Anda di halaman 1dari 21

Analisis Perbandingan Puisi Tuhan, Kita Begitu Dekat

Karya Abdul Hadi WM dan Puisi Tuhan, Aku Cinta

Padamu Karya WS Rendra

Santia varissa(210502037)

UIN Ar-Raniry Banda Aceh Fakultas Adab dan Humaniora

Prodi Bahasa dan Sastra Arab

Abstract
This research is motivated by the similarity of themes in the reading of abdul hadi
w.m’s “tuhan, kita begitu dekat” poem and Ws rendra's “Tuhan, aku cinta padamu”
poem. The purpose of this study was to describe the similarities and differences
between the two poems. The method used in this research is comparative descriptive.
The data sources used are abdul hadi w.m’s “tuhan, kita begitu dekat” poem and Ws
rendra's “Tuhan, aku cinta padamu” poem . This study uses an intertextuality
approach. The results of this study found similarities between the two poems,
including the theme of divinity, using the same diction, using hyperbole, and there are
similarities in meaning in the poetry lines. While the difference between the two
poems is the difference in title, the line in the poem "tuhan, kita begitu dekat" is 15
lines while in the poem "Tuhan, aku cinta padamu'' there are 8 lines. In addition, the
messages in the two poems are also different. The poem "tuhan, kita begitu dekat" has
a mandate that we should always increase our faith in God. The close relationship
between humans and God can be closely interwoven based on the dimensions of
human faith in God. Only a sense of faith is able to bring closer the relationship
between humans and God. Meanwhile, the poem "Tuhan, aku cinta padamu" has a
mandate that As creatures, we must always pray to get the privilege of it, namely a
very wide paradise.
Keyword: Poem; Ratio; Comparative; Descriptive.

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kesamaan tema dalam puisi tuhan, kita begitu
dekat karya abdul hadi w.m dan puisi Tuhan, aku cinta padamu karya Ws rendra .
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan kedua
puisi tersebut. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu deskriptif komparatif.
Sumber data yang digunakan yaitu puisi tuhan, kita begitu dekat karya abdul hadi w.m
dan puisi Tuhan, aku cinta padamu karya Ws rendra. Penelitian ini menggunakan
pendekatan intertekstualitas. Hasil penelitian ini adalah persamaan dan perbedaan dari
kedua puisi tersebut. Persamaanya meliputi penggunaan diksi, majas hiperbola, dan
pemaknaan dalam larik puisi. Sedangkan perbedaannya meliputi judul, larik, dan
amanat. Puisi tuhan, kita begitu dekat memiliki 15 larik sedangkan puisi Tuhan, aku
cinta padamu memiliki 8 larik. Pesan yang terdapat dalam puisi “Tuhan, Kita Begitu
Dekat” adalah hendaknya kita selalu meningkatkan rasa keimanan kepada Tuhan.
Hubungan kedekatan antara manusia dengan Tuhan dapat terjalin erat yang
didasarkan pada dimensi keimanan manusia kepada Tuhan. Hanya rasa keimananlah
yang mampu mendekatkan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Sedangkan, puisi
Tuhan, aku cinta padamu memiliki amanat sebagai makhluk kita harus senantiasa
mengerjakan shalat untuk mendapatkan keistimewaan darinya yaitu surga yang sangat
luas
Kata kunci: Puisi; Perbandingan; Deskriptif ; Komparatif.

PENDAHULUAN

Sastra bandingan adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra. Sastra bandingan akan
terus ada dengan mengikuti perkembangan zaman karena karya-karya sastra tidak
pernah sepi dari pembuat dan peminatnya meskipun media terus berkembang.
Kegiatan membandingkan karya sastra bisa beragam jenis, salah satunya pada puisi,
karena banyak puisi yang terinspirasi dari karya orang lain walaupun tidak menutup
kemungkinan banyak juga yang terinspirasi dari kehidupan nyata di sekitar.
Manusia mempunyai perwujudan dalam gagasan kreativitas berdasarkan
pemikirannya pada lingkungan sosial di sekitarnya. Perwujudan tersebut berupa
sastra. Sastra mengandung nilai keindahan yang diciptakan oleh penulis pada karya
yang diciptakannya. Karya sastra merupakan sarana yang dapat digunakan untuk
menemukan ide, perasaan, dan lan-lain. Karya sastra diciptakan penulis sebagai
bentuk pengungkapan yang ingin disampaikan kepada pembaca yaitu berupa pesan.
puisi bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna, tetapi puisi merupakan karya
yang estetis dan penuh dengan makna serta mempunyai arti. puisi juga merupakan
susunan bahasa yang indah sebagai bentuk ekspresi pengarang. Berdasarkan kedua
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa, puisi adalah karya yang terdiri dari
susunan bahasa dan terdapat makna serta arti didalamnya. Karya sastra terdiri dari
tiga jenis yaitu puisi, drama, dan prosa.
Penelitian ini mengkaji salah satu dari ketiga jenis karya sastra yaitu puisi. Tema
merupakan gagasan pokok atau landasan utama dalam puisi yang nantinya akan
menjadi kerangka pengembang puisi. Diksi merupakan pemilihan kata dalam puisi.
Diksi digunakan sebagai esensi penulisan dalam menulis puisi. Gaya bahasa
merupakan susunan kata yang digunakan penulis untuk menimbulkan kesan penulisan
puisi yang indah. Dalam sebuah puisi gaya bahasa merupakan hal yang sangat penting
karena dengan gaya bahasa tersebut dapat menentukan kualitas sebuah karya sastra.
Puisi memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Puisi memiliki prinsip
licentia poetica sebagai wujud kebebasan dalam berekspresi. Muatan puisi yang satu
memungkinkan hadir pada puisi lainnya sehingga pengaruh pada setiap teks puisi
tidak dapat dihindari. Puisi yang akan dikaji merupakan puisi dari sang penyair yaitu
puisi tuhan, kita begitu dekat karya abdul hadi w.m dan puisi Tuhan, aku cinta
padamu karya Ws rendra. Penulis membandingkan kedua puisi tersebut karena
diasumsikan kedua puisi tersebut memiliki kemiripan dan terdapat motif yang sama
karena pengaruh atau hal lainnya. Berdasarkan uraian tersebut, penting ditelusuri
lebih lanjut untuk diketahui pengaruh ataupun motif lain yang hadir pada kedua puisi.
membandingkan persamaan dan perbedaan pada puisi tuhan kita begitu dekat dan
puisi ketika engkau bersembahyang diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam
penelitian lain. Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi atau literatur
dalam penelitian serupa khususnya pada bidang kajian bandingan. Selain itu,
penelitian yang telah dilakukan diharapkan juga dapat memberi manfaat kepada
pembaca maupun peneliti secara teoritis dan praktis. Secara teoretis yaitu dapat
bermanfaat dalam bidang kajian bandingan terutama mengenai perkembangan ilmu
sastra. Sedangkan, hasil penelitian secara praktis diharapkan dapat bermanfaat untuk
pembaca bahwa telah hadir sebuah penelitian baru tidak terlepas dari zamannya.
Sehubungan dengan objek kajian tersebut, pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sastra perbandingan. Sastra perbandingan adalah salah satu
pendekatan dalam ilmu sastra. Sastra perbandingan merupakan sebuah proses
membandingkan dua hasil karya sastra ataupun lebih yang memiliki tujuan untuk
mengetahui persamaan dan juga perbedaan kedua karya sastra tersebut.
Membandingkan karya sastra yang berbeda sangat menarik untuk dilakukan
penelitian lebih lanjut karena hal tersebut menyiratkan makna yang berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan pada puisi
tuhan, kita begitu dekat karya abdul hadi w.m dan puisi Tuhan, aku cinta padamu
karya Ws rendra. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dapat memperoleh
pengetahuan atau penemuan baru khususnya di bidang sastra. Pengetahuan atau
penemuan baru tersebut nantinya dapat menjadi sumber referensi atau acuan pada
penelitian yang serupa.

METODE

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan


jenis penelitian yang bertujuan mengetahui fenoma pada subjek penelitian,
diantaranya persepsi, motivasi, tindakan, perilaku, dan sebagainya secara holistik
maupun dideskripsikan dalam redaksi kata-kata dan bahasa. Metode penelitian ini
adalah deskripsi komparatif. Metode deskripsi merupakan metode yang menerangkan
dan menggambarkan hasil penelitian sehingga tidak digunakan untuk menyimpukan
lebih luas. Selain itu, komparatif merupakan penelitian yang mendasarkan pada sebab
akibat atau membandingkan sesuatu.
Subjek penelitian ini adalah Puisi tuhan, kita begitu dekat karya abdul hadi w.m dan
puisi Tuhan, aku cinta padamu karya Ws rendra. Kedua puisi ini diperlukan
menggunakan pendekatan intertekstualitas sastra perbandingan untuk mengkaji
perbandingan yang terkandung di dalam puisi tersebut. Pada penelitian ini
pengumpulan data menggunakan teknik studi pustaka. Teknik studi pustaka
merupakan pencarian data melalui dokumen pustaka dan artikel-artikel dari internet
yang relevan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut. Pertama, membaca dan memahami puisi doa dan puisi tuhanku. Kedua,
mencatat data yang telah diperoleh pada objek penelitian. Ketiga, mengelompokkan
jenis data. Keempat, menarik kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada dasarnya, pembacalah yang menentukan ada atau tidaknya hubungan


intertekstual dalam puisi tuhan, kita begitu dekat dan puisi Tuhan, aku cinta padamu.
Menurut Hutomo dalam sastra perbandingan berlandaskan pada tiga hal yaitu,
pertama afinitas merupakan keterkaitan antara unsur intrinsik pada sebuah karya
sastra misalnya (gaya bahasa, tema, diksi, dan lain-lain), kedua tradisi merupakan
keterkaitan sebuah karya sastra dengan sejarah penciptanya, dan ketiga pengaruh.
Landasan yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah landasan afinitas karena
tema yang digunakan kedua puisi tersebut sama-sama membahas tema ketuhanan.
Puisi tuhan, kita begitu dekat dan puisi Tuhan, aku cinta padamu memiliki hubungan
persamaan. Persamaan kedua puisi tersebut antara lain tema yang terkandung
didalamnya, gaya bahasa, dan kata konkret yang digunakan penyair.

ANALISIS NOVEL TUHAN KITA BEGITU DEKAT KARYA ABDUL HADI WM

Tuhan, Kita Begitu Dekat

Tuhan
Kita begitu dekat
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dengan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu

Unsur Intrinsik

Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pada puisi “Tuhan,
Kita Begitu Dekat” penyair menggunakan tema ketuhanan, karena terdapat pada
beberapa bait sang menyair mengatakan “Tuhan, Kita Begitu Dekat”. Bait “Tuhan,
Kita Begitu Dekat” dalam puisi tersebut diulang tiga kali, hal ini menunjukkan bahwa
antara penyair dan Tuhan telah terjalin komunikasi yang erat. Kita dapat merasakan
dekat atau tidaknya dengan Tuhan ukuranya adalah selalu berbuat baik dimana saja,
kapan saja, dan dengan siapa pun, karena merasa dirinya selalu diawasi Tuhan dimana
saja ia berpijak.

Waluyo mengatakan bahwa temanmerupakan pokok atau subject-matter yang


dikemukakan oleh penyair. Tema yang terdapat dalam puisi “Tuhan, Kita Begitu
Dekat” karya Abdul Hadi WM adalah menggambarkan betapa dekatnya hubungan
penyair (manusia)denganTuhannya. Kata “Tuhan, kita begitu dekat” yang disebutkan
beberapa kali memperkuat bukti tersebut, bahwa penyair seperti sudah menyatu
dengan Tuhan.

Perasaan
Waluyo menyatakan bahwa perasaan adalah suasana perasaan penyair yang ikut
diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Sikap penyair dalam puisi
“Tuhan, Kita Begitu Dekat” karya Abdul Hadi WM adalah penyair setuju bahwa jalan
kerohanian menuju kembali kepada Tuhan berangkat dari ajaran tauhid Islam.

Perasaan adalah suasana perasaan sang penyair yang diekspresikan dan harus
dihayati oleh pembaca. Pada puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat” sang penyair merasa
dekat dengan Tuhan karena dalam puisi tersebut penyair mengungkapkan betapa
dekatnya dia dengan Tuhan dalam perumpamaan-perumpamaan yang ada dalam puisi
tersebut. Dalam perumpamaan-perumpamaan pada puisi tersebut, sang penyair
mengungkapkan kedekatannya dengan Tuhan disetiap detik perjalanan hidupnya dan
dimana pun dia berada. Sang penyair juga mengungkapkan bahwa kedekatannnya
dengan Tuhan tidak dapat dipisahkan (kuat). Dan juga kedekatannya dengan Tuhan
sampai membuat jalan hidupnya lurus di jalan Tuhan. Seperti dalam larik ketiga yang
berbunyi, “Seperti angin dengan arahnya”.

Nada dan Suasana


Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadap pembaca. Pada puisi
“Tuhan, Kita Begitu Dekat” sikap penyair terhadap pembaca adalah tenang dan tulus
karena dia mengungkapkan betapa dekatnya dia dengan Tuhannya. Seperti pada bait
ketiga yang berbunyi “Seperti angin dengan arahnya”.

Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. Pada puisi ini,
pembaca merasa damai dan tenang karena merasa dekat dengan Tuhan seperti apa
yang dirasakan oleh penyair. Seperti pada bait kedua dan ketiga yang berbunyi
“Seperti kain dengan kapas” dan “Seperti angin dengan arahnya”.

Gaya Bahasa
Metafora

Keraf menyatakan bahwa metafora adalah semacam analogi yang membandingkan


dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat.
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu

Pada bait tersebut menunjukkan hubungan yang melekat dan menyatu antara api
denganpanas yang merupakan perbandingan hubungan kedekataan antara manusia
dengan Tuhan.
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Seperti angin dan arahnya

Pada bait tersebut menunjukkan kedekatan hubungan antara satu benda dengan benda
lainnya yang menyatu dan suli tuntuk dipisahkan. Kalimat-kalimat tersebut
merupakan perbandingan hubungan antar amanusia dengan Tuhan yang telah menyatu
dan sulit untuk dipisahkan. Jadi, dapat diartikan bahwa manusia merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Tuhan sebagai pemilik kehidupan. Tuhan sebagai pemilik
yang menghidupi semua kehidupan, dan sumber hidup itu merupakan arah yang harus
dituju manusia sesuai dengan petunjuk (arahan) Tuhan.

2. Personifikasi

Personifikasi atau prosopopoeia (Keraf, 1998) adalah bahasa kiasan yang


menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang seolah-olah memiliki
sifat-sifat kemanusiaan. Benda-benda mati itu seolah-olah bisa berperilaku,
berperasaan, dan memiliki karakter manusia lainnya.
Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu

Pada frase “nyala lampu" berfungsi sebagai simbol pencerahan wilayah"gelap".


Secara signifikan "nyalal ampu" merupakan personifikasi bernyalanya rasa keimanan
manusia kepada Tuhan. Hanya rasa keimananlah yang mampu mendekatkan
hubungan antara manusia dengan Tuhan.

Gaya Bunyi
Bunyi merupakan peran yang penting dalam puisi karena puisi merupakan karya seni
yang diciptakan untuk didengarkan . Bunyi berperan seperti layaknya orkestra yang
dapat mempengaruhi perasaan, pikiran, dan pengalaman jiwa para pendengarnya.
Kombinasi bunyi yang merdu biasa disebut dengan efoni, atau bunyi yang indah.

1. Asonansi
Imron menyatakan bahwa asonansi adalah pengulangan bunyi vokal yang sama pada
rangkaian kata yang berdekatan dalam satu baris.
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Seperti kain dengan kapas
Pada lampu padam mu

Pada penggalan puisi tersebut terdapat asonansi /a/ yaitu pada kata sebagai, api,
dengan, panas, aku, dalam, kain, kapas, pada, lampu, dan padammu. Bunyi-bunyi ini
dipergunakan penyair untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni. Fonem /a/ sering
dimunculkan penyair yang bermaksud menimbulkan nada dan suasana gembira
karena penyair sangat senang bisa selalu dekat dengan Tuhan.

2. Aliterasi

Imron menyatakan bahwa aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan yang sama
pada rangkaian kata yang berdekatan dalam satu baris.
Kita begitu dekat
Pada penggalan puisi tersebut terdapat aliterasi /t/ yaitu pada kata kita, begitu, dan
dekat.
Aku kapas dalam kainmu
Pada penggalan puisi tersebut terdapat aliterasi /k/ yaitu pada kata aku, kapas, dan
kainmu.
Seperti angin dan arahnya
Pada penggalan puisi tersebut terdapat aliterasi /n/ yaitu pada kata angin, dan, dan
arahnya
Dalam gelap
Pada penggalan puisi tersebut terdapat aliterasi /l/ yaitu pada kata dalam, dan gelap.

Secara keseluruhan, bunyi yang digunakan penyair dalam puisi tersebut untuk
memperdalammakna, menimbulkansuasana yang khusus, menimbulkan perasaan
tertentu, dan menimbulkan bayangan angan secara jelas. Bunyi-bunyi konsonan yang
sering dimunculkan oleh penyair menunjukkan perasaan riang, kasih, dan suci antara
hamba dengan Tuhannya.
Pencitraan
Citraan adalah salah satu sarana kepuitisan yang digunakan oleh penyair untuk
memperkuat gambaran pikiran dan perasaan pembaca.
Bait 1
Tuhan
Kita begitu dekat
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu

Untuk melukiskan kedekatannya dengan Tuhan pada bait 2 penyair menggunakan


kata-kata dengan objek realitas alam untuk menghidupkan citraan intelektual
(intellectual imagery) pembaca. Kedekatan antara makhluk dengan Khalik, penyair
dengan Tuhan, dilukiskan “seperti angin dan arahnya”. Citraan ini menggugah imaji
pemikiran pembaca dalam merasakan pengalaman spiritual penyair dalam hal ini
keakrabannya dengan Tuhan.
Dengan citraan dalam bentuk majas simile (baris ketiga) dan metafora (baris keempat)
itu pembaca lebih mudah membayangkan suasana akrab yang terbangun antara
penyair dengan Tuhan.
Bait 2
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dan arahnya
Aku arah dalam anginmu

Penyair juga memanfaatkan citraan visual pada bait 3 dengan memanfaatkan bahasa
kias dalam majas simile dan metafora sekaligus. Hubungan yang demikian dekat
antara penyair dengan Tuhan dilukiskan dengan menghidupkan imaji visual dalam diri
pembaca. Bentuk ”Sebagai kain dengan kapas” lebih mudah melukiskan kedekatan
antara manusia dengan Tuhan yang sangat intens daripada menggunakan bahasa
biasa.
Bait 3
Tuhan
Kita begitu dekat
Sebagai kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu

Pada bait 4 dalam puisi itu penyair juga memanfaatkan citraan visual dengan
menggunakan bentuk majas metafora. Citraan dengan bentuk majas metafora itu lebih
mudah menghidupkan imaji visual pembaca dalam melukiskan keakraban dan
keintiman penyair dengan Tuhan daripada bahasa biasa. Dengan citraan visual itu
imaji yang ada dalam diri pembaca menjadi lebih mudah merespons dan merasakan
pengalaman religius penyair, dalam hal ini intimits hubungannya dengan Tuhan.
Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu

Pemanfaatan citraan dalam puisi tersebut mampu menghidupkan imaji pembaca


dalam merasakan apa yang dirasakan oleh penyair, menghayati pengalaman religius
penyair. Seandainya penyair menggunakan bahasa biasa kiranya tidak mudah bagi
pembaca untuk membayangkan apa yang dirasakan penyair, terlebih pengalaman
religius yang bersifat batiniah. Demikian intensif pemanfaatan citraan dalam puisi itu.
Amanat
Amanat adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan yang hendak
disampaikan penyair. Pesan yang terdapat dalam puisi “Tuhan, Kita BegituDekat”
adalah hendaknya kita selalu meningkatkan rasa keimanan kepadaTuhan. Hubungan
kedekatan antara manusia dengan Tuhan dapat terjalin erat yang didasarkan pada
dimensi keimanan manusia kepada Tuhan. Hanya rasa keimananlah yang mampu
mendekatkan hubungan antara manusia dengan Tuhan.
ANALISIS PUISI TUHAN, AKU CINTA PADAMU KARYA WS RENDRA

Tuhan, Aku Cinta Padamu

Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit atau gatal
Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas Tapi tubuhku tidak memuaskan untuk punya posisi yang
ideal dan wajar
Aku pengin membersihkan tubuhku dari racun kimiawi
Aku ingin kembali pada jalan alam Aku ingin meningkatkan pengabdian kepada Allah
Tuhan, aku cinta padamu

Unsur intrinsik

Tema
Tema Puisi “Tuhan, Aku Cinta Pada-Mu” karya WS Rendra di atas mengungkapkan
tentang ketuhanan. Hal ini dapat kita rasakan dari beberapa bukti. Pertama, diksi yang
digunakan sangat kental dengan kata-kata ketuhanan. Kata “Tuhan, Aku Cinta Pada-
Mu” yang
digunakan sebagai judul menggambarkan sebuah ungkapan pernyataan keinginan
hatinyang paling dalam dari seorang hamba Allah. Suatu tekat untuk selalu istiqomah
dalam pengabdian yang tidak pernah melemah meskipun dirinya lemah. Ia ingin
mesra dengan tuhannya, Sang Pencipta alam semesta berikut isinya, meskipun
keadaan raga tidak mendukung secara penuh dari diri penyair atau pembaca. Kata-
kata lain yang mendukung tema adalah: pengin membersihkan tubuhku, ingin kembali
pada jalan alam, ingin meningkatkan pengabdian, kepada Allah. Selain itu, dari sudut
isi puisi tersebut menggambarkan kesadaran seorang hamba yang ingin untuk
mencapai derajat taqwa dihapan Allah. Penyair dengan setulus hati mewujudkan
impiannya untuk meraih gelar taqwa. Dan ini sudah ia buktikan dengan “aku
berdaya”, sebuah tekat yang membara dalam dirinya, yang luar bisa. Tekat itu,
penyair jadikan sebagai panglima tertinggi dalam dirinya, ia tancapkan dalam-dalam
agar sumpah setianya dihadapan Allah akan selalu menyala dalam realitas
kehidupannya. Paparan isi hati penyair dalam puisi “Tuhan, Aku Cinta Pada-Mu”
menggambarkan bahwa titik tekan puisi tersebut pada ungkapan jiwa atau segenap
perasaannya

Puisi (Tuhan, aku cinta padamu) ini adalah dialog penyair dengan Allah, tuhannya.
Kata “Tuhan”, yang dimaksudkan oleh penyair adalah “Allah” yang disebutkan dalam
puisi, ini menunjukkan bukti bahwa penyair sedang memadu janji dengan tuhan,
sehingga tampak seakan-akan penyair sedang berhadap-hadapan, berbicara,
mengungkapkan keniginan penyair kepada tuhan.

Nada dan suasana


Nada mengindikasikan pada sikap penyair terhadap pokok persoalan atau sikap
penyair terhadap pembaca. Sedangkan suasana mengacu pada keadaan perasaan
pembaca sebagai akibat pembacaan puisi. Nada yang berhubungan dengan tema
ketuhanan menggambarkan bahwa cinta mampu mengalahkan segala-galanya.
Cinta penyair terhadap tuhannya begitu kokoh dan tulus. Cinta inilah yang
membangun kedekatan penyair sebagai hamba dengan Tuhannya. Berkaitan dengan
pembaca, maka puisi “Tuhan, ku cinta padamu” tersebut bernada sebuah ajakan
terhadap pembaca, agar pembaca menyadari bahwa manusi hidup hanya ada dua
pilihan yaitu “Syar” jalan berseberangan dengan perintah Allah, dan “Khoir” yaitu
jalan hidup yang diridoi atau diperintah Allah. Untuk mencapai derajat taqwa di mata
Allah syarat mutlaknya adalah cinta dengan tulus. Cintai ajaranya dan realisasikan
dengan sepenuh hati tanpa reserve dimanapun dan kapanpun manusia berada.
Perasaan
Perasaan yang ditekankan pada puisi ini adalah rasa rindu yang dalam WS Rendra
terhadap terhadap tuhannya yaitu untuk dapat hidup dalam garis sirotolmustaqim
secara totalitas. Perasaan merasa bersalah atas dosa yang diperbuat selama hidup
begitu terasa. Hal tersebut dikemukan pada bait 3.
Aku pengin membersihkan tubuhku dari racun kimiawi
Aku ingin kembali pada jalan alam Aku ingin meningkatkan pengabdian kepada allah

WS Rendra merasakan bahwa perjalanan hidup yang telah dilalui penuh dengan daki-
daki dan pah kehidupan dosa, yang dilarang tuhan, seperti yang ditegaskannya pada
baris / Aku pengin membersihkan tubuhku/ dari racun kimiawi/ Aku ingin kembali
pada jalan alam/ Aku ingin meningkatkan pengabdian/ kepada Allah/. Ia merasa
sangat bersalah dan terganggu dengan kebodohan yang selama ini ia jalani. Ia bertekat
untuk meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah.

Gaya bahasa
Puisi “Tuhan, Aku Cinta Pada- Mu” menggunakan atau mengandung gaya bahasa
paralelisme. Paralelisme dapat diartikan sebagai pengulangan ungkapan yang sama
dengan tujuan memperkuat nuansa makna. gaya bahasa paralelisme yaitu berupa
perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat yaitu pengulangan kata
“aku” hingga delapan di awal baris.
Bait 1 dimanfaatkan bahasa kias berupa paradoks adalah semacam gaya bahasa yang
mengandung pertentangan yang ada dengan fakta-fakta yang ada. untuk melukiskan
kesadaran berupa pengakuan terhadap tuhan betapa lemahnya “aku” namun “aku”
tetap berupaya kuat dengan tekatnya untuk taat. Pada baris pertama /Aku lemah/
merupakan kesadaran akan kekurangan seorang mahluk. Baris ke dua /Tapi berdaya/
baris ini merupakan kontradiksi dengan baris pertama.
Bait 2 majas asosiasi adalah gaya bahasa perbandingan yang bersifat
memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan keadaan yang
dilukiskan. Perbandingan asosiasi dimanfaatkan pada bait 2 dengan
memperbandingkan. Baris kelima /Aku pengen makan tajin/, makan tajin yang
dimaksud adalah sifat dari tajin sebagai suber makanan yang berenergi. Pada baris
keenam /Aku tidak pernah sesak nafas/ yaitu melukiskan sesuatu yang dihadapi
berupa tentangan, hambatan, ancaman dan gangguan hidup, dijalani dengan ikhlas,
tulus, tampa mengeluh. Majas yang digunakan metafora, yaitu semacam analogi yang
membandingkan dua hal yang secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat.
sebagai secara berlebihan.
Bait 3 memanfaatkan majas metafora , pada baris kesembilan, sepuluh dan sebelas,
Aku pengin membersihkan tubuhku dari racun kimiawi
Aku ingin kembali pada jalan alam
Penyair memperbadingkan segala macam kemungkaran dibandingkan dengan racun
kimiawi, baik cepat atau lambat akan mengharcurkan keimanan seseorang. Bait 4
memanfaatkan majas metafora yang melukiskan bahwasannya penyair dengan ikhlas
dan sepenuh hati melaksanakan atau menjalani hidup ini menurut tatanan Allah secara
totalitas dengan menyatakan/Tuhan, Aku Cinta Padamu. Baris ke empat belas ini
adalah pernyataan tertinggi atau klimak dari kesaksian yang dinyatakan pada bait-bait
sebelumnya.

gaya bunyi
Puisi “Tuhan Aku Cinta Pada-Mu” merupakan salah satu puisi yang tertuang dalam
kumpulan puisi yang berjudul “Dou untuk Anak Cucu” terdiri atas empat bait. Bait
pertama dan kedua masing-masing terdiri atas 4 baris, bait ketiga terdiri atas 5 baris
dan bait ke
empat 1 baris. Peran penting bunyi dalam puisi tidak dapat dipungkiri, karena bunyi
akan menimbulkan efek dan kesan tertentu. Selain keindahan bunyi dapat
menekankan arti kata, mengintensifkan makna kata dan kalimat, bahkan dapat
mendukung pencipta suasana tertentu dalam puisi. Gaya bunyi dalam puisi itu secara
keseluruhan adanya bunyi /a/ yang mendominasi keseluruhan puisi. Suasana yang
ditimbulkan oleh dominasi bunyi ini adalah suasana pasrah, rela, sedih, haru, damai,
dan hidmat. Bunyi /a/ terasa yang mewarnai keseluruhan puisi, sengaja dimanfaatkan
oleh penyair untuk mencapai efek makna sekaligus juga untuk mencapai efek estetik.
Pengulangan kata “aku” pada puisi ini mencapai delapan kali pada baris yang
berlainan dari empat belas baris seluruh puisi yang ada. Penyair (aku), dengan sadar
dan sungguh-sungguh mengungkapkan keinginannya untuk menjadi hamba Allah
yang cinta terhadap penciptanya yang kekal, bukan ciptaannya yang fana. Aku, ingin
melaksakan segala perintahnya secara totalitas meskipun dalam kondisi sesulit apapun
itu. Pengulangan kata tertuang pada baris kesatu, ketiga, kelima, keenam, kesembilan
kesebelas, kedua belas, dan keempat belas. Rima tengah dengan diminasi bunyi /a/
terdapat pada seluruh baris puisi.
Pengulangan kata “aku” dituangkan penyair pada setiap bait puisi baris 1 dan 3.
Dalam hal ini terdapat pengulangan rima akhir. Pengulangan rima tengan bunyi /a/
pada keempat bait itu membentuk pola yang sama sehingga menimbulkan
kekhusu’an, kedekatan dan tulusan penyair sebagai makhluk dengan Tuhan.

Pencitraan
Citraan atau pengimajian kerkait erat dengan diksi. Artinya pemilihan terhadap kata
tedrtentu akan menyebabkan timbulnya daya saran tertentu yang menyebabkan daya
bayang pembaca terhadap sesuatu hal. Hasanuddin (2002:110) menegaskan bahwa di
samping mengkongkretkan ide abstrak, penyair memanfaatkan citraan untuk yang
khusus, yang membuat lebih hidup gambaran-gambaran dalam dalam pikiran dan
pengindraan dan juga untuk menarik perhatian. Akibat pemanfatan citraan, kepuitisan
dapat pula diciptakan.
Jadi, dapat dikemukakan bahwa sastrawan yang piawai dalam menggunakan citraan
atau imaji, karyanya akan segar dan hidup . Untuk mengintensifkan, menjernihkan,
memperkaya, sebuah imaji yang berhasil membentuk pengalaman menulis terhadap
objek atau situasi yang dialaminya, Ia mampu memberi gambaran yang setepatnya,
hidup, kuat, ekonomis, dan hal itu tentu dapat dirasakan penyair dan penikmatnya.
Dalam puisi “Tuhan, Aku Cinta Pada-Mu” penyair memanfaatkan citraan untuk
menghidupkan imaji pembaca melalui ungkapan yang tidak langsung. Pada bait 1
penyair memanfaatkan citraan visual dengan memanfaatkan bahasa kias paradok,
untuk menggambarkan upaya mendekatkan diri antara penyair dengan Tuhan,
sehingga timbul kesan semangat yang membara yang diekspresikan penyair,
Kesungguhan itu ia nyatakan dengan /Aku lemas/Tapi berdaya/ mekipun secara visual
terlihat lemas, namun semangat tidak pernah surut. Hal ini terlihat pada bari ke tiga
dan keempat yaitu /Aku tidak sambat rasa sakit/ atau gatal/. Dengan citra rasaan
penyair mengambarkannya.
Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit atau gatal
Pada bait 2 penyair masih memanfaatkan citraan visual dengan memanfaatkan bahasa
kias /Aku ingin makan tajin/ Aku tidak pernah sesak nafas/, untuk megambarkan
upaya maksimal yang dapat dilakukan digunakan /aku tidak pernah sesak navas/, hal
ini memperlihatnya bahwa perjuangan mencapai kebenaran harud dilakukan dengan /
makan tajin/ yaitu kebersihan hati dalam mencapai redo Allah dan /tidak pernah sesak
nafas/ menghadapai segala ujian dari-Nya.

Amanat
Amanat dalam puisi ini tujuan yang memiliki peranan penting. Dalam hal ini WS
Rendra yang memiliki sikap relegius dan memberikan sajian puisi yang ekspresif. Ia
mengemukakan sikapnya terhadap Allah tuhannya, Ia ingin menunjukkan bahwa
manusia mempunyai banyak keterbatasan. Keterbatasan yang dimaksud dapat
berwujud macam-macam bentuk, misalnya terbatas baik dari segi waktu, tenaga,
pikiran, maupun pengetahuan. Di sisa hidupnya WS Rendra mengajak kepada umat
manusia, terutama dimulai pada dirinya “aku” untuk setiap tarikan nafas ini
digunakan untuk memperbaiki diri, meningkatkan ketaqwaan kepada Allah selagi
masih ada waktu. Sikap kritis
ini tentunya punya alasan yang kuat, banyak para penganut agama yang hanya ikut-
ikutan menjalankan syareat agama tanpa mempelajari, apa lagi mendalaminya.
Dengan demikian, dapatlah dikemukakan bahwa WS Rendra mempu menyampaikan
pesan-pesan itu secara tersirat atau tidak langsung kepada pembaca bagaimana sikap
dan perilaku yang seharusnya dilakukan. Menyampaikan amanat dan pesan moral
kepada masyarakat/pembacanya.

SIMPULAN
Berdasarkan uraian dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan persamaan dan
perbedaan pada puisi tuhan, kita begitu dekat dan puisi Tuhan, aku cinta padamu.
Kedua puisi tersebut merupakan akibat dari kehadiran teks sastra tidak ada yang
benar-benar murni bebas dari pengaruh. Kehadiran puisi sebagai teks transformasi
lahir untuk memberikan pemahaman tambahan dalam konsep ketuhanan. Oleh karena
itu, ditemukan persamaan dalam kedua teks yaitu sama-sama bertema ketuhanan,
penggunaan diksi yang sama, menggunakan majas metafora, didominasi oleh adanya
bunyi /a/. Bunyi /a/ yang mendominasi keseluruhan puisi ini mempunyai fungsi
menimbulkan suasana rindu, haru, pasrah, rela dan damai, dan terdapat persamaan
pemaknaan dalam larik puisi. Akan tetapi, Herawati menghadirkan perbedaan dalam
puisi barunya. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan judul, larik, dan amanat
dalam kedua puisi tersebut. Dengan demikian, bagi peneliti lanjutan dapat
mengembangkan hasil penelitian ini dengan subjek kajian lain untuk memperdalam
makna pengaruh dalam kajian intertekstual.

DAFTAR RUJUKAN
Adhitya, T., Nazaruddin, K., Munaris, & Fuad, M. (2014). Aku-Lirik Religius dalam
Antologi Chairil Anwar dan Kelayakannya Sebagai Bahan Ajar. Jurnal Kata
(Bahasa, Sastra, Dan Pembelajarannya), 2(1), 1–10.
Anwar, C. (1943). Doa.
Dwi Savira, A. T., & Isnaniah, S. (2022). Representasi Nilai Kenabian dalam Antologi
Puisi Rumah-Mu Tumbuh di Hati Kami Karya Sosiawan Leak: Tinjauan Sastra
Profetik. GHANCARAN: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 3(2),
147–167.
Gloriani, Y., & Novia, T. (2012). Analisis Diksi, Rima, dan Gaya Bahasa pada Puisi
karya Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sindangagung Kabupaten Kuningan Tahun
Ajaran 2012/2013. Journal of Chemical Information and Modeling, 1(1), 1–4.
Hidayatullah, A. (2018). Tema dan Gaya Bahasa Puisi Siswa SMP: Kajian Struktural.
Journal of Language Learning and Research (JOLLAR), 1(2), 1–11.
Laila, A. (2015). Gaya Bahasa Perbandingan Dalam Kumpulan Puisi Melihat Api
Bekerja Karya M Aan Mansyur (Tinjauan Stilistika). Gramatika STKIP PGRI
Sumatera Barat, 1(1).
Mabruri, Z. K. (2020). Kajian Tipografi Puisi-Puisi Indonesia. Prakerta, 03, Nomor, 5.
Maldini, F. C., & Haryanti, N. D. (2021). Penggambaran Penyair terhadap Doa
pada Puisi-puisi Berjudul ―Doa‖ dalam Kesusastraan Indonesia. Diglosia: Jurnal
Pendidikan, Kebahasaan, Dan Kesusastraan Indonesia, 5(2), 487–499.
Maulida, S. Z. (2020). Stilistika Puisi Karya Mahasiswa Asing Di Iain Tulungagung.
GHANCARAN: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1–9.
Moleong, L. J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosda Karya.
Nafisa, N. N., Kanzunnudin, M., & Roysa, M. (2021). Nilai-Nilai Pendidikan Dalam
Novel
Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy. GHANCARAN: Jurnal
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 2(2), 111–124.
Ningrum, W., Wikanengsih, & Nugraha, V. (2020). Analisis Unsur Intrinsik Puisi ―
Aku ‖
Karya Chairil Anwar. Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia),
3(4), 623–628.
Nino, S. M. (2020). Intertekstualitas Puisi ―Di Jembatan Mirabeau‖ karya Agus R.
Sarjono dan Le Pont Mirabeau karya Guillaume Apollinaire. Nusa: Jurnal Ilmu
Bahasa dan Sastra, 15(3), 379–394.
Pradopo, R. D. (2010). Pengkajian Puisi (12th ed.). Gadjah Mada University Press.
Purnamasari, V. (2017). Perbandingan Gaya Bahasa Puisi-Puisi Emha Ainun Nadjib
dan KH. Achmad Mustofa Bisri.
Soge, O. E. P. (2022). Citra Manusia dalam Puisi “Aku” dan “Doa” Karya Chairil
Anwar.
Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero.
Sugiyono. (n.d.). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai