Anda di halaman 1dari 35

ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI TAJUK

RENCANA HARIAN KOMPAS

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah


Wacana Bahasa Indonesia
dari Suprakisno, S.Pd, M.Pd

Oleh,
RAHEL SILALAHI
209111053
DIK REGULER B 2009

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat TYME, atas rahmat-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul analisis kohesi dan koherensi tajuk
rencana harian kompas.
Diawali dari pencarian objek kajian lewat beberapa literatur dan blog-blog yang
berkaitan dengan makalah ini, sampai proses pengetikan hingga sampai penyelesaiannya dan
akhirnya sampai terwujud sebagaimana adanya. Banyak elemen, orang, kelompok yang
memberikan bantuan kepada penulis, sehingga sepantasnyalah penulis mengucapkan banyak
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dengan
ikhlas.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Harapan penulis mudah-mudahan makalah yang sangat jauh dari kata sempurna ini
dapat bermanfaat dan menambah khazanah keilmuan pada mata kuliah wacana Bahasa
Indonesia serta menambah wawasan pembaca mengenai struktur penelitian dan penulisan
ilmiah.

Medan, Desember 2010

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling
lengkap. Satuan pendukung meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf,
hingga karangan utuh. Namun, wacana pada dasarnya juga merupakan unsur bahasa yang
bersifat pragmatis. Oleh karena itu, kajian wacana menjadi sangat penting dalam proses
pembelajaran bahasa. Unsur yang sangat lengkap dan kompleks tersebut mencakup kohesi
dan koherensi. Analisis kohesi dan koherensi ini disusun karena mengingat kohesi pada
dasarnya bertujuan untuk mendapatkan efek intensitas makna bahasa, kejelasan informasi,
dan keindahan bahasa. Pada kondisi tertentu, unsur-unsur kohesi menjadi kontributor penting
bagi terbentuknya wacana yang koheren, sedangkan pemakaian koherensi antara lain adalah
bertujuan agar tercipta susunan dan struktur wacana yang memiliki sifat serasi runtut, dan
logis karena suatu rangkaian kalimat yang tidak memiliki hubungan bentuk dan makna secara
logis, tidak dapat dikatakan sebagai wacana, sehingga penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan bentuk kohesi dan koherensi yang terdapat dalam wacana Tajuk Rencana.
Selain kohesi, koherensi juga diperlukan agar terbentuk wacana yang utuh. Keutuhan
yang koheren tersebut dijabarkan oleh adanya hubungan-hubungan makna yang terjadi antar
unsur (bagian) secara semantis.
Analisis wacana meruakan studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau telaah
melalui aneka fungsi bahasa. Analisis wacana lahirdari kesadaran bahwa ersoalan yang
terdapat dalam komunikasi bukan terbatasada penggunaan kalimat atau bagian kalimat,
fungsi ucapan, tetapi juga mencakupstruktur pesang yang lebih kompleks dan inheren yang
disebut wacana. Dalam analisis wacana kritis, wacana tidak hanya dipahami sebagai studi
bahasa. Bahasa dianalisis tidak hanya asek kebahasaan saja, tetapi juga menghubungkannya
dengan konteks.
Penelitian sebelumnya mengenai analisis tajuk rencana yang diambil penulis sebagai
bahan pertimbangan dan sebagai tambahan bagi penulis untuk mempermudah kinerja
menganalisis tajuk rencana. Analisis tajuk rencana yang disimpulkan oleh si penganalisis.
Kelebihan yang didapatkan oleh si penganalisis yaitu tajuk rencana lebih dominan mengulas
masalah politik dan pemerintahan. Kelemahannya yaitu yang menjadi kesimpulan si
penganalisis yaitu cenderung bersikap unfavorable yang maksudnya tidak setuju terhadap
realitas-realitas yang terjadi di masyarakat yang hanya membahas politik dan pemerintahan.
Peneliti melakukan analisis pada tajuk rencana untuk melihat isi atau yang dipaparkan
dalam tajuk rencana harian Kompas selama tiga hari. Sehingga mendapat gambaran
mengenai kelebihan dan kekurangan tajuk rencana yang ada pada harian Kompas.
Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media
sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang
berkembang di masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi
sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan.

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, aspek koherensi dan koherensinya dibatasi agar permasalahanya
lebih fokus. maka masalah ini dibatasi pada kohesi aspek gramatikal yang meliputi
pengacuan (referensi) dan perangkaian (konjungsi) dan aspek leksikal meliputi Repetisi .
Sedangkan koherensinya dibatasi pada hubungan makna yang meliputi amplikatif, kausalitas,
dan penambahan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penggunaan aspek kohesi yang meliputi pengacuan (referensi), Perangkaian (
konjungsi) repetisi (perulangan) dalam wacana cerpen harian kompas?

2. Bagaimanakah penggunaan aspek koherensi yang meliputi hubungan amplikatif,


kausalitas dan penambahan dalam wacana tajuk rencana harian kompas?

3. Bagaimana keterkaitan aspek kohesi dan koherensi dalam wacana tajuk rencana harian
kompas?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Pembaca mengetahui penggunaan aspek kohesi pada sebuah wacana.

2. Pembaca mengtahui penggunaa aspek keherensi pada sebuah wacana.

3. Pembaca mengetahui keterkaitan antara kohesi dan koherensi pada sebuah wacana.
E.Mnfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat mendorong penelitian analisis wacana
dalam segala aspek, baik gramatikal maupun leksikal. Dengan demikian, penelitian ini
dapat memberikan pengertian wacana secara lebih mendalam dan dapat memberikan
makna yang lebih menyeluruh mengenai analisis wacana yang diteliti.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini juga bermanfaat untuk memberikan penjelasan secara teoritis yang
berkaitan dengan masalah penelitian. Teori-teori tersebut dijadikan sebagai landasan atau
titik acuan bagi penjelasan masalah penelitian. Maka sangat perlulah penjelasan teori-
teori tersebut untuk menambah pengetahuan dan pemahaman pembaca tentang kohesi
dan koherensi suatu wacana.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Wacana

Wacana sebagai dasar dalam pemahaman teks sangat diperlukan masyarakat dalam
berkomunikasi dengan informasi secara utuh. Wacana yang baik harus memperhatikan isi
(informasi) yang koheren dan keruntutan unsur pendukung (kohesi).

Wacana berasal dari bahasa Inggris discourse, yang artinya antara lain Kemampuan
untuk maju menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya. Pengertian lain, yaitu
Komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur. Jadi, wacana
dapat diartikan adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau
logis. Dalam wacana setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan.

Setiap wacana memiliki tema untuk diuraikan atau diceritakan dalam wacana. Tema
berfungsi sebagai pengikat agar isi wacana teratur, terarah dan tidak menyimpang kesana-
kemari. Sebelum menulis wacana, seseorang harus terlebih dahulu menentukan tema, setelah
itu baru tujuan. Tujuan ini berkaitan dengan bentuk atau model isi wacana. Tema wacana
akan diungkapkan dalam corak atau jenis tulisan seperti apa itu bergantung pada tujuan dan
keinginan si penulis. Setelah menetapkan tujuan, penulis akan membuat kerangka karangan
yang terdiri atas topik-topik yang merupakan penjabaran dari tema.

Topik-topik itu disusun secara sistematis. Hal itu dibuat sebagai pedoman agar karangan
dapat terarah dengan memperlihatkan pembagian unsur-unsur karangan yang berkaitan
dengan tema. Dengan itu, penulis dapat mengadakan berbagai perubahan susunan menuju ke
pola yang sempurna.

J.S. Badudu (2000) memaparkan wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan dengan,
yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu
kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Selanjutnya
dijelaskan pula bahwa wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau
terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang
berkesinambungan,yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata,disampaikan secara
lisan dan tertulis.
Wacana yang padu adalah wacana yang apabila dilihat dari segi hubungan bentuk atau
strukturnya bersifat kohesif dan dilihat dari struktur maknanya bersifat koheren. Kita ketahui
bahwa sebuah wacana itu dapat berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan maksud penulis
kepada pembaca. Apabila suatu wacana tidak memperhatikan aspek kebahasaan yang baik
dan tidak memperhatikan kohesi dan koherensinya maka wacana tersebut tidak padu dan
tidak menarik, sehingga informasi yang disampaikan oleh penulis tidak akan sampai kepada
pembacanya.

B. Jenis-jenis Wacana

2.2.1. Berdasarkan media penyampaian: wacana lisan dan tulisan

1 Wacana lisan dihasilkan secara lisan yang melibatkan komunikasi langsung antara penutur
dengan pendengar. Dalam wacana lisan, ekspresi wajah, nada suara, gerak badan dan
sebagainya berfungsi untuk menyampaikan sesuatu perkara kepada pendengar.
Contohnya ialah perbualan harian, temu ramah, ceramah, ucapan, khutbah, siaran televisyen
dan radio.
2 Wacana tulisan pula ialah wacana yang disampaikan secara bertulis yang melibatkan
hubungan antara penulis dengan pembaca. Komunikasi yang berlaku ialah komunikasi satu
arah atau tidak langsung. Penulis tidak mendapat reaksi pembaca pada masa itu kerana
penulis tidak berdepan dengan pembaca.
Contoh wacana tulisan ialah rencana, akhbar, majalah, buku dan novel.
2.2.2. Berdasarkan pengungkapan: wacana langsung dan tidak langsung

2.2.3. Berdasarkan bentuk : wacana prosa, puisi dan dramai

Leech mengklasifikasikan wacana berdasarkan fungsi bahasa seperti dijelaskan berikut


ini;
1. Wacana ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis sebagai
sarana ekspresi, seperti wacana pidato;
2. Wacana fatis, apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikasi,
seperti wacana perkenalan pada pesta;
3. Wacana informasional, apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi, seperti
wacana berita dalam media massa;
4. Wacana estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan pesan,
seperti wacana puisi dan lagu;
5. Wacana direktif, apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau
pembaca, seperti wacana khotbah.
C. Kepaduan Wacana
1. Kohesi (Cohession)

1.1. Pengertian Kohesi

Kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana. Dengan itu kohesi adalah
'organisasi sintaktik. Organisasi sintaktik ini adalah merupakan wadah ayat-ayat yang disusun
secara padu dan juga padat. Dengan susunan demikian organisasi tersebut adalah untuk
menghasilkan tuturan. Ini bermaksud bahawa kohesi adalah hubungan di antara ayat di dalam
sebuah wacana, baik dari segi tingkat gramatikal maupun dari segi tingkat leksikal tertentu.
Dengan penguasaan dan juga pengetahuan kohesi yang baik, seorang penulis akan dapat
menghasilkan wacana yang baik.
1.2. jenis-jenis Kohesi
a. Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah kepaduan bentuk bagian-bagian wacana yang diwujudkan ke
dalam sistem gramatikal.
Secara lebih rinci, aspek gramatikal wacana meliputi:
1 Pengacuan ( Refrensi )
Pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatik yang merupakan satuan
lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahului atau mengikutinya.
Berdasarkan tempatnya, apakah acuan itu berada di dalam teks atau di luar teks, maka
pengacuan dibedakan menjadi dua jenis yakni (1) pengacuan endofora, apabila acuannya
berada atau terdapat dalam teks wacana itu, (2) pengacuan eksofora, apabila acuannya berada
atau terdapa di luar teks.
2 Subtitusi
Subtitusi adalah hasil penggantian unsure bahasa oleh unsure lain dalam satuan yang
lebih besar untuk memperoleh unsure-unsur pembeda atau untuk menjelaskan suatu struktur
tertentu. Subtitusi merupakan hubungan gramatikal, lebih bersifat hubungan kata dan makna.
Subtitusi dalam bahasa Indonesia dapat bersifat nominal, verbal, klausal, atau campuran.
3 Elipsis
Elipsis adalah peniaadaan kata atau satuan lain yang ujud asalanya dapat diramalkan
dari konteks bahasa atau luar bahasa. Ellipsis dapat pula dikatakan penggantian nol ; sesuatu
yang ada tetapi tidak diucapakan atau tidak dituliskan.
4 Konjungsi
Konjungsi adalah yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frasa
dengan frasa, kalusa dengan klausa, kalimat denagn kalimat, atau peragraf dengan paragraph.
Konjungsi dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan atas :
a) konjungsi adversative : tetapi, namun
b) konjungsi kausal : sebab, karena
c) konjungsi korelatif : entah/entah, baik/maupun
d) konjunsi subordinatif : meskipun, kalau, bahwa
e) konjungsi temporal : sebelum, sesudah

b. Kohesi Leksikal

Kohesi leksikal adalah hubungan antar unsure dalam wacana secara semantik. Hubungan
kohesif yang diciptakan atas dasar aspek leksikal, dengan pilihan kata yang serasi,
menyatakan hubungan makna atau relasi semantic antara satuan lingual yang satu dengan
satuan lingual yang lain dalam wacana. Aspek leksikal dalam wacana dibedakan menjadi
enam yakni :
1 Repetisi
repetisi adalah pengulangan satuan lingual yang dianggap
penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.
2 Sinomini
Sinomini dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama atau
ungkapan yang makna nya kurang lebih sama dengan ungkapan lain. Sinomini
merupakan salah satu aspek leksikal untuk mendukung kepaduan wacana.
3 Antonimi
Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang lain, satuan
lingual yang maknanya berlawan/berposisi dengan satuan lingual yang lain.
4 Kolokasi
Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi dalam menggunakan pilihan kata yang
cenderung digunakan secara berdampingan.
5 Hiponimi
Hiponimi dapat diartikan sebagai satuan bahasa yang maknanya dianggap merupakan
bagian dari makna satuan lingual yang lain.
6 Ekuivalen ( kesepadanan)
Ekuivalen adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan
lingual yang lain dalam sebuah paradigma. Dalam hal ini, sejumlah kata hasil proses
afisasi dari morfem asal yang sama menunjuk adanya hubungan kesepadanan.
2. Koherensi
2.1 Pengertian Koherensi

Dalam sebuah kamus besar dapat dibaca keterangan mengenai koherensi sebagai berikut
(1) kohesi; perbuatan atau keadaan menghubungkan, memperlihatkan, (2).Koneksi; hubungan
yang cocok dan sesuai atau ketergantungan satu sama lain yang rapi, beranjak dari hubungan-
hubungan alamiah bagian-bagian atau hal-hal satu sama lain, seperti dalam bagian-bagian
wacana, ataui argumen-argumen suatu rentetan penalaran.
Dari pengetian yang tertera pada kamus tersebut dapat dilihat bahwa tidak terlihat
perbedaan nyata koherensi dan kohesi. Koherensi adalah pengaturan secara rapkenyataan dan
gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan
yang dikandungnya ( Wohl, 1978 : 25)
2.2 Jenis-jenis Koherensi
Aneka sarana keutuan wacana dari segi makna menurut Harimurti Kridalaksana
(1978) yakni : hubungan sebab akibat, hubungan alasan akibat, hubungan sarana hasil ,
hubungan sarana tujuan, hubungan latar kesimpulan, hubungan hasil kegagalan, hubungan
syarat hasil, hubungan perbandingan, hubungan parafratis, hubungan amplikatif, hubungan
aditif temporal, hubungan aditif non temporal, hubungan identifikasi, hubungan generic
spesifik, dan hubungan ibarat.
Harimurti Kridalaksana ( 1984: 69 ), mengemukakan bahwa sebenarnya adalah
hubungan semantis. Artinya hubungan itu terjadi antaraproposisi.
1 Hubungan Amplikatif

Hubungan Amplikatif adalah hubungan yang salah satu bagian kalimatnya


memperkuat atau memperjelas bagian kalimat lainnya. Misalnya dalam kalimat Orang buta
itu tidak bisa menyabrang. Seberangkan dia agar melewati jalan itu.
2 Hubungan Kausalitas

Hubungan kausalitas merupakan hubungan sebab-akibat. Misalnya pada kalimat


Mengapa Rani bisa jatuh dari sepeda motor?. Tentunya kalimat ini menimbulkan jawaban
misalnya, karena ia sangat kencang mengendarai sepeda motornya. Kedua kalimat diatas
sudah mengandung hubungan kausalitas.
D. Tajuk Rencana

1. Pengertian Tajuk Rencana


Tajuk rencana adalah tulisan kolom yang dibuat oleh redaksi penerbit pers. Ia dimuat
dihalaman khusus bagi tulisan- tulisan opini tentang suatu masalah atau peristiwa ( Romli,
2005 : 88). Berdasarkan pendapat di atas, dijelaskan bahwa tajuk rencana merupakan tulisan-
tulisan berupa opini tentang suatu masalah yang biasanya dimuat dihalaman khusus dan
ditulis oleh pemimpin redaksi.. Romli (2005 : 89) mengemukakan bahwa Tajuk rencana
(editorial) biasa disingkat Tajuk saja disebut juga induk karangan opini redaksi, atau
Leader. Tajukrencana merupakan Jatidiri atau identitas sebuah media massa sesuai dengan
visi dan misi tersebut
Dari pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa tajukrencana juga biasanya disebut
sebagai editorial. Seseorang bisa menilai baik atau tidaknya kualitas suatu koran dapat dilihat
dari hasil tulisan tajukrencana. Karena ia merupakan jatidiri dari sebuah media massa sesuai
dengan visi dan misi media tersebut.
2. Jenis-jenis Tajuk Rencana
Jenis jenis Tajuk Rencana antara lain :
1.memberikan informasi semata. Jarang dijumpai.
2.menjelaskan, hampir sama dengan interpretasi berita.
3.memberikan argumentasi, analitis sebab akibat suatu persitiwa.
4.menjuruskan timbulnya aksi.
5.bersifat jihad. Umumnya datang berturut-turut dan dengan sikap yang jelas.
6.bersifat membujuk, untuk mengambil tindakan atau pendapat umum.
7.bersifat memuji.
8.bersifat menghibur.
3. Karakteristik Tajuk Rencana
Tajuk rencana mempunyai sifat :
1. Krusial dan ditulis secara berkala, tergantung dari jenis terbitan medianya bisa harian
(daily), atau mingguan (weekly), atau dua mingguan (biweekly) dan bulanan (monthly).
2. Isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas baik itu aspek sosial, politik,
ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau olah raga bahkan entertainment,
tergantung jenis liputan medianya.
3. Memiliki karakter atu konsistensi yang teratur, kepada para pembacanya terkait sikap dari
media massa yang menulis tajuk rencana.
4. Terkait erat dengan policy media atau kebijakan media yang bersangkutan. Karena setiap
media mempunyai perbedaan iklim tumbuh dan berkembang dalam kepentingan yang
beragam, yang menaungi media tersebut.
Karena merupakan suara lembaga maka tajuk rencana tidak ditulis dengan
mencantumkan nama penulisnya, seperti halnya menulis berita atau features. Idealnya tajuk
rencana adalah pekerjaan, dan hasil dari pemikiran kolektif dari segenap awak media. Jadi
proses sebelum penulisan tajuk rencana, terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang dihadiri
oleh pemimpin redaksi, redaktur pelaksana serta segenap jajaran redaktur yang berkompeten,
untuk menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial yang sedang
berkembang di masyarakat atau dalam kebijakan pemerintahan.
Maka setelah tercapai pokok- pokok pikiran, dituangkanlah dalam sikap yang
kemudian dirangkum oleh awak redaksi yang telah ditunjuk dalam rapat. Dalam Koran harian
bisanya tajuk rencana ditulis secara bergantian, namun semangat isinya tetap mecerminkan
suara bersama setiap jajaran redakturnya. Dalam proses ini reporter amat jarang dilibatkan,
karena dinilai dari segi pengalaman serta tanggung jawabnya yang terbatas.
Karakter dan kepribadian pers terdapat sekaligus tercermin dalam tajuk rencana.
Tajuk rencana juga mencerminkan dari golongan pers mana media tersebut berasal. Tajuk
rencana pers papan atas (middle-high media) atau pers yang berkualitas misalnya memiliki
ciri di antaranya :
1. Hati-hati
2. Normatif
3. Cenderung konservatif
4. Sedapat mungkin menghindari pendekatan kritis yang tajam
5. Pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologis

Namun tajuk rencana dari golongan pers papan tengah ke bawah (middle-low media)
berlaku sebaliknya. Ciri tajuk rencana pers papan tengah adalah :
1. Lebih berani
2. Atraktif
3. Progresif
4. Tidak canggung untuk memilih pendekatan kritis yang bersifat tajam dan tembak
langsung
5. Lebih memilih pendekatan sosiologis daripada pendekatan politis.
Teknis menulis tajuk rencana
a.Arti dan fungsi tajuk rencana
Secara teknis jurnalistik, tajuk rencana diartikan sebagai opini redaksi berisi aspirasi,
pendapat, dan sikap resmi media pers terhadap persoalan potensial, fenomenal, aktual dan
atau kontroversial yang terdapat dalam masyarakat.
Suara tajuk rencana bukan suara perorangan atau pribadi melainkan suara kolektif
seluruh wartawan dan karywan dari suatu lembag penerbitan pers. Apa pun yang dibahas atau
diulas, tajuk rencana tidak boleh mengeyampingkan pendapat redaksi.

Menurut William Pinkerton, fungsi tajuk rencana yaitu :


1.menjelaskan berita, sebagai guru, menerangkan bagaimana suatu kejadian berlangsung
2.menjelaskan latar belakang, menghubungkan sebuah cerita dengan sesuatu yang telah
terjadi sebelumnya.
3.meramalkan masa depan, menyajikan analisis.
4.menyampaikan pertimbangan moral, mempertahankan kata hati masyarakat.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
dan kualitatif. Menurut Maman (2002:3) penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu
gejala social. Metode kualitatif ini memberikan informasi yang mutakhir sehinggga
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai
masalah. Penelitian kualitatif adalah proses pencarian data untuk memahami masalah sosial
yang didasari pada penelitian yang menyeluruh (holistic), dibentuk oleh kata-kata, dan
diperoleh dari situasi yang alamiah. Mendeskripsikan data apa adanya dan menjelaskan data
atau kejadian dengan kalimat-kalimat penjelasan secara kualitatif.

B. Sumber Data

No Judul Tanggal terbit


1 Presiden Obama dan RI 9Nopember 2010
2 Pahlawan Bencana Itu 10 Nopember 2010
3 Ujian Bagi Timur Pradopo 11 Nopember 2010
Sumber data ini adalah dari cerpen kompas yang terbitnya hari Selasa, Rabu dan Kamis.

Harian kompas merupakan salah satu harian yang terbit setiap harinya. Berita-berita
yang terdapat sangat beragam, begitu juga tajuk rencananya.

Penulis menganalisis tajuk rencana ini karena tajuk rencana ini sangat berbeda dari tajuk
rencana yang lainnya. Tajuk rencana ini juga tidak terlalu sulit untuk dipahami sehingga
sangat mempermudah untuk menganalisisnya.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif dilakukan pencarian data untuk memahami masalah sosial yang
didasari pada penelitian yang menyeluruh (holistic), dibentuk oleh kata-kata, dan diperoleh
dari situasi yang alamiah.

2. Mendokumentasikan Data

Mendokumentasikan data dilakukan untuk penyempurnaan dalam penganalisisan


wacana tajuk rencana yang mengacu pada aspek kohesi gramatikal.

3. Teknik Observasi
Penganalisisan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mencari/ menentukan aspek kohesinya.


b. Mencari/ menentukan aspek koherensinya.
c. Melihat keterkaitan kedua aspek tersebut.
d. Merumuskan simpulan dari hasil analisis data.

4. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui bagaimana hubungan kohesi gramatikal yang meliputi


pengacuan, konjungsi, dan perulangan pada tajuk rencana tersebut, maka teknik yang
digunakan adalah pengkodean data. Penggunaan teknik ini dilakukan dengan 3 langkah,
yaitu:
1. Pengkodean Data
Pengkodean data digunakan untuk mempermudah dalam penganalisisan wacana
cerpen karena wacana ini memiliki banyak paragraf serta kalimat, maka untuk mempermudah
(efektif dan efisien) dilakukanlah pengkodean data. Adapun pengkodean data ini yaitu :
K1 = Kalimat 1
K2 = Kalimat 2
Penganalisisan data dengan langkah-langkah sbb:
1. mencari/ menentukan aspek kohesinya.
2. mencari/ menentukan aspek koherensinya.
3. melihat keterkaitan kedua aspek tersebut.
4. merumuskan simpulan dari hasil analisis data.
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Kohesi
Kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana. Dengan itu kohesi adalah
'organisasi sintaktik'. Organisasi sintaktik ini adalah merupakan wadah ayat-ayat yang
disusun secara padu dan juga padat. Dengan susunan demikian organisasi tersebut adalah
untuk menghasilkan tuturan. Ini bermaksud bahawa kohesi adalah hubungan di antara ayat di
dalam sebuah wacana, baik dari segi tingkat gramatikal maupun dari segi tingkat leksikal
tertentu. Dengan penguasaan dan juga pengetahuan kohesi yang baik, seorang penulis akan
dapat menghasilkan wacana yang baik.
Kohesi merupakan konsep semantik yang juga merujuk kepada perkaitan kebahasaan
yang didapati pada suatu ujaran yang membentuk wacana. Manakala menurut Halliday dan
Hasan (1976:5) bahwa kohesi merupakan satu set kemungkinan yang terdapat dalam bahasa
untuk menjadikan suatu 'teks' itu memiliki kesatuan.
Halliday dan Hasan (1976:7) telah mencoba melihat kohesi makna itu dari dua sudut,
yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kedua-dua gramatikal ini terdapat dalam sesuatu
kesatuan teks. Kohesi ini juga memperlihatkan jalinan ujaran dalam bentuk kalimat untuk
membentuk suatu teks atau konteks dengan cara menghubungkan makna yang terkandung di
dalam unsur.

Aspek-Aspek Kohesi
1. Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah kepaduan bentuk bagian-bagian wacana yang diwujudkan
ke dalam sistem gramatikal. Kohesi jenis ini meliputi referensi,konjungsi dan repetisi.
Berikut ini adalah uraian tentang pemakaian setiap alat kohesi gramatikal pada wacana tajuk
rencana.
Penanda hubungan gramatikal yaitu:
1) Referensi
Referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual
tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahului atau mengikutinya.
Dalam tajuk rencana Selasa, 9 Nopember 2010 Presiden Obama dan RI terdapat
kohesi referensi anaforis dan kataforis yang masing-masing akan dibahas di bawah ini:

a. Referensi Anaforis
Referensi Anaforis adalah data yang diacu terdapat dalam wacana. Dalam
pembagiannya, terdapat referensi anaforis dan kataforis.
Referensi Anaforis adalah referensi anaforis yang berposisi sesudah antesedennya.
Sedangkan referensi kataforis adalah referensi endeforis yang mengacu sebelum
antesedennya. Di bawah ini akan diuraikan sebagian dari data wacana yang mengacu pada
referensi tersebut. Namun, pada bagian akhir akan diuraikan lebih detail dalam bentuk tabel.
1 Referensi anaforis dalam wacana tajuk rencana:
Presiden AS setia pada komitmennya untuk menjalin kerja sama dengan Indonesia. Kedua,
ia teguh mewujudkan kunjungan di tengah masih belum redanya letusan Gunung Merapi.
2 Referensi Personal
Presiden AS setia pada komitmennya untuk menjalin kerja sama dengan Indonesia.
b. referensi akseforis
referensi ekseforis adalah data acuan tidak ada dalam wacana atau di luar wacana.
2) Konjungsi
Konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara
menghubungkan unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana. Unsur yang dirangkai
dapat berupa satuan lingual kata , farasa, kalimat, klausa.dan dapat juga berupa unsur yang
lebih besar .
Contoh yang terdapat pada tajuk rencana:
Kepahlawanan living hero kita petik justru karena mereka masih berkarya dalam sepi, tanpa
pamrih, ibarat yogi-yogi atau para asketis intelektual.

2. Kohesi Leksikal
Penanda hubungan Leksikal yaitu:
1) Repetisi
Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat)
yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam suatu konteks.

Dalam keterangan pers Selasa, Mabes Polri mengakui ada kelalaian dari sembilan anggota
polisi, termasuk Kepala Rutan Komisaris IS. (K9)Mereka dibebastugaskan untuk
kepentingan penyelidikan. Melalui pengacaranya, Adnan Buyung Nasution, hari Rabu,
akhirnya Gayus mengakui keluar dari rutan untuk berobat, yang sebelumnya dia bantah.
2) Sinonimi
Sinonimi ialah suatu kata yang mempunyai makna yang sama dengan 'kata searti'.
Sinonimi ini digunakan kerana hanya untuk mengelakkan kebosanan bagi pengulangan kata
yang sama di dalam teks dan juga sinonimi ini memberikan variasi kepada sesuatu teks.
Sinonimi merupakan salah sati aspak leksikal untuk mendukung kepaduan wacana.
Sinonimi dibagi menjadi 5 yaitu;
a. Sinonimi antar morfem bebas dengan morfem terikat
b. Kata dengan kata
c. Kata dengan frasa
d. Frasa dengan frasa
e. Klausa/kalimat dengan klausa/ kalimat.

3. Koherensi
Koherensi mengandung makna pertalian makna atau isi kalimat (HG Tarigan 197 :
32). Koherensi berarti juga hubungan timbal balik yang yang serasi antar unsur dalam kalimat
( Gorys Keraf, 1984 :38 ). Sedangkan menurut Wahyudi (1989 : 6 ), berendapat bahwa
hubungan koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian lainnya,
sehingga kalimat memilikikesatuan makna yang utuh. Wacana yang koheren memiliki ciri-
ciri : Susunannya teratur danamanatnya terjalin rapi, sehingga mudah diinterprestasikan (
Samiati, 1989:5).

Harimurti Kridalaksana ( 1984: 69 ), mengemukakan bahwa sebenarnya adalah


hubungan semantis. Artinya hubungan itu terjadi antaraproposisi.

1. Hubungan Amplikatif

Hubungan Amplikatif adalah hubungan yang salah satu bagian kalimatnya memperkuat
atau memperjelas bagian kalimat lainnya. Misalnya dalam kalimat Tentu kita berharap
kunjungan ini produktif dan menghasilkan manfaat konkret bagi kedua Negara Ini
kunjungan yang tertunda.

2. Hubungan Kausalitas

Hubungan kausalitas merupakan hubungan sebab-akibat. Misalnya pada


kalimatsebab, yaitu Merapi masih menyisakan terror psikologis, akibat musibah alam
itupun seolah-olah menggenapkan kekhawatiran melapuknya kualitas bangsa ..

B. Pembahasan Hasil (Analisis Data)

Tabel Analisis Piranti Kohesi Wacana Tajuk Rencana pada hari Selasa, 9 Nopember
2010
NO Kalimat Piranti unsur Tipe kohesi Jarak antar Unsur terelasi
kohesif unsur
1 2 Karena Konj. Kausal SO Informasi (9)
2 2 Dan Konj. SO Informasi (2)
Penambahan
3 2 Kunjungan Ulangan Btk SO Kunjungan (1)
Lain
4 2 Rencana Ulangan Penuh SO Rencana (2)
5 3 -nya Referensi SO Presiden AS
Personal (2)
6 4 -nya Referensi SO Presiden AS
Personal (4)
7 4 Dengan Konj. Cara SO Informasi (3)
8 5 Ia Referensi SO Presiden AS
Anaforis (4)
9 5 Mewujudkan Ulangan Btk S1 Diwujudkan
Lain (3)
10 5 Kunjungan Ulangan Penuh SJ Kunjungan (1)
11 6 Dan Konj. SO Informasi (2)
Penambahan
12 6 Kunjungan Ulangan Penuh SO, SJ Kunjungan
(1),(5),(6)
13 7 Dan Konj. SO Informasi (6)
Penambahan
14 7 Juga Konj. SO Informasi (6)
Penambahan
15 7 Kunjungan Ulangan Penuh SJ,SJ,S2,SO Kunjungan
(1,5,6,7)
16 8 Tetapi Konj. S1 Informasi (6)
Adversatif
17 8 Kemitraan Ulangan Penuh SO Kemitraan (8)
18 9 Namun Konj. SO Informasi (8)
Adversatif
19 10 -nya Referensi SO Informasi (9)
Personal
20 10 Dan Konj. SO Informasi (9)
Penambahan
21 11 Dan Konj. S1 Informasi (9)
Penambahan
22 11 Dengan Konj. Cara SO Informasi (10)
23 12 Dengan Konj. Cara S1 Informasi (10)
24 12 Urgen Ulangan Penuh SO Urgen (2)
25 14 Hal Ulangan Penuh SO Hal (13)
26 15 Dan Konj. SO Informasi (14)
Penambahan
27 15 Inovasi Ulangan Penuh SO Inovasi
(14,15)
28 16 Apabila Konj. Syarat SO Informasi (15)
29 16 Inovasi Ulangan Penuh SO,S1 Inovasi
(14,15,16)
30 17 Dan Konj. SO Informasi (16)
Penambahan
31 17 Dengan Konj. Cara SO Informasi (16)
32 17 Dan Konj. SO Informasi (16)
Penambahan
33 19 Namun Konj. SO Informasi (18)
Adversatif
34 19 Apabila Konj. Syarat SO Informasi (18)
35 19 Kunjungan Ulangan Penuh SJ Kunjungan
(1,5,6,7)
36 8 Komprehensif Ulangan Penuh SO Komprehensif
(7)

Dalam kalimat (2) terdapat empat piranti kohesi yaitu, (a)karena sebagai konjungsi
kausal terhadap informasi (1). (b) Dan sebagai konjungsi penambahan terhadap informasi (2).
(c)kunjungan sebagai ulangan bentuk lain terhadap kunjungan (1). (d) rencana sebagai
ulangan penuh terhadap rencana (2).
Dalam Kalimat (6)terdapat dua piranti kohesi yaitu, (a) Dan sebagai konjungsi
penambahan terhadap informasi (3). (b) kunjungan sebagai ulangan penuh terhadap
kunungan (1,5,6). Dalam (7) terdapat tiga piranti kohesi yaitu, (a) Dan sebagai konjungsi
penambahan terhadap informasi (6). (b) juga sebagai konjungsi penambahan terhadap
informasi (6). (c) kunjungan sebagai ulangan penuh terhadap kunjungan (1,5,6,7). Dalam
Kalimat (8) terdapat tiga piranti kohesi yaitu, (a) tetapi sebagai konjungsi adversative
terhadap informasi (6). (b) kemitraan sebagai ulangan penuh terhadap kemitraan (8). (c)
komprehensif sebagai ulangan penuh terhadap komprehensif (7).
Dalam kalimat (10) terdapat dua piranti kohesi yaitu, (a) nya (merealisasikannya)
sebagai referensi personal terhadap informasi (9). (b) dan sebagai konjungsi penambahan
terhadap informasi (9). Dalam (11) terdapat dua piranti kohesi yaitu, (a) dan sebagai
konjungsi penambahan terhadap informasi(9). (b)dengan sebagai konjungsi cara terhadap
informasi (10).
Dalam kalimat (12) terdapat dua piranti kohesi yaitu, (a) dengan sebagai konjungsi
cara terhadap informasi (10). (b) urgen sebagai ulangan penuh terhadap urgen (11). Dalam
(14) terdapat piranti kohesi yaitu, hal sebagai ulangan penuh terhadap hal (13). Dalam (15)
terdapat dua piranti kohesi yaitu, (a) dan sebagai konjungsi penambahan terhadap
informasi(14). (b) inovasi sebagai ulangan penuh terhadap inovasi (14,15).
Dalam Kalimat (16) terdapat dua piranti kohesi yaitu, (a) apabila sebagai konjungsi
syarat terhadap informasi (15). (b) inovasi sebagai ulangan penuh terhadap inovasi
(14.15.16). Dalam (17) terdapat tiga piranti kohesi yaitu, (a) dan sebagai konjungsi
penambahan terhadap informasi(16). (b) dengan sebagai konjungsi cara terhadap informasi
(16). Dalam (19) terdapat tiga piranti kohesi yaitu, (a) namun sebagai konjungsi adversative
terhadap informasi (18). (b) apabila sebagai konjungsi syarat terhadap informasi (18). (c)
kunjungan sebagai ulangan penuh terhadap kunjungan (1,5,6,7).

ANALISIS PIRANTI KOHERENSI PADA TAJUK RENCANA 1

1. Dalam (P2/K5) dan (P1) tercipta hubungan Amplikatif (Penjelasan), hal ini ditandai
dengan pemakaian piranti kohesi perulangan/repetisi pada kata kunjungan yang
memberi penjelasan (P1).
2. Dalam (P8/K17) dan (P6) tercipta hubungan Penambahan, hal ini ditandai dengan
ungkapan selebihnya yang merupakan tambahan dari hal yang telah disebut
sebelumnya, yaitu tentang Obama pada (P6).
3. Dalam (P7/K14) dan (P6) tercipta hubungan Penambahan, hal ini ditandai dengan
ungkapan hal lain yang merupakan penambahan dari hal yang telah disebutkan
sebelumnya pada (P6)
4. Dalam (P6/K13) dan (P9) tercipta hubungan Kausalitas, kalimat 13 bermakna
sebab, yaitu Presiden Obama akan mendengarkan penjelasan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono tentang bencana alam yang sering dialami Indonesia sebagai
Negara di kawasan cincin api (P6).
Kalimat ini secara semantis membutuhkan makna lain sebagai pasangannya, yaitu akibat.
Makna itu terdapat dalam kalimat Obama tak punya banyak waktu untuk bernostalgia
mengenang masa kecil di Menteng, Jakarta (P9).

Tabel Analisis Piranti Kohesi Wacana Tajuk Rencana pada hari Rabu, 10 Nopember
2010

No Kalimat Piranti unsur kohesif Tipe kohesi Jarak antar Unsur terelasi
unsur
1 3 Dan Konj. SO Informasi (2)
Penambahan
2 3 Pahlawan Ulangan SO Pahlawan (2)
Penuh
3 5 Tetapi Konj. SO Informasi (5)
Adversatif
4 5 Dan Konj. SO Informasi (5)
Penambahan
5 5 Masa Ulangan SO Masa (5)
Penuh
6 6 Tetapi Konj. SO Informasi (5)
Adversatif
7 7 Karena Konj. S1 Informasi (5)
Kausal
8 7 Dengan Konj. Cara S1 Informasi (5)
9 7 Teater Ulangan SJ Teater (3)
Penuh
10 9 Dan Konj. SO Informasi (8)
Penambahan
11 10 Merapi Ulangan S1 Merapi (8)
Penuh
12 14 Pahlawan Ulangan SJ Pahlawan
Penuh (2,3)
13 14 Bencana Ulangan SJ Bencana (8)
Penuh
14 15 Dan Konj. SO Informasi (14)
Penambahan
15 15 Dengan Konj. Cara SO Informasi (14)
16 15 Merapi Ulangan S1, SJ Merapi
Penuh (8,10,14)
17 16 Dan Konj. SO Informasi (15)
Penambahan
18 16 Dengan Konj. Cara SO Informasi (15)
19 19 Rakyat Ulangan SO Informasi
Penuh (18,19)
20 21 Dan Konj. SO Informasi (20)
Penambahan
21 23 Dan Konj. SO Informasi (22)
Penambahan
22 23 Kepahlawanan Ulangan S1 Kepahlawanan
Penuh (21)
23 25 Karena Konj. SO Informasi (25)
Kausal
24 25 Atau Konj. SO Informasi (24)
Pilihan
25 25 Tanpa Pamrih Ulangan SJ Tanpa Pamrih
Penuh (15)

Dalam Kalimat (3) terdapat dua piranti kohesi yaitu, (a) dan sebagai konjungsi
penambahan terhadap informasi (2). (b) pahlawan sebagai ulangan penuh terhadap pahlawan
(2). Dalam K (5) terdapat tigapiranti kohesi yaitu, (a) tetapi sebagai konjungsi adversative
terhadap informasi (5). (b) dan sebagai konjungsi penambahan terhadap informasi (5). (c)
masa sebagai ulangan penuh terhadap masa (5). Dalam K(6) terdapat satu piranti kohesi
yaitu, tetapi sebagai konjungsi adversative terhadap informasi (5).
Dalam K(7) terdapat tiga piranti kohesi,yaitu (a) karena sebagai konjungsi kausal
terhadap informasi (5). (b) dengan sebagai konjungsi cara terhadap informasi (5). (c) teater
sebagai ulangan penuh terhadap teater (3). Dalam K (9), dan sebagai konjungsi penambahan
terhadap informasi (8). Dalam K (10), merapi sebagai ulangan penuh terhadap merapi (8).
Dalam K (14) terdapat dua kohesi,yaitu (a) pahlawn sebagai ulangan penuh terhadap
pahlawan (2,3). (b)bencana sebagai ulanan penuh bencana (8). Dalam K(15) terdapat tiga
piranti kohesi yaitu (a)dengan sebagai konjungsi cara terhadap informasi (14). (b) dan
sebagai konjungsi penambahan terhadap informasi (14). (c) merapi sebagai ulangan penuh
terhadap merapi (8,10,14). Dalam K (16) terdapat dua piranti kohesi yaitu, (a) dan sebagai
konjungsi penambahan terhadap informasi (15). (b) dengan sebagai konjungsi cara terhadap
informasi (15).
Dalam K (19), rakyat sebagai ulangan penuh terhadap rakyat (18,19). Dalam K (21),
dan sebagai konjungsi penambahan terhadap informasi (20). Dalam K (23) ada dua piranti
kohesi yaitu, (a) dan sebagai konjungsi penambahan terhadap informasi (22). (b)
kepahlawanan sebagai ulangan penuh terhadap kepahlawanan (21). Dalam K (24), dan
sebagai konjungsi penambahan terhadap informasi (23). Dalam K (25) terdapat tiga piranti
kohesi, yaitu (a) karena sebagai konjungsi sebab akibat terhadap informasi (25). (b) atau
sebagai konjungsi pilihan terhadap informasi (25). (c) tanpa pamrih sebagai ulangan penuh
terhadap tanpa pamrih(15).

ANALISIS PIRANTI KOHERENSI PADA TAJUK RENCANA 2

1. Pada (P1) dan (P2) tercipta hubungan makna Amplikatif, hal ini ditandai dengan
pemakaian piranti kohesi perulangan/repetisi pada kata teater (P2/K7) yang memberi
penjelasan (P1/K3).
2. Pada (P2) dan (P3) tercipta hubungan makna Amplikatif, hal ini ditandai dengan
pemakaian piranti kohesi perulangan/repetisi pada kata aktualitas (P3/K8) yang
memberi penjelasan (P2/K7).
3. Pada (P3) dan (P4) tercipta hubungan makna Kausalitas, kalimat 10 bermakna
sebab, yaitu Merapi masih menyisakan terror psikologis. Kalimat ini secara
semantis membutuhkan makna lain sebagai pasangannya, yaitu akibat. Makna itu
terdapat dalam kalimat 11 yaitu musibah alam itupun seolah-olah menggenapkan
kekhawatiran melapuknya kualitas bangsa . . . keterkaitan kedua kalimat secara
semantic itu menyebabkan kedua bagian (proposisi) tersebut saling membutuhkan
agar terbentuk keutuhan makna.
4. Pada (P9) dan (P8) tercipta hubungan makna Amplikatif, hal ini ditandai dengan
pemakaian piranti kohesi perulangan/repetisi pada kata menaruh (P9/K24) yang
memberi penjelasan (P8/K23).
5. Pada (P7) dan (P6) tercipta hubungan makna Penambahan, hal ini ditandai dengan
kata paradoks kepahlawanan merupakan bentuk tambahan terhadap (P6).

Tabel Analisis Piranti Kohesi Wacana Tajuk Rencana pada hari Kamis, 11 Nopember
2010
No Kalimat Piranti Unsur Kohesi Tipe Kohesi Jarak antar Unsur Terelasi
Unsur
1 3 Gayus Ulangan SO, S1 Gayus (1,2)
Penuh
2 5 Dengan Konj. Cara SO Informasi (5)
3 6 Tetapi Konj. SO Informasi (5)
Pertentangan
4 6 Setelah Konj. Waktu SJ Informasi (1)
5 7 Mabes Polri Ulangan S1 Mabes Polri
Penuh (5)
6 9 Rutan Ulangan SO Rutan (8)
Penuh
7 12 Atau Konj. SO Informasi (11)
Pilihan
8 13 Atau Konj. SO Informasi (12)
Pilihan
9 13 Dengan Konj. Cara SO Informasi (12)
10 13 Kuatnya Jaringan Ulangan SO Kuatnya
Penuh Jaringan (12)
11 14 Dengan Konj. Cara SO Informasi (13)
12 16 Dan Konj. S1 Informasi (14)
Penambahan
13 17 Apa Konj. SO Informasi (12)
Pilihan
14 17 Dengan Konj. Cara SO Informasi (13)
15 17 Lalu Konj. SO Informasi (13)
Urutan
16 18 Dengan Konj. Cara SO Informasi (13)
17 18 Uang Ulangan SO Uang (17)
Penuh
18 18 Membeli Ulangan SO Membeli (18)
Penuh
19 19 Dengan Konj. Cara SO Informasi (18)
20 20 Dengan Konj. Cara SO Informasi (19)
21 20 Gayus Ulangan SJ Gayus
Penuh (9,10,11,12,13)
22 21 Namun Konj. SJ Informasi (14)
Pertentangan
23 21 Dan Konj. SO Informasi (20)
Penambahan
24 21 Penyelidikan Ulangan SJ Penyelidikan
Penuh (8)
25 21 Eddy Tansil Ulangan SJ Eddy Tansil
Penuh (16)
26 21 Mengorbankan Ulangan SO Mengorbankan
Penuh (21)
27 23 Agar Konj. SO Informasi (22)
Tujuan
28 24 Karena Konj. SO Informasi (23)
Sebab-
Akibat

Dalam Kalimat (3) terdapat satu piranti kohesi yaitu, Gayus sebagai ulangan penuh
terhadap Gayus (1,2). DalamK (5), dengan sebagai konjungsi cara terhadap informasi (5).
Dalam K (6) terdapat dua piranti kohesi, yaitu (a) tetapi sebagai konjungsi pertentangan
terhadap informasi (5). (b) setelah sebagai konjungsi waktu terhadap informasi (1). Dalam K
(7), mabes Polri sebagai ulangan penuh terhadap mabes Polri(5). Dalam K (9), rutan sebagai
ulangan penuh terhadap rutan (2,7). Dalam (12), atau sebagai konjungsi pilihan terhadap
informasi (11). Dalam K (13) ada tiga piranti kohesi yaitu, (a) atau sebagai konjunsi pilihan
terhadap informasi (12). (b)dengan sebagai konjungsi cara terhadap informasi (12). (c)
kuatnya jaringan sebagai ulangan penuh terhadap kuatnya jaringan (12). Dalam K (14),
dengan sebagai konjungsi cara terhadap informasi (13).
Dalam K (16), dan sebagai konjungsi penambahan terhadap informasi (14). Dalam K
(17) terdapat tiga piranti kohesi yaitu, (a) apa sebagai konjungsi pilihan terhadap informasi
(17). (b) lalu sebagai konjungsi urutan terhadap informasi (16). (c) dengan sebagai konjungsi
cara terhadap informasi (16). Dalam K (18) terdapat tiga piranti kohesi yaitu, (a) dengan
sebagai konjungsi cara terhadap informasi (17). (b)uang sebagai ulangan penuh terhadap
uang (17). (c) membeli sebagai ulangan penuh terhadap membeli (18). Dalam (19), dengan
sebagai konjungsi cara terhadap informasi (18). Dalam K (20) terdapat dua piranti kohesi
yaitu, (a) dengan sebagai konjungsi cara terhadap informasi (19). (b) Gayus sebagai ulangan
penuh terhadap Gayus (9,10,11,12,13).
Dalam K (21) terdapat lima piranti kohesi yaitu, (a) namun sebagai konjungsi
pertentangan terhadap informasi (14). (b) dan sebagai konjungsi penambahan terhadap
informasi (20). (c) penyelidikan sebagai ulangan penuh terhadap penyelidikan (8). (d)Eddy
Tansil sebagai ulangan penuh terhadap Eddy Tansil(16). (e)mengorbankan sebagai ulangan
penuh terhadap mengorbankan (21). Dalam K (23), agar sebagai konjungsi tujuan terhadap
informasi (22). Dalam K (24), karena sebagai konjungsi sebab-akibat terhadap informasi
(23).

ANALISIS PIRANTI KOHERENSI PADA TAJUK RENCANA 3

1. Pada (P2) dan (P1) tercipta hubungan makna Amplikatif, hal ini ditandai dengan
pemakaian piranti kohesi perulangan/repetisi pada kata bantahan (P2/K1) yang
memberi penjelasan (P1).
2. Pada (P4) dan (P3) tercipta hubungan makna Penambahan terhadap (P3), karena
kata hebatnya merupakan bentuk tambahan dari hal yang telah disebut sebelumnya,
yaitu tentang skandal keluarnya Gayus.
3. Pada (P6) dan (P5) tercipta hubungan makna Kausalitas, kalimat 14 bermakna
sebab, yaitu kita prihatin sekaligus gusar dengan masih adanya praktik itu. Kalimat
ini secara semantis membutuhkan makna lain sebagai pasangannya, yaitu akibat.
Makna itu terdapat dalam kalimat 11 yaitu atas dasar itu, kita menyambut baik
langkahPolri . . . keterkaitan kedua kalimat secara semantic itu menyebabkan kedua
bagian (proposisi) tersebut saling membutuhkan agar terbentuk keutuhan makna.
4. Pada (P6) dan (P3) tercipta hubungan makna Amplikatif, hal ini ditandai dengan
pemakaian piranti kohesi perulangan/repetisi pada kata menyelidiki/penyelidikan
(P3/K8) yang memberi penjelasan (P6).

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengacuan atau referensi yaitu salah satu
jenis kohesi gramatikal atau berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual
lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya dalam surat kabar terdapat jenis
dan wujud penanda referensial. Jenis penanda referensial berdasarkan tempat acuannya
menyangkut pengacuan endofora (anaforis dana kataforis) dan pengacuan eksofora;
sedangkan jenis penanda referensial menurut tipenya meliputi (1) referensi persona (referensi
persona pertama, referensi persona kedua, dan referensi persona ketiga), (2) referensi
demonstratif (pronomina penunjuk umum, pronomina penunjuk tempat, pronomina penunjuk
ihwal, dan penunjuk adverbial), dan (3) referensi komparatif (tingkat ekuatif, tingkat
komparatif, dan tingkat
superlatif).
Wacana sebagai dasar dalam pemahaman teks sangat diperlukan masyarakat dalam
berkomunikasi dengan informasi secara utuh. Wacana yang baik harus memperhatikan isi
(informasi) yang koheren dan keruntutan unsur pendukung (kohesi).

B. Saran

Semoga penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para pemerhati bahasa khususnya
penulis yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Penulisan wacana
tulis berbahasa Indonesia harus memperhatikan pembentukan kalimat yang membentuk
paragraf yang utuh. Keterkaitan dalam pembentukan paragraf dapat dilakukan dengan
mengunakan penanda referensial. Penanda referensial merupakan salah satu cara membentuk
hubungan dalam paragraf secara gramatikal.
Penelitian tentang wacana tulis ini, hanya dibahas tentang penggunaan penanda
referensial dalam membentuk keterkaitan atau keutuhan dalam penulisan paragraf, oleh
karena itu, disarankan bagi peneliti lain untuk mengkaji wacana tulis dari sudut pandang dan
objek yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyana.2005.kajian wacana.Yogyakarta:tiara wacana.

Sumarlam.2003.analisis wacana.Surakarta:Pustaka Cakra.


Lampiran

Wacana Tajuk Rencana pada hari Selasa, 9 Nopember 2010

Presiden Obama dan RI


Jika tidak ada perubahan lagi, hari Selasa ini kita akan menyambut tamu yang amat
terhormat, Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
P1(K1)Ini kunjungan yang tertunda. (K2)Pemimpin AS ini sebelumnya dua kali
membatalkan rencana program kesehatan yang saat itu akan diputuskan oleh DPR dan
konsentrasi menanggulangi kebocoran lading minyak di Teluk Meksiko.
P2(K3)Kalau akhirnya lawatan ke Indonesia bias diwujudkan, kita menghargainya
untuk dua hal. Pertama, Presiden AS setia pada komitmennya untuk menjalin kerja sama
dengan Indonesia. (K4)Kedua, ia teguh mewujudkan kunjungan di tengah masih belum
redanya letusan Gunung Merapi.
P3(K5)Tentu kita berharap kunjungan ini produktif dan menghasilkan manfaat
konkret bagi kedua Negara. (K6)Selain mengunjungi Masjid Istiqlal dan memberikan
ceramah di Universitas Indonesia, Obama dalam kunjungan dua hari di Indonesia ini juga
akan menyaksikan penandatanganan persetujuan Kemitraan Komprehensif AS-RI.
P4(K7)Sejumlah pihak memang membedakan sebutan di atas dengan Kemitraan
Strategis, tetapi-dilatarbelakangi oleh perkembangan sejarah masing-masing yang berbeda-
Kemitraan Komprehensif boleh jadi sudah memadai. (K8)Yang penting butir-butir
persetujuan itu bias direalisasikan.
P5(K9)Tentang isi dan prioritas merealisasikannya, kita bias merundingkannya lebih
lanjut. (K10)Ada yang melihat pengembangan kerja sama di bidang pertahanan dan militer,
termasuk di dalamnya latihan bersama dengan kopassus, sebagai yang tergolong urgen.
Lainnya mungkin melihat yang urgen adalah yang terkait dengan ekonomi.
P6(K11)Hal yang boleh jadi konstektual adalah bahwa ketika berada di Indonesia,
Presiden Obama akan mendengarkan penjelasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
tentang bencana alam yang sering dialami Indonesia sebagai Negara di kawasan cincin api.
P7(K12)Hal lain yang juga bisa diangkat oleh Presiden Bambang Yudhoyono adalah
pengembangan tradisi inovasi. (K12)Kita tahu ada banyak perusahaan AS yang amat unggul
dalam inovasi, dan Presiden Yudhoyono juga meyakini inovasi memegang peran penting bagi
ekonomi Indonesia ke depan. (K13)Akan menjadi hal yang bermanfaat apabila budaya
inovasi bias kita pelajari melalui kerja sama RI-AS.
P8(K14)Selebihnya kita percaya, Obama yang kita nilai merupakan pemimpin dunia
yang unggul dapat berbagi dengan kita tentang berbagai visi dan strategi pembangunan
bangsa, khususnya di masa ketika dunia berhadapan dengan persaingan dan ketidakpastian
sekarang ini.
P9(K15)Dalam lawatan singkat, Obama tak punya banyak waktu untuk bernostalgia
mengenang masa kecil di Menteng, Jakarta. (K16)Namun, apabila kita tepat memanfaatkan
momentum kunjungan ini, selain akan mendapatkan saling pengertian lebih besar yang
dibutuhkan bagi hubungan yang lebih kokoh, kita juga akan mendapatkan hasil konkret untuk
mengatasi sejumlah problem yang kita hadapi.

Wacana Tajuk Rencana pada hari Rabu, 10 Nopember 2010


PAHLAWAN BENCANA ITU!

Apa makna Hari Pahlawan 10 November 2010? Pertanyaan itu mungkin basi, tetapi itu sering
kita lupakan. Kita luput memetik momentum pembelajaran.
P1(K1)Benar tulis Sanento Yuliman 40 tahun lalu. (K2)Pahlawan adalh took teateral.
(K3)Untuk jadi pahlawan, seseorang harus memenuhi syarat teter, memiliki jejak luhur,
dramatis, dan meninggalkan ingatan kolektif yang serba harum. (K4)Syarat itu hanya bisa
dipenuhi mereka yang almarhum.
P2(K5)Memetik pelajaran tidak berarti untuk masa lalu, tetapi untuk masa sekarang
dan masa depan. (K6)Tidak untuk berandai andai, tetapi untuk memperbaiki kualitas hidup.
(K7)Karena itu, nilai kepahlawanan bukan pentas teater, melainkan relevan dengan aktualitas
yang tengah berlangsung.
P3(K8)Lantas apa aktualitas saat ini? Bencana banjir Wasior, tsunami Mentawai,
letusan Merapi. (K9)Ketiga peristiwa itu masih meninggalkan kerusakan dan kepiluan
berkepanjangan. (K10)Merapi masih menyisakan terror psikologis.
P4(K11)Musibah alam itu pun seolah-olah menggenapkan kekhawatiran melapuknya
kualitas bangsa. (K12)Penanganan kasus korupsi yang terkesan jalan di tempat, buruknya
kinerja cabinet, hilangnya hati nurani wakil rakyat-sekadar kita sebut contoh fakta potensi
kelapukan. (K13)Kita tidak habis piker bagaiman tersangka Gayus diduga bisa pelesiran ke
Bali.
P5(K14)Siapa sosok pahlawan, bukan dead hero, melainkan living hero tahun 2010?
Dalam konteks bencana, merekalah pekerja sepi, seperti para penunggu gunung berapi, yang
baru diingat ketika gunung berulah seperti Merapi. (K15)Merekalah para relawan yang
dengan hati tanpa pamrih terjun menolong korban Wasior, dan Merapi.
P6(K16)Kita apresiasi aparat militer dengan kelengkapan alat, kesiapan fisik dan
keterampilan, melakukan evakuasi korban erupsi Merapi , juga di Wasior dan Mentawai.
(K17)Kegesitan mereka tersaji jelas di depan mata berkat media. (K18)Tanpa slogan dari
rakyat untuk rakyat merekatampilkan ke pahlawan. (K19)Sebaliknya kita tidak mengerti
ketika wakil rakyat bergeming tidak tersentuh hati, studi banding anggota DPR diwarnai
perilaku tidak terpuji, menghapus ingatan penderitaan rakyat untuk berpromosi, membuat
pernyataan politik yang menyakiti hati.
P7(K20)Pardoks kepahlawanan yang dipotret jajk pendapat harian ini (Kompas,
8/11), menggenapi catatan kita. (K21)Lebih dari 70 persen responden meragukan jiwa dan
semangat kepahlawanan para pemimpin politik negeri ini.
P8(K22)Ditaruh di atas meja kedua realitas serba kontras dan ironis itu tersimpan
keyakinan. (K23)Kepahlawanan 2010 layak disematkan kepada mereka yang hari-hari ini
bergelut tanpa pamrih di lokasi bencana, yang manaruh simpati dan yang berbagi berkah
demi duka-sedih negeri ini.
P9(K24)Menaruh ke permukaan sosok living hero tidak berarti manafikan sosok
keteladanan dan pengorbanan para anumerta. (K25)Kepahlawanan living hero kita petik
justru karena mereka masih berkarya dalam sepi, tanpa pamrih, ibarat yogi-yogi atau para
asketis intelektual.

Wacana Tajuk Rencana pada hari Kamis, 11 Nopember 2010


Ujian bagi Timur Pradopo
Bisa keluarnya Gayus Tambunan, terdakwa kasus pajak, dari Rumah Tahanan Brimob
sungguh keterlaluan! Itu tamparan bagi kepolisian!
P1(K1)Skandal keluarnya Gayus tertangkap kamera wartawan ketika orang berwajah
mirip wajah Gayus menyaksikan pertandingan tennis di Bali. (K2)Gayus sendiri membantah
telah meninggalkan Rutan Brimob. (K3)Sebagaimana dikutip media massa, Gayus
mengatakan, Enggak. Saya di dalam saja. (K4)Orang penjaranya digembok, gimana
bukanya.
P2(K5)Bantahan Gayus itu berbeda dengan keterangan Mabes Polri. Kepala Divisi
Humas Polri Irjen Iskandar Hasan mengatakan, Gayus meminta izin berobat tapi tidak
pulang-pulang. (K6)Setelah dicari, Gayus diketahui pulang ke rumahnya di Kelapa Gading.
(K7)Ia lalu dijemput anggota yang mengawal, kata Iskandar (kompas, 9 November 2010).
P3(K8)Dalam keterangan pers Selasa, Mabes Polri mengakui ada kelalaian dari
sembilan anggota polisi, termasuk Kepala Rutan Komisaris IS. (K9)Mereka dibebastugaskan
untuk kepentingan penyelidikan. Melalui pengacaranya, Adnan Buyung Nasution, hari Rabu,
akhirnya Gayus mengakui keluar dari rutan untuk berobat, yang sebelumnya dia bantah.
P4(K10)Hebatnya, keluarnya Gayus dari tahanan tidak mendapat izin dari ketua
majelis hakim yang sedang menyidangkan perkara. (K11)Penasihat hukumnya pun mengaku
tidak mengetahui perilaku Gayus. (K12)Kepercayaan diri Gayus yang luar biasa paling tidak
menunjukkan betapa kuatnya jaringan Gayus di jajaran penegak hokum atau ada kekuatan
lain yang mendukungnya. (K13)Kemampuan Gayus meloloskan diri dari jerat korupsi atau
pencucian uang di Pengadilan Tangerang dengan kekuatan uang yang dimilikinya
mengonfirmasi betapa kuatnya jaringan tersebut.
P5(K14)Kita prihatin sekaligus gusar dengan masih adanya praktik itu. (K15)Kita
telah gagal menjadi bangsa pembelajar. (K16)Kita teringat pada tahun 1996, terpidana kasus
korupsi Rp 1,3 triliun Eddy Transil juga keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Cipinang dan
melarikan diri ke luar negeri. (K17)Lalu apa bedanya era Orde Baru dengan sekarang, ketika
uang masih bias membeli fasilitas di penjara, membeli pasal, membeli keadilan. (K18)Inilah
awal dari kehancuran dengan hokum.
P6(K19)Atas dasar itu, kita menyambut baik langkah Polri menyelidiki skandal
Gayus dengan membebastugaskan sejumlah anggota Polri yang diduga bertanggung jawab.
(K20)Namun, kita berharap penyelidikan kasus ini tidak hanya akan mengorbankan petugas
di tingkat bawah, seperti dalam kasus Eddy Tansil tahun 1996 yang mengorbankan Kepala
LP Cipinang dan sipir penjara pada waktu itu.
P7(K21)Kita memandang ini adalah momentum sekaligus ujian bagi Kapolri Jenderal
Timur Pradopo merealisasikan janjinya membersihkan polisi sekaligus memulihkan
kepercayaan public kepada Polisi. (K22)Agar kredibilitas penyelidikan bertambah, kita mau
mengusulkan agar ada unsure di luar kepolisian dilibatkan dalam penyelidikan itu. (K23)Usul
itu kita sampaikan justru karena tertangkap adanya keraguan public apakah polisi mau
membongkar boroknya sendiri.

Lampiran
Seandainya Buruh Hidup Sejahtera
Apa yang terjadi jika buruh sejahtera? Perekonomian Indonesia akan semakin gemerlap pada
masa-masa mendatang karena daya kaum buruh meningkat berkat upah yang tinggi. Buruh
bisa hidup sejahtera mengikuti kenaikan produktivitas mereka. namun, yang terpenting dan
paling utama, keluarga buruh bisa menikmati akses kesehatan dan pendidikan yang lebih baik
sehingga peluang untuk naik ke kelas menengah yang mandiri lebih terbuka.
Rasanya bukan hal yang mustahil karena konsumsi rumah tangga menyumbang kue
pertumbuhan ekonomi terbesar kita. Artinya, dari Rp.6.422,9 triliun produk domestik bruto
Indonesia tahun 2010, sebanyak 56,7 persen disumbang belanja rumah tangga, baru disusul
investasi yang berkontribusi 32,2 persen.
Oleh karena itu, kenaikan peningkatan utang Indonesia menjadi negara layak invesstasi,
menurut lembaga pemeringkat utang Fitch yang berbasis di New York, AS, dan Londin
Inggris, patut disyukuri. Dalam beberapa tahun kedepan, ekonomi Indonesia berpeluang
tumbuh lebih besar berkat aliran deras dana investasi yang menciptakan lapangan kerja baru.
Jumlah pengangguran akan semakin berkurang dan buruh bisa menikmati upah lebih baik
yang meningkatkan daya beli mereka.

Anda mungkin juga menyukai