Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Menyimak Keterampilan

Dosen Pengampu: Dr. Elvi Susanti M.Pd.

Oleh Kelompok 1 :

Azizah Suryani (11200130000073)

Riska Nur Amalia (11200130000086)

Danu Darpito (11200130000092)

Kelas: PBSI/1C

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa atas terselesaikannya
makalah ini yang berjudul Makalah Menyimak Sebagai Suatu Proses. Karena tanpa izin
dan kehendakNya penulis tak mampu menyelesaikan makalah ini dengan kekuatan sendiri
serta kerja sama.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang terkait dalam penyelesaian
makalah ini, terutama kepada pihak yang dijadikan sumber acuan pembuat makalah ini
seperti para penulis yang buku beliau digunakan sebagai referensi. Bila ada kekurangan
penulis yang bersifat plagiat, kami sebagai penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya.
Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai pengertian mengenai sebuah
pantun. Penulis mengetahui betul masih banyak sekali kesalahan yang terdapat dalam tulisan
makalah ini karena saya masih seorang pelajar dan pemula dalam tulis-menulis yang masih
jauh dari baik dan banyak kekurangan.
Penulis meminta maaf dan mengharapkan betul kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak yang membaca guna kemajuan dan kebaikan makalah ini ke depannya.
Terutama dari dosen pengampu yaitu Ibu Dr. Elvi Susanti M.Pd.

Jakarta, 26 September
2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengertian Menyimak 3

B. Pentingnya Menyimak 3

C. Jenis-Jenis Menyimak 4

D. Menyimak Sebagai Suatu Proses 7

E. Tahap-Tahap Menyimak 8

F. Kemampuan yang Diperlukan Dalam Menyimak 9


BAB III PENUTUP 11

SIMPULAN 11

DAFTAR PUSTAKA 12

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia tercipta menjadi makhluk sosial dalam arti manusia tidak dapat hidup
sendiri, ia akan selalu membutuhkan orang lain. Kemudian manusia diciptakan untuk
mendengar, menyimak, berbicara, membaca, menulis. Makhluk sosial ini dikaruniai untuk
berkomunikasi dan menyimak. Akan tetapi seringkali terjadi miskomunikasi dalam interaksi,
hal ini karena dalam prosesnya hanya sekedar berbicara dan mendengar saja, mereka lupa
dengan istilah menyimak.
Menyimak hampir sama dengan mendengar, tetapi menyimak bukan hanya sekedar
mendengar saja, menyimak juga berarti memahami dan menggapi apa yang dikatakan dan
disampaikan oleh pembicara. Peran dalam menyimak sangat penting dalam proses interaksi
di kehidupan sehari-hari. Untuk itu, mengapa pembelajaran keterampilan berbahasa diajarkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam bahasa Indonesia, peserta didik diwajibkan mampu menguasai bahasa
Indonesia dengan baik. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada empat keterampilan dalam
bahasa Indonesia yang harus dikuasai yaitu, menyimak, berbicara, membaca, menulis. Dari
keempat keterampilan diatas yang akan menjadi perhatian dalam makalah yang kami buat ini.
Karena pada dasarnya dari keempat hal tersebut bisa dikatakan bagian suatu proses
dari sebuah menyimak. Oleh karena itu, menyimak mempunyai peranan penting tidak hanya
dalam kehidupan sehari-sehari saja, tetapi juga dalam pembelajaran baik di sekolah,
universitas dan dunia kerja. Dalam menyimak juga memiliki tahap-tahapannya yang dapat
menjadi perhatian dalam makalah yang kami dibuat ini.

B. Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah “Meyimak Sebagai Suatu Proses” terdapat masalah-
masalah yang akan kita selesaikan. Masalah-masalah tersebut diantaranya:
1. Apa Pengertian Dari Menyimak
2. Apakah Pentingnya Dari Menyimak
3. Apa Saja Jenis-Jenis Menyimak
4. Apa Pengertian Dari Menyimak Sebagai Suatu Proses
5. Bagaimana Tahapan Dalam Menyimak
6. Kemampuan Apa Saja yang Diperlukan Dalam Menyimak

1
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah “Menyimak Sebagai Suatu Proses” sebagai
berikut:

1. Mengetahui Pengertian Dari Menyimak


2. Memahami Pentingnya Dari Menyimak
3. Mengetahui Jenis-Jenis Menyimak
4. Mengetahui Pengertian Dari Menyimak Sebagai Suatu Proses
5. Memahami Tahapan Dalam Menyimak
6. Mengetahui Kemampuan yang Diperlukan Dalam Menyimak

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Menyimak

Kata ‘menyimak’ dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan makna dengan


‘mendengar’ dan ‘mendengarkan’. Ketiga istilah itu sering menimbulkan kekacauan
pemahaman, bahkan sering dianggap sama sehinigga dipergunakan secara bergantian
(Akhadia, 1991/1992:3). Ketiga istilah tersebut memang agak berkaitan dengan makna.
Namun, tetap berada dalam penarapan atau penggunaannya. Moelino (1998: 246)
menjelaskan bahwa mendengar diartikan sebagai menangkap bunyi (suara) dengan telinga.
Mendengar berarti menangkap sesuatu (bunyi) dengan sungguh-sungguh. Berbeda halnya
dengan menyimak. Menyimak berarti memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau
dibaca orang.
Secara umum, menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang
lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, secara interpretasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi, atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Menyimak juga bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman 1dan perhatian serta
apresiasi (Russell & Rusell, 1959: Anderson,1972). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), menyimak adalah mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang
diucapkan atau dibaca oleh orang.2

B. Pentingnya Menyimak

Dalam dunia komunikasi, menyimak diakui sebagai suatu keahlian komunikasi verbal
yang sulit dan unik dibandingkan dengan komunikasi verbal lainnya, seperti berbicara;
menulis; dan membaca. Kendati demikian menyimak harus dipelajari dan dilatih, karena ia
merupakan salah satu bagian dalam proses komunikasi, khususnya dalam pengembangan
kemampuan komunikasi.
Menyimak dapat dikatakan sebagai suatu pembeda paling besar dari semua keterampilan
komunikasi. Melalui aktivitas menyimak kita dapat memahami orang lain secara lebih baik.
Selain itu, menyimak penting dalam menyerap informasi, karena satu kekurangan dari
kebanyakan pendekatan peningkatan kekuatan otak adalah fokus yang hampir seluruhnya
pada membaca.

1
Elvi Susanti, Keterampilan Menyimak, (Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2019), hlm. 1
2
Ibid, hlm. 2.

3
Pentingnya keterampilan dalam menyimak dikembangkan karena proses mendengar
belum tentu menyimak. Menyimak disini adalah dapat memahami ide, gagasan, pendapat
orang lain secara lisan.3
Keterampilan menyimak juga menjadi dasar dalam mempelajari keterampilan berbahasa
yang lainnya: yakni berbicara, membaca dan menulis. Rangkin menyatakan bahwa 42%
waktu penggunaan bahasa tertuju pada menyimak.
Pentingnya peranan menyimak dalam komunikasi bukan saja karena ia memiliki manfaat
yang besar dalam aktivitas komunikasi. Berbagai penelitian sekitar 50% aktivitas komunikasi
adalah menyimak. Adler (1986) mencatat bahwa 53 % aktivitas komunikasi didominan oleh
menyimak, sedangkan menulis 14 %, berbicara 16%, dan membaca 17%. Menurut Laderman
(2002), orang dewasa meluangkan waktunya sekitar 42% untuk melakukan aktivitas
menyimak, sedangkan anak-anak sekitar 58 %.
De Vito (2021) memberikan gambaran komparatif mengenai aktivitas menyimak yang
dilakukan oleh orang dewasa dan mahasiswa. Orang dewasa meluangkan sekitar 45% untuk
menyimak, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca, 9% untuk menulis. Sedangkan
mahasiswa meluangkan waktunya sebesar 53% untuk menyimak, 16% untuk berbicara, 17%
untuk membaca dan 14 % untuk menulis.
Tidak ada yang menyangkal, menyimak secara kuantatif mengambil porsi terbesar dalam
setiap aktivitas komunikasi, namun secara kualitatif umumnya kegiatan ini masih tergolong
buruk atau tidak efektif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa manusia mampu
mengingat sebanyak 25% hingga 50% apa yang didengar. Oleh sebab itu perlu diperbaiki dan
ditingkatkan agar lebih efektif.
Sebagai pendidik dalam bidang studi apapun, ia harus mampu manfaatkan mengunakan
media belajar di jaman sekarang ini seperti Video, Televisi, Film, disamping media pendidikan
yang sederhana. Jadi belajar dan mengajar menemukan sebuah fakta penting bukan hanya
kemampuan bicara, membaca, menulis saja, tetapi menyimak juga termasuk jalannya untuk
menguasai hati pendengar atau peserta didik dan manusia pada umumnya. 4

C. Jenis –Jenis Menyimak

Adapun jenis-jenis menyimak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (Sutari, 1998: 47)
adalah sebagai berikut:
1) Menyimak ekstensif (extensive listening)
Sejenis kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal lebih umum dan lebih
bebasterhadap sesuatu bahasa, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru.
Penggunaan yang paling mendasar ialah untuk menyajikan kembali bahan yang telah
diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan cara yang baru. Selain itu, dapat pula murid

3
Ibid, hlm. 3-4.
4
Ibid, hlm. 5-6

4
dibiarkan mendengar butir-butir kosakata dan struktur-struktur yang baru bagi murid 5 yang
terdapat dalam arus bahasa yang ada dalam kapasitasnya untuk menanganinya.Pada
umumnya, sumber yang paling baik untuk menyimak ekstensif adalah rekaman yang dibuat
guru sendiri, misalnya rekaman yang bersumber dari siaran radio, televisi, dan sebagainya.
2) Menyimak intensif (intensive listening)
Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu yang jauh lebih diawasi,
dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan suatu pembagian penting
yaitu diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa atau
pada pemahaman serta pengertian umum
3) Menyimak sosial (social listening)
Menyimak konversasional (conversational listening) ataupun menyimak sopan (courtens
listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol
mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang dan saling mendengarkan satu sama
lain untuk membuat respons-repons yang pantas, mengikuti detail-detail yang menarik, dan
memerhatikan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan oleh
seorang rekan. Dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling 6
sedikit mencakup dua hal, yaitu perkataan menyimak secara sopan santun dengan penuh
perhatian percakapan atau konversasi dalam situasi-situasi sosial dengan suatu maksud. Dan
kedua mengerti serta memahami perananperanan pembicara dan menyimak dalam proses
komunikasi tersebut.
4) Menyimak sekunder (secondary listening)
Sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif (casual listening dan
extensive listening) misalnya, menyimak pada musik yang mengirimi tariantarian rakyat
terdengar secara sayup-sayup sementara kita menulis surat pada teman di rumah atau
menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah seperti
menulis, pekerjaan tangan dengan tanah liat, membuat sketsa dan latihan menulis dengan
tulisan tangan.
5) Menyimak estetik (aesthetic listening)
Disebut juga menyimak apresiatif (apreciational listening) adalah fase terakhir dari
kegiatan menyimak secara kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif, mencakup
dua hal yaitu pertama menyimak musik, puisi, membaca bersama, atau drama yang terdengar
pada radio atau rekaman-rekaman. Kedua menikmati cerita-cerita, puisi, teka-teki, dan lakon-
lakon yang diceritakan oleh guru atau murid-murid.7
6) Menyimak kritis (critical listening)
5
Umi Hijriyah, Menyimak Stategi dan Implikasinya Dalam Kemahiran Berbahasa Penulis,
(Lampung: Tim Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IAIN Raden Intan Lampung,2016), hlm.
5
6
Ibid, hlm. 6
7
Ibid, hlm. 7

5
Sejenis kegiatan menyimak yang di dalamnya sudah terlihat kurangnya atau tiadanya
keaslian ataupun kehadiran prasangka serta ketidaktelitian yang akan diamati. Murid-murid
perlu banyak belajar mendengarkan, menyimak secara kritis untuk memperoleh kebenaran.
7) Menyimak konsentratif (consentrative listening)
Sering juga disebut study-type listening atau menyimak yang merupakan jenis telaah.
Kegiatan-kegiatan tercakup dalam menyimak konsentratif antara lain: menyimak untuk
mengikuti petunjuk-petunjuk serta menyimak urutan-urutan ide, fakta-fakta penting, dan
sebab akibat.
8) Menyimak kreatif (Creative listening)
Sejenis menyimak yang mengakibatkan dalam pembentukan atau rekonstruksi seorang
anak secara imaginatif kesenangan-kesenangan akan bunyi, visual atau penglihatan, gerakan,
serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa didengarnya.
9) Menyimak introgatif (introgative listening)
Sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi,
pemusatan perhatian dan pemilihan, karena si penyimak harus mengajukan pertanyaan-
pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini si penyimak mempersempit serta
mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi atau mengenai jalur khusus.8
10) Menyimak penyelidikan (exploratory listening)
Sejenis menyimak intensif dengan maksud dan yang agak lebih singkat. Dalam kegiatan
menyimak seperti ini si penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menemukan hal-hal baru
yang menarik perhatian dan informasi tambahan mengenai suatu topik atau suatu
pergunjingan yang menarik.
11) Menyimak pasif (passive listening)
Penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasa menandai upaya-upaya kita saat
belajar dengan teliti, belajar tergesa-gesa, menghapal luar kepala, berlatih serta menguasai
sesuatu bahasa. Salah satu contoh menyimak pasif adalah penduduk pribumi yang tidak
bersekolah lancar berbahasa asing. Hal ini dimungkinkan karena mereka hidup langsung di
daerah bahasa tersebut beberapa lama dan memberikan kesempatan yang cukup bagi otak
mereka menyimak bahasa itu.

12) Menyimak selektif (selective listening)

8
Ibid, hlm. 8

6
berhubungan erat dengan menyimak pasif. Betapapun efektifnya menyimak pasif itu
tetapi biasanya tidak dianggap sebagai kegiatan yang memuaskan. Oleh karena itu menyimak
sangat dibutuhkan. Namun demikian, menyimak selektif hendaknya tidak menggantikan
menyimak pasif, tetapi justru melengkapinya. Penyimak harus memanfaatkan kedua teknik
tersebut.9

D. Menyimak sebagai Suatu Proses

Setelah memahami dan membahas menyimak, agar pembahasan menjadi lebih jelas,
kita ulas sedikit mengenai komunikasi. Komunikasi memiliki makna hubungan.
Komunikasi antarmanusia dapat diartikan sebagai hubungan antarsesama dengan cara
mengirim dan menerima pesan dengan menggunakan alat berupa bahasa. Di dalam
kegiatan komunikasi itu, manusia menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada mitra
bicaranya.
Pengirim atau penyampai pesan, pikiran/ide/gagasan itu disebut komunikator,
sedangkan penerima pesan disebut komunikan. Dengan kata lain, penyampai pesan atau
pembicara disebut komunikator dan penerima pesan atau penyimak disebut komunikan.
Banyak orang berpendapat bahwa menyimak merupakan kegiatan yang bersifat pasif.
Pendapat ini didasarkan pada kenyataan bahwa fisik seseorang yang sedang menyimak
tidak menunjukkan kegiatan yang aktif atau melakukan gerakan-gerakan anggota tubuh.
Ini merupakan suatu pandangan yang keliru bila menafsirkan suatu kegiatan yang bersifat
aktif dengan cara memandang ada atau tidaknya suatu gerakan fisik yang tampak.
Suatu kegiatan dikatakan aktif sebenarnya didahului oleh kegiatan mental. Fisik
seseorang bergerak juga didasari oleh kegiatan mental tersebut. Seorang anak yang
kurang menggerakkan anggota badannya, tetapi dia cerdas, tidak dapat dikatakan bahwa
dia seorang anak yang pasif. Jadi, bila ada siswa Anda yang sedikit sekali menggerakkan
anggota badannya jangan memvonis bahwa siswa tersebut pasif walaupun tidak berarti
boleh membiarkan hal itu terus berlangsung. Demikian pula halnya dengan kegiatan
berbahasa.
Dalam menyimak dan membaca, seseorang memang tidak dituntut untuk
mengaktifkan psikomotornya, tetapi bukan berarti aspek-aspek mentalnya pun tidak ikut
aktif. Dalam memahami pesan yang disimaknya, penyimak harus mengaktifkan syaraf-
syaraf otak dengan sungguh-sungguh untuk mampu menyimak mengolah pengetahuan-
pengetahuan yang ada dan menghubungkannya dengan bahan simakan sehingga dapat
menangkap pesan yang disampaikan pembicara.10
Pada dasarnya menyimak adalah kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi yang disertai
dengan usaha memahami. Ini berarti bahwa menyimak diawali dengan kegiatan

9
Ibid, hlm. 9
10
Bustanul Arifin, dkk, Menyimak (Jakarta: Universitas Terbuka,2007) hlm. 1.17

7
mendengarkan yang pada akhirnya penyimak memperoleh hasil dari apa yang
disimaknya.
menyimak merupakan suatu kegiatan yang memerlukan proses karena dalam proses
menyimak minimal melalui tahapan-tahapan mendengarkan, memahami, dan
menafsirkan. Dengan demikian, menyimak dapat dipandang sebagai kegiatan mental.
Itulah sebabnya menyimak dikatakan bersifat aktif-reseptif.11

E. Tahapan Dalam Menyimak

Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Dalam proses menyimak
pun terdapat tahap-tahap, antara lain:
1) Tahap Mendengar
Tahap ini, kita dapat mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara
dalam ujaran atas pembicaraannya. Jadi, kita masih berada dalam tahap Hearing.
2) Tahap Memahami
Tahap ini dimana kita harus mengerti atau memahami dengan baik isi pembicara yang
disampaikan oleh pembicara. Kemudian, sampailah kita dalam tahap Understanding.
3) Tahap Menginterpretasi
Tahap ini dimana penyimak harus menafsirkan atau menginterpretasi isi, butir-butir
pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu; dengan demikian, sang
penyimak telah tiba pada tahap Interpreting.
4) Tahap Mengevaluasi
Tahap ini dimana penyimak harus menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan
pembicara mengenai keunggulan dan kelemahan serta gagasan pembicara mengenai
keunggulan dan kelemahan serta kebaikan dan kekurangan pembicara; dengan
demikian, sudah sampai pada tahap Evaluating.
5) Tahap Menanggapi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana penyimak harus menyambut,
mencamkan,
dan menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara
dalam ujaran atau pembicaranya.

Demikianlah tahap-tahap yang dilalui seorang penyimak secara saksama dalam proses
menyimak.12

F. Kemampuan Apa yang Diperlukan Dalam Menyimak

Ibid, hlm. 1.18


11

Henry Guntur Taringan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa
12

Bandung, 1986), hlm. 63

8
Ralph G. Nichols (dalam sutari, 1997) menyatakan pendapatnya bahwa penyimak
komprehensif harus cermat dalam membedakan antara kecepatan berbicara dan kecepatan
berpikir. Misalnya, dapat mengingat kata-kata sebanyak 500 kata per menit, sedangkan
tingkat kemampuan berbicara normal adalah sekitar 125 sampai 150 kata per menit, hampir
memiliki waktu untuk mengingat 400 kata per menit sewaktu menyimak.
Berdasarkan contoh di atas, diketahui bahwa pada dasarnya manusia mempunyai
kemampuan berpikir jauh lebih cepat dibanding dengan perkataan penutur. Selama periode
penutur berbicara, pikiran pendengar berpeluang untuk tetap memerhatikan atau tertarik oleh
stimulus lain sehingga berpaling perhatiannya. Seorang penyimak komperhensif yang baik
akan mempertahankan keadaan Tune In tetap memerhatikan sampai pada batas maksimal.13
Untuk sampai pada tahap menyimak lebih tinggi, Michael Rost (1991:4-5) menuliskan
bahwa seorang penyimak harus memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Membedakan bunyi-bunyi.
2. Membentuk suku-suku kata menjadi kata.
3. Mengidentifikasi kelompok-kelompok kata.
4. Mengidentifikasi unsur-unsur pragmatik, seperti ekspresi, teman bicara, tempat,
waktu, dan tujuan.
5. Memperhatikan aspek-aspek linguistik dan paralinguistik (intonasi atau tekanan)
dan aspek-aspek diluar linguistik.
6. Memanfaatkan pengetahuan yang telah dimiliki yang berhubungan dengan isi
ujaran yang sedang disimak sehingga dapat memprediksi dan menangkap makna
dengan tepat.
7. Memahami kata-kata dan gagasan atau ide-ide pokok yang disampaikan secara
tersurat maupun tersirat.

Rost menjelaskan bahwa seorang dikatakan berhasil dalam menyimak jika dia mampu
menghubungkan kemampuan tersebut. Kemampuan dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1. Memahami
2. Menganalisis
3. Mengidentifikasi

Menurut Sabarti (1992:149) menjelaskan untuk melakukan kegiatan menyimak,


seorang perlu memiliki sejumlah kemampuan. Kemampuan itu digunakan sesuai dengan
aktivitas menyimak pada saat mendengar dan menangkap bunyi bahasa. Penyimak juga harus
memiliki kemampuan linguistik yang memandai sesuai dengan bahan atau materi yang
disimak.

13
Kembong Daeng, Johar Amir, Akmal Hamsa, Pembelajaran Keterampilan Menyimak, (Makassar:
Badan Penerbit UNM, 2010), hlm. 73

9
Simpulannya adalah bahwa proses menyimak memerlukan dukungan berbagai
kemampuan sebagai penunjang keberhasilan menyimak. Berbagai kemampuan penunjang
tersebut meliputi:
1. Memusatkan perhatian
2. Menangkap bunyi
3. Mengingat
4. Linguistik
5. Non Linguistik
6. Menilai
7. Menanggapi14

14
Elvi Susanti, Op. Cit., hlm. 19-21

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan


dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, secara interpretasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi, atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Pentingnya keterampilan dalam menyimak dikembangkan karena proses mendengar
belum tentu menyimak. Menyimak disini adalah dapat memahami ide, gagasan, pendapat
orang lain secara lisan.
Keterampilan menyimak juga menjadi dasar dalam mempelajari keterampilan
berbahasa yang lainnya: yakni berbicara, membaca dan menulis. Rangkin menyatakan bahwa
42% waktu penggunaan bahasa tertuju pada menyimak.
menyimak merupakan suatu kegiatan yang memerlukan proses karena dalam proses
menyimak minimal melalui tahapan-tahapan mendengarkan, memahami, dan menafsirkan.
Dengan demikian, menyimak dapat dipandang sebagai kegiatan mental. Itulah sebabnya
menyimak dikatakan bersifat aktif-reseptif
kemampuan yang diperlukan dalam menyimak adalah sebuah proses menyimak
memerlukan dukungan berbagai kemampuan sebagai penunjang keberhasilan menyimak.
Berbagai kemampuan penunjang tersebut meliputi, memusatkan perhatian, menangkap bunyi,
mengingat, linguistik, non linguistik, menilai, menanggapi.
Demikian sekilas tentang menyimak sebagai suatu proses dari pendapat para ahli
maupun asal usulnya yang dapat menggambarkan sedikit tentang bagaimana cara menyimak
dan mendengarkan dengan baik. Kemudian menjadi seorang penyimak yang baik. Kami
sepenuhnya sadar bahwa uraian di atas masih sangat terbatas. Uraian yang memadai
mungkin dapat diperoleh dengan kerja sama antara ahli-ahli bahasa dalam berbagai suatu hal
yang mendukung pembahasan diatas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bustanul, dkk. 2007. Menyimak. Jakarta: Universitas Terbuka


Hijriyah, Umi. 2016. Menyimak Stategi dan Implikasinya Dalam Kemahiran Berbahasa
Penulis, Lampung: Tim Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IAIN Raden Intan
Lampung
Kembong Daeng, Johar Amir, Akmal Hamsa, 2010. Pembelajaran Keterampilan Menyimak,
Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar
Susanti, Elvi. 2019. Keterampilan Menyimak, Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Taringan, Henry Guntur. 1986. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa

12

Anda mungkin juga menyukai