Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PROBLEMATIKA KESALAHAN BERBAHASA


Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah
Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu:
Rizka M.Pd.

Disusun Oleh :

Abelita Septya Ayunda (2102060182)


Rahmatia Mikakim (2102060176)
Salsabillah Al Husna (2102060169)
Siraj Nur Rafi M. (2102060175)

PRODI STRATA-1 FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

LAMONGAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa mencurahkan rahmat


dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat kami susun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan Nabi kita Rasulullah SAW, yang selalu kita nantikan syafaatnya
di Yaumul Kiamah.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Rizka, M.Pd. selaku
Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia atas ilmu yang diberikan sehingga kami
dapat menyusun makalah ini dengan baik dan sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan.

Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak


yang telah memberikan bantuan untuk tersusunnya makalah ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan...............................................................................................2
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
A. Pengertian Kesalahan Berbahasa...........................................................................3
B. Problematika Kesalahan Berbahasa.......................................................................5
C. Berbahasa Indonesia Sesuai Kaidah.......................................................................9
PENUTUP..........................................................................................................................13
DAFAR PUSTAKA..............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam kehidupan bermasyarakat seseorang tidak mungkin hidup


menyendiri tanpa kehadiran orang lain dan tanpa bergaul dengan lingkungan
sekitarnya. Hal ini membuktikan bahwa pada hakikatnya manusia adalah
mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia secara naluriah terdorong
untuk bergaul dengan manusia lain, baik untuk menyatakan keberadaan dirinya
maupun untuk mengeskpresikan kepentingannya. Berkenaan dengan hal
tersebut bahasa memegang peranan sangat penting. Kepentingan bahasa
hampir mencakup segala bidang kehidupan, karena segala sesuatu yang
dihayati, dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh seseorang hanya dapat
diketahui apabila diungkapkan melalui bahasa, baik secara lisan maupun
tulisan.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk


saling berhubungan, saling belajar dan saling berbagi pengalaman baik secara
lisan maupun tulisan. Bahasa adalah alat yang bertujuan untuk menyampaikan
maksud, ide, pikiran dan perasaan kepada orang lain. letak dari kepentingan
bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan dan saling
meningkatkan intelektual. Akan tetapi dalam berbahasa kadang-kadang
manusia masih banyak mengalami kesalahan dalam berbahasa.

Maka, penting atau tidaknya sebuah bahasa dapat dilihat berdasarkan


patokan seperti, jumlah penutur bahasa, luas penyebarannya dan peranannya
sebagai ilmu, seni sastra dan pengungkapan kebudayaan. Dengan demikian
peran utama bahasa sebagai alat komunikasi sangat penting. Kepentingan
tersebut dapat dilihat dari kebanggaan masyarakat dalam menggunakan dan
melestarikan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Akan tetapi jika kita
perhatikan masih ada masyarakat Indonesia yang masih acuh dan tidak
memperhatikan bagaimana tata cara penggunaan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar.

B. Rumusan Masalah

1
1. Apa itu kesalahan berbahasa?
2. Bagaimana problematika kesalahan berbahasa?
3. Bagaimana kaidah berbahasa indonesia yang benar sesuai problamatika
yang ditemukan?

C. Tujuan Pembahasan

Pembahasan ini disusun engan tujuan untuk mengatahui dan memahami


tentang problematika kesalahan berbahasa. Serta untuk kedepannya pembaca
bisa memuculkan kesadaran diri tentang urgensitas berbahasa yang baik dan
benar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesalahan Berbahasa

Pembahasan tentang kesalahan berbahasa merupakan masalah yang tidak


sederhana, tetapi bisa juga menjadi tidak ada masalah yang harus dibahas
dalam kesalahan berbahasa. Oleh karena itu, anda harus mengetahui terlebih
dahulu tentang pengertian kesalahan berbahasa. Tidak mungkin anda mengerti
kesalahan berbahasa apabila anda tidak memiliki pengetahuan atau teori
landasan tentang hal tersebut. Tidak mungkin anda memiliki pengetahuan atau
teori landasan tentang kesalahan berbahasa apabila anda tidak pernah
mempelajari tentang itu. Tidak mungkin anda tidak mempelajari hal itu apabila
anda ingin mengetahui dan memiliki teori landasan tentang kesalahan
berbahasa.

Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beragam. Untuk itu,


pengertian kesalahan berbahasa perlu diketahui lebih awal sebelum kita
membahas tentang kesalahan berbahasa. S.P Corder (1974) menggunakan 3
(tiga) istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa: Lapses, Error, dan
Mistake. Ahmad Syafi’ie (1984) mengistilahkan kesalahan berbahasa itu
dengan “goof”, “goofing”, dan “gooficon”. Sedangkan Sholihul Huda (1981)
mengistilahkan kesalahan berbahasa itu dengan “kekhilafan (error)”.1

Baiklah anda perlu mengetahui pengertian istilah-istilah tersebut. Lapses,


Error dan Mistake adalah istilah-istilah dalam wilayah kesalahan berbahasa.
Ketiga istilah itu memiliki domain yang berbeda-beda dalam memandang
kesalahan berbahasa. seperti yang dijelaskan Corder (1974) yakni: Lapses
adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan
sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya.
Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini diistilahkan dengan “slip of the
tongue” sedang untuk berbahasa tulis, jenis kesalahan ini Analisis Kesalahan

1
M.Pd. Drs. Dian Indihadi, ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA.

3
Berbahasa di istilahkan “slip of the pen”. Kesalahan ini terjadi akibat
ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya.

Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau


aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur
sudah memiliki aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang
lain, sehingga itu berdampak pada kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan
penutur. Hal tersebut berimplikasi terhadap penggunaan bahasa, terjadi
kesalahan berbahasa akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah.
Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih
kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Kesalahan ini mengacu kepada
kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang diketahui
benar, bukan karena kurangnya penguasaan bahasa, kesalahan terjadi pada
produk tuturan yang tidak benar.

Kemudian Syafi’i tidak membedakan kesalahan berbahasa, tetapi dia


menyebut “goof” untuk kesalahan berbahasa, yakni: kalimat-kalimat atau
tuturan yang mengandung kesalahan, “gooficon” untuk menyebut jenis
kesalahan (sifat kesalahan) dari kegramatikaan atau tata bahasa, sedangkan
“goofing” adalah penyebutan terhadap seluruh kesalahan tersebut, goof dan
gooficon.

Sedangkan menurut Huda (1981), kesalahan berbahasa yang dilakukan


oleh penutur ketika sedang memperoleh dan belajar bahasa disebut kekhilafan
(error). Kekhilafan (error), menurut Nelson Brook dalam Syafi’ie (1984), itu
“dosa/kesalahan” yang harus dihindari dan dampaknya harus dibatasi, tetapi
kehadiran kekhilafan itu tidak dapat dihindari dalam pembelajaran bahasa.
Ditegaskan oleh Dulay, Burt maupun Richard (1979), kekhilafan akan selalu
muncul betapa pun usaha pencegahan dilakukan, tidak seorang pun dapat
belajar bahasa tanpa melakukan kekhilafan (kesalahan) berbahasa. Menurut
temuan kajian dalam bidang psikologi kognitif, mereka yang sedang
memperoleh dan belajar bahasa selalu membangun bahasa melalui proses
kreativitas.

4
Jadi, kekhilafan adalah hasil atau implikasi dari kreativitas, bukan suatu
kesalahan berbahasa. Kekhilafan adalah suatu hal yang wajar dan selalu
dialami oleh penutur dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa. Hal
itu merupakan implikasi logis dari proses pembentukan kreativitas.
Disimpulkan bahwa kekhilafan berbahasa bukanlah sesuatu yang semata-mata
harus dihindari, melainkan sesuatu yang perlu dipelajari. Dengan mempelajari
kekhilafan minimal ada 3 (tiga) informasi yang akan diperoleh guru (pengajar)
bahasa, yakni:

Pertama, kekhilafan berguna untuk umpan balik (feedback), yakni tentang


seberapa jauh jarak yang harus ditempuh oleh anak untuk sampai kepada
tujuan serta hal apa (materi) yang masih harus dipelajari oleh pembelajar.
Kedua, kekhilafan berguna sebagai data/fakta empiris untuk peneliti atau
penelitian tentang bagaimana seseorang memperoleh dan mempelajari bahasa.
Ketiga, kekhilafan berguna sebagai masukan (input), bahwa kekhilafan adalah
hal yang tidak terhindarkan dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa, dan
merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh anak untuk pemerolehan
bahasanya.

B. Problematika Kesalahan Berbahasa

Dalam penggunaannya, kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia ragam


tulisan dalam dokumen atau naskah masih banyak dijumpai. Begitu juga pada
tulisan-tulisan lain, yang dibuat oleh masyarakat tutur bahasa Indonesia secara
pribadi. Bentuk kesalahan berbahasa yang dapat ditemukan sangat bervariasi.
Misalnya, kesalahan dalam bidang morfologi, kesalahan dalam bidang
sintaksis, baik berupa kesalahan pada frasa maupun kesalahan pada klausa,
kesalahan dalam bidang semantik, dan kesalahan dalam hal penggunaan ejaan.
Semua bentuk kesalahan tersebut harus diperbaiki agar sesuai dengan situasi
dan kondisi sebagai wujud pelaksanaan aturan fungsi bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara dan sebagai bahasa nasional.

Selain dalam beberapa aspek kebahasaan di atas, problematika berbahasa


juga berpotensi terjadi dalam hal penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan (EYD). Ejaan adalah kaidah cara menggambarkan bunyi

5
dalam bentuk tulisan (huruf) serta penggunaan tanda baca. Berdasarkan makna
kamus di atas, dapat ditarik simpulan bahwa ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan adalah seperangkat kaidah yang mengatur penggunaan bahasa
Indonesia yang baku dalam bahasa tulis maupun bahasa lisan. Bahasa
Indonesia memiliki sejarah pembakuan ejaan selama dua kali sehingga
ditetapkannya penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
Problematika bahasa Indonesia dalam tataran penerapan EYD pada ragam
tulisan terdiri atas beberapa hal yaitu: pemakaian huruf, penulisan kata,
pemakaian tanda baca, dan penulisan unsur serapan.2 Ada beberapa kesalahan
yang terjadi dalam berbahasa, antara lain:

Pertama, Kesalahan berbahasa Indonesia dalam tataran fonologi. Fonologi


adalah ilmu yang mempelajari asal usul bunyi bahasa serta merumuskannya
secara teratur dan sistematik. Analisis kesalahan berbahasa dalam bidang
fonologi meliputi: Perubahan fonem, Penghilangan fonem, Penambahan
fonem. Kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi dalam ragam tulisan
Hubungi tampa perantara Kesalahan berbahasa pada kalimat di tersebut adalah
perubahan fonem tampa. Seharusnya fonem [ m ] pada kata tampa pada
kalimat di tersebut ditulis dengan menggunakan fonem [ n ] sehingga menjadi
tanpa. Dalam KBBI, kata tanpa merupakan kelas kata keterangan (adverbia)
yang berarti tidak dengan; tidak ber. Contoh pemakaian dalam kalimat
menghilang tanpa jejak sedangkan kata tampa tidak ditemukan dalam KBBI
karena kata tersebut memang bukan termasuk kosakata bahasa Indonesia.

Kedua, kesalahan bahasa Indonesia dalam tataran morfologi. Morfologi


adalah ilmu seluk beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan
bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Kesalahan berbahasa dalam
tataran morfologi meliputi: Penghilangan afiks, Bunyi yang seharusnya luluh
tidak diluluhkan, Pergantian morfem, Penggunaan afiks yang tidak tepat,
Penempatan afiks yang tidak tepat pada gabungan kata. Kesalahan berbahasa
ragam tulisan pada tataran morfologi karena pemakaian afiks yang tidak tepat.
Contoh Di jual Berbagai Jenis Perabot Rumah Tangga. Hal yang perlu

2
Akmaluddin, ‘PROBLEMATIKA BAHASA INDONESIA KEKINIAN: SEBUAH ANALISIS
KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM TULISAN’, Mabasan, 10 (2016), 84.

6
diketahui bahwa bentuk di yang berfungsi sebagai imbuhan biasanya diikuti
oleh kata kerja dan kata sifat. Kaidah penulisan bentuk di yang berfungsi
sebagai imbuhan adalah ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Sedangkan bentuk di yang berfungsi sebagai preposisi atau kata depan
biasanya di ikuti kata keterangan tempat maka penulisannya harus di pisah
dengan kata yang mengikutinya. Oleh karena itu perbaikan pada kalimat di atas
menjadi Dijual Berbagai Jenis Perabot Rumah Tangga.

Ketiga, kesalahan bahasa Indonesia dalam tataran sintaksis. Sintaksis


adalah tata bahasa yang membahas tentang hubungan antar kata dalam tuturan .
Kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis yaitu bidang frasa dan kalimat.
Kesalahan berbahasa ragam tulis yang menyangkut frasa meliputi: Pengaruh
bahasa daerah, Penggunaan preposisi yang tidak tepat, Susunan kata atau pola
kalimat yang tidak tepat, Penggunan unsur yang berlebihan. Contoh kesalahan
bahasa pada tataran sintaksis Disini jual bunga anggrek Berastagi. Kesalahan
berbahasa dalam tataran sintaksis yang tidak tepat karena penulisan preposisi
yang tidak tepat yaitu penulisan bentuk di dengan kata yang mengikutinya.
Secara kaidah tata penulisannya harus dipisah dengan kata yang mengikutinya.
Agar kalimat di atas menjadi kalimat efektif,maka kalimat tersebut harus
diubah menjadi Di sini dijual bunga anggrek Berastagi.

Keempat, kesalahan bahasa Indonesia dalam tataran semantik. Kesalahan


berbahasa pada tataran semantik terdiri atas: Kesalahan penggunaan kata-kata
yang mirip, Penggunaan kata-kata yang saling menggantikan yang dipaksa
sehingga menimbulkan perubahan makna kalimat bahkan saling merusak
struktur kalimat. Selain itu Chaer (2002) menjelaskan bahwa salah satu
peristiwa semantik yang harus dihindari karena bermakna ambiguitas.
Ambiguitas disebabkan karena struktur kalimat yang menimbulkan penafsiran
ganda. Contoh kesalahan bahasa pada tataran semantik Dirgahayu RI ke – 75
dan kota Rantauprapat ke- 74. Kalimat di atas mengandung makna ambigu.
Kegandaan makna pada kalimat di atas yaitu keterangan jumlah pada kalimat
tersebut bisa jadi menerangkan jumlah Negara RI. Makna yang ingin di
munculkan adalah ucapan Dirgahayu yang ke 75, bukan Republik Indonesia.
Hal ini di sebabkan karena makna yang tidak jelas karena struktur kalimat yang

7
digunakan.Begitu juga dengan ucapan hari ulang tahun kota Rantauprapat,
pada ucapan tersebut, makna yang ingin dimunculkan adalah jumlah atau
tingkatan peristiwa hari ulang tahunnya yang ke -74 bukan kota Rantauprapat.
Jika diperhatikan pada contoh di atas bahwa orang lain dapat menafsirkan
bahwa ada Republik Indonesia ke-72,ke 73,dan ke-74.Selain itu kota ada
Rantauprapat72 dan ke – 73. Untuk menjadi kalimat yang baik, maka kalimat
di atas dapat diubah menjadi Dirgahayu ke-75 Republik Indonesia dan ke-74
kota Rantauprapat.

Kelima, kesalahan bahasa Indonesia dalam tataran penerapan EYD.


Kesalahan berbahasa dalam tataran penerapan EYD sebagian besar berupa
kesalahan penulisan unsur serapan. Penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa
Indonesia dilakukan dengan empat cara yaitu adopsi,adaptasi,penerjemah,dan
kreasi. Adopsi yaitu penyerapan bahasa asing dengan mengambil sepenuhnya
suatu kosa kata bahasa asing tanpa adanya perubahan atau penyesuaian dengan
kaidah bahasa Indonesia. Contohnya Suzuya Mall Rantauprapat perbaikan
penulisan dengan mengubah bentuk menjadi Mal Suzuya Rantauprapat
Sedangkan adaptasi dilakukan dengan adanya perubahan atau penyesuaian
bentuk kosa kata yang diserap dengan kaidah bahasa Indonesia. Contohnya
bentuk kata fotokopi merupakan unsur serapan bahasa asing yang diserap
dengan cara adptasi dari kata photocopy.

Kesalahan berbahasa Indonesia ragam tulisan tidak sepatutnya diabaikan.


Hal ini berarti perlu dilakukan perbaikan terhadap kesalahan berbahasa ragam
tulisan yang ada untuk menghindari sikap negatif penutur bahasa Indonesia
terhadap bahasa Indonesia. Hal lain yang melatarbelakangi penelitian ini
adalah asumsi bahwa analisis kesalahan berbahasa ragam tulisan sangat relevan
dengan keperluan akademik. Relevansi ini ditandai dengan muatan kurikulum
yang ada pada satuan pendidikan menengah. Kurikulum mata pelajaran bahasa
Indonesia pada jenjang pendidikan menengah mengajarkan kepada siswa
bentuk-bentuk bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan demikian, hasil
analisis kesalahan berbahasa Indonesia ragam tulisan dapat dijadikan sebagai
referensi dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

8
C. Berbahasa Indonesia Sesuai Kaidah

Masalah kebahasaan Indonesia tidak terlepas dari masyarakat


pendukungnya. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia telah terjadi berbagai
perubahan, baik sebagai akibat tatanan kehidupan dunia yang baru,
globalisasi, maupun sebagai dampak perkembangan teknologi informasi yang
amat pesat. Terkait dengan hal ini, tentu saja bahasa Indonesia mendapat
tantangan, pengaruh besar dari bahasa asing. Namun demikian, masyarakat
Indonesia diharapkan tetap menjunjung tinggi bahasa Indonesia. Untuk
mewujudkan masyarakat cinta bahasa Indonesia, pada tahun 1995,
pemerintah pada saat itu dipimpin oleh presiden Soeharto, memunculkan
slogan. Slogan "gunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar"
dicanangkan oleh Kepala Negara Republik Indonesia,tepatnya pada tanggal
20 Mei tahun 1995. Pencanangan dilakukan karena dalam perjalannya,
keberadaan bahasa Indonesia yang baku menduduki posisi dalam skala tata
nilai masyarakat bahasa.3

Perkembangan teknologi informasi memberi pengaruh yang sangat besar


pada keberadaan bahasa Indonesia. Hal ini tdak dapat dipungkiri, karena pada
kenyataannya kosa kata bahasa Indonesia banyak didonor dari bahasa asing.
Beberapa contoh yang dimaksud dalam pernyataan di atas, antara lain kunci
inggris, kucing anggora, kelengkeng bangkok, gitar spanyol, dan masih
banyak lagi. Hal-hal tersebut sepertinya menunjukkan kalau kita kurang yakin
pada milik sendiri. Hal seperti ini mewabah hingga pada saat ini. Istilah asing
tampaknya lebih mewarnai kehidupan saat ini.

Masih sangat hangat bahwa ada keluhan masyarakat Indonesia yang


sangat cinta dan peduli pada bahasa Indonesia diunggah dalam media sosial.
Keluhan yang dimaksud, yang telah beredar melalui media sosial, seperti
berikut. Apa Kabar Bahasa Indonesia? Semakin hari, semakin diabaikan,
Nilai rata-rata UN Bahasa Indonesia turun dalam 3 tahun terakhir. Rata-
rata Uji Kompetensi Guru Bahasa Indonesia di bawah 50. Ruang Publik kota

3
Fauziah Hanum, ‘BATASAN PROBLEMATIKA BAHASA INDONESIA ( ANALISIS
KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA )’, Jurnal Education and Development Institut
Pendidikan Tapanuli Selatan, 09 (2021), 461.

9
besar lebih sering pakai bahasa Inggris Dalam cuitan melalui media sosia
dikemukakan juga bahwa bahasa Indonesia berpotensi menjadi bahasa
Internasional.

Bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa yang tercipta sebelum


negara terbentuk. Selain itu dikemukakan pula bahwa bahasa Indonesia
egaliter dan demokratik, gramatika tidak pandang bulu, gramatikanya mudah
dan sederhana. Berdasarkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa bahasa
asing, terutama bahasa Inggris lebih mendominasi dalam komunikasi, baik
lisan maupun tulis. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi,
pemakian istilah asing, seperti online, web, email, dan netizen lebih banyak
dipakai daripada istilah dalam bahasa Indonesia, yaitu daring, laman, surel,
dan warganet. Melihat kenyataan tersebut di atas menunjukkan bahwa
masyarakat Indonesia masih kurang mencintai bahasa Indonesia. Kenyataan
ini sepertinya ada sinyal bahwa generasi penerus lebih bangga menggunakan
kebudayaan asing. Hal ini ditandai dengan bahasa Indonesia sudah mulai
tersingkirkan keberadaanya oleh bahasa asing.4

Pemakaian BI dikatakan dengan baik dan benar, apabila tuturan sudah


sesuai dengan kriteria. Kriteria yang dimaksud adalah tuturan baik lisan
maupun tulis, telah sesuai dengan kaidah yang berlaku dan sesuai dengan
situasi kebahasaan yang dihadapi. Kriteria pemakaian BI dikatakan dengan
benar jika telah sesuai dengan kaidah yang berlaku. 5 Kaidah bahasa yang
harus diperhatikan oleh para pemakai mencakupi lima aspek, yaitu tata bunyi
(fonologi), tata bahasa (kata dan kalimat), kosa kata (termasuk istilah), ejaan,
dan makna. Kriteria sesuai dengan situasi kebahasaan memiliki pengertian
bahwa bahasa yang baik harus cocok dengan situasi pemakaiannya. Ada dua
macam situasi kebahasaan yang dimaksud, yaitu situasi resmi dan situasi
tidak resmi atau situasi santai.

4
Hari Wahyono, ‘BERBAHASA INDONESIA DENGAN BAIK DAN BENAR (ANTARA
HARAPAN DAN KENYATAAN)’, Conference on Language and Language Teaching, 2017,
278.
5
Umi Kulsum, ‘MASALAH BUNYI DALAM BAHASA MASYARAKAT INDONESIA’,
Caraka: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Serta Bahasa Daerah, 10 (2021), 32.

10
Situasi kebahasaan resmi adalah situasi yang berkaitan dengan masalah-
masalah kedinasan atau keilmuan. Mengajar, ceramah, khotbah, pidato
kenegaraan merupakan beberapa contoh komunikasi lisan yang termasuk
dalam situasi resmi. Bentuk tuturan tulis yang termasuk dalam situasi resmi,
diantaranya surat menyurat resmi, skripsi, tesis, disertasi, laporan resmi.
Bentuk tuturan tulis lainnya yang juga termasuk dalam situasi resmi, yaitu
tuturan di kain rentang (spanduk), papan nama, papan pengumuman. Suatu
informasi tertulis yang disampaikan pada khalayak (umum), dipasang di
tempat umum, termasuk bentuk resmi. Kain rentang, papan nama (papan
nama usaha, praktik dokter, pengacara) adalah sarana informasi untuk umum,
sehingga diseyogyakan bahasa yang digunakan bahasa yang baik dan benar.

Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk


mempersatukan seluruh bangsa. Bahasa Indonesia juga merupakan alat
mengungkapkan diri, baik secara lisan, maupun tertulis, dari segi rasa, karsa,
dan cipta serta pikir, baik secara etis, estetis, dan logis. Warga negara
Indonesia yang mahir berbahasa Indonesia akan dapat memenuhi
kewajibannya menjadi warga negara dimanapun dan dengan siapapun mereka
bergaul diwilayah negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena
itu, kemahiran berbahasa Indonesia menjadi bagian dari kepribadian
Indonesia. Untuk menuju pada kemahiran berbahasa Indonesia, dibutuhkan
kecermatan. Kecermatan berbahasa Indonesia merupakan salah satu indikator
mahir berbahasa Indonesia.

Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, terkait dengan dua hal, yaitu
sesuai dengan kaidah dan sesuai dengan situasi pemakaian bahasa. Berbahasa
Indonesia dengan benar terkait dengan taat kaidah. Kaidah bahasa Indonesia
dapat dilihat pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (PUEBID). Pedoman ini sebenarnya sudah diresmikan
penggunaannya mulai tanggal 16 Agustus 1972. Sejak diresmikan hingga saat
ini, PUEBID sudah berusia 45 tahun. Dengan demikian sebenarnya
perjalanan pedoman umum ejaan ini sudah sangat matang. Namun tampaknya
seluruh kaidah ejaan yang ada dipedoman ini belum diterapkan dengan baik.

11
Tampaknya para pengguna bahasa Indonesia kurang cermat dalam hal
penerapan kaidah.6

Kekurang cermatan berbahasa Indonesia tampak di berbagai wilayah di


Indonesia. Kenyataan ini terlihat dari bahasa tulis. Beberapa fakta terkait
dengan ketidak taatan kaidah dan atau kekurang cermatan berkaidah bahasa
Indonesia seperti pada paparan berikut ini. Hari Ulang Tahun Kemerdekaan
RI Ke-72 Bentuk tulisan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI Ke-72 dapat kita
lihat diberbagai wilayah di Indonesia, terutama di gapura-gapura. Hal tersebut
merupakan tulisan yang kurang cermat. Dikatakan kurang cermat karena
dapat ditafsirkan bahwa negara Republik Indonesia sekurang-kurangnya ada
72. Dalam penyusunan kata yang cermat, kata ke-72 sebaiknya diletakkan
setelah kata ulang tahun, karena ke-72 menyatakan ulang tahunnya. Jadi,
tulisan yang benar adalah Ulang Tahun Ke-72 Republik Indonesia. contoh
lain Bebas Parkir Tulisan bebas parkir juga merupakan bentuk tulisan yang
kurang cermat. Kata bebas parkir diartikan orang dibebaskan dari
pembayaran parkir. Dalam arti yang sebenarnya, bebas parkir adalah dilarang
parkir (no parking), atau areal tanpa ada yang parkir. Untuk menyatakan arti
dibebaskan dari biaya parkir sebaiknya dipakai parkir gratis (free parking).

6
Bambang Yulianto, ‘KURIKULUM BAHASA INDONESIA: PROBLEMATIKA DI
LAPANGAN’, Diksi, 14 (2007), 37.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan di atas menunjukkan bahwa slogan “berbahasa


Indonesia dengan baik dan benar" masih belum bisa diwujudkan oleh
masyarakat penutur bahasa Indonesia, terutama masyarakat Indonesia.
Masyarakat Indonesia seharusnya merasa bangga karena memiliki bahasa yang
namanya sama dengan nama negara. Namun hal ini masih menjadi isapan
jempol, karena pada kenyataannya lebih bangga memakai bahasa asing,
terutama bahasa Ingris dalam berbagai kesempatan. Hingga hari ini, sudah
selayaknya bangsa Indonesia merasa bangga dengan eksistensi bahasa
Indonesia.

Maka, berdasarkan paparan tersebut, pembelajaran Bahasa Indonesia


sangat mungkin dikatakan gagal Melihat kenyataan yang menunjukkan bahwa
kaum intelektual memiliki pemahaman yang kurang terhadap kaidah BI,
tentunya para guru, dosen, terutama pengampu mata pelajaran bahasa
Indonesia maupun mata kuliah bahasa Indonesia di perguruan tinggi, perlu
memikirkan bagaimana cara memanamkan kaidah bahasa Indonesia. Hal ini
dimaksudkan agar kaidah BI selalu menjadi pedoman siswa maupun
mahasiswa saat bertutur. Dengan tertanamnya kaidah BI sebagai pedoman
bertutur pada diri siswa maupun mahasiswa, nasib kaidah BI tidak akan seperti
saat ini.

B. Saran
Marilah kita yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kelestarian bahasa
Indonesia, selalu berupaya agar bahasa Indonesia tetap jaya di negara
Indonesia tercinta ini, agar pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar
dapat diwujudkan. Pelestarian bahasa Indonesia merupakan usaha mewujudkan
bahasa Idonesia sebagai bahasa persatuan, bahasa negara, dan jati diri bangsa.

13
Sikap menghormati, memelihara, dan menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar tercermin pada penutur yang taat asas atau taat pada kaidah
berbahasa yang berlaku. Oleh karena itu sangatlah tepat apabila bahasa
Indonesia dijadikan mata kuliah wajib diperguruan tinggi agar para mahasiswa
memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

14
DAFAR PUSTAKA

Akmaluddin, ‘PROBLEMATIKA BAHASA INDONESIA KEKINIAN:


SEBUAH ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA
RAGAM TULISAN’, Mabasan, 10 (2016), 84
Drs. Dian Indihadi, M.Pd., ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
Hanum, Fauziah, ‘BATASAN PROBLEMATIKA BAHASA INDONESIA
( ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA )’, Jurnal
Education and Development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan, 09 (2021),
461
Kulsum, Umi, ‘MASALAH BUNYI DALAM BAHASA MASYARAKAT
INDONESIA’, Caraka: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
Serta Bahasa Daerah, 10 (2021), 32
Wahyono, Hari, ‘BERBAHASA INDONESIA DENGAN BAIK DAN BENAR
(ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN)’, Conference on Language
and Language Teaching, 2017, 278
Yulianto, Bambang, ‘KURIKULUM BAHASA INDONESIA:
PROBLEMATIKA DI LAPANGAN’, Diksi, 14 (2007), 37

15

Anda mungkin juga menyukai