Oleh
Muljani, Sutji dan Evi Chamalah. 2011. “Kesantunan Berbahasa dalam Wacana
SMS Pembaca di Surat Kabar Terbitan Jawa Tengah”
Kata Kunci : kesantunan berbahasa, wacana SMS pembaca, surat kabar terbitan
Jawa Tengah.
ii
PENGESAHAN
Disetujui,
Ketua Lembaga Penelitian
iii
PRAKATA
Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas amal baik
bapak, ibu, dan semua pihak yang telah membantu penulisan hasil penelitian ini.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan
umumnya bagi pemerhati bahasa Indonesia. Amin.
Tegal, Oktober 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................................... ii
PENGESAHAN ................................................................................................................. iv
PRAKATA......................................................................................................................... vi
1.2RumusanMasalah....................................................................................................5
2.2.1.6 Kesimpatian.................................................................................13
v
2.2.3 Jenis-jenis Wacana ......................................................................................16
vi
5.2.3 Pelanggaran Bidal Kesetujuan .................................................................37
BAB PENUTUP ...............................................................................................................41
5.1 Simpulan ..............................................................................................................41
5.2 Saran ....................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................42
LAMPIRAN ......................................................................................................................44
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa pada dasarnya memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan
sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam
lingkungan atau situasi tertentu; dan sebagai alat untuk melakukan kontrol
sosial (Keraf 1997:3). Seseorang dalam kehidupan bermasyarakat tidak
mungkin hidup menyendiri tanpa kehadiran orang lain. Hal ini membuktikan
bahwa pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial. Manusia secara
naluri memiliki keinginan untuk bergaul dan berkomunikasi dengan orang
lain. Sebagai alat komunikasi dan alat pembina pikiran, kita gunakan bahasa
untuk berkomunikasi guna menggambarkan pikiran-pikiran dan pengalaman-
pengalaman. Jadi, kita menginterpretasikan keadaan di sekeliling dan
pengalaman-pengalaman dengan bahasa. Dengan demikian, bahasa
memegang peranan yang sangat penting bagi manusia karena bahasa sebagai
alat komunikasi digunakan untuk mengekspresikan segala ide-ide, gagasan,
sesuatu yang ada dalam batin seseorang, baik itu perasaan senang, kecewa,
marah, sedih, dan malu.
Salah satu wujud bahasa adalah tuturan. Tuturan dapat diekspresikan
melalui media lisan maupun media tulis. Dalam media lisan, pihak yang
melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara) dan mitra tuturnya
(pendengar), sedangkan dalam media tulis, mitra tuturnya yaitu pembaca.
Pembaca dapat merealisasikan tuturan lisan maupun tulisan dengan
memanfaatkan media massa. Media massa yang dapat dimanfaatkan untuk
tuturan lisan adalah media elektronik seperti televisi dan radio. Sementara itu,
media massa cetak seperti majalah, surat kabar, dan tabloid dapat
dimanfaatkan oleh penutur (penulis) untuk menyampaikan kepada
pembacanya itu agar mendapatkan respon dari mitra tutur (pembaca).
Penutur cenderung menggunakan bahasa seperlunya saja dalam
komunikasi. Pemilihan bahasa oleh penutur lebih mengarah pada bahasa yang
komunikatif. Dengan konteks situasi yang jelas, seperti tempat komunikasi
terjadi, mitra bicaranya, tujuan pembicaraan, norma, pesan, serta alat yang
digunakan (lisan atau tulis), maka suatu peristiwa komunikasi dapat berjalan
dengan lancar.
Pemakaian bahasa yang baik adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan
ragam, sedangkan pemakaian bahasa yang benar merupakan pemakaian
bahasa sesuai dengan kaidah. Di samping pemakaian bahasa harus baik dan
benar, juga harus santun. Bahasa santun adalah bahasa yang diterima mitra
tutur dengan baik (Pranowo 2009:33). Banyak orang yang sudah dapat
berbahasa secara baik dan benar, tetapi banyak pula yang belum mampu
berbahasa secara santun.
Bahasa merupakan cermin kepribadian seseorang, bahkan bahasa
merupakan cermin kepribadian bangsa (Pranowo 2009:3). Artinya, ketika
seseorang sedang berkomunikasi dengan bahasanya dan mampu
menggunakannya secara baik, benar, dan santun, hal tersebut merupakan
cermin dari sifat dan kepribadian pemakainya. Setiap orang memiliki
keinginan untuk berusaha bersikap dan berperilaku yang baik untuk menjaga
harkat dan martabat dirinya serta menghargai orang lain.
Bahasa yang digunakan oleh pembaca terkadang tidak memperhatikan
prinsip kesantunan. Menurut Grice (dalam Rustono 1999:66) prinsip
kesantunan adalah prinsip yang berkenaan dengan aturan tentang hal-hal yang
bersifat sosial, estetis, dan moral dalam bertindak tutur. Prinsip kesantunan
diperlukan untuk melengkapi prinsip kerjasama dan mengatasi kesulitan yang
timbul akibat penerapan prinsip kerjasama. Prinsip kerjasama juga bertujuan
agar para peserta tutur dapat melakukan tuturan dengan santun dan dapat
menjaga hubungan sosial dengan mitra tuturnya.
Sumber data penelitian kesantunan wacana SMS pembaca di surat kabar
terbitan Jawa Tengah adalah surat kabar Suara Merdeka dalam kolom
Kepriben dan surat kabar Radar Tegal dalam kolom Ngresula. Kedua kolom
tersebut merupakan wadah bagi pembaca untuk menyampaikan keluhan, usul,
saran tentang berbagai persoalan. Kolom ini memang disediakan bagi
pembaca sebagai penyalur aspirasi penyampaian pendapat dan opini-opini
mereka secara bebas dan terbuka. Jadi, tuturan-tuturan yang terdapat dalam
kolom tersebut merupakan tuturan dari para pembaca, bukan dari redaksi.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa SMS yang singkat dan padat, tetapi
maksud yang akan disampaikan dapat tersampaikan.
Sebenarnya tidak hanya Suara Merdeka dan Radar Tegal yang
menyajikan kolom ini, tetapi juga beberapa surat kabar terbitan Jawa Tengah
lainnya yang di dalamnya juga terdapat wacana SMS, misalnya pada kolom
“SMS Anda” di tabloid Cempaka, pada surat kabar Kompas di dalamnya
terdapat wacana SMS yang diberi nama “Suara Warga”. Dalam penelitian ini,
penulis tidak hanya memilih surat kabar Suara Merdeka untuk digunakan
sebagai data penelitian, tetapi juga surat kabar Radar Tegal karena surat
kabar tersebut merupakan surat kabar terbitan Jawa Tengah dan belum pernah
ada yang meneliti sebelumnya. Kedua surat kabar tersebut terbit setiap hari,
kecuali pada hari libur nasional sehingga pembaca dapat menyampaikan opini
secara bebas dan terbuka.
Salah satu contoh tuturan yang melanggar bidal-bidal kesantunan yang
terdapat pada wacana SMS pembaca kolom Kepriben di harian Suara
Merdeka sebagai berikut.
Nomor Data : 32 Sumber Data : Suara Merdeka, Jum‟at 10 Juni 2011
Kategori Pelanggaran Prinsip Kesantunan
Konteks : Pembaca Suara Merdeka mengomentari kasus Bupati
Slawi.
Tuturan : PRIBEN kiyeh Kajati bebaskan Bupati Slawi SP3,
seperti Sukawi, daripada mengambang terus,
(6285640402250)
Contoh tuturan yang mematuhi bidal-bidal kesantunan dalam wacana SMS
pembaca kolom Kepriben di harian Suara Merdeka sebagai berikut.
Nomor Data : 1 Sumber Data : Suara Merdeka, Rabu 1 Juni 2011
Kategori Pematuhan Prinsip Kesantunan
Konteks : Pembaca Suara Merdeka mengomentari pengerjaan
jembatan di Balkam dan Sungai Pemali agar
dipeercepat
Tuturan : BUPATI Brebes Yth, tolong pengerjaan jembatan di
Balkam dan Sungai Pemali dipercepat, bila perlu
dikerjakan 24 jam dengan tenaga yang banyak,
kasihan anak-anak sekolah dan pengguna jalan
lainnya, macet lagi...macet lagi. Trims.
(081542184425)
Data di atas merupakan data yang diambil dari surat kabar Suara Merdeka
kolom Kepriben yang terbit pada hari Jumat 10 Juni 2011. Tuturan “PRIBEN
kiyeh Kajati bebaskan Bupati Slawi SP3, seperti Sukawi, daripada
mengambang terus, (6285640402250)” melanggar bidal keperkenaan karena
tuturan tersebut mengandung makna memaksimalkan ketidakhormatan pada
pihak lain, yaitu Kajati. Tuturan dengan kata-kata seperti itu terasa menghina
dan berprasangka buruk kepada mitra tutur.
Berbeda dengan data 32 tempat bidal kesantunan dilanggar, pada data 1
terdapat bidal kesantunan yang dipatuhi. Penggunaan tuturan “kasihan anak-
anak sekolah dan pengguna jalan lainnya” merupakan bentuk pematuhan
prinsip kesantunan bidal kesimpatian karena mengandung makna simpati
kepada pihak lain, sedangkan penggunaan kata “Yth” dan kata “tolong”
terdengar lebih santun. Kata tersebut digunakan agar maksud dan keluhan
yang diberikan penutur tidak menyinggung perasaan mitra tutur.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam wacana SMS
pembaca kolom Kepriben di Suara Merdeka, tidak semua penutur
menggunakan tuturan yang santun. Dalam konteks tertentu terkadang penutur
tidak dapat mengungkapkan maksud dengan bahasa yang santun. Namun,
tidak hanya wacana SMS pembaca kolom Kepriben di Suara Merdeka saja
yang di dalamnya terdapat pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan.
Hal ini juga terdapat dalam surat kabar Radar Tegal. Maka dari itulah,
penulis tertarik untuk mengkaji pematuhan dan pelanggaran prinsip
kesantunan dalam wacana SMS pembaca di surat kabar terbitan Jawa Tengah
dengan data penelitian bersumber dari dua surat kabar, yaitu Suara Merdeka
dan Radar Tegal.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut.
1. Apa sajakah bidal-bidal kesantunan yang dipatuhi dalam wacana SMS
pembaca di surat kabar terbitan Jawa Tengah?
2. Apa sajakah Bidal-bidal kesantunan yang dilanggar dalam wacana SMS
pembaca di surat kabar terbitan Jawa Tengah?
Konteks:
Tuturan:
Analisis:
Keterangan:
Kartu data dibagi atas empat bagianyang diuraikan sebagai berikut.
a. Bagian pertama terdiri atas tiga kolom:
1) Kolom pertama berisi nomor data.
2) Sumber data yang terdiri atas nama surat kabar, tanggal, bulan, dan tahun
terbit.
b. Bagian kedua berisi konteks.
c. Bagian ketiga berisi tuturan dalam wacana SMS pembaca pada kolom
Kepriben di surat kabar Suara Merdeka dan kolom Ngresula di surat kabar
Radar Tegal.
d. Bagian keempat berisi analisis data, analisis data dijelaskan mengapa tuturan
pada data melanggar/mematuhi prinsip kesantunan.
Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Mengumpulkan sumber data yang berupa wacana SMS pembaca pada
kolom Kepriben di surat kabar Suara Merdeka dan kolom Ngresula di surat
kabar Radar Tegal.
2) Membaca wacana SMS pembaca pada kolom Kepriben di surat kabar Suara
Merdeka dan kolom Ngresula di surat kabar Radar Tegal.
3) Memilih data yang di dalamnya di duga mengandung kesantunan.
4) Pencatatan ke dalam kartu data.
3.9 Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode normatif.
Metode normatif yaitu metode pencocokan data yang berpedoman pada
kriteria prinsip kesantunan.Kriteria prinsip kesantunan ini terdiri atas enam
bidal dan dua belas sub bidal yang akan digunakan sebagai kriteria
pengujian tersebut.
Langkah-langkah dalam menganalisis data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Data yang telah diperoleh di catat dalam kartu data.
2. Setelah data disimpan dalam kartu data, kemudian di analisis berdasarkan
bidal kesantunan.
3. Setelah diketahui bidal kesantunan, kemudian dianalisis apakah data
tersebut melanggar atau mematuhi bidal kesantunan.
4. Setelah mengetahui hasil analisis kemudian diklasifikasikan berdasarkan
pelanggaran atau pematuhan bidal kesantunan.
Data-data yang sudah dianalisis berdasarkan prinsip kesantunan
diklasifikasikan untuk menemukan bidal-bidal yang lebih banyak dilanggar
dalam wacana SMS pembaca kolom Kepriben di surat kabar Suara Merdeka
dan kolom Ngresula di surat kabar Radar Tegal. Selanjutnya dalam
menentukan tingkat pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan, analisis
dan pengolahan data yang ditempuh dalam penelitian ini dilakukan secara
kuantitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan untuk menganalisis data yang
diperoleh dari hasil penelitian mengenai tingkat pematuhan dan pelanggaran
prinsip kesantunan.
Hasil analisis data penelitian secara kuantitatif dihitung dengan
langkah-langkah:
1. menghitung jumlah seluruh data,
2. menghitung jumlah data yang mematuhi dan melanggar prinsip
kesantunan,
3. menghitung persentase kesantunan.
Persentase kesantunan dihitung dengan rumus:
𝑛
Ks = 𝑥100%
∑
Keterangan:
Ks= Kesantunan
n= Jumlah data menurut masing-masing bidal prinsip kesantunan
∑= Jumlah seluruh data kesantunan
Tabel 2
10 persen ora gelem nyairna, alesane ora pada gelem dipotong sepuluh
ewunan jane kepriben rika sing nyambut gawe, wis digaji pemerintah
tesih kurang malek njelehi temen enggane.Melalui tuturan tersebut dapat
dilihat bahwa penutur sama sekali tidak menghormati pihak bagian keuangan
kantor BP4LK kabupaten Tegal.
Tuturan menjadi tidak santun jika penutur menyampaikan kritikan
secara langsung kepada mitra tutur seperti pada tuturan wis digaji pemerintah
tesih kurang malek njelehi temen enggane.Tuturan seperti itu dinilai tidak
santun karena dapat menyinggung perasaan mitra tutur yang menjadi sasaran
kritik.
Tuturan yang melanggar prinsip kesantunan bidal keperkenaan juga
tampak pada wacana SMS pembaca kolom Kepriben dalam surat kabar Suara
Merdeka sebagai berikut.
Nomor Data: 11 Sumber Data: Suara Merdeka, Jumat 3 Juni
2011
Kategori Pelanggaran Prinsip Kesantunan
Konteks: Pembaca Suara Merdeka mengomentari
tindakan judi togel dan sambung ayam yang
merajalela di Pemalang.
Tuturan: BAGAIMANA nih judi togel sama sambung
ayam merajalela di Pemalang, kok dibiarinsaja
apa banyak setoran?? (6287830531294)
Tabel 4
Tingkat Pelanggaran Bidal Prinsip Kesantunan Wacana SMS Pembaca Kolom
Kepriben pada Surat Kabar Suara Merdeka.
No. Bidal Jumlah Persentase
1 2 3 4
1. Bidal Ketimbangrasaan 12 12%
2. Bidal Kemurahhatian 1 1%
3. Bidal Keperkenaan 32 32%
4. Bidal Kerendahhatian 0 0%
5. Bidal Kesetujuan 13 13%
6. Bidal Kesimpatian 0 0%
Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa tingkat pelanggaran prinsip
kesantunan dalam wacana SMS pembaca kolom Ngresula pada surat kabar
Radar Tegal dan kolom Kepriben pada surat kabar Suara Merdeka terbanyak
terjadi pada bidal keperkenaan dengan frekuensi sebanyak 32 pematuhan. Hal
ini berarti penulis SMS kolom Ngresula dan kolom Kepriben menunjukkan
sikap bahwa penutur memaksimalkan penjelekan kepada pihak lain dan
meminimalkan pujian kepada pihak lain.
Selain itu, tingkat pelanggaran prinsip kesantunan dalam wacana SMS
pembaca kolom Ngresula paling sedikit terjadi pada bidal kesetujuan dengan
jumlah 5 pematuhan, dan pada wacana SMS pembaca kolom Kepriben paling
sedikit pada bidal kemurahhatian. Dalam sampel tersebut, tidak adanya data
pelanggaran bidal kemurahhatian, bidal kerendahhatian, dan bidal kesimpatian
pada kolom Ngresula dan tidak adanya data pematuhan bidal kerendahhatian
dan bidal kesimpatian pada kolom Kepriben.
Setelah mengetahui tingkat pelanggaran terhadap prinsip kesantunan
dalam wacana SMS pembaca surat kabar terbitan Jawa tengah dengan sampel
surat kabar Radar Tegal kolom Ngresula dan surat kabar Suara Merdeka
kolom Kepriben, dapat disimpulkan bahwa pembaca dalam menyampaikan
masukan, kritikan, komentar, dan keluhannya masih ada yang menggunakan
pilihan bahasa yang kurang santun, sehingga maksud dari pengirim SMS
belum dapat tersampaikan dan dapat menyakiti perasaan atau menyinggung
pihak lain.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis penelitian ini terdapat dua temuan berikut.
5.2 Saran
1. Pembaca surat kabar/penulis SMS hendaknya menggunakan bahasa
yang santun dan memperhatikan prinsip kesantunan, sehingga maksud
penulis dapat tersampaikan tanpa harus menyakiti salah satu pihak.
2. Editor surat kabar terbitan Jawa Tengah hendaknya lebih selektif dalam
memilih wacana SMS.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ke-3.
Jakarta:Balai Pustaka.
Hasnah, Aniqatul. 2010. Kesantunan Tuturan Tokoh Politik dalam Kasus Bank
Century di Media Massa Cetak. Skripsi.Semarang:Unnes.
Hasyanah, Nur. 2008. Kesantunan Tuturan antara Penjual dan Pembeli pada
Transaksi Jual Beli di Pasar Johar Semarang.Skripsi. Semarang:Unnes.
Hidayah, Nur. 2009. Jenis Tindak Tutur dan Pelanggaran Prinsip Kesantunan
dalam Wacana Empat Mata di Trans-7.Skipsi. Semarang:Unnes.
Keraf, Gorys. 1997. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta:PT Gramedia Pustaka
Utama.
1. Honorarium –
2. Bahan dan Peralatan Penelitian
4. Flashdisk Rp150.000,00
5. Catride Hitam Rp225.000,00
6. Alat Tulis 1 set Rp150.000,00
JUMLAH Rp1050.000,00
2. Transportasi
1. Transportasi 3 Peneliti @Rp50.000,00 Rp150.000,00
JUMLAH Rp150.000,00
3. Laporan Penelitian
Jenis Kegiatan Jumlah
1. Pengetikan Laporan Rp250.000,00
2. Pengolahan Data Rp100.000,00
3. Penggandaan dan Penjilidan Rp250.000,00
JUMLAH Rp600.000,00
REKAPITULASI BIAYA PENELITIAN
1. Honorarium Rp 0,00
2. Transportasi Rp 150.000,00
3. Bahan dan Peralatan Rp1.050.000,00
4. Laporan Penelitian Rp 600.000,00
+
JUMLAH Rp1.800.000,00
Lampiran 3
Nomor Data: 100 Sumber Data: Suara Merdeka, Selasa 28 Juni 2011
Kategori Pematuhan Prinsip Kesantunan
Konteks: Pembaca Suara Merdeka mengomentari tindakan
seorang pamong bau.
Tuturan: BUPATI Batang di desa Kumejing sudah ada se
orang pamong bau.bernama Sodikin.kok berani
menjadi saksi orang rapak / cerai padahal se orang
pamong seharus nya.memberi contoh yang baik
pada warganya.kok malah jadi saksi.apa bengkok
nya kurang . Gaji per bulannya kurang padahal
suaminya benar2 masih hidup apalagi masih satu
kampung pak aku mohon pak bupati menindaknya
terima kasih. (6285742951522)
Analisis: Tuturan di atas melanggar prinsip kesantunan bidal
ketimbangrasaan.