Anda di halaman 1dari 4

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

(UNINDRA)
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
SOAL UJIAN PENGENDALIAN MUTU
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Program studi : Pend.Bahasa dan Sastra Indonesia


Mata Kuliah : Kajian Prosa Fiksi Drama
Hari / Tanggal :
Waktu : 100 menit
Sifat Ujian : Buku terbuka

1. Jelaskan pendapat Anda, apakah tayangan-tayangan di media sosial youtube yang menceritakan
tentang sekelumit peristiwa manusia dapat dimasukkn dalam klasifikasi drama? Jelaskan
berdasarkan aspek struktur drama!  (skor 10)
2. Cerita rakyat tidak akan hilang eksistensinya dalam lingkungan ruang lingkup perkembangan
sastra. Oleh seabab itu kajiilah kutipan dialog drama di bawah ini dengan pendekatan semiotik! !
(skor 20)

3.            Prolog:Dikisahkan pada beribu-ribu tahun yang lalu, tanah Parahyangan dipimpinoleh seorang
raja dan ratu yang memeiliki seorang putri yang begitucantik.Dayang Sumbi, itulah nama putri yang terkenal
karena kecantikan dan kecerdasannya. Hanya satu yang disayangkan darinya, dia begitu manja.Pada suatu
hari saat sedang menenun di beranda istana, Dayang Sumbi merasalemas dan pusing. Dia menjatuhkan
pintalan benangny brkali-kali. 
4. Adegan1 :Dayang Sumbi: (marah)"Aah! Jatuh lagi! Jatuh lagi!Kunaon sih?Aku malas
mengambilnyalagi. Aku bersumpah! Siapapun dia jika ada yang mengambilkan pintalanbenangku, kalau dia
laki-laki, akan kujadikan suami, jika perempuan akan kujadikan saudara..."   Narator:Saparantosna putri
ngecapkeun sumpah, torojol anjing sakti si Tumang. Setelah kata-kata sumpah itu diucapkan, datang seekor
anjing sakti yang bernamaTumang.  Tumang:"Ini pintalan benangnya, Tuan Putri!Sok mangga!         Dayang
Sumbi:(kaget)"Haaahhh?? Kenapa..knp seekor anjing yang harus mengambil pintalan benangku? Berarti mau
tak mau....., aku harus melaksanakan sumpahku danmenikahi anjing ini.Dedeuh Gusti, kumaha ieu........?? 
Narator: Kemudian Dayang Sumbi dan Tumang menikah dan hidup berbahagia hingga mereka dikaruniai
seorang anak yang berupa anak manusia tapi memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya. Anak ini diberi nama
Sangkuriang. Dimasa partumbuhanya, Sangkuriang teh biasa dibarengan ku si Tumang. Sangkuriang tumbuh
jadi jajaka yang gagah jeung kasep tapi Sangkuriang teuapaleun yen Tumang teh bapana. Pada suatu hari
Dayang Sumbi memanggil putranya Sangkuriang.
5. Adegan 2 : Dayang Sumbi: "Sangkuriang..! sangkuriang.. Nak, bunda teh
bakal ngayakeun suatu pesta.Pergilah kau berburu rusa di hutan bersama si
Tumang.Sangkuriang: Baik, bunda.Sangkuriang moal bakal balik sateuacana meunangkeun
rusa. Narator:Tibalah sangkuriang di sebuah hutan.Jol Sangkuriang nepi ka hutan.       
6. Adegan 3: Sangkuriang: "Kemana lagi ya,kamana deui atuh supaya
sangkuriang bisa mendapatkan seekor rusa? Dari tadi pagi sampai siang, aku menjelajahi
hutan ini tapi tak kutemui seekor rusapun. Aku lelah sekali. Tapi aku tak ingin mengecewakan
bunda. Aku tidak ingin pulang, kalau pulang tidak membawa hasil. Maafkan aku Tumang
terpaksa panah ini harus kutujukan padamu. Hatimu sebagai bukti kasihku pd bundaku meski
kutak dapat hati binatang buruanku
7.
8. Tikus di Sawah (skor 25)
9.
10. SEORANG PETANI DATANG DENGAN CANGKUL DI PUNDAKNYA. IA MENARUH CANGKUL, KEMUDIAN
DUDUK DAN MENGIBASKAN KAOSNYA KARENA GERAH.
11. “Semakin hari bertani makin susah. Dulu sama Soeharto, petani dipaksa menanam padi. Semua orang terpaksa makan nasi.
Makan ubi, singkong, jagung, talas, dan sagu dianggap bodoh. Makan nasi dianggap beradab. Adab, adab Bapakmu!”
12.
13. MELEPAS KAOS KARENA SEMAKIN GERAH. IA GUNAKAN KAOSNYA SEBAGAI KIPAS.
14.
15. “Waktu makan sagu atau talas, kita tidak perlu repot-repot tanam. Tidak repot-repot tebang hutan buat buka lahan. Wong
tumbuh liar. Bibitnya gratis, tis, tis, dari Allah. Sudah dikasih enak sama Allah kok cari yang repot. Howalah susah, susah! Sekarang
petani mau nanam padi kalau gak ada sawah ya mentok jadi buruh tani. Beli bibit mahal, bikin bibit sendiri ditangkap negara karena
melanggar kekayaan intelektual. Tambah lagi semakin ke sini tanah semakin rusak kena pupuk. Tapi ya bingung juga, kalau tidak
dipupuk tidak bisa penuhi target panen. Malah rugi. Itu belum seberapa. Semua itu tambah parah kalau sudah ada tikus-tikus.”
BERDIRI.
16.
17. MENDEKAT KE PENONTON, SEOLAH BERBISIK.
18. “Saya cerita begini rahasia lho ya. Jangan bilang siapa-siapa. Jangan direkam. Setelah saya cerita tolong lupakan. Tikus di
sini ada banyak jenisnya. Yang biasa ada di sawah ya biasa, tikus yang suka makan beras. Ada lagi tikus yang suka makan tanah.
Tikus-tikus itu berbahaya, mereka suka mengambil alih lahan. Menggusur rumah. Mengubah lahan sawah jadi bandara, tambang, atau
kebun sawit. Jenis tikus berikutnya yang suka sembunyi. Sebenarnya sekilas ia tidak tampak bahaya, tapi ternyata dia sering
membantu tikus pemakan tanah. Mereka satu komplotan. Terakhir tikus hijau. Nah tikus jenis ini ganas sekali. Dia bisa membunuh
petani dengan alasan keamanan negara.”
a. Uraikan unsur intrinsik dialog drama di atas
b. Kajilah penggalan dialog drama di atas dengan menggunakan pendekatan semiotik
c.
19. Sinopsis Drama (skor 25)
20. Peti Paling Berat
21. Yanto, Asep, dan Kodir adalah pengurus pemakaman jenazah di Tempat Pemakaman Umum Pondok Rangon. Semenjak
Covid-19, beban kerja mereka semakin banyak. Setiap hari ada saja kuburan yang harus mereka gali.

22. TIGA LAKI-LAKI DATANG. MEREKA MEMAKAI BAJU AZMAT. MEREKA LEPAS ALAT PELINDUNG DIRI
MEREKA SATU PER SATU. SETELAH MENYISAKAN KAOS DAN CELANA PENDEK YANG MELEKAT DI BADAN,
MEREKA DUDUK DENGAN KAKI DILURUSKAN, BERSELONJOR.

23. Asep: “Haduh Kang, kita kerja begini kapan kelar yak?”
24. Kodir: “Eleuh maneh Sep, Sep. Cari kerja di Jakarta teh susah. Maneh harusnya bersyukur, urang bisa kerja tiap hari. Dapat
duit.”
25. Asep: “Ih Kang Kodir, iya iya Asep bersyukur dapat duit. Tapi kan gak gini juga Kang. Masa Asep juga kudu bersyukur
karena tiap hari ada orang meninggal?”
26. Kodir: “Ya teu kitu pisan. Teuing lah. Gak tahu. Bingung juga aing.”
27.
28. YANTO MENYODORKAN SATU BOTOL BESAR AIR PUTIH PADA ASEP DAN KODIR.

29. Yanto: “Udah-udah. Ini minum dulu biar adem. Kita jarang bisa istirahat siang. Habis ini paling mobil ambulans datang lagi.
Istirahat saja, simpan tenaga.”
30. Asep: “Mas Yanto, maaf ya. Kemarin Asep gak masuk kerja. Seumur-umur jadi tukang gali kubur, baru kali ini Asep
kecapekan. Sebelumnya mah, gali sampai malam juga gak masalah.”
31. Yanto: “Iya ndak apa-apa. Capek itu wajar. Saya juga capek, Kang Kodir juga capek. Tidak perlu memaksakan diri. Bisa-
bisa kita yang gali kubur, kita juga yang masuk kubur itu.”
32. Kodir: “Mas Yanto ih. Jangan bilang gitu atuh. Ngeri pisan itu mah.”
33. Asep: “Hahaha Kang Kodir juga takut mati kan. Makanya kalau Asep gak masuk kerja jangan dimarahin.”
34. Kodir: “Aing maneh teh paling muda di dieu. Aing sama Mas Yanto udah hampir kepala lima. Masa tenaga yang muda
begini kalah. Pemuda harusnya kuat. Maneh naon? Lemah!”
35. Asep: “Yeee… kalau Asep kerja banting tulang, capek tapi gak istirahat, terus meninggal siapa yang tanggung jawab. Orang-
orang kalau tukang gali kuburnya meninggal kan enak, tinggal cari tukang yang baru. Lah kalau Asep meninggal, anak istri gimana?
Hari ini aja, ini pundak hampir patah gara-gara peti mati tadi.”
36. Kodir: “Oh iya. Berat pisan. Yang dikubur deket pohon jeruk ya? Aduh itu yang berat petinya atau orangnya?”
37. Asep: “Orangnya paling itu. Mungkin kayak di tipi-tipi. Apa dah nama sinetronnya? Azab yak atau rahasia Ilahi? Itu karena
banyak dosa jadi berat gitu petinya.”
38. Yanto: “Hus! Jangan sembarangan lah. Kita gak kenal orangnya kok main hakim. Memangnya kamu gak banyak dosa Sep?”
Asep: “Ya Asep juga ada dosa, Mas Yanto. Kan di tipi emang begitu.”
39. Yanto: “Menurut saya sih, ada satu peti yang paling berat. Peti yang tiap saya angkat, selalu bikin hidup jadi tambah sesak.”
Kodir: “Peti yang mana Mas Yanto?” Yanto: “Peti yang ukurannya paling kecil.”
40. SEMUA DIAM. MEREKA BERTIGA MENENGADAH. LAMPU PANGGUNG MATI PELAN-PELAN.
41.
Penulis : Rosy Dewi Arianti Saptoyo
42. Editor : Arum
Sutrisni Putri
43.
a. Uraikan unsur intrinsik dialog drama di atas
b. Kajilah penggalan dialog drama di atas dengan menggunakan salah satu pendekatan Abrams
c.
5. Kajilah puisi di bawah dengan menggunakan 12.
pendekatan poskolonial! 13. O, tikar tafakur!
6. 14. O, bau sungai tohor
7. Kesaksian Akhir Abad yang kotor!
8. W.S.Rendra 15. Bagaimana aku akan
9. bisa
10. Ratap tangis menerpa pintu kalbuku. 16. membaca keadaan ini?
11. ` Bau anyir darah mengganggu tidur 17.
malamku.
18. Di atas atap kesepian 59. menjadi sumber
nalar pikiran masalah
19. yang digalaukan oleh lampu-lampu kota 60. di dalam kehidupan?
20. yang bertengkar dengan 61.
malam, 62. Dengan puisi ini aku
21. bersaksi
22. 63. bahwa rakyat indonesia
23. belum merdeka.
24. 64. Rakyat yang tanpa hak
25. aku menyerukan hukum
namamu; 65. bukanlah rakyat yang
26. wahai, para leluhur merdeka.
Nusantara! 66. Hak hukum yang tidak
27. dilindungi
28. O, Sanjaya! 67. oleh lembaga
29. Leluhur dari pengadilan yang mandiri
kebudayaan tanah! 68. adalah hukum yang
30. O, Purnawarman! ditulis di atas air
31. Leluhur dari 69.
kebudayaan air! 70. Bagaimana rakyat bisa
32. Kedua wangsamu telah merdeka
mampu 71. bila polisi menjadi abdi
33. mempersatukan tanah pemerintah
air! 72. yang melindungi hak
34. warga negara?
35. O, Resi Kutaran! O, 73.
Resi Nirarta! 74. Bagaimana rakyat bisa
36. Empu-empu tampan disebut merdeka
yang penuh kedamaian! 75. bila birokrasi negara
37. Telah kamu ajarkan 76. tidak mengabdi kepada
tatanan hidup rakyat,
38. yang aneka dan 77. melainkan mengabdi
sejahtera, 78. kepada pemerintah
39. yang dijaga dewan yang berkuasa?
hukum adat. 79.
40. O, bagaimana mesti aku 80. Bagaimana rakyat bisa
mengerti merdeka
41. bahasa bising dari 81. bila provinsi-provinsi
bangsaku kini? 82. sekedar menjadi tanah
42. jajahan pemerintah?
43. O, lihatlah wajah-wajah 83. Tidak boleh mengatur
berdarah ekonominya sendiri,
44. dan rahim yang 84. tatanan hidup
diperkosa masyarakatnya sendiri,
45. muncul dari puing-puing 85. dan juga keamanannya
tatanan hidup sendiri.
46. yang porak-poranda. 86.
47. Kejahatan kasat mata 87. Ayam, serigala, macan
48. tertawa tanpa atau pun gajah
pengadilan. 88. Setiap orang juga ingin
49. Kekuasaan kekerasan berdaulat
50. berak dan berdahak 89. di dalam rumah
51. di atas bendera tangganya
kebangsaan 90. Setiap penduduk ingin
52. berdaulat
53. O, anak cucuku di 91. di dalam kampungnya
jaman cybernetic! 92. Dan kehidupan
54. Bagaimana akan kalian berbangsa
baca 93. tidak perlu merusak
55. Prasasti dari jaman daulat kedaerahan.
kami? 94.
56. Apakah kami akan 95. Hasrat berbangsa
mampu 96. adalah naluri rakyat
57. menjadi ilham 97. untuk menjalin  ikatan
kesimpulan daya cipta antar suku,
58. ataukah kami justru
98. yang penuh keanekaan 128. telah terjadi.
kehidupan, 129. Tata nilai rancu.
99. dan memaklumkan 130. Dusta dan kekerasan
100. wilayah pergaulan yang halal.
lebih luas 131. Manusia sekedar semak
101. untuk merdeka belukar
bersama. 132. yang dikacau dan
102. dibakar.
103. Dengan puisi ini aku 133. Paket-paket pikiran
bersaksi marah dijajakan.
104. bahwa sampai saat 134. Penalaran yang salah
puisi ini aku tandatangani, 135. mendorong rakyat
105. para elit politik yang terpecah belah.
berkedudukan 136.
106. atau pun yang masih di 137. Negara tak mungkin
jalan,  kembali di-utuh-kan
107. tidak pernah 138. tanpa rakyatnya di-
memperjuangkan manusia-kan.
108. sarana-sarana 139. Dan manusia tak
kemerdekaan rakyat. mungkin menjadi manusia
109. Mereka hanya rusuh 140. tanpa dihidupkan hati
dan gaduh nuraninya.
110. memperjuangkan 141.
kedaulatan 142. Hati nurani adalah
111. golongannya sendiri! hakim adil
112. Mereka hanya bergulat 143. untuk diri kita sendiri.
113. untuk posisi sendiri. 144. Hati nurani adalah sendi
114. Mereka tidak peduli 145. dari kesadaran
kepada fungsi hukum, 146. akan kemerdekaan
115. fungsi polisi, atau pun pribadi.
fungsi birokrasi. 147.
116. Dengan picik 148. Dengan puisi ini aku
117. mereka akan mendaur bersaksi
ulang 149. bahwa hati nurani itu
118. malapetaka negara meski dibakar
yang telah terjadi. 150. tidak bisa menjadi abu.
119. 151. Hati nurani senantiasa
120. O, Indonesia! Ah, bersemi
Indonesia! 152. meski sudah ditebang
121. Negara yang kehilangan putus di batang.
makna! 153. Begitulah fitrah manusia
122. Dengan rakyat yang 154. ciptaan Tuhan Yang
kehilangan kemanusiaan Maha Esa.
123. maka negara tinggal 155.
menjadi peta. 156.
124. Itupun peta yang lusuh 157. Candi Cetho, 31
125. dan hampir robek pula. Desember 1999
126. 158.
127. Pendangkalan 159.
kehidupan bangsa

160.
161. Selamat Mengerjakan !!!!

Anda mungkin juga menyukai