Anda di halaman 1dari 98

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

1
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia


Oleh: Berti Sagendra
linggayoni.wo@gmail.com

Desain Cover : Berti Sagendra

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.


Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam
bentuk apapun, baik secara elektronis, maupun mekanis, termasuk memfotocopy,
merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya tanpa izin dari Penulis.

Penerbit Linggayoni Publishing


Jl. Kokosan I No. 89 Semarang Telp. (024) 6714517

2
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

KATA PENGANTAR

Agar tugas utama guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran


dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan tuntutan kurikulum, seorang
guru harus memahami dan menyelami hakikat belajar dan hakikat
mengajar, serta hakikat strategi pembelajaran. Hal ini penting, karena peran
guru sebagai ujung tombak penyelenggaraan pendidikan akan
memposisikan peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi,
keinginan, kemauan, kemampuan yang berbeda dari yang lain. Dalam
konteks pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, strategi dapat
dikatakan sebagai pola umum yang berisi rentetan kegiatan yang dapat
dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar kompetensi sebagai tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Guna memenuhi tugas guru dalam memberikan kemudahan
kepada peserta didik tersebut, maka disusunlah buku ini. Buku yang diberi
judul Belajar dan Pembelajaran Bahasa Indonesia ini berisikan sejumlah
materi meliputi: hakikat Bahasa, Ragam Bahasa, pengertian strategi
pembelajaran, pendekatan dan metodologi pembelajaran, pemilihan
strategi pembelajaran, dan model pembelajaran. Harapan Penulis buku ini
mampu memberikan pencerahan pembelajaran bagi guru dan murid dalam
proses pembelajaran. Akhirnya segala kritik dan saran sangat diharapkan
demi perbaikan penyusunan buku ini pada edisi mendatang.

Semarang, September 2014


Penulis

3
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii


DAFTAR ISI .................................................................................................iii
BAB I Hakikat dan Fungsi Bahasa
Hakikat Bahasa ............................................................................................. 1
a. Pengertian Bahasa .......................................................................... 1
b. Sifat-sifat Bahasa ............................................................................. 3
c. Fungsi Bahasa ................................................................................. 4
BAB II Ragam Bahasa
Ragam Bahasa Indonesia ........................................................................... 12
Klasifikasi Ragam Bahasa Indonesia ........................................................ 13
a. Ragam Bahasa Baku dan Tidak Baku ......................................... 14
b. Ragam Bahasa Tulis dan Bahasa Lisan ...................................... 22
Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar .................................................... 26
BAB III Pembelajaran Bahasa Indonesia
1. Model, Pendekatan, Metode, Teknik, dan Strategi ........................... 28
2. Jenis-Jenis Pendekatan dan Pembelajaran Bahasa Indonesia ........... 30
a. Pendekatan Whole Language ...................................................... 30
b. Pendekatan Kontekstual .............................................................. 32
c. Pendekatan Komunikatif ............................................................. 36
d. Pendekatan Integratif ................................................................... 38
3. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia ........................ 39
a. Metode Audiolingual .................................................................... 39
b. Metode Komunikatif ................................................................... 40
c. Metode Produktif ......................................................................... 41
d. Metode Langsung ......................................................................... 41
e. Metode Partisipatori ..................................................................... 41
f. Metode Membaca ......................................................................... 42

4
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
g. Metode Tematik ........................................................................... 43
h. Metode Kuantum ......................................................................... 43
i. Metode Diskusi ............................................................................ 44
j. Metode Kerja Kelompok Kecil (Small-Group Work) ............... 45
4. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia .......................... 45
a. Startegi Pembelajaran Langsung .................................................. 45
b. Strategi Pembelajaran Cooperative Learning ............................... 46
c. Strategi Pembelajaran Problem Solving ....................................... 47
d. Strategi Mengulang ....................................................................... 48
e. Strategi Elaborasi .......................................................................... 49
f. Strategi Organisasi ........................................................................ 50
5. Teknik Pembelajaran Bahasa ............................................................. 50
a. Teknik Pembelajaran Menyimak ................................................ 51
b. Teknik Pembelajaran Berbicara ................................................. 56
c. Teknik Pembelajaran Membaca .................................................. 60
d. Teknik Pembelajaran Menulis ..................................................... 63
BAB IV Struktur Fonologi dan Morfologi Bahasa Indonesia
1. Struktur Fonologi Bahasa Indonesia .................................................. 67
a. Pengertian Fonologi ..................................................................... 68
b. Sistem Fonologi dan Alat Ucap ................................................... 71
2. Struktur Morfologi Bahasa Indonesia ............................................... 77
a. Morfem Bebas dan Morfem Terikat ........................................... 79
b. Proses Perulangan Bahasa Indonesia .......................................... 83
c. Macam-macam Kata Ulang .......................................................... 85
d. Makna Kata Ulang ....................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 90

5
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB I

HAKIKAT DAN FUNGSI BAHASA

HAKIKAT BAHASA
a. Pengertian Bahasa
Dalam kehidupannya, manusia akan
memerlukan sarana, alat, atau media untuk
berinteraksi dengan orang lain yang disebut bahasa.
Terkadang kita berada di tengah-tengah suatu
lingkungan masyarakat yang menggunakan suatu
bahasa yang tidak kita pahami sama sekali, serta
mendengar percakapan antar penutur-penutur bahasa
itu, maka kita mendapat kesan bahwa apa yang
merangsang alat pendengar kita itu merupakan suatu
arus bunyi yang di sana-sini diselingi perhentian
sebentar atau lama menurut kebutuhan dari
penuturnya. Bila percakapan itu terjadi antara dua
orang atau lebih, akan tampak pada kita bahwa
sesudah seorang menyelesaikan arus-bunyinya itu,
maka yang lain akan mengadakan reaksi. Reaksinya
dapat berupa: mengeluarkan lagi arus bunyi yang tak
dapat kita pahami itu, atau melakukan suatu tindakan
tertentu.
Dengan demikian, bentuk dasar bahasa
adalah ujaran. Santoso, dkk. (2004:1.2) mengatakan
bahwa ujaranlah yang membedakan manusia dengan
makhluk lainnya. Dengan ujaran inilah manusia
mengungkapkan hal yang nyata atau tidak, yang
berwujud maupun yang kasat mata, situasi dan

1
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
kondisi yang lampau, kini, maupun yang akan datang.
Terkait dengan itu, Keraf (1986) mengatakan bahwa
apa yang dalam pengertian kita sehari-hari disebut
bahasa itu meliputi dua bidang yaitu: bunyi yang
dihasilkan oleh alat-alat ucap dan arti atau makna
yang tersirat dalam arus bunyi tadi; bunyi itu
merupakan getaran yang bersifat fisik yang
merangsang alat pendengar kita, serta arti atau makna
adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang
menyebabkan adanya reaksi itu. Untuk selanjutnya
arus bunyi itu kita namakan arus-ujaran.
Namun perlu diingat bahwa tidak semua
ujaran atau bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia
itu dapat dikatakan bahasa. Ujaran manusia dapat
dikatakan sebagai bahasa apabila ujaran tersebut
mengandung makna, atau apabila dua orang manusia
atau lebih menetapkan bahwa seperangkat bunyi itu
memiliki arti yang serupa. Oleh karena itu, menurut
Keraf (1986) bahwa apakah setiap ujaran itu
mengandung makna atau tidak, haruslah ditilik dari
konvensi suatu kelompok masyarakat tertentu. Setiap
kelompok masyarakat bahasa, baik kecil maupun
besar, secara konvensional telah sepakat bahwa setiap
struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti
tertentu pula. Konvensi-konvensi masyarakat itu
akhirnya menghasilkan bermacam-macam satuan
struktur bunyi yang berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya. Kesatuan-kesatuan arus-ujaran tadi yang
mengandung suatu makna tertentu secara bersama-
sama membentuk perbendaharaan kata dari suatu
masyarakat bahasa.

2
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
Perbendaharaan kata-kata itu belum berfungsi
apa-apa bila belum ditempatkan dalam suatu arus
ujaran untuk mengadakan inter-relasi antar anggota-
anggota masyarakat. Jika tidak, perbendaharaan kata-
kata itu masih merupakan barang mati. Belum hidup.
Penyusunan kata itupun harus mengikuti suatu kaidah
tertentu. Bila diucapkan atau dilisankan akan diiringi
dengan gelombang ujaran yang temponya cepat atau
lambat, tekanan keras atau lembut, tinggi rendah dan
lafal yang tertentu.
b. Sifat-sifat Bahasa
Sebagai alat komunikasi, bahasa mengandung
beberapa sifat, yaitu:
(a) sistematik,
(b) mana suka,
(c) ujar,
(d) manusiawi,
(e) komunikatif.
Bahasa dikatakan bersifat sistematik karena
bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus ditaati
agar dapat dipahami oleh pemakainya. Bahasa diatur
oleh sistem. Seperti yang sudah disinggung di atas,
setiap bahasa mengandung dua sistem yaitu sistem
bunyi dan sistem makna.
Mengapa bahasa dikatakan bersifat mana
suka? Menurut Santoso, dkk. (2004), bahasa disebut
mana suka karena unsur-unsur bahasa dipilih secara
acak tanpa dasar. Tidak ada hubungan logis antara
bunyi dan makna yang disimbolkannya. Sebagai
contoh, mengapa kursi bukan disebut meja. Mengapa
anak-anak yang Anda ajar tidak disebut murid bukan
guru. Kita tidak dapat memberi alasan pertimbangan
3
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
apa kata itu disebut begitu, karena sudah begitu
nyatanya. Itulah yang dimaksud dengan mana suka.
Jadi pilihan suatu kata disebut kursi, meja, murid,
guru dan lain-lainnya ditentukan bukan atas dasar
kriteria atau standar tertentu, melainkan secara mana
suka.
c. Fungsi Bahasa
Ada yang beranggapan bahwa penguasaan
bahasa khususnya bahasa pertama tidak memerlukan
usaha sama sekali. Bahasa yang dikuasai seseorang
adalah sesuatu yang wajar, bukan prestasi yang luar
biasa. Akibat anggapan yang keliru tersebut
menyebabkan bahasa dianggap hal yang biasa
sehingga tidak perlu mendapat perhatian. Padahal,
bahasa merupakan hal yang paling penting dalam
kehidupan kita.
Manusia telah ditakdirkan satu sama lain
memerlukan pertolongan untuk memelihara,
meningkatkan, dan mempertahankan kehidupannya.
Pertolongan itu pertama-tama diperoleh dengan
bantuan bahasa. Manusia tidak pernah hidup seorang
diri, melainkan selalu hidup berkelompok karena
manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk
sosial, di dalam berinteraksi, manusia membutuhkan
bahasa.
Mengingat begitu vitalnya bahasa dalam
kehidupan, maka tidaklah mengherankan jika Samsuri
(1994) mengatakan “Dapatkah kita kira-kirakan
bagaimana kebudayaan kita dapat kita terima dari
nenek moyang kita dan kita teruskan kepada anak-
cucu tanpa memakai bahasa? Apakah ada ilmu
pengetahuan yang disampaikan dan dikembangkan

4
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
tanpa penggunaan bahasa? Mungkinkah pendidikan
seluruhnya dilakukan tanpa memakai bahasa?”
Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu Anda dapat
menjawabnya dengan mudah, bukan? Pasti Anda
akan menjawab dengan kata tidak. Dari pertanyaan-
pertanyaan itu pula, akan lebih menyadarkan kita
bahwa ternyata bahasa itu memiliki fungsi yang
sangat vital dalam kehidupan ini.
Secara umum sudah jelas bahwa fungsi bahasa
adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai
wahana komunikasi bagi manusia, baik komunikasi
lisan maupun komunikasi tulis. Fungsi ini adalah fungsi
dasar bahasa yang belum dikaitkan dengan status dan
nilai-nilai sosial. Seperti yang telah disinggung
sebelumnya, dalam kehidupan sehar-hari, bahasa
tidak dapat dilepaskan dari kegiatan hidup
masyarakat, yang di dalamnya sebenarnya terdapat
status dan nilai-nilai sosial. Bahasa selalu mengikuti
dan mewarnai kehidupan manusia sehari-hari, baik
manusia sebagai anggota suku maupun bangsa.
Terkait dengan hal itu, Santoso, dkk. (2004)
berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi
memiliki fungsi sebagai berikut:
(1) Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan
informasi timbal-balik antaranggota keluarga
ataupun anggota-anggota masyarakat.
(2) Fungsi ekspresi diri, yaitu untuk menyalurkan
perasaan, sikap, gagasan, emosi atau tekanan-
tekanan perasaan pembaca. Bahasa sebagai alat
mengekspresikan diri ini dapat menjadi media
untuk menyatakan eksistensi (keberadaan) diri,

5
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
membebaskan diri dari tekanan emosi dan untuk
menarik perhatian orang.
(3) Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk
menyesuaikan dan membaurkan diri dengan
anggota masyarakat, melalui bahasa seorang
anggota masyarakat sedikit demi sedikit belajar
adat istiadat, kebudayaan, pola hidup, perilaku,
dan etika masyarakatnya. Mereka menyesuaikan
diri dengan semua ketentuan yang berlaku dalam
masyarakat melalui bahasa. Sebagaimana telah
dikemukakan bahwa manusia adalah makhluk
sosial yang perlu berintegrasi dengan manusia di
sekelilingnya. Dalam berintegrasi tersebut, manusia
memerlukan bahasa sebagai alat. Dengan bahasa,
manusia dapat bertukar pengalaman dan menjadi
bagian dari pengalaman tersebut. Mereka
memanfaatkan pengalaman itu untuk
kehidupannya. Dengan demikian mereka merasa
saling terkait dengan kelompok sosial yang
dimasukinya.
(4) Fungsi kontrol sosial. Bahasa berfungsi untuk
mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain.
Bila fungsi ini berlaku dengan baik, maka semua
kegiatan sosial akan berlangsung dengan baik pula.
Dengan bahasa seseorang dapat mengembangkan
kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat
yang lebih berkualitas.
Sejalan dengan pendapat di atas, Hallyday
(1992) mengemukakan fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi untuk berbagai keperluan sebagai berikut.
(1) Fungsi instrumental, yakni bahasa digunakan untuk
memperoleh sesuatu.

6
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
(2) Fungsi regulatoris, yaitu bahasa digunakan untuk
mengendalikan prilaku orang lain.
(3) Fungsi intraksional, bahasa digunakan untuk
berinteraksi dengan orang lain.
(4) Fungsi personal, yaitu bahasa dapat digunakan
untuk berinteraksi dengan orang lain.
(5) Fungsi heuristik, yakni bahasa dapat digunakan
untuk belajar dan menemukan sesuatu.
(6) Fungsi imajinatif, yakni bahasa dapat difungsikan
untuk menciptakan dunia imajinasi.
(7) Fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk
menyampaikan informasi.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
mempunyai fungsi khusus yang sesuai dengan
kepentingan bangsa. Fungsi itu adalah sebagai:
(1) Bahasa resmi kenegaraan. Dalam kaitannya
dengan fungsi ini bahasa Indonesia dipergunakan
dalam adminstrasi kenegaraan, upacara atau
peristiwa kenegaraan, komunikasi timbal-balik
antara pemerintah dengan masyarakat.
(2) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia
dipergunakan di lembaga-lembaga pendidikan
baik formal atau nonformal, dari tingkat taman
kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
(3) Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan nasional serta
kepentingan pemerintah. Dalam hubungannya
dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hanya
dipakai sebagai alat komunikasi timbalbalik antara
pemerintah dengan masyarakat luas atau antar
suku, tetapi juga sebagai alat perhubungan di

7
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
dalam masyarakat yang keadaan sosial budaya
dan bahasanya sama.
(4) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dalam kaitan ini,
bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang
memungkinkan kita membina serta
mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian
rupa sehingga ia memiliki identitasnya sendiri,
yang membedakannya dengan bahasa daerah.
Dalam pada itu untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern, baik dalam
bentuk penyajian pelajaran, penulisan buku atau
penerjemahan, dilakukan dalam bahasa Indonesia.
Telah diketahui bahwa bahasa Indonesia
selain sebagai sebagai bahasa nasional juga sebagai
bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa
negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut:
(1) Bahasa resmi kenegaraan. Dalam kaitannya
dengan fungsi ini bahasa Indonesia dipergunakan
dalam adminstrasi kenegaraan, upacara atau
peristiwa kenegaraan baik secara lisan maupun
dalam bentuk tulisan, komunikasi timbal-balik
antara pemerintah dengan masyarakat.
Dokumendokumen dan keputusan-keputusan serta
surat-menyurat yang dikeluarkan oleh pemeritah
dan badan-badan kenegaraan lain seperti DPR dan
MPR ditulis di dalam bahasa Indonesia. Pidato-
pidato, terutama pidato kenegaraan, ditulis dan
diucapkan di dalam bahasa Indonesia.
(2) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia
dipergunakan di lembaga-lembaga pendidikan

8
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
baik formal atau nonformal, dari tingkat taman
kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
(3) Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan nasional serta
kepentingan pemerintah. Dalam hubungannya
dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hanya
dipakai sebagai alat komunikasi timbalbalik antara
pemerintah dengan masyarakat luas atau antar
suku, tetapi juga sebagai alat perhubungan di
dalam masyarakat yang keadaan sosial budaya
dan bahasanya sama.
(4) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dalam kaitan ini,
bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang
memungkinkan kita membina serta
mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian
rupa sehingga ia memiliki identitasnya sendiri,
yang membedakannya dengan bahasa daerah.
Dalam pada itu untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern, baik dalam
bentuk penyajian pelajaran, penulisan buku atau
penerjemahan, dilakukan dalam bahasa Indonesia.
Dengan demikian masyarakat bangsa kita tidak
tergantung sepenuhnya kepada bangsa-bangsa
asing di dalam usahanya untuk mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern serta untuk ikut serta dalam usaha
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bahasa Indonesia mengalami perkembangan
yang sangat pesat sehingga untuk itulah bahasa
Indonesia perlu dibakukan atau distandarkan. Upaya
pembakuan bahasa Indonesia telah dilakukan yaitu

9
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan dikeluarkannya Ejaan yang Disempunakan
(EYD) pada tahun 1972. EYD ini adalah sebagai
penyempurnaan ejaan-ejaan yang dipakai sebelumnya
yaitu ejaan Van Ophuijen (tahun 1901) dan ejaan
Soewandi (tahun 1947). Selanjutnya dikeluarkan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan dan Pedoman Istilah pada tahun
1975.
Rintisan pembakuan bahasa Indonesia
berikutnya adalah diterbitkannya kamus yang
dianggap mendekati kelengkapan yaitu Kamus Besar
Bahasa Indonesia pada tahun 1988 yang disusun oleh
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Selanjutnya, pada tahun itu pula diterbitkan Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Pembakuan-
pembakuan ini dilakukan dengan harapan agar bahasa
Indonesia semakin mantap. Dengan demikian, bahasa
Indonesia juga memiliki fungsi-fungsi yang dimiliki
oleh bahasa baku, yaitu sebagai berikut:
(1) Fungsi pemersatu.
(2) Fungsi pemberi kekhasan.
(3) Fungsi penambah kewibawaan.
(4) Fungsi sebagai kerangka acuan.
Fungsi Pemersatu, artinya bahasa Indonesia
mempersatukan suku bangsa yang berlatar budaya
dan bahasa yang berbeda-beda. Bahasa Indonesia
sebagai bahasa baku menjadi alat untuk
memperhubungkan semua penutur berbagai dialek
bahasa yang tersebar di seluruh nusantara.
Fungsi pemberi kekhasan, artinya bahasa baku
memperbedakan bahasa itu dengan bahasa yang lain.
Dengan demikian bahasa Indonesia sebagai bahasa

10
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
baku dapat memperkuat kepribadian nasional
masyarakat Indonesia.
Fungsi penambah kewibawaan. Penggunaan
bahasa baku akan menambah kewibawaan atau
prestise. Hal tersebut dapat dilihat dalam kehidupan
sehar-hari bahwa orang yang mahir berbahasa
Indonesia “dengan baik dan benar” akan memperoleh
wibawa di mata orang lain.
Fungsi sebagai kerangka acuan. Fungsi ini
mengandung maksud bahwa bahasa baku merupakan
kerangka acuan pemakaian bahasa. Bahasa baku
merupakan norma dan kaidah yang menjadi tolok
ukur yang disepakati bersama untuk menilai ketepatan
penggunaan bahasa atau ragam bahasa.

11
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB II

RAGAM BAHASA INDONESIA

1. Ragam Bahasa Indonesia


Manusia telah ditakdirkan satu sama lain
memerlukan pertolongan untuk memelihara,
meningkatkan, dan mempertahankan kehidupannya.
Pertolongan itu pertama-tama diperoleh dengan
bantuan bahasa. Andaikata manusia hidup seorang
diri, tidak berkeluarga, tidak mempunyai sahabat,
kenalan, tidak ada masyarakat, maka tidak akan ada
bahasa. Akibat sifat dari masyarakat yang kompleks
maka tidak ada satu bahasa pun di dunia yang
sifatnya seragam.
Demikian pula Indonesia, yang terdiri atas
beribu-ribu pulau, yang dihuni oleh ratusan suku
bangsa dengan pola kebudayaan sendiri-sendiri, pasti
melahirkan berbagai ragam bahasa yang bermacam-
macam. Apalagi, bahasa Indonesia adalah bahasa
yang hidup dan terbuka. Terbuka terhadap segala
masukan, baik dari unsur bahasa asing atau daerah,
baik secara kolektif atau individu. Ditambah dengan
latar daerah, sosial budaya, lingkungan serta keilmuan
yang berbeda dari penuturnya, maka produk bahasa
yang dihasilkan pun sangat bervariasi atau beragam.
Namun perlu diingat, ragam bahasa yang beraneka
macam itu masih disebut bahasa Indonesia.

12
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
2. Klasifikasi Ragam Bahasa Indonesia.
Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
(1988) dikemukakan beberapa penggolongan ragam
bahasa. Pertama, ragam menurut golongan penutur
bahasa dan ragam menurut jenis pemakaian bahasa.
Ragam yang ditinjau dari sudut pandangan penutur
terdiri atas:
(1) ragam daerah,
(2) ragam pendidikan, dan
(3) sikap penutur.
Ragam daerah dikenal dengan nama logat atau
dialek. Logat daerah kentara karena tata bunyinya.
Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan, intonasi, panjang-
pendeknya bunyi bahasa membangun aksen yang
berbeda-beda.
Ragam pendidikan dapat dibagi atas ragam
bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku (ragam
bahasa baku dan ragam tidak baku akan diuraikan
secara khusus). Ragam bahasa menurut sikap penutur
mencakup sejumlah corak bahasa
Indonesia yang masing-masing pada asasnya
tersedia bagi tiap-tiap pemakai bahasa. Ragam ini
biasa disebut langgam atau gaya. Langgam atau gaya
yang dipakai oleh penutur bergantung pada sikap
penutur terhadap orang yang diajak berbicara atau
terhadap pembacanya. Sikap penutur dipengaruhi
antara lain oleh umur dan kedudukan yang disapa,
pokok persoalan yang hendak disampaikannya, dan
tujuan penyampaian informasinya. Perbedaan
berbagai gaya itu tercermin dalam kosakata dan tata
bahasa.

13
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
a. Ragam Bahasa Baku dan Tidak Baku
Ragam bahasa yang dianggap memiliki gengsi
dan wibawa yang tinggi adalah ragam bahasa orang
yang berpendidikan. Karena, ragam orang yang
berpendidikan kaidah-kaidahnya paling lengkap
diuraikan jika dibandingkan dengan ragam bahasa
yang lain. Oleh karena itulah sehingga ragam tersebut
dijadikan tolok ukur bagi pemakaian bahasa yang
benar atau bahasa yang baku. Ragam bahasa baku
menggunakan kaidah bahasa yang lebih lengkap
dibandingkan dengan ragam tidak baku. Adapun ciri
ragam baku adalah sebagai berikut.
(1) Memiliki sifat kemantapan dinamis. Bahasa baku
harus memiliki kaidah dan aturan yang relatif
tetap dan luwes. Bahasa baku tidak dapat
berubah setiap saat.
(2) Kecendekiaan. Kecendekiaan berarti bahwa
bahasa baku sanggup mengungkapkan proses
pemikiran yang rumit di pelbagai ilmu dan
teknologi, dan bahasa baku dapat
mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang
teratur, logis dan masuk akal.
(3) Keseragaman kaidah. Keseragaman kaidah adalah
keseragaman aturan atau norma. Tetapi,
keseragaman bukan berarti penyamaan ragam
bahasa atau penyeragaman variasi bahasa.
Proses pembakuan bahasa terjadi karena
keperluan komunikasi. Dalam proses pembakuan atau
standardisasi itu salah satu variasi pemakaian bahasa
dibakukan untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu
yang variasi itu disebut bahasa baku atau bahasa
standar. Namun perlu diingat, dengan adanya

14
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
pembakuan bahasa atau bahasa Indonesia yang baku,
bahasa Indonesia yang tidak baku tetap hidup dan
berkembang sesuai dengan fungsinya dalam
komunikasi. Dengan demikian, pembakuan tidak
bermaksud untuk mematikan variasi-variasi bahasa
tidak baku.
Ragam tidak baku banyak mengandung unsur-
unsur dialek dan bahasa daerah sehingga ragam
bahasa tidak baku banyak sekali variasinya. Selain
dialek, ragam bahasa tidak baku juga bervariasi dalam
hal lafal atau pengucapan, kosa kata, struktur kalimat
dan sebagainya. Untuk mengatasi keanekaragaman
pemakaian bahasa yang merupakan variasi dari
bahasa tidak baku maka diperlukan bahasa bahasa
baku atau bahasa standar. Mengapa? Karena bahasa
baku tidak hanya ditandai oleh kesergaman dan
ketunggalan ciri-cirinya tetapi juga ditandai oleh
keseragaman dan ketunggalan fungsi-fungsinya.
Pada situasi komunikasi bagaimanakah kita
harus menggunkan bahasa Indonesia baku?
Kridalaksana (1978) mengatakan bahwa bahasa
Indonesia baku adalah ragam bahasa yang
dipergunakan dalam:
(a) komunikasi resmi, yakni surat-menyurat resmi,
pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan
oleh instansi resmi, penamaan dan peristilahan
resmi, perundang-undangan, dan sebagainya
(ingat kembali fungsi bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi);
(b) wacana teknis, yakni dalam laporan resmi dan
karangan ilmiah;

15
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
(c) pembicaraan di depan umum yakni dalam
ceramah, kuliah, khotbah; dan
(d) pembicaraan dengan orang yang dihormati yakni
orang yang lebih tua, lebih tinggi status sosialnya
dan orang yang baru dikenal.
Ciri struktur (unsur-unsur) bahasa Indonesia
baku diuraikan satu persatu seperti berikut:

(1) Pemakaian awalan me- dan ber- (bila ada) secara


eksplisit dan konsisten.
Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak
Bahasa Indonesia Baku
Baku
− Ahmad melempar − Ahmad lempar
mangga yang ada di mangga yang ada di
depan rumahnya. depan rumahnya.
− Hama wereng − Hama wereng serang
menyerang padi padi petani yang
petani yang sudah sudah mulai
mulai menguning. menguning.
− Anak itu sudah − Anak itu sudah
mampu berjalan mampu jalan
walaupun masih walaupun masih
tertatih-tatih. tertatih-tatih.
− Kuliah sudah berjalan − Kuliah sudah jalan
dengan lancar. dengan lancar.

(2) Pemakaian fungsi gramatikal (subyek, predikat,


dan sebagainya secara eksplisit dan konsisten.
Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak
Bahasa Indonesia Baku
Baku
16
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
− Direktur perusahaan − Direktur perusahaan
itu pergi ke luar itu ke luar negeri.
negeri.

(3) Pemakaian fungsi bahwa dan karena (bila ada)


secara eksplisit dan konsisten (pemakaian kata
penghubung secara tepat dan ajeg)
Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak
Bahasa Indonesia Baku
Baku
− Ia tahu bahwa − Ia tahu anaknya tidak
anaknya tidak lulus. lulus.
− Ia tidak percaya − Ia tidak percaya
kepada semua orang, kepada semua orang,
karena tidak setiap tidak setiap orang
orang jujur. jujur.

(4) Pemakaian pola frase verbal aspek + agen +


verba (bila ada) secara konsisten (penggunaan
urutan kata yang tepat)
Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak
Bahasa Indonesia Baku
Baku
− Maksud Anda sudah − Maksud Anda saya
saya pahami. sudah pahami.
− Kiriman itu telah − Kiriman itu kami
kami terima. telah terima.
− Pot bunga itu akan − Pot bunga itu kamu
kamu simpan di akan simpan di
mana? mana?

17
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
(5) Pemakaian konstruksi sintesis (lawan analitis)
Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak
Bahasa Indonesia Baku
Baku
− Ia memberitahukan − Ia kasi tahu bahwa
bahwa besok ada besok ada
pertemuan di pertemuan di
sekolah. sekolah.
− Istrinya sedang − Dia punya istri
mengikuti Seleksi sedang mengikuti
CPNS. seleksi CPNS.
− Ia selalu membantu − Ia selalu membantu
siswa membersihkan siswa bikin bersih
kelas sebelum kelas sebelum
pembelajaran pembelajaran
dimulai. dimulai.
− Menurut mereka, − Menurut dia orang,
pendidikan itu pendidikan itu
penting. penting.
− Berapa harganya? − Berapa dia punya
harga?

(6) Pemakaian partikel kah, lah, dan pun secara


konsisten
Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak
Bahasa Indonesia Baku
Baku
− Bagaimanakah − Bagaimana cara
memakai alat itu? pakai alat itu?

18
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
(7) Pemakaian preposisi yang tepat
Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak
Bahasa Indonesia Baku
Baku
− Ia mengirim surat ke − Ia mengirim surat ke
pada saya. saya.
− Buku itu ada pada − Buku itu ada di saya.
saya. − Anak itu pergi ke
− Anak itu pergi ke sekolah sama
sekolah dengan temannya.
temannya.

(8) Pemakaian bentuk ulang yang tepat menurut


fungsi dan tempatnya
Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak
Bahasa Indonesia Baku
Baku
− Semua siswa − Semua siswa-siswa
diharapkan masuk diharap-kan masuk
ke kelas atau Siswa- ke kelas.
siswa diharapkan
masuk ke kelas.
− Mereka itu. − Mereka-mereka itu.
− Mereka tendang- − Mereka saling
menendang. tendang-
− Suatu titik menendang.
pertemuan atau − Suatu titik-titk
titik pertemuan. pertemuan.

19
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
(9) Pemakaian unsur-unsur leksikal berikut berbeda
dari unsur-unsur yang menandai bahasa
Indonesia baku.
Bahasa Indonesia Tidak
Bahasa Indonesia Baku
Baku
− Hari ini saya tidak − Ini hari saya tidak
dapat mengikuti dapat mengikuti
pertemuan. pertemuan.
− Anda dipanggil oleh − Situ dipanggil oleh
kepala sekolah. kepala sekolah.
− Dia mengatakan − Dia bilang bahwa
bahwa hari ini libur. hari ini libur.
− Kepala sekolah − Kepala sekolah kasih
memberi pengarahan kepada
pengarahan kepada semua siswa.
semua siswa. − Ia berbuat gitu
− Ia berbuat begitu karena
karena sangat sayang − sangat sayang
kepada adiknya kepada adiknya
− Bagaimana cara
belajar yang baik? − gimana cara belajar
yang baik?

(10) Pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku


(EYD)
Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak
Bahasa Indonesia Baku
Baku
− Mesti − musti
− mungkin − mungking atau
− panitia mumkin
− pihak − panitya
20
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
− asas − fihak
− teladan − azas atau azaz
− hewan − tauladan
− dipukul − khewan
− tradisional − di pukul
− universal − tradisionil
− universil

(11) Pemakaian peristilahan resmi


Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak
Bahasa Indonesia Baku
Baku
− Acak − random
− sahih − valid
− tataran − level
− perangkat − set
− masukan − input
− keluaran − output
− cendera mata − tanda mata
− peringkat − ranking
− kawasan − area

(12) Pemakaian kaidah yang baku


Contoh:
Bahasa Indonesia Tidak
Bahasa Indonesia Baku
Baku
− Hal itu sudah kita − Hal itu sudah
pahami. dipahami oleh kita.
− Ibu membelikan adik − Ibu membelikan
buku. buku adik
− Pengendara sepeda − Naik sepeda harap
diharap turun. turun.
21
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

b. Ragam Bahasa Tulis dan Bahasa Lisan


Seseorang perlu memahami dengan baik
perbedaan ragam bahasa lisan dan tulis agar
tulisannya tidak menggunakan ragam bahasa lisan
atau sebaliknya, dalam berbicara menggunakan ragam
bahasa tulis. Merupakan suatu kecelakaan bagi penulis
bila mengarang menggunakan bahasa lisan. Dalam
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan
ada dua perbedaan yang mencolok mata yang dapat
diamati antara ragam bahas tulis dengan ragam
bahasa lisan, yaitu berhubungan dengan: (1) suasana
peristiwanya, dan (2) dari segi intonasi.
(1) Dari segi suasana peristiwa
Jika menggunakan bahasa tulisan tentu saja
orang yang diajak berbahasa tidak ada dihadapan
kita. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan perlu
lebih jelas, karena ujaran kita tidak dapat disertai
dengan isyarat, pandangan, atau anggukan, tanda
penegasan di pihak kita atau pemahaman di pihak
pendengar kita. Itulah sebabnya kalimat dalam ragam
tulis harus lebih cermat. Fungsi gramatikal, seperti
subjek, predikat, objek, dan hubungan antara setiap
fungsi itu harus nyata dan erat. Sedangkan dalam
bahasa lisan, karena pembicara berhadapan langsung
dengan pendengar, unsur (subjek-predikat-objek)
kadangkala dapat diabaikan. Maka, jika ingin menjadi
orang yang cermat dalam berbahasa perlu menyadari
bahwa kalimat yang Anda tulis berlainan dengan
kalimat yang Anda ujarkan karena bahasa tulis dapat
dikaji dan dibaca oleh pembaca secara berulang-
ulang. Oleh sebab itu, dalam menulis, kalimat harus

22
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
lebih lengkap, ringkas, jelas, dan elok. Jika diperlukan,
tulisan perlu disunting beberapa kali agar dapat
dihasilkan tulisan yang betul-betul komunikatif bagi
pembaca.
(2) Dari segi intonasi
Yang membedakan bahasa lisan dan tulisan
adalah berkaitan dengan intonasi (panjang-pendek
suara/tempo, tinggi-rendah suara/nada, keras-lembut
suara/tekanan) yang sulit dilambangkan dalam ejaan
dan tanda baca, serta tata tulis yang dimiliki. Jadi,
kadangkala bahasa tulisan perlu dirumuskan kembali
jika ingin menyampaikan perasaan yang sama
lengkapnya dengan ungkapan perasaan dalam bahasa
lisan. Walaupun ragam bahasa tulis lebih rumit namun
demikian ragam ini mempunyai keistimewaan yang
tidak dimiliki bahasa lisan seperti dimungkinkannya
digunakan huruf kapital, huruf miring, dan tanda
kutip, paragraf atau tanda-tanda baca lainnya.
Goeller (1980) mengemukakan bahwa ada tiga
krakteristik bahasa tulisan yaitu acuracy, brevety,
claryty (ABC).
(a) Acuracy (akurat) adalah segala informasi atau
gagasan yang dituliskan dapat memberi
keyakinan bagi pembaca bahwa hal tersebut
masuk akal atau logis. Pertanyaan yang dapat
diajukan untuk mengetahui keakuratan tulisan
adalah sebagai berikut:
- Apakah tulisan saya tidak menyampaikan
gagasan yang berlebihan?
- Apakah saya telah memikirkan secara cermat
gagasan yang ada dalam tulisan ini?

23
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
- Apakah saya telah mencek keseluruhan tulisan
ini sehingga tidak ada yang keliru?
(b) Brevety (ringkas) yang berarti gagasan tertulis
yang disampaikan bersifat singkat karena tidak
menggunakan kata yang mubazir dan berulang,
seluruh kata yang digunakan dalam kalimat ada
fungsinya.
Contoh:
Tidak Ringkas Ringkas
Untuk memenuhi Untuk memenuhi
kekurangan ikan perlu kekurangan ikan,
ada peningkatan perlu peningkatan
produksi dengan jalan produksi melalui
meningkat-kan usaha penangkapan.
penangkapan ikan
agar supaya keku-
rangan tersebut dapat
dipenuhi.

Pertanyaan yang dapat diajukan untuk


mengetahui keringkasan tulisan adalah sebagai
berikut:
- Apakah saya telah menggunakan cara
tersingkat dalam menyampaikan gagasan dan
pembaca dapat memahaminya dengan baik?
- Apakah ada kata-kata yang bisa dibuang tanpa
mempengaruhi keutuhan makna kalimat?
(c) Claryty (jelas) adalah tulisan itu mudah dipahami,
alur pikirannya mudah diikuti oleh pembaca.
Tidak menimbulkan salah tafsir bagi pembaca.
Contoh:

24
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

Tidak Ringkas Ringkas


Siapa yang mengusutkan Persoalan itu diusut
persoalan itu? oleh siapa?

Pertanyaan yang dapat digunakan untuk


mengetahui kejelasan tulisan adalah:
- Apakah saya sendiri mengerti dengan baik
tulisan saya?
- Apakah saya telah memilih kata dan menyusun
kalimat dengan cermat?

c. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


Hampir setiap saat kita sering mendengar
anjuran “gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan
benar.” Bahkan sebagai seorang guru, sering pula
mengingatkan siswa untuk menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Apakah istilah bahasa
yang baik dan benar memang sudah dipahami
maksudnya? Ataukah ada bahasa yang baik dan ada
bahasa yang benar? Ataukah bahasa yang baik adalah
bahasa yang benar?
Berbahasa Indonesia yang baik adalah
berbahasa Indonesia yang sesuai dengan tempat
tempat terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan
siapa lawan bicara, dan sesuai dengan topik
pembicaraan. Bahasa Indonesia yang baik tidak selalu
perlu beragam baku. Yang perlu diperhatikan dalam
berbahasa Indonesia yang baik adalah pemanfaatan
ragam yang tepat dan serasi menurut golongan
penutur dan jenis pemakaian bahasa.

25
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
Ada pun berbahasa Indonesia yang benar
adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan
kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Dengan
kata lain, pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah
yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang
merupakan bahasa yang benar atau betul.
Jadi, terkadang kita menggunakan bahasa
bahasa yang baik, artinya tepat, tetapi tidak termasuk
bahasa yang benar. Sebaliknya, terkadang pula
mungkin kita menggunakan bahasa yang benar yang
penerapannya tidak baik karena situasi mensyaratkan
ragam bahasa yang baku. Maka anjuran agar kita
“berbahasa Indonesia dengan baik dan benar” dapat
diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan
sasarannya dan yang di samping itu mengikuti kaidah
bahasa yang betul. Ungkapan “bahasa Indonesia yang
baik dan benar”, sebaliknya, mengacu ke ragam
bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan
kebaikan dan kebenaran.
Di bawah ini disajikan sebuah kisah nyata yang
dikutip dari Syafi‟ie (1990):
Seorang nakhoda kapal suatu ketika mengetahui
bahwa di antara penumpangnya terdapat
seorang ahli bahasa-bahasa Indonesia. Ia minta
bantuan sang ahli bahasa itu untuk
mengumumkan peraturan pengambilan makanan
bagi para penumpangnya. Sang ahli bahasa yang
bernama Prof. Dr. Van Ronkel kemudia berdiri di
depan para penumpangnya: “Maka adalah
nakhoda bahtera ini memberi maklumat kepada
sekalian jemaah haji bahwasanya sekalipun tuan-
tuan haji akan diberi makanan dan minuman

26
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
bilamana warakah dari bahtera ini
dipertunjukkan kepada tuan nakhoda.”
Mendengar itu banyak jemaah haji yang
terbengong-bengong dan tidak segera
menukarkan tiketnya untuk mendapatkan
makanan. Sang nakhoda pun bingungdan
terheranheran. Segera saja ia memerintahkan
seorang kelasi untuk mengumumkannya kembali.
Sang kelasi dengan sedikit gemas mengucapkan:
“Hee, apa kowe tidak mengerti, kalau mau
makan, kasih lihat tiket? Ayo, lekas ambila
makan!” Para jemaah haji yang semula
terbengong-bengong segera saja beranjak dari
duduknya dan turut pergi mengambil makanan.
Melihat itu sang nakhoda kapal beserta kelasinya
tak tahan menahan tawanya lagi. (G. D. Pasesa
1981: Enam Bulan Pasca Bulan Bahasa. Apa Kabar
Pemakaian Bahasa?)

Bagaimana? Ragam bahasa apakah yang


digunakan oleh ahli bahasa dalam kutipan di atas?
Apakah bahasanya komunikatif? Sebaliknya, ragam
bahasa apa yang digunakan oleh sang kelasi?
Kumunikatifkah ragam bahasanya atau tidak?

27
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB III

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

1. Model, Pendekatan, Metode, Teknik, dan Strategi


Model pembelajaran adalah bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam
model pembelajaran terdapat strategi pencapaian
kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada guru
menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct
instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran
ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa menurunkan strategi
pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi
pembelajaran induktif.
Metode merupakan jabaran dari pendekatan.
Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai
metode. Metode adalah prosedur pembelajaran yang
difokuskan ke pencapaian tujuan.
Teknik dan taktik mengajar merupakan
penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah
cara yang dilakukan seseorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara
28
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
yang bagaimana yang harus dilakukan agar metode
ceramah yang dilakukan berjalan efektif dan efisien?
Dengan demikian sebelum seorang melakukan proses
ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan
situasi.
Taktik adalah gaya seseorang dalam
melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu.
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan
yang didisain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.(J.R. David dalam Sanjaya, 2008:126).
Selanjutnya dijelaskan strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien (Kemp dalam
Sanjaya, 2008:126). Istilah strategi sering digunakan
dalam banyak konteks dengan makna yang selalu
sama. Dalam konteks pengajaran strategi bisa
diartikan sebagai suatu pola umum tindakan
gurupeserta didik dalam manifestasi aktivitas
pengajaran (Ahmad Rohani, 2004 : 32). Sementara
itu, Joyce dan Weil lebih senang memakai istilah
model-model mengajar daripada menggunakan
strategi pengajaran (Joyce dan Weil dalam Rohani,
2004:33). Nana Sudjana menjelaskan bahwa strategi
mengajar (pengajaran) adalah “taktik” yang
digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar (pengajaran) agar dapat mempengaruhi
para siswa (peserta didik) mencapai tujuan pengajaran
secara lebih efektif dan efisien (Nana Sudjana dalam
Rohani, 2004:34). Jadi menurut Nana Sudjana,
strategi mengajar/pengajaran ada pada pelaksanaan,

29
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
sebagai tindakan nyata atau perbuatan guru itu sendiri
pada saat mengajar berdasarkan pada rambu-rambu
dalam satuan pelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa strategi pembelajaran harus
mengandung penjelasan tentang metode/prosedur
dan teknik yang digunakan selama proses
pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain, strategi
pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas
daripada metode dan teknik. Artinya,
metode/prosedur dan teknik pembelajaran
merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Dari
metode, teknik pembelajaran diturunkan secara
aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran
berlangsung.

2. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran Bahasa


Indonesia
a. Pendekatan Whole Language
Whole language adalah suatu pendekatan
pembelajaran bahasa yang menyajikan pembelajaran
bahasa secara utuh atau tidak terpisah-pisah. (Edelsky,
1991; Froese, 1990; Goodman, 1986; Weafer, 1992,
dalam Santosa, 2004).
Para ahli whole language berkeyakinan bahwa
bahasa merupakan satu kesatuan (whole) yang tidak
dapat dipisah-pisah (Rigg, 1991). Oleh karena itu,
pengajaran keterampilan berbahasa dan komponen
bahasa seperti tata bahasa dan kosakata disajikan
secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau
otentik. Pengajaran tentang penggunaan tanda baca,
umpamanya, diajarkan sehubungan dengan
30
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
pembelajaran keterampilan menulis. Demikian juga
pembelajaran membaca dapat diajarkan bersamaan
dengan pembelajaran berbicara, pembelajaran sastra
dapat disajikan bersamaan dengan pembelajaran
membaca dan menulis ataupun berbicara. Selain itu,
dalam pendekatan whole language, pembelajaran
bahasa dapat juga disajikan sekaligus dengan materi
pelajaran lain, umpamanya bahasa-matematika,
bahasa-IPS, bahasa-sains, bahasa-agama.

Ciri-ciri Whole Language


Ada tujuh ciri yang menandakan kelas whole
language :
(1) Kelas yang menerapkan whole language penuh
dengan barang cetakan, misalnya: poster hasil
kerja siswa dan karya tulis siswa menghiasi
dinding kelas.
(2) Siswa belajar melalui model atau contoh. Guru
dan siswa bersama-sama melakukan kegiatan
membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.
(3) Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
(4) Siswa berbagi tanggung jawab dalam
pembelajaran. Peran guru di kelas whole
language hanya sebagai fasilitator dan siswa
mengambil alih beberapa tanggung jawab yang
biasanya dilakukan oleh guru.
(5) Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran
bermakna. Dalam hal ini interaksi guru adalah
multiarah.

31
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
(6) Siswa berani mengambil risiko dan bebas
bereksperimen. Guru tidak mengharapkan
kesempurnaan, yang penting adalah respon atau
jawaban yang diberikan siswa dapat diterima.
(7) Siswa mendapat balikan (feed back) positif baik
dari guru maupun temannya. Konferensi antara
guru dan siswa memberi kesempatan pada siswa
untuk melakukan penilaian diri dan melihat
perkembangan diri. Siswa yang
mempresentasikan hasil tulisannya mendapatkan
respon positif dari temannya. Hal ini dapat
membangkitkan rasa percaya diri.

Penilaian dalam Kelas Whole Language


Dalam kelas whole language guru senantiasa
memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh siswa.
Guru memberikan penilaian pada siswa selama proses
pembelajaran berlangsung, guru memperhatikan siswa
menulis, mendengarkan siswa berdiskusi baik dalam
kelompok maupun diskusi kelas. Ketika siswa
bercakap-cakap dengan temannya atau dengan guru,
penilaian juga dilakukan. Bahkan, guru juga
memberikan penilaian saat siswa bermain selama
waktu istirahat. Kemudian, penilaian juga berlangsung
ketika siswa dan guru mengadakan konferensi. Selain
itu, penilaian juga dilakukan dengan menggunakan
portofolio.

b. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual mengasumsikan bahwa
secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai
dengan situasi nyata lingkungan seseorang melalui
32
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
pencarian hubungan masuk akal dan bermanfaat.
Melalui pemaduan materi yang dipelajari dengan
pengalaman keseharian, siswa akan menghasilkan
dasar-dasar pengetahuan yang mendalam. Siswa akan
mampu menggunakan pengetahuannya untuk
menyelesaikan masalah-masalah baru yang belum
pernah dihadapinya dengan peningkatan pengalaman
dan pengetahuannya. Siswa diharapkan dapat
membangun pengetahuannya yang akan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari dengan memadukan
materi pelajaran yang telah diterimanya di sekolah.
Nathan Gage in Brown mendefinisikan
pengajaran sebagai berikut, “Teaching is guiding and
facilitating learning, enabling the learner to learn,
setting the conditions for learning,” (Brown, 1994:7).
Mengajar berarti memandu dan memfasilitasi belajar
memungkinkan pemelajar untuk belajar, menciptakan
kondisi belajar. Definisi di atas menunjukkan bahwa
pengajaran tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran.
Pengajaran merupakan kegiatan yang diciptakan oleh
guru untuk memfasilitasi siswa dalam proses
pembelajaran. Pengajaran merupakan kegiatan yang
sangat memerlukan keterlibatan siswa. Demikian juga
dengan pendekatan kontekstual yang berpusat pada
siswa.
Kontekstual adalah kaidah yang dibentuk
berazaskan maksud kontekstual itu sendiri.
Kontekstual seharusnya mampu membawa pelajar ke
pemelajaran isi dan konsep yang berkenaan atau
relevan bagi mereka, dan juga memberi makna dalam
kehidupan seharian mereka. Jadi, pemelajaran
kontekstual merupakan satu konsepsi pengajaran dan

33
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
pembelajaran yang membantu guru mengaitkan
bahan subjek yang dipelajari dengan situasi dunia
sebenarnya dan memotivasikan pemelajar untuk
membuat hubungan antara pengetahuan dengan
aplikasinya dalam kehidupan harian mereka sebagai
anggota keluarga, masyarakat, dan pekerja
Dalam pendekatan kontekstual, ada delapan
komponen yang harus ditempuh, yaitu:
(1) Membuat keterkaitan-keterkaitan yang
bermakna.
(2) Melakukan pekerjaan yang berarti.
(3) Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri.
(4) Bekerja sama.
(5) Berpikir kritis dan kreatif.
(6) Membantu individu untuk tumbuh dan
berkembang.
(7) Mencapai standar yang tinggi.
(8) Menggunakan penilaian autentik (Johnson,
2007:65-66).
Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan
bahwa pendekatan kontekstual adalah
mempraktikkan konsep belajar yang mengaitkan
materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata
siswa. Siswa secara bersama-sama membentuk suatu
sistem yang memungkinkan mereka melihat makna di
dalamnya.
Pendekatan kontekstual dapat diterapkan
dalam mata pelajaran apa saja. Tidak terkecuali dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut konsep
CTL, “Belajar akan lebih bermakna jika anak didik
„mengalami‟ apa yang dipelajarinya, bukan sekedar
„mengetahui‟ apa yang dipelajarinya”. Pembelajaran

34
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
yang berorientasi pada target penguasaan materi
terbukti berhasil dalam kompetisi „mengingat‟ jangka
pendek, tetapi gagal dalam membekali anak didik
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka
panjang (Hernowo, 2005:61).
Terdapat lima karakteristik penting dalam
proses pembelajaran yang menggunakan CTL:
(1) Dalam CTL pembelajaran merupakan proses
pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activing knowledge). Artinya, apa yang akan
dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang
sudah dipelajari. Dengan demikian, pengetahuan
yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan
yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama
lain.
(2) Pembelajaran yang kontekstual adalah
pembelajaran dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru (acquiring
knowledge). Pengetahuan baru itu dapat
diperoleh dengan cara deduktif. Artinya,
pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara
keseluruhan kemudian memperhatikan detailnya.
(3) Pemahaman pengetahuan (understanding
knowledge) berarti pengetahuan yang diperoleh
bukan untuk dihafal, melainkan untuk dipahami
dan diyakini.
(4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman
tersebut (applying knowledge). Artinya,
pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya
harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan
nyata.

35
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
(5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge)
terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk
proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

c. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah suatu
pendekatan yang bertujuan untuk membuat
kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran
bahasa, juga mengembangkan prosedur-prosedur bagi
pembelajaran 4 keterampilan berbahasa
(mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis),
mengakui dan menghargai saling ketergantungan
bahasa.
Ciri utama pendekatan komunikatif adalah
adanya 2 kegiatan yang saling berkaitan erat, yakni
adanya kegiatan-kegiatan komunikatif fungsional
(functional communication activies) dan kegiatan-
kegiatan yang sifatnya interaksi sosial (social
interaction activies). Kegiatan komunikatif fungsional
terdiri atas 4 hal, yakni: a) mengolah informasi; b)
berbagi dan mengolah informasi; c) berbagi informasi
dengan kerja sama terbatas; dan d) berbagi informasi
dengan kerja sama tak terbatas. Kegiatan interaksi
sosial terdiri atas 6 hal, yakni: a) improvisasi lakon-
lakon pendek yang lucu; b) aneka simulasi; c) dialog
dan bermain peran; d) sidang-sidang konversasi; e)
diskusi; dan f) berdebat.
Ada delapan aspek yang berkaitan erat
dengan pendekatan komunikatif (David Nunan, 1989,
dalam Solchan T.W., dkk. 2001:66), yaitu:

36
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
(1) Teori Bahasa Pendekatan Komunikatif
berdasarkan teori bahasa menyatakan bahwa
pada hakikatnya bahasa adalah suatu sistem
untuk mengekspresikan makna, yang
menekankan pada dimensi semantik dan
komunikatif daripada ciri-ciri gramatikal bahasa.
Oleh karena itu,yang perlu ditonjolkan adalah
interaksi dan komunikasi bahasa, bukan
pengetahuan tentang bahasa.
(2) Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini
adalah teori pemerolehan bahasa kedua secara
alamiah.
(3) Tujuan mengembangkan kemampuan siswa
untuk berkomunikasi (kompetensi dan
performansi komunikatif).
(4) Silabus harus disusun searah dengan tujuan
pembelajaran dan tujuan yang dirumuskan dan
materi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan
siswa.
(5) Tipe kegiatan tukar menukar informasi, negosiasi
makna atau kegiatan lain yang bersifat riil.
(6) Peran guru fasilitator proses komunikasi,
partisipan tugas dan tes, penganalisis kebutuhan,
konselor, dan manajer proses belajar.
(7) Peran siswa pemberi dan penerima, sehingga
siswatidak hanya menguasai bentuk bahasa, tapi
juga bentuk dan maknanya.
(8) Peranan materi pendukung usaha meningkatkan
kemahiran berbahasa dalam tindak komunikasi
nyata.
Prosedur-prosedur pembelajaran berdasarkan
pendekatan komunikatif lebih bersifat evolusioner

37
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
daripada revolusioner. Adapun garis kegiatan
pembelajaran yang ditawarkan mereka adalah:
penyajian dialog singkat, pelatihan lisan dialog yang
disajikan, penyajian tanya jawab, penelaah dan
pengkajian, penarikan simpulan, aktivitas interpretatif,
aktivitas produksi lisan, pemberian tugas,
pelaksanaan evaluasi.

d. Pendekatan Integratif
Pendekatan Integratif dapat dimaknakan
sebagai pendekatan yang menyatukan beberapa aspek
ke dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi
interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang
studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi
diintegrasikan. Misalnya, mendengarkan
diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis
diintegrasikan dengan berbicara dan membaca.
Materikebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan
bahasa. Integratif antarbidang studi merupakan
pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi.
Misalnya, bahasa Indonesia dengan matematika atau
dengan bidang studi lainnya.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
integratif interbidang studi lebih banyak digunakan.
Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung
menyodorkan materi kalimat ke siswa tetapi diawali
dengan membaca atau yang lainnya. Perpindahannya
diatur secara tipis. Bahkan, guru yang pandai
mengintegrasikan penyampaian materi dapat
menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan
materi.

38
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
Integratif sangat diharapkan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Pengintegrasiannya
diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang
perlu dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan.
Materi ajar justru merupakan kesatuan yang perlu
dikemas secara menarik.

3. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia


a. Metode Audiolingual
Metode audiolingual sangat mengutamakan
drill (pengulangan). Metode itu muncul karena
terlalu lamanya waktu yang ditempuh dalam belajar
bahasa target. Padahal untuk kepentingan tertentu,
perlu penguasaan bahasa dengan cepat. Dalam
audiolingual yang berdasarkan pendekatan struktural
itu, bahasa yang diajarkan dicurahkan pada lafal kata,
dan pelatihan pola-pola kalimat berkali-kali secara
intensif. Guru meminta siswa untuk mengulang-ulang
sampai tidak ada kesalahan.
Langkah-langkah yang biasanya dilakukan
adalah (a) penyajian dialog atau teks pendek yang
dibacakan guru berulang-ulang dan siswa menyimak
tanpa melihat teks yang dibaca, (b) peniruan dan
penghafalan teks itu setiap kalimat secara serentak
dan siswa menghafalkannya, (c) penyajian kalimat
dilatihkan dengan pengulangan, (d) dramatisasi dialog
atau teks yang dilatihkan kemudian siswa
memperagakan di depan kelas, dan (e) pembentukan
kalimat lain yang sesuai dengan yang dilatihkan.

39
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
b. Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan komunikatif harus
mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap
tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap
pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan konkret
yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini
dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat
dipahami, ditulis, diutarakan, atau disajikan ke dalam
nonlinguistis. Sepucuk surat adalah sebuah produk.
Demikian pula sebuah perintah, pesan, laporan, atau
peta, juga merupakan produk yang dapat dilihat dan
diamati. Dengan begitu, produk-produk tersebut
dihasilkan melalui penyelesaian tugas yang berhasil.
Contohnya menyampaikan pesan kepada
orang lain yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Tujuan itu dapat dipecah menjadi (a) memahami
pesan, (b) mengajukan pertanyaan untuk
menghilangkan keraguan, (c) mengajukan pertanyaan
untuk memperoleh lebih banyak. informasi, (d)
membuat catatan, (e) menyusun catatan secara logis,
dan (f) menyampaikan pesan secara lisan. Dengan
begitu, untuk materi bahasan penyampaian pesan
saja, aktivitas komunikasi dapat terbangun secara
menarik, mendalam, dan membuat siswa lebih
intensif.

40
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
c. Metode Produktif
Metode produktif diarahkan pada berbicara
dan menulis. Siswa harus banyak berbicara atau
menuangkan gagasannya. Dengan menggunakan
metode produktif diharapkan siswa dapat
menuangkan gagasan yang terdapat dalam pikirannya
ke dalam keterampilan berbicara dan menulis secara
runtun. Semua gagasan yang disampaikan dengan
menggunakan bahasa yang komunikatif. Yang
dimaksud dengan komunikatif di sini adalah adanya
respon dari lawan bicara. Bila kita berbicara lawan
bicara kita adalah pendengar, bila kita menulis lawan
bicara kita adalah pembaca.

d. Metode Langsung
Metode langsung berasumsi bahwa belajar
bahasa yangbaik adalah belajar yang langsung
menggunakan bahasa secara intensif dalam
komunikasi. Tujuan metode langsung adalah
penggunaan bahasa secara lisan agar siswa dapat
berkomunikasi secara alamiah seperti penggunaan
bahasa Indonesia di masyarakat. Siswa diberi latihan-
latihan untuk mengasosiasikan kalimat dengan artinya
melalui demonstrasi, peragaan, gerakan, serta mimik
secara langsung.

e. Metode Partisipatori
Metode pembelajaran partisipatori lebih
menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa
dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa
didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan

41
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil
belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau
fasilitator.
Dalam metode partisipatori siswa aktif,
dinamis, dan berlaku sebagai subjek. Namun, bukan
berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam
memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar,
tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan
sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi,
pandai berperan sebagai moderator dan kreatif.
Konteks siswa menjadi tumpuan utama.

f. Metode Membaca
Metode membaca bertujuan agar siswa
mempunyai kemampuan memahami teks bacaan yang
diperlukan dalam belajar siswa. Berikut langkah-
langkah metode membaca:
(1) pemberian kosakata dan istilah yang dianggap
sukar dari guru ke siswa. Hal ini diberikan dengan
definisi dan contoh ke dalam kalimat.
(2) Penyajian bacaan di kelas. Bacaan dibaca
dengandiam selama 10-15 menit (untuk
mempercepat waktu, bacaan dapat diberikan
sehari sebelumnya)
(3) Diskusi isi bacaan dapat melalui tanya jawab.
(4) Pembicaraan tata bahasa dilakukan dengan
singkat. Hal itu dilakukan jika dipandang perlu
oleh guru.
(5) Pembicaraan kosakata yang relevan.
(6) Pemberian tugas seperti mengarang (isinya
relevan dengan bacaan) atau membuat denah,

42
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
skema, diagram, ikhtisar, rangkuman, dan
sebagainyayang berkaitan dengan isi bacaan.

g. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen
materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema
yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu
dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi
alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan
disajikan secara kontekstualitas, kontemporer,
konkret, dan konseptual.
Tema yang telah ditentukan haruslah diolah
dengan perkembangan lingkungan siswa yang terjadi
saat ini. Begitu pula isi tema disajikan secara
kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang terjadi
sekarang di lingkungan siswa juga harus terbahas dan
terdiskusikan di kelas. Tema tidak disajikan secara
abstrak tetapi diberikan secara konkret. Semua siswa
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika
yang dipunyainya. Konsep-konsep dasar tidak
terlepas. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau
dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan
pemahaman.

h. Metode Kuantum
Quantum Learning (QL) merupakan metode
pendekatan belajar yang bertumpu dari metode Freire
dan Lozanov. QL mengutamakan kecepatan belajar
dengan cara partisipatori peserta didik dalam melihat
potensi diri dalam kondisi penguasaan diri. Gaya

43
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
belajar mengacu pada otak kanan dan otak kiri
menjadi ciri khas QL. Menurut QL bahwa proses
belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks.
Segala sesuatu dapat berarti setiap kata, pikiran,
tindakan, dan asosiasi, serta sejauh mana guru
mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan
pengajaran maka sejauh itulah proses belajar
berlangsung. Hubungan dinamis dalam lingkungan
kelas merupakan landasan dan kerangka untuk
belajar. Dengan begitu, pembelajar dapat mememori,
membaca, menulis, dan membuat peta pikiran
dengan cepat.

i. Metode Diskusi
Diskusi adalah proses pembelajaran melalui
interaksi dalam kelompok. Setiap anggota kelompok
saling bertukar ide tentang suatu isu dengan tujuan
untuk memecahkan suatu masalah,menjawab suatu
pertanyaan, menambah pengetahuan atau
pemahaman, atau membuat suatu keputusan. Apabila
proses diskusi melibatkan seluruh anggota kelas,
pembelajaran dapat terjadi secara langsung dan
bersifat student centered (berpusat pada siswa).
Dikatakan pembelajaran langsung karena guru
menentukan tujuan yang harus dicapai melalui diskusi,
mengontrol aktivitas siswa serta menentukan fokus
dan keberhasilan pembelajaran. Dikatakan berpusat
kepada siswa karena sebagian besar input
pembelajaran berasal dari siswa, mereka belajar secara
aktif dan meningkatkan belajar, serta mereka dapat
menemukan hasil diskusi mereka.

44
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
j. Metode Kerja Kelompok Kecil (Small-Group
Work)
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok
kecil merupakan metode yang banyak dianjurkan oleh
para pendidik. Metode ini dapat dilakukan untuk
mengajarkan materi-materi khusus. Kerja kelompok
kecil merupakan metode pembelajaran yang berpusat
kepada siswa. Siswa dituntut untuk memperoleh
pengetahunan sendiri melalui bekerja secara bersama-
sama. Tugas guru hanyalah memonitor apa yang
dikerjakan siswa. Yang ingin diperolah melalui kerja
kelompok adalah kemampuan interaksi sosial, atau
kemampuan akademik atau mungkin juga keduanya.

4. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia


a. Startegi Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung adalah istilah yang
sering digunakan untuk teknik pembelajaran
ekspositoris, atau teknik penyampaian semacam
kuliah (sering juga digunakan istilah “chalck and
talk”). Strategi pembelajaran langsung merupakan
bentukdan pendekatan pembelajaran yang
berorientasi kepada guru (teacher centered approach).
Dikatakan demikian, sebab dalam staretgi ini guru
memegang peran yang sangat dominan. Melalui
strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran
secara terstruktur. Diharapkan apa yang disampaikan
itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama
strategi ini adalah kemampuan akademik (academic
achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan

45
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
kuliah dan demonstrasi merupakan bentuk-bentuk
strategi pembelajaran langsung.

b. Strategi Pembelajaran Cooperative Learning


Cooperative Learning
adalah strategi
pembelajaran yang menekankan pada proses kerja
sama dalam suatu kelompok yang biasa terdiri atas 3
sampai 5 orang siswa untuk mempelajari suatu materi
akademik yang spesifik sampai tuntas.. Melalui
Cooperative Learning siswa didorong untuk bekerja
sama secara maksimal sesuai dengan keadaan
kelompoknya. Kerja sama di sini dimaksudkan setiap
anggota kelompok harus saling bantu. Yang cepat
harus membantu yang lambat karena penilaian akhir
ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Kegagalan
individu adalah kegagalan kelompok, dan sebaliknya
keberhasilan individu adalah keberhasilan
kelompok.Oleh karena itu, setiap anggota harus
memiliki tanggung jawab penuh terhadap
kelompoknya. Beberapa penulis seperti Slavin,
Johnson, & Johnson, mengatakan ada komponen
yang sangat penting dalam strategi pembelajaran
cooperative yaitu kooperatif dalam mengerjakan
tugas-tugas dan kooperatif dalam memberikan
dorongan atau motivasi.
Slavin, Abrani, dan Chambers (1996)
berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat
dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif
sosial, perspektif perkembangan kognitif dan
perspektif elaborasi kognitif. Perspektif motivasi,
artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada
kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok
46
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
akan saling membantu. Perspektif sosial artinya bahwa
melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu
dalam belajar karena mereka menginginkan semua
anggota kelompok memperoleh keberhasilan.
Bekerja secara tim dengan mengevaluasi
keberhasilansendiri oleh kelompok, merupakan iklim
yang bagus, karena setiap anggota kelompok
menginginkan semuanya memperoleh keberhasilan.
Dengan demikian keberhasilan setiap indivindu pada
dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal
semacam ini akan mendorong setiap anggota
kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan
kelompoknya.
Perspektif perkembangan kognitif artinya
bahwa dengan adanya interaksi antara anggota
kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa
untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi
kognitif, artinya bahwa setiap siswa akanberusaha
untuk memahami dan menimba informasi untuk
menambah pengetahuan kognitifnya.

c. Strategi Pembelajaran Problem Solving


Mengajar memecahkan masalah berbeda
dengan penggunaan pemecahan masalah sebagai
suatu strategi pembelajaran. Mengajar memecahkan
masalah adalah mengajar bagaimana siswa
memecahkan suatu persoalan, misalkan memecahkan
soal-soal matematika. Sedangkan strategi
pembelajaran pemecahan masalah adalah teknik
untuk membantu siswa agar memahami dan
menguasai materi pembelajaran dengan
menggunakan strategi pemecahan masalah. Dengan
47
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
demikian perbedaan keduanya terletak pada
kedudukan pemecahan masalah itu. Mengajar
memecahkan masalah berarti pemecahan masalah itu
sebagai isi atau content dari pelajaran, sedangkan
pemecahan masalah adalah sebagai suatu strategi.
Jadi, kedudukan pemecahan masalah hanya sebagai
suatu alat saja untuk memahami materi pembelajaran.
Ada beberapa ciri strategi pembelajaran
dengan pemecahan masalah, pertama, siswa bekerja
secara individual atau bekerja dalam kelompok kecil;
kedua, pembelajaran ditekankan kepada materi
pelajaran yang mendukung persoalan-persoalanuntuk
dipecahkan dan lebih disukai persoalan yang banyak
kemungkinan cara pemecahanya; ketiga, siswa
menggunakan banyak pendekatan dalam belajar;
keempat, hasil dari pemecahan masalah adalah tukar
pendapat (sharing) di antara semua siswa.

d. Strategi Mengulang
Strategi mengulang sederhana digunakan untuk
sekedar membaca ulang materi tertentu untuk
menghafal saja. Contoh lain dari strategi
sederhanaadalah menghafal nomor telepon, arah
tempat, waktu tertentu, daftar belanjaan, dan
sebagainya. Memori yang sudah ada di pikiran
dimunculkan kembali untuk kepentingan jangka
pendek, seketika, dan sederhana.
Penyerapan bahan belajar yang lebih kompleks
memerlukan strategi mengulang kompleks. Menggaris
bawahi ide-ide kunci, membuat catatan pinggir, dan
menuliskan kembali inti informasi yang telah diterima
merupakan bagian darimengulang kompleks. Strategi
48
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
tersebut tentunya perlu diajarkan ke siswa agar
terbiasa dengan cara demikian.

e. Strategi Elaborasi
Strategi elaborasi adalah proses penambahan
rinciansehingga informasi baru akan menjadi lebih
bermakna. Dengan strategi elaborasi, pengkodean
lebih mudah dilakukan dan lebih memberikan
kepastian. Strategi elaborasi membantu pemindahan
informasi baru dari memori di otak yang bersifat
jangka pendek ke jangka panjang dengan
menciptakan hubungan dan gabungan antara
informasi baru dengan yang pernah ada.
Beberapa bentuk strategi elaborasi adalah
pembuatancatatan, analogi, dan PQ4R. Pembuatan
catatan adalah strategi belajar yang menggabungkan
antara informasi yang dipunyai sebelumnya dengan
informasi baru yang didapat melalui proses mencatat.
Dengan mencatat, siswa dapat menuangkan ide baru
dari percampuran dua informasi itu. Analogi
merupakan cara belajar dengan pembandingan yang
dibuat untuk menunjukkan persamaan antara ciri
pokok benda atau ide, misalnya otak kiri mirip
dengan komputer yang menerima dan menyimpan
informasi. P4QR merupakan strategi yang digunakan
untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka
baca. P4QR singkatan dari Preview (membaca
selintas dengan cepat), Question (bertanya), dan 4R
singkatan dari read, reflect, recite, dan review atau
membaca, merefleksi, menanyakan pada diri sendiri,
dan mengulang secara menyeluruh. Strategi PQ4R
merupakan strategi belajar elaborasi yang terbukti
49
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
efektif dalam membantu siswa menghafal informasi
bacaan.
f. Strategi Organisasi
Strategi organisasi membantu pelaku belajar
meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru
dengan struktur pengorganisasian baru. Strategi
organisasi terdiri atas pengelompokan ulang ide-ide
atau istilah menjadi subset yang lebih kecil. Strategi
tersebut juga berperan sebagai pengindentifikasian
ide-ide atau fakta kunci dari sekumpulan informasi
yang lebih besar.
Bentuk strategi organisasi adalah Outlining,
yakni membuat garis besar. Siswa belajar
menghubungkan berbagai macam topik atau ide
dengan beberapa ide utama. Mapping, yang lebih
dikenal dengan pemetaan konsep, dalam beberapa
hal lebih efektif daripada outlining. Mnemonics
membentuk kategori khusus dan secara teknis dapat
diklasifikasikan sebagai satu strategi, elaborasi atau
organisasi. Mnemonics membantu dengan
membentuk asosiasi yang secara alamiah tidak ada
yang membantu mengorganisasikan informasi menjadi
memori kerja. Strategi Mnemonics terdiri atas
pemotongan, akronim, dan kata berkait.

5. Teknik Pembelajaran Bahasa


Pengertian teknik pembelajaran menekankan
pada pemberian latihan-latihan untuk memperoleh
dan meningkatkan keterampilan berbahasa yang telah
dimilik. Penerapan teknik pembelajaran ini
menekankan kegiatan dan kreativitas siswa.Teknik

50
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan
bahan ajar yang telah disusun dan bergantung pada
kemampuan guru dalam mencari siasat agar
pembelajaran berjalan lancar dan berhasil
maksimal.Dalam menentukan teknik pembelajaran ini,
guru perlu mempertimbangkan situasi kelas,
lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan
kondisi lainnya.
Berikut dijelaskan teknik-teknik pembelajaran
keterampilan berbahasa mulai dari menyimak,
berbicara, membaca dan menulis.

a. Teknik Pembelajaran Menyimak


Beberapa teknik pembelajaran menyimak yang
dapat diterapkan guru adalah:
(1) Dengar-ulang ucap
Pembelajaran menyimak dengan teknik ini
dilakukan dengan memperdengarkan model ucapan
kepada siswa dan siswamenirukan pengucapannya.
Guru perlu mempersiapkan secara cermat model
ucapan yang akan diajarkan apakah berbentuk kata,
kalimat yang sesuai dengan tingkat kemampuan
siswa. Walaupun teknik pembelajaran teknik ini
bersifat mekanis, jika diperlukan akan bermanfaat bagi
siswa. Misalnya pelafalan fonem yang benar sesuai
lafal fonem bahasa Indonesia, terutama sebagai bekal
dalam membaca teknik.
(2) Dengar-tulis
Teknik dengar-tulis juga disebut dengan dikte.
Dikte ini menurut Burhan Nurgiantoro (2010: 417)
dapat juga berperan sebagai alat penilaian menulis di
samping sebagai teknik pembelajaran menyimak.
51
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dalam pembelajaran, siswa diminta untuk
mendengarkan penggunaan bahasa kemudian diminta
menuliskan apa yang telah didengarkan. Terdapat
empat tipe dikte yaitu (1) dikte penuh, (2) dikte
sebagian, (3) dikte dengan gangguan, dan (4) dikte
komposisi. Pada dikte penuhsiswa diminta untuk
menuliskan semua ujaran yang diperdengarkan
kepadanya. Pada dikte sebagian siswa diminta untuk
menuliskan katab yang dapat melengkapi kalimat
atau paragraph, atau wacana yang tidak
diperdengarkan secara penuh. Jika dalam wacana tulis
disebut dengan wacana rumpang. Pada wacana tulis
teknik ini disebut dengan colze test. Siswa diminta
mengisi kata ke-n dari sebuah wacana yang
disediakan, bias kata kelima, keenam atau yang lain.
Sedangkan dikte dengan gangguan dilakukan dengan
memperdengarkan wacana lisan diikuti dengan
gangguan seperti penyimakan sebenarnya yang sering
ada gangguan darilingkungan. Siswa diminta untuk
menuliskan semua ujaran yang diperdengarkan. Di
sisilain dikte komposisi meminta siswa untuk
mendengarkan seluruh wacana lisan yang panjang
baik berupa cerita, uraian, penjelasankemudian siswa
menuliskan kembali dengan menggunakan kalimat
sendiri.
(3) Dengar-kerjakan
Pembelajaran menyimak dengan teknik ini,
siswa diminta mendengarkan perintah berupa kalimat,
petunjuk kemudian mengerjakan sesuai perintah atau
petunjuk. Misalnya petunjuk mengerjakan soal,
petunjuk mengoperasikan tape recorder.

52
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
(4) Dengar-terka
Pembelajaran menyimak dengan teknik ini,
siswa diminta mendengarkan pendeskripsian sesuatu
benda, objek, atau konsep kemudian siswa menerka
objek atau benda atau konsep yang dimaksud.
(5) Menemukan benda/konsep
Penggunaan teknik ini dilakukan dengan cara
guru mengumpulkan benda-benda dalam suatu
tempat tertentu. Guru mendeskripsikan benda yang
dimaksud kemudian siswa mengambil bendanya. Atau
benda dapat diganti dengan nama konsep tertentu
dalam bidang tertentu juga. Guru mendefinisikan atau
menyebut cirri-ciri suatu konsep kemudian siswa
mengambil tulisan tentang konsep dimaksud.
Misalnya guru menyebut cirri-ciri (1) kalimat yang
subjeknya melakukan pekerjaan, (2) predikatnya
diikuti objek. Siswa mengambil sebuah tulisan dari
beberapa konsep yang tersedia yaitu kalimat aktif
transitif.
(6) Siman bilang
Teknik pembelajaran ini sering disebut dengan
permainan bahasa yang bertujuan untuk melatih
kemampuan menyimak siswa. Pelaksanaan
pembelajaran dengan teknik ini mula-mula siswa
dibagi dalam dua kelompok. Masing-masing
kelompok mempersiapkan delapan perintah yang
harus diikuti oleh kelompok lawan dengan kriteria
tertentu. Misalnya perintah berupa aktivitas
menggerakkan anggota tubuh, terdiri atas 5-8 kata
dalam sebuah kalimat, perintah merupakan gerakan
yang sopan. Setelah perintah disusun permainan
dimulai dengan setiap siswa dalam satu kelompok

53
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
menjadi yuri untuk satu siswa pada kelompok lawan.
Jika gerakan benar skornya 1 dan jika salah skornya 0.
Skor perolehan untuk satu gerakan tergantung jumlah
siswa, jika jumlah siswa dalam satu kelompok 10,
sedang yang melakukan gerakan benar untuk satu
perintah 6 maka skornya 6. Skor tersebut dijumlah
sesuai jumlah perintahnya. Kelompok pemenang
adalah kelompok yang jumlah skornya terbanyak.
(7) Bisik berantai
Teknik pembelajaran ini dilakukan dengan
kelas dibagi dalam dua kelompok. Setiap kelompok
menyiapkan kalimat-kalimat yang akan dsibisikkan
oleh setiap anggota kelompok lawan. Kalimat yang
dibuat harus memenuhi criteria tertentu misalnya
dalam sebuah kalimat terdapat diftong, suku kata
berpola kompleks, memiliki fungsi SPOK.Setelah
kalimat selesai disusun diberitahukan kepada guru
untuk dilihat sudah memenuhi criteria tersebut atau
belum. Jika sudah memenuhi, permainan dimulai
dengan setiap siswa pertama membisikkan kalimat
kepada siswa kedua, siswa kedua membisikkannya
kepada siswa ketiga dan seterusnya sampai siswa
terakhir. Semua kalimat yang dibuat dibisikkan dan
siswa kedua sampai terakhir menuliskan kalimat yang
didengarnya pada kertas. Pemberian skor dilakukan
pada setiap siswa dalam satu kelompok dengan
membandingkannya dengan kalimat yang dibisikkan
oleh siswa pertama. Jika satu kelompok 8 siswa,
kalimat yang ditulis sesuai dengan yang dibisikkan
siswa pertama 5, berarti skornya 5.

54
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
(8) Melanjutkankan cerita
Kelas dapat dibagi dalam kelompok atau juga
tidak. Kelas membuat kesepakatan tentang cerita yang
akan disampaikan kepada teman oleh anggota kelas
secara estafet. Kesepakatan itu misalnya tentang tema.
Kemudian guru memanggil seorang siswa untuk
memulai bercerita di depan kelas dan dilanjutkan oleh
siswa kedua, ketiga dan seterusnya sampai cerita
berakhir.
(9) Merangkum
Teknik ini dilaksanakan dengan cara siswa
mendengarkan wacana lisan, dapat berupa ceramah,
kotbah, dialog, talk show setelah selesai membuat
rangkuman secara tertulis dari yang didengarkan.
(10) Menjawab pertanyaan
Pembelajaran menyimak dengan teknik ini
dilaksanakan dengan cara siswa diminta untuk
mendengarkan sebuah rekaman wacana, kemudian
diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang disampaikan guru. Guru menunjuk siswa yang
diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut. Perlu
diingat bahwa pertanyaan hendaknya bervariasi
tentang kata tanya yang digunakan maupun variasi
jenis pertanyaannya pada domain kognitif, afektif,
atau psikomotorik. Jawaban pertanyaan siswa dapat
tertulis dan dapat juga disampaikan secara lisan secara
bergantian.
(11) Permainan telepon/bertelepon
Dengan teknik ini, siswa dituntut untuk
mendengarkan pembicaraan dari tempat lain dengan
media telepon. Kemudian memberikan respon yang
sesuai dengan pembicaraan lewat telepon tersebut.

55
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan
menulskan/menyampaikan secara lisan tenang
pembicaraa yang telah dilakukannya.

b. Teknik Pembelajaran Berbicara


Teknik pembelajaran berbicara dari yang
bersifat mekanik sampai pada yang bersifat berbicara
sesungguhnya antara lain
(1) Ulang–ucap.
Teknik ini dilakukan dengan memberikan
model ucapan yang benar sesuai ucapan baku berupa
fonem, kata, kalimat siswa mendengarkan lalu
menirukan pengucapan tersebut. Pelafalan fonem
bahasa Indonesia sesuai dengan lafal fonem baku yang
dideskripsikan dalam PUEYD dan dalam Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia. Pemahaman dan
keterampilan tentang ucapan fonem, kata baku ini
akan bermanfaat tidak saja dalam penggunaan bahasa
sehari-hari tetapi juga dalam membaca teknik,
berpidato, ceramah, kotbah.
(2) Lihat-ucap.
Teknik ini digunakan dengan cara siswa
melihat benda, gambar, atau deskripsi kemudian
menyebutnya.
(3) Permainan kartu kata
Teknik ini digunakan dengan cara sekelompok
siswa memainkan kartu.
(4) Wawancara.
Wawancara sebagai teknik pembelajaran
berbicara merupakan kelanjutan dari bercakap-cakap.
Dalam wawancara, pewawancara harus memahami
profil orang yang diwawancarai agar pelaksanaannya
56
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
lancer. Di samping itu juga harus mempersiapkan
daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada yang
diwawancarai. Pertanyaan hendaknya bervariasi
menggunakan kata tanya 5W dan 1H.
(5) Reka cerita gambar.
Teknik ini digunakan dengan menyediakan
gambar, dapat berujud gambar lepas (1 gambar) atau
gambar seri atau poster. Siswa diminta untuk bercerita
berdasarkan gambar.
(6) Biografi
Dengan teknik ini, siswa diminta untuk
memaparkan biografi seseorang atau diri sendiri
berdasarkan data yang ada.
(7) Bermain peran
Teknik pembelajaran berbicara ini dilakukan
dengan cara siswa memainkan peran misalnya dokter
dengan pasien, guru dan siswanya, penjual Koran dan
pembeli, penumpang dan kernet. Dalam bermain
peran siswa dituntut untuk memiliki kemampuan
menggunakan ragam bahasa yang sesuai.
(8) Bertelepon
Pada masa sekarang telepon bukan lagi
merupakan barang mewah karena hampir setiap
orang memiliki HP. Dalam bertelepon seseorang
dituntut untuk berbicara dengan jelas, singkat,
danlugas.
(9) Dramatisasi
Dengan dramatisasi, pembelajaran perlu
mempersiapkan sekenario untuk dimainkan oleh
sekelompok siswa. Dengan teknik ini siswa belajar
menghayati, dan meaktualisasikan peran sesuai
dengan sekenario.

57
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
(10) Elaborasi
Teknik ini dilakukan dengan cara membahas
informasiyang didengar untuk mendapatkan
simpulan sehingga informasi itu akan lebih bermakna.
(11) Diskusi
Teknik diskusi bermanfaat untuk meningkatkan
kemampuan berbicara. Dalam berdiskusi siswa
dituntut menyampaikan gagasan, merespon gagasan
orang lain, menyimpulkan berbagai gagasan untuk
memecahkan masalah. Banyak manfaat diskusi bagi
siswa antara lain: (1) Siswa belajar bermusyawarah,
(2) siswa dapat menguji tingkat pengetahuannya, (3)
belajar menghargai pendapat orang lain, (4)
mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.
(12) Pidato
Teknik berpidato digunakan dalam
pembelajaran dengan cara meminta siswa berpidato
di depan kelas dengan peran, topic,dan isi sesuai
dengan konteks yang dikondisikan.
(13) Melanjutkan cerita
Dengan teknik ini, salah seorang siswa memulai
cerita dengan tema atau topik yang telah disepakati.
Kemudian cerita dilanjutkan secara estafet oleh siswa
kedua, ketiga dan seterusnya.
(14) Talk show
Dengan teknik ini, siswa diminta untuk
berpartisipasi dalam talk show sesuai jadwal yang
direncanakan. Masing-masing siswa bertugas dalam
kegiatan tersebut.
(15) Debat
Pelaksanaan debat bertujuan untuk
mengkonfrontasikan pendapat yang berbeda tentang

58
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
suatu masalah. Ada dua kelompok dalam debat yaitu
kelompok pro dan kelompok kontra. Sebelum debat
dilaksanakan masing- masing kelompok
mengumpulkan dan menyusun data, fakta, dan
argumentasi tentang tugasnya, pro atau kontra.
Setelah selesai dilakukan verifikasi tentang masalah
yang diperdebatkan.
(16) Menceritakan kembali
Dengan teknik ini, siswa diminta menceritakan
kembali buku yang telah dibaca, kegiatan yang telah
dilaksanakan, film yang telah ditonton. Dalam
menceritakan kembali perlu diperhatikan aspek-aspek
yang harus ada.
(17) Memberi petunjuk
Memberi petunjuk seperti menjelaskan arah,
letak suatu tempat, cara mengerjakan sesuatu
memerlukan kemampuan berbicara tingkat tinggi.
Petunjuk harus disampaikan dengan singkat agar
mudah dipahami, juga harus tepat agar tidak salah
paham,harus juga tegasagar tidak meragukan orang
yang mendengarkan.
(18) Laporan pandangan mata
Ada kalanya seseorang harus melaporkan suatu
kejadian dari tempat peristiwa berlangsung agar
orang lain dapat memahami peristiwa secara jelas.
Perlunya laporan tersebut karena penonton kurang
memahami konteks kejadian mungkin dalam hal
pelaku, latar belakang peristiwa, rincian kejadian
secara urut.
(19) Bertanya
Bertanya juga merupakan salah satu teknik
pembelajaran berbicara. Agar dapat bertanya dengan

59
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
baikperlu dipahami hal-hal berkaitan dengan
bertanya.

c. Teknik Pembelajaran Membaca


Beberapa teknik belajar membaca diantaranya
meliputi:
(1) Baca-terka
Pembelajaran membaca dengan menggunakan
teknik ini dimulai dari kegiatan membaca teks yang
berisi deskripsi, ilustrasi, paparan dari sesuatu.
Kemudian siswa menerka sesuatu yang dimaksud.
(2) Mempraktikkan petunjuk
Kegiatan memraktikkan petunjuk sering kita
hadapi sehari-hari. Misalnya dalam petrunjuk minum
obat, mengoperasikanalat rumah tangga seperti mesin
cuci, blender, mixer, kipas angin dan sebagainya.
Termasuk di dalamnya juga petunjuk cara memasak
makanan, membuat kerajinan, merangkai bunga. Dari
hal ini dapat dilihast bahwa membaca petunjuk
mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-
hari.
(3) Scanning (membaca sepintas/membaca
memindai)
Membaca sepintas dilakukan untuk
menemukan suatu informasi yang sudah ditentukan
sebelumnya secara cepat. Membaca cepat walaupun
dilakukan secara cepat harus teliti dan penuh kesiapan
menangkap informasi. Pelaksanaan pembelajaran
membaca sepintasini dapat dilakukan dengan tahapan
(1) menugasi anak membaca untuk menemukan
informasi pukul berapa kereta api Prameks tiba di
stasiun Balapan pada bacaan; (2) membaca sepintas
60
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
untuk menemukan letak informasi yang dibutuhkan
pada bacaan; (3) membaca untuk menemukan
informasi yang mungkin tidak saja harafiah tetapi
juga yang besifat tersirat.
(4) Skimming (membaca sekilas)
Membaca sekilas adalah tipe membaca
dengancara menjelajah bahan bacaan secara cepat
agar dapat memetik ide-ide utama. Seorang pembaca
sekilas yang terampil dapat memetik ide-ide pokok
dengan cepat dengan cara mengumpulkan kata-kata,
frasa-frasa, dan kalimat-kalimat inti. Sub judul-sub
judul memang sangat bergubna bagi pembaca sekilas
karena dalam subjudul telah terangkum bagian-bagian
selanjutnya sehingga kecepatan membaca kian
mewningkat untuk memeriksa isi yang telah ditandai.
Pembaca sekilas dapat melakukan hal-hal
berikut dengan alasannya: (1) menemukan sepenggal
informasi khusus dalam paragraph, kutipan, atau
acuan, (2) memetik secara cepat ide pokok dan
butirpebnting dalam bacaan, (3) memeriksa apakah
bagian tertentu diloncati atauharus dipetik karena
penting, (4) memanfaatkan waktu setepat mungkin.
Pembaca sekilas biasanya mempunyai tujuan untuk
menemukan sesuatu atau untuk memperoleh kesan
umum dalam bacaan.
(5) Melengkapi wacana/paragraf rumpang.
Melengkapi wacana rumpang merupakan salah
satu teknik dalam menguji kemampuan siswa dalam
memahami wacana tersebut. Caranya, sebuah wacana
atau paragraph dihilangkan kata ke-n untuk diisi
siswa dengan kata yang tepat. Kalimat pertama
merupakan kalimat yang utuh.

61
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
(6) Menceritakan kembali.
Menceritakan kembali bacaan merupakan
indikator bahwa siswa mampu menguasai bacaan.
Apabila siswa mampu memahami kata kunci, kalimat
topik, struktur bacaan dan menjawab pertanyaan
siapa, apa, di mana, bilamana, mengapa, dan
bagaimana dia telah memahamibacaan tersebut.
Untuk itu, siswa diminta dapat memahami hal-hal
tersebut agar dapat menceritakan kembali isi bacaan.
(7) Memparafrasekan
Puisi merupakan salah satu tipe bacaan yang
harus dipahami dan ditafsirkan maknanya. Sebagai
indicator bahwa siswatelah memahami puisi adalah
dapat memparafrasekannya secara tepat. Dalamhal ini
guru dapat membantu memberikan penjelasan dan
informasi yang memudahkan siswa dalam
memparafrasekan puisi.
(8) SQ3R
Teknik SQ3R (survey, question, read, recite,
and review) merupakan salah satu teknik membaca
untk studi. Untuk memahami wacana dibutuhkan
langkah-langkah ini agar pemahaman siswa secara
mendalam terhadap teks bacaan terpercaya. Pada
langkah survey, siswa melakukan kegiatan membaca
secara sekilas bacaan untuk mendapatkan gambaran
umum isi bacaan. Pada langkah questionsiswa
menyusun pertanyaan yang berkaitan dengan isi
bacaan. Pada langkah read, siswa membaca secara
paragraph demi paragraf untuk mendapatkan
pemahaman terhadap isi bacaan secara mendalam.
Pada langkah recite, siswa menceritakan kembali isi
bacaan, dan pada reviewsiswa mengkaji ulang isi

62
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
bacaan dengan mermberikan umpan balik terhadap
penceritaan kembali.
(9) Melanjutkan cerita
Siswa diminta untuk melanjutkan bacaan yang
disajikan belum selesai. Apabila siswa dapat
menyelesaikan cerita secara lengkap maka siswa telah
memahami cerita (bacaan) dengan baik

d. Teknik Pembelajaran Menulis


Beberapa teknik belajar menulis diantaranya
meliputi:
(1) Baca-tulis
Teknik baca-tulis sebagai teknik pembvelajaran
menulis dilakukan dengan cara siswa diminta untuk
membaca teks kemudian menuliskan kembali apa
yang telah dibacanya dengan kalimat-kalimat siswa.
(2) Dengar-tulis
Teknik dengar-tulis juga disebut sebagai dikte.
Pelaksanaan pembelajaran dengan teknik ini sama
dengan teknik dengar-tulis pada teknik pembelajaran
menyimak. Perbedaannya pada aspek yangdinilai
yaitu hasil tulisan siswa.
(3) Meniru model
Pembelajaran m,enulis dengan teknik ini, siswa
diminta untuk membaca model tulisan dari guru,
kemudian siswa menulis berdasar tema lain seperti
model yang dibacanya.
(4) Mengarang bersama.
Suatu karangan dapat ditulis oleh kelompok
secara bersama.Setiap anggota kelompok memberikan
kontribusinya dalam menulis. Tulisan dapat
ditentukan temanya oleh kelompok. Setelah itu

63
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
anggota mulai menulis dan diteruskan oleh anggota
yang lain.
(5) Melanjutkan cerita
Guru memberikan sebagian awal cerita yang
sudah dikenal siswa. Cerita itu harus dilanjutkan oleh
siswa sesuai dengan pemahaman dan daya khayalnya
masing-masing.
(6) Meringkas bacaan
Siswa diminta untuk meringkas bacaan yang
telah selesai dibaca. Guru dapat menentukan buku
yang harus dibaca oleh siswa atau memberikan
rambu-rambu buku yang harus dibaca untuk dibuat
ringkasannya.
(7) Reka cerita gambar
Guru memberikan sebuah gambar seri kepada
siswa. Berdasar gambar seri itu siswa mengembangkan
cerita sesuai dengan kemampuan, pemahaman, dan
daya khayalnya. Guru dapat memberikan rambu-
rambu tentang panjang karangan, dan penerapan
ejaan.
(8) Memerikan
Pembelajaran menulis dengan teknik ini, siswa
diminta memerikan suatu benda, lingkungan, atau
objek tertentu berdasar pengamatannya. Sesuatu yang
diperikan dapat bebas dan juga bias ditentukan oleh
guru dan siswa. Dari hasil tulisan siswa dapat
diketahui kejelian pengamatannya pada suatu objek.
Hasil tulisan yang singkat menunjukkanpengamatan
siswa yang belum cermat, dan teliti. Dengan demikian
teknik ini dapat dimanfaatkan untuk melatih siswa
mengamati objek tertentu secaracermat dan teliti.

64
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
(9) Mengembangkan topik
Pembelajaran menulis dengan teknik
mengembangkan topik dapat dimodifikasi dengan
pengembangan tema, atau judul.Sebelum memulai
menulis siswa perlu merencanakan tulisan dalam
bentuk kerangka karangan agar tulisan yang
dibuatnya sistematis, tidak tumpang tindih, dan
efektif.
(10) Menulis surat
Teknik pembelajaran menulis ini biasanya
didasarkan pada kepentingan, dan tujuan menulis
surat. Agar konteks penulisan nyata dan bermakna
penulisan surat biasanya didasarkan pada kondisi
nyata seperti membuat surat lamaran pekerjaan
berdasar lowongan pekerjaan yang terdapat dalam
media cetak, membalas surat edaran dan sebagainya
(11) Menyusun dialog
Teknik pembelajaran menulis ini membutuhkan
kemampuan penulis dalam mengatur peran-peran
dalam dialog, menjabarkan maksud percakapan lewat
peran, menjaga konsistensi topik, karakter tokoh, dan
penyelesaian masalah yang dipercakapkan.
(12) Catatan harian
Teknik ini meminta siswa menuliskan kejadian
yang dialaminya berikut refleksinya dalam kehidupan
siswa.
(13) Elaborasi
Dengan teknik elaborasi, siswa diminta untuk
mendiskusikan suatu permasalahan secara mendalam
sehingga memperoleh simpulan yang benar informasi
yang didengar. Setelah itu siswa dapat menuliskan
kembali kajiannya secara terperinci dengan

65
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
melengkapinya dengan informasi yang sudah dimiliki
sehingga pemahaman siswa lebih bermakna.
(14) Biografi
Dengan teknik ini siswa diminta untuk
menuliskan biografi seseorang yang dikenal dan
memiliki pengaruh terhadap masyarakat. Cara yang
dapat ditempuh adalah mengumpulkan data dan
fakta berkaitan dengan seseorang yang akan ditulis
biogafinya. Pengmpulan data-data tersebut apat
dilakukan dengan wawancara, membaca dokumen,
observasi, dan membuat catatan lapangan tentang
orang yang akan ditulis biografinya.
(15) Catatan harian
Dengan teknik ini, siswa diminta untk
membuat catatan harian yang berisi tentang kejadian-
kejadian yang dialami dan dirasakan dalam
kesehariannya. Diharapkan dengan cara tersebut siswa
terlatih menulis untuk mengungkapkan pengalaman,
perasaan, dan sikapnya terhadap suatu kejadian,
seseorang, atau sesuatu yang ada.
(16) Mengisi formulir
Mengisi formulir sering dilakukan oleh
seseorang ketika akan mendaftarkan diri untuk
menjadi siswa baru, meminjam uang di bank,
mengikuti lomba dan sebagainya. Dalam mengisi
formulir perlu dipahami tujuan pengisian, respon
yang diharapkan, petunjuk pengisian, dan harapan
pengisi. Hal ini perlu ditempuh agar dalam pengisian
formulir tidak terjadi salah pemahaman.

66
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB IV

STRUKTUR FONOLOGI DAN


MORFOLOGI
BAHASA INDONESIA

1. Struktur Fonologi Bahasa Indonesia


Jika diperhatikan dengan baik, dalam
kehidupan sehari-hari masih banyak masyarakat
menggunakan bahasa Indonesia tetapi tuturan/ucapan
daerahnya terbawa ke dalam tuturan bahasa
Indonesia. Tidak sedikit seseorang yang berbicara
dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan lafal atau
intonasi Jawa, Batak, Bugis, Sunda dan lain
sebagainya. Hal ini dimungkinkan karena sebagian
besar bangsa Indonesia memposisikan bahasa
Indonesia sebagai bahasa kedua. Sedangkan bahasa
pertamanya adalah bahasa daerah masing-masing.
Bahasa Indonesia hanya digunakan dalam komunikasi
tertentu, seperti dalam kegiatan-kegiatan resmi.
Untuk mencapai suatu ukuran lafal/fonem
baku dalam bahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-
lafal atau intonasi khas daerah itu dikurangi jika
mungkin diusahakan dihilangkan; begitu pula
pemakaian istilah “huruf dan fonem” perlu
dibedakan, lebih-lebih bagi Anda karena akan
memberikan pengaruh kepada siswa. Ingat, Anda
adalah model dalam berbahasa bagi siswa.
67
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
a. Pengertian Fonologi
Sebelum diuraikan mengenai fonologi, terlebih
dahulu apa yang dimasud dengan struktur. Yang
dimaksud dengan struktur di sini adalah penyusunan
atau penggabungan unsur-unsur bahasa menjadi suatu
bahasa yang berpola. Apakah yang dimaksud dengan
fonologi? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang
dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa
menurut fungsinya. Dengan demikian, fonologi
adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa
Indonesia atau dapat juga dikatan bahwa fonologi
adalah ilmu tentang bunyi bahasa.
Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua
bagian yakni:
(a) fonetik dan
(b) fonemik.
Fonetik yaitu ilmu bahasa yang membahas
tentang bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur
dan bagaimana bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Sedangkan menurut Samsuri (1994), fonetik
adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar. Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), fonetik
diartikan: bidang linguistik tentang pengucapan
(penghasilan) bunyi ujar atau fonetik adalah sistem
bunyi suatu bahasa. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa fonetik adalah ilmu bahasa yang
membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat
ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.
Selanjutnya, fonemik adalah ilmu bahasa yang
membahas bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai
pembeda makna. Terkait dengan pengertian tersebut,

68
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
fonemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997)
diartikan: (1) bidang linguistik tentang sistem fonem;
(2) sistem fonem suatu bahasa; (3) prosedur untuk
menentukan fonem suatu bahasa.
Selain pengertian fonetik dan fonemik, Anda
perlu pula memahami apa yang dikasud dengan
fonem. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi kekeliruan
dalam penggunaan istilah “fonem” dan “huruf”.
Supriyadi (1992) berpendapat bahwa yang dimaksud
fonem adalah satuan kebahasaan yang terkecil.
Pendapat tersebut dibuktikan dengan dengan cara
menganalisis struktur fonologis kata dasar baca
dengan menggunakan diagram pohon seperti berikut:

buku katadasa
r

suku kata suku kata


bu ku

b u k u fonem fonem fonem

69
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
Selain pendapat di atas, Santoso (2004)
menyatakan bahwa setiap bunyi ujaran dalam satu
bahasa mempunyai fungsi membedakan arti. Bunyi
ujaran yang membedakan arti ini disebut fonem.
Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum
mengandung arti. Tidak berbeda dengan pendapat
tadi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997)
tertulis bahwa yang dimaksud fonem: satuan bunyi
terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna,
misalnya /b/ dan /p/ adalah dua fonem yang berbeda
karena bara dan para beda maknanya. Terjadinya
perbedaan makna hanya karena pemakaian fonem
/b/ dan /p/ pada kata tersebut. Contoh lain: mari,
lari, dari, tari, sari jika satu unsur diganti dengan unsur
lain, maka akan membawa akibat yang besar yakni
perubahan arti. Hal ini dapat pula terjadi jika
diucapkan dengan salah, maka akan mengakibatkan
perubahan arti juga.
Lalu, apa yang dimaksud dengan huruf? Dalam
bidang linguistik, huruf sering diistilahkan dengan
grafem. Untuk membantu Anda dalam memahami
struktur fonem, dan perbedaan antara fonem dan
huruf (grafem) perhatikan contoh yang tertera dalam
tabel berikut.

Susunan Jumlah Susunan Jumlah Kata yang


fonem fonem huruf huruf terbentuk
/adik/ 4 Adik 4 Adik
/iηat/ 4 Ingat 5 Ingat
/ñañi/ 4 Nyanyi 6 Nyanyi
/pantay/ 5 Pantai 6 Pantai
(Santoso, 2004)

70
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa antara
fonem dan huruf (grafen) berbeda. Sudah
dikemukakan bahwa fonem adalah satuan bunyi
bahasa yang terkecil yang dapat membedakan arti.
Sedangkan huruf (grafem) adalah gambaran dari
bunyi (fonem), dengan kata lain, huruf adalah
lambang fonem. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1997) bahwa huruf adalah tanda aksara
dalam tata tulis yang merupakan anggota abjaad yang
melambangkan bunyi bahasa.
Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda
mengenai perbedaan fonem dengan huruf, perhatikan
kata-kata yang tercetak miring pada kalimat berikut
(Supriyadi, dkk, 1992).
(1) Andi sedang belajar menyanyi.
(2) Anak itu menganga di depan dokter gigi.
(3) Dia sangat bersyukur atas prestasi yang diraihnya.
(4) Orang itu sedang berkhotbah.

b. Sistem Fonologi dan Alat Ucap


Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32
buah fonem, yang terdiri atas: (a) fonem vokal 6
buah, (b) fonem diftong 3 buah, dan fonem
konsonan 23 buah.
Sebagaimana yang sudah dikemukakan pada
bagian awal subunit ini bahwa bentuk-bentuk fonem
suatu bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia
dibahas dalam bidang fonetik. Terkait dengan hal itu,
Samsuri (1994) menyatakan bahwa secara fonetis
bahasa dapat dipelajari secara teoritis dengan tiga cara
atau jalan, yaitu:

71
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
(1) bagaimana bunyi-bunyi itu dihasilkan oleh alat
ucap manusia,
(2) bagaiamana arus bunyi yang telah keluar dari
rongga mulut dan/atau rongga hidung si
pembicara merupakan gelombang-gelombang
bunyi udara,
(3) bagaimana bunyi itu diinderakan melalui alat
pendengaran dan syaraf si pendengar.
Cara pertama disebut fisiologis atau artikuler,
yang kedua disebut akustis, dan yang ketiga impresif
atau auditoris (menurut pendengaran). Dalam
bahasan struktur fonologis cara pertamalah yang
paling mudah, praktis, dapat diberikan bukti-bukti
datanya. Mengapa? Hampir semua gerakanalat-alat
ucap itu dapat kita periksa, paru-paru, sekat rongga
dada, tenggorokan, lidah, dan bibir.
Alat ucap dibagi menjadi dua macam:
(1) Artikulator; adalah alat-alat yang dapat
digerakkan/digeser ketika bunyi diucapkan.
(2) Titik Artikulasi; adalah titik atau daerah pada
bagian alat ucap yang dapat disentuh atau
didekati.

72
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
Untuk mengetahui alat ucap yang digunakan
dalam pembentukan bahasa, perhatikan bagan
berikut.

1. paru-paru
2. batang
tenggorokan
3. pangkal tenggorok
4. pita-pita suara
5. rongga
kerongkongan
6. akar lidah
7. pangkal lidah
8. tengah lidah
9. daun lidah
10. ujung lidah
11. anak tekak
12. langit-langit lunak,
langit-langit tekak
13. langit-langit keras
14. lengkung gigi, gusi
15. gigi atas
16. gigi bawah
17. bibir atas
18. bibir bawah
19. mulut
20. rongga mulut
21. hidung
22. rongga hidung

(Verhaar, dalam
Supriyadi, dkk, 1992)

73
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

Fonem-fonem dihasilkan karena gerakan


organ-organ bicara terhadap aliran udara dari paru-
paru sewaktu sewaktu seseorang mengucapkannya.
Jika bunyi ujaran yang keluar dari paru-paru tidak
mendapat halangan, maka bunyi atau fonem yang
dihasilkan adalah vokal. Fonem vokal yang dihasilkan
tergantung dari beberapa hal berikut.
(1) Posisi bibir (bentuk bibir ketika mengucapkan
sesuatu bunyi).
(2) Tinggi rendahnya lidah (posisi ujung dan
belakang lidah ketika mengucapkan bunyi.
(3) Maju-mundurnya lidah (jarak yang terjadi antara
lidah dan lengkung kaki gigi).

Berdasarkan gerakan lidah ke depan dan ke


belakang, vokal dibedakan atas:
(a) vokal depan: /i/ dan /e/,
(b) vokal tengah /a/ dan /ə/,
(c) vokal belakang: /o/ dan /u/.
Berdasarkan tinggi rendahnya gerakan lidah,
vokal dibedakan atas:
(a) vokal tinggi: /i/ dan /u/,
(b) vokal madya: /e/, /ə/, dan /o/;
(c) vokal rendah: /a/.
Menurut bundar tidaknya bentuk bibir, vokal
dibedakan atas:
(a) vokal bundar: /a/, /o/, dan /u/;
(b) vokal tak bundar: /e/, /ə/, dan /i/.

74
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
Menurut renggang tidaknya ruang antara lidah
dengan langit-langit,
vokal dibedakan atas:
(a) vokal sempit: /ə/, /i/, dan /u/;
(b) vokal lapang: /a/, /e/, /o/.
Jadi /a/ misalnya, adalah vokal tengah, rendah,
bundar, dan lapang. Selanjutnya, jika bunyi ujaran
ketika udara ke luar dari paru-paru mendapat
halangan, maka terjadilah bunyi konsonan. Halangan
yang dijumpai bermacam-macam, ada halangan yang
bersifat seluruhnya, dan ada pula yang sebagian yaitu
dengan menggeser atau mengadukkan arus suara
sehingga menghasilkan konsonan bermacam-macam
pula. Karena itu, dikenal klasifikasi konsonan seperti
berikut.
(a) Konsonan bibir (bilabial): /p/, /b/, /m/.
(b) Konsonan bibir gigi (labiodental): /f/, /v/, /w/.
(c) Konsonan gigi (dental): /t/, /d/, /s/, /z/, /l/, /r/,
/n/.
(d) Konsonan langit-langit (palatal): /c/, /j/, /ŝ/, /y/,
/ň/
(e) Konsonan langit-langit lembut (velar): /g/, /k/,
/x/, /ŋ/
(f) Konsonan pangkal tenggorok (laringal): /h/.
Selain di atas, berikut ini klsifikasi lain dari
konsonan adalah:
(a) Konsonan letupan atau eksplosif, apabila aliran
udara tertutup rapat, konsonan yang dihasilkan
adalah: /p/, /t/, /c/, /k/, /b/, /d/, /j/, /g/.
(b) Konsonan geseran atau spiran, bila udara masih
bisa keluar dalam aliran yang demikian sempit,

75
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
konsonan yang muncul adalah: /f/, /s/, /ŝ/, /z/,
/x/.
(c) Konsonan sengau atau nasal, jika udara keluar
sebagian melalui hidung: /m/, /n/, / ň /, /ŋ/
(d) Konsonan lateral, kalau udara yang keluar
melalui bagian kiri dan kanan lidah serta
mengenai alur gigi: /l/.
(e) Konsonan getar, bila terjadi letupan berturut-
turut: /r/.
Ada juga yang dinamakan konsonan bersuara
dan konsonan tak bersuara. Konsonan bersuara
terjadi karena bergetarnya selaput suara: /b/, /m/,
/w/, /d/, /n/, /z/, /j/, /ň/, /g/, /x/, /y/, /ŋ/. Sedangkan
konsonan tak bersuara adalah konsonan yang terjadi
tampa bergetarnya selaput suara: /p/, /t/, /s/, /c/, /k/,
/h/, /r/, /l/ (Samsuri, 1994, Supriyadi, dkk. 1992,
Santoso, 2004 dan Depdikbud,1988).
Berdasarkan klasifikasi di atas, /b/ misalnya,
termasuk konsonan bibir, letupan, dan bersuara. Coba
Anda sebutkan sifat konsonan lainnya berdasarkan
klsifikasi di atas. Sekarang, coba perhatikan kata-kata
berikut:
pulau pantai amboi
kicau belai sepoi
lampau cerai sekoi
Bagaimana pengucapan akhir kata-kata di atas?
Fonem tersebut ditulis dengan dua buah huruf
(grafem). Walaupun demikian, masing-masing
dinyatakan sebagai sebuah fonem. Inilah yang disebut
diftong. Diftong dalam Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia (1988) dinyatakan sebagai vokal yang
berubah kualitasnya. Dalam sistem tulisan, diftong

76
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
dilambangkan oleh dua huruf vokal. Kedua huruf
vokal itu tidak dapat dipisahkan. Bunyi /aw/ pada
kata pulau adalah diftong, sehingga <au> pada suku
kata –lau tidak dapat dipisahkan menjadi la-u seperti
pada kata mau.

2. Struktur Morfologi Bahasa Indonesia


Morfologi merupakan bagian dari tata bahasa,
yang membahas tentang bentuk-bentuk kata. Dalam
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan
bahwa dalam bahasa ada bentuk (seperti kata) yang
dapat “dipotong-potong” menjadi bagian yang lebih
kecil yang kemudian dapat diceraikan menjadi bagian
yang lebih kecil lagi sampai ke bentuk yang, jika
dipotong lagi, tidak mempunyai makna. Kata
memperhalus, misalnya, dapat dipotong sebagai
berikut.
mem-perhalus
per-halus
Jika halus diceraikan lagi, maka ha- dan –lus
secara terpisah tidak mempunyai makna. Bentuk
seperti mem-, per- dan halus disebut morfem. Selain
itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997)
dinyatakan bahwa morfem adalah satuan bentuk
bahasa terkecil yang mempunyai makna, secara relatif
stabil dan tidak dibagi atas bagian bermakna lebih
kecil.
Supriyadi (1992) memaparkan untuk lebih
memudahkan memahami morfem pada kata-kata
bergaris pada kalimat di bawah ini.
(1) Bajunya putih.

77
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
(2) Baju ini sudah memutih.
(3) Putihkan baju itu.
(4) Ia memutihkan baju itu.
Kata putih, adalah unsur gramatis (telah
mengandung makna tersendiri) yang sama yang
terdapat pada setiap kalimat di atas. Unsur itu
merupakan unsur gramatis yang terkecil. Artinya,
unsur ini tidak dapat dibagi lagi menjadi
unsurunsurnya yang bermakna. Unsur pu dan tih tidak
bermakna. Karena itu, putih merupakan unsur
gramatis yang terkecil, sedangkan pu dan tih bukan
unsur gramatis terkecil. Berdasarkan perangkat
satuannya, putih merupakan satuan morfologis,
sedangkan pu dan tih adalah satuan fonologis. Selain
terdapat pada kata-kata di atas, unsur atau satuan
putih tentu sering dijumpai pula kata-kata
lainnya, misalnya: pemutih, diputihkan,
memperputih, diperputih, keputihan, terputih,
seputih, dan sebagainya. Unsur atau satuan
morfologis seperti itu diklasifikasikan sebagai morfem.
Bagaimana dengan me- atau –kan pada kata-
kata di atas, apakah termasuk morfem juga? Satuan ini
belum mengandung makna tersendiri, karena itu,
tidak dapat langsung membentuk kalimat. Satuan
seperti ini menurut Santoso (2004) disebut satuan
non-gramatis. Untuk membentuk kalimat, maka
satuan nongramatis seperti me- dan –kan harus
digabung dengan satuan gramatis lain. Kedua macam
satuan itu yakni gramatis dan non-gramatis disebut
morfem. Mengapa yang non-gramatis termasuk juga
morfem? Karena, me- dan –kan mempunyai makna
juga yang biasa disebut dengan istilah makna

78
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
struktural. Morfem seperti ini berfungsi sebagai
pembentuk kata dasar dan hanya akan berfungsi atau
bermakna bila dimbuhkan kepada kata dasar. Karena
itu, morfem semacam ini disebut: “tambahan”,
“imbuhan”, atau “afiks”.

Morfem Bebas dan Morfem Terikat


Berdasarkan bentuknya, morfem dalam bahasa
Indonesia ada dua macam yaitu: (1) morfem bebas,
dan (2) morfem terikat.
Menurut Santoso (2004), morfem bebas
adalah morfem yang mempunyai potensi untuk
berdiri sendiri sebagai kata dan dapat langsung
membentuk kalimat. Dengan demikian, morfem bebas
merupakan morfem yang diucapkan tersendiri;
seperti: gelas, meja, pergi dan sebagainya.
Morfem bebas sudah termasuk kata. Tetapi
ingat, konsep kata tidak hanya morfem bebas, kata
juga meliputi semua bentuk gabungan antara morfem
terikat dengan morfem bebas, morfem dasar dengan
morfem dasar. Jadi dapat dikatakan bahwa morfem
bebas itu kata dasar.
Morfem terikat merupakan morfem yang
belum mengandung arti, maka morfem ini belum
mempunyai potensi sebagai kata. Untuk membentuk
kata, morfem ini harus digabung dengan morfem
bebas. Menurut Samsuri (1994), morfem terikat tidak
pernah di dalam bahasa yang wajar diucapkan
tersendiri. Morfem-morfem ini, selain contoh yang
telah diuraikan pada bagian awal, umpanya: ter-, per-
, -i, -an. Di samping itu ada juga bentuk-bentuk seperti

79
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
-juang, -gurau, -tawa, yang tidak pernah juga
diucapkan tersendiri, melainkan selalu dengan salah
satu imbuhan atau lebih. Tetapi sebagai morfem
terikat, yang berbeda dengan imbuhan, bisa
mengadakan bentukan atau konstruksi dengan
morfem terikat yang lain.
Morfem terikat dalam bahasa Indonesia
menurut Santoso (2004) ada dua macam, yakni
morfem terikat morfologis dan morfem terikat
sintaksis. Morfem terikat morfologis yakni morfem
yang terikat pada sebuah morfem dasar, adalah
sebagai berikut:
(a) prefiks (awalan): per-, me-, ter-, di-, ber- dan
lain-lain
(b) infiks (sisipan): -el-, -em, -er-
(c) sufiks (akhiran): -an, kan, -i
(d) konfiks (imbuhan gabungan senyawa)
mempunyai fungsi macammacam sebagai berikut:
- Imbuhan yang berfungsi membentuk kata
kerja, yaitu: me-, ber-, per-, -kan, -i, dan ber-
an.
- Imbuhan yang berfungsi membentuk kata
benda, yaitu: pe-, ke-, -an, ke-an, per-an, -
man, -wan, -wati.
- Imbuhan yang berfungsi membentuk kata
sifat: ter-, -i, -wi, -iah.
- Imbuhan yang berfungsi membentuk kata
bilangan: ke-, se-.
- Imbuhan yang berfungsi membentuk kata
tugas: se-, dan se-nya.
Dari contoh di atas menunjukkan bahwa setiap
kata berimbuhan akan tergolong dalam satu jenis kata

80
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
tertentu, tetapi hanya imbuhan yang merupakan
unsur langsung yang dapat diidentifikasi fungsinya
sebagai pembentuk jenis kata. Untuk lebih jelasnya
unsur langsung pembentuk kata dapat dilihat pada
diagram berikut.

(Santoso, 2004)

Dari diagram di atas, dapat disimpulkan bahwa


dengan imbuhan yang berbeda, morfem dasar yang
sama, akan berbeda maknanya. Tetapi bagaimana jika
imbuhannya sama, morfem dasarnya berbeda, apa
yang dapat terjadi? Contoh, akhiran –an pada
morfem dasar tepi, darat, lapang; membentuk kata
tepian, daratan, lapangan; ternyata menunjukkan
persamaan makna imbuhan, yaitu tempat. Berarti
dengan imbuhan yang sama, morfem dasarnya
berbeda, dapat menghasilkan persamaan makna
imbuhan yaitu menghasilkan jenis benda.

81
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
Morfem terikat sintaksis adalah morfem dasar
yang tidak mampu berdiri sendiri sebagai kata.
Perhatikan contoh berikut.
Anak yang pintar dan sabar itu membaca buku.
Dari deretan morfem yang menjadi unsur kata
dalam kalimat di atas, jika diklasifikasikan berdasarkan
morfemnya adalah: anak, pintar, sabar, baca, buku,
adalah morfem bebas. mem- adalah morfem terikat
morfologis. Sedangkan morfem yang, dan morfem
dan dalam kalimat di atas belum dapat berdiri sendiri
sebagai kata karena tidak mengandung makna
tersendiri. Gejala inilah yang tergolong morfem
terikat sintaksis (Santoso, 2004).

Proses Perulangan Bahasa Indonesia


Proses perulangan atau reduplikasi adalah
pengulangan bentuk, baik seluruhnya maupun
sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun
tidak. Hasil pengulangan disebut kata ulang,
sedangkan bentuk yang diulang merupakan bentuk
dasar (Ramlan, 1980). Pengulangan merupakan pula
suatu proses morfologis yang banyak terdapat pada
bahasa Indonesia. Perhatikan pemakaian kata yang
tercetak miring berikut.
(1) Dia membeli rumah di Makassar.
(2) Rumah-rumah di perkampungan itu akan digusur.
(3) Anak itu membuat rumah-rumahan untuk
adiknya.
(4) Perumahan-perumahan yang dibangun oleh
pengembang banyak yang tidak layak huni
Berpatokan pada pendapat Ramlan di atas,
maka jelas bahwa kata ulang yang terdapat pada
82
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
kalimat (2), (3), dan (4) semuanya dibentuk dari
bentuk atau unsur dasar rumah. Makna kata pada
kalimat (1) dengan kalimat berikutnya berbeda. Pada
kalimat (1) kata rumah berarti satu. Kata rumah-
rumah dan perumahan-perumahan pada kalimat (2)
dan (4) berarti banyak atau jamak. Sedangkan kata
rumah-rumahan pada kalimat (3) berarti menyerupai.
Perbedaan makna ini disebabkan oleh adanya rumah
dan perumahan sebagai morfem pertama dan rumah,
rumahan, dan perumahan pada morfem kedua.
Morfem rumah adalah morfem yang bermakna leksis,
sedangkan morfem kedua merupakan morfem yang
bermakna struktural.
Berdasarkan fungsinya, morfem rumah dan
perumahan merupakan unsur dasar atau morfem
dasar kata rumah-rumah, rumah-rumahan, dan
perumahanperumahan. Morfem kedua merupakan
unsur pembentuk kata atau morfem pembentuk
rumah-rumah, rumah-rumahan, dan perumahan-
perumahan.
Contoh yang disajikan di atas memang mudah
untuk menetukan bentuk dasarnya, tetapi perlu
diingat bahwa tidak semua kata ulang dapat dengan
mudah ditentukan bentuk dasarnya. Beberapa prinsip
yang dapat digunakan dalam menentukan bentuk
dasar kata ulang sebagai berikut.
(1) Pengulangan pada umumnya tidak mengubah
jenis kata. Unsur dasar kata ulang sejenis dengan
kata ulangnya. Dengan prinsip ini, dapat
diketahui bahwa bentuk dasar kata ulang yang
termasuk jenis kata benda berupa kata benda,
bentuk dasar kata ulang yang termasuk jenis kata

83
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
kerja berupa kata kerja, demikian pula bentuk
dasar kata ulang kata sifat juga berupa kata sifat.

Contoh:
- anak-anak (kata bentuk dasarnya
-
benda) anak (kata benda)
- perumahan- - bentuk dasarnya
perumahan (kata perumahan (kata
benda) benda)
- melempar-lempar - bentuk dasarnya
(kata kerja) melempar (kata
- menari-nari (kata kerja)
kerja) - bentuk dasarnya
- cepat-cepat (kata menari (kata kerja)
sifat) - bentuk dasarnya
- kecil-kesil (kata sifat) cepat (kata sifat)
- bentuk dasarnya sifat
(kata sifat)
(2) Bentuk dasar dapat berdiri sendiri sebagai kata
yang terdapat dalam penggunaan bahasa
Indonesia yang benar.
Contoh:
- rumah-rumahan - bentuk dasarnya
rumah bukan
rumahan
- mengatangatakan - bentuk dasarnya
mengatakan atau
mengata bukan
ngatakan
- berdesakdesakan - bentuk dasarnya
berdesakan bukan
berdesak
- memegangmegang - bentuk dasarnya
memegang bukan
megang

84
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

Macam-macam Kata Ulang


Berdasarkan macamnya, menurut Keraf (1978)
bentuk perulangan dalam bahasa Indonesia terdiri
atas empat bentuk seperti berikut.
(1) Kata ulang suku kata awal. Dalam bentuk
perulangan macam ini, vokal dari suku kata awal
mengalami pelemahan bergeser ke posisi tengah
menjadi ê (pepet).
Contoh:
tangga tatangga tetangga
tanaman tatanaman tetanaman
pohon popohon pepohonan
laki lalaki lelaki
luhur luluhur leluhur

(2) Kata ulang seluruh kata dasar. Bentuk kata ulang


terjadi dengan mengulang seluruh unsur dasar
secara utuh. Kata ulang seperti ini biasa disebut
kata ulang utuh.
Contoh:
buku buku-buku
bangku bangku-bangku
rumah rumah-rumah
pedagang pedagang-pedagang
rumah sakit rumah sakit-rumah sakit
pasangan pasangan-pasangan

85
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
(3) Kata ulang yang terjadi atas seluruh suku kata,
tetapi pada salah satu unsur kata ulang tersebut
mengalami perubahan bunyi fonem. Kata ulang
semacam ini biasa disebut kata ulang salin suara
atau kata ulang berubah bunyi.
Contoh:
gerak gerak-gerak gerak-gerik
sayur sayur-sayur sayur-mayur
balik balik-balik bolak-balik
porak porak-porak porak-parik

(4) Kata ulang yang mendapat imbuhan atau kata


ulang berimbuhan
Contoh:
anak anak-anakan
main main-mainan
rajin serajin-rajinnya
kuda kuda-kudaan
gila tergila-gila

Makna Kata Ulang


Sesuai dengan fungsi perulangan dalam
pembentukan jenis kata, makna struktural kata ulang
menurut Keraf (1978) adalah sebagai berikut.
(1) Perulangan mengandung makna banyak yang tak
tentu. Perhatikan contoh berikut:
- Kuda-kuda itu berkejaran di padang rumput.
- Buku-buku yang dibelikan kemarin telah
dibaca.

86
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
(2) Perulangan mengandung makna bermacam-
macam.
Contoh:

- Pohon-pohonan perlu dijaga kelestariannya.


(banyak dan bermacam macam pohon)
- Daun-daunan yang ada dipekarangan
sekolah sudah menumpuk. (banyak dan
bermacam-macam daun)
- Ibu membeli sayur-sayuran di pasar. (banyak
dan bermacam-macam sayur)
- Harga buah-buahan sekarang sangat murah.
(banyak dan bermacammacam buah)

(3) Makna lain yang dapat diturunkan dari suatu


kata ulang adalah menyerupai atau tiruan dari
sesuatu.
Contoh:

- Anak itu senang bermain kuda-kudaan.


(menyerupai atau tiruan kuda)
- Mereka sedang bermain pengantin-
pengantinan di pekarangan rumah.
(menyerupai atau tiruan pengantin)
- Andi berteriak kegirangan setelah dibelikan
ayam-ayaman. (menyerupai atau tiruan
ayam)

(4) Mengandung makna agak atau melemahkan ari.


Contoh:

- Perilakunya kebarat-baratan sehingga tidak


disenangi oleh temantemanya.
87
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

- Sifatnya masih kekanak-kanakan.


- Mukanya kemerah-merahan.
(5) Menyatakan makna intensitas. Makna intensitas
terdiri dari:
(a) intensitas kualitatif, contohnya:
- Pukullah kuat-kuat.
- Anak itu belajar sebaik-baiknya.
- Burung itu terbang setinggi-tingginya.
- Agar tidak terlambat, ia berjalan secepat-
cepatnya.
(b) intensitas kuantitatif, contohnya:
- Kuda-kuda itu berlari kencang.
- Anak-anak bermain bola di pekarangan
sekolah.
- Ayah membawa buah-buahan dari
Malang.
- Rumah-rumah di kampung itu tertata
dengan rapi.
(c) Intensitas frekuentatif. Contoh:
- Ia mengeleng-gelengkan kepalanya.
- Ia mondar-mandir saja sejak tadi.
-Anak itu menyanyi sambil memukul-
mukul meja.
(6) Perulangan pada kata kerja mengandung makna
saling atau pekerjaan yang berbalasan.
Contoh:
- Kita harus tolong-menolong.
- Tentara sedang tembak-menembak dengan
seru.
88
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

- Mereka tendang-menendang dan tinju-


meninju saat sedang berkelahi.
- Saat pertama kali bertemu mereka bersalam-
salaman lalu berpeluk-pelukan dengan
eratnya.
(7) Perulangan pada kata bilangan mengandung
makna kolektif.
Contoh:
- Anak-anak berbaris dua-dua sebelum masuk
kelas.

89
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. Dkk. (1988). Tata Bahasa Baku Bahasa


Indonesia ed ke 3. Jakarta: Balai Pustaka

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:


Penerbit Alfabeta.

Depdikbud. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka

Depdiknas. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:


Balai Pustaka

Djamara, Saiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar.


Jakarta: Rineka Cipta.

Gafur, Abdul. 1984. Desain Instruksional. Surakarta: Tiga


Serangkai.

Goeler, Carl. 1980. Writing to Communicate. London: A


Mentor Books.

Hairudin. 2007. Pendidikan Bahasa Indonesia untuk


Sekolah Dasar. Jakarta: Balai Pustaka.

Halliday, M.A.K. dan Ruqaya. 1992. Bahasa, Konteks, dan


Teks. Terjemahan oleh Asraruddin B.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Hartinah, Sitti. 2008. Perkembangan Peserta Didik.


Bandung: Refika Aditama.

90
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

Hasibuan. 2008. Proses Belajar mengajar. Andung: Remaja


Rosdakarya.

Hastuti, Sri. 1985. Konsep Pengajaran Bahasa dan


SastraIndonesia. Yogyakarta: FPBS.

Iskandarwssid, dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi


Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Johnson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching and


Learning. Bandung: MLC (terjemahan Ibnu
Setiawan).

Keraf, Gorys. 1986. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa


Indah

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual


Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika
Aditama.

Kridalaksana, Harimurti. 1978. Fungsi dan Sikap Bahasa.


Ende-Flores.

Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.


Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nurgiantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran
Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.

Samsuri. 1985. Analisis Bahasa. Jakarta: Sastra Hudaya.

91
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia
Santoso, Puji. 2004. Materi dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia SD. Jakarta: Pusat Penerbitan UT.

92

Anda mungkin juga menyukai