Anda di halaman 1dari 46

Bahasa berkembang terus seiring berkembangnya pemikiran pemakaian bahasa.

Karena
pemikiran bahasa berkembang, maka pemakaian kata dan kalimat menjadi berkembang pula.
Perkembangan tersebut dapat berwujud penambahan atau pengurangan. Karena kata dan kalimat
yang mengalami perubahan tersebut, maka dengan sendirinya perubahan maknanya pun berubah.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai perubahan makna.
Ada sebab-sebab dan jenis- jenis perubahan makna yang terjadi menurut beberapa ahli,
diantaranya sebagai berikut :
1.

Menurut Chaer (2002: 132), sebab-sebab perubahan makna terjadi karena:

a.

Perkembangan dalam ilmu teknologi

b.

Perkembangan sosial dan budaya

c.

Perbedaan bidang pemakain

d.

Adanya asosiasi

e.

Pertukaran tanggapan indra

f.

Perbedaan tanggapan indra

g.

Adanya penyingkatan

h.

Proses gramatikal

i.

Pengembangan istilah

Sedangkan jenis-jenis perubahannya, dibagi menjadi:


a.

Meluas

b.

Menyempit

c.

Perubahan total

d.

Penghalusan (Eufemia)

e.

Pengasaran

2.

Menurut Dewa Putu dan Rohmadi (2011: 92), perubahan makna dibagi menjadi :

a.

Perubahan makna meluas

b.

Perubahan makna menyempit

c.

Perubahan makna membaik

d.

Perubahan makna memburuk

3.

Menurut Tarigan

a.

Generalisasi (Perluasan)

b.

Spesialisasi (penyempitan)

c.

Ameliorasi (peninggian)

d.

Peyorasi (penurunan)

e.

Sinestesia (pertukaran)

f.

Asosisasi (persamaan)

4.

Menurut Pateda (2012:168), membagi perubahan makna menjadi :

a.

Perubahan makna dari bahasa daerah ke bahasa indonesia

b.

Perubahan makna akibat perubahan lingkungan

c.

Perubahan makna akibat pertukaran tanggapan indra

d.

Perubahan makna akibat gabungan leksem atau kata

e.

Perubahan makna Akibat tanggapan pemakai bahasa

f.

Perubahan makna akibat asosiasi

g.

Perubahan makna akibat perubahan bentuk

h.

Perluasan makna

i.

Penyempitan makna

j.

Melemahkan makna

k.

Kekaburan makna

5. Menurut Ullman dalam (Sudaryat, 2009:47), ada enam faktor yang memperlancar
perubahan makna, yaitu :
a.

Bahasa itu berkembang

b.

Bahasa bersifat samar

c.

Bahasa bersifat taksa

d.

Bahasa kehilangan motivasi

e.

Bahasa memiliki struktur leksikal, dan

f.

Bahasa bermakna ganda

Sedangkan faktor perubahan makna terjadi akibat:


a.

Faktor lingustik

b.

Faktor historis

c.

Faktor psikologis

d.

Faktor bahasa asing

e.

Faktor kebutuhan leksem baru

Untuk lebih jelasnya, maka akan diuraikan satu persatu mengenai sebab-sebab perubahan dan
jenis-jenis perubahan makna, tentunya ada persamaan antara pendapat yang dikemukakan oleh
para ahli tersebut.
A.

Sebab-sebab perubahan

1.

Perkembangan dalam ilmu teknologi

Perkembangan dalam ilmu dan kemajuan dalam bidang teknologi dapat menyebabkan terjadinya
perubahan makna sebuah kata. Sebagai akibat perkembangan teknologi kita lihat
kata berlayar yang pada awal bermakna perjalanan laut (di air) dengan menggunakan perahu
atau kapal yang digerakan dengan tenaga layar. Walaupun kini kapal-kapal besar tidak lagi
menggunakan layar, tetapi sudah menggunakan mesin, bahkan tenaga nuklir, namun kata
berlayar masih digunakan.
Contoh lain adalah kereta api, walaupun kini, sebagai akibat perkembangan teknologi, sudah
tidak lagi lokomotif bertenaga uap, namun nama kereta api masih digunakan secara umum.
2.

Perkembangan sosial dan budaya

Perkembangan sosial dan budaya dalam masyarakat dapat menyebabkan terjadinya perubahan
makna. Misalnya kata saudara yang bermakna seperut dan satu kandungan. Walaupun kini
kata saudaramasih tetap digunakan dalam mengartikan makna satu kandungan misalnya Saya
mempunyai dua saudara disana. Tetapi digunakan juga untuk menyebut atau menyapa siapa saja
yang dianggap sederajat atau berstatus sosial yang sama. Misalnya : Surat saudara sudah saya
terima
Saudara dilahirkan dimana?

Selain kata saudara, contoh lain juga dapat menyebabkan perubahan makna akibat sosial dan
budaya seperti kata, ibu, bapak, kakak, adik, dan sarjana.
3.

Perbedaan bidang pemakain

Perbedaan bidang pemakaian dalam perubahan makna memiliki maksud bahwa kegiatan
memiliki kosakata tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan makna tertentu dalam
bidang tersebut. Misalnya dalam bidang pertanian, kita kenal kata-kata benih, menggarap,
membajak, menabur, menanam, memupuk, dan hama. Dalam bidang pendidikan, kita kenal
dengan kata murid, guru, ujian, menyalin, menyontek, membaca, menghapal, dan belajar.
Sedangkan dalam bidang pelayaran, kita kenal dengan kata berlabuh, haluan, buritan, nahkoda,
palka, pelabuhan, dan juru mudi.
Kata-kata yang menjadi kosa kata dalam bidang-bidang tertentu itu dalam kehidupan dan
pemakaian sehari-hari bisa saja memiliki makna baru disamping makna aslinya. Misalnya
kata menggarap yang berasal dari bidang pertanian seperti menggarap sawah, tanah
garapan, dan petani garapan. Kini juga digunakan dalam bidang lain misalnya pada
kata menggarap skripsi, menggarap naskah drama, menggarap generasi muda, dan lain
sebagainya yang berarti mengerjakan. Contoh lain adalah membajak, dibajak, pembajak,
bajakan, dan pembajakan yang merupakan ada dalam bidang pertanian, kini juga telah terbiasa
digunakan dalam bidang lainnya yaitu pada kata membajak pesawat terbang, buku
bajakan, dan kaset bajakan.
4.

Pertukaran tanggapan indra

Pertukaran tanggapan indra pada perubahan makna ini yaitu pertukaran tanggapan antara indara
yang satu dengan yang lain. Misalnya pada alat indra lidah kita dapat menangkap rasa pahit,
manis, asin, pedas.Pada kulit kita bisa merasakan rasa dingin, panas, dan sejuk. begitu pula yang
berkenaan dengan cahaya seperti gelap, terang, remang-remang akan ditangkap oleh indera
penglihatan (mata). Dalam kasus ini sering terjadi pertukaran yang seharusnya ditanggap oleh
indra perasa pada lidah, ditukar menjadi indra pendengaran. Contonya kata-katanya pedas sekali.
Contoh lainnya yaitu : Suaranya sedap didengar
Warnanya enak dipandang
5.

Perbedaan tanggapan indra

Setiap unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis telah mempunyai makna leksikal
yang tetap. Namun karena pandangan hidup dan ukuran dalam norma kehidupan dimasyarakat,
maka banyak kata yang menjadi memiliki nilai rasa yang rendah, kurang menyenangkan.
Disamping itu ada juga yang menjadi memiliki nilai rasa yang tinggi atau mengenakan. Katakata yang nilainya rendah ini lazim disebut peyoratif, sedangkan yang nilainya naik menjadi
tinggi disebut amelioratif. Misalnya kata bini dengan istri. Bini lebih dianggap peyoratif,

sedangkan istri dianggap amelioratif. Begitu juga dengan kata bang dan bung, jambandan kakus
atau WC.

6.

Adanya penyingkatan

Dalam bahasa indonesia ada sejumlah kata atau ungkapan yang karena sering digunakan, maka
kemudian tanpa diucapkan atau dituliskan secara keseluruhan orang sudah mengerti maksudnya.
Oleh karena itu, maka kemudian orang lebih banyak menggunakan singkatan saja dari pada
menggunakan kata utuhnya. Misalnya pada kaliamt Ayahnya meninggal tentu saja maksdunya
meninggal dunia. Contoh lain yaitu pada kalimat Ibu pergi ke Bali dengan garuda. Tentu yang
dimaksud dengan garuda bukan lah burung, akan tetapi maksudnya yaitu naik pesawat terbang
dari
perusahaan
penerbangan
garuda.
Begitu
juga perpuslazim
untuk
menyebutkan perpustakaan, lab lazim untuk menyebutkan laboratorium, Dok lazim untuk
menyebutkan dokter, let maksudnya letnan, satpam maksudnya satuan
pengamanan, mendikbud untukmenteri pendidikan dan kebudayaan.
Kasus penyingakatn ini bukanlah peristiwa perubahan makna yang terjadi sebab makna atau
konsep itu tetap. Yang terjadi adalah perubahan bentuk kata, kata yang semula berbentuk utuh
disingkat menjadi bentuk tidak utuh yang pendek.
7.

Pengembangan istilah

Salah satu upaya dalam pengembangan istilah ini lebih memanfaatkan kosa kata bahasa
indonesia yang ada dengan jalan memberi makna baru, entah dengan menyempitkan makna kata
tersebut, meluas, ataupun memberi arti baru sama sekali. Misalnya kata papan yang
bermakna lempengan kayu tipis, tapi kini diangkat menjadi istilah untuk perumahan. Begitu juga
kata sandang yang bermula bermakna selendang,tapi kini bermakna pakaian.
8.

Perubahan makna dari bahasa daerah ke bahasa indonesia

kita mengetahui bahasa Indonesia terdapat tiga kelompok, yaitu bahasa daerah, bahasa indonesia,
dan bahasa asing. Perubahan makna dari bahasa daerah ke bahasa indonesia misalnya
kata seni. Seni dalam KBBI bermakna (i) keahlian membuat karya yang bermutu tinggi. (ii)
karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa. Namun bagi masyarakat Melayu
kata seni dihubungkan dengan air seni yang berarti air kencing, dalam bahasa melayu
mengalami perubahan makna, sebab dalam bahasa indonesia senidihubungkan dengan seni
musik, seni lukis, seni tari yang lebih kepada hasil karya yang bemutu tinggi.
Contoh lain adalah kata butuh, dalam masyarakat Palembang, kata butuh bermakna sebagai alat
kelamin laki-laki. Namun dalam bahasa indonesia kata butuh berarti diperlukan. Begitu juga

dengan katatele, dalam masyarakat Gorontalo tele bermakna alat kelamin perempuan. Sedangkan
dalam bahasa indonesia dikenal kata bertele-tele, yang bermakna berlama-lama. Dari contoh
tersebut ada perubahan dari bahsa daerah ke bahasa indonesia. Makna dari bahasa daerah
bermakna X, tetapi dalam bahasa indonesia bermakna Y. Dalam hal ini masyarakat indonesia
tidak merasa geli ketika memakai kata itu sebab ia tidak mengetahui maksud asal.
9.

Perubahan makna akibat perubahan lingkungan

Lingkungan masyarakat dapat menyebabkan perubahan makna. Bahasa yang digunakan dalam
masyarakat tertentu belum tentu maknanya sama dengan masyarakat yang lain. Misalnya
kata cetak. Perhatikan contoh berikut :
-

Buku itu dicetak di Rineka Cipta, Jakarta.

Cetakan batu bata itu besar-besar

Pemerintah menggiatkan pencetakan sawah baru bagi petani.

Ali mencetak lima gol dalam pertandingan itu.

Leksem cetak pada contoh diatas memperlihatkan makna yang berbeda karena lingkungan yang
berbeda. Dengan kata lain, makna berubah jika terjadi lingkungan pemakaian. Contoh lain yaitu
katasumber, salin, langganan, operasi, dll.
10. Perubahan makna akibat gabungan leksem atau kata
Perubahan makna akibat gabungan leksem atau kata kita bisa ambil contohnya yaitu pada kata
surat. Kata surat ternyata dapat digabungkan dengan kata yang lain dan tentu maknanya akan
berubah. Kita mengenal dengan surat jalan, surat jual beli, surat kaleng, surat keterangan, surat
perintah, surat sakit, dan surat permohonan.
11. Perubahan makna akibat perubahan bentuk
perubahan bentuk pada suatu leksem akan terjadi perubahan makna pula. Misalnya leksem
lompat. Dari leksem lompat dapat diturunkan kata menjadi berlompatan, pelompat, terlompat.
Berlompat-lompat, dilompati. Bentuk kata berlompatan tidak sama dengan bentuk
kata melompat. Maknaberlompatan bermakna banyak orang atau sesuatu yang melompat dari
satu tempat ke tempat yang lain. Sedangkan berlompat-lompat bermakna melakukan pekerjaan
melompat secara berulang-ulang.

Menurut Ullman dalam (Sudaryat, 2009:47), ada enam faktor yang memperlancar perubahan
makna, yaitu :
1.

Bahasa itu berkembang

Bahasa berkembang dari satu masa ke masa, perubahan bahasa karena perjalanan waktu dapat
terjadi dalam bentuk maupun maknanya. Misalnya kata wanita yang berkonotasi tinggi berasal
dari kata betinayang berkonotasi rendah untuk binatang.
2.

Bahasa bersifat samar

Makna kata dalam suatu bahasa berubah karena dalam bahasa terdapat bentuk samar. Misalnya
kataanu dan yang itu dalam kalimat Man, anunya sudah diambil? dan kalimat yang itu mas,
yang itu!!. Samar atau kabur maksud yang dikandung oleh kedua bentuk bahasa di atas
menimbulkan perubahan makna. Perubahan itu bisa muncul karena mitra tutur memberikan
tafsiran yang berbeda dengan maksud si penutur.
3.

Bahasa kehilangan motivasi

Perkembangan kajian bahasa di Yunani membedakan dua pandangan tentang makna, yakni
pandangan naturalistik dan pandangan konvensionalistik. Pandangan naturalistik beranggapan
bahwa antara bunyi dan makna memiliki hubungan. Misalnya kata tokek, muncul akibat ada
binatang yang berbunyi tokek. Kata seperti itu disebut kata yang memiliki dasar (motivasi) atau
gelaja onomatope.
Suatu kata kadang-kadang kehilangan motivasi atau tidak diketahui asal-usul bentuk dan
bunyinya. Jika terjadi demikian, kata itu mudah berubah. Misalnya kata buah dalam
ungkapan buah baju sudah kehilangan motivasi. Hal ini sesuai dengan pandangan
konvensionalistik bahwa hubungan antara bunyi dan maknanya bersifat konvensasional atau
sesuai dengan perjanjian sosial. Dengan kata lain, tidak ada hubungan langsung antara bunyi dan
maknanya.
4.

Bahasa memiliki struktur leksikal

Struktur leksikal adalah berbagai hubungan makna dalam leksikon atau kosakata seperti
sinonimi, antonimi, homonimi, dan polisemi. Akibat adanya struktur leksikal, makna dalam
suatu bahasa akan mudah berubah. Contohnya buku, pukul, dan bisa pada kasus homonimi.
5.

Bahasa bermakna ganda

Istilah makna ganda atau aneka makna lazimnya disebut polisemi. Kata-kata yang bermakna
ganda atau berpolisemi jika dipakai dalam kalimat akan mempermudah perubahan makna,
karena tafsiran yang berbeda dari mitra tuturnya.

B. Jenis Perubahan Makna


1.

Meluas (Generalisasi)

Makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya
hanya memiliki sebuah makna, tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki maknamakna lain (Chaer, 2009:140). Kemudian, menurut Tarigan (2009: 79), generalisasi atau
perluasan adalah suatu proses perubahan makna kata dari yang lebih khusus kepada yang lebih
umum, atau dari yang lebih sempit kepada yang lebih luas. Sedangkan menurut Sudaryat
(2009:51), generalisasi atau perluasan makna adalah proses perubahan makna kata dari makna
yang khusus (sempit) menjadi makna yang luas (umum).
Berdasarkan pengamatan, meluasnya komponen makna sebuah kata dapat pula disebabkan oleh
rendahnya frekuensi penggunaan sebuah kata. Makna kata yang jarang digunakan ini kemudian
dipindahkan kepada bentuk imbangannya yang frekuensi pemakaiannya lebih tinggi. Misalnya,
kata mahasiswa dan katasiswa dalam pemakaian bahasa Indonesia sekarang ini tidak hanya
mengacu kepada mahasiswa atau pelajar yang berjenis kelamin pria, tetapi juga pelajar yang
berjenis kelamin wanita, sehubungan dengan semakin rendahnya frekuensi pemakaian kata
mahasiswa dan siswi.
Contoh lain perluasan makna adalah kakak, ibu, adik, dan bapak.
Kakak yang sebenarnya bermakna saudara sekandung yang lebih tua, meluas maknanya menjadi
siapa saja yang pantas dianggap atau disebut sebagai saudara sekandung yang lebih tua. Begitu
pula dengan adikyang bermakna sebenarnya adalah saudara sekandung yang lebih muda, meluas
menjadi siapa saja yang pantas dianggap atau disebut sebagai saudara sekandung yang lebih
muda.
2.

Menyempit (Spesialisasi)

Menurut Chaer (2009:142), yang dimaksud dengan perubahan menyempit adalah gejala yang
terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian
berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja. Selanjutnya, menurut Tarigan
(2009:81), proses spesialisasi atau pengkhususan penyempitan mengacu kepada suatu perubahan
yang mengakibatkan makna kata menjadi lebih khusus atau lebih sempit dalam aplikasinya.
Sedangkan, menurut Sudaryat (2009:52), spesifikasi atau penyempitan makna adalah proses
perubahan makna kata dari makna yang baik (tinggi) menjadi makna yang khusus (sempit).
Sebagai contoh kata motor di dalam bahasa aslinya menunjukkan pada semua alat penggerak. Di
dalam bahasa Indonesia, kata ini kemudian mengalami penyempitan makna, yakni sepeda motor.
Selanjutnya katakitab yang berasal dari bahasa arab semula bermakna semua jenis buku. Pada
saat sekarang ini, kata kitabhanya digunakan untuk menunjuk buku-buku suci atau buku-buku
keagamaan. Kata sarjana yang pada mulanya berarti orang pandai atau cendekiawan, kemudian

hanya berarti orang yang lulus dari perguruan tinggi, seperti tampak pada sarjana sastra, sarjana
ekonomi, dan sarjana hukum.
3.

Perubahan Makna Perubahan Total

Menurut Chaer (2009:142), yang dimaksud dengan perubahan total adalah berubahnya sama
sekali makna sebuah kata dan makna asalnya. Memang ada kemungkinan makna yang dimiliki
sekarang masih ada sangkut pautnya dengan makna asal, tetapi sangkut pautnya ini tampaknya
sudah jauh sekali.
Sebagai contoh kata ceramah pada mula berarti cerewet atau banyak cakap, tetapi kini berarti
pidato atau uraian mengenai suatu hal yang disampaikan di depan orang banyak. Kemudian,
kata pena pada mulanya berarti bulu. Kini maknanya sudah berubah total karena kata pena
berarti alat tulis yang menggunakan tinta. Memang sejarahnya ada, yaitu dulu orang menulis
dengan tinta menggunakan bulu ayam atau bulu angsa sebagai alatnya.
4.

Membaik (Ameliorasi)

Perubahan makna membaik di sebut juga dengan ameliorasi atau amelioratif. Kata ameliorasi
berasal dari bahasa latin melior atau lebih baik, berarti membuat menjadi lebih baik, lebih
tinggi, lebih anggun, lebih halus. Dengan kata lain amelioratif mengacu kepada peningkatan
makna kata; makna baru dianggap lebih baik atau lebih tinggi nilainya dibanding makna dulu
(Tarigan, 2009:83). Menurut Putu (2011:94), proses amelioratif adalah kata-kata yang semula
memiliki makna berdenotasi buruk di dalam perkembangannya atau pertumbuhan bahasa kadang
dapat diubah menjadi baik.
Perubahan makna membaik ini hampir sama dengan perubahan makna penghalusan disebut juga
eufemia merupakan gejala yang ditampilkannya kata-kata atau bentuk-bentuk yang dianggap
memiliki makna yang lebih halus, lebih sopan daripada yang akan digantikan. Kecenderungan
untuk menghaluskan makna kata tampaknya merupakan gejala umum dalam masyarakat bahasa
Indonesia (Chaer, 2009:143). Menurut Sudaryat (2009:52), ameliorasi atau peninggian makna
adalah proses perubahan makna dari makna yang kurang baik (rendah) menjadi makna yang
lebih baik (tinggi).
Kata wanita semula berasal dari bahasa Sansekerta Vanita yang maknanya sama
denganperempuan. Akan tetapi, di dalam perkembangannya kata ini mengalami proses
perubahan makna yang membaik, sedangkan kata perempuan mengalami perubahan makna yang
memburuk. Sebagai contoh lain, yaitu kata istri lebih baik, lebih hormat daripada bini;
kata melahirkan lebih baik, lebih hormat daripadaberanak; kata meninggal dunia lebih baik,
lebih hormat daripada mati; dan lain sebagainya.
5.

Memburuk (Peyorasi)

Perubahan makna memburuk disebut juga peyorasi atau peyoratif. Kata peyorasi berasal dari
bahasa Latin pejor yang berarti jelek, buruk. Peyorasi adalah suatu proses perubahan makna
kata menjadi lebih jelek atau lebih rendah daripada makna semula (Tarigan, 2009: 85).
Sedangkan menurut Sudaryat (2009:52), peyorasi atau penurunan makna adalah proses
perubahan makna yang baik (tinggi) menjadi makna yang kurang baik (rendah). Hampir sama
dengan perubahan makna pengasaran yang disebut juga disfemia. Pengasaran merupakan usaha
untuk menggantikan kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang
maknanya kasar. Usaha atau gejala pengasaran ini biasanya dilakukan orang dalam situasi yang
tidak ramah atau untuk menunjukkan kejengkelan.
Berlawanan
dengan
perkembangan
makna
kata wanita,
perkembangan
makna
kata perempuanmengalami perubahan yang memburuk. Kata perempuan pada masa yang lalu
memiliki nilai rasa netral. Kataperempuan pada zaman dahulu sering digunakan untuk menamai
gerakan, perkumpulan, atau organisasi-organisasi masa. Pada masa sekarang, sehubungan
dengan adanya perubahan yang memburuk itu, kata ini diganti dengan kata wanita. Saat ini,
tidak ada organisasi atau kesatuan kewanitaan yang menggunakan kata perempuan, tetapi
menggunakan kata wanita. Sebagai contoh, Ikatan Sarjana Wanita Indonesia, Polisi Wanita,
Wanita Angkatan Udara, dan lain sebagainya. Contoh lain kata yang memburuk adalah
kata pelacurdirasakan lebih kasar daripada wanita tunasusila, kata bunting dirasa lebih kasar
daripada hamil, katapenjara dirasa lebih kasar daripada lembaga permasyarakatan, dan lain-lain.
Sebagai contoh lain, kata atau ungkapan masuk kotak dipakai untuk mengganti kata kalah seperti
dalam kalimat Liem Swie King sudah masuk kotak; kata mencaplok dipakai untuk menggantikan
katamengambil dengan begitu saja, seperti dalam kalimat Dengan seenaknya Israel mencaplok
wilayah Mesir; kata menjebloskan yang dipakai untuk mengganti kata memasukkan, seperti
dalam kalimat Polisi menjebloskannya ke dalam sel.
Tetapi banyak juga kata yang sebenarnya kasar yang sengaja digunakan untuk memberikan
tekanan tetapi tanpa terasa kekasarannya. Misalnya kata menggondol yang biasanya dipakai
untuk binatang seperti Anjing menggondol tulang; tetapi digunakan seperti dalam
kalimat Akhirnya regu bulu tangkis kita berhasil menggondol piala Thomas Cup.
6.

Pertukaran Makna (Sintesia)

Menurut Sudaryat (2009:53), pertukaran makna adalah proses perubahan makna yang terjadi
sebagai akibat pertukaran tanggapan antara dua indera yang berbeda. Selanjutnya menurut
Tarigan (2009:88), sintesia adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat pertukaran tanggapan
antara dua indera yang berbeda.
Sebagai contoh dalam kalimat berikut.
a)

Suaranya sedap betul didengar

b)

Namanya sudah harum

Dari kedua contoh kalimat tersebut kata sedap dan harum itu merupakan tanggapan dari suatu
indera. Kata sedap dari indera perasa sedangkan kata harum dari indera pencium. Tetapi, pada
kalimat di atas dipakai sebagai tanggapan indera pendengaran.
7.

Persamaan Makna (Asosiasi)

Persamaan makna adalah proses perubahan makna yang terjadi akibat persamaan sifat antara dua
kata atau lebih (Sudaryat, 2009:53). Menurut Tarigan (2009:90), asosiasi adalah perubahan
makna yang terjadi sebagai akibat persamaan sifat.
Sebagai contoh dalam kalimat berikut.
a)

Jika ingin mudah bekerja harus memakai amplop.

b)

Saya naik Garuda ke Surabaya.

Kata amplop yang terdapat dalam kalimat pertama itu berasosiasikan dengan uang sogokan,
sedangkan kata garuda (yang bermakna sebangsa burung elang besar) diasosiasikan
dengan pesawat udara atau kapal terbang.
8.

Penggantian makna (Metonimia)

Penggantian makna adalah proses perubahan makna yang terjadi karena hubungan yang erat
antara kata-kata yang terlibat dalam suatu lingkungan makna yang sama. Metonimia
diklasifikasikan berdasarkan tempat, waktu, isi, kulit, sebab-akibat, dan sebagainya (Sudaryat,
2009:53).
Sebagai contoh, (a) Istana merdeka mengganti Presiden RI, (b) Ohm, ampere, watt mengganti
istilah dalam elektroik.

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Mansoer, Pateda. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.


Sudaryat, Yayat. 2009. Makna Dalam
Pragmatik. Bandung: CV. Yrama Widya.

Wacana

Prinsip-prinsip

Semantik

dan

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.


Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2011. Semantik Teori dan Analisis. Surakarta:
Yuma Pustaka.

1. Pendahuluan
Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari makna bahasa. Menurut Chaer (1990:
2) semantik adalah bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam
bahasa. Objek yang dibahas oleh semantik mencakup keseluruhan makna yang terkandung dalam
bahasa. Seperti yang dikemukakan oleh Nikelas (1988) dalam Ainin dan Asrori (2008), bahwa
objek semantik adalah telaah tentang makna yang mencakup lambang-lambang atau tanda-tanda
yang menyatakan makna, hubungan makna, yang satu dengan yang lainnya serta pengaruh
makna terhadap manusia dan masyarakat pengguna bahasa.
Makna dapat dibicarakan dari dua pendekatan, yakni pendekatan analitik dan atau referensial dan
pendekatan operasional (Pateda, 1985: 48). Dalam makalah ini penulis akan membahas
mengenai pendekatan analitik menggunakan teori medan makna dan teori komponensial.
2. Medan Makna
Pembahasan mengenai medan makna meliputi beberapa substansi yakni pengertian medan
makna, fungsi teori medan makna, hubungan sintagmatik, hubungan paradigmatik, identifikasi
kata berada pada satu medan makna, dan kelebihan serta kelemahan teori makna. Penjelasan
mengenai substansi- substansi medan makna sebagai berikut.

A. Pengertian medan makna


Medan makna merupakan salah satu metode atau pendekatan untuk menganalisa makna yang
terdapat pada kata atau unsur leksikal. Teori ini dikemukakan oleh Trier (semantic field: 1931),
Lounsbury (lexical field:1956), dan pakar-pakar linguistik lainnya dengan sebutan yang berbedabeda. Hartimurti (1982) dalam Chaer (1990: 113) menyatakan bahwa medan makna (semantic
field, domain) adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari
bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu yang direalisasikan seperangkat
unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Menurut Umar (1982) dalam Ainin dan Asrori
(2008:108), medan makna (al-haqlu ad-dillali) merupakan seperangkat atau kumpulan kata yang
maknanya saling berkaitan.
Teori ini menegaskan bahwa agar kita memahami makna suatu kata, maka kita harus memahami
pula sekumpulan kosa kata yang maknanya berhubungan. Berdasar pada penjelasan di atas kita
dapat mengambil contoh nama warna-warna, nama-nama perabot, atau nama-nama istilah
pelayaran yang dapat membentuk medan makna tertentu.
Dalam kaitannya dengan medan makna ini, para pencetus teori ini, Lyon misalnya berpendapat
bahwa:
1. Setiap butir leksikal hanya ada pada satu medan makna.
2. Tidak ada butir leksikal yang tidak menjadi anggota pada medan makna tertentu.
3. Tidak ada alas an untuk mengabaikan konteks.
4. Ketidakmungkinan

kajian

terhadap

kosa

kata

terlepas

dari

struktur

(Umar,

(1982) dalam Ainin dan Asrori (2008:107).


Dalam bahasa Arab, kata alwan mempunyai sederetan kata yang maknanya berhubungan, yaitu
ahmar merah, azraq biru, ashfar kuning, ahdlar hijau, dan abyadl putih. Kita juga
mengenal istilah kekerabatan pada bahasa Indonesia, misalnya anak, cucu, cicit, piut,
bapak/ayah, ibu, kakek, nenek, moyang, buyut, paman, bibi, saudara, kakak, adik, sepupu,
kemenakan, istri, suami, ipar, mertua, menantu, dan besan (Chaer, 2002).
Beberapa contoh identifikasai medan makna dalam bahasa Arab yang dikemukakan (Umar,
(1982) dalam Ainin dan Asrori (2008:108).
- - - .1
- - .2
- - - .3
B. Hubungan Sintagmatik dan Paradigmatik
Kata- kata yang berada dalam satu lingkup medan makna memiliki sebuah hubungan. Hubungan
tersebut dapat berupa hubungan sintagmatik ataupun hubungan paradigmatik. Hubungan
sintagmatik juga dapat disebut dengan hubungan kolokasi. Kolokasi sendiri berasal dari bahasa

latin colloco yang berarti ada ditempat sama dengan (Chaer, 1990). Hubungan makna ini juga
disebut

hubungan in

prasentia (Kridalaksana

(1984)

dalam Ainin

dan

Asrori,

2008:

109). Misalkan saja, kata-kata dokter, perawat, jarum suntik, dan bangsal. Kata-kata tersebut
berada dalam satu kolokasi atau satu ruang lingkup yaitu pembicaraan mengenai rumah sakit.
Contoh lain, kata-kata dosen, mahasiswa, kampus, dan mata kuliah berkolokasi dalam
pembicaraan mengenai perkuliahan.
Dalam pembagian mengenai jenis makna juga terdapat jenis makna kolokasi. Makna kolokasi ini
adalah makna kata dalam kaitannya dengan kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam
sebuah kontruksi atau lingkungan kebahasaan(Ainin dan Asrori, 2008: 49). Contohnya cantik
dan tampan. Keduanya adalah dua kata yang berada dalam satu lingkup bahasa karena samasama menunjukkan keindahan. Namun, dua kata tersebut tidak bisa digabungkan dengan masingmasing pasangan dari dua kata tersebut. Pasangan cantik adalah perempuan sedangkan tampan
adalah pasangan laki-laki. Maka tidak bisa dikatakan laki-laki cantik dan perempuan tampan.
Berkaitan dengan hubungan sintagmatik ini, Umar (1982) dalam Ainin dan Asrori (2008)
memberikan contoh- contoh berikut.
- - -
- - -
pada beberapa contoh di atas dapat kita pelajari bahwa masing- masing dari pasangan kata di atas
tidak bisa disandingkan dengan pasangan yang lain. Seperti- tidak mungkin .
Sementara itu hubungan paradigmatis juga disebut dengan hubungan set. Yakni kata-kata yang
berda dalam satu set dan dapat saling menggantikan (Chaer, 1990: 117). Hubungan makna ini
juga disebut hubungan in absentia (Kridalaksana (1984) dalam Ainin dan Asrori, 2008:
110). Dalam bahasa Arab, hubungan paradigmatik dapat kita lihat pada kalimat berikut.
) / / (
) / (
Berdasakan pada beberapa contoh di atas dapat kita pahami bahwa kata - - adareb dalam satu medan makna yang memiliki hubungan makna dan tidak terikat.
Kata bisa saja berpasangan dengan , ataupun .
C. Identifikasi kata berada pada satu medan makna
Cara mengidentifikasi makna menggunakan teori medan makna sebagai berikut.
i.

Tentukan kata yang akan diidentifikasi. Misalnya surat.

ii.

Hubungkan dengan kata-kata yang lain. Misalnya tukang pos, prangko, dan
wesel.

iii.

Simpulkan medan makna. Misalnya, pembicaraan kantor pos.

Maka, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kata surat,tukang pos, prangko, dan wesel
berada pada satu medan makna yaitu pembicaraan mengenai kantor pos.
D. Kelebihan dan Kelemahan serta fungsi Teori Makna
Umar (1982) dalam Ainin dan Asrori (2008:108) menyatakan agar kita dapat memahami makna
suatu kata, maka kita harus memahami pula sekumpulan kosa kata yang maknanya berhubungan.
Oleh karena itu teori medan makna tidak hanya membantu kita untuk memahami makna suatu
kata, namun juga memahami kata-kata lain yang berhubungan dengan kata tersebut. Maka
pemahaman kita mengenai kata-kata tersebut lebih luas.
Namun teori medan juga memiliki kelemahan karena tidak adanya upaya bagaimana
mengidentifikasi ciri atau sifat yang lebih terperinci mengenai suatu kata. Teori medan makna
hanya sebatas membantu kita untuk menggolongkan kata tersebut sehingga mengerti ruang
lingkupnya.
2. Analisis Komponensial
Pembahasan mengenai analisis komponensial meliputi beberapa substansi yakni pengertian
analisis komponensial, fungsi teori analisis komponensial, cara menganalisis kata melalui
analisis komponensial, serta kelebihan analisis komponensial. Penjelasan mengenai substansisubstansi analisis komponensial sebagai berikut.
1. Pengertian Analisis Komponensial
Analisis komponensial adalah teori analisis makna yang menggunakan pendekatan melalui
komponen-komponen makna. Pendekatan analisis komponensial ini berdasarkan kepada
kepercayaan bahwa makna kata dapat dipecah-pecah menjadi elemen-elemen makna yang
merupakan ciri makna yang bersangkutan. Elemen-elemen itu disebut komponen makna, oleh
karena itu analisis ini disebut analisis komponensial (Kentjono, 1990: 82).
Analisis ini dapat dipergunakan untuk mendeskripsikan tata hubungan antar butir leksikal dalam
sebuah medan makna atau mendeskripsikan sistem dan struktur medan leksikal (Wedhawati
(1999) dalam Ainin dan Asrori, 2008: 110). Oleh karena itu cara ini lebih tepat dipakai untuk
memerikan makna leksikon. Makna suatu leksikon dapat diungkap bila unsur-unsur pemberi
makna bisa diungkapkan.
Kentjono (1990: 83) memberikan contoh komponen makna yang disusun dan digambarkan
dengan diagram seperti berikut.
dewasa kawin
manusia anak-anak belumkawin
bernyawa hewan
benda tidak bernyawa
2. Cara Menganalisis Kata Melalui Analisis Komponensial

Adapun unsur-unsur untuk menemukan kandungan makna kata, kita dapat mengikuti
prosedur seperti yang dikemukakan oleh J.D Parera (2004 :159) sebagai berikut:
A. Pilihlah perangkat kata yang secara intuitif kita perkirakan berhubungan.
B. Temukanlah analogi-analogi di antara kata-kata yang seperangkat itu.
C. Cirikanlah komponen semantik atau komposisi atas dasar analogi-analogi tadi.
Sebagai contoh biasanya dipilih perangkat kata yang menunjukkan atau berhubungan dengan
nasabah keluarga. Ambillah perangkat kata pria, wanita, putra, dan putri. Satu analogi dapat
dibentuk dari perangkat ini tergambar seperti di bawah ini:

Jika analisis kita benar, maka perbedaan didalam 2 subperangkat kata itu pertama adalah seks.
pria dan putra dikatakan +jantan, wanita dan putri dikatakan jantan. Keempat kata itu
cocok dengan analogi kedua dapat digambarkan sebagai berikut:

Analogi kedua yang menunjukkan perbedaan antara perangkat nasabah sejenis kelamin ini ialah
kedewasaan. pria dan wanita secara intuitif adalah +dewasa sedangkan putra dan putri
dewasa. Hasil analisis komponen semantik akan berbentuk sebagai berikut:

2. Kelemahan dan Kelebihan serta Fungsi Teori Analisis Komponensial


Dengan melakukan analisis komponensial kita bisa mengidentifikasi atau memerikan makna
bahasa, juga

bisa membedakan

makna suatu

kata dengan

makna lain,

misalnya

membedakan wanita dari laki-laki, atau putri. Supaya makna kata dapat diperikan, sebanyak
mungkin harus ditampilkan. Makin banyak fitur yang ditampilkan, makin jelas makna kata yang
dimaksud.
Parera (2004: 161) mengungkapkan beberapa manfaat teori analisis komponensial yaitu dapat
mengetahui benar dan tidaknya kalimat, dan beberapa kalimat bersifat anomali. Selain itu,
Komponen makna juga berguna untuk perumusan makna dalam kamus dan untuk menentukan
apakah kalimat yang digunakan dapat diterima atau tidak secara semantik. Analisis ini dalam
kajian semantik leksikal tentu cukup menonjol mengingat manfaatnya yang cukup beragam
dalam mengkaji makna kata dan hubungan makna antarkata dalam suatu bahasa.
Di suatu sisi, analisis komponensial memiliki kelebihan sebagaimana yang telah disebutkan, tapi
di sisi lain, analisis komponensial memiliki kelemahan. Menurut Wahab (1999) dalam Ainin dan
Asrori (2008: 110), kelemahan analisis ini terletak pada kemungkinan pemberian fitur yang sama

untuk kata yang sebenarnya bersifat antonimi timbal balik yaitu oposisi makna kata ynag bersifat
resiprokal. Misalnya, kata jual dan beli. Kelemahan lain dari analisis komponensial adalah
adanya kesulitan untuk memberikan fitur-fitur secara lengkap untuk kata-kata yang digunakan
sebagai fitur.
DAFTAR RUJUKAN
Ainin, Moch dan Asrori, Imam. 2008.Semantik Bahasa Arab. Malang: FS UM.
Chaer, Abdul. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Kentjono, Djoko. 1990. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta: FS UI.
Pateda, Mansoer. 1985. Senantik Leksikal. Manado: Nusa Indah.
Parera, J.D. 2004. Teori Linguistik. Jakarta: Erlangga.

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Pendidikan Bahasa Indonesia sekarang ini dapat diibaratkan seperti mobil tua yang mesinnya
rewel dan sedang melintasi jalur lalu lintas di jalan bebas hambatan. Betapa tidak, pada satu sisi
dunia pendidikan Bahasa Indonesia saat ini dirundung masalah yang besar dan pada sisi lain
tantangan menghadapi milenium ketiga semakin besar. Dari aspek kualitas, pendidikan Bahasa
Indonesia kita memang sungguh sangat memprihatinkan dibandingkan dengan kualitas
pendidikan bangsa lain.
Sejalan dengan berkembangnya zaman perkembangan bahasa pun juga ikut berkembang dan
mengalami pergeseran-pergeseran makna. Pergeseran makna bahasa memang tidak dapat
dihindari, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang nantinya akan di bahas secara mendalam
di dalam pembahasan.
Atas dasar itu, tidak mengherankan dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia muncul
berbagai kata yang memiliki banyak makna baru. Meski demikian makna yang melekat terlebih
dahulu tidak serta merta hilang begitu saja. Perubahan makna suatu kata yang terjadi, terkadang
hampir tidak disadari oleh pengguna bahasa itu sendiri. Untuk itu perlu bagi kita mengetahui dan
memahami ilmu kebahasaan secara utuh.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:


1. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan Semantik?
2. Apa saja yang termasuk dalam semantik ?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi semantik ?
C. Pemecahan Masalah
Adapun pemecahan masalahnya antara lain :
1.Memperdalam pengetahuan tentang semantik.
2.Membaca buku tentang semantik.
3.Menjadikan semantic sebagai budaya dalam berbahasa.
D. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui dan mengerti apa semantik.
2. Mengetahui apa saja yang termasuk semantik.
3. Mengetahui Faktor apa saja yang mempengaruhi semantik.

E. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini antara lain:
1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca.
2. Memahami tentang semantik .
3. Memotivasi guru atau calon pendidik untuk lebih memahami perkembangan bahas

BAB II
SEMANTIK

A. Pengertian Semantik
Kata semantik sebenarnya merupakan istilah teknis yang mengacu pada studi tentang
makna. Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda)
yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti
menandaiataumelambangkan. Yang dimaksud tanda atau lambang disini adalah tanda-tanda
linguistik (Perancis : sign linguistique).
Menurut Ferdinan de Saussure (1966), tanda lingustik terdiri dari :
1)Komponen yang menggantikan, yang berwujud bunyi bahasa.
2)Komponen yang diartikan atau makna dari komopnen pertama.
Kedua komponen ini adalah tanda atau lambang, dan sedangkan yang ditandai ataudilambangkan
adaah sesuatu yang berada di luar bahasa, atau yang lazim disebut sebagai referent/ acuan / hal
yang ditunjuk.
Jadi, Ilmu Semantik adalah :
-Ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yangditandainya.
-Ilmu tentang makna atau arti.
Pandangan yang bermacam-macam dari para ahli mejadikan para ahli memiliki perbedaan dalam
mengartikan semantik. Pengertian semantik yang berbeda-beda tersebut justru diharapkan dapat
mngembangkan disiplin ilmu linguistik yang amat luas cakupannya.
1. Charles Morrist
Mengemukakan bahwa semantik menelaah hubungan-hubungan tanda-tanda dengan objekobjek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut.
2. J.W.M Verhaar; 1981:9
Mengemukakan bahwa semantik (inggris: semantics) berarti teori makna atau teori arti, yakni
cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti.
3. Lehrer; 1974: 1

Semantik adalah studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang
sangat luas, karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat
dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan antropologi.
4. Kambartel (dalam Bauerk, 1979: 195)
Semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakan makna apabila
dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia.
5. Ensiklopedia britanika (Encyclopedia Britanica, vol.20, 1996: 313)
Semantik adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan
proses mental atau simbol dalam aktifitas bicara.
6. Dr. Mansoer pateda
Semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna.
7. Abdul Chaer
Semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti. Yaitu salah satu dari 3 (tiga) tataran
analisis bahasa (fonologi, gramatikal dan semantik).
Pandangan semantik kemudian berbeda dengan pandangan sebelumnya, setelah karya de
Saussure ini muncul. Perbedaan pandangan tersebut antara lain:
1. Pandangan historis mulai ditinggalkan
2. Perhatian mulai ditinggalkan pada struktur di dalam kosa kata,
3. Semantik mulai dipengaruhi stilistika
4. Studi semantik terarah pada bahasa tertentu (tidak bersifat umum lagi)
5. Hubungan antara bahasa dan pikira mulai dipelajari, karena bahasa merupakan kekuatan yang
menetukan dan mengarahkan pikiran (perhatian perkembangan dari ide ini terhadap SapirWhorf,
1956-Bahasa cermin bangsa).
6. Semantik telah melepaskan diri dari filsafat, tetapi tidak berarti filsafat tidak membantu
perkembangan semantik (perhatikan pula akan adanya semantik filosofis yang merupakan
cabang logika simbolis.
Pada tahun 1923 muncul buku The Meaning of Meaning karya Ogden & Richards yang
menekankan hubungan tiga unsur dasar, yakni thought of reference (pikiran) sebagai unsur
yang menghadirkan makna tertentu yang memiliki hubungan signifikan dengan referent(acuan).
Pikiran memiliki hubungan langsung dengan symbol (lambang). Lambang tidak memiliki

hubungan langsung dengan symbol (lambang). Lambang tidak memiliki hubungan yang arbitrer.
Sehubungan dengan meaning, para pakar semantik biasa menetukan fakta bahwa asal kata
meaning(nomina) dari to mean (verba), di dalamnya banyak mengandung meaning yang
berbeda-beda. Leech (1974) menyatakan bahwa ahli-ahli semantik sering tidak wajar
memikirkanthe meaning of meaning yang diperlukan untuk pengantar studi semantik. Mereka
sebenarnya cenderung menerangkan semantik dalam hubungannya dengan ilmu lain; para ahli
sendiri masih memperdebatkan bahwa makna bahasa tidak dapat dimengerti atau tidak dapat
dikembangkan kecuali dalam makna nonlinguistik.
A.Batasan Ilmu Semantik
Istilah Semantik lebih umum digunakan dalam studi ingustik daripada istilah untuk ilmumakna
lainnya,seperti Semiotika, semiologi, semasiologi, sememik, dan semik.Ini dikarenakanistilahistilah yang lainnya itu mempunyai cakupan objek yang cukup luas,yakni mencakupmakna tanda
atau lambang pada umumnya. Termasuk tanda lalulintas, morse, tanda matematika,dan juga
tanda-tanda yang lain sedangkan batasan cakupan dari semantik adalah makna atauarti yang
berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal.

B.Hubungan Semantik dengan Tataran Ilmu Sosial lain


Berlainan dengan tataran analisis bahasa lain, semantik adalah cabang imu linguistik yang
memiliki hubungan dengan Imu Sosial, seperti sosiologi dan antropologi. Bahkan jugadengan
filsafat dan psikologi.
1.Semantik dan Sosiologi
Semantik berhubungan dengan sosiologi dikarenakan seringnya dijumpai kenyataan bahwa
penggunaan kata tertentu untuk mengatakan sesuatu dapat menandai identitaskelompok
penuturnya.
Contohnya :
Penggunaan / pemilihan kata cewek atau wanita, akan dapat menunjukkanidentitas kelompok
penuturnya.
Kata cewek identik dengan kelompok anak muda, sedangkan kata wanita terkesanlebih
sopan, dan identik dengan kelompok orang tua yang mengedepankankesopanan.
2.Semantik dan Antropologi.
Semantik dianggap berkepentingan dengan antropologi dikarenakan analisis makna padasebuah
bahasa, menalui pilihan kata yang dipakai penuturnya, akan dapat menjanjikanklasifikasi praktis
tentang kehidupan budaya penuturnya.

Contohnya :
Penggunaan / pemilihan kata ngelih atau lesu yang sama-sama berarti lapar
dapatmencerminkan budaya penuturnya.
Karena kata ngelih adalah sebutan untuk lapar bagi masyarakat Jogjakarta.Sedangkan kata
lesu adalah sebutan untuk lapar bagi masyarakat daerah Jombang.

C.Analisis Semantik
Dalam analisis semantik, bahasa bersifat unik dan memiliki hubungan yang erat dengan budaya
masyarakat penuturnya. Maka, suatu hasil analisis pada suatu bahasa, tidak dapatdigunakan
untuk menganalisi bahasa lain.
Contohnya penutur bahasa Inggris yang menggunakan kata rice pada bahasa Inggrisyang
mewakili nasi, beras, gabah dan padi.
Kata rice akan memiliki makna yang berbeda dalam masing-masing konteks yang berbeda.
Dapat bermakna nasi, beras, gabah, atau padi.
Tentu saja penutur bahasa Inggris hanya mengenal rice untuk menyebut nasi, beras,gabah, dan
padi. Itu dikarenakan mereka tidak memiliki budaya mengolah padi, gabah, beras dannasi,
seperti bangsa Indonesia.
Kesulitan lain dalam menganalisis makna adalah adanya kenyataan bahwa tidak selalu penanda
dan referent-nya memiliki hubungan satu lawan satu. Yang artinya, setiap tandalingustik tidak
selalu hanya memiliki satu makna.
Adakalanya, satu tanda lingustik memiliki dua acuan atau lebih. Dan sebaliknya, duatanda
lingustik, dapat memiliki satu acuan yang sama.
Hubungan tersebut dapat digambarkan dengan contoh-contoh berikut :
Bisa = racun = dapat
Buku,Kitab = Lembar kertas berjilid
B. Jenis Semantik
Semantik memiliki memiliki objek studi makna dalam keseluruhan semantika bahasa,namun
tidak semua tataran bahasa memiliki masalah semantik Leksikon
Tataran tata bahasa atau gramatika dibagi menjadi dua subtataran, yaitu morfologi dan sintaksis.

Morfologi adalah cabang lnguistik yang mempelajari struktur


proses pembentukannya. Satuan dari morfologi yaitu morfem dan kata.

intern

kata,

serta

Contoh :
Ajar = Pe - lajar
Be lajar

( pe- dan be- dapat membedakan makna )

Sedangkan sintaksis, adalah studi mengenai hubungan kata dengan kata dalammembentuk satuan
yang lebih besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat. Sintaksis memiliki satuanyaitu kata, frase,
klausa, dan kalimat.
Semantik sintaktikal memiliki tataran bawahan yang disebut :
a)Fungsi gramatikal
b)Kategori gramatikal
c)Peran gramatikal
Contoh analisis semantik sintaktikal

Kata fungsi

Si udin

menjaga

adiknya

Di rumah sakit

Fungsi

subjek

predikat

objek

keterangan

kategori

nomina

verba

nomina

nomina

peran

agen

benefaktif

patient

locative

Satuan dan proses dari morfologi dan sintaktik memiliki makna. Oleh karena itu, padatataran ini
ada masalah-masalah semantik yang disebut semantik gramatikal karena objek studinya adalah
makna-makna gramatikal dari tataran tersebut.
Kalau yang menjadi objek penyelidikan adalah semantik leksikon, maka jenissemantiknya
adalah
semantik leksikal
. Semantik leksikal menyelidiki makna yang ada padaleksem dari bahasa. Oleh karena itu,
makna yang ada dalam leksem disebut makna leksikal.Leksem adalah satuan-bahasa bermakna.
Istilah leksem ini dapat dipadankan denganistlah kata, yang lazim digunakan dalam studi

morfologi dan sintaksis,dan yang lazimdidefiinisikan sebagai satuan gramatik bebas terkecil.
Baik kata tunggal maupun kompositum
Contoh :
Kambing = nama hewan
Hitam = jenis warna
Kambing hitam = orang yang dipersalahkan
C. Jenis Makna
Jenis makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan
jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal. Berdasarkan
ada tidaknya referen pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna referensial dan
nonreferensial. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat dibedakan adanya
makna konotatif dan denotatif. Berdasarkan ketepatan maknanya dapat dibedakan adanya makna
istilah atau makna umum dan makna khusus. Selain pembagian tersebut, jenis makna dapat pula
digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu (a) makna leksikal dan (b) makna kontekstual.
1.

Makna Leksikal

Makna leksikal (leksical me3aning, sematic meaning, external meaning) adalah makna kata
yang berdiri sendiri baik dalam bentuk dasar maupun dalambentuk kompleks (turunan) dan
makna yang ada tetap seperti apa yang dapat kita lihat dalam kamus. Makna leksikal dapat
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu (a) makna konseptual yang meliputi makna konotatif,
makna afektif, makna stilistik, makna kolokatif dan makna idiomatik.
2.

Makna Konseptual

Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan konsepnya makna yang sesuai dengan
referennya, dan makna yang bebas asosiasi atau hubungan apa pun. Makna konseptual disebut
juga makna denotatif, makna referensial, makna kognitif, atau makna deskriptif. Makna
konseptual dianggap sebagai faktor utama dalam setiap komunikasi.
3.

Makna Generik

Makna generik adalah makna konseptual yang luas, umum, yang mencakup beberapa makna
konseptual yang khusus atau sempit. Misalnya,sekolah dalam kalimat Sekolah kami menang.
Bukan saja mencakup gedungnya, melainkan guru-guru, siswa-siswa dan pegawai tata usaha
sekolah bersangkutan.
4.

Makna Spesifik

Makna spesifik adalah makna konseptual, khas, dan sempit.

Misalnya jika berkata ahli bahasa, maka yang dimaksud bukan semua ahli, melainkan
seseorang yang mengahlikan dirinya dalam bidang bahasa.
5.

Makna Asosiatif

Makna asosiatif disebut juga makna kiasan atau pemakaian kata yang tidak sebenarnya. Makna
asosiatif adalah makna yang dimilki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata
dengan keadaan di luar bahasa. Misalnya kata bunglon berasosiasi dengan makna orang yang
tidak berpendirian tetap.
6.

Makna Konotatif

Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap kata yang diucapkan atau
didengar. Makna konotatif adalah makna yang digunakan untuk mengacu bentuk atau makna lain
yang terdapat di luar makna leksikalnya.
7.

Makna Afektif

Makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap
penggunaan bahasa. Oleh karena itu, makna afektif berhubungan dengan gaya bahasa.
8.

Makna Stilistik

Makna stilistik berhubungan dengan pemakaian bahasa yang menimbulkan efek terutama kepada
pembaca. Makna stilistik lebih dirasakan di dalam sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra akan
mendapat tempat tersendiri bagi kita karena kata yang digunakan mengandung makna stalistika.
Makna stalistika lebih banyak ditampilkan melalui gaya bahasa.
9.

Makna Kolokatif

Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam
lingkungan yang sama. Misalnya kata ikan, gurami,sayur, tomat tentunya kata-kata tersebut akan
muncul di lingkungan dapur. Ada tiga keterbatasan kata jika dihubungkan dengan makna
kolokatif, yaitu (a) makna dibatasi oleh unsur yang membentuk kata atau hubungan kata, (b)
makna dibatasi oleh tingkat kecocokan kata, (c) makna dibatasi oleh kecepatan.
10. Makna Idiomatik
Makna idiomatik adalah makna yang ada dalam idiom, makna yang menyimpang dari makna
konseptual dan gramatikal unsur pembentuknya. Dalam bahasa Indonesia ada dua macam bentuk
idiom yaitu (a) idiom penuh dan (b) idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang unsurunsurnya secara keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna. Idiom sebagian
adalah idiom yang di dalamnya masih terdapat unsur yang masih memiliki makna leksikal.
11. Makna Kontekstual

Makna kontekstual muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dengan situasi. Makna
kontekstual disebut juga makna struktural karena proses dan satuan gramatikal itu selalu
berkenaan dengan struktur ketatabahasaan.
12. Makna Gramatikal
Makna grmatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat digabungkannya sebuah kata dalam
suatu kalimat. Makna gramatikal dapat pula timbul sebagai akibat dari proses gramatikal seperti
afiksasi, reduplikasi dan komposisi.
13. Makna Tematikal
Makna tematikal adalah makna yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis, baik melalui
urutan kata-kata, fokus pembicaraan, maupun penekanan pembicaraan.
14. Realasi makna adalah hubungan antara makna yang satu dengan makna kata yang lain. Pada
dasarnya prinsip relasi makna ada empat jenis, yaitu
(1) prinsip kontiguitas,
(2) prinsip kolementasi,
(3) prinsip overlaping
(4) inklusi.
Prinsip kontiguitas yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa beberapa kata dapat memiliki makna
sama atau mirip. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut sinonimi.
1.
Prinsip komplementasi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna kata yang satu
berlawanan dengan makna kata yang lain. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna
yang disebut antonimi.
2.
Prinsip overlaping yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa satu kata memiliki makna yang
berbeda atau kata-kata yang sama bunyinya tetapi mengandung makna berbeda. Prinsip ini dapat
menimbulkan adanya relasi makna yang disebut homonimi dan polisemi.
3.
Prinsip inklusi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna satu kata mencakup beberapa
makna kata lain. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut hiponimi.

15. Sinonimi adalah nama lain untuk benda atau hal yang sama. Sinonimi yaitu suatu istilah
yang mengandung pengertian telaah, keadaan, nama lain.
Contoh: pintar, pandai, cerdik, cerdas, cakap, mati, meninggal, berpulang, mangkat wafat

Sinonimi tidak mutlak memiliki arti yang sama tetapi mendekati sama atau mirip. Hal-hal yang
dapat menyebabkan terjadinya sinonimi adalah penyerapan kata-kata asing, penyerapan kata-kata
daerah, makna emotif dan evaluatif. Kata bersinonimi tidak dapat dipertukarkan tempatnya
karena dipengaruhi oleh
(1) faktor waktu,
(2) faktor tempat atau daerah,
(3) faktor sosial,
(4) faktor kegiatan dan
(5) faktor nuansa makna.
16. Homonimi adalah kata-kata yang sama bunyi dan bentuknya tetapi mengandung makna dan
pengertian yang berbeda.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya homonimi adalah (1) kata-kata yang berhomonimi
itu berasal dari bahasa atau dialek yang berlainan, (2) kata-kata yang berhomonimi itu terjadi
sebagaimana hasil proses morfologis.
Homonimi yang homograf dan homofon adalah sama bunyi sama bentuknya.
Contoh:
bisa = sanggup, dapat
bisa = racun ular
jagal = pedagang kecil
jagal = orang yang bertugas menyembelih binatang
padan = banding
padan = batas
padan = janji
padan = curang
padan = layar
Homonimi yang tidak homograf tetapi homofon adalah bentuknya tidak sama tetapi bunyinya
sama.
Contoh:

bang = bentuk singkatan dari abang


bank = lembaga yang mengurus uang
sangsi = ragu
sanksi = akibat
syarat = janji
sarat = penuh dan berat
Homonimi yang homograf tidak homofon sama bentuk tetapi tidak bunyinya.
Contoh: teras = hati kayu atau bagian dalam kayu teras = pegawai utama
teras = bidang tanah datar yang miring atau lebih tinggi dari yang lain
17. Antonimi adalah nama lain untuk benda lain pula atau kebalikannya.
18. Oposisi kembar yaitu perlawanan kata yang merupakan pasangan atau kembaran yang
mencakup dua anggota.

Contoh:
laki-laki = perempuan
kaya = miskin
ayah = ibu
19. Oposisi gradual yaitu penyimpangan dari oposisi kembar antara dua istilah yang berlawanan
masih terdapat sejumlah tingkatan antara. Contoh: kaya dan miskin, besar dan kecil
Pada kata tersebut terdapat tingkatan (gradual) sangat kaya cukup kaya kaya miskin
cukup miskin sangat miskin, sangat besar lebih besar besar kecil lebih kecil sangat
kecil.
20. Oposisi majemuk yaitu oposisi yang mencakup suatu perangkat yang terdiri dari dua kata.
Satu kata berlawanan dengan dua kata atau lebih.
berjongkok tiarap

berbaring Contoh:

duduk Berdiri

1.
Oposisi relasional yaitu oposisi antara dua kata yang mengandung relasi kebalikan, relasi
pertentangan yang bersifat saling melengkapi.

Contoh:

menjual beroposisi membeli


suami beroposisi istri
utara beroposisi selatan

2.
Oposisi hirarkis, oposisi ini terjadi karena setiap istilah menduduki derajat yang berlainan.
Oposisi ini pada hakikatnya sama dengan oposisi majemuk. Kata-kata yang beroposisi hirarkis
adalah kata-kata yang berupa nama satuan ukuran (berat, panjang, dan isi), satuan hitungan,
nama jenjang kepangkatan dan sebagainya.
Contoh: meter beroposisi dengan kilometer
kuintal beroposisi dengan ton
3.
Oposisi inversi, oposisi ini terdapat pada pasangan kata seperti beberapa semua, mungkin
wajib. Pengujian utama dalam menetapkan oposisi ini adalah apakah kata itu mengikuti kaidah
sinonimi yang mencakup (a) penggantian suatu istilah dengan yang lain dan (b) mengubah posisi
suatu penyangkalan dalam kaitan dengan istilah berlawanan.
Contoh: beberapa negara tidak mempunyai pantai = tidak semua negara mempunyai pantai
4.
Polisemi adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu atau kata
yang memiliki makna yang berbeda-beda tetapi masih dalam satu aluran arti.
5.

Kata berhomonimi adalah kata-kata yang sama bunyi dan bentuknya.

Contoh:

bisa = dapat
bisa = racun

Sedangkan polisemi adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu atau
kata yang memiliki makna berbeda-beda tetapi masih dalam satu arti.
Contoh: kepala
1. bagian tubuh dari leher ke atas
2. bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan yang merupakan hal yang penting
3. pemimpin atau ketua
6.

Dua cara untuk menentukan bahwa suatu kata tergolong polisemi atau homonimi,

pertama melihat etimologi atau pertalian historisnya. Kata buku misalnya, adalah homonimi
yakni

(1) buku yang merupakan kata asli bahasa Indonesia yang berarti tulang sendi
(2) buku yang berasal dari bahasa Belanda yang berarti kitab, pustaka.
Kedua, dengan mengetahui prinsip perluasan makna dari suatu makna dasar.
1.
Hiponimi ialah semacam relasi antarkata yang berwujud atas bawah, atau dalam suatu
makna terkandung sejumlah komponen yang lain.
2.
Hiponimi adalah semacam relasi antarkata yang berwujud atas bawah, atau dalam suatu
makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Kelas atas mencakup sejumlah komponen
yang lebih kecil, sedangkan kelas bawah merupakan komponen yang mencakup dalam kelas
atas. Contoh: Januari, Februari, Maret, April hiponimi dari kata bulan. Kelas atas disebut
hipernim, contohnya, ikan hipernimnya tongkol, gabus, lele, teri.

BAB III
PENERAPAN DALAM
PEMBELAJARAN

A.MANFAAT SEMANTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA


Semantik adalah studi tentang makna. Ini adalah subjek yang luas dalamstudi umum bahasa.
Pemahaman semantik sangat penting untuk mempelajari bahasa akuisisi (bagaimana pengguna
bahasa memperoleh makna, sebagai pembicara dan penulis, pendengar dan pembaca) dan
perubahan bahasa (bagaimana mengubahmakna dari waktu ke waktu). Sangat penting untuk
memahami bahasa dalam kontekssosial, karena ini cenderung mempengaruhi arti, dan untuk
memahami jenis bahasaInggris dan efek gaya.
Oleh karena itu salah satu konsep yang paling mendasar dalam linguistik. Kajian semantik
meliputi studi tentang bagaimana makna dibangun, diinterpretasikan, diklarifikasi, tertutup,
ilustrasi, disederhanakandinegosiasikan, bertentangan dan mengulangi.Makna bahasa, khususnya
makna kata, terpengaruh oleh berbagai konteks.Makna kata dapat dibangun dalam kaitannya
dengan benda atau objek di luar bahasa.Dalam konsepsi ini, kata berperan sebagai label atau
pemberi nama pada benda- benda atau objek-objek yang berada di alam semesta.
Makna kata juga dapatdibentuk oleh konsepsi atau pembentukan konsepsi yang terjadi dalam
pikiran pengguna bahasa. Proses pembentukannya berkait dengan pengetahuan atau
persepsi penggunaan bahasa tersebut terhadap fenomena, benda atau peristiwa yang terjadi diluar
bahasa. Dalam konteks ini, misalnya penggunaan bahasa akan tidak sama dalammenafsirkan
makna kata demokrasi karena persepsi dan konsepsi mereka berbedaterhadap kata itu. Selain
kedua konsepsi itu, makna kata juga dapat dibentuk olehkaitan antara stimulus, kata dengan
respons yang terjadi dalam suatu peristiwaujaran.Beranjak dari ketiga konsepsi ini maka kajian
semantik pada dasarnya sangat bergantung pada dua kecenderungan. Pertama, makna bahasa
dipengaruhi olehkonteks di luar bahasa, benda, objek dan peristiwa yang ada di alam semesta.
Kedua,kajian makna bahasa ditentukan oleh konteks bahasa, yakni oleh aturan kebahasaansuatu
bahasa.Uraian di atas menunjukkan bahwa beberapa konsep dasar dalam semantik penting untuk
dipahami. Contoh, pengertian sense berbeda dari pengertian reference.
Pertama, merujuk kepada hubungan antar kata dalam suatu sistem bahasa dilihat darikaitan
maknanya. Sedangkan yang kedua merujuk kepada hubungan antara katadengan benda, objek
atau peristiwa di luar bahasa dalam pembentukan makna kata.Begitu pula dengan pengertian
tentang kalimat, ujaran dan proposisi perludipahami dalam kajian antik. Dalam keseharian, kerap
tidak kita bedakan ataukalimat dengan ujaran. Kalimat sebagaimana kita pahami satuan tata
bahasa yangsekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat. Sedangkan ujaran dapat
terdiridari satu kata, frase atau kalimat yang diujarkan oleh seorang penutur yang ditandaioleh
adanya unsur fonologis, yakni kesenyapan. dalam semantik kedua konsep inimemperlihatkan
sosok kajian makna yang berbeda. Makna ujaran, misalnya lebih banyak dibahas dalam semantik
tindak tutur. Peran konteks pembicaraan dalammengungkapkan makna ujaran sangat penting.
Sementara kajian makna kalimatlazimnya lebih memusatkan pada konteks tatabahasa dan unsur
lain yang dapatdicakup dalam tata bahasa dalam bahasa Inggris, misalnya unsur waktu

dapatdigramatikakan yang terwujud dalam perbedaan bentuk kata kerja.Beberapa daerah yang
penting dari teori semantik atau ajaran yang dipelajarisematik diantaranya yaitu:
* Simbol dan rujukan
*Konsepsi makna
* Kata-kata dan lexemes
* Denotasi, konotasi, implikasi
* Pragmatik
* Ambiguitas
* Metaphor, simile dan symbol
* Semantic bidang
* Sinonim, antonim dan hyponym
* Collocation, ekspresi tetap dan idiom
* Semantic perubahan dan etimologi* Polisemi
* Homonimi, homofon dan homographs
* Leksikologi dan leksikografi
* Thesauruses, perpustakaan dan Web portal
* Epistemologi
Jadi dengan memahami dan menguasai semantic, akan mempermudah dan memperlancar dalam
pembelajaran bahasa berikutnya misalkan dalam mempelajari pragmatik, karena pada dasarnya
kedua bidang bahasa ini saling berhubungan danmenunjang satu sama lain. Bagi pelajar sastra,
pengetahuan semantik akan banyak member bekal teoritis untuk menganalisis bahasa yang
sedang dipelajari. Sedangkan bagi pengajar sastra, pengetahuan semantik akan member manfaat
teoritis, maupun praktis. Secara teoritis, teori-teori semantik akan membantu dalam
memahamidengan lebih baik bahasa yang akan diajarkannya. Dan manfaat praktisnya
adalahkemudahan untuk mengajarkannya.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada setiap
perkataan yang diucapkan. Semantik merupakan salah satu cabang ilmu yang dipelajari dalam
studi linguistik. Dalam semantik kita mengenal yang disebut klasifikasi makna, relasi makna,
erubahan makna, analisis makna, dan makna pemakaian bahasa. Semantik adalah subdisiplin
linguistik yang membicarakan makna yaitu makna kata dan makna kalimat.
C. SARAN
Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu tentang semantik sangatlah kita perlukan dalam
kehidupan sehari- hari. Maka dari itu saya sarankan kepada para pembaca semua agar terus
mempelajari semantik. Karena semantik mempunyai banyak manfaat, khususnya dalam kegiatan
pembelajaran

Abstrak

1. Kata semantik sebenarnya merupakan istilah teknis yang mengacu pada studi tentang
makna. Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda)

yang berarti tanda atau lambang.


menandaiataumelambangkan.

Kata

kerjanya

adalah semaino yang

berarti

2. Tataran tata bahasa atau gramatika dibagi menjadi dua subtataran, yaitu morfologi
dan sintaksis.
3. Morfologi adalah cabang lnguistik yang mempelajari struktur intern kata, serta
proses pembentukannya. Satuan dari morfologi yaitu morfem dan kata.
4. sintaksis, adalah studi mengenai hubungan kata dengan kata dalammembentuk satuan yang
lebih besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat. Sintaksis memiliki satuanyaitu kata, frase, klausa,
dan kalimat.
5. Semantik sintaktikal memiliki tataran bawahan yang disebut :
a)Fungsi gramatikal
b)Kategori gramatikal
c)Peran gramatikal
6. Jenis makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang.
a.Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal.
b.Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna referensial
dan nonreferensial.
c. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna
konotatif dan denotatif.
d. Berdasarkan ketepatan maknanya dapat dibedakan adanya makna istilah atau makna umum
dan makna khusus
e.jenis makna dapat pula digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu makna leksikal dan makna
kontekstual.

Daftar Pustaka

http://blogshinyocom.blogspot.com/2009/06/makalah-semantik-2-makna.html
http://lusiisya.blogspot.com/2011/02/tugas-akhir-mk-linguistik-umum-semantik.html
http://anaksastra.blogspot.com/2008/11/sejarah-semantik.html
http://marianaramadhani.wordpress.com/coretan-kuliah/semantik-dan-pragmatik/
http://sastrawancyber.blogspot.com/2010/04/pengertian-semantik-menurut-beberapa.html
http://blogshinyocom.blogspot.com/2009/06/makalah-semantik-2-makna.html 3/janis-makna.jpg

PERUBAHAN MAKNA

PERUBAHAN MAKNA

Makna suatu bahasa dapat mengalami perubahan yang disebabkan oleh berbagai faktor oleh
pemakai bahasa tersebut. Perubahan makna mencakup perluasan, pembatasan, pelemahan,
pengaburan, dan pergeseran makna yang tampak di dalam pengunaan bahasa. Menurut Manaf
(2010:106), perubahan makna adalah berubahnya makna suatu leksem atau satuan leksikal.
Perubahan makna tersebut dapat berupa perubahan konsep dan atau perubahan nilai rasa.

1.

Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Perubahan Makna

Dalam hal mengenai perubahan makna, Chaer (2012:311) menyatakan bahwa secara sinkronis,
makna sebuah kata atau leksem tidak akan berubah, tetapi secara diakronis terdapat
kemungkinan makna tersebut dapat berubah. Artinya, dalam waktu yang relatif singkat, makna
sebuah kata akan tetap sama, tidak berubah, tetapi dalam waktu yang relatif lama, terdapat
kemungkinan makna sebuah kata tersebut akan berubah. Perubahan tersebut tidak berlaku untuk
semua kosakata yang terdapat dalam sebuah bahasa, melainkan hanya terjadi pada sejumlah kata
saja. Menurut Manaf (2010:107111), faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan
makna pada sebuah kata ialah sebagai berikut.
a. Perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi. Adanya perkembangan konsep keilmuan
dan teknologi dapat menyebabkan kata yang pada mulanya bermakna A menjadi bermakna B
atau bermakna C. Misalnya, kata sastra dan berlayar.
b. Perkembangan sosial budaya. Perkembangan dalam masyarakat yang berkenaan dengan
sikap sosial dan budaya, juga menyebabkan terjadinya perubahan makna. Misalnya,
kata saudara, tuan,dan sarjana.
c. Perkembangan pemakaian kata. Setiap bidang kegiatan atau keilmuan biasanya mempunyai
sejumlah kosakata yang berkenaan dengan bidang tersebut. Misalnya, dalam bidang pertanian
ditemukan kosakata seperti menggarap, menuai, pupuk, hama, dan panen; dalam bidang agama
Islam terdapat kosakata seperti imam, khatib, puasa, zakat; dan dalam bidang pelayaran ada
kosakata berlabuh, berlayar, haluan, nahkoda, buritan. Kosakata yang pada mulanya hanya
digunakan pada bidang-bidang tersebut, dalam perkembangan kemudian juga digunakan dalam
bidang-bidang lain, dengan makna baru atau agak lain dengan makna aslinya. Misalnya,
katamenggarap dari bidang pertanian digunakan juga umtuk bidang lain dengan makna
mengerjakan/membuat,
seperti menggarap skripsi, menggarap naskah

drama, menggaraprancangan undang-undang lalu lintas. Kata membajak yang berasal dari
bidang pertanian, kini sudah biasa digunakan dalam bidang lain dengan makna mencari
keuntungan
yang
besar
secara
tidak
benar,
seperti membajak buku, membajak lagu, membajak pesawat terbang. Kata jurusanyang berasal
dari bidang lalu lintas kini juga digunakan dalam bidang pendidikan dengan makna bidang
studi/vakultas, seperti jurusan bahasa asing, jurusan hukum perdata, dan jurusan ekonomi
pembangunan.
d. Pertukaran tanggapan indra. Alat indra manusia yang terdiri dari lima jenis mempunyai
fungsi masing-masing untuk menangkap gejala-gejala yang terjadi di dunia. Namun, dalam
perkembangan pemakaian bahasa banyak terjadi pertukaran pemakaian alat indra untuk
menangkap gejala yang terjadi di sekitar manusia tersebut. Misalnya, rasa pedas yang seharusnya
ditanggap oleh indra persa lidah menjadi ditanggap oleh alat pendengar telinga, seperti katakatanya pedas; kata manis yang seharusnya ditanggap oleh alat perasa lidah menjadi ditanggap
dengan alat indra mata, seperti wajahnya sangat manis. Perubahan tanggapan indra ini disebut
sinestesia. Contoh lainnya seperti warnanya teduh, suaranya berat sekali, kedengarannya
memang nikmat, lukisan itu ramai sekali, tingkah lakunya sangat kasar.
e. Adanya asosiasi. Asosiasi ialah adanya hubungan antara sebuah bentuk ujaran dengan
sesuatu yang lain berkenaan dengan bentuk ujaran tersebut, sehingga bila disebut ujaran tersebut
maka yang dimaksud ialah sesuatu yang lain yang berkenaan dengan ujaran tersebut. Misalnya,
kata amplopyang sebenarnya bermakna sampul surat, tetapi amplop dalam kalimat Supaya
urusan cepat beres, beri saja amplop bermakna uang sogok. Contoh lain ialah berupa hubungan
waktu dengan kejadian, seperti memeriahkan perayaan 17 Agustus. Kata 17 Agustus pada
kalimat tersebut berasosiasi dengan hari kemerdekaan.
f. Proses gramatikal. Proses gramatikal juga dapat mengakibatkan perubahan makna.
Perubahan makna yang diakibatkan oleh proses gramatikal misalnya, leksem makan mengalami
perubahan
makna
setelah
mendapatkan
afiks
me-,
ter-,
dan
an,
leksem makan menjadi memakan,termakan,
dan makanan.
Leksem memakan berarti
memasukkan makanan ke mulut, mengunyah, lalu menelannya; leksem termakan artinya makan
secara tidak sengaja; dan leksem makananartinya benda yang dapat dimakan.
g. Pengembangan istilah. Misalnya, leksem pantau semula bermakna sejenis ikan yang suka
melayang-layang di air, seperti dalam kalimat Ikan pantau banyak kita temukan di air jernih
setelah digunakan sebagai istilah di bidang birokrasi, leksem pantau bermakna mengawasi,
seperti dalam kalimat Menteri Sosial sedang memantau penyaluran sembako kepada masyarakat
yang tertimpa bencana alam.

Senada dengan hal tersebut, Rahardi (2006:70) menyatakan bahwa cukup banyak faktor yang
dapat dianggap sebagai sosok yang menyebabkan terjadinya perubahan makna. Pertama, faktor

kadar kedekatan relasi bahasa dengan masyarakat pemiliknya dan sosok kebudayaan yang
menjadi wadahnya. Kedua, faktor yang berupa dorongan internal bahasa yang bersangkutan
untuk menggunakan kata-kata atau istilah di dalam tertentu sesuai dengan tuntutan
zaman. Ketiga, faktor kebutuhan dari para pengguna bahasa itu sendiri untuk bergengsi-gengsi
atau menyombongkan diri, yang pada akhirnya justru dapat melahirkan banyak kata yang
dipungut dari bahasa daerah atau bahasa asing.
Ramadansyah (2010:22) menyatakan bahwa makna suatu kata dapat berubah. Perubahan tersebut
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu (a) peristiwa ketatabahasaan, misalnya kata makan, akibat
adanya
peristiwa
ketatabahasaan
ditemui
kata makanan, pemakan, makanmakan, makanbiaya, makan besar, makan suap, dan sebagainya; (b) perubahan waktu, misalnya
dulu kata sarjanabermakna orang yang pandai dan terpandang, tetapi kini, untuk orang yang
lulus perguruan tinggi; (c) perbedaan tempat, misalnya kata butuh di Jawa bermakna perlu,
sedangkan di Kalimantan Timur bermakna kemaluan laki-laki; (d) perbedaan lingkungan,
misalnya kata jurusan di lingkungan lalu lintas bermakna arah tujuan, di lingkungan pendidikan
bermakna bagian jurusan, di lingkungan olahraga bermakna bagian sikap badan; dan (e)
perubahan konotasi.

2.

Jenis-jenis Perubahan Makna

Menurut Chaer (2009:140144), perubahan makna kata secara umum terdiri dari beberapa
jenis. Jenis-jenis tersebut ialah sebagai berikut.
a. Meluas, yaitu gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya
memiliki sebuah makna, tetapi kemudian karena berbagai faktor, menjadi memiliki maknamakna lain. Misalnya, kata saudara, kakak, ibu, adik, bapak, mencetak, dan lain-lain.
b. Menyempit, yaitu gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai
makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja.
Misalnya, kata sarjana, ahli, pendeta, dan sebagainya.
c. Perubahan total, artinya berubah sama sekali makna sebuah kata dari makna aslinya.
Memang terdapat kemungkinan makna yang dimiliki sekarang masih memiliki sangkut paut
dengan makna asliny, tetapi sangkut paut tersebut sudah jauh sekali. Misalnya, kata ceramah,
seni, pena, canggih, dan sebagainya.
d. Penghalusan (Amelioratif), yaitu gejala yang ditampilkan oleh suatu leksem atau satuan
bahasa dianggap memiliki makna yang lebih halus atau lebih sopan pada saat ini daripada makna
satuan bahasa tersebut dahulu. Misalnya, lembaga pemasyarakatan, pemutusan hubungan kerja,
dan sebagainya.

e. Pengasaran (Peyoratif), artinya usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau
bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar. Usaha atau gejala pengasaran ini biasanya
dilakukan dalam situasi yang tidak ramah atau untuk menunjukkan kejengkelan. Misalnya,
mencaplok, mendepak, menggondol, dan sebagainya.

Menurut Chaer dan Leonie Agustina (1995:186), perubahan semantik yang paling sering terjadi
adalah berupa perubahan pada makna butir-butir leksikal yang mungkin meluas, menyempit,
atau berubah total. Hal senada juga diungkapkan oleh Ramadansyah (2010:2223) yang
menyatakan bahwa perubahan makna pada leksikon sebuah bahasa dapat terjadi karena proses
sebagai berikut.Pertama, meluas (generalisasi), apabila cakupan makna sekarang lebih luas
daripada yang lama, misalnya berlayar, bapak, saudara, putra. Kedua, menyempit (spesialisasi),
apabila cakupan makna sekarang lebih sempit daripada makna yang lama, misalnya pendeta,
sarjana, madrasah. Ketiga,peninggian makna (amelioratif), apabila arti baru dirasakan lebih baik
daripada makna yang lama, misalnya wanita (dulu: perempuan); Bung (dulu: panggilan kepada
lelaki, kini: panggilan kepada pimpinan/tokoh). Keempat, penurunan makna (peyoratif), apabila
arti baru dirasakan lebih rendah dari arti yang dulu, misalnya, bini lebih rendah dari istri/nyonya,
bunting lebih rendah daripada hamil.Kelima, pertukaran (sinestesia), apabila terjadi perubahan
makna akibat pertukaran indra yang berlainan, misalnya namanya harum, suaranya halus,
rupanya manis, kata-katanya pedas. Keenam, persamaan (asosiasi), apabila terjadi perubahan
makna karena persamaan sifat, misalnya amplop bermakna uang sogok, bunga kembang
bermakna gadis cantik, mencatut bermakna mencari keuntungan. Jadi berkaitan dengan makna
kias.

3.
1.

Analisis Contoh Perubahan Makna


Meluas

a.
Kata papan yang semula hanya bermakna belahan pipih dari sebilah kayu, seperti pada
kalimat Ayah memotong sebilah papan kemarin sore, sekarang sudah meluas maknanya
menjadi perumahan, seperti pada kalimat Manusia memerlukan sandang, pangan, dan papan.
b.
Kata baju yang pada mulanya hanya bermakna pakaian sebelah atas dari pinggang sampai
ke bahu, seperti dalam ungkapan baju batik, dan baju lengan panjang, tetapi dalam kalimat
Murid-murid itu memakai bau seragam, makna kata baju telah meluas menjadi benda yang
bukan hanya baju, tetapi juga celana, sepatu, dasi, dan topi. Demikian juga dengan baju dinas,
baju olah raga, dan baju militer.
c.
Kata saudara yang pada mulanya hanya bermakna keluarga seperut atau orang yang lahir
dari kandungan yang sama, seperti dalam kalimat Orang yang sedang berdiri di depan rumah itu

adalah saudara kandungku, tetapi dalam kalimat Surat saudara sudah kami baca; jawabannya
tunggu saja di rumah, makna kata saudara telah meluas menjadi kata saapan yang sederajat,
baik usia maupun kedudukan sosial.
d.
Kata berlayar dahulunya bermakna melakukan perjalanan dengan kapal atau perahu yang
digerakkan oleh tenaga layar. Namun, meskipun tenaga penggerak kapal sudah diganti dengan
mesin uap, mesin diesel, mesin turbo, tetapi kata berlayar masih tetap digunakan untuk
menyebut perjalanan di air.
e.
Kata putera dan puteri dahulu hanya dipakai untuk anak-anak raja, sekarang semua anak
lak-laki dan wanita disebut sebagai putera dan puteri, seperti pada kalimat Pesawat ini
merupakan hasil karya dari putera-puteri Indonesia.
f.
Kata kepala dahulu dihubungkan dengan bagian badan sebelah atas atau tempat otak.
Sekarang,
makna
kata kepala telah
melaus,
sehingga
lahirlah
urutan
kata kepala sekolah, kepala rumah
sakit, kepala kejaksaan, kepala pemerintahan.
Makna kepala sekolah yaitu orang yang mempunyai jabatan tertinggi pada sebuah sekolah.
g.
Kata kemudi dahulu dihubungkan dengan alat untuk menjaga kelurusan jalannya perhau
atau
kapal
di
perairan.
Kini,
muncul
urutan
kata mengemudikan perusahaan, mengemudikan pesawat,mengemudikan negara.
h.
Kata benih dahulu dihubungkan dengan bibit, misalnya benih padi. Jadi, berhubungan
dengan
pertanian.
Kini,
muncul
urutan
kata benih perkara, benih persengketaan.
Kata benih dalam hal ini tidak berhubungan lagi dengan pertanian, tetapi bermakna
pangkal/sumber.
i.
Kata haluan dahulu bermakna bagian depan kapal atau perahu yang menagcu pada arah.
Kini, muncul urutan kata garis-garis besar haluan negara, berhaluan ekstrem, berhaluan kiri.
katahaluan pada konteks tersebut bermkna aliran atau paham seseorang, paham yang
diperjuangkan.
j.
Kata jurusan dahulu lebih banyak dihubungkan dengan arah perjalanan,
misalnya jurusan Grogol, jurusan Tanah Abang. Kini, muncul urutan kata jurusan bahasa,
jurusan teknik. Dalam hal ini, kata jurusan lebih mengacu pada spesialisasi atau bagian disiplin
ilmu yang ditekuni. Terlihat di sini bahwa kata jurusan sudah mengalami perluasan makna, yaitu
dari arah menjadi bidang atau spesialisasi.
k.
Kata kawat dahulu dihubungkan dengan benda yang seurat yang terbuat dari logam. Kini,
muncul istilah mengirim kawat, mengawatkan, yang bermakna mengirim berita melalui kantor
telekomunikasi, sperti pada kalimat Segera kawatkan meninggalknya ayah kepadanya. Di sini
tampak bahwa makna kata kawat telah meluas.

l.
Kata anak biasanya dihubungkan dengan turunan setelah ibu dan ayah. Kini, muncul
urutan kata anak kunci, anak sungai, anak sekolah, anak bab. Urutan kata tersebut tidak dapat
diterangkan secara biologis, sebab secara biologis, bab, kunci, sekolah, sungai, tidak mungkin
akan beranak. Demikian pula dengan pengunaan kata awak yang dahulu bermakna diri sendiri,
kini telah muncul urutan kata awak pesawat, awak bus, awak kereta api, awak kapal. Ungkapan
ini bermakna seseorang yang bekerja pada pesawat, bus, kereta api, dan kapal.
m. Kata kunci biasanya dihubungkan dengan alat untuk mengunci rumah, peti. Kini, muncul
urutan kata juru kunci, kunci jawaban, kunci perdamaian, kunci keberhasilan. Urutan kata
mengunci rumah mengacu kepada kegiatan menutup dan membuka rumah dengan kunci. Kunci
keberhasilan mengacu pada kegiatan utama, kegiatan agar kita berhasil di dalam suatu usaha.
Tampak di sini, hubungan maknanya tetap ada, meskipun makna kata kunci telah meluas.
n.
Kata lahir biasanya dihubungkan dengan proses biologis, keluarnya bayi dari kandungan
ibu. Kini, telah muncul urutan kata ia melahirkan kata-kata, telah lahir tunas bangsa, lahir gol
pertama. Terlihat di sini hubungan makna yang berkaitan dengan proses, meskipun maknanya
telah meluas.
o.
Kata kandungan biasanya dikaitkan dengan bayi yang dikandung ibu di dalam perutnya.
Kini, muncul urutan kata persoalan itu mengandung dua hal ini; apa yang terkandung di dalam
hatinya sulit diterka. Kata ini mengandung makna leksikal yang berarti yang berada di dalam.
p.
Kata mencetak pada mulanya hanya digunakan pada bidang penerbitan buku, majalah,
atau koran, tetapi kemudian maknanya menjadi meluas seperti dalam kalimat Persija tidak
berhasil mencetak satu gol pun; Pemerintah akan mencetak sawah-sawah baru; Kabarnya dokter
dapat mencetak uang dengan mudah. Kata mencetak dalam kalimat-kalima tersebut bermakna
membuat, menghasilkan, memperoleh, mencari, atau mengumpulkan.
q.
Kata target yang berarti sasaran, dahulu bermakna sinar yang ada di sekeliling perisai,
maupun struktur yang menyerupai perisai, ditandai dengan lingkaran-lingkaran yang makin
memusat, dan dibuat khusus untuk latihan menembak. Namun sekarang seperti dalam kalimat
Penghasilan tahun ini harus melebihi dari target yang telah ditetapkan. Makna target pada
kalimat tersebut sudah meluas, tidak lagi hanya sekadar hal yang digunakan untuk latihan
menembak, tetapi bermakna sesuatu yang harus dicapai.
r.
Kata songsong/menyongsong dahulu memiliki makna menyambut dengan payung
kebesaran.
Sekarang
terdapat
ungkapan menyongsong tamu, menyongsong hari
raya, menyongsong masa depan, menyongsong musuh, menyongsong musim hujan. Makna
kata menyongsong sekarang ini sudah melusa. Tidak harus dengan menggunakan payung
kebesaran lagi.
s.
Kata jago yang semula hanya bermakna ayam jantan yang sudah dewasa, yang biasanya
diadu dalam suatu aduan atau sabung ayam, sudah mengalami perluasan makna. Sekarang, kata

ini bermakna sesuatu yang diharapkan menang dalam suatu pertandingan. Tidak hanya pada adu
ayam, juga pada adu jangkrik, balapan kuda, balap sepeda motor/mobil, bahkan pada olahraga
yang dilakukan manusia, seperti pidato, menyanyi, kecantikan, dan sebagainya.
t.
Kata kereta api dahulu dihubungkan dengan kereta yang benar-benar dijalankan dengan
pertolongan api atau kayu bakar. Seiring dengan perkembangan zaman, manusia sudah dapat
menciptakan mesin, tetapi kata kereta api masih tetap digunakan. Kata ini meluas tidak hanya
mengenai kereta yang digerakkan dengan api atau kayu bakar, tetapi juga mengacu pada kereta
yang sudah digerakkan dengan mesin.

2.

Menyempit

Perubahan makna yang menjadi penyempitan artinya jika dahulunya suatu kata atau satuan
ujaran memiliki makna yang sangat umum, tetapi kini makna ujaran tersebut menjadi khusus
atau sangat khusus (Chaer, 2012:314).
a.
Kata ahli pada awalnya menunjuk pada orang tertentu atau kelompok orang tertentu yang
benar-benar mahir dan teruji keandalan dan kemahirannya dalam bidang tertentu. Namun
sekarang, maknanya cenderung menyempit dan lebih banyak digunakan secara promotif, seperti
pada ahlisumur, ahli pijat, ahli mesin, dan lain-lain.
b.
Kata sarjana pada awalnya adalah orang yang cerdik dan pandai, tetapi kini
kata sarjana hanya bermakna orang yang telah lulus dari perguruan tinggi. Dewasa ini, betapa
pun luas dan dalamnya ilmu seseorang, jika dia bukan lulusan perguruan tinggi, tidak bisa
disebut sarjana.
c.
Kata pendeta dahulu bermakna orang yang berilmu, sekarang dipakai untuk menyebut
guru agama Kristen atau Domine.
d.
Kata merawat biasanya dikaitkan dengan kegiatan merwat orang sakit di rumah. Orang
yang merawat orang sakit disebut dengan perawat. Namun, sekarang tidak ada perawat yang
bekerja di rumah., sebab orang yang disebut perawat yang kini biasa disebut dengan paramedis,
biasanya bekerja di rumah sakit atau di rumah bersalin.
e.
Kata skripsi pada mulanya dihubungkan dengan tulisan tangan. Kini, maknanya lebih
terbatas dan lebih menyempit, yaitu tulisan mahasiswa yang disusun sebagai persyaratan
menempuh ujian untuk memperoleh gelar pada S-1.
f.
Kata tukang memiliki
makna
yang
luas.
Namun,
apabila
seseorang
mengatakan tukang besi,tukang kayu, tukang mas, tukang weswl, tukang las, maka maknanya
menjadi terbatas atau lebih menyempit. Makna yang diacu lebih terbatas kepada bidang
pekerjaan yang berkaitan dengan keterampilan yang bersangkutan. Jika seseorang

mengatakan tukang besi, maka yang dimaksud adalah orang yang pekerjaannya menempa besi
menjadi perkakas, misalnya menjadi parang, pisau, pacul, dan perkakas lainnya. Jadi, makna
yang diacu lebih terbatas kepada bidang pekerjaan yang berkaitan dengan keterampilan orang
yang bersangkutan.

3.

Perubahan Total

Artinya makna yang dimiliki sekarang sudah jauh berbeda dengan makna aslinya (Chaer,
2012:314). Contoh perubahan total:
a.
Pada masa orde lama, kata subversi berarti upaya penyusupan yang dilakukan oleh agenagen nekolim untuk menghancurkan revolusi. Gerakan intelektual seperti kelompok Manikebu
(Manifesto Kebudayaan) dipandang sebagai subversi. Namun pada masa orde varu,
katasubversi merujuk pada kegiatan antipembangunan yang dilakukan oleh ekstrem kanan atau
ekstrem kiri, atau orang-orang yang melakukan kritik yang tidak bertanggung jawab.
b.
Pada masa orde lama, kata politik mempunyai konotasi yang positif, berkaitan dengan
kegiatan yang mempunyai akses pada struktur kekuasaan. Namun pada masa orde lama,
kata politikdiartikan sebagai hal yang negatif, kegiatan yang tidak sejalan dengan elit penguasa.
Politik merupakan hal yang jelek. Bangsa kita pernah menderita ketika politik menjadi panglima,
tetapi akhir-akhir ini, secara perlahan politik mulai memiliki konotasi positif. Pada saat sekarang,
orang-orang berbicara tentang partisipasi politik, pendidikan politik, sosialisasi politik, dan
sebagainya.
c.
Kata pena yang pada awalnya bermakna selembar bulu angsa, tetapi sekarang sudah
hilang/lenyap, dan yang kini masih ada yaitu hanya gambar ikon atau simbolnya saja. Lalu,
sekarang muncul makna baru yang berbeda dengan makna lama, yaitu menunjuk pada alat tulis
yang memiliki tinta.
d.
Kata ceramah yang pada awalnya berarti banyak bicara, cerewet, atau banyak cakap, kini
makna-makna tersebut telah berubah menjadi paparan atau uraian dalam bidang ilmu tertentu.
e.
Kata canggih yang pada awalnya juga berarti cerewet, bawel, banyak omong, tetapi kini
makna tersebut telah berubah membentuk makna baru yang tidak bertautan dengan makna yang
ditinggalkannya, yaitu sangat rumit, ruwet, modern, seperti pada kalimat Saat ini telah muncul
berbagai barang elektronik yang canggih.
f.
Kata sastra pada mulanya bermakna tulisan, huruf, lalu mengalam perubahan makna
menjadi bacaan, kemudian berubah lagi menjadi buku yang baik isinya dan baik pula bahasanya.
Selanjutnya, berubah lagi menjadi karya bahasa yang bersifat imajinatif dan kreatif.

g.
Pada zaman feodal dulu, untuk menyebut orang lain yang dihormati, digunakan
kata tuan. Kini, kata tuan yang berbau feodal tersebut, diganti dengan kata bapak, sehingga
terkesan lebih demokratis.
h.
Kata seni pada mulanya hanya berkenaan dengan ari seni, tetapi sekarang maknanya
berubah menjadi karya cipta uang bernilai halus, seperti seni lukis, seni lukis, seni pahat,
dan seni musik.
i.
Kata pujangga semula bermakna ular, kemudian bermakna
kata pujanggabermakna keahlian menciptakan roman, novel, atau puisi.

4.

sarjana.

Kini,

Melemahkan Makna/Menghalus (Amelioratif)

Amelioratif artinya leksem atau satuan leksikal yang dahulu dirasakan kasar atau tidak sopan
sekarang diganti dengan leksem atau satuan leksikal lain agar makna yang dirasakan halus atau
sopan (Manaf, 2010:113). Contoh amelioratif:
a.
Di kantor sering terdengar atasan yang berkata kepada bawahannya Segera laksanakan!
perintah ini meskipun teras wajar, tetapi terkesan kasar. Untuk melemahkan makna urutan kata
tersebut, digunakan kalimat Harap dikerjakan dalam waktu dekat; harap dikerjakan dalam
waktu tidak terlalu lama.
b.
Kata berpidato dan memberikan instruksi,
dilemahkan
maknya
dengan
jalan
menggunakan katamemberikan pengarahan, memberikan pembinaan, melaksanakan serasehan,
melaksanakan santiaji.
c.
Kata dipetieskan, dimapkan, didep, digunakan untuk melemahkan makna kata perkara
atau urusan yang sengaja didiamkan.
d.
Kata air kencing dan tai memiliki makna yang menjijikkan. Untuk berbicara sopan, katakata ini perlu diganti dengan kata atau ungkapan lain, seperti air seni, urine, air kecil, pipis, air
besar, serta tinja, dan feaces. Juga dengan tempat pembuangan benda-benda tersebut seperti wc
dan kakus dapat diganti dengan kamar kecil, kamar belakang, lavatory, jamban, dan toilet.
e.
Kata uang sogok dan uang suap dapat diganti dengan uang semir, uang rokok, uang
bensin, pelicin, dan sebagainya.
f.
Kata pelacur harus diganti dengan wanita tunasusila (WTS), wanita penghibur,
pramunikmat, atau kupu-kupu malam. Kata pembantu atau babu harus diganti dengan
pramuwisma.
g.
Kata pemulung harus diganti dengan sebutan laskar mandiri, karena bermakna pemungut
barang-barang bekas dan tidak berharga, dan ia juga berjasa menjaga kebersihan lingkungan.

h.
Kata gelandangan harus diganti dengan tunawisma, karena berprofesi sebagai orang yang
hidup
menggelandang
tanpa
tempat
tinggal. Pengangguran diganti
dengan
tunakarya, tahanan doganti dengan narapidana, dan penjara diganti dengan lembaga
pemasyarakatan.
i.
Kata ayan diganti dengan epilepsi, kudis diganti dengan scabies, borok diganti dengan
abses,buta diganti tunanetra, tuli diganti dengan tunarungu, bisu diganti dengan tunawicara,
dan giladiganti dengan tunagrahita. Orang-orang yang menderita cacat sekarang tidak lagi sopan
bila dikatakan penderita cacat, tetapi harus diganti dengan penyandang cacat.
j.
Kata korupsi dan manipulasi harus diganti dengan penyalahgunaan dan penyimpangan,
kata ditangkap harus diperhalus menjadi diamankan, kata ditahan harus diganti dengan dimintai
keterangan, kata dipecat harus diganti dengan diberhentikan dengan hormat atau
dibebastugaskan.
k.
Kata mati harus diganti dengan meninggal atau tutup usia untuk orang biasa, wafat dan
mangkat untuk raja, dan gugur untuk pahlawan, jenasah atau jasad untuk mengganti kaya mayat.
l.
5.

Kata bodoh, tolol, dungu harus diganti dengan kata kurang atau lemah.
Memburuk/Mengasar (Peyoratif)

Peyoratif artinya perubahan makna yang berupa leksem yang semula dirasakan halus kemudian
karena faktor tertentu, makna leksem atau satuan leksikal tersebut dirasakan bermakna kasar.
Contoh peyoratif:
a.
Kata mendepak dipakai untuk mengganti kata mengeluarkan seperti dalam kalimat Dia
berhasil mendepak Bapak Ahmad dari kedudukannya.
b.
Kata menjebloskan yang dipakai untuk menggantikan kata memasukkan seperti dalam
kalimat Karena kesalahan yang dilakukannya, akhirnya polisi menjebloskannya ke dalam sel.
c.
Kata menggondol biasa dipakai untuk binatang seperti dalam kalimat Anjing
menggondol tulang tetapi bisa digunakan seperti dalam kalimat Akhirnya regu bulu tangkis
berhasil menggondol pulang piala Thomas Cup itu.
d.
Kata mencuri seperti dalam kalimat Kontingen Suriname berhasil mencuri satu medali
emas dari kolam renang dianggap kasar, karena mencuri merupakan suatu tindak kejahatan
yang dapat diancam dengan hukuman penjara.
e.
Kata dicekal merupakan pemedekan dari kata dicegah dan ditangkal. Kata ini dipakai
untuk menggantikan kata pelarangan dan pencegahan seperti dalam kalimat Karena kasus yang
dialaminya, ia sedang dicekal oleh pihak berwajib untuk jangka waktu yang relatif lama.
Katadicekal dalam kalimat tersebut bermakna tindakan mencegah seseorang untuk berpergian ke
luar negeri.

f.
Kata menipu biasa dipakai untuk menggantikan kata pembelian fiktif, pembayaran fiktif,
penerimaan fiktif.
g.

Kata pemberontak dipakai untuk menggantikan kata gerakan pengacau keamanan.

h.

Kata pembantu dipakai untuk menggantikan kata kaki-tangan.

i.
Kata bini dipakai untuk menggantikan kata istri dan laki dipakia untuk menggantikan
kata suami.
j.

Kata mampus digunakan untuk menggantikan kata mati.

Anda mungkin juga menyukai