Anda di halaman 1dari 38

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan ada juga yang
menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyususn potongan
gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah
gergaji ( jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan
siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang
menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang
diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model
belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai
dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan
bertanggung jawab secara mandiri.
Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan
pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan
berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan
ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman,
2008.203).

Bandingkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw


Menurut Rusman (2008 : 205) model pembelajaran jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para
ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Namun,
permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas
membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah kekelompok
asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya.
Kegiatan yang dilakukan pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw sebagai berikut:
1.
Melakukan mambaca untuk menggali informasi. Siswa memeperoleh topik topik
permasalahan untuk di baca sehingga mendapatkan imformasi dari permasalahan tersebut.
2.
Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatka topik permasalahan yang sama
bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicaran topik
permasalahan tersebut.

3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan dari hasil
yang didapat dari diskusi tim ahli.
Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
Perhitungan sekor kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.
Sedangkan menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008), mengemukakan
langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw sebagai berikut:
Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa.
Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda
Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan
Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.
Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan
bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap anggota
lainnya mendengarkan dengan seksama.
Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
Guru memberi evaluasi.
Penutup

Read more: MODEL PEMBELAJARAN : Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

http://belajarpsikologi.com/model-pembelajaran-kooperatif-jigsaw/
Pengertian, langkah-langkah, kelebihan dan kekurangan model pembelajaran jigsaw
1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif
yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas
penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada
anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan
model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan
bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan
menyampaikan meteri tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diu jicobakan oleh Elliot Aronson dan
teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan temanteman

di

Universitas

John

Hopkins

(Arends,

2001:78). Teknik

mengajar

Jigsaw

dikembangkan oleh Aronson sebagai metode pembelajaran kooperatif. Teknik ini dapat
digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa
dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih
bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong
royong

dan

mempunyai

banyak

kesempatan

meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

untuk

mengolah

informasi

dan

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan


bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami
hakikat

materi

pelajaran

yang

diajarkannya

dan

memahami

berbagai

model

pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan


perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.
Jhonson

(dalam

Isjoni,

2007:17) mengatakan

bahwa pembelajaran

kooperatif adalah sebagai upaya mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu
kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang
mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak
melibatkan interaksi aktif antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun siswa
dengan lingkungan belajarnya. Siswa belajar bersama-sama dan memastikan bahwa
setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai materi yang sedang dipelajari.
Keuntungan yang bisa diperoleh dari penerapan pembelajaran kooperatif ini yaitu siswa
dapat mencapai hasil belajar yang bagus karena pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan

motivasi

belajar

siswa

yangmerupakan

salah

satu

faktor

yang

mempengaruhi hasil belajar.


Siswa juga dapat menerima dengan senang hati pembelajaran yang digunakan
karena adanya kontak fisik antar siswa. Terdapat banyak tipe dalam pembelajaran
kooperatif

salah

satunya

adalah Jigsaw.

Pembelajaran

kooperatif jigsaw

adalah model pembelajaran yang dikembangkan agar dapat membangun kelas sebagai
komunitas belajar yang menghargai semua kemampuan siswa.
Pembelajaran

dengan

kooperatif

jigsaw

siswa

secara

individual

dapat

mengembangkan keahliannya dalam satu aspek dari materi yang sedang dipelajari serta
menjelaskan konsep dan keahliannya itu pada kelompoknya. Setiap anggota kelompok
dalam

pembelajaran

kooperatif jigsaw mempelajari

materi

yang

berbeda

dan

bertanggung jawab untuk mempelajari bagiannya masing-masing. Pembelajaran dengan


kooperatif jigsaw diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Pembelajaran kooperatif Jigsaw menjadikan siswa termotivasi untuk belajar
karena skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada tim didasarkan pada sistem
skor perkembangan individual, dan para siswa yang skor timnya meraih skor tertinggi
akan

menerima

sertifikat

atau

bentuk-bentuk penghargaan(rekognisi) tim

lainnya

sehingga para siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk
bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya mereka dapat membantu timnya
melakukan tugas dengan baik (Slavin, 2006:5).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya

sendiri

dan

juga

pembelajaran

orang

lain. Siswa

tidak

hanya

mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain . Dengan demikian
siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif
untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Para anggota dari tim-tim yang berbeda
dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama
lain tentang topik pembelajaran yang di tugaskan kepada mereka. Kemudian siswa
siswa itu kembali pada timatau kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota
kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan
tim ahli.
Pada model pembelajaran tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.
Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan
kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam

Kelompok

asal

merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang
terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan
mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan
topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik anggota
sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada
masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari
topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, kelompok kemudian kembali pada
kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka
dapatkan

pada

saat

pertemuan

dikelompok

ahli.

Jigsaw

didesain

selain

untuk

meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga akan dituntut saling
ketergangtungan yang positif (saling memberi tahu ) terhadap teman sekelompoknya.
Selanjutnya diakhir pembelajaran siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik
materi yang telah dibahas. Kunci tipe jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa
terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar
dapat mengerjakan kuis dengan baik.

2 Langkah-langkah Model Kooperatif Tipe Jigsaw


Sebagaimana telah disebutkan di depan bahwa strategi jigsaw merupakan salah
satu dari sekian banyak strategi pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran
kooperatif.

Pembelajaran

kooperatif

memerlukan

pendekatan

pengajaran

melalui

penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar dan mencapai tujuan belajar. Oleh sebab itu pembelajaran dengan menggunakan
strategi jigsaw menuntut adanya pengelompokan siswa.
Sebelum menggunakan strategi jigsaw guru harus memahami terlebih dahulu
cara pengelompokan siswa. Hal yang harus diperhatikan dalam pengelompokan siswa
adalah anggota kelompok diupayakan heterogen. Keheterogenan kelompok mencakup
jenis kelamin, ras, agama (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi, rendah, sedang),
dan sebagainya.

Adapun teknik untuk mengelompokkan siswa dapat ditempuh

berdasarkan metode sosiometri, berdasarkan kesamaan nomor, atau menggunakan


teknik acak (Nurhadi, 2004:68).
Melalui metode sosiometri guru dapat menentukan siswa yang tergolong disukai
oleh banyak teman (bintang kelas) hingga yang paling tidak disukai atau tidak memiliki
teman (terisolasi). Berdasarkan metode sosiometri tersebut guru menyusun kelompokkelompok belajar yang di dalam tiap kelompok ada siswa yang tergolong banyak teman,
yang tergolong biasa, dan yang terisolasi.
Pembentukan kelompok dengan mendasarkan pada kesamaan nomor, misalnya
dalam kelas terdiri atas 30 siswa dan guru ingin membentuk 6 kelompok belajar yang
masing-masing beranggotakan 5 orang, guru dapat menghitung siswa dari satu hingga 6.
Selanjutnya, para siswa yang bernomor sama dikelompokkan sehingga terbentuklah 6
kelompok siswa dengan masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang siswa yang
memiliki karakteristik heterogen.
Pada pembentukan kelompok secara acak, guru terlebih dahulu mengelompokkan
siswa secara homogen. Selanjutnya dari kelompok homogen tersebut dipilih secara acak
dan dimasukkan ke dalam sejumlah kelompok yang telah ditentukan sehingga
terbentuklah kelompok-kelompok belajar yang heterogen.
Setelah kelompok-kelompok belajar terbentuk barulah pembelajaran dengan
strategi jigsaw dimulai. Namun untuk kelas yang baru pertama kali digunakan strategi

ini, guru harus menjelaskan mekanismenya. Adapun langkah-langkah pembelajaran


dengan strategi jigsaw menurut Nurhadi (2004:64) adalah :
Kelas dibagi menjadi beberapa team yang anggotanya terdiri 5 atau 6 siswa dengan
karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk
teks; dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan
akademik tersebut. Para anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung
jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul
untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam ini
disebut kelompok pakar (expert group). Selanjutnya, para siswa yang berada dalam
kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain
mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar. Setelah diadakan
pertemuan dan diskusi dalam home teams, para siswa dievaluasi secara individual
mengenai bahan yang telah dipelajari.

Sementara prosedur pembelajaran dengan strategi jigsaw menurut Malvin (2004:


193-194) adalah :
1. Pilihlah materi belajar yang bisa dipecah menjadi beberapa bagian. Sebuah bagian bisa
sependek kalimat atau sepanjang beberapa paragraf. (Jika materinya panjang,
perintahkan siswa untuk membaca tugas mereka sebelum pelajaran).
2. Hitunglah jumlah bagian yang hendak dipelajari dan jumlah siswa. Bagikan secara adil
berbagai tugas kepada berbagai kelompok siswa. Sebagai contoh, bayangkan sebuah
kelas yang terdiri dari 12 siswa. Dimisalkan bahwa anda bisa membagi materi pelajaran
menjadi tiga segmen atau bagian. Anda mungkin selanjutnya dapat membetuk kuartet
(kelompok empat anggota) dengan memberikan segmen 1, 2 atau 3 kepada tiap
kelompok. Kemudian perintahkan tiap kelompok belajar untuk membaca,
mendiskusikan, dan mempelajari materi yang mereka terima terlebeih dahulu.
3. Setelah waktu belajar selesai, bentuklah kelompok-kelompok belajar ala jigsaw,.
Kelompok tersebut terdiri dari perwakilan tiap kelompok belajar di kelas. Dalam contoh
yang baru saja diberikan, anggota dari tiap kuartet dapat berhitung mulai 1, 2, 3 dan 4.
Kemudian bentuklah kelompok belajar jigsaw dengan jumlah yang sama. Hasilnya adalah
kelompok trio. Dalam masing-masing trio akan ada satu siswa yang telah mempelajari
segmen 1, segmen 2 dan segmen 3.
4. Perintahkan anggotan kelompok jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain apa yang
telah mereka pelajari.
5. Perintahkan siswa untuk kembali ke posisi semula dalam rangka membahas pertanyaan
yang masih tersisa guna memastikan pemahaman yang akurat.

Dari dua kutipan tentang langkah-langkah penerapan strategi jigsaw dalam


pembelajaran dapatlah disimpulkan bahwa strategi jigsaw dilaksanakan dengan suatu
urutan langkah-langkah khusus. Adapun langkah-langkah tersebut adalah :
Langkah 1

Materi pelajaran dibagi ke dalam beberapa bagian. Sebagai contoh suatu materi dibagi
menjadi 4 bagian.

Langkah 2

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Banyak kelompok adalah hasil bagi jumlah
siswa dengan banyak bagian materi. Misalnya dalam kelas ada 20 siswa, maka banyak
kelompok adalah 5, karena materinya 4 bagian. Selanjutnya kepada setiap anggota
dalam satu kelompok diberikan satu bagian materi.

Langkah 3

Anggota dari setiap kelompok yang mendapatkan materi yang sama membentuk

kelompok. Kelompok ini disebut kelompok ahli (expert group). Banyaknya kelompok ahli
ini sama dengan banyaknya bagian materi. Pada kelompok ahli inilah siswa melakukan
diskusi untuk membahas materi yang menjadi tanggung jawabnya.
Langkah 4 : Setelah materi didiskusikan dan dibahas pada kelompok ahli, masing anggota kelompok
ahli kembali ke kelompok asalnya (home teams) untuk mengajarkan kepada anggota
kawan-kawannya. Karena ada 4 bagian materi, maka ada 4 orang yang mengajar secara
bergantian.
Langkah 5 : Guru melakukan evaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
Langkah 6 : Penutup, yaitu menutup pelajaran sebagaimana biasanya.
Bila langkah-langkah di atas dihubungkan dengan penggunaan indera dan ingatan
siswa, maka tidak dapat diragukan bahwa strategi jigsaw dapat meningkatkan dan
memaksimalkan ingatan siswa. Hal ini disebabkan dalam serangkaian langkah-langkah
pelaksanaannya, strategi jigsaw menuntut siswa untuk aktif. Sangat banyak indera yang
dilibatkan dalam belajar, yaitu mulai dari membaca dan menelaah materi, mendengar
pendapat teman, menyanggah pendapat, mempertahankan pendapat dan mengajarkan
kawan serta dievaluasi secara individual oleh guru.
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran
Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
a. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang
bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
b. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
c. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.

d. Siswa

yang

lemah

dapat

terbantu

dalam

menyelesaikan

masalah,menerapkan

bimbingan sesama teman, rasa harga diri siswa yang lebih tinggidan memperbaiki
kehadiran
e. Pemahaman materi lebih mendalam, meningkatkan motivasi belajar
f.

Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif

g. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan kelompok lain
h. Setiap siswa saling mengisi satu sama lain (Arends, 2001:23).
Dalam

penerapannya

sering

dijumpai

beberapa

permasalahan dan

kelemahannya yaitu :
a. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya
diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan
jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak
terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan
apabila tidak mengerti.
b. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfikir rendah akan mengalami
kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk
mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor
kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara
akurat.
c. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
d. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang
menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
e. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
f.

Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondiki
dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh
serta butuh waktu dan persiapan (Arends, 2001:25)
Berdasarkan kutipan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam
mengatasi kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe stad guru dapat

membimbing

siswa

yang

kurang

aktif

agar

lebih

aktif

dalam

berbicara.Setiap

pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru mempunyai sasaran tertentu yang ingin
dicapai. Untuk tercapainya tujuan-tujuan itu diperlukan cara-cara dalam menyampaikan
bahan pembelajaran yang akan disajikan kepada siswa. Cara guru menyampaikan bahan
itulah yang disebut dengan menggunakan model pembelajaran.
Model pembelajaran sebagai cara yang dalam fungsi-fungsinya merupakan alat
untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan suatu usaha
yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan suatu pelajaran kepada murid. Proses
belajar tidak dapat dipisahkan dari proses mengajar, untuk itu guru harus berusaha
menimbulkan perubahan pada diri siswa, terutama dengan cara membimbing dan
mengarahkan. Sedangkan siswa sendiri harus mempunyai keinginan untuk merubah
dirinya sendiri sesuai dengan bimbingan dan arahan yang diberikan oleh guru bahkan
lebih dari itu.
Penggunaan model mengajar yang didapat akan turut menentukan efektivitas dan
efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan
metode-metode yang berpusat pada guru serta lebih menekankan pada interaksi peserta
didik (Sardiman, 2005:71).

Berdasarkan kedua kutipan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa


dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, diperlukan adanya metode pembelajaran
yang bervariasai agar siswa tidak bosan dalam mengikuti proses belajar mengajar dan
tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Model Pembelajarantipe jigsaw merupakan model
pembelajaran dimana siswa belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta
didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk
menyampaikan ideatau gagasan atau pendapatnya sendiri.

http://modelpembelajaranmukhlis.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-langkahlangkah-kelebihan_85.html

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas,
dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode cooperative learning. Teknik ini
dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini,
guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan
skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa

dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
ketrampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota
dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan
materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya
(Arends, 1997). Model pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus
dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
Model Pembelajaran kooperatif jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota
kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja
sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, 1994). Para anggota dari tim-tim yang
berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik
pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal
untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya
pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu
kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang
beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang
terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik
tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada
anggota kelompok asal.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Jigsaw

Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 6 siswa
dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam
kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas
mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi
pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart
Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.
Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah
40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari
5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8
siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke
kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru
memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi
masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil
diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi
pembelajaran yang telah didiskusikan.

Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.

Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan
suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODELPEMBELAJARAN JIGSAW


Kelebihan model pembelajaran Jigsaw :

1.

Mendorong siswa untuk lebih aktif di kelas, kreatif dalam berfikir serta bertanggungjawab terhadap
proses belajar yang dilakukannya.

2.

Mendorong siswa untuk berfikir kritis dan dinamis.

3.

Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan dan mengembangkan ide yang dimiliki untuk
menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok belajar yang telah dibentuk oleh
guru.

4.

Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja, tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam
diskusi tersebut.

Kekurangan model pembelajaran Jigsaw :

1.

Proses belajar mengajar (PBM) membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang lain.

2.

Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok membutuhkan
penanganan yang berbeda.

.
Prinsip utama pembelajaran ini adalah Peerteaching yaitu pembelajaran oleh teman sendiri. Ini akan menjadi
kendala karena persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain.
Dalam hal ini pengawasan guru menjadi hal mutlak diperlukan agar jangan sampai terjadi salah konsep (Miss
Conception).2.Setiap siswa akan memiliki tanggung jawab akan tugasnya.
Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada teman, jika siswa tidak
percaya diri, pendidik harus mampu memainkan perannya dalam memfasilitasi kegiatan
belajar.3.Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan dalam memecahkan masalah
tanpa takut membuat salah.Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh
pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas
tersebut.4.Dapat meningkatkan kemampuan sosial: mengembangkan rasa harga diri dan hubungan interpersonal
yang positif.Awal pembelajaran ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan
yang matang sebelum model pembelajaran ini bias berjalan dengan baik.5.Waktu pelajaran lebih efisien dan

efektif.Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (> 40 siswa) sangat sulit.6.Dapat berlatih berkomunikasi
dengan baik.

http://cariinsipirasi.weebly.com/teori.html

engertian Model Pembelajaran Jigsaw


Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot
Aronsons, (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and SNAPP, 1978). Model pembelajaran ini
didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri
dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan,
tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada
kelompoknya. Sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun social siswa sangat
diperlukan. Model pembelajaran Jigsaw ini diladasi oleh teori belajar humanistic, karena teori
belajar humanistic menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki
potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya.
Teknik mengajar Jigsaw sebagain metode pembelajaran kooperatif bisa digunakan
dalam pengakaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Teknik ini
menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara sehingga dapat
digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperi ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan
social, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/ tingkatan.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan
memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab
untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi
tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan
kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota
kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang.
Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain
(kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan
kepada anggota kelompok asal.
Disini, peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli
agar mudah untuk memahami materi yang diberikan.
Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang
memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab
dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan
memecahkan masalah yang diberikan.
B. Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan Model Pembelajaran tipe Jigsaw
adalah sebagai berikut:

1. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 6 orang


2. Tiap orang dalam kelompok diberi sub topik yang berbeda.
3. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan
menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
4. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan
semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
5. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling
membantu untuk menguasai topik tersebut.
6. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok
masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya.
7. Tiap kelompok memperesentasikan hasil diskusi.
8. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang
telah didiskusikan.
9. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
C.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw


Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran
Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli
yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara
dan berpendapat.
Beberapa hal yang bisa menjadi kelemahan aplikasi model ini di lapangan,
menurut Roy Killen, 1996, adalah :
1. Prinsip utama pembelajaran ini adalah peer teaching, pembelajran oleh teman
sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami
konsep yang akan diskusikan bersama siswa lain.
2. Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan
materi pada teman.
3. Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh
guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa
dalam kelas tersebut.
4. Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran
ini bisa berjalan dengan baik.
5. Aplikasi metode ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah
sulit.
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan, yaitu :

1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami
kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
4. Pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan kelompok yang
anggotanya lemah semua.
5. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai antara
kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.
6. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
Diskusi dalam kelompok ini, untuk mengatasi masalah atau kelemahan yang
muncul dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pengelompokan dilakukan terlebih dahulu, mengurutkan kemampuan belajar
siswa dalam kelas.
2. Sebelum tim ahli, misalnya ahli materi pertama kembali ke kelompok asal yang
akan bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi yang
menjadi tugass mereka
http://modelpembelajarankooperatif.blogspot.co.id/2012/08/jigsaw.html

Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw


Model pembelajaran tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang
terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab
atas penguasaan bagian materi belajar maupun mengajarkan bagian tersebut
kepada anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw ini didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaranya sendiri dan
juga pembelajaran orang lain. Siswa juga tidak hanya mempelajari materi yang
telah diberikan tetapi mereka juga harus memberikan dan mengajarkan meteri
tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa tidak
saling tergantung dengan yang lain dan harus bekerjasama secara kooperatif
untuk mempelajari meteri yang ditugaskan.
Model Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran dimana setiap anggota
menyumbangkan informasi penggalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan,
dan keterampilan yang dimilikinya untuk secara bersama-sama saling
meningkatkan pemahaman seluruh anggota. Pembelajaran tipe Jigsaw ini
merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif yang merupakan pembelajaran
kelompok dimana setiap anggiota bertanggung jawab atas pengguasaan materi
tertentu dan menggajarkannya kepada anggota kelompok ahli masing-masing.

Selanjutnya Arends, (dalam Suwahyuni 2011:32) mengemukakan bahwa model


pembelajaran Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan
bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas
ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan
materi tersebut kepada anggota kelompok lain.

Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw juga sangat Mudah diterapkan.


karena model Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajaranya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak
hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota lain. Dengan
demikian siswa saling bergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Lie, (dalam
Suwahyuni 2011:32).

Pada

model

pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw, tergapat kelompok asal dan kelompok ahli, kelompok asal
yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal
dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan
dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota
kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami
topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan
topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Seperti halnya model pembelajaran yang lain, model pembelajaran Jigsaw juga
mempunyai unsur-unsur, cirri-ciri, dan Pengaruh terhadap hasil belajar.
http://www.semangatanaknegeri.com/2014/06/memahami-model-pembelajaranjigsaw.html
Home Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Jigsaw
Diposkan oleh Rini Andriani - Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw - Postingan kali ini, blog
Pembelajaran akan share mengenai salah satu tipe pembelajaran kooperatif,
yaitu model pembelajaran Jigsaw. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dikembangkan pertama kalinya untuk menghadapi isu yang disebabkan
perbedaan sekolah-sekolah di Amerika Serikat antara tahun 1964 dan 1974
oleh Elliot Aronson sebagai model cooperative learning.

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran


kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran. Dalam pembelajaran tipe jigsaw setiap siswa
mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan materi yang telah dipelajari
oleh siswa lain.

Anita Lie (2004:69) mengatakan bahwa:


"Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al. sebagai metode cooperative
learning. Dalam model ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa
dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.
Selain itu,siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai
banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan komunikasi."

DESAIN MODEL PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW


Jigsaw di desain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari
materi yang diberikan, tetapi juga harus siap memberikan dan mengajarkan
materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian,
siswa saling tergantung satu dengan yang

lain dan harus bekerja sama

untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

DEFINISI PEMBELAJARAN JIGSAW MENURUT AHLI

Menurut Agus Suprijono (2009: 89) pembelajaran jigsaw merupakan


pembelajaran kooperatif dimana guru membagi kelas dalam kelompokkelompok lebih kecil. Jumlah kelompok tergantung pada konsep yang
terdapat pada topik yang dipelajari. Jika satu kelas ada 40 siswa, maka
setiap kelompok beranggotakan 10 orang. Keempat kelompok itu disebut
kemompok asal, setelah kelompok asal terbentuk guru membagikan materi
tekstual kepada tiap-tiap kelompok. Berikutnya membentuk kelompok
ahli,berikan kesempatan untuk berdiskusi setelah itu kembali pada kelompok
asal dan menjelaskan hasil diskusi kepada kelompok masing-masing.

Advertiser

Menurut Yuzar dalam Isjoni (2010: 78) dalam pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw, siswa belajar dengan kelompok kecil yang terdiri 4 sampai 6 orang,
heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan
bertanggung

jawab

secara mandiri.

Pembelajaran

ini

dimulai

dengan

pembelajaran bab atau pokok bahasan, sehingga setiap anggota kelompok


memegang materi dengan topik yang berbeda-beda. Tiap siswa dari masingmasing kelompok yang memegang materi yang sama selanjutnya berkumpul
dalam satu kelompok baru yang dinamakan kelompok ahli. Masing-masing
kelompok ahli bertanggungjawab untuk sebuah bab atau pokok bahasan.
Setelah kelompok ahli selesai mempelajari satu topik materi keahliannya,
masing-masing siswa kembali ke kelompok asal mereka untuk mengajarkan

materi keahliannya kepada teman-teman dalam satu kelompok dalam bentuk


diskusi.

Model pembelajaran jigsaw ini sendiri terbagi menjadi dua tipe yaitu jigsaw
tipe I atau sering disebut jigsaw dan jigsaw tipe II. Menurut Trianto (2010:
75) model pembelajaran jigsaw tipe II sudah dikembangkan oleh Slavin. Ada
perbedaan yang mendasar antara pembelajaran jigsaw I dan jigsaw II, kalau
tipe

awalnya

spesialisasinya

siswa

hanya

belajar

konsep

tertentu

yang

menjadi

sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui

diskusi teman segrubnya. Pada tipe II ini setiap siswa memperoleh


kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia
belajar

spesialisasinya

untuk

menjadi

exspert.

Sekian semoga bermanfaat uraian mengenai model pembelajaran kooperatif


tipe Jigsaw ini.

SHARE THIS
http://www.duniapembelajaran.com/2014/12/model-pembelajaran-kooperatiftipe.html
engertian Model Pembelajaran Jigsaw Menurut Para Ahli. Model pembelajaran jigsaw adalah
(Model Tim Ahli) yang dikembangkan oleh Arosan, Blaney, Stephen, Sikes, dan Snapp. Pada
dasarnya, model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen
yang lebi kecil. Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok belajar koopertif yang terdiri
dari beberapa siswa sehingga setiap siswa bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap
komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing
kelompok yang bertangung jawab pada subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang
terdiri dari tiga atau empat siswa. Setelah itu siswa kembali ke kelompok masingmasing sebagai
ahli dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik lainnya, juga
bertindak serupa sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya
terhadap seluruh materi yang dtugaskan oleh guru. Dengan demikian setiap siswa dalam
kelompok harus menguaai topik secara keseluruhan.

Model Pembelajaran Jigsaw Menurut Para Ahli

Model pembelajaan ini sangat menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat
dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak megharuskan urutan penyampaian.
Siswa-siswi bekerja sama untuk menyelelesaikan tugas kooperatifnya dalam:
1.

Belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya.

2.

Merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya


semula.

Langkah-langkah kegiatan model pembelajaran jigsaw adalah sebagai berikut:


1.

Siswa dikelompokkan ke dalam 4/5 anggota tim

2.

Tiap siswa dalam tim diberi dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan

3.

Setiap siswa dalam satu tim diberi bagian materi yang ditugaskan

4.

Anggota tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu
dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka

5.

Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

6.

Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi

7.

Guru memberikan evaluasi berupa kuis

8.

Memberi penghargaan terhadap kelompok yang mendapatkan banyak skor dalam kuis

9.

Penutup/kesimpulan.

http://www.gudangteori.xyz/2016/05/pengertian-model-pembelajaran-jigsaw.html
A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Tipe Jigsaw adalah salah satu tipepembelajaran kooperatif di mana


pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan
pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman
kelompok. Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini setiap siswa menjadi
anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok ahli.
Anggota kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya diberi nomor
kepala 1-5. Nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu
kelompok yang disebut kelompok ahli.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu: a.


kelompok kecil, b. belajar bersama, dan c. pengalaman belajar. Esensi kooperatif
learning adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga
dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok
optimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan
tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam
kelompok.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Johnson (1991 : 27) yang
menyatakan bahwa Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw ialah kegiatan belajar
secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman
belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.
B. Pembentukan Kelompok Belajar
Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi dua anggota
kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Kelompok kooperatif awal (kelompok asal).
Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota
diberi nomor kepala, kelompok harus heterogen terutama di kemampuan akademik.
b. Kelompok Ahli
Kelompok ahli anggotanya adalah nomor kepala yang sama pada kelompok asal, dengan
diagram sebagai berikut:
C. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini berbeda dengan kelompok kooperatif
lainnya, karena setiap siswa bekerja sama pada dua kelompok secara bergantian,
dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
a. Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok inti, beranggotakan 4
orang.Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya A, B, C, D.
b. Membagi wacana / tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-masing siswa
dalam kelompok asal mendapat wacana / tugas yang berbeda, nomor kepala yang sama
mendapat tugas yang sama pada masing-masing kelompok.

c.

Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam satu
kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau tugas yang
telah dipersiapkan oleh guru.
d. Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai
dengan wacana / tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
e. Tugaskan
bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat
menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana / tugas yang telah dipahami kepada
kelompok kooperatif (kelompok inti). Poin a dan b dilakukan dalam waktu 30 menit.
f. Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali
ke kelompok kooperatif asal.
g. Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil
dari tugas di kelompok asli. Poin c dan d dilakukan dalam waktu 20 menit.
h. Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing
kelompok menyampaikan hasilnya dan guru memberikan klarifilkasi. (10 menit).

DAFTAR KEPUSTAKAAN
2005,
Pendidikan
Kewarganegaraan,
Kurikulum
dan
Silabus
Pendidikan
Kewarganegaraan, Jakarta : Depdiknas
Depdiknas, 2005, Pendidikan Kewarganegaraan, Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, Jakarta : Depdiknas
Johnson DW & Johnson, R, T (1991) Learning Together and Alone. Allin and Bacon : Massa Chussetts
Sardiman, A.M, 2003, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Wina Senjaya, 2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Standar Proses Pendidikan, Jakarta :
Kencana Prima
Depdiknas,

http://ainamulyana.blogspot.co.id/2012/02/model-pembelajaran-kooperatiftipe.html

Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif tipe


Jigsaw
A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Istilah Jigsaw berasal dari bahasa Inggris yang artinya gergaji ukir, dan ada juga yang
menyebutnya dengan istilah fuzzle, yaitu sebuah teka-teki yang menyusun potongan
gambar. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga mengambil pola cara bekerja sebuah

gergaji (Jigsaw), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama
dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot


Aronsons, (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and SNAPP, 1978). Model
pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak
hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Sehingga
baik kemampuan secara kognitif maupun social siswa sangat diperlukan.

Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif


yang menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti
yang diungkapkan Lie (1993 : 73), bahwa pembelajaran model kooperatif Jigsaw ini
merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri atas empat sampai enam orang secara heterogen, dan siswa bekerjasama, saling
ketergantungan
positif
dan
bertanggung
jawab
secara
mandiri.
Pada kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, permasalahan yang dihadapi setiap
kelompok sama, disebut sebagai tim ahli yang bertugas membahas permasalahan yang
dihadapi. Kemudian hasil permasalahan itu dibawa ke kelompok asal, dan disampaikan
pada anggota kelompoknya.

B.

Langkah-Langkah

Pembelajaran

Kooperatif Jigsaw

Berikut
langkah-langkah
kegiatan
pembelajaran
kooperatif
menurutStepen, Sikes, dan Snapp (1978) yang dikutip Rusman (2008) :

tipe

Jigsaw,

1.
Membentuk
kelompok
heterogen
yang
beranggotakan
4-6
orang.
2.
Tiap
orang
dalam
tim
diberi
bagian
materi
berbeda
3.
Tiap
orang
dalam
tim
diberi
bagian
materi
yang
ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.

5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan
tiap
anggota
lainnya
mendengarkan
dengan
sungguh-sungguh.
6.
Tiap
tim
ahli
mempresentasikan
hasil
diskusi.
7.
Guru
memberi
evaluasi
8. Penutup.

C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw


Kelebihan

Model

Pembelajaran

tipe Jigsaw :

1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada tim ahli yang
bertugas
menjelaskan
materi
kepada
rekan-rekannya.
2.
Pemerataan
materi
dapat
dicapai
dalam
waktu
yang
singkat.
3.
Melatih
siswa
untuk
berbicara
dan
berpendapat.
Kelemahan

model

pembelajaran

tipe Jigsaw :

1. Prinsif utama pembelajaran ini adalah peer teaching,pembelajaran oleh teman


sendiri,
ini akan menjadi kendala, karena perbedaan persepsi memahami konsep yang akan
didiskusikan
bersama
siswa
lain.
2.Tidak semua siswa memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi
kepada
temannya.
3. Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini
diterapkan.
4. Data siswa tentang nilai, kepribadian,perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru,
dan butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe masing-masing siswa.
5. Model pembelajaran ini sulit diterapkan pada kelas yang memiliki siswa banyak (>40)

Itulah langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Semoga bermanfaat :)


http://irawatiardi.blogspot.co.id/2014/12/langkah-langkah-pembelajarankooperatif.html

LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN
MODEL JIGSAW
ANDREW SUSILO ON MODEL PEMBELAJARAN ON 1:57 PM

TAHAPAN YANG DILAKUKAN UNTUK MENERAPKAN


MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW
Sebelum anda menerapkan Model pembelajaran jigsaw hendaknya anda
mengetahui

bagimanakah pengaruh

dan

ciri-ciri

model

pembelajaran jigsaw terhadap hasil belajar siswa. Menurut Elliot


Aronson, (dalam Okklien 2010: 16), ada 6 tahapan model pembelajaran
Jigsaw yaitu:
1. Tahap pertama, dalam tahap ini guru mempersiapkan materi yang
dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran berkelompok sesuai
dengan pelajaran kooperatif, yakni siswa dibagi beberapa kelompok
(tiap

kelompok

berkemampuan

anggotanya
tinggi,

5-6

sedang

orang).
dan

Terdiri

rendah.

dari
Selain

siswa
itu

dipertimbangkan kriteria heterogenitas lainya seperti jenis kelamin


dan ras.
2. Tahap kedua, penyajian materi dalam penerapan kooperatif tipe
Jigsaw pada awalnya diperkenalkan melalui penyajian kelas. Materi
pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah
dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
3. Tahap ketiga adalah setiap anggota kelompok membaca sub bab
yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
Sebagai contoh, jika materi yang diberikan adalah alat komunikasi,
seseorang siswa mempelajari tentang etika berkomunikasi, siswa
lain mempelajari tentang etiket berkomunikasi.
4. Tahap keempat adalah anggota dari kelompok lain yang telah
mempelajari dari sub bab yang sama bertemu dalam kelompokkelompok ahli untuk mendiskusikanya.
5. Tahap kelima adalah setiap anggota kelompok ahli setelah kembali
kekelompoknya bertugas mengajar teman-temanya.
6. Tahap keenam adalah ada pertemuan dan diskusi kelompok asal,
siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis. Memberikan kuis pada
siswa untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah pembelajaran.

Siswa tidak diperbolehkan bekerjasama pada saat mengerjakan tes


itu. Siswa menjawab seluruh pertanyaan secara induvidu.

Selain tahapan di atas, pelaksanaan kegiatan pembelajaran Jigsaw juga


dapat

diterapkan

melalui

I.
Review,

Pendahuluan

apersepsi

dan

motivasi;

Menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai

dan

menjelaskan

3.
4.

berikut:

Tahap

1.
2.

kerangka

manfaatnya;

Pembentukan

kelompok;

Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang

heterogen;
5.

dan

Pembagian

materi/soal

II.
1.

pada

setiap

anggota

Tahap

kelompok.

Pengguasaan

Siswa dengan materi/soal sama bergabung dalam kelompok ahli dan

berusaha menguasai materi sesuai dengan soal yang diterima; dan


2.

Guru

memberikan

III.
1.
2.

Tahap
Setiap

siswa

kembali

sepenuhnya.
penularan

ke

kelompok

asalnya;

Tiap siswa dalam kelompok saling menularkan dan menerima materi

dari
3.

bantuan

siswa
Terjadi

diskusi

antar

siswa

lain;
dalam

kelompok

asal;

dan

4.

Dari

diskusi,

siswa

memproleh

jawaban

IV.

soal;
Penutup

1.

Guru

2.

bersama

Kuis/Evaluasi,

menyimpulkan,

siswa

evaluasi

membahas

adalah

mempertentangkan,

soal;

dan

menilai,

membandingkan,

mengeritik,

mendeskripsikan,

membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan, menghubungkan


dan

membantu.

Pada model pembelajaran kooperati tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal


dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang
keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari
beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari
anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari
dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas tertentu
yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada
anggota
Suwahyuni,

kelompok
(2011:33)

mengemukakan

asal.
langkahlangkah

model

pembelajaran Jigsaw sebagai berikut:


1. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok, terdiri dari 4-6
siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut
kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal disesuaikan
dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa
sesuai dengan tujuan pembelajaran siswa yang akan dicapai. Dalam
tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu
bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi
pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang
disebut kelompok ahli. Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan
bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana
bagaimana menyampaikan kepada temanya jika kembali kelompok

asal. Misalnya, suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi


penmbelajaran

yang

akan

dicapai

sesuai

dengan

tujuan

pembelajaranya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka


dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8
siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota
kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal, memberikan
informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli.
Guru memfasilitasi diskusi kelompok, baik yang ada pada kelompok
ahli maupun kelompok asal;
2. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok
asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok
atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan
hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat
menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah
didiskusikan;
3. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual;
4. Guru memberikan penghargaan pada kelompok asal yang nilai rataratanya tinggi;
5. Sebaiknya materi untuk dipelajari sudah diberikan pada pertemuan
sebelumnya sehingga di kelas hanya membutuhkan sedikit waktu
untuk meneruskannya.

Penerapan model pembelajaran Jigsaw tidak seluruhnya berjalan dengan


lancer dalam proses pembelajaran, terdapat juga faktor penghambat dan
faktor
1.

pendukungnya

yaitu
Faktor

sebagai

berikut:
pendukung

Pembelajaran kooperatif
Jigsaw ini merupakan lingkungan belajar dimana siswa belajar bersama
dalam satu kelompok kecil yang heterogen, untuk menyelesaikan tugastugas pembelajaran. Siswa melakukan interaksi sosial untuk mempelajari
materi

yang

diberikan

kepadanya,

dan

bertanggung

jawab

untuk

menjelaskan kepada anggota kelompoknya. Jadi siswa dilatih untuk berani


berinteraksi dengan sesamanya. Pembelajaran dengan model ini akan
berkembang jika siswa menguasai pelajaran yang tentunya didukung
dengan

buku-buku

2.

pelajaran

yang

Faktor

relevan.
penghambat

Tidak selamanya proses belajar dengan model Jigsaw ini berjalan dengan
lancar. Terdapat beberapa hambatan yang dapat muncul. Yang paling
sering terjadi adalah kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar
dengan model ini. Peserta didik dengan pengajar masih terbawa
kebiasaan metode konvensional, dimana pemberian materi terjadi secara
satu arah. Faktor penghambat yang lain yaitu kurangnya waktu. Proses
model

ini

membutuhkan

waktu

lebih

banyak,

sementara

pelaksanaan model ini harus disesuaikan dengan beban kurikulum.

maktu

http://www.semangatanaknegeri.com/2014/06/langkah-langkah-penerapanmodel-jigsaw.html

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif


Tipe Jigsaw
Menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008),
mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut:
1. Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang siswa.
2.

Tiap orang dalam tim diberi bagian materi berbeda

3.

Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan

4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kusai dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan seksama,
6.

Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi

7.

Guru memberi evaluasi

8.

Penutup
Menurut Nunuk langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah
sebagai berikut:

1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok tiap kelompok terdiri dari 5-6 orang dengan
kemampuan yang heterogen, jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan
jumlah bagian materi pelajaran yang akan dicapai.
2.

Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi bagi menjadi
beberapa sub bab.

3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk
mempelajarinya.
4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
5. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya (kelompok asal atau kelompok
gigi gergaji) bertugas mengajar teman-temannya.

6.

Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis
individu.
Sedangkan Slavin menjelaskan aktivitas-aktivitas belajar dalam teknik jigsaw yaitu:
pada tahap membaca pembelajar memperoleh topik-topik permasalahan untuk dibaca
sehingga mendapatkan informasi dan permasalahan tersebut. Pada tahap diskusi kelompok
ahli, pembelajar yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dengan
satu kelompok (kelompok ahli) untuk mendiskusikan topik permasalahan tersebut. Pada
tahap laporan kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan hasil
diskusinya kepada anggota kelompoknya masing-masing. Pada tahap kuis, pembelajar
memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik permasalahan. Pada tahap
perhitungan skor dilakukan setelah kuis selesai dikerjakan yaitu dengan menghitung skor
perkembangan individu dan skor kelompok. Skor individu setiap kelompok memberi
sumbangan pada skor kelompok. Adapun hal-hal yang dilakukan sebelum ataupun sesudah
cooperative learning teknik jigsaw pada dasarnya pembelajar diberi treatment dengan tugas
mandiri, ceramah dari guru, dan penguasaan lainnya.
Download Makalah Lengkap Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Agar dapat lebih memahami mengenai langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw adalah sebagai berikut:

1.

Pembelajaran jigsaw diawali dengan pengenalan topik. Guru menuliskan topik tersebut di
papan tulis dan menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik
tersebut. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata atau struktur kognitif
peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru.

2.

Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri
dari 4 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal.
Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran
yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Dalam teknik Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi
pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar
bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam
kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok
asal. Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai
sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari
40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal
yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal
memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru
memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

3. Setelah selesai melakukan diskusi, guru meminta siswa untuk kembali ke kelompok asal dan
meminta setiap siswa untuk mempresentasikan topik hasil diskusi dari kelompok ahli

secara bergantian kepada anggota kelompok asal. Siswa lain diberi kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan sebagai klarifikasi. Guru mengelilingi satu kelompok ke kelompok
lain untuk mengamati proses. Guru menyuruh siswa untuk membuat rangkuman dari hasil
diskusi kelompoknya dan menyuruh perwakilan kelompok untuk menyampaikan
kesimpulan diskusi agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang
telah didiskusikan.
4. Pada akhir pelajaran, Guru mengadakan kuis secara individual. hasil nilai yang diperoleh
tiap anggota kelompok dikumpulkan, kemudian dirata-rata dalam kelompok untuk
menentukan predikat kelompok. dalam menjawab kuis, sesama anggota tidak boleh saling
membantu. Perubahan skor awal (base score) individu dengan skor hasil kuis disebut skor
perkembangan
5. Memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan skor penghargaan yang diperoleh
anggota, dirata-rata dan hasilnya untuk menentukan predikat tim.
6.

Evaluasi oleh guru, Setelah dilakukan penghitungan skor dan penghargaan kelompok
dilakukan evaluasi untuk menentukan langkah selanjutnya yang harus diterapkan agar
diperoleh hasil tes yang lebih baik lagi.
http://kumpulantugassekolahdankuliah.blogspot.co.id/2015/01/langkah-langkahpembelajaran-kooperatif.html

Pengertian Dan Langkah-langkah Model Pembelajaran


Kooperatif Type Jigsaw

Model pembalajaran kooperatif type Jigsaw ini telah dikembangkan dan diuji
coba oleh Elliot Aronson bersama teman-temannya dari Universitas Texas.
Seperti yang telah diungkapkan oleh Lie (dalam Rusman, 2012:218),
bahwa model pembelajaran kooperatif type jigsawmerupakan model
belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari empat sampai enam orang secara heterogen dimana siswa belajar secara
bekerja sama yang saling berketergantungan positif dan bertanggung jawab
secara mandiri.
lebih lanjut Lie mengemukakan bahwa model pembelajaran ini adalah salah satu
type atau model pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Artinya, dalam model
jigsaw siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan
mengolah informasi yang didapatnya. sehingga hal ini mempengaruhi terhadap
perkembangan anak secara positif. yakni, prestasi siswa lebih baik, mempunyai
sikap yang lebih baik, dan saling menghargai satu dengan yang lain.
Berikut adalah langkah-langkahnya dalam penerapannya.
1. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota 4 sampai dengan 5
orang.

2. Guru menginformasikan, setiap siswa dalam tim memiliki materi dan tugas yang
berbeda-beda.
3. Guru mengelompokkan dari anggota tim yang berbeda dengan penugasan yang
sama namun membentuk kelompok baru (kelompok ahli).
4. Setelah kelompok ahli berdiskusi, kelompok ahli ini kemudian kembali ke
kelompoknya. semula dan kemudian menjelaskan kepada anggota kelompoknya
tentang materi yang sudah. didiskusikan namun hanya pada materi yang mereka
kuasai.
5. Guru mengajak siswa tiap tim ahli untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
6. Guru membahas dan mengulas materi dengan tujuan agar pemahaman siswa
lebih jelas.
7. Guru bersama siswa melakukan penyimpulan materi serta menutup pelajaran.
Model pembelajaran jigsaw ini disebut juga dengan kooperatif para ahli. artinya
bahwa, setiap anggota kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbedabeda. Permasalahan yang dihadapi pada setiap kelompok sama, hanya setiap
utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi yang sama, dengan
sebutan tim ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi, dan
kemudian hasil pembahasan tersebut dibawa kepada kelompok asal dan
disampaikannya kepada anggota kelompoknya.
http://area.blogwahyu.com/p/blog-page_2.html

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran


Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan model pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut :
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli
yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
2. Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan dalam
memecahkan masalah tanpa takut membuat salah.
3. Dapat meningkatkan kemampuan sosial: mengembangkan rasa harga diri dan
hubungan interpersonal yang positif.
4.

Siswa lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat karena siswa diberikan
kesempatan untuk berdiskusi dan menjelaskan materi pada masing-masing
kelompok.

5. Siswa lebih memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih dalam dan
sederhana dengan anggota kelompoknya.
6. Siswa lebih menguasai materi karena mampu mengajarkan materi tersebut
kepada teman kelompok belajarnya.
7.

Siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam kelompok

8.

Materi yang diberikan kepada siswa dapat merata.

9.

Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif


Menurut Ibrahim dkk (2000) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat
mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar
siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa lebih
banyak belajar dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada guru.
Ratumanan (2002) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam bentuk
kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual siswa.
Adapun kekurangan yang bisa ditemukan didalam pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw adalah sebagai berikut:

1. Siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi maka akan sulit
dalam menyampaikan materi pada teman.
2.

Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi.

3. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami
kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.
4.
5.

Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.


Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.

6. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai antara
kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.
7. Keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa kurang bisa
berkonsentrasi dalam menyampaikan pembelajaran yang dikuasainya.
8. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada
anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif
dalam diskusi.

9.

Jika tidak didukung dengan kondisi kelas yang mumpuni (luas) metode sulit
dijalankan mengingat siswa harus beberapa kali berpindah dan berganti
kelompok.

10. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum
terkondiki dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga
menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum
model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
Beberapa hal yang bisa menjadi kendala aplikasi model ini dilapangan
yang harus kita cari jalan keluarnya, menurut Roy Killen (1996), adalah:
1. Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah peer teaching pembelajaran oleh
teman sendiri, akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam
memahami suatu konsep yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain.
2. Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi
pada teman, jika siswa tidak memiliki rasa kepercayaan diri.
3. Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh
pendidik dan ini biasanya dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali
tipe-tipe siswa dalam kelompok tersebut.
4.

Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya


membutuhkan waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model
pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

5.

Aplikasi metode ini pada kelas yang besar ( lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit,
tapi bisa diatasi dengan model team teaching
Tidak selamanya proses belajar dengan model jigsaw berjalan dengan
lancar. Ada beberapa hambatan yang dapat muncul, yang paling sering terjadi
adalah kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan model ini. Peserta
didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, dimana
pemberian materi terjadi secara satu arah. Faktor penghambat lain adalah
kurangnya waktu, proses model ini membutuhkan waktu yang lebih banyak,
sementara waktu pelaksanaan metode ini harus disesuaikan dengan beban
kurikulum.
Untuk mengatasi masalah atau kelemahan yang muncul dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw serta agar pelaksanaan pembelajaran
kooperatif dapat berjalan dengan baik, dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:

1. Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran


kooperatif di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.

2.

Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas
heterogen.

3.

Pengelompokan dilakukan terlebih dahulu, mengurutkan kemampuan belajar


siswa dalam kelas.

4. Sebelum tim ahli, misalnya ahli materi pertama kembali ke kelompok asal yang
akan bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi
yang menjadi tugas mereka
5.

Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi
pembelajaran.

6. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru
maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
7.

Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.

8.

Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi


yang dapat mendukung proses pembelajaran

9.

Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran kooperatif


tipe Jigsaw.

10. Untuk mengantisipasi masalah siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi
ini guru, maka harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus
menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan
dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
11. Untuk mengantisipasi siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir
rendah, maka guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor
kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan
secara akurat.
12. Untuk mengantisipasi siswa cerdas yang cenderung merasa bosan maka guru
harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang
cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

http://kumpulantugassekolahdankuliah.blogspot.co.id/2015/01/kelebihan-dankekurangan-pembelajaran.html

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw


Diposkan oleh Ratna Arya Cakka di 12:01 AM

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw. Setiap kebijakan yang diambil oleh
guru tentunya ada kelebihan dan kekurangan dalam berbagai aspek. Begitu pula dengan model
pembelajaran

yang

akan

diterapkan

oleh

guru.

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan serta kekurangan tersendiri. Adapun kelebihan dan
kekurangan

model

pembelajaran

jigsaw

adalah:

Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw


Belajar kooperatif dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik
antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa lebih banyak belajar
dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada guru. Interaksi yang terjadi dalam bentuk
kooperatif dapatmemacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw

Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw


Beberapa hal yang bisa menjadi kendala aplikasi model ini di lapangan yang harus kita cari jalan
keluarnya adalah:
1.

Prinsip utama pola pembelajaran ini adala peer teaching pembelajaran oleh teman
sendiri, akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep
yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain.

2.

Dirasa sulit menyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada
teman, jika siswa tidak memiliki rasa kepercayaan diri.

3.

Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh pendidik
dan ini biasanya dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa
dalam kelompok tersebut.

4.

Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya membutuhkan waktu
yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan
dengan baik.

5.

Aplikasi metode ini pada kelas besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit, tapi bisa diatasi
dengan model teaching.

http://www.gudangteori.xyz/2016/05/kelebihan-dan-kekurangan-model.html

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE JIGSAW


Adapun kelebihan-kelebihan metode jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Cocok untuk semua kelas/tingkatan;
2. Bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, atau berbicara. Juga
dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran;
3. Belajar dalam suasana gotong-royong mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Sedangkan kekurangan metode jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Membutuhkan lebih banyak waktu;
2.

Membutuhkan pengajar yang kreatif.

http://task-lecture.blogspot.co.id/2012/09/kelebihan-dan-kekurangan-metodejigsaw.html
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif Jigsaw berdasarkan uraian di atas


adalah sebagai berikut :

Kelebihan pembelajaran kooperatif Jigsaw :


1). Memacu siswa untuk lebih aktif, kreatif serta bertanggungjawab terhadap proses belajarnya.
2). Mendorong siswa untuk berfikir kritis
3). Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang
dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok tersebut.
4). Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam
diskusi tersebut.
Disamping kelebihan dari pembelajaran kooperatif Jigsaw ada juga kekurangannya yaitu:
1). Kegiatan belajar-mengajar membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang lain

2). Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap
kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda

Anda mungkin juga menyukai