bahasa dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk
karya Taufiq Ismail, yaitu gaya bunyi, gaya kata, dan gaya wacana.

1946 : LARUT MALAM SUARA SEBUAH TRUK


Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'

Di jalan Tuntang seorang anak kecil


Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'

(1963)

1. Gaya Bunyi
Gaya bunyi meliputi penggunaan bunyi-bunyi tertentu untuk mendapatkan
efek tertentu, yaitu efek estetis. Gaya bunyi ini berupa gaya ulangan bunyi:
asonansi dan aliterasi.
Asonansi adalah ulangan bunyi vokal dalam baris sajak. Asonansi ini untuk
kemerduan dan menimbulkan irama, untuk menyangkutkan atau mengeraskan arti
kata dalam sajak maupun membangkitkan suasana tertentu. Sedangkan aliterasi
adalah ulangan konsonan dalam baris sajak. Puisi Larut Malam Suara Sebuah
Truk karya Taufiq Ismail terdapat kombinasi asonansi dan aliterasi. Selanjutnya
akan diuraikan asonansi dalam pusis Larut Malam Suara Sebuah Truk.
Baris 1 berisi asonansi a-a, baris 2 a-a, baris 3 a-a, baris 4 a-a, baris 5 i-i a-a,
baris 6 a-a, baris 7 a-a, baris 8 a-a. Baris 1 sampai dengan 8 dapat dilihat pada
kutipan berikut:
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk ini menggunakan pola bunyi yang
tidak teratur. Sebagian besar tiap baris menggunakan asonansi a, dan asonansi i
hanya terdapat di baris ke 5. Setelah diuraikan asonansi, selanjutnya akan
diuraikan aliterasi dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk. Baris 1 berisi
aliterasi s-s k-k, baris 2 s-s k-k t-t, baris 3 m-m k-k, baris 4 b-b, baris 5 l-l t-t k-k,
baris 6 t-t, baris 7 b-b k-k p-p, baris 8 m-m s-s t-t b-b. Baris 1 sampai dengan 8
dapat dilihat pada kutipan berikut:
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Aliterasi pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk ini dapat memberikan
tambahan intensitas dan kombinasi arti antara asonansi dan aliterasi. Kombinasi
dari asonansi dan aliterasi dapat memberikan penakanan dan ragam makna pada
puisi tersebut. Selain itu jika asonansi dan aliterasi di kombinasikan maka
intensitas arti menjadi bertambah.

2. Gaya Kata (Diksi)


Gaya kata ini ditekankan pada kata untuk mendapatkan efek tertrntu. Dalam
hal ini, penekanan bukan pada kalimat sebagai keseluruhannya, tetapi penekanan
pada penggunaan kata dalam kalimat untuk mendapatkan efek tertentu. Gaya kata
ini meliputi etimologi, morfologi, dan semantik. Etimologi meliputi asal-usul
kata, penciptaan kata baru. Morfologi meliputi pembentukan kata dengan
penggunaan imbuhan dan penghilangan imbuhan, seperti awalan dan akhiran,
pembalikan susun kata, pemotongan kata-kata, dan penggabungan kata-kata.
Semantik meiputi penekanan arti atau makna kata.
a. Gaya Bahasa Berdasarkan Etimologi
Gaya bahasa etimologi eliputi asal-usul kata dan penciptaan kata baru. Dalam
Larut Malam Suara Sebuah Truk ini menggunakan gaya bahasa berdasar
etimologi, antara lain: lasykar, truk, kota dan pestol. Kata lasykar atau laskar
berasal dari kata Persia lashkar yang berarti tentara. Sedangkan kata truk berasal
dari bahasa Inggris truck yang berarti kendaraan pengangkut barang. Kata kota
berasal dari bahasa Sansekerta kuta yang berarti benteng atau dinding. Kata pestol
berasal dari bahasa Inggris pistol yang berarti senjata api genggam. Kata-kata
tersebut dapat dilihat pada puisi berikut:
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
b. Gaya Bahasa Berdasar Morfologi
Gaya bahasa ini berhubungan dengan pembentukan kata-kata secara gramatikal,
yaitu membentuk kata dari kata dasarnya dengan memberi imbuhan atau
menghilangkan imbuhan. Di samping itu juga, pembentukan nonsense, yaitu kata-
kata yang tidak ada dalam kamus, secara linguistic tidak ada artinya. Dalam puisi
Larut Malam Suara Sebuah Truk menggunakan gaya bahasa morfologi sebagai
berikut:
- Memberi imbuhan: kata seorang se-orang
kata terjaga ter-jaga
- Memberi akhiran: kata pulangkah pulang-kah
- Memberi imbuhan dan akhiran: kata menyanyikan me-nyanyi-kan
kata membawakan me-bawa-kan

c. Gaya Berdasar Semantik


Gaya berdasar semantik meliputi penekanan arti atau makna kata. Diantaranya
gaya kosakata, diksi atau gaya pemilihan kata, gaya bahasa kiasan dan gaya
sarana retorika yang menekankan penggunaan kata.
Gaya kosa kata adalah penggunaan kosa kata tertentu untuk mendapatkan efek
kepuitisan terntentu. Dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk Taufiq Ismail
menggunakan bahasa sehari-hari yang ssering kita jumpai. Seperti halnya pada
kutipan puisi berikut:
..
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Kata-kata tersebut sering kita dengar ketika di lingkungan sehari-hari. Seperti
halnya seorang anak kecil yang sedang menanyakan kepulangan ayahnya atau
sedang meminta mainan yang diinginkannya. Taufiq Ismail sengaja membuat
pusisi tersebut menggunakan sehari-hari supaya membuat para pembaca dapat
dengan mudah memahami dan menemukan dalam kesehariannya.
Gaya pemilihan kata dipergunakan untuk mendapatkan arti dan intensitas
pernyataan. Terapat beberapa gaya pemilihan kata (diksi) yang terdapat pada puisi
Larut Malam Suara Sebuah Truk. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan puisi
berikut:
Sebuah Lasykar truk

Empat tahun terjaga :

dan membawakan pestol buat saya ?'


Pada kutipan berikut puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk menggunakan diksi
untuk mendapatkan arti (makna) untuk intensitas arti, seperti kata berikut: lasykar,
terjaga, dan pestol. Kata tersebut dipilih Taufiq Ismail karena dianggap tepat
untuk mendapatkan arti (makna), seperti kata lasykar yang digunakan untuk
menggambarkan suatu kelompok atau serdadu. Pada puisi tersebut lasykar
maksudnya para serdadu pengendara truk yang ikut berjuang di zaman
perjuangan. Selanjutnya terjaga yang digunakan untuk menggambarkan situasi
menunggu seseorang dengan jangka waktu yang sangat lama. Pestol dipakai untuk
menggambarkan suatu kebahagiaan yang diharapkan oleh seorang anak.

3. Gaya Wacana
Gaya wacana yang terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk
menggunakan sarana retorika. Bahasa retorika merupakan bahasa kepuitisan
berupa muslihat pikiran. Sarana retorika adalah jenis gaya dan cara tersendiri yang
digunakan oleh pengarang dalam melahirkan pikirannya (Pradopo, 2012: 93).
Bahasa retorika ini banyak digunakan oleh para penyair dalam menciptakan
sajaknya. Sebenarnya digunakan untuk membuat efisien bahasa namun terkadang
kata-kata yang digunakan itu berkonotasi berlebihan dan penuh dengan kata yang
muluk (WS, 2012: 115)
Jenis sarana retorika yang terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah
Truk adalah enumerasi. Enumerasi merupakan sarana retorika yang berupa
pemecahan suatu hal atau keadaan menjadi beberapa bagian dengan tujuan agar
hal itu lebih jelas dan nyata bagi pembaca atau pendengar. Selain itu juga untuk
menguatkan suatu pernyataan atau keadaan, dan memeberi intensitas. Seperti pada
puisi berikut:
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Pada bait puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk tersebut merupakan enumerasi.
Dalam puisi tersebut menunjukkan gambaran suatu situasi di mana
peenggambaran keadaan tersebut dijelaskan secara berurutan sehingga
memperjelas pembaca atas situasi yang digambarkan oleh Taufiq Ismail.

4. Citraan
Citraan atau imaji dalam karya berperan penting untuk menimbulkan
pembayangan imajinatif, membentuk gambaran mental, dan dapat
membangkitkan pengalaman tertentu pada pembaca. Citraan merupakan
kumpulan citra (the collection of images), yang digunakan untuk melukiskan
objek dan kualitas tanggapan indera yang digunakan dalam karya sastra, baik
dengan deskripsi secara harfiah maupun kias, Abram (dalam Al-Maruf, 2009:75-
76).
Pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk ini merupakan puisi tentang
perjuangan. Taufiq Ismail sengaja menceritakan sebuah hiruk pikuk kemerdekaan
Indonesia. Namun hal tersebut membuat Taufiq Ismail gelisah, karena perang
tidak ada hubungannya bagi sebuah keluarga prajurit. Namun bagi sebuah
keluarga peperangan hanya akan membuat mentalnya terusik. Selain fisik yang
yang harus dikorbankan, namun bagi keluarga yang ditinggalkan sebuah
peperangan dapat mengusik mental. Seperti penjelasan makna yang terdapat
dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk, yaitu sebuah keluarga yang
ditinggal yang berperang. Menyisakan seorang istri dan anak yang hanya
memikirkan kepulangan atau bahkan keselamatan seorang suami atau sang ayah.
Empat tahun terjaga, merupakan beban psikis yang dialami seorang anak ketika
ditinggalkan sang ayah tercinta pergi berperang. Dia rela berlama-lama menunggu
sang ayah kembali dari medan perang untuk dapat kembali berkumpul dalam
keluarga. Pada baris terakhir pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk terdapat
kata membawakan pestol buat saya ?. Kata pestol merupakan sebuah mainan
yang hampir disukai anak-anak. Namun pada puisi tersebut kata pestol merupakan
suatu pengharapan seorang anak yang sudah lama tidak ia dapatkan, yaitu
kebahagiaan yang diberikan sang ayah kepada anaknya.

5. Kajian Makna
Makna yang terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk. Dalam
pendekatan sastra, fenomenologi memanfaatkan pengalaman intuitif atas
fenomena, sesuatu yang hadir dalam refleksi fenomenologis, sebagai titik awal
dan usaha untuk mendapatkan fitur-hakekat dari pengalaman dan hakekat dari apa
yang kita alami.
Terdapat fenomenologi pada tiap bait puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk.
Pada bait pertama fenomenologinya merupakan para rombongan truk yang
merupakan suatu kendaraan atau alat transportasi gunanya untuk mengangkut
barang yang akan menuju kota Salatiga.
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Pada kutipan tersebut menunjukkan adanya rombongan truk yang akan
menuju kota Salatiga. Pada bait yang kedua fenomenologinya adalah para
pengendara truk yang sedang menyanyikan sebuah lagu. Menurut KBBI lagu
adalah ragam suara yang berirama. Lagu merupakan suatu hiburan yang disukai
setiap orang entah itu didengarkan maupun dinyanyikan.
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Pada kutipan tersebut lagu dinyanyikan oleh para supir truk. Mereka sedang
menyanyikan lagu tentang kemerdekaan yang berjudul 'Sudah Bebas Negeri Kita'.
Pada bait ketiga merupakan penantian anak kecil di jalan Tuntang yang sedang
menunggu kedatangan ayahnya.
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga
Pada kutipan tersebut merupakan penantian seorang anak yang menunggu
selama empat tahun. Ia sangat mengharapkan kepulangan sang ayah yang
merupakan sopir truk. Pada bait keempat merupakan pertanyaan seorang anak
yang bertanya kepada ibunya tentang kepulangan ayahnya.
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Pada kutipan tersebut seorang anak menanyakan kepulangan ayahnya kepada
sang ibu. Selain itu sudah lama tidak ada sosok ayah yang hadir di dalam
kehidupannya, serta keinginannya sebuah mainan pistol pemberian sang ayah.

E. Simpulan
Gaya bahasa adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan
dalam bentuk tulis atau lisan yang disampaikan penyair dalam menyampaikan ide,
perasaan dan pemikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian
rupa sehingga tampak indah dan penuh makna. Selain itu terdapat stilistika yang
dapat digunakan untuk menganalisis suatu makna yang terdapat dalam puisi.
Dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk terdapat tiga aspeknya, yaitu gaya
bunyi, gaya kata, dan gaya wacana. Gaya bunyi yang terdapat pada puisi karya
Taufiq Ismail tersebut menggunakan gaya bunyi estetis, yaitu gaya bunyi yang
berupa gaya ulangan bunyi: asonansi dan aliterasi. Gaya kata meliputi etimologi,
morfologi, dan semantik. Etimologi meliputi asal-usul kata, penciptaan kata baru.
Sedangkan gaya wacana yang terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah
Truk menggunakan sarana retorika. Bahasa retorika merupakan bahasa kepuitisan
berupa muslihat pikiran. Sarana retorika adalah jenis gaya dan cara tersendiri yang
digunakan oleh pengarang dalam melahirkan pikirannya.
Daftar Pustaka

Al-Maruf, Ali Imron. 2009. Stilistika Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian
Estetika Bahasa. Solo: CakraBooks Solo.
Aminnuddin. 1997. Stilistika, Pengantar Memahami Karya Sastra. Semarang: CV.
IKIP Semarang Press.

Berger, Arthur Asa. 2010. Pengantar Semiotika: Tanda-tanda dalam Kebudayaan


Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Keraf, Gorys. 2005. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia

Pradopo, Rachmad Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

__________. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai