Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan ada juga yang
menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyususn potongan
gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah
gergaji ( jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan
siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang
menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang
diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model
belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai
dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan
bertanggung jawab secara mandiri.
Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan
pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan
berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan
ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman,
2008.203).
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan dari hasil
yang didapat dari diskusi tim ahli.
Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
Perhitungan sekor kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.
Sedangkan menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008), mengemukakan
langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw sebagai berikut:
Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa.
Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda
Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan
Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.
Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan
bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap anggota
lainnya mendengarkan dengan seksama.
Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
Guru memberi evaluasi.
Penutup
http://belajarpsikologi.com/model-pembelajaran-kooperatif-jigsaw/
Pengertian, langkah-langkah, kelebihan dan kekurangan model pembelajaran jigsaw
1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif
yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas
penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada
anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan
model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan
bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan
menyampaikan meteri tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diu jicobakan oleh Elliot Aronson dan
teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan temanteman
di
Universitas
John
Hopkins
(Arends,
2001:78). Teknik
mengajar
Jigsaw
dikembangkan oleh Aronson sebagai metode pembelajaran kooperatif. Teknik ini dapat
digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa
dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih
bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong
royong
dan
mempunyai
banyak
kesempatan
untuk
mengolah
informasi
dan
materi
pelajaran
yang
diajarkannya
dan
memahami
berbagai
model
(dalam
Isjoni,
2007:17) mengatakan
bahwa pembelajaran
kooperatif adalah sebagai upaya mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu
kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang
mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak
melibatkan interaksi aktif antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun siswa
dengan lingkungan belajarnya. Siswa belajar bersama-sama dan memastikan bahwa
setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai materi yang sedang dipelajari.
Keuntungan yang bisa diperoleh dari penerapan pembelajaran kooperatif ini yaitu siswa
dapat mencapai hasil belajar yang bagus karena pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan
motivasi
belajar
siswa
yangmerupakan
salah
satu
faktor
yang
salah
satunya
adalah Jigsaw.
Pembelajaran
kooperatif jigsaw
adalah model pembelajaran yang dikembangkan agar dapat membangun kelas sebagai
komunitas belajar yang menghargai semua kemampuan siswa.
Pembelajaran
dengan
kooperatif
jigsaw
siswa
secara
individual
dapat
mengembangkan keahliannya dalam satu aspek dari materi yang sedang dipelajari serta
menjelaskan konsep dan keahliannya itu pada kelompoknya. Setiap anggota kelompok
dalam
pembelajaran
materi
yang
berbeda
dan
menerima
sertifikat
atau
lainnya
sehingga para siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk
bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya mereka dapat membantu timnya
melakukan tugas dengan baik (Slavin, 2006:5).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya
sendiri
dan
juga
pembelajaran
orang
lain. Siswa
tidak
hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain . Dengan demikian
siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif
untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Para anggota dari tim-tim yang berbeda
dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama
lain tentang topik pembelajaran yang di tugaskan kepada mereka. Kemudian siswa
siswa itu kembali pada timatau kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota
kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan
tim ahli.
Pada model pembelajaran tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.
Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan
kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam
Kelompok
asal
merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang
terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan
mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan
topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik anggota
sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada
masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari
topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, kelompok kemudian kembali pada
kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka
dapatkan
pada
saat
pertemuan
dikelompok
ahli.
Jigsaw
didesain
selain
untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga akan dituntut saling
ketergangtungan yang positif (saling memberi tahu ) terhadap teman sekelompoknya.
Selanjutnya diakhir pembelajaran siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik
materi yang telah dibahas. Kunci tipe jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa
terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar
dapat mengerjakan kuis dengan baik.
Pembelajaran
kooperatif
memerlukan
pendekatan
pengajaran
melalui
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar dan mencapai tujuan belajar. Oleh sebab itu pembelajaran dengan menggunakan
strategi jigsaw menuntut adanya pengelompokan siswa.
Sebelum menggunakan strategi jigsaw guru harus memahami terlebih dahulu
cara pengelompokan siswa. Hal yang harus diperhatikan dalam pengelompokan siswa
adalah anggota kelompok diupayakan heterogen. Keheterogenan kelompok mencakup
jenis kelamin, ras, agama (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi, rendah, sedang),
dan sebagainya.
Materi pelajaran dibagi ke dalam beberapa bagian. Sebagai contoh suatu materi dibagi
menjadi 4 bagian.
Langkah 2
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Banyak kelompok adalah hasil bagi jumlah
siswa dengan banyak bagian materi. Misalnya dalam kelas ada 20 siswa, maka banyak
kelompok adalah 5, karena materinya 4 bagian. Selanjutnya kepada setiap anggota
dalam satu kelompok diberikan satu bagian materi.
Langkah 3
Anggota dari setiap kelompok yang mendapatkan materi yang sama membentuk
kelompok. Kelompok ini disebut kelompok ahli (expert group). Banyaknya kelompok ahli
ini sama dengan banyaknya bagian materi. Pada kelompok ahli inilah siswa melakukan
diskusi untuk membahas materi yang menjadi tanggung jawabnya.
Langkah 4 : Setelah materi didiskusikan dan dibahas pada kelompok ahli, masing anggota kelompok
ahli kembali ke kelompok asalnya (home teams) untuk mengajarkan kepada anggota
kawan-kawannya. Karena ada 4 bagian materi, maka ada 4 orang yang mengajar secara
bergantian.
Langkah 5 : Guru melakukan evaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
Langkah 6 : Penutup, yaitu menutup pelajaran sebagaimana biasanya.
Bila langkah-langkah di atas dihubungkan dengan penggunaan indera dan ingatan
siswa, maka tidak dapat diragukan bahwa strategi jigsaw dapat meningkatkan dan
memaksimalkan ingatan siswa. Hal ini disebabkan dalam serangkaian langkah-langkah
pelaksanaannya, strategi jigsaw menuntut siswa untuk aktif. Sangat banyak indera yang
dilibatkan dalam belajar, yaitu mulai dari membaca dan menelaah materi, mendengar
pendapat teman, menyanggah pendapat, mempertahankan pendapat dan mengajarkan
kawan serta dievaluasi secara individual oleh guru.
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran
Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
a. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang
bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
b. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
c. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.
d. Siswa
yang
lemah
dapat
terbantu
dalam
menyelesaikan
masalah,menerapkan
bimbingan sesama teman, rasa harga diri siswa yang lebih tinggidan memperbaiki
kehadiran
e. Pemahaman materi lebih mendalam, meningkatkan motivasi belajar
f.
g. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan kelompok lain
h. Setiap siswa saling mengisi satu sama lain (Arends, 2001:23).
Dalam
penerapannya
sering
dijumpai
beberapa
permasalahan dan
kelemahannya yaitu :
a. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya
diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan
jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak
terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan
apabila tidak mengerti.
b. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfikir rendah akan mengalami
kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk
mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor
kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara
akurat.
c. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
d. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang
menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
e. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
f.
Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondiki
dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh
serta butuh waktu dan persiapan (Arends, 2001:25)
Berdasarkan kutipan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam
mengatasi kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe stad guru dapat
membimbing
siswa
yang
kurang
aktif
agar
lebih
aktif
dalam
berbicara.Setiap
pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru mempunyai sasaran tertentu yang ingin
dicapai. Untuk tercapainya tujuan-tujuan itu diperlukan cara-cara dalam menyampaikan
bahan pembelajaran yang akan disajikan kepada siswa. Cara guru menyampaikan bahan
itulah yang disebut dengan menggunakan model pembelajaran.
Model pembelajaran sebagai cara yang dalam fungsi-fungsinya merupakan alat
untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan suatu usaha
yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan suatu pelajaran kepada murid. Proses
belajar tidak dapat dipisahkan dari proses mengajar, untuk itu guru harus berusaha
menimbulkan perubahan pada diri siswa, terutama dengan cara membimbing dan
mengarahkan. Sedangkan siswa sendiri harus mempunyai keinginan untuk merubah
dirinya sendiri sesuai dengan bimbingan dan arahan yang diberikan oleh guru bahkan
lebih dari itu.
Penggunaan model mengajar yang didapat akan turut menentukan efektivitas dan
efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan
metode-metode yang berpusat pada guru serta lebih menekankan pada interaksi peserta
didik (Sardiman, 2005:71).
http://modelpembelajaranmukhlis.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-langkahlangkah-kelebihan_85.html
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas,
dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode cooperative learning. Teknik ini
dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini,
guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan
skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa
dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
ketrampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota
dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan
materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya
(Arends, 1997). Model pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus
dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
Model Pembelajaran kooperatif jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota
kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja
sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, 1994). Para anggota dari tim-tim yang
berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik
pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal
untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya
pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu
kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang
beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang
terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik
tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada
anggota kelompok asal.
Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 6 siswa
dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam
kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas
mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi
pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart
Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.
Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah
40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari
5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8
siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke
kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru
memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi
masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil
diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi
pembelajaran yang telah didiskusikan.
Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan
suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
1.
Mendorong siswa untuk lebih aktif di kelas, kreatif dalam berfikir serta bertanggungjawab terhadap
proses belajar yang dilakukannya.
2.
3.
Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan dan mengembangkan ide yang dimiliki untuk
menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok belajar yang telah dibentuk oleh
guru.
4.
Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja, tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam
diskusi tersebut.
1.
Proses belajar mengajar (PBM) membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang lain.
2.
Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok membutuhkan
penanganan yang berbeda.
.
Prinsip utama pembelajaran ini adalah Peerteaching yaitu pembelajaran oleh teman sendiri. Ini akan menjadi
kendala karena persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain.
Dalam hal ini pengawasan guru menjadi hal mutlak diperlukan agar jangan sampai terjadi salah konsep (Miss
Conception).2.Setiap siswa akan memiliki tanggung jawab akan tugasnya.
Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada teman, jika siswa tidak
percaya diri, pendidik harus mampu memainkan perannya dalam memfasilitasi kegiatan
belajar.3.Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan dalam memecahkan masalah
tanpa takut membuat salah.Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh
pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas
tersebut.4.Dapat meningkatkan kemampuan sosial: mengembangkan rasa harga diri dan hubungan interpersonal
yang positif.Awal pembelajaran ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan
yang matang sebelum model pembelajaran ini bias berjalan dengan baik.5.Waktu pelajaran lebih efisien dan
efektif.Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (> 40 siswa) sangat sulit.6.Dapat berlatih berkomunikasi
dengan baik.
http://cariinsipirasi.weebly.com/teori.html
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli
yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara
dan berpendapat.
Beberapa hal yang bisa menjadi kelemahan aplikasi model ini di lapangan,
menurut Roy Killen, 1996, adalah :
1. Prinsip utama pembelajaran ini adalah peer teaching, pembelajran oleh teman
sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami
konsep yang akan diskusikan bersama siswa lain.
2. Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan
materi pada teman.
3. Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh
guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa
dalam kelas tersebut.
4. Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran
ini bisa berjalan dengan baik.
5. Aplikasi metode ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah
sulit.
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan, yaitu :
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami
kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
4. Pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan kelompok yang
anggotanya lemah semua.
5. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai antara
kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.
6. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
Diskusi dalam kelompok ini, untuk mengatasi masalah atau kelemahan yang
muncul dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pengelompokan dilakukan terlebih dahulu, mengurutkan kemampuan belajar
siswa dalam kelas.
2. Sebelum tim ahli, misalnya ahli materi pertama kembali ke kelompok asal yang
akan bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi yang
menjadi tugass mereka
http://modelpembelajarankooperatif.blogspot.co.id/2012/08/jigsaw.html
Pada
model
pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw, tergapat kelompok asal dan kelompok ahli, kelompok asal
yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal
dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan
dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota
kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami
topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan
topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Seperti halnya model pembelajaran yang lain, model pembelajaran Jigsaw juga
mempunyai unsur-unsur, cirri-ciri, dan Pengaruh terhadap hasil belajar.
http://www.semangatanaknegeri.com/2014/06/memahami-model-pembelajaranjigsaw.html
Home Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Advertiser
Menurut Yuzar dalam Isjoni (2010: 78) dalam pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw, siswa belajar dengan kelompok kecil yang terdiri 4 sampai 6 orang,
heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan
bertanggung
jawab
secara mandiri.
Pembelajaran
ini
dimulai
dengan
Model pembelajaran jigsaw ini sendiri terbagi menjadi dua tipe yaitu jigsaw
tipe I atau sering disebut jigsaw dan jigsaw tipe II. Menurut Trianto (2010:
75) model pembelajaran jigsaw tipe II sudah dikembangkan oleh Slavin. Ada
perbedaan yang mendasar antara pembelajaran jigsaw I dan jigsaw II, kalau
tipe
awalnya
spesialisasinya
siswa
hanya
belajar
konsep
tertentu
yang
menjadi
spesialisasinya
untuk
menjadi
exspert.
SHARE THIS
http://www.duniapembelajaran.com/2014/12/model-pembelajaran-kooperatiftipe.html
engertian Model Pembelajaran Jigsaw Menurut Para Ahli. Model pembelajaran jigsaw adalah
(Model Tim Ahli) yang dikembangkan oleh Arosan, Blaney, Stephen, Sikes, dan Snapp. Pada
dasarnya, model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen
yang lebi kecil. Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok belajar koopertif yang terdiri
dari beberapa siswa sehingga setiap siswa bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap
komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing
kelompok yang bertangung jawab pada subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang
terdiri dari tiga atau empat siswa. Setelah itu siswa kembali ke kelompok masingmasing sebagai
ahli dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik lainnya, juga
bertindak serupa sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya
terhadap seluruh materi yang dtugaskan oleh guru. Dengan demikian setiap siswa dalam
kelompok harus menguaai topik secara keseluruhan.
Model pembelajaan ini sangat menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat
dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak megharuskan urutan penyampaian.
Siswa-siswi bekerja sama untuk menyelelesaikan tugas kooperatifnya dalam:
1.
2.
2.
Tiap siswa dalam tim diberi dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
3.
Setiap siswa dalam satu tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4.
Anggota tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu
dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka
5.
Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
6.
7.
8.
Memberi penghargaan terhadap kelompok yang mendapatkan banyak skor dalam kuis
9.
Penutup/kesimpulan.
http://www.gudangteori.xyz/2016/05/pengertian-model-pembelajaran-jigsaw.html
A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
c.
Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam satu
kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau tugas yang
telah dipersiapkan oleh guru.
d. Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai
dengan wacana / tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
e. Tugaskan
bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat
menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana / tugas yang telah dipahami kepada
kelompok kooperatif (kelompok inti). Poin a dan b dilakukan dalam waktu 30 menit.
f. Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali
ke kelompok kooperatif asal.
g. Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil
dari tugas di kelompok asli. Poin c dan d dilakukan dalam waktu 20 menit.
h. Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing
kelompok menyampaikan hasilnya dan guru memberikan klarifilkasi. (10 menit).
DAFTAR KEPUSTAKAAN
2005,
Pendidikan
Kewarganegaraan,
Kurikulum
dan
Silabus
Pendidikan
Kewarganegaraan, Jakarta : Depdiknas
Depdiknas, 2005, Pendidikan Kewarganegaraan, Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, Jakarta : Depdiknas
Johnson DW & Johnson, R, T (1991) Learning Together and Alone. Allin and Bacon : Massa Chussetts
Sardiman, A.M, 2003, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Wina Senjaya, 2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Standar Proses Pendidikan, Jakarta :
Kencana Prima
Depdiknas,
http://ainamulyana.blogspot.co.id/2012/02/model-pembelajaran-kooperatiftipe.html
Istilah Jigsaw berasal dari bahasa Inggris yang artinya gergaji ukir, dan ada juga yang
menyebutnya dengan istilah fuzzle, yaitu sebuah teka-teki yang menyusun potongan
gambar. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga mengambil pola cara bekerja sebuah
gergaji (Jigsaw), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama
dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
B.
Langkah-Langkah
Pembelajaran
Kooperatif Jigsaw
Berikut
langkah-langkah
kegiatan
pembelajaran
kooperatif
menurutStepen, Sikes, dan Snapp (1978) yang dikutip Rusman (2008) :
tipe
Jigsaw,
1.
Membentuk
kelompok
heterogen
yang
beranggotakan
4-6
orang.
2.
Tiap
orang
dalam
tim
diberi
bagian
materi
berbeda
3.
Tiap
orang
dalam
tim
diberi
bagian
materi
yang
ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan
tiap
anggota
lainnya
mendengarkan
dengan
sungguh-sungguh.
6.
Tiap
tim
ahli
mempresentasikan
hasil
diskusi.
7.
Guru
memberi
evaluasi
8. Penutup.
Model
Pembelajaran
tipe Jigsaw :
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada tim ahli yang
bertugas
menjelaskan
materi
kepada
rekan-rekannya.
2.
Pemerataan
materi
dapat
dicapai
dalam
waktu
yang
singkat.
3.
Melatih
siswa
untuk
berbicara
dan
berpendapat.
Kelemahan
model
pembelajaran
tipe Jigsaw :
LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN
MODEL JIGSAW
ANDREW SUSILO ON MODEL PEMBELAJARAN ON 1:57 PM
bagimanakah pengaruh
dan
ciri-ciri
model
kelompok
berkemampuan
anggotanya
tinggi,
5-6
sedang
orang).
dan
Terdiri
rendah.
dari
Selain
siswa
itu
diterapkan
melalui
I.
Review,
Pendahuluan
apersepsi
dan
motivasi;
dan
menjelaskan
3.
4.
berikut:
Tahap
1.
2.
kerangka
manfaatnya;
Pembentukan
kelompok;
heterogen;
5.
dan
Pembagian
materi/soal
II.
1.
pada
setiap
anggota
Tahap
kelompok.
Pengguasaan
Guru
memberikan
III.
1.
2.
Tahap
Setiap
siswa
kembali
sepenuhnya.
penularan
ke
kelompok
asalnya;
dari
3.
bantuan
siswa
Terjadi
diskusi
antar
siswa
lain;
dalam
kelompok
asal;
dan
4.
Dari
diskusi,
siswa
memproleh
jawaban
IV.
soal;
Penutup
1.
Guru
2.
bersama
Kuis/Evaluasi,
menyimpulkan,
siswa
evaluasi
membahas
adalah
mempertentangkan,
soal;
dan
menilai,
membandingkan,
mengeritik,
mendeskripsikan,
membantu.
kelompok
(2011:33)
mengemukakan
asal.
langkahlangkah
model
yang
akan
dicapai
sesuai
dengan
tujuan
pendukungnya
yaitu
Faktor
sebagai
berikut:
pendukung
Pembelajaran kooperatif
Jigsaw ini merupakan lingkungan belajar dimana siswa belajar bersama
dalam satu kelompok kecil yang heterogen, untuk menyelesaikan tugastugas pembelajaran. Siswa melakukan interaksi sosial untuk mempelajari
materi
yang
diberikan
kepadanya,
dan
bertanggung
jawab
untuk
buku-buku
2.
pelajaran
yang
Faktor
relevan.
penghambat
Tidak selamanya proses belajar dengan model Jigsaw ini berjalan dengan
lancar. Terdapat beberapa hambatan yang dapat muncul. Yang paling
sering terjadi adalah kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar
dengan model ini. Peserta didik dengan pengajar masih terbawa
kebiasaan metode konvensional, dimana pemberian materi terjadi secara
satu arah. Faktor penghambat yang lain yaitu kurangnya waktu. Proses
model
ini
membutuhkan
waktu
lebih
banyak,
sementara
maktu
http://www.semangatanaknegeri.com/2014/06/langkah-langkah-penerapanmodel-jigsaw.html
3.
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kusai dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan seksama,
6.
7.
8.
Penutup
Menurut Nunuk langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah
sebagai berikut:
1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok tiap kelompok terdiri dari 5-6 orang dengan
kemampuan yang heterogen, jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan
jumlah bagian materi pelajaran yang akan dicapai.
2.
Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi bagi menjadi
beberapa sub bab.
3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk
mempelajarinya.
4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
5. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya (kelompok asal atau kelompok
gigi gergaji) bertugas mengajar teman-temannya.
6.
Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis
individu.
Sedangkan Slavin menjelaskan aktivitas-aktivitas belajar dalam teknik jigsaw yaitu:
pada tahap membaca pembelajar memperoleh topik-topik permasalahan untuk dibaca
sehingga mendapatkan informasi dan permasalahan tersebut. Pada tahap diskusi kelompok
ahli, pembelajar yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dengan
satu kelompok (kelompok ahli) untuk mendiskusikan topik permasalahan tersebut. Pada
tahap laporan kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan hasil
diskusinya kepada anggota kelompoknya masing-masing. Pada tahap kuis, pembelajar
memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik permasalahan. Pada tahap
perhitungan skor dilakukan setelah kuis selesai dikerjakan yaitu dengan menghitung skor
perkembangan individu dan skor kelompok. Skor individu setiap kelompok memberi
sumbangan pada skor kelompok. Adapun hal-hal yang dilakukan sebelum ataupun sesudah
cooperative learning teknik jigsaw pada dasarnya pembelajar diberi treatment dengan tugas
mandiri, ceramah dari guru, dan penguasaan lainnya.
Download Makalah Lengkap Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Agar dapat lebih memahami mengenai langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw adalah sebagai berikut:
1.
Pembelajaran jigsaw diawali dengan pengenalan topik. Guru menuliskan topik tersebut di
papan tulis dan menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik
tersebut. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata atau struktur kognitif
peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru.
2.
Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri
dari 4 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal.
Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran
yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Dalam teknik Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi
pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar
bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam
kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok
asal. Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai
sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari
40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal
yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal
memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru
memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
3. Setelah selesai melakukan diskusi, guru meminta siswa untuk kembali ke kelompok asal dan
meminta setiap siswa untuk mempresentasikan topik hasil diskusi dari kelompok ahli
secara bergantian kepada anggota kelompok asal. Siswa lain diberi kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan sebagai klarifikasi. Guru mengelilingi satu kelompok ke kelompok
lain untuk mengamati proses. Guru menyuruh siswa untuk membuat rangkuman dari hasil
diskusi kelompoknya dan menyuruh perwakilan kelompok untuk menyampaikan
kesimpulan diskusi agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang
telah didiskusikan.
4. Pada akhir pelajaran, Guru mengadakan kuis secara individual. hasil nilai yang diperoleh
tiap anggota kelompok dikumpulkan, kemudian dirata-rata dalam kelompok untuk
menentukan predikat kelompok. dalam menjawab kuis, sesama anggota tidak boleh saling
membantu. Perubahan skor awal (base score) individu dengan skor hasil kuis disebut skor
perkembangan
5. Memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan skor penghargaan yang diperoleh
anggota, dirata-rata dan hasilnya untuk menentukan predikat tim.
6.
Evaluasi oleh guru, Setelah dilakukan penghitungan skor dan penghargaan kelompok
dilakukan evaluasi untuk menentukan langkah selanjutnya yang harus diterapkan agar
diperoleh hasil tes yang lebih baik lagi.
http://kumpulantugassekolahdankuliah.blogspot.co.id/2015/01/langkah-langkahpembelajaran-kooperatif.html
Model pembalajaran kooperatif type Jigsaw ini telah dikembangkan dan diuji
coba oleh Elliot Aronson bersama teman-temannya dari Universitas Texas.
Seperti yang telah diungkapkan oleh Lie (dalam Rusman, 2012:218),
bahwa model pembelajaran kooperatif type jigsawmerupakan model
belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari empat sampai enam orang secara heterogen dimana siswa belajar secara
bekerja sama yang saling berketergantungan positif dan bertanggung jawab
secara mandiri.
lebih lanjut Lie mengemukakan bahwa model pembelajaran ini adalah salah satu
type atau model pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Artinya, dalam model
jigsaw siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan
mengolah informasi yang didapatnya. sehingga hal ini mempengaruhi terhadap
perkembangan anak secara positif. yakni, prestasi siswa lebih baik, mempunyai
sikap yang lebih baik, dan saling menghargai satu dengan yang lain.
Berikut adalah langkah-langkahnya dalam penerapannya.
1. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota 4 sampai dengan 5
orang.
2. Guru menginformasikan, setiap siswa dalam tim memiliki materi dan tugas yang
berbeda-beda.
3. Guru mengelompokkan dari anggota tim yang berbeda dengan penugasan yang
sama namun membentuk kelompok baru (kelompok ahli).
4. Setelah kelompok ahli berdiskusi, kelompok ahli ini kemudian kembali ke
kelompoknya. semula dan kemudian menjelaskan kepada anggota kelompoknya
tentang materi yang sudah. didiskusikan namun hanya pada materi yang mereka
kuasai.
5. Guru mengajak siswa tiap tim ahli untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
6. Guru membahas dan mengulas materi dengan tujuan agar pemahaman siswa
lebih jelas.
7. Guru bersama siswa melakukan penyimpulan materi serta menutup pelajaran.
Model pembelajaran jigsaw ini disebut juga dengan kooperatif para ahli. artinya
bahwa, setiap anggota kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbedabeda. Permasalahan yang dihadapi pada setiap kelompok sama, hanya setiap
utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi yang sama, dengan
sebutan tim ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi, dan
kemudian hasil pembahasan tersebut dibawa kepada kelompok asal dan
disampaikannya kepada anggota kelompoknya.
http://area.blogwahyu.com/p/blog-page_2.html
Siswa lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat karena siswa diberikan
kesempatan untuk berdiskusi dan menjelaskan materi pada masing-masing
kelompok.
5. Siswa lebih memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih dalam dan
sederhana dengan anggota kelompoknya.
6. Siswa lebih menguasai materi karena mampu mengajarkan materi tersebut
kepada teman kelompok belajarnya.
7.
8.
9.
1. Siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi maka akan sulit
dalam menyampaikan materi pada teman.
2.
Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi.
3. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami
kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.
4.
5.
6. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai antara
kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.
7. Keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa kurang bisa
berkonsentrasi dalam menyampaikan pembelajaran yang dikuasainya.
8. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada
anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif
dalam diskusi.
9.
Jika tidak didukung dengan kondisi kelas yang mumpuni (luas) metode sulit
dijalankan mengingat siswa harus beberapa kali berpindah dan berganti
kelompok.
10. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum
terkondiki dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga
menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum
model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
Beberapa hal yang bisa menjadi kendala aplikasi model ini dilapangan
yang harus kita cari jalan keluarnya, menurut Roy Killen (1996), adalah:
1. Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah peer teaching pembelajaran oleh
teman sendiri, akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam
memahami suatu konsep yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain.
2. Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi
pada teman, jika siswa tidak memiliki rasa kepercayaan diri.
3. Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh
pendidik dan ini biasanya dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali
tipe-tipe siswa dalam kelompok tersebut.
4.
5.
Aplikasi metode ini pada kelas yang besar ( lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit,
tapi bisa diatasi dengan model team teaching
Tidak selamanya proses belajar dengan model jigsaw berjalan dengan
lancar. Ada beberapa hambatan yang dapat muncul, yang paling sering terjadi
adalah kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan model ini. Peserta
didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, dimana
pemberian materi terjadi secara satu arah. Faktor penghambat lain adalah
kurangnya waktu, proses model ini membutuhkan waktu yang lebih banyak,
sementara waktu pelaksanaan metode ini harus disesuaikan dengan beban
kurikulum.
Untuk mengatasi masalah atau kelemahan yang muncul dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw serta agar pelaksanaan pembelajaran
kooperatif dapat berjalan dengan baik, dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
2.
Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas
heterogen.
3.
4. Sebelum tim ahli, misalnya ahli materi pertama kembali ke kelompok asal yang
akan bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi
yang menjadi tugas mereka
5.
Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi
pembelajaran.
6. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru
maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
7.
8.
9.
10. Untuk mengantisipasi masalah siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi
ini guru, maka harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus
menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan
dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
11. Untuk mengantisipasi siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir
rendah, maka guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor
kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan
secara akurat.
12. Untuk mengantisipasi siswa cerdas yang cenderung merasa bosan maka guru
harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang
cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
http://kumpulantugassekolahdankuliah.blogspot.co.id/2015/01/kelebihan-dankekurangan-pembelajaran.html
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw. Setiap kebijakan yang diambil oleh
guru tentunya ada kelebihan dan kekurangan dalam berbagai aspek. Begitu pula dengan model
pembelajaran
yang
akan
diterapkan
oleh
guru.
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan serta kekurangan tersendiri. Adapun kelebihan dan
kekurangan
model
pembelajaran
jigsaw
adalah:
Prinsip utama pola pembelajaran ini adala peer teaching pembelajaran oleh teman
sendiri, akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep
yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain.
2.
Dirasa sulit menyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada
teman, jika siswa tidak memiliki rasa kepercayaan diri.
3.
Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh pendidik
dan ini biasanya dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa
dalam kelompok tersebut.
4.
Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya membutuhkan waktu
yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan
dengan baik.
5.
Aplikasi metode ini pada kelas besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit, tapi bisa diatasi
dengan model teaching.
http://www.gudangteori.xyz/2016/05/kelebihan-dan-kekurangan-model.html
http://task-lecture.blogspot.co.id/2012/09/kelebihan-dan-kekurangan-metodejigsaw.html
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
2). Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap
kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda