Anda di halaman 1dari 8

PERTEMUAN 1

LINGUISTIK SEBAGAI ILMU 1

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Pada pertemuan ini akan dipaparkan tentang linguistik sebagai ilmu. Setelah
mempelajari pertemuan ini, mahasiswa diharapkan:

1. Mampu memberikan penjelasan tentang definisi linguistik.


2. Mampu menjelaskan tentang objek kajian linguistik.
3. Mampu menjelaskan tentang keilmiahan linguistik.

B. URAIAN MATERI
1. Definisi Linguistik
Dalam kegiatan berbahasa, tentu tidak dapat dipisahkan dengan permasalahan-
permasalahan yang ada dari dalam bahasa itu sendiri. Untuk dapat memecahkan
permasalahan yang muncul sebagai akibat dari kegiatan berbahasa, maka kita bisa
mempelajari linguistik.

Lalu muncul dalam benak pikiran kita, apa sebenarnya linguistik? Mungkin ilmu ini
agak asing bagi mahasiswa karena istilah ini jarang digunakan pada saat proses
pembelajaran bahasa pada saat kita duduk di bangku sekolah dasar hingga bangku SMA.

Buku ajar ini akan menguraikan definisi linguistik dari berbagai sumber referensi
yang berbeda sehingga bisa menguatkan pembelajar bahasa tentang pemahaman ilmu
linguistik itu sendiri. Sejenak, saya akan memaparkan beberapa definisi dari para ahli
terkait dengan definisi ilmu linguistik itu sendiri.

Pringgodo dan Shadily (1977:633-644) dalam Pateda (2011:1) mendefinisikan


linguistik sebagai penelaahan bahasa secara ilmu pengetahuan. Tujuannya adalah
mempelajari bahasa secara deskriptif. Mempelajari bahasa berdasarkan sejarah atau ilmu
perbandingan bahasa berarti mempelajari hubungan satu bahasa dengan bahasa lainnya.
Dari pemaparan ini, bisa saya simpulkan bahwa linguistik digunakan sebagai suatu
kajian untuk menelaah bahasa secara deskriptif. Mempelajarai bahasa secara deskriptif
artinya kita mempelajari ilmu bahasa untuk mendapatkan sebuah pengetahuan dengan
mempelajari perbandingan-perbandingan bahasa berdasarkan sejarah untuk melihat
hubungan antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya.
Untuk melihat definisi linguistik secara perkata, saya akan memaparkan definisi dari
A.S. Hornby, E.V. Gatenvy,. H. Wakefield yang mengatakan bahwa “linguistics sebagai
kata sifat of the study of language and languages sedangkan kata linguistics sebagai kata
benda “the science of language”, methods of learning and studying languages”, (Pateda,
2011:1). Dari pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa definisi linguistik mengacu pada
sebuah ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Kembali saya tekankan disini bahwa kata
linguistics yang kita lihat di atas, maka bisa dilihat bahwa kata tersebut diakhiri dengan
huruf –s yang mengacu pada kata sifat yang berasal dari science yang berarti ilmu
pengetahuan.

Todd (1987:5) mendefinisikan linguistik sebagai the scientific study of language,


ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Dari definisi yang dikemukakan oleh Todd, saya
melihat bahwa linguistik bisa diartikan sebagai suatu bidang ilmu yang mempelajari
bahasa.

Chaer (2012:1) mengatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa, atau ilmu
yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya, atau lebih tepat lagi seperti apa yang
dikatakan oleh Martinet (1987:19) dalam Chaer (2012:1-2) yang mengatakan bahwa
linguistik adalah telaah ilmiah mengenai bahasa manusia. Mengacu pada pendapat yang
disampaikan oleh Chaer dan Martinet di atas, dapat dibuat sintesis bahwa ilmu linguistik
sebagai sebuah kajian bidang ilmu yang sifatnya ilmiah dengan menggunakan bahasa
manusia sebagai objek kajiannya. Kiranya saya bisa membuat kesimpulan singkat bahwa
dalam pengkajian ilmu bahasa, maka bahasa manusia yang digunakan sebagai objek
kajian dan bukan bahasa hewan atau bahasa tumbuhan.

Dalam bukunya, Pateda (2011:1) mengatakan bahwa linguistik berasal dari bahasa
Latin yaitu lingua yang bermakna bahasa, dan dalam bahasa Perancis berpadanan dengan
kata langue, langage, paroledan dalam bahasa Italia berpadanan dengan kata lingua dan
dalam bahasa Spanyol berpadanan dengan kata lengue. Dalam bahasa Inggris ditulis
dengan linguistics.

Berikut ini penjabaran istilah terkait dengan langua, language, dan parole yang
sudah dipaparkan di atas terkait dengan linguistik:

a. Langue dalam bahasa Perancis bermakna bahasa tertentu, seperti bahasa Indonesia,
bahasa Jawa, bahasa Gorontalo, bahasa Jepang. Jadi yang terkait dengan langue
adalah pemakaian bahasa yang dipakai oleh masyarakat bahasa tertentu. Misalnya,
jika kita orang Indonesia, kemudian kita berbicara dengan menggunakan bahasa
Indonesia, maka bisa kita katakan bahwa bahasa Indonesia merupakan langue terkait
dengan ilmu linguistik.
b. Langage bermakna cara berbicara pada umumnya. Dalam artian bahwa setiap
manusia memiliki bahasa yang bisa digunakan dalam berkomunikasi.
c. Parole bermakna wujud bahasa yang konkret, yang diucapkan anggota masyarakat
dalam kegiatan sehari-hari.
Terkait dengan mata kuliah ini yaitu Pengantar Linguistik Umum, tentu tidak akan
dipisahkan dari pemahaman kita bahwa linguistik yang kita kaji ini adalah ilmu linguistik
yang sifatnya umum atau kita kenal dengan general linguistics. Chaer (2003:3)
mengatakan bahwa ilmu linguistik sering juga disebut sebagai linguistik umum (general
linguistics). Artinya bahwa ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja,
seperti bahasa Jawa, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, yaitu
bahasa yang menjadi alat interaksi sosial manusia.

Terkait dengan definisi ilmu linguistik yang juga disebut sebagai ilmu linguistik
umum, maka saya dapat memberikan ilustrasi sebagai berikut. Jika kita mengkaji ilmu
linguistik, maka kita akan mengkaji seluk bahasa secara umum. Misalnya saya orang
Jawa yang berasal dari Kediri, Jawa Timur. Maka bila saya kaitkan dengan ilmu
linguistik, maka saya tidak hanya mengkaji bahasa jawa secara khusus, tetapi saya
mengkaji seluk beluk bahasa secara umum. Bahasa yang dimaksud disini adalah bahasa
yang berfungsi sebagai alat komunikasi sehari-hari.

Berikutnya, jika kita belajar tentang ilmu linguistik, tentunya kita harus paham
tentang penyebutan bagi orang yang ahli dalam bidang tersebut. Dalam bahasa
Indonesia, orang yang ahli dalam bidang linguistik disebut sebagai linguis yang diadopsi
dari bahasa Inggris linguist, yang berarti seseorang yang fasih dalam berbagai bahasa,
Verhaar (2008:3). Dengan demikian, kita bisa menyebut bahwa orang yang ahli dalam
bidang linguistik kita sebut sebagai linguis.

Dalam pengertian tentang siapa itu linguis, kita harus tahu bahwa orang yang bisa
disebut sebagai linguis harus kita pahami secara lebih detail. Orang yang menguasai
lebih dari satu bahasa belum bisa dikatakan sebagai linguis jika tidak bisa mengetahui
seluk beluk atau tata bahasa tersebut. Jadi yang bisa dikatakan sebagai linguis adalah
orang yang menguasai lebih dari satu bahasa dan memahami seluk beluk serta tata
bahasanya tersebut.

Dari pemaparan para ahli bahasa tentang hakikat dari ilmu linguistik di atas, saya
dapat menyimpulkan bahwa linguistik adalah ilmu yang mengkaji tentang bahasa dengan
menggunakan bahasa manusia sebagai objek kajiannya.

2. Objek Linguistik
Setiap ilmu tentu memiliki objek kajian yang akan dipelajari, begitupun dengan
ilmu linguistik. Jelas sekali di awal bahwa kita mempelajari linguistik untuk mengkaji
bahasa sebagai objek kajiannya.

Dalam linguistik, kita menggambarkan suatu bahasa menurut tatarannya, sejarahnya,


dan membandingkan bahasa yang satu dengan bahasa yang lain. Tata bahasa lebih
bersifat memberikan aturan atau norma bahasa. Sejarah dan perkembangan terkait
dengan sejarah bahasa itu sendiri, Pateda (2011:2). Dari pemaparan yang disampaikan
oleh Pateda, jelas sekali bahwa bahasa sebagai objek kajian linguistik dikaji berdasarkan
norma dan aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut yang tentunya tidak bisa
dipisahkan dari sejarah dan perkembangan bahasa itu sendiri.

Verhaar (2008:6) mengatakan bahwa objek kajian linguistik adalah bahasa. Namun
istilah “bahasa” mungkin belum terlalu jelas. Verhaar memaparkan tentang bahasa
sebagai berikut. Pertama, istilah ‘bahasa’ sering dipakai dalam arti kiasan, seperti dalam
ungkapan “bahasa tari”, “bahasa alam”, “bahasa tubuh”, dan lain sebagainya. Arti kiasan
seperti itu tidak termasuk arti istilah “bahasa” dalam ilmu linguistik. Kedua, “bahasa”
dalam arti harafiah arti itu bisa ditemukan dalam ungkapan seperti “ilmu bahasa”,
“bahasa Indonesia”, “bahasa Inggris”, “semestaan bahasa”, dan lain sebagainya.
Pengertian yang kedua ini merujuk pada bahasa yang merupakan objek kajian linguistik.

Dari pendapat yang disampaikan oleh Verhaar ini, saya melihat bahwa memang
tidak semua perkatan dengan menggunakan kata bahasa bisa dikatakan sebagai bahasa
dalam objek kajian linguistik. Kata-kata kiasan seperti ‘bahasa alam’ hanyalah merujuk
pada bahasa atau tanda-tanda alam yang tidak bisa dikaji dalam ilmu linguistik. Kita
perlu melihat bahwa pada konteks bahasa yang kedua seperti ‘ilmu bahasa’ ini bisa
dikatakan sebagai bahasa sebagai objek kajian linguistik. Hal ini dikarenakan pada saat
kita mempelajari ilmu bahasa berarti berhubungan dengan seluk beluk dan aturan-aturan
yang berlaku dalam bahasa tersebut.

Pendapat di atas diperkuat oleh Abdul Chaer. Chaer (2009:11) mengatakan bahwa
bahasa bisa dikatakan sebagai objek kajian linguistik karena beberapa alasan berikut:

a. Bahasa adalah bunyi ujaran, maka linguistik melihat bahasa sebagai bunyi. Artinya
bagi linguistik bahasa lisan adalah yang primer, sedangkan bahasa lisan bersifat
sekunder. Dari penjelasan ini dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa lisan bersifat
paling pokok karena dengan menggunakan bahasa lisan maka keluarlah bunyi-bunyi
bahasa, sedangkan dalam bahasa tulisan hanya ada tulisan tanpa ada bunyi suara
yang dihasilkan.
b. Bahasa itu bersifat unik, maka linguistik tidak berusaha menggunakan kerangka
suatu bahasa untuk dikenalkan pada bahasa lain. Contoh, pada zaman dahulu banyak
ahli bahasa menggunakan kerangka acuan dari bahasa Yunani, Latin, atau Arab
sebagai kerangka penelitian bahasa, namun ternyata kerangka itu tidak cocok
diterapkan dalam bahasa Indonesia. Dari pemaparan ini dapat saya sintesiskan
bahwa setiap bahasa memiliki kekhasan masing-masing sehingga tidak semua
bahasa bisa dianalisis dengan menggunakan kerangka acuan yang sama. Oleh karena
itu, perlu kehati-hatian dalam membuat analisis sebuah bahasa tertentu.
c. Bahasa adalah suatu sistem, maka linguistik mendekati bahasa bukan karena sebagai
kumpulan unsur yang terlepas, melainkan sebagai kumpulan unsur yang satu dengan
yang lainnya mempunyai jaringan hubungan. Dari pemaparan ini, dapat saya
simpulkan bahwa bahasa itu merupakan suatu sitem kesatuan sehingga tidak bisa
dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Misalnya kumpulan morfem akan
membentuk kata, kumpulan kata akan membentuk frase dan seterusnya.
d. Bahasa dapat berubah dari waktu ke waktu sejalan dengan perkembangan sosial
budaya masyarakat pemakainya. Linguistik juga menganggap bahasa sebagai
sesuatu yang bersifat dinamis. Dari pendapat ini dapat disimpulkan bahwa bahasa
bersifat dinamis. Artinya bahasa itu selalu berkembang dari masa ke masa sesuai
dengan jamannya. Begitupula dalam penerapan ilmu linguistik, akan mengikuti
perkembangan zaman dari para pemakai bahasa itu sendiri.
e. Karena sifat empirisnya, maka linguistik mendekati bahasa secara deskriptif dan
tidak secara preskriptif. Artinya yang penting dalam linguistik adalah apa yang
sebenarnya diungkapkan oleh seseorang (sebagai data empiris) dan bukan apa yang
menurut peneliti seharusnya ungkapkan. Contoh 1) menyatakan pernyataan
preskriptif sedangkan kalimat 2) bersifat deskriptif.
1) Yang benar kata silakan, bukan silahkan
2) Kata silahkan dipakai bersama dengan kata silakan
Dari contoh di atas, dapat dilihat bahwa pada kalimat 1) kata silakan itu adalah kata
baku yang seharusnya digunakan, bukan kata silahkan. Namun, pada contoh 2) kita bisa
melihat bahwa yang biasa kita temukan dalam kehidupan masyarakat adalah pemakaian
kata silahkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa linguistik tidak bertugas menentukan
bentuk mana yang benar (baku) dan mana yang tidak benar (tidak baku).

Dari pendapat ahli bahasa di atas, saya dapat menyimpulkan sekilas bahwa bahasa
merupakan objek kajian dalam ilmu linguistik dengan mengacu pada bahasa manusia.
Artinya bahwa yang dipelajari dari bahasa sebagai objek kajian linguistik adalah bahasa
manusia, bukan bahasa yang lain. Manusia memiliki sistem bahasa yang terstruktur dan
sistematis sehingga mudah dipelajari dalam ilmu linguistik.

3. Keilmiahan Linguistik

Pada pemaparan sebelumnya telah saya jelaskan bahwa linguistik merupakan


disiplin ilmu yang ilmiah sehingga bisa dikatakan sebagai ilmu pengetahuan. Lalu, yang
menjadi pertanyaan kita adalah bagaimana keilmiahan dari ilmu ini? Mengapa ilmu
linguistik bisa dikatakan sebagai ilmu pengetahuan?

Berikut ini saya akan memaparkan tentang keilmiahan dari linguistik dari beberapa
buku linguistik yang ditulis oleh para ahli bahasa.

Chaer (2003:6) mengatakan bahwa suatu ilmu bisa dikatakan ilmiah jika melalui
tahapan-tahapan ilmiah. Begitupun ilmu linguistik, bisa dikatakan ilmiah karena melalui
tahapan-tahapan ini. Berikut ini tahapan-tahapan dalam proses ilmiah:

a. Tahap spekulasi, yaitu pembicaraan mengenai sesuatu dengan cara mengambil


kesimpulan yang dilakukan dengan spekulatif. Artinya kesimpulan dibuat tanpa
didukung oleh bukti-bukti empiris dan dilakukan tanpa menggunakan prosedur
tertentu.
b. Tahap observasi dan klasifikasi. Pada tahap ini para ahli di bidang bahasa baru
mengumpulkan dan menggolongkan segala fakta bahasa dengan teliti tanpa memberi
teori atau kesimpulan apapun.
c. Tahap adanya perumusan teori. Pada tahap ini setiap disiplin ilmu berusaha
memahami masalah-masalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaanmengenai
masalah berdasarkan data empiris yang dikumpulkan. Kemudian dalam disiplin itu
dirumuskan hipotesis yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, dan
menyusun tes untuk menguji hipotesis tersebut.
Dalam perkembangannya, ilmu linguistik telah melalui tiga tahapan tersebut
sehingga bisa dikatakan sebagai kegiatan ilmiah. Artinya bahwa untuk mendapatkan
sebuah kesimpulan yang ilmiah, ketiga proses tersebut telaah dilalui oleh ahli bahasa
untuk menunjukkan bahwa linguistik bisa dikatakan sebagai ilmu pengetahuan.

Chaer (2009:9) mengatakan bahwa linguistik sangat mementingkan data empiris


dalam melaksanakan penelitiannya. Sebagai contoh, umpamanya menurut pengetahuan
bahwa jika prefiks me- diimbuhkan pada kata dasar yang mulai dengan vokal, maka akan
muncul –ng-. Oleh karena itu, bentuk merubah yang nyata-nyata secara empiris ada, kita
katakan adalah bentuk yang salah. Seharusnya adalah mengubah, yaitu dari prefiks me-
ditambah dengan bentuk dasar ubah. Kegiatan empiris biasanya bekerja secara induktif
dan deduktif dengan beruntun. Artinya, kegiatan itu dimulai dengan mengumpulkan data
empiris. Data empiris itu dianalisis dan diklasifikasikan. Lalu ditarik kesimpulan umum
berdasarkan data empiris tersebut.

SJ Warouw (1956:16) dalam Pateda (2012:2) mengatakan bahwa suatu pengetahuan


dapat dainggap sebagai ilmu apabila memenuhi syarat, yaitu:

a. Pengetahuan itu harus teratur sehingga merupakan suatu disiplin.


b. Pengetahuan itu harus bersifat progresif yang artinya terus menerus mengusahakan
tingkatan lebih tinggi.
c. Mempunyai otonomi artinya bebas dalam kalangan sendiri.
Melihat syarat-syarat di atas, maka kita bisa katakan bahwa linguistik merupakan
cabang ilmu pengetahuan atau merupakan suatu disiplin. Linguistik mempunyai objek
dan objeknya adalah bahasa. Bahasa yang dimaksud disini adalah bahasa manusia.
C. LATIHAN
Jawablah dengan singkat dan cermat!
1. Ilmu linguistik memiliki cabang-cabang ilmu bawahan yang terkait dengan bidang
ilmu tersebut. Coba Anda sebutkan dan jelaskan tentang subdisiplin linguistik!
2. Setiap ilmu pengetahuan dikaji melalui proses ilmiah dan ada hipotesis atau dugaan
sementara sebelum penelitian. Apa yang Anda pahami tentang hipotesis dalam studi
linguistik?
3. Ilmu linguistik memberikan manfaat bagi seorang penerjemah yang akan mengalihkan
bahasa yang berbeda. Menurut Anda, apa manfaat linguistik bagi seorang
penerjemah?
4. Ilmu linguistik memberikan manfaat bagi seorang politisi. Apa manfaat linguistik bagi
kaum politisi?
5. Ilmu linguistik mengkaji tentang bahasa. Menurut Anda, apa perbedaan antara ilmu
linguistik dan ilmu sastra?

D. DAFTAR PUSTAKA

1. Alwasilah, A. Chaedar. 2011. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.


2. Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
3. Pateda, Mansoer. 2011. Linguistik Sebuah Pengantar. Bandung:Angkasa.
4. Todd, Loreto. An Introduction to Linguistics. New York: Longman York Press,
1987.
5. Verhaar, J.W.M.. 2008. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai