Disusun Oleh :
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
2022
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan...............................................................................................2
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
A. Pengertian Kesalahan Berbahasa...........................................................................3
B. Problematika Kesalahan Berbahasa.......................................................................5
C. Berbahasa Indonesia Sesuai Kaidah.......................................................................9
PENUTUP..........................................................................................................................13
DAFAR PUSTAKA..............................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
1. Apa itu kesalahan berbahasa?
2. Bagaimana problematika kesalahan berbahasa?
3. Bagaimana kaidah berbahasa indonesia yang benar sesuai problamatika
yang ditemukan?
C. Tujuan Pembahasan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
M.Pd. Drs. Dian Indihadi, ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA.
3
Berbahasa di istilahkan “slip of the pen”. Kesalahan ini terjadi akibat
ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya.
4
Jadi, kekhilafan adalah hasil atau implikasi dari kreativitas, bukan suatu
kesalahan berbahasa. Kekhilafan adalah suatu hal yang wajar dan selalu
dialami oleh penutur dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa. Hal
itu merupakan implikasi logis dari proses pembentukan kreativitas.
Disimpulkan bahwa kekhilafan berbahasa bukanlah sesuatu yang semata-mata
harus dihindari, melainkan sesuatu yang perlu dipelajari. Dengan mempelajari
kekhilafan minimal ada 3 (tiga) informasi yang akan diperoleh guru (pengajar)
bahasa, yakni:
5
dalam bentuk tulisan (huruf) serta penggunaan tanda baca. Berdasarkan makna
kamus di atas, dapat ditarik simpulan bahwa ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan adalah seperangkat kaidah yang mengatur penggunaan bahasa
Indonesia yang baku dalam bahasa tulis maupun bahasa lisan. Bahasa
Indonesia memiliki sejarah pembakuan ejaan selama dua kali sehingga
ditetapkannya penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
Problematika bahasa Indonesia dalam tataran penerapan EYD pada ragam
tulisan terdiri atas beberapa hal yaitu: pemakaian huruf, penulisan kata,
pemakaian tanda baca, dan penulisan unsur serapan.2 Ada beberapa kesalahan
yang terjadi dalam berbahasa, antara lain:
2
Akmaluddin, ‘PROBLEMATIKA BAHASA INDONESIA KEKINIAN: SEBUAH ANALISIS
KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM TULISAN’, Mabasan, 10 (2016), 84.
6
diketahui bahwa bentuk di yang berfungsi sebagai imbuhan biasanya diikuti
oleh kata kerja dan kata sifat. Kaidah penulisan bentuk di yang berfungsi
sebagai imbuhan adalah ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Sedangkan bentuk di yang berfungsi sebagai preposisi atau kata depan
biasanya di ikuti kata keterangan tempat maka penulisannya harus di pisah
dengan kata yang mengikutinya. Oleh karena itu perbaikan pada kalimat di atas
menjadi Dijual Berbagai Jenis Perabot Rumah Tangga.
7
digunakan.Begitu juga dengan ucapan hari ulang tahun kota Rantauprapat,
pada ucapan tersebut, makna yang ingin dimunculkan adalah jumlah atau
tingkatan peristiwa hari ulang tahunnya yang ke -74 bukan kota Rantauprapat.
Jika diperhatikan pada contoh di atas bahwa orang lain dapat menafsirkan
bahwa ada Republik Indonesia ke-72,ke 73,dan ke-74.Selain itu kota ada
Rantauprapat72 dan ke – 73. Untuk menjadi kalimat yang baik, maka kalimat
di atas dapat diubah menjadi Dirgahayu ke-75 Republik Indonesia dan ke-74
kota Rantauprapat.
8
C. Berbahasa Indonesia Sesuai Kaidah
3
Fauziah Hanum, ‘BATASAN PROBLEMATIKA BAHASA INDONESIA ( ANALISIS
KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA )’, Jurnal Education and Development Institut
Pendidikan Tapanuli Selatan, 09 (2021), 461.
9
besar lebih sering pakai bahasa Inggris Dalam cuitan melalui media sosia
dikemukakan juga bahwa bahasa Indonesia berpotensi menjadi bahasa
Internasional.
4
Hari Wahyono, ‘BERBAHASA INDONESIA DENGAN BAIK DAN BENAR (ANTARA
HARAPAN DAN KENYATAAN)’, Conference on Language and Language Teaching, 2017,
278.
5
Umi Kulsum, ‘MASALAH BUNYI DALAM BAHASA MASYARAKAT INDONESIA’,
Caraka: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Serta Bahasa Daerah, 10 (2021), 32.
10
Situasi kebahasaan resmi adalah situasi yang berkaitan dengan masalah-
masalah kedinasan atau keilmuan. Mengajar, ceramah, khotbah, pidato
kenegaraan merupakan beberapa contoh komunikasi lisan yang termasuk
dalam situasi resmi. Bentuk tuturan tulis yang termasuk dalam situasi resmi,
diantaranya surat menyurat resmi, skripsi, tesis, disertasi, laporan resmi.
Bentuk tuturan tulis lainnya yang juga termasuk dalam situasi resmi, yaitu
tuturan di kain rentang (spanduk), papan nama, papan pengumuman. Suatu
informasi tertulis yang disampaikan pada khalayak (umum), dipasang di
tempat umum, termasuk bentuk resmi. Kain rentang, papan nama (papan
nama usaha, praktik dokter, pengacara) adalah sarana informasi untuk umum,
sehingga diseyogyakan bahasa yang digunakan bahasa yang baik dan benar.
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, terkait dengan dua hal, yaitu
sesuai dengan kaidah dan sesuai dengan situasi pemakaian bahasa. Berbahasa
Indonesia dengan benar terkait dengan taat kaidah. Kaidah bahasa Indonesia
dapat dilihat pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (PUEBID). Pedoman ini sebenarnya sudah diresmikan
penggunaannya mulai tanggal 16 Agustus 1972. Sejak diresmikan hingga saat
ini, PUEBID sudah berusia 45 tahun. Dengan demikian sebenarnya
perjalanan pedoman umum ejaan ini sudah sangat matang. Namun tampaknya
seluruh kaidah ejaan yang ada dipedoman ini belum diterapkan dengan baik.
11
Tampaknya para pengguna bahasa Indonesia kurang cermat dalam hal
penerapan kaidah.6
6
Bambang Yulianto, ‘KURIKULUM BAHASA INDONESIA: PROBLEMATIKA DI
LAPANGAN’, Diksi, 14 (2007), 37.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Marilah kita yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kelestarian bahasa
Indonesia, selalu berupaya agar bahasa Indonesia tetap jaya di negara
Indonesia tercinta ini, agar pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar
dapat diwujudkan. Pelestarian bahasa Indonesia merupakan usaha mewujudkan
bahasa Idonesia sebagai bahasa persatuan, bahasa negara, dan jati diri bangsa.
13
Sikap menghormati, memelihara, dan menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar tercermin pada penutur yang taat asas atau taat pada kaidah
berbahasa yang berlaku. Oleh karena itu sangatlah tepat apabila bahasa
Indonesia dijadikan mata kuliah wajib diperguruan tinggi agar para mahasiswa
memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
14
DAFAR PUSTAKA
15