Anda di halaman 1dari 146

HALAMAN PENGESAHAN

MODUL PRAKTIKUM
BAHASA INDONESIA

Disiapkan Oleh Disetujui Oleh Dosen Pengampu

Koord.Editor Modul Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Nama Syifa Zakirah Nama Sri Rahayu S.Pd .,M.Pd

NIM PO713203231048 NIDN 0931088902

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan buku ajar ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah
Bahasa Indonesia yang telah membimbing saya untuk menyelesaikan buku ajar ini. Selain itu, saya juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan
buku ajar ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah singkat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat membuat buku ajar ini menjadi lebih
baik serta bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Makassar, 7 oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................. 3
BAB I Fungsi Dan kedudukan Bahasa Indonesia ........................................... 5
1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................... 5
1.2 PEMBAHASAN ............................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 18
BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA ................ 19
2.1 LATARBELAKANG .............................................................................. 19
2.2 PEMBAHASAN ................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 24
BAB III PERKEMBANGAN EJAAN ......................................................... 25
3.1 LATAR BELAKANG ........................................................................ 25
3.2 PEMBAHASAN ................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................45
BAB IV DEFINISI KATA BAKU & TIDAK BAKU .................................. 45
4.1 LATAR BELAKANG ....................................................................... 46
4.2 PEMBAHASAN .............................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 50
BAB V TEKS .......................................................................................... 51
5.1 LATAR BELAKANG ...................................................................... 51
5.2 PEMBAHASAN .............................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….55
BAB VI KARYA TULIS ILMIAH ............................................................ 56
6.1 LATAR BELAKANG ....................................................................... 56
6.2 PEMBAHASAN ............................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 65
BAB VII KATA DALAM BAHASA INDONESIA …………………….. 66
7.1 LATAR BELAKANG ……………………………………………… 66
7.2 PEMBAHASAN …………………………………………………… 67

3
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………
BAB VIII KALIMAT ………………………………………………
8.1 LATAR BELAKANG ……………………………………………
8.2 PEMBAHASAN …………………………………………………
BAB IX PARAGRAF …………………………………………………………… …………
9.1 LATAR BELAKANG ……………………………………………………………
9.2 PEMBAHASAN …………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………..
BAB X KUTIPAN DAN DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….
10.1 LATAR BELAKANG ………………………………………………………………..
10.2 PEMBAHASAN ……………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………
BAB XI PENYUSUNAN LATAR BELAKANG , RUMUSAN MASALAH, TUJUAN PENELITIAN,
MANFAAT PENELITIAN …………………………………………………………………
11.1 LATAR BELAKANG …………………………………………………………………
11.2 PEMBAHASAN ………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………

4
BAB I
ARTI, HAKIKAT, FUNGSI, KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan Republik Indonesia yang berarti
bahasa yang berfungsi mempersatukan semua suku bangsa yang ada di Indonesia.
Bahasa Indonesia itu sendiri adalah bahasa resmi, dan bahasa yang pertama di
gunakan , selain bahasa daerah. Kedudukan bahasa Indonesia di negara Republik,
selain sebagai bahasa persatuan juga sebagai bahasa negara atau bahasa nasional
dan sebagai budaya. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
artinya adalah bahasa Indonesia sebagai pemersatu suku bangsa yang beraneka
ragam di Indonesia.
Dalam berkomunikasi seluruh rakyat negara Indonesia menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Dalam menggunakan bahasa Indonesia kita semua
harus tahu tata cara berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sebelum kita bisa
berbahasa Indonesia yang lancar, kita harus mengetahui dulu fungsi dari bahasa itu
sendiri. Hal ini yang mendasari kami sebagai penulis menyusun makalah yang
berjudul “Arti, Hakikat, Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia”

B. Definisi Bahasa Indonesia


Bahasa merupakan bentuk suatu ungkapan yang mengandung maksud dan
tujuan untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang
dimaksud yakni bahasa yang diungkapkan pembicara dapat dipahami dan
dimengerti oleh pendengar atau lawan bicaranya1. Berbicara dengan bahasa
yang sopan dan baik akan mudah dipahami oleh lawn bicaranya. Sedangkan,
jika kita berbicara dengan bahasa kasar maka akan sulit dimengerti dan kita
dianggap tidak sopan Menurut pendapat seorang ahli mengatakan bahwa
Language is patterned system of arbitrary sound signal, characterized by
structure dependence, creativity, displacement, duality, and cultural transmission.
Bahasa adalah system yang terbentuk dari isyarat suara yang disepakati yang
ditandai dengan struktur yang saling tergantung, kreatifitas, penempatan, dualitas
dan penyebaran budaya.

5
Menurut suwarna bahasa adalah alat utama yang digunakan untuk
berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun
kelompok3. Bahasa sebagai komponen penting dalam berbicara, jika dalam
berbahasa secara individu sudah baik maka dalam berbicara dengan bahasa di
kelompok sosial akan baik pula. Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang
dijadikan sebagai bahasa resmi bangsa Indonesia dan bahasa persatuan bangsa
Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan setelah proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Walaupun bahasa Indonesia diterapkan hampir 90% di bangsa
Indonesia, Namun Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu untuk kebanyakan
penuturnya. Hampir warga Indonesia lebih banyak menggunakan bahasa
daerahnya sendiri. Karena bangsa Indonesia kaya akan bahasa yang dimiliki.
Pengertian bahasa telah banyak didefinisikan oleh para ahli menurut
pandangan merekamasing-masing.
• Menurut antoso, bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia secara sadar.
• Menurut Mackey, bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan atau
juga suatu sistemdari sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan
atau suatu tatanan dalamsistem-sistem.
• Menurut Wibowo, bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan
berartikulasi yangdipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia
untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
• Walija mengungkapkan definisi bahasa ialah komunikasi yang paling
lengkap dan efektif untukmenyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan
pendapat kepada orang lain.
• Pengabean berpendapat bahsa bahasa adalah suatu sistem yang
mengutarakan dan melaporkanapa yang terjadi pada sistem saraf.
• Menurut Kerafsm Arapradhipa memberikan pendapat bahwa Bahasa itu
sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia atau sistem komunikasi yang mempergunakan
simbol-simbol & vokal.
• Menurut Torigan bahasa adalah suatu sistem yang sistematis barangkali
untuk sistem generatifatau seperangkat lambang-lambang atau simbol-simbol
orbiter.

6
Dengan demikian maka bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi
arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat
komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa
primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak
adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya. Bahasa Indonesia
adalah bahasa yang menjadi wahana komunikasi dan alatekspresi budaya yang
mencerminkan eksistensi bangsa Indonesia. Pengembangan sikap berbahasa yang
mencakup kemahiran berbahasa Indonesia dalam wadah pendidikan formal
(sekolah) dilaksanakan melalui mata pelajaran atau mata kuliah Bahasa Indonesia.

2. Peran Bahasa Indonesia


Peran Bahasa Indonesia sebagai alat menyerap dan mengungkapkan hasil
pemikiran. Menurut Walija “Bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan
efektif untuk menyampaikan ide, pesan, tujuan, perasaan dan pendapat kepada
orang lain.”
Setiap negara pasti mempunyai masing-masing Bahasa, bagitupun dinegara
Indonesia. Indonesia memiliki bahasanya sendiri yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa
dapat mempersatukan suatu negara. Bahasa tersebut mempunyai banyak fungsi,
salah satunya sebagai alat komunikasi. Maksudnya adalah setiap orang bisa
mengungkapkan hasil pemikirannya melalui Bahasa itu sendiri. Mereka bebas
berbicara dan bebas mengeluarkan pendapat selama Bahasa yang digunakan masih
sesuai dengan kaidah-kaidah atau tata cara berbahasa yang baik. Bahasa Indonesia
mempunyai kententuan-ketentuan didalamnya, baik dalam tata cara penulisan, tata
cara menyampaikan, begitupun dalam tanda bacanya seperti titik (.), koma(,), tanda
tanya (?), tanda seru (!), dan lain-lain.

B. Hakikat Bahasa Indonesia.


Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang dipergunakan oleh
masyarakat Indonesia untuk keperluan sehari-hari,misalnya belajar,bekerja
sama,dan berinteraksi. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa
resmi di Indonesia. Bahasa nasional adalah bahasa yang menjadi standar di Negara
Indonesia. Sebagai bahasa nasional,bahasa Indonesia tidak mengikat pemakainya

7
untuk sesuai dengan kaidah dasar. Bahasa Indonesia digunakan secara non
resmi,santai dan bebas. Dalam pergaulan sehari - hari antar warga yang
dipentingkan adalah makna yang disampaikan. Pemakai Bahasa Indonesia dalam
konteks bahasa nasional dapat menggunakan dengan bebas menggunakan
ujarannya baik lisan maupun tulis .
Adapun bahasa resmi adalah bahasa yang digunakan dalam komunikasi
resmi seperti dalam perundang-undangan dan surat menyurat dinas. Dalam hal
ini,Bahasa Indonesia harus digunakan sesuai dengan kaidah,tertib,cermat,dan
masuk akal. Bahasa Indonesia yang dipakai harus lengkap dan baku. Tingkat
kebakuannya diukur oleh aturan kebahasaan dan logika pemakaian.
Adapun hakikat Bahasa Indonesia antara lain, yaitu :
• Bahasa sebagai sarana interaksi sosial.
Bahasa merupakan alat komunikasi sosial yang berupa sistem symbol bunyi yang
dihasilkan dari ucapan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan
sarana untuk berinteraksi dengan manusia lainnya di masyarakat. Untuk
kepentingan interaksi sosial itu, maka dibutuhkan suatu wahana komunikasi yang
disebut bahasa.
• Bahasa adalah ujaran.
Bahasa disebut juga ujaran karena seperti yang sudah diuraikan sebelumnya bahwa
bentuk dasar bahasa adalah ujaran karena media bahasa yang terpenting adalah
bunyi. Bahasa disebut bersifat manusiawi karena bahasa menjadi berfungsi selama
manusia yang memanfaatkannya, bukan makhluk lainnya
• Bahasa meliputi dua bidang yaitu :
- Bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap yaitu getaran yang bersifat fisik
yang merangsang alat pendengaran kita.
- Arti atau makna adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang
menyebabkan adanya reaksi itu. Setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan
mempunyai arti tertentu pula.
Bahasa sebagai alat komunikasi mengandung beberapa sifat, yaitu :
• Sistematik, yaitu bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus ditaati agar
dapat dipahami oleh pemakainya.

8
• Mana suka, karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar, tidak
ada hubungan logis antara bunyi dan makna yang disimbolkannya. Pilihan suatu
kata disebut kursi, meja, guru,murid dan lain-lain ditentukan bukan atas dasar
kriteria atau standar tertentu, melainkan secara mana suka.
• Ujar, bentuk dasar bahasa adalah ujaran, karena media bahasa terpenting
adalah bunyi
• Manusiawi, karena bahasa menjadi berfungsi selama manusia yang
memanfaatkannya, bukanmakhluk lainnya.
• Komunikatif, karena fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat
penghubung antara anggota-anggota masyarakat
Bahasa Indonesia memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan
berdasarkan kebutuhan pemakainya,yaitu :
1. Alat ekspresi diri
Pada awalnya, seseorang (anak-anak) berbahasa untuk mengekspresikan
kehendaknya atau perasaannya dan pikirannya pada sasaran yang tetap,yakni ibu
bapaknya atau masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Dalam perkembangannya,
tidak lagi menggunakan bahasa untuk mengekspresikan kehendaknya tetapi untuk
berkomunikasi dengan lingkungan yang lebih luas di sekitarnya. Setelah dewasa,
kita menggunakan bahasa, baik untuk mengekspresikan diri maupun untuk
berkomunikasi.
2. Alat komunikasi
Ketika kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi,kita sudah maksud dan
tujuan yaitu ingin dipahami orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan, pikiran,
pendapat, harapan, perasaan, dan lain-lain yang dapat diterima orang lain. Bahasa
sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekligus merupakan alat
untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kitadapat menunjukkan sudut
pandang kita,pemahaman kita atas suatu hal,asal usul bangsa,budaya,dan negara
kita,pendidikan dan latar sosial kita,bahkan sifat/temperamen/karakter kita. Fungsi
bahasa disini Bahasa Indonesia.
3. Alat integrasi dan adaptasi sosial
Bahasa Indonesia mampu mempersatukan beratus-ratus kelompok etnis di tanah air
kita. Sebagai alat integrasi bangsa,ada beberapa sifat potensial yang dimiliki

9
bahasa Indonesia: (1) bahasa Indonesia telah terbukti dapat mempersatukan bangsa
Indonesia yang multicultural, (2) bahasa Indonesia bersifat demokratis dan egaliter,
(3) bahasa Indonesia bersifat terbuka/ transparan,dan (4) bahasa Indonesia sudah
mengglobal.
4. Alat kontrol sosial
Sebagai alat kontrol sosial,bahasa Indonesia sangat efektif. Kontrol sosial dapat
diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat pemakainya. Berbagai
penerangan,informasi,atau pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku –buku
pelajaran di sekolah sampai universitas, buku-buku instruksi, perundang-undangan
serta peraturan pemerintah lainnya adalah salah satu contoh penggunaan bahasa
Indonesia sebagai alat kontrol sosial. Ceramah agama, dakwah, dan wujud
pembinaan rohani, sebagai peredam rasa emosi dan marah adalah contoh bahasa
Indonesia berfungsi sebagai alat kontrol sosial.
C. Fungsi Bahasa Indonesia
Fungsi bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu fungsi bahasa secara
umum dan secara khusus dan fungsi dalam pembangunan bangsa Indonesia.
a). Fungsi bahasa secara umum:
1. Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri.Mampu
mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, dan perasaan. Melalui Bahasa kita
dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan
pikiran kita. Ada 2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:
1). Agar menarik perhatian orang lain terhadap diri kita.
2). Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.
2. Sebagai alat komunikasi.
Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang melahirkan perasaan
dan memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Komunikasi merupakan
akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Pada saat menggunakan bahasa sebagai
komunikasi, berarti memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi
sasaran utama perhatian seseorang. Bahasa yang dikatakan komunikatif karena
bersifat umum. Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra
berkomunikasi, manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non
verbal.Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan alat/media bahasa

10
(lisan dan tulis),sedangkan berkomunikasi secara non verbal dilakukan
menggunakan media berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda
lalu lintas/sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa manusia.
3. Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial.
Pada saat beradaptasi dilingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang
digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan
menggunakan bahasa yang nonstandar pada saat berbicara dengan teman-teman
dan menggunakan bahasa standar pada saat berbicara dengan orang tua atau yang
dihormati. Dengan menguasai bahasa suatu bangsamemudahkan seseorang untuk
berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa.
4. Sebagai alat kontrol sosial.
Yang mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta tutur kata seseorang. Kontrol sosial
dapat diterapkan pada diri sendiri dan masyarakat, contohnya buku-buku pelajaran,
ceramah agama,orasi ilmiah, mengikuti diskusi serta iklan layanan masyarakat.
Contoh lain yang menggambarkan fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang
sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis
merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita.
b). Fungsi bahasa secara khusus:
1. Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari- hari.
Manusia adalah makhluk sosial yang tak terlepas dari hubungan komunikasi
dengan makhluk sosialnya. Komunikasi yang berlangsung dapat menggunakan
bahasa formal dan non formal.
2. Mewujudkan seni (sastra).
Bahasa yang dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan melalui media seni,
seperti syair, puisi, prosa dll. Terkadang bahasa yang digunakan yang memiliki
makna denotasi atau makna yang tersirat. Dalam hal ini, diperlukan pemahaman
yang mendalam agar bisa mengetahui makna yang ingin disampaikan.

3. Mempelajari bahasa-bahasa kuno.


Dengan mempelajari bahasa kuno, akan dapat mengetahui peristiwa atau kejadian
dimasa lampau. Untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin atau dapat terjadi

11
kembali dimasa yang akan datang, atau hanya sekedar memenuhi rasa
keingintahuan tentang latar belakang dari suatu hal. Misalnya untuk mengetahui
asal dari suatu budaya yang dapat ditelusuri melalui naskah kuno atau penemuan
prasasti-prasasti.
4. Mengeksploitasi IPTEK.
Dengan jiwa dan sifat keingintahuan yang dimiliki manusia, serta akal dan pikiran
yang sudah diberikan Tuhan kepada manusia, maka manusia akan selalu
mengembangkan berbagai hal untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan selalu didokumentasikan supaya
manusia lainnya juga dapat mempergunakannya dan melestarikannya demi
kebaikan manusia itu sendiri.

c). Fungsi dalam Pembangunan Bangsa Indonesia


Fungsi bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa terdapat dalam
pernyataan sikap "bertanah air satu, tanah air Indonesia; berbangsa satu bangsa
Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia" dalam Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928. Hal ini merupakan perwujudan politik bangsa Indonesia
yang menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) bangsa
Indonesia. Bahasa Indonesia telah menyatukan berbagai lapisan masyarakat ke
dalam satu – kesatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia mencapai puncak
perjuangan politik sejalan dengan perjuangan politik bangsa Indonesia dalam
mencapai kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Hal ini dibuktikan dengan dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara (lihat Pasal 36, UUD 1945, lihat juga Hasil Amandemen UUD 45, Agustus
2002). Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara telah
menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni (ipteks). Ipteks berkembang terus sejalan dengan perkembangan yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Perkembangan ipteks yang
didukung oleh perkembangan teknologi komunikasi dan infonnasi (seperti internet,
e-mail, e-business, e-commerce, TV-edukasi, dan lain-lain) melaju dengan pesat,
terutama memasuki abad ke-21 sekarang.
Di sisi lain, perkembangan bahasa Indonesia terasa belum seimbang dengan
perkembangan ipteks dan zamannya. Pengalihan konsep-konsep ipteks dari bahasa

12
asing, terutama bahasa Inggris belum seluruhnya dapat dicarikan padanannya
dalam bahasa Indonesia. Sebagai akibatnya, kosakata dan istilah asing itu mengalir
deras ke dalam khazanah kosakata bahasa Indonesia. Dengan demikian, peran
strategis bahasa Indonesia sebagai bahasa peradaban modern masih memerlukan
pengembangan yang lebih serasi dan serius sesuai dengan perkembangan ipteks.
Dalam rangka menuju ke arah peradaban modern, kita perlu memahami,
menguasai, dan mengembangkan konsep-konsep ipteks modem, yang pada
umumnya masih tertulis dalam bahasa asing, khususnya bahasa Inggris.
Tujuannya, agar konsep-konsep ipteks modem tidak hanya diserap oleh mereka
yang memahami bahasa asing yang jumlahnya tentu tidak sebanding dengan
jumlah anggota masyarakat Indonesia yang memerlukannya. Apalagi dalam rangka
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, penyebarluasan konsep-konsep ipteks
modern itu harus dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia.
D. Kedudukan Bahasa Indonesia.
Kedudukan bahasa adalah status relatif bangsa sebagai sistem lambang nilai
budaya yang dirumuskan atas dasar nilai sosial yang dikaitkan dengan bahasa yang
bersangkutan, sedangkan fungsi bahasa adalah nilai pemakaian atau peranan
bahasa yang bersangkutan dalam masyarakat pemakainya (Halim, 1980; Alwi dan
Sugono, 2003)
A. Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional
Kedudukan sebagai bahasa nasional ini disandang oleh bahasa indonesia
sejak dicetuskannya sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928. Sebagaimana
diketahui, isi bagian ketiga sumpah itu berkenaan dengan “menjunjung bahasa
persatuan, bahasa indonesia”. Istilah “Indonesia” yang dicantumkan di belakang
kata “bahasa” pada sumpah itu jelas – jelas berkonotasi politik, sejalan dengan cita
– cita kaum pergerakan bangsa Indonesia pada masa itu. Sesungguhnyalah, yang
dimaksud sebagai “bahasa indonesia” pada saat itu tidak lain dari pada bahasa
melayu. Muncul pertanyaan, “mengapa bahasa melayu yang “diangkat” menjadi
bahasa persatuan (nasional)?” mengapa bukan bahasa jawa, misalnya, yang jumlah
penduduknya meliputi hampir separuh jumlah penduduk Indonesia? Atau,
mengapa bukan bahasa sunda? Dan atau yang lainnya?.
Berkaitan dengan pertanyaan itu, sekalipun dalam format yang berbeda –
beda, Slamet mulyana (1965), S. Suharyanto (1981), J.S. Badudu (1993), dan
Anton M. Moelyono (2000) mengemukakan adanya empat faktor yang menjadi

13
penyebab, yaitu faktor historis (kesejarahan, bahasa melayu sebagai Lingua fanca),
Faktor psikologis (semangat mengutamakan kepentingan bersama), faktor
demokratisasi (kesederhanaan) bahasa, dan faktor reseptif (kemudahan bahasa
menerima pengaruh untuk pengembangannya).
Apakah ada perbedaan antara bahasa melayu pada 27 Oktober 1928 dan
bahasa indonesia pada 28 Oktober 1928? Dari segi wujud, baik struktur, sistem
maupun kosakatanya jelas tidak berbeda. Kerangkanya sama. Yang berbeda adalah
semangat dan jiwa barunya. Sebelum sumpah pemuda, semangat dan jiwa bahasa
melayu masih bersifat kedaerahan atau kemelayuan. Akan tetapi, pada saat (dan
setelah sumpah pemuda), semangat dan jiwa yang tadinya kedaerahan itu sudah
menjadi bersifat nasional atau berjiwa keindonesiaan. Pada saat itulah, bahasa
melayu yang berjiwa dan bersemangat baru diganti dengan nama bahasa indonesia.
Hasil perumusan seminar bahasa nasional (Jakarta, 25 -28 Februari 1975,
yang kemudian dikukuhkan dalam seminar politik bahasa (Cisarua, Bogor, 8 – 12
November 1999), antara lain, menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai
bahasa nasional, bahasa indonesia berfungsi sebagai:
• Lambang kebanggaan nasional
• Lambang identitas nasional
• Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda – beda latar belakang sosial,
budaya dan bahasanya
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa indonesia mencerminkan sekaligus
memancarkan nilai – nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia.
Dengan keluhuran nilai sosial budaya yang dicerminkan bahasa indonesia, bangsa
Indonesia harus bangga terhadapnya, bangsa Indonesia harus menjunjungnya,
memelihara, mengembangkan, dan mempertahankannya. Kebanggaan pemakainya
senantiasa harus ditumbuh kembangkan dalam diri setiap insan Indonesia. Sebagai
realisasi kebanggaan itu, bangsa Indonesia harus menggunakannya tanpa rasa
rendah diri tanpa rasa malu dan tanpa rasa acuh tak acuh. Sebagai lambang
identitas nasional, bahasa indonesia merupakan “lambang” Indonesia. Dalam hal
ini, bahasa indonesia dapat dikatakan memiliki kedudukan yang setara dan serasi
dengan lambang kebangsaan yang lain, seperti bendera merah putih, garuda
pancasila, dan lagu kebangsaan Indonesia raya. Ini berarti, dengan bahasa
Indonesia, bahasa indonesia menyatakan jati dirinya, menyatakan sifat, perangai

14
dan wataknya sebagai bangsa Indonesia. “Bahasa menunjukkan bangsa”, kata
pepatah. Melalui bahasa indonesia, bangsa Indonesia menyatakan kepribadian dan
harga dirinya. Karena fungsinya yang demikian itu, bangsa Indonesia harus
menjaganya; jangan sampai ciri kepribadian bangsa Indonesia tidak tercermin di
dalamnya; jangan sampai bahasa indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa
Indonesia yang sebenarnya. Implikasinya adalah bahwa bahasa indonesia harus
memiliki identitasnya sendiri. Identitas itu baru bisa dimiliki hanya jika masyarakat
pemilik dan pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian rupa
sehingga ia bersih dari unsur – unsur bahasa lain, terutama bahasa asing (seperti
bahasa inggris) yang tidak benar – benar dibutuhkan.

B. Bahasa Indonesia Sebagai Alat Pemersatu dan Alat Perhubungan


Fungsi bahasa indonesia sebagai lambang kebanggaan dan identitas nasional
berkaitan erat dengan fungsinya yang ketiga, yaitu sebagai alat yang
memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai suku bangsa yang mempunyai
latar belakang sosial, budaya, dan bahasa daerah yang berbeda – beda ke dalam
satu kesatuan kebangsaan yang bulat, bersatu dalam cita – cita dan rasa nasib yang
sama. Dalam hubungan dengan hal ini, bahasa indonesia memungkinkan berbagai
suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan
tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai – nilai
sosial, budaya, dan latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Malahan lebih
daripada itu, dengan bahasa nasional itu, bangsa Indonesia dapat meletakkan
kepentingan nasional jauh di atas kepentingan daerah dan golongan.
Latar belakang sosial budaya dan latar belakang bahasa daerah yang berbeda
– beda itu tidak pula menghambat adanya perhubungan antardaerah dan
antarbudaya. Berkat adanya bahasa nasional, mereka (masyarakat yang berbeda –
beda latar belakang etnis, budaya, dan bahasa daerah) dapat berhubungan satu
sama lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan
latar belakang itu tidak perlu dikhawatirkan. Setiap orang dapat bepergian dari
pelosok yang satu ke pelosok yang lain di tanah air ini dengan hanya
memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu – satunya alat komunikasi.
Kenyataan ini dan meningkatnya penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia
dalam fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya telah
dimungkinkan pula oleh peningkatan sarana perhubungan darat, laut, dan udara;
oleh bertambah luasnya penggunaan sarana komunikasi massa seperti radio,

15
televisi, internet, surat kabar, dan majalah; oleh peningkatan arus perpindahan
penduduk, baik dalam perantauan perseorangan maupun dalam bentuk transmigrasi
yang berencana; oleh peningkatan jumlah perkawinan antarsuku; serta oleh
pemindahan pejabat-pejabat negara, baik sipil maupun militer, dari satu daerah ke
daerah lain.
Sejalan dengan fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya,
bahasa indonesia telah berhasil pula melaksanakan fungsinya sebagai alat
pengungkapan perasaan. Jika pada awalnya, ada yang merasa bahwa seni sastra
dan drama – baik yang dituliskan maupun dilisankan – serta dunia perfilman dan
sinematografi elektronik (sinetron) telah pula berkembang sedemikian rupa
sehingga nuansa perasaan yang betapa pun halusnya dapat diungkapkan memakai
bahasa indonesia. Kenyataan ini tentunya menambah tebalnya rasa bangga insan
Indonesia akan kemampuan bahasa nasionalnya.

C. Contoh Bahasa Indonesia Sebagai Alat Pemersatu


• Di zaman sekarang ini pernikahan antarsuku sudah sering terjadi, pola pikir
masyarakat juga sudah mulai berubah, yang dulunya hanya menerima pasangan
yang satu suku dengannya namun sekarang masyarakat sudah mulai menerima dan
membuka diri untuk pasangan dari suku yang berbeda dengannya. Maka di situlah
peran bahasa indonesia sebagai bahasa pemersatu dibutuhkan, yaitu untuk
menyatukan pasangan yang berbeda suku.
• Dalam kegiatan kemahasiswaan, mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan
Mahasiswa tidak semua mahasiswa berasal dari suku yang sama. Jadi mahasiswa
tersebut akan menggunakan bahasa indonesia dalam acara resmi Hima tersebut.
• Contoh lainnya dalam kegiatan pentas seni nasional yang mengundang semua
perwakilan suku yang ada di Indonesia, maka ketika pertemuan ataupun
menyampaikan susunan acara panitia akan menggunakan bahasa indonesia. Dan
para perwakilan tersebut pun akan menggunakan bahasa indonesia ketika
berkomunikasi. Yang mana hal ini dapat menunjukkan bahwa bahasa indonesia
adalah alat pemersatu.

D. Contoh Bahasa Indonesia Sebagai Alat Penghubung

16
• Sebagai alat penghubung antardaerah dan antarbudaya, bahasa indonesia kerap
kali digunakan dalam transaksi jual beli. Contohnya seorang konsumen yang
berada dan berasal dari bengkulu ingin membeli barang dari seller yang berlokasi
di Jakarta. Maka untuk menghubungi seller tersebut, si konsumen akan
menggunakan bahasa indonesia sebagai bahasa penghubung mereka.
• Seorang penjual roti cane yang berasal dari Aceh berjualan di Bandung, maka ia
akan menggunakan bahasa indonesia kepada pelanggannya. Dan di sinilah terlihat
bahasa Indonesia sebagai bahasa penghubung antardaerah dan antarbudaya.
• Dalam organisasi pun juga akan menggunakan bahasa indonesia, contohnya
ketika Organisasi Anti Narkoba melakukan sosialisasi ke sekolah – sekolah dan
daerah - daerah maka di sini mereka akan menggunakan bahasa indonesia sebagai
bahasa penghubung mereka.
• Misalnya orang – orang dari Irian Jaya mendapatkan beasiswa untuk kuliah di
Universitas Negeri Bengkulu, di mana orang – orang bengkulu mayoritas
menggunakan bahasa bengkulu. Maka untuk berkomunikasi baik dalam pergaulan
dan pelajaran maka orang dari Irian tersebut akan menggunakan bahasa indonesia
dan begitu juga sebaliknya orang bengkulu dengan mereka. (Kisah Kakak tingkat
semester IV jurusan Manajemen).
• Bahasa indonesia sebagai bahasa penghubung khususnya digunakan untuk
transmigran dan imigran. Misalnya imigran dari China yang datang ke Indonesia,
maka mereka akan belajar bahasa indonesia. Dan bila mereka sudah bisa berbahasa
indonesia mereka akan menggunakannya dan mungkin yang berbeda hanya logat
atau dialeknya saja.
• Dalam pengumuman pun digunakan bahasa indonesia. Contohnya pengumuman
lomba atau pengumuman – pengumuman penting lainnya. Digunakannya bahasa
indonesia semua pembaca dapat mengerti maksud dan informasi dari pengumuman
tersebut.
• Contoh lainnya dari penggunaan bahasa indonesia sebagai bahasa penghubung
adalah di rumah makan minang. Mayoritas pekerja di sana mampu berbahasa
minang. Namun mereka tetap menggunakan bahasa indonesia ketika melayani
konsumennya

17
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hassan dan Dendy Sugono (ed.). 2003. Politik Bahasa. Jakarta: Pusat
Bahasa.
Badudu,J.S.1993. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.

Halim, Amran. 1980. Fungsi dan kedudukan Bahasa Indonesia (dalam Halim[ed.]).
Politik Bahasa Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.

Masnur M. Dan Suparno. 1987. Bahasa Indonesia: kedudukan ,fungsi, pembinaan


dan pengembangannya. Bandung: Jemmars.

Sahaja, Irwan. 2020. Hakikat Bahasa Indonesia. Diakses pada tanggal 05 Oktober
2022, dari https://irwansahaja.blogspot.com/2014/10/hakikat-bahasa-
indonesia.html

Thabroni, Gamal. 2020. Hakikat Bahasa. Diakses pada tanggal 05 Oktober 2022,
dari https://serupa.id/hakikat-dan-pengertian-bahasa-isi-sifat-dasar-ciri-khusus/

18
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN BAHSA INDONESIA
A. Latar Belakang
Asal Mula Bahasa Indonesia dan Perkembangannya
Bahasa Indonesia yang kita gunakan saat ini berasal dari bahasa Melayu
yang pada awalnya adalah salah satu bahasa daerah di antara berbagai
bahasa daerah di Kepulauan Indonesia. Bahasa Melayu sebagai bahasa
daerah dituturkan oleh suku Melayu yang mendiami pesisir timur Pulau
Sumatera, Semenanjung Malaka, dan pesisir barat Kalimantan. Oleh
Steinhaver dinyatakan bahwa bahasa Melayu merupakan bahasa yang
kurang berarti. Di Indonesia, bahasa itu diperkirakan dipahami hanya oleh
penduduk Kepulauan Riau Lingga dan penduduk pantai - di seberang
Sumatera (1991: 195)1. Jika dibandingkan dengan bahasa lain di Kepulauan
Nusantara ini, baik dari segi penutur maupun penduduk budaya, bahasa
Melayu jauh ketinggalan. Namun, bahasa ini mengalami perkembangan
yang cukup pesat, mampu mengungguli bahasa-bahasa daerah lain untuk
mendapatkan predikat yang terhormat, yakni menjadi bahasa nasional dan
bahasa negara bagi negeri/bangsa yang serba keberagaman dan
kemajemukan.
Pada zamannya bahasa melayu yamg menjadi cikal bakal bahasa indonesia
sudah memiliki peranan dan kedudukan yang cukup penting, baik dalam
pemerintahan maupun dalam kehidupan sehari hari. Banyaknya masyarakat
asing yang singgah di Nusantara dengan berbagai bentuk bahasa, maka
digunakan bahasa melayu seagai bahasa perhubungan. Hal menjadi dasar
pemilihannya karena bahasa melayu tidak mengenal tingkatan seperti bahasa
lainnya, sehingga mempermudah penggunaannya. Jadi dapat ditarik
kesimpulan bahwa bahasa melayu menjadi cikal bakal bahasa indoonesia

19
sudah memiliki fungsi dan kedudukan tertentu di masyarakat. Pengaruh
Bahasa Melayu: Bahasa Indonesia memiliki akar yang kuat dalam Bahasa
Melayu, yang merupakan bahasa perdagangan yang digunakan dalam
perdagangan maritim di wilayah Nusantara (Indonesia, Malaysia, dan
sebagian Singapura) pada zaman dahulu. Ini adalah salah satu alasan
mengapa Bahasa Indonesia juga disebut sebagai Bahasa Melayu Indonesia.
Beberapa poin utama tentang latar belakang Bahasa Indonesia

1. Pengaruh Kolonial: Selama periode kolonial, terutama di bawah


penjajahan Belanda, Bahasa Melayu mendapat pengaruh besar dari Bahasa
Belanda. Banyak kata serapan Belanda masuk ke dalam Bahasa Melayu,
termasuk Bahasa Indonesia. Contohnya, kata "kantor" berasal dari Bahasa
Belanda "kantoor."
2. Perjuangan Kemerdekaan: Bahasa Indonesia memiliki peran penting
dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu, bahasa ini
digunakan untuk menyatukan berbagaikelompok etnis dan budaya yang ada
di Indonesia. Bahasa ini juga menjadi lambang persatuan nasional.
3. Proklamasi Kemerdekaan: Bahasa Indonesia digunakan dalam teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Dokumen ini
ditulis dalam Bahasa Indonesia oleh para pemimpin kemerdekaan, termasuk
Soekarno dan Mohammad Hatta.
4. Bahasa Resmi: Setelah kemerdekaan, Bahasa Indonesia ditetapkan
sebagai bahasa resmi dan bahasa nasional Indonesia dalam konstitusi.
Keputusan ini adalah bagian dari upaya untuk menyatukan bangsa yang
terdiri dari berbagai suku dan budaya.
5. Bahasa Pengantar: Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar
di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Hal ini membantu dalam
menyebarkan bahasa ini ke seluruh lapisan Masyarakat.
6. Evolusi Bahasa: Bahasa Indonesia terus berkembang seiring waktu.
Bahasa ini terbuka terhadap pengaruh dari berbagai bahasa asing, terutama
Bahasa Inggris, sebagai hasil globalisasi dan perkembangan teknologi
informasi.
7. Bahasa Serapan: Bahasa Indonesia mengandung banyak kata serapan dari
berbagai bahasa, seperti Bahasa Sanskerta, Arab, Belanda, Inggris, Cina, dan

20
lainnya. Hal ini mencerminkan sejarah dan perkembangan budaya Indonesia
yang kaya
8. Keragaman Bahasa: Di Indonesia, terdapat lebih dari 700 bahasa daerah
yang berbeda. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa persatuan, tetapi
bahasa-bahasa daerah ini juga masih sangat penting dalam budaya dan
komunikasi sehari-hari di berbagai wilayah
9. Bahasa Internasional: Bahasa Indonesia juga digunakan sebagai bahasa
resmi dalam forum internasional, seperti Konferensi Tingkat Tinggi Non-
Blok, yang diselenggarakan di Indonesia pada tahun 1992.

B. Perkembangan Menyebarnya Bahasa Indonesia


Berhubung dengan menyebar Bahasa Melayu ke pelosok nusantara
bersamaandengan menyebarnya agama islam di wilayah nusantara. Serta
makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya, karena bahasa
Melayu mudah diterima oleh masyarakatnusantara sebagai bahasa
perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antarbangsa dan antar
kerajaan.Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi
dan mendorongtumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa
Indonesia oleh karena itu parapemuda Indonesia yang tergabung dalam
perkumpulan pergerakan secara sadarmengangkat bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuanuntuk seluruh bangsa
Indonesia.Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat
itu, para pemudadari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat,
para pemuda berikrar:
1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
Tanah AirIndonesia
2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,
Bangsa Indonesia.
3. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa
persatuan, bahasaIndonesia.

Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. Unsur yang
ketigadari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa
indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa indonesia. Pada tahun 1928

21
bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada
tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945
di sahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Di dalam UUD 1945 di sebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa
Indonesia, (pasal 36). Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi
bahasa indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa
indonesia di pakai oleh berbagai lapisan masyarakat indonesia.
Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaannya
sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses
pembakuan sejakawal abad ke-20. Penamaan “Bahasa Indonesia” di awali
sejak di canangkannya SumpahPemuda, 28 Oktober 1928, untuk
menghindari kesan “Imperialisme bahasa” apabila nama bahasa Melayu
tetap di gunakan.Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat
ini dari varian bahasaMelayu yang di gunakan di Riau maupun Semenanjung
Malaya. Hingga saat ini, bahasaindonesia merupakan bahasa yang hidup,
yang terus menghasilkan kata-kata baru baikmelalui penciptaan maupun
penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun dipahami dan di
tuturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa Indonesia
bukanlahbahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga
indonesia menggunakansalah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia
sebagai bahasa Ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi
sehari-hari (kolokial) atau mencampur adukkan dengan dialek Melayu
lainnya atau bahasa Ibunya.Meskipun demikian, bahasa Indonesia di
gunakan sangat luas di perguruan-perguruan, media massa, sastra, perangkat
lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga
dapatlah dikatakan bahwa bahasa indonesia di gunakan oleh semua warga
indonesia. Bahasa Melayu dipakai dimana-mana diwilayah nusantara
sertamakin berkembang dengan dan bertambah kukuh keberadaannya.
Bahasa Melayu yangdipakai didaerah-daerah diwilayah nusantara dalam
pertumbuhan dipengaruhi oleh corakbudaya daerah. Bahasa Melayu
menyerap kosa kata dari berbagai bahasa, terutama daribahasa sanskerta,
bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.Bahasa Melayu pun

22
dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan
dialek.Perkembangan Bahasa Melayu diwilayah nusantara mempengaruhi
dan mendorongtumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa
Indonesia.Komikasi rasapersaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.
Komunikasi antar perkumpulan yangbangkit pada masa itu menggunakan
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yangmenjadi bahasa persatuan
untuk seluruh bangsa Indonesia dalam sumpah pemuda 28Oktober 1928.
Untuk memperoleh bahasa nasionalnya, Bangsa Indonesia harus
berjuangdalam waktu yang cukup panjang dan penuh dengan
tantangan.Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek
temporal daribahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian
besar masih sama atau miripdengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti
bahasa Melayu Klasik dan bahasa MelayuKuno. Penggunaan bahasa Melayu
sebagai bahasa nasional merupakan usulan dariMuhammad Yamin, seorang
politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres
Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa: jika mengacu pada
masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya,
hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu
bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang
lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.
perkembangan bahasa Indonesia dari masa pra-kolonial hingga saat ini
1.Masa Pra-Kolonial Sebelum kedatangan bangsa Eropa di kepulauan
Indonesia, bahasa-bahasa pribumi seperti Jawa, Sunda, Melayu, dan banyak
lainnya telah ada dan digunakan oleh masyarakat setempat. Bahasa Melayu
adalah salah satu bahasa yang memiliki pengaruh besar dalam
perkembangan bahasa Indonesia. Hal ini terutama disebabkan oleh peran
perdagangan dan hubungan diplomatik di wilayah Nusantara.
2.Era Kolonial
Ketika bangsa Belanda memulai penjajahan di Indonesia pada abad ke-17,
bahasa Belanda menjadi bahasa resmi pemerintahan dan pendidikan. Bahasa
Melayu tetap menjadi bahasa komunikasi sehari-hari di kalangan
masyarakat. Perpaduan bahasa Melayu dengan unsur-unsur bahasa Belanda
menjadi cikal bakal bahasa Indonesia.
3.Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional

23
Pada awal abad ke-20, pergerakan nasionalis Indonesia mulai tumbuh.
Tokoh-tokoh seperti Soekarno dan Mohammad Hatta menyadari pentingnya
bahasa dalam menyatukan bangsa yang memiliki berbagai bahasa daerah.
Kongres Bahasa Indonesia pertama diadakan pada tahun 1926 dan menjadi
titik awal dalam pengembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
4.Proses Standarisasi
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, bahasa Indonesia secara
resmi diakui sebagai bahasa nasional. Sebagai bagian dari upaya
mempersatukan negara yang terdiri

DAFTAR PUSTAKA
Socharso, Y dan Eka Heri Widiastuti.2015. Panduan Penulisan Karya Ilmiah.

Semarang: IKIP Veteran

Umam. "Struktur Karya Ilmiah: Pengertian, Tujuan, Ciri-Ciri, dan


Pembahasannya",

https://www.gramedia.com/literasi/struktur-karya-ilmiah/, diakses pada 24 Oktober


2022 pukul 10.27

Wardani, dkk. 2011. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Universitas Terbuka..

24
BAB III
EJAAN BAHASA INDONESIA
1. Latar Belakang
Bahasa Indonesia sudah ada sejak lama dan digunakan oleh masyarakat
Indonesia sebelum kemerdekaan. Namun, pada tahun 1928 bahasa Indonesia resmi
digunakan atau disahkan. Pada tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia menjadi
bahasa nasional resmi Indonesia saat pengambilan sumpah pemuda.
Ejaan bahasa Indonesia ini mengalami perkembangan sejak sebelum Sumpah
Pemuda. Perkembangan tersebut dimulai dari penerapan ejaan oleh Ch.A.Van
Ophujsen, Ejaan Republik Soewandi(1947), Ejaan Pembaharuan Prijono(1957),
Ejaan Melindo Slametmuljana(1959), Ejaan Baru Bahasa Indonesia Anton
Moeliono(1967), Ejaan Yang Disempurnakan I.B.Mantra (1972), yang akhirnya
EYD ini disahkan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 17 Agustus 1972. Dan
dalam setiap perkembangannya selalu mengalami pembaharuan di dalamnya.

Ejaan pada dasarnya adalah aturan. Aturan yang dimaksud adalah aturan
melambangkan bunyi bahasa menjadi huruf, huruf menjadi kata, dan katamenjadi
kalimat. Secara teknik ejaan juga dapat diartikan sebagai aturan penulisan huruf,
penulisan kata, dan penggunaan tanda baca. Berdasarkan pengertian diatas ejaan
memiliki ruang lingkup yaitu pengaturan penulisan huruf, penulisan kata, dan
penggunaan tanda baca. Pada penulisan huruf diatur pemakaian huruf, penulisan
huruf kapital, dan penulisan huruf miring.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, ejaan adalah kaidah kaidah
cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat) di dalam bentuk tulisan (huruf-

25
huruf) serta penggunaan tanda-tanda baca. Oleh karena itu ejaan perlu dipahami
dan dibahas untuk menegetahui bagaimana sebenarnya ejaan yang disempurnakan
itu, untuk diketahui dan diaplikasikan kedalam penulisan berbagai karya tulis.

2. Pengertian Ejaan
Secara umum ejaan dapat diartikan sebagai seperangkat aturan yang
mengatur penulisan bunyi bahasa menjadi huruf, huruf menjadi kata, dan kata
menjadi kalimat. Ejaan dalam KBBI memiliki pengertian sebagai cara atau
aturan menuliskan kata-kata dalam huruf. Secara teknik ejaan juga dapat
diartikan sebagai aturan penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda
baca.

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi dalam pemakaian bahasa agar
tercipta keteraturan bentuk dalam bahasa tulis. Apabila sudah teratur, maka
makna yang ingin disampaikan akan jelas dan tidak akan terjadi kesalahan
dalam memahami makna tersebut. Pada penulisan kata diatur penulisan
berbagai kata termasuk penulisan kata bilangan, akronim, dan kata serapan.
Pada penggunaan tanda baca diatur berbagai penggunaan tanda baca yang
terdapat dalam bahasa Indonesia.

3. Sejarah Perkembangan Ejaan


Berikut ini merupakan sejarah perubahan bentuk ejaan di indonesia, yang pada awalnya
Indonesia menggunakan bahasa melayu sebagai ejaan bahasa resmi Indonesia
sampai berganti menjadi ejaan yang di sempurnakan versi 5 saat ini.

1. Ejaan Ophujsen (1901)


Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin,
yangdisebut Ejaan Van Ophuijsen. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang

26
dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma‟moer dan Moehammad Taib
Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan Van Ophuijsen adalah
sebagai berikut :

a. Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, dan sajang.


b. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer
c. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema, dipakai untuk
menuliskan kata-kata ma‟moer, „akal, ta‟, pa‟. dinamai‟

2. Soewandi (1947)
Ejaan Soewandi diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 untuk
menggatikan Ejaan van Ophuijsen. Ejaan Soewandi dikenal juga dengan
Ejaan Republik.
Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan Ejaan Soewandi adalah
sebagai berikut.
a. Huruf oe diganti dengan u. Seperti pada kata goeroe menjadi guru,
itoemenjadi itu, oemoer menjadi umur.
b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata
tak, pak, maklum, dan rakjat.
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, berjalan2, ke-
barat2-an.
d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis dengan kata yang
mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan
dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.

3. Ejaan Pembaharuan Bahasa Indonesia atau Ejaan Prijono-Katoppo


(1956)

27
a. Apakah ejaan Pembaharuan itu?
Ejaan pembaharuan merupakan suatu yang direncanakan untuk
memperbaharui Ejaan Republik. Di bentuk pada tanggal 19 Juli 1956
konsep Ejaan pembaharuan dikenal dengan ejaan Prijono-Katoppo,
sebuah nama yang di ambil dari dua nama tokoh yang pernah mengetuai
panitia ejaan itu. awalnya profesor Prijono yang mengetuai panitia itu,
lalu menyerahkan kepemimpinannya kepada E.Katoppo karena masa itu
Profesor Prijono di angkat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan sehingga tidak sempat lagi melanjutkan tugasnya sebagai
ketua panitia ejaan, kemudian dilanjutkan oleh E.Katoppo.
b. Hal-hal apakah yang menarik dalam Ejaan Pembaharuan?
Konsep Ejaan Pembaharuan yang menarik ialah di sederhanakannya
huruf-huruf yang berupa gabungan konsonan dengan huruf huruf tunggal
atau bersifat fonemis artinya setiap fonem dalam ejaan itu di usahakan
hanya di lambangkan dengan satu huruf. Misalnya:
 Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
 Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts
 Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ

4. Melindo (1959)
a. Apakah yang di maksud dengan ejaan Melindo ?
Melindo ialah akronim dari Melayu-Indonesia. Merupakan ejaan yang
disusun atas kerja sama antara pihak Indonesia Slamet Muljana dan pihak
Persekutuan Tanah Melayu (Malaysia) di pimpin oleh Syed Nasir bin
Ismail.Yang tergabung dalam panitia kerja sama Bahasa Melayu-Bahasa
Indonesia.Tahun 1959 berhasil merumuskan ejaan yaitu ejaan Melindo.

28
Awalnya Ejaan Melindo di maksudkan untuk menyeragamkan ejaan yang
digunakan dikedua negara tersebut. Namun karena pada masa itu terjadi
ketegangan politik antara Indonesia dan Malaysia, Ejaan itupun akhirnya
gagal diresmikan.Sebagai akibatnya pemberlakuaan ejaan itu tidak pernah
di umumkan.
b. Hal-hal apakah yang terdapat dalam konsep ejaan Melindo?
Dalam ejaan Melindo tidak jauh beda dengan ejaan pembaharuan,
karena ejaan itu sama-sama berusaha menyederhanakan ejaan dengan
menggunakansistem fonemis.Hal yang berbeda ialah dalam ejaan Melindo
gabungan konsonan tj, seperti pada kata tjinta di ganti dengan c menjadi
cinta. Juga gabungan konsonan nj, seperti pada kata njonja di ganti
dengan huruf nc yang sama sekali masih baru.

5. Ejaan Baru Bahasa Indonesia atau Ejaan Bahasa Indonesia LBK


(Lembaga Bahasa dan Kesusastraan) (1966)
a. Apakah Ejaan Baru itu?
Merupakan lanjutan dari rintisan panitia ejaan Melindo. Pelaksananya
pun terdiri dari panitia Ejaan LBK (Lembaga bahasa dan
kesusastraan,sekarang bernama Pusat Pembinaan danPengembangan
Bahasa) juga dari panitia Ejaan bahasa Melayu yang berhasil
merumuskan ejaanyang disebut Ejaan Baru. Namun lebih di kenal dangan
ejaan LBK. Konsep Ejaan ini di susun berdasarkan beberapa
pertimbangan antara lain:
1) Pertimbangan Teknis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar setiap
fonem di lambangkandengan satu huruf.

29
2) Pertimbangan Praktis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar
perlambangan secara teknisitu di sesuaikan dengan keperluan praktis
seperti keadaan percetakan dan mesin tulis.
3) Pertimbangan Ilmiah yaitu pertimbangan yang menghendaki agar
perlambangan itumencerminkan studi yang mendalam mengenai
kenyataan bahasa dan masyarakat pemakainya.
b. Perubahan apakah yang terdapat dalam Ejaan Baru?
1) Gabungan konsonan dj di ubah menjadi j. Misalnya: Remadja menjadi
remaja.
2) Gabungan konsonan tj di ubah menjadi c. Misalnya: tjakap menjadi
cakap.
3) Gabungan konsonan nj di ubah menjadi ny. Misalnya:Sunji menjadi
sunyi

6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan(EYD) (1972)


Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia Soeharto
meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu
berdasarkan putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan
dan Kebudayan menyebarkan buku kecil yang berjudul. Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,sebagai patokan pemakaian ejaan
itu. Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh
Menteri Pendidikandan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12
Oktober 1972. No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan yang berupa
pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu Menteri Pendidikan dan

30
Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan
dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987. Pedoman ejaan bahasa Indonesia
di sebut pedoman umum, karena dasarnya hanya mengatur hal-hal yang
bersifat umum. Namun ada hal-hal lain yang bersifat khusus, yang belum di
atur dalam pedoman itu, yang di sesuaikan dengan bertitiktolak pada
pedoman umum itu. Ejaan Yang Disempurnakan merupakan hasil
penyempurnaan dari beberapa ejaan yang di susun sebelumnya, terutama
ejaan republik yang di padukan pula dengan konsep konsep ejaan
pembaharuan, ejaan melindo dan ejaan baru. Di dalam EYD membahas
terkait penggunaan huruf, penggunaan tanda baca, penulisan pada unsur kata
serapan dan penulisan kata.

7. Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) (2015)


Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) adalah tata bahasa
dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam
tulisan, mulai dari pemakaian huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan,
serta penggunaan tanda baca (Murtiani et al, 2016). Dalam menulis berbagai
karya ilmiah, diperlukan aturan tata bahasa yang menyempurnakannya sebab
karya tersebut memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Karya
ilmiah tersebut dapat berupa artikel,resensi, profil, karya sastra, jurnal,
skripsi, tesis, disertasi, dan sebagainya. Sehingga PUEBI dapat diartikan

31
sebagai suatu ketentuan dasar secara menyeluruh yang berisi acuan
penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Salah satu letak perbedaan antara Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia(PUEBI) dengan Ejaan yang Disepurnakan (EYD) adalah adanya
penambahan ruang lingkup. Pada EYD hanya terdapat tiga ruang lingkup,
yaitu pemakaian huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.
Sementara pada PUEBI ditambahkan satu bagian ruang lingkup
yaitupenulisan unsur serapan. (Hakim, 2018).
Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang melambangkan bunyi
bahasa. Pemakaian huruf yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) antara lain: huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan,
huruf diftong, gabungan huruf konsonan, huruf kapital, huruf miring, dan
huruf tebal. Kata adalah satuan unit terkecil dari bahasa yangdapat berdiri
sendiri dan tersusun dari morfem tunggal. Kata merupakan perwujudan
kesatuan perasaan dan pikiran yang digunakan dalam berbahasa, baik
diucapkan maupun dituliskan. Pedoman penulisan kata yang diatur oleh
PUEBI adalah kata dasar, kata berimbuhan, bentuk ulang, dan lain-lain.
Ejaan merupakan penggabaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis
menulis. Pada saat ini, Bahasa Indonesia menggunakan ejaan yang disebut
ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan mulai Agustus 1972 setelah
diresmikan didalam Pidato kenegaraan Presiden Suharto pada tanggal 16
Agustus 1972. Perkembangan ejaan di Indonesia telah mengalami beberapa
proses pergantian mulai dari ejaan Van Ophujsen hingga Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang diresmikan pada tahun 2015.
Adapun saran yang harus kita ketahui yaitu kewajiban kita sebagai
pelajar untuk selalu menggunakan kaidah tata Bahasa Indonesia yang baik

32
dan benar, karena bagaimanapun Bahasa memiliki peran penting dalam
proses pembangunan karakter. Dengan mempelajari ejaan, maka proses
pembelajaran, pemahaman, dan penulisan Bahasa Indonesia akan menjadi
lebih mudah.

8. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) Versi 5


Badan Bahasa kemendikbud resmi meluncurkan EYD Ed atan dengan
perilisan tema dan logo Kongres Bahasa Indonesia isi V pada Selasa, 16
Agustus 2022. Peluncuran ini bertepatan dengan perilisan tema dan logo
kongres Bahasa Indonesia (KBI) XII di Kantor Badan Bahasa, Jakarta.
Mengutip situs Kemdikbud, EYD (Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan) merupakan pedoman resmi yang dipergunakan bagi instansi
pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia
secara baik dan benar.Sejak diresmikan pada tahun 1972, EYD sudah
mengalami perubahan sebanyak lima kali. Di tahun ini, aturan baru dalam
EYD Edisi V memuat penambahan kaidah baru dan perubahan pada kaidah
yang sudah ada.
Peluncuran EYD Edisi V telah ditetapkan oleh Keputusan Kepala Badan
No. 0321/I/BS.00.00/2021. Terdapat sejumlah kaidah baru yang disesuaikan
dengan perkembangan Bahasa Indonesia di masa kini.Hal ini menunjukkan
keterbukaan Bahasa Indonesia terhadap perkembangan yang ada. Untuk
menjamin kemudahan akses dan keluasan jangkauan, EYD Edisi V
diterbitkan dalam bentuk aplikasi web yang dapat diakses melalui laman
ejaan.kemdikbud.go.id.

33
Menilik kembali sejarahnya, ternyata EYD sudah mengalami perubahan
sebanyak lima kali. Perubahan tersebut berada di bawah putusan Badan
Bahasa Kemendikbud sebagai lembaga yang menaunginya.EYD Edisi I
diterbitkan pada 16 Agustus 1972. Kemudian, menyusul EYD Edisi II pada
tahun 1987 dan EYD Edisi III pada tahun 2009.
Berbeda dengan edisi sebelumnya, EYD Edisi IV justru berganti nama
menjadi PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). PUEBI Edisi IV
ini mulai diberlakukan pada tahun 2015-2022.pengucapan “EYD” dinilai
lebih akrab didengar oleh masyarakat dibandingkan PUEBI.
Jika ditotal, terdapat sekitar 50% perubahan kaidah pada EYD Edisi V.
Perubahan tersebut yaitu penambahan kaidah baru, perubahan kaidah yang
telah ada, perubahan redaksi, pemindahan kaidah, penghapusan kaidah,
perubahan contoh, dan perubahan tata cara penyajian isi.Perubahan telah
disesuaikan dengan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dan
perkembangan bahasa di masa kini. EYD Edisi V berlaku mulai 16 Agustus
2022 sampai waktu yang tak ditentukan.

4. Ruang Lingkup Ejaan Bahasa Indonesia


a. Pemakaian Huruf
1) Huruf abjad
Huruf dalam abjad bahasa Indonesia ada 26 seperti dalam tabel
berikut.

Huruf Nama Huruf Nama

34
Aa A Nn en
Bb be Oo o
Cc ce Pp pe
Dd de Qq qi
Ee e Rr er
Ff ef Ss es
Gg ge Tt te
Hh ha Uu u
Ii i
Vv ve
Jj je
Ww we
Kk ka
Xx eks
Ll el
Yy ye
Mm em
Zz zet

2) Huruf Vokal atau Huruf Hidup


Huruf vokal adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari
paru-paru tidak terkena hambatan atau halangan. Jumlah huruf vokal ada
5, yaitu a, I, u, e, dan o.
3) Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam Bahasa Indonesia
terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y,
dan z.
4) Huruf Diftong
Dalam Bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan
dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei dan oi. Misalnya: Malaikat,
Saudara, Survei, Boikot.

35
5) Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam Bahasa Indonesia gabungan huruf konsonan berupa kh, ng,
ng, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Contohnya: nyamuk, syarat, kumbang, khawatir, dsb.
b. Penulisan Huruf
1) Huruf Kapital
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
terdapat tiga belas penulisan huruf kapital. Berikut ini disajikan beberapa
hal yang perlu diperhatikan:
a) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat.
Contoh:
Apa maksudnya?
Dia membaca buku.
b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang,
termasuk julukan.
Contoh:
Amir Hamsiah
Dewi Sartika
c) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Orang itu menasihat anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!”
“Kemarin engkau terlambat,” katanya.

36
d) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan
yang berhubungan dengan agama, kita suci, dan Tuhan. Huruf kapital
juga digunakan sebagai kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:
Islam Alkitab
Quran Hindu
Kristen Allah
Weda Yang Mahakuasa
Yang Maha Pengasih
Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya. Bimbinglah
hamba-Mu, wahai Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
e) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama
orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang. Contoh:
Sultan Hasanuddin, Mahaputra Yamin, Haji Agus Salim.
f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan
kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
Contoh:
Selamat datang, Yang Mulia.
Terima kasih, Kiai.
Silakan duduk, Prof
g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan Bahasa. Contoh: bahasa Bali, suku Sunda, bangsa Indonesia.
h) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,
dan hari raya dan nama peristiwa. Contoh: tahun Hijriah, bulan

37
Agustus, hari Lebaran dan Konferensi Asia Afrika, Perang Dunia II,
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Contoh:
Jakarta, Makassar, Sungai Musi, Teluk Benggala, Kecamatan Gowa,
dsb. Nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan huruf
kapital. Contoh berlayar ke teluk, menyeberangiselat, mandi di
sungai. Nama dari geografi yang dipakai nama jenis tidak ditulis
dengan huruf Kapital. Contoh: jeruk bali, kacang bogor, nangka
belanda.
j) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata dalam nama
negara, Lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas,
seperti di, ke dari, dan, yang, dan untuk. Contoh: Republik
Indonesia, Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Perserikatan
Bangsa-Bangsa, dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
k) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata di dalam judul
buku, karangan, artikel, dan makalah serta majalah dan surat kabar,
kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak
pada posisi awal. Contoh: saya telah membaca buku Dari Ave Maria
ke Jalan Lain ke Roma, ia menyajikan makalah “Ejaan Yang
Disempurnakan”
l) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, atau sapaan. Contoh: S.H (sarjana hukum), S.E. (sarjana
ekonomi), Dg. (daeng), R.A. (raden ayu), Pdt. (pendeta), Dt. (datuk),
Hj. (hajah) dsb.
m) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman,

38
serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau
pengacuan. Contoh: “Kapan Bapak berangkat?’’tanya Hasa.

2) Huruf Kecil
Huruf kecil digunakan pada posisi-posisi yang tidak menggunakan
huruf kapital. Penggunaan huruf kecil yang perlu ditekankan. Misalnya,
penulisan nama jenis, bukan nama produk, dan bukan nama tempat dalam
geografi.
Contoh:
kunci inggris (bukan kunci Inggris)
pisang ambon (bukan pisang Ambon)
harimau sumatera (bukan harimau Sumatera)
3) Huruf Miring
Huruf miring digunakan untuk :
a) Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok
kata;
b) Menuliskan nama buku, nama majalah, nama surat kabar yang dikutip
dalam karangan;
c) Menuliskan istilah ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang sudah
disesuaikan ejaannya;
4) Huruf Tebal
Huruf tebal ini berfungsi untuk menandai kata-kata yang dianggap
penting, atau perlu mendapat perhatian, seperti judul dan subjudul dalam
karangan, nama (judul) tabel, atau kata yang menuntut perhatian khusus.
c. Pelafalan Huruf

39
1) Pelafalan bahasa Indonesia kata atau singkatan dalam bahasa Indonesia
dilafalkan menurut pengucapan dan pendengaran orang Indonesia.
Singkatan Lafal Baku Lafal Tidak Baku
DPR De pe er Di pi ar
KKN Ka ka en Ke ke en
LSM El es em El esm

2) Pelafalan Singkatan Asing


Singkatan Asing Lafal Baku Lafal Tidak Baku
UNESCO Yu nes ko Unesco
UNICEF Yu ni sef Unisef
UNO Yu en ou yu no
WTC Doubleyu ti si We te ce

d. Penulisan Kata atau Partikel


Penulisan kata mencakup: kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan
kata, bentuk singkatan dan akronim, dan kata berimbuhan.
1) Penulisan Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu
kesatuan.
Benar Salah Benar Salah
Aerobik Erobik Kualitas Kwalitas
Akuarium Aquarium Kuantitas Kwantitas
Atlet Atlit Metode Metoda
Apotek Apotik Praktik Praktek
Hakikat Hakekat Sistem Sistim
Jadwal Jadual Terampil Trampil

40
2) Penulisan Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-).
Bahasan kata ulang mencakup: gabungan kata dasar, gabungan kata
berimbuhan, gabungan kata dasar berubah bunyi, dan pengunaan
gabungan kata harus ditulis berdasarkan pedoman baku sebagai berikut.
a) Pengulangan Kata Dasar
Contoh: kota-kota, orang-orang, rumah-rumah
b) Pengulangan Kata Berimbuhan
Contoh: beramai-ramai, dipukul-pukul, melambai-lambai, perlahan-
lahan.
c) Pengulangan Gabungan Kata
Contoh: buku-buku berkualitas, gedung-gedung tinggi
d) Pengulangan Kata Berubah Bunyi
Contoh: bolak-balik, huru-hara, lauk-pauk, ramah-tamah
3) Penulisan Gabungan Kata
a) Gabungan kata yang berupa kata majemuk, bagian-bagiannya
dituliskan terpisah.
Contoh: tanggung jawab, tata surya, uji coba.
b) Gabungan Kata Serangkai
Contoh: barangkali, daripada, padahal.
c) Gabungan Kata Terikat dan Kata Bebas
Contoh: antarkota, nonkeuangan, pascapanen, mahabijaksana, non-
Asia, non- Indonesia
d) Gabungan kata dasar + kata berimbuhan
Contoh: bertanda tangan, menyebar luas, tanda tangani

41
e) Penggabungan kata dengan konfiks berawalan + berakhiran sekaligus,
ditulis serangkai, tanpa tanda hubung
Contoh: dibudidayakan, ketidakadilan pertanggungjawaban,
mencampuradukkan
4) Penulisan Kata Depan
Kata depan di dan ke dituliskan terpisah dari kata yang mengikutinya,
sedangkan awalan di- dan ke- dituliskan serangkai dengan kata yang
mengiringinya
Di- (kata depan) Di- (awalan)
Di kampus Ditulis
Di rumahsakit Dirumahsakitkan
LSM El es em
Ke (kata depan)
Contoh: Ke mana saja kamu pergi, selama ini?
Ke- (awalan)
Contoh: Betulkah kamu sudah mempunyai kekasih?
5) Penulisan Partikel
a) Partikel kah, lah dan tah, ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya: apakah yang kau baca itu?
b) Partikel pun, per ditulis terpisah dengan kata yang mendahului.
Misalnya: Apa pun makanannya, ia tidak pernah mengeluh. Gajinya
naik per 1 April 2004.
6) Penulisan Kata Ganti
Kata ganti seperti aku, saya, kita, kau, kamu, engkau, dia, dan mereka
yang digunakan secara lengkap seperti itu harus ditulis terpisah. Akan
tetapi, kata ganti yang dipendekkan : aku menjadi -ku, kamu menjadi -mu,
engkau menjadi -kau, harus di tulis serangkai.

42
7) Penulisan Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa
daerah.
8) Penulisan Angka dan Lambang Bilangan
Penulisan lambang bilangan ada tiga cara, yaitu (1) angka arab, (2)
angka romawi, (3) huruf.
9) Penulisan bentuk Singkat, Singkatan dan Akronim
a) Bentuk singkat adalah bentuk pendek yang diambil atau dipotong dari
bentuk lengkapnya. Penulisannya menggunakan huruf kecil semua.
Contoh: Bulanan (majalah bulanan), Harian (surat kabar harian), Lab
(laboratorium).
b) Singkatan adalah bentuk pendek yang diambil dari huruf-huruf
pertama suatu frasa. Singkatan dieja huruf demi huruf. Penulisannya
menggunakan huruf kapital semua tanpa titik. Misalnya: APBN,
BPPT, CSIS
c) Akronim adalah bentuk pendek yang diambil dari sebuah frasa.
Contoh pemilu, OSIS, MUI, darkum, Unpad.
10) Pemenggalan Kata
Kata dasar di penggal dengan aturan :
a) Kalau ditengah kata dasar ada dua huruf vokal,pemenggalan dilakukan
di antara kedua huruf vokal itu. Contoh: ba-ik, kli-en, pu-ing, su-ara
b) Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan di antara dua huruf
vokal, maka pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Contoh: ba-ngun, ha nyut, sa-kit.
e. Tanda Baca
1) Tanda Titik

43
Penulisan singkatan nama perusahaan dengan huruf kapital tidak
disertai titik. Sebaliknya, singkatan gelar akademik dan singkatan nama
orang harus menggunakan titik. contoh: CV, DKI, DPR, Harun Alrasyid,
S.H.
2) Tanda Koma
a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang
menggunakan kata penghubung tetapi dan melainkan.
c) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain dalam kalimat.
3) Titik Dua
Titik dua sering digunakan secara tidak tepat, terutama dalam kalimat
yang mengandung rincian.
4) Tanda Hubung (-)
Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-
bagian ungkapan. Contoh: tiga puluh dua-pertiga tanda hubung digunakan
untuk merangkaikan 1.000-an, se-Indonesia.
5) Tanda Pisah
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan khusus di luar bangun kalimat, menegaskan adanya aposisi
atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

44
DAFTAR PUSTAKA

Asmi, U. (2013). EJAAN BAHASA INDONESIA. Diakses pada 11 Agustus 2022,


dari academia.edu:
https://www.academia.edu/5291361/EJAAN_BAHASA_INDONESIA_Oleh
Kemendikbud, A. (16 Agustus 2022). EJAAN BAHASA INDONESIA YANG
DISEMPURNAKAN EDISI KELIMA. Diakses pada 5 September 2022, dari
ejaan.kemdikbud: https://ejaan.kemdikbud.go.id/eyd/

Kumparan, A. (16 Agustus 2022). Aturan Baru dalam EYD Edisi V yang
Diresmikan . Diakses pada 5 September 2022, dari kumparan:
https://kumparan.com/berita-hari-ini/aturan-baru-dalam-eyd-edisi-v-yang-
diresmikan-pada-16-agustus-2022-1yi6zKm0lQA/full

Setyawan, A. (n.d.). Mengenal Perkembangan Jenis-jenis Ejaan Bahasa Indonesia.


Diakses pada 11 Agustus 2022, dari belajarbahasa:
https://belajarbahasa.id/artikel/dokumen/69-mengenal-perkembangan-jenis-jenis-
ejaan-bahasa-indonesia-2016-06-24-05-37

Yumi, S. (n.d.). SEJARAH DAN PERKEMBANGAN EJAAN. Diakses pada 11


Agustus 2022, dari academia.edu:
https://www.academia.edu/35357829/B_SEJARAH_DAN_PERKEMBANGAN_E
JAAN

45
BAB IV
KATA BAKU & TIDAK BAKU
Latar Belakang
Bagi sebagian besar bangsa Indonesia , bahasa Indonesia adalah bahasa kedua .
bahasa pertama kita adalah bahasa daerah kita masing masing sebagai bahasa
kedua , maka bahasa Indonesia tidak digunakan sebagai bahasa dalam percakapan
sehari hari, baik dirumah maupun di luar rumah . dalam berbahasa daerah kita
takut melakukan kesalahan sebab masyarakat yang sedaerah kita akan menegur
kesalahan itu dan menganggap kita kurang beradab . tetapi dalam bahasa indonesia
sering kali kita tidak takut melakukan kesalahan sebab tidak akan ada anggota
masyarakat yang akan menegur kesalahan itu, dan menganggap kita kurang
beradab. Sikap sebagian besar dari kita seperti ini menyebabkan timbulnya
kesan bahwa kita belum berbahasa Indonesia dengan baik dan benar . sebagai
orang indonesia setidaknya di bangku sekolah dasar , kita telah menggunakan
bahasa indonesia , tetapi dengan sikap “pokokya mengerti “ dan tanpa usaha untuk
menggunakanya dengan baik maka itu adalah wajar kalau pemerintah terus
menerus melontarkan anjuran “ gunakanlah bahasa Indonesia dengan baik
dan benar “ kita sebagai orang Indonesia sudah seharusya mengindahkan anjuran
tersebut dengan cara lebih memperhatikan lagi pengunaan bahasa Indonesia .
Anggapan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu identik dengan bahasa
indonesia baku datang dari sebagian besar yang awam dalam bidang kebahasaan,
sebab bagi mereka bahasa itu Cuma ada dua macam, yaitu “yang tinggi” dan “yang
rendah”. Bahasa tinggi digunakan dalam pendidikan dan oleh orang yang
berpendidikan, sedangkan bahasa yang rendah digunakan dalam kehidupan sehari-
hari, seperti di pasar dan sebagainya. Padahal sesuai dengan fungsinya sebagai alat
komunikasi dan bahasa itu beragam atau bervariasi.

Pengertian Bahasa Baku


Bahasa baku adalah bahasa yang menjadi pokok, dasar ukuran, atau yang menjadi
standar. Menurut B.Havranek dan Vilem Mathesius, bahasa baku adalah bentuk
bahasa yang telah dikondisikan, diterima, dan difungsikan sebagai model atau
acuan bagi masyarakat luas. Di dalam bukunya, Yus Rusyana berpengertian bahwa
bahsa baku adalah bahasa yang dikondisikan, diterima, dan dijadikan contoh bagi
masyarakat luas. Gorys Keraf berpendapat bahwa bahasa baku adalah bahsa yang

46
dianggap dan diterima sebagai patokan umum untuk seluruh penutur bahasa
tersebut. Dari beberapa pengertian diatas jelaslah bahwa bahsa baku adalah bahasa
yang telah ditetapkan, diterima, dan difungsikan sebgai model atau contoh oleh
masyarakat luas. Bahasa baku harus diterima oleh massyarakat luas karena
denganbpenerimaan inilah bahasa baku mempunyai kekuatan untuk
mempersatukan dan menyimbolkan masyarakat bahsa baku tersebut.

Fungsi Bahasa Indonesia yang Baku


Bahasa Indonesia yang baku mempunyai tiga fungsi pokok sebagai berikut:
1. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai pemersatu
2. Bahasa Indoensia baku sebagai penanda kepribadian bangsa
3. Bahasa baku berfungsi sebagai penambah

Pengertian Bahasa Tidak Baku


Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-
ciri yang menyimpang dari norma ragam baku. Richards, Jhon, dan heidi
berpendapat bahwa bahasa tidak standar adalah bahasa yang digunakan dalam
berbicara dan menulis yang berbeda pelafalan, tata bahasa, dan kosakata dari
bahasa baku dari suatu bahasa ( 1985:193 ). Di sisi lain Crystal berpendapat bahwa
bahasa tidak baku adalah bentuk – bentuk bahasa yang tidak memenuhi norma
baku, yang dikelompokan sebagai subbaku atau tidak baku (1985:286 )
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, jelas bahwa bahasa tidakstandar adalah
ragam bahasa yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan
dipergunakan dilingkungan tidak resmi.

Fungsi Dan Ciri – ciri Bahasa Indonesia Baku danTidak Baku


Secara umum, fungsi bahasa baku adalah sebagai berikut:
1. pemersatu, pemakaian bahasa baku dapat mempersatukan sekelompok orang
menjadi satu kesatuan masyarakat bahasa.

47
2. pemeberi kekhasan, pemakaian bahasa baku dapat menjadi pembedadengan
pemakaian bahasa lainnya.
3. pembawa kewibawaan, pemakaian bahasa baku dapat memperlihatkan
kewibawaan pemakainya.
4. kerangka acuan, bahasa baku menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya bahasa
seseorang atau sekelompok orang.
Secara umum, Fungsi Bahasa Tidak baku sebagai berikut :
Bahasa tidak baku adalah bahasa yang digunakan dalam kehidupan santai (tidak
resmi) sehari-hari yang biasanya digunakan pada keluarga, teman, dan di pasar.
Fungsi penggunaan bahasa tidakbaku adalah untuk mengakrabkan diri dan
menciptakan kenyamanan serta kelancaran saat berkomunikasi (berbahasa).

Ciri – ciri Bahasa Indonesia Baku


Yang dimaksud dengan bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan
pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam bahasa ini
lazim digunakan dalam:
1. Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas,
pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-
undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.
2. Wacana teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran, dan
sebagainya.
3. Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan
sebagainya.
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya. Pemakaian (1) dan
(2) didukung oleh bahasa baku tertulis, sedangkan pemakaian (3) dan (4) didukung
oleh ragam bahasa lisan.

Ragam bahasa baku dapat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:


1. Tidak dipengaruhi bahasa daerah
Baku : saya, merasakan, ayah, dimantapkan.

48
Tidak baku : gue, ngrasa, bokap, dimantapin.
2. Tidak dipenagruhi bahasa asing
Baku: banyak guru, itu benar, kesempatan lain.
Tidak baku: banyak guru-guru, itu adalah benar, lain kesempatan.
3. Bukan merupakan bahasa percakapan
Baku : bagaimana, begitu, tidak, menelpon.
Tidak baku : gimana, gitu, nggak, nelpon.
4. Pemakaian imbuhan secara eksplisit (yang tersurat (tampak), gamblang, jelas
kelihatan).
Baku : ia mendengarkan radio, anak itu menangis, kami bermain bola di lapangan.
Tidak baku : ia dengarkan radio, anak itu nangis, kami main bola di lapangan.
5. Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat
Baku : sehubungan dengan, terdiri atas/dari, seorang pasien, dan lain sebagainya,
siapa namamu?
Tidak baku : sehubungan, terdiri, seseorang pasien, dan sebagainya, siapa
namanya?
6. Tidak mengandung makna ganda, tidak rancu
Baku: menghemat waktu, mengatasi berbagai ketinggalan.
Tidak baku: mempersingkat waktu, mengejar ketinggalan.
7. Tidak mengandung arti pleonasme (pemakaian kata-kata yang lebih dari apa
yang diperlukan)
Baku : para juri, mundur, pada zaman dahulu, hadirin.
Tidak baku : para juri-juri, mundur ke belakang, pada zaman dahulu kala, para
hadirin.

Ciri – ciri Bahasa Tidak baku

49
Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya,
namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku
tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata tidak baku. Hal ini terjadi salah
satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Faktor ini mengakibabkan daerah
yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa
yang digunakannya terhadap bahasa Indonesia. Saat kita mempergunakan bahasa
Indonesia perlu diperhatikan situasi dan kondisinya. kapan kita memakai ragam
bahasa baku dan kapan kita memakai bahasa yang komunikatif. Ragam bahasa
baku dipakai apabila pada situasi resmi, ilmiah. Tetapi ragam bahasa tidak baku
dipakai pada situasi santai dengan keluarga, teman, dan di pasar, tulisan pribadi,
buku harian. Oleh karena itu penting untuk diperhatikan penggunaan ragam bahasa
baku dan bukan baku dalam kehidupan sehari-hari

DAFTAR PUSTAKA

Tasai, S. Amran. 1948. Pelajaran Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka.

Zodarmanto, M. 1977. Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka.

Moeliono, Anton M. 1975. Ciri-Ciri Bahasa Indonesia yang Baku dalam


Pengajaran Bahasa dan Sastra. Bandung: Angkasa.

Keraf, G, 1991, Tatabahasa Indonesia Rujukan Bahasa Indonesia untuk Pendidikan


Menengah, Gramedia, Jakarta.

Suherianto, 1981, Kompas Bahasa, Pengantar Berbahasa Indonesia yang Baik dan
Benar, Widya Duta, Surakarta.

BAB V

50
TEKS
A. Latar Belakang

Deskripsi adalah satu kaidah upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat
diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang
yang tidak langsung mengalaminya sendiri. Dalam keilmuan, deskripsi diperlukan
agar peneliti tidak melupakan pengalamannya dan agar pengalaman tersebut dapat
dibandingkan dengan pengalaman peneliti lain, sehingga mudah untuk dilakukan
pemeriksaan dan kontrol terhadap deskripsi tersebut.
Pada umumnya deskripsi menegaskan sesuatu, seperti apa sesuatu itu kelihatannya,
bagaimana bunyinya, bagaimana rasanya, dan sebagainya. Deskripsi yang detail
diciptakan dan dipakai dalam disiplin ilmu sebagai istilah teknik. Saat data yang
dikumpulkan, deskripsi, analisis dan kesimpulannya lebih disajikan dalam angka-
angka maka hal ini dinamakan penelitian kuantitatif. Sebaliknya, apabila data,
deskripsi, dan analisis kesimpulannya disajikan dalam uraian kata-kata maka
dinamakan penelitian kualitatif.

PEMBAHASAN
.Pengertian Teks Deskripsi
Kata deskripsi berasal dari kata latin decribere yang berarti menggambarkan atau
memberikan suatu hal. Dari segi istilah, deskripsi adalah suatu bentuk karangan
yang melukiskan dan menggambarkan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya,
sehingga pembaca dapat mencitra (mendengar, melihat, mencium, dan merasakan)
apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya. Maksudnya, penulis ingin
menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan sifat dan gerak-geriknya
deskripsi adalah satu teknik menulis menggunakan gambar dengan tujuan
membuat pembaca seakan-akan berada di tempat kejadian, ikut merasakan,
mengalami, melihat dan mendengar mengenai satu peristiwa atau adegan. Menulis
deskripsi bisa membuat karakter yang digambarkan lebih hidup gambarannya di
benak pembaca. Teks deskriptif yaitu teks yang menjelaskan gambaran seseorang
atau benda. Tujuannya adalah untuk menggambarkan atau mengungkapkan orang,
tempat atau benda tertentu. Kalimat deskripsi adalah kalimat yang dapat berisi
gambaran sifat-sifat benda yang dideskripsikan.

51
Dalam penulisan deskripsi ada satu kesan dominan yang jelas. Misalnya kalau kita
ingin menjelaskan mengenai materi hidup di masyarakat penting kita memilih dan
memberi tahu kepada siswa tentang hidup gotong royong atau membuang sampah
sembarangan. Kita harus memilih satu kesan dominan itu, tidak bisa dua-duanya.
Kesan dominan ini akan memandu kita memilih gambar dan ketika disusun dalam
kalimat akan menjadi jernih bagi pembaca.

B.Tujuan Teks Deskripsi


Tujuan umum teks deskripsi adalah agar sang pembaca bisa membayangkan atau
seolah-olah merasakan atau melihat (intinya ikut merasakan pancaindra mereka) ke
dalam wacana yang disuguhkan. Selain itu.Ada pula tujuan-tujuan yang lebih
spesifik. Berikut ini adalah tujuan dari karangan teks:
1. Pemberian Arahan
Adanya pemberian petunjuk kepada seperti di bawah ini.
• Bagaimana cara menjalankan mesin.
• Menggunakan obat.
• Meminum obat.
• Bagaimana merangkai bunga.

2. Penjelasan Akan Suatu Hal


Mendeskripsikan akan suatu hal yang mesti diketahui oleh orang lain.Contohnya:
• Deskripsi pentingnya lari pagi
• Deskripsi akan lingkungan mesti lestari
3. Penceritaan Peristiwa
Pemberian informasi akan sesuatu yang terjadi di sebuah lokasi pada waktu
tertentu.
4. Rangkuman

52
Adanya pembuatan tulisan yang diringkas agar menjadi lebih singkat. Contohnya
adalah dari sebuah buku menjadi selembar kertas dengan tidak menghilangkan inti
dari tulisan utama.

C.Ciri-Ciri Teks Deskripsi


Teks deskripsi selalu mengandung banyak detail yang kaya dan spesifik. Ini
membantu pembaca membayangkan objek atau situasi dengan jelas.
a. Bahasa Deskriptif
b. Penulis menggunakan bahasa yang kaya, deskriptif, dan imajinatif untuk
menjelaskan subjek dengan detail.
c. Menggunakan Lima Indra
d. Teks deskripsi sering kali mengandalkan indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, perabaan, dan perasaan untuk membawa pengalaman sensori kepada
pembaca.
e. Urutan Logis
f. Deskripsi biasanya diatur dalam urutan yang logis, mulai dari karakteristik utama
hingga detail-detail yang lebih halus.
D.Struktur Teks Deskriptif
Teks deskripsi selalu mengandung banyak detail yang kaya dan spesifik. Ini
membantu pembaca membayangkan objek atau situasi dengan jelas.
1.Bahasa Deskriptif
Penulis menggunakan bahasa yang kaya, deskriptif, dan imajinatif untuk
menjelaskan subjek dengan detail.
2.Menggunakan Lima Indra
Teks deskripsi sering kali mengandalkan indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, perabaan, dan perasaan untuk membawa pengalaman sensori kepada
pembaca.

3.Urutan Logis

53
Deskripsi biasanya diatur dalam urutan yang logis, mulai dari karakteristik utama
hingga detail-detail yang lebih halus.

E.Isi Teks Deskripsi


1. Isi teks deskripsi diperinci menjadi perincian bagian-bagian objek.
2. Isi teks deskripsi menggambarkan secara konkret (menggambarkan tempat
wisata yang indah akan dikonkretkan indahnya seperti apa. Dengan demikian, teks
deskripsi banyak menggunakan kata khusus, misalnya ramah, hijau cerah, biru
toska, kuning emas).
3. Isi teks deskripsi bersifat personal yang menggunakan kata-kata dengan emosi
kuat (ombak menggempur, kemolekan pantai, ibuku yang tangguh, kucingku yang
lucu).
F.Contoh Teks Deskripsi
Kelinci
Kelinci adalah hewan yang umum dijumpai di peternakan, masyarakatIndonesia
sendiri telah mengenal kelinci sejak abad 18. Pada tahun 1972ditemukanlah kelinci
lucu yang pertama di Indonesia tepatnya di pulau Sumatra. Kelinci tergolong ke
dalam kelas mamalia yang artinya memiliki darah panas yang mana berkembang
biak dengan cara beranak atau melahirkan.Dalam sekali berkembang biak kelinci
dapat menghasilkan 4 ekor anaksekaligus. Keistimewaan dari kelinci adalah gigi
mereka akan terus tumbuhselama mereka masih hidup.
Sebenarnya kelinci dapat ditemukan di berbagai belahan dunia seperti di benua
Eropa dan Afrika. Hewan lucu nan menggemaskan ini memiliki habitatdan tempat
tinggal di hutan hujan dan sabana. Namun pada abad ini kelinci jugasudah mulai
dibudidayakan untuk diambil manfaatnya. Secara umum kelinci dapat dibagi
menjadi dua jenis yakni. Kelinci liardan kelinci hias atau peliharaan. Sedangkan
menurut rasnya kelinci dapat dibagi menjadi berbagai jenis seperti anggora,
marmot, dan lain sebagainya.
Sekarang ini banyak yang berternak kelinci untuk diambil dagingnya,teksturnya
yang lembut dan juga gurih menjadikan daging kelinci sangat enakuntuk dimasak
sebagai sate. Kelinci-kelinci pedaging sekarang juga sudah beredar luas di pasaran
mulai dari pasar lokal sampai internasional. Di Indonesia sendiri banyak ditemukan

54
kelinci lokal seperti kelinciSumatera dan kelinci jawa. Kelinci jawa banyak
ditemukan di hutan-hutan disekitar Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan ciri-ciri
bulu coklat kehitaman.Sedangkan kelinci Sumatera dapat ditemukan dengan ciri-
ciri bulu coklat kekuningan.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII Edisi Revisi 2017 oleh Titik Harsiati
dkk.

Buku Bahasa Indonesia Paket B Setara SMP/MTs Indahnya Negeriku Modul Tema
1 Tahun 2017, Kemendikbud.

http://materi-4belajar.blogspot.co.id/2016/04/teks-deskripsi-pengertian-dan-
contoh.html

Socharso, Y dan Eka Heri Widiastuti.2015. Panduan Penulisan Karya Ilmiah.

Semarang: IKIP Veteran

Umam. "Struktur Karya Ilmiah: Pengertian, Tujuan, Ciri-Ciri, dan


Pembahasannya",

https://www.gramedia.com/literasi/struktur-karya-ilmiah/, diakses pada 24 Oktober


2022 pukul 10.27

Wardani, dkk. 2011. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Universitas Terbuka..

55
BAB VI
KARYA TULIS ILMIAH
Latar Belakang
Di zaman sekarang lomba karya ilmiah banyak diselenggarakan oleh berbagai
instansi. Penyelenggaraan lomba ini bertujuan untuk mendorong pengembangan
daya pengetahuan para pelajar Indonesia, mulai dari siswa, mahasiswa, umum,
bahkan juga ada kategori khusus untuk guru, dosen, dan juga para peneliti.
Selain itu, karya ilmiah juga sering disebut sebagai naskah atau tulisan akademis
(academic writing). Hal itu dikarenakan penulisan karya ilmiah dibuat oleh
kalangan kampus perguruan tinggi, dosen, dan mahasiswa. Karya ilmiah yang
berhasil lolos, maka kelak akan dipublikasi dan sekaligus menjadi bahan referensi
bagi pihak instansi atau lembaga terkait.
Karya ilmiah dapat didefinisikan sebagai sebuah tulisan atau laporan tertulis yang
menjelaskan mengenai hasil penelitian atau kajian dari suatu masalah. Hasil
penelitian untuk karya ilmiah ini biasanya dibuat dilakukan oleh seseorang atau
kelompok orang dengan mematuhi kaidah dan etika keilmuan yang berlaku. Oleh
karena itu, dalam menulis karya ilmiah, penulis harus mematuhi struktur karya
ilmiah yang berlaku.
Bagi Kamu yang ingin menulis karya ilmiah, makalah ini akan fokus membahas
tentang struktur karya ilmiah yang berlaku sekarang ini. Namun, tidak lengkap
rasanya kalau membahas struktur tanpa memahami terlebih dahulu teori tentang
karya ilmiah itu sendiri.

Defisi dan Ciri-Ciri Karya Tulis ilmiah


Karya tulis ilmiah pada hakekatnya merupakan laporan tertulis tentang (hasil)

56
suatu kegiatan ilmiah. Sementara itu, kegiatan berpikir secara ilmiah sendiri hanya
dapat dilakukan dengan cara meneliti fenomena yang menjadi subject matter atau
sasaran penelitian, berdasarkan metodologi ilmiah. Karenanya kegiatan berpikir
yang hanya didasarkan kepada asumsi dan spekulasi yang belum teruji
kebenarannya maka tidak bisa dikatagorikan sebagai karya ilmiah. Penulisan karya
ilmiah harus pula dilakukan berdasarkan kerangka berpikir ilmiah. Yaitu meliputi
ruang lingkup tulisan, pembatasan masalah, metodologi dan sistematika penulisan,
serta yang tak kalah pentingnya pula berupa penggunaan bahasa yang baik dan
benar. Karena kegiatan ilmiah banyak ragamnya, maka karya tulis ilmiah itu
banyak macamnya. Ada yang berbentuk laporan penelitian, tulisan ilmiah populer,
buku, diktat dan lain-lain. Karya tulis ilmiah juga berbeda bentuk penyajiannya
sehubungan dengan berbedanya tujuan penulisan serta media yang
menerbitkannya.
Ciri-ciri karya ilmiah yang baik antara lain:
1. Mendalam/Tuntas.
Artinya, topik pembahasan yang diangkat dalam karya ilmiah dikupas secara
mendalam,
mendetail sampai ke akar-akarnya. Agar sebuah topk dapat dibahas dengan tuntas,
maka
seorang penulis hendaknya tidak mengangkat topik yang terlalu luas. Contoh
“Pemberantasan Korupsi di Indonesia”

2. Objektif
Segala keterangan yang dikemukakan dalam tulisan itu adalah benar dan apa
adanya sesuai
dengan data dan fakta yang diperoleh. Keobjektifan karya ilmiah dapat dicapai
dengan
tersedianya data literatur dan data lapangan yang memadai (datanya harus
representatif),
dan jangan sekali-kali seorang penulis memanipulasi data.

57
3. Sistematis
Artinya, uraian disusun menurut pola tertentu sehingga jelas urutan dan kaitan
antara
unsur-unsur tulisan (berkesinambungan, berurutan, berkaitan).

4. Cermat. Seorang penulis harus berupaya menghindari kesalahan/kekeliruan baik


dalam
pengutipan, penyajian data, dan penulisan huruf.

5. Lugas. Artinya pembicaraan langsung pada persoalan yang dikaji tanpa basa-
basi.

6. Tidak emosional, artinya tanpa melibatkan perasaan.

7. Logis, maksudnya segala keterangan yang disajikan memiliki dasar dan alasan
yang masuk
akal.

8. Bernas, artinya meskipun uraian itu singkat, isinya padat.

9. Jelas, keterangan yang dikemukakan dapat mengungkap makna secara jernih


sehingga
mudah dipahami pembaca.

10. Terbuka, tidak menutup kemungkinan adanya pendapat baru yang tidak sesuai
dengan apa
yang ditulis dalam karya ilmiah tersebut.

58
11. Menggunakan bahasa baku, tepat, ringkas, dan jelas

C. Klasifikasi Karya Tulis Ilmiah


Adapun jika dilihat dari panjang pendek uraian serta kedalamannya, maka karya
ilmiah dibedakan atas makalah (paper) dan laporan penelitian:
1. Karya Ilmiah Populer
Yaitu tulisan ilmiah yang biasanya ditulis dengan menggunakan bahasa yang
mudah difahami oleh orang kebanyakan. Contohnya, artikel ilmiah di media masa,
dan buku-buku ilmiah populer untuk kalangan awam.

2. Makalah
Makalah merupakan bagian dari kegiatan akademik terstruktur. Di samping itu
makalah juga disusun untuk diajukan di dalam kegiatan ilmiah (seminar,
simposium, kongres, dan sebagainya), atau untuk dimuat di dalam penerbitan,
panjangnya lebih kurang 5 hingga 15 halaman (relative). Pada umumnya makalah
merupakan penyajian yang bersifat deskriptif dan ekspositoris. Namun, ada juga
makalah yang di sana-sini mengandung uraian yang bersifat argumentatif.
3. Laporan Penelitian
Jika dibandingkan dengan makalah, laporan penelitian lebih panjang,
sekurangkurangnya 70 halaman. Sesuai dengan sebutannya –laporan penelitian– ,
analisisnya lebih mendalam serta uraiannya lebih luas dan tuntas. Di dalam bagian
pendahuluan dinyatakan secara eksplisit teori, metode, dan tehnik yang digunakan
di dalam penelitiannya; juga dinyatakan sistematika penyusunan karya tersebut.
Dalam beberapa hal, ada perbedaan tehnik dan sistematika penyusunan makalah
dan laporan penelitian.

59
5. Skripsi
Skripsi ialah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan
pendapat orang lain (karya ilmiah S-1). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar
sarjana.

6. Tesis
Tesis ialah karya tulis ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan baru dengan
melakukan pengujian terhadap suatu hipotesis. Tesis ini sifatnya lebih mendalam
daripada skripsi (karya ilmiah S-2). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar
magister.

7. Disertasi
Disertasi ialah karya tulis ilmiah yang mengemukakan teori atau dalil baru yang
dapat dibuktikan berdasarkan fakta secara empiris dan objektif (karya ilmiah S-3).
Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar doktor.

Langkah-Langkah Penulisan Karya Ilmiah


Untuk menghasilkan tulisan ilmiah yang baik, maka seorang penulis hendaknya
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pemilihan Topik
Penyusunan karya ilmiah dimulai dengan memilih topik karangan. Jika
penyusunan karya ilmiah itu merupakan suatu penugasan dari seorang dosen, maka
harus diperhatikan ruang lingkup topik yang ditentukan oleh dosen tersebut.
Banyak orang menganggap bahwa topik sama dengan judul. Sesungguhnya tidak
demikian; topik adalah pokok yang akan diberikan atau masalah yang hendak
dikemukakan di dalam karya ilmiah, sedangkan judul adalah nama karya ilmiah.

60
Jadi, topik ditentukan sebelum orang mulai menulis, sedangkan judul dipikirkan
setelah karangan selesai. Pemilihan topik merupakan salah satu faktor yang penting
di dalam penyusunan suatu karya ilmiah. Topik yang menarik akan memikat
pembaca untuk membaca seluruh isi karya ilmiah. Oleh karena itu, topik sebaiknya
sesuai dengan masalah yang dikuasai penulis. jika Anda hendak menulis karya
ilmiah bukan sebagai penugasan, maka dalam memilih topic hendaknya
memperhatikan pertanyaan seperti: pentingkah masalah itu dikemukakan
(dibahas)? Menarikkah masalah (untuk dibahas) itu bagi kita? Cukupkah
pengetahuan, kemampuan, dan sarana yang diperlukan? Mungkinkah/mudahkah
kita memperoleh data (karena datanya harus akurat).

Pembuatan Outline (Kerangka Tulisan)


Langkah kedua setelah penentuan topic adalah membuat kerangka tulisan atau
outline. Kerangka tulisan ini sangat membantu seorang penulis untuk
mensistematikan tulisannya. Bisanya sebuah tulisan ilmiah terdiri dari:
a. Judul Tulisan
Judul suatu karya ilmiah hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas
tentang materi dan ancangan atau ruang lingkup masalah yang akan dibahas. Selain
itu, judul harus dapat menarik perhatian pembaca dan menggelitik rasa ingin tahu
akan keseluruhan isi karya tersebut. Pada umumnya judul baru dipikirkan penulis
setelah karya yang dibuat selesai.

b. Bagian Pendahuluan.
Pendahuluan bermaksud mengantar pembaca ke alam pembahasan suatu masalah.
Dengan membaca bagian pendahuluan, pembaca sudah mendapat gambaran
tentang pokok pembahasan dan gambaran umum tentang penyajiannya.
Pendahuluan hendaklah dapat merangsang dan memudahkan pembaca memahami
seluruh karya ilmiah tersebut. Bagian pendahuluan laporan penelitian berisi (1)
latar belakang masalah, (2) tujuan pembahasan, (3) ruang lingkup/pembatasan
masalah, (4) teori yang dipakai, (5) sumber data, (6) metode dan teknik yang
digunakan, serta biasanya dilengkapi dengan (7) sistematika penyajian. Latar
belakang masalah mengemukakan tentang penalaran pentingnya pembahasan
masalah atau alasan yang mendorong pemilihan topik, telaah pustaka atau

61
komentar mengenai tulisan yang telah ada yang berhubungan dengan masalah yang
dibahas. Manfaat praktis hasil pembahasan di dalam karya ilmiah, serta,
perumusan masalah pokok yang akan dibahas secara jelas dan eksplisit di dalam
bentuk pertanyaan atau pernyataan yang dapat membangkitkan perhatian pembaca.
Tujuan pembahasan, mengungkapkan rumusan tentang upaya pokok yang akan
dikerjakan di dalam pemecahan masalah, dan garis besar hasil yang hendak
dicapai. Sedangkan ruang lingkup /pembatasan masalah, menjelaskan pembatasan
masalah yang dibahas (sumber data ataupun analisis), perincian masalah yang
dibahas, dan perumusan istilah secara tepat (selanjutnya penggunaan istilah harus
taat bahasa). menggambarkan langkah dan arah analisis, serta alasan pemilihan
teori yang dipakai (kelemahan dan keunggulannya). Sedangkan sumber data,
menjelaskan tentang kriteria penentuan jumlah data, kriteria penentuan mutu data,
serta kesesuaian data dengan sifat dan tujuan pembahasan. Metode dan teknik yang
digunakan, serta biasanya dilengkapi dengan metode yang digunakan; misalnya
deskriptif, komparatif, atau eksperimental, dan teknik yang digunakan di dalam
pengumpulan data; misalnya wawancara, observasi, kuesioner, atau tes.
Sistematika penyajian memuat penjelasan kode data (kalau ada), serta urutan hal-
hal yang dimuat di dalam karya ilmiah, mulai dari pendahuluan
sampai dengan daftar pustaka dan, kalau perlu, lampiran serta indeks. Ketujuh
butir (1-7) itu diperlukan jika karya ilmiah yang disusun merupakan laporan
penelitian. Ketujuh butir itu, masing-masing menjadi anak bab pendahuluan yang
memiliki nomor dan tajuk. Karya ilmiah yang
berupa makalah cukup mengemukakan (a) latar belakang masalah, (b) tujuan
pembahasan, dan (c) ruang lingkup. Ketiga itu, masing-masing diungkapkan di
dalam paragraf, tidak perlu diberi nomor anak bab dan tajuk.

c. Bagian Isi.
Bagian yang merupakan inti karya ilmiah ini memaparkan uraian pokok masalah
yang dibahas. Uraian bagian ini hendaknya dapat memberikan kepada pembaca di
dalam memahami setiap langkah dan pembahasan. Di samping itu, bagian isi ini
harus menunjukkan kelengkapan, ketatabahasaan, keeksplisitan, analisis dan
kesimpulan materi yang dibahas. Dalam hal ini, uraian tentang hal-hal yang
bersifat teoritis yang datadatanya sebagian besar diperoleh dari hasil penelitian
kepustakaan ditempatkan pada permulaan penguraian masalah. Data-data beserta

62
analisisnya yang diperoleh melalui penelitian lapangan dibicarakan sesudah
panjang lebar uraian harus proporsional dengan pentingnya (anak) masalah yang
dibahas. Bagian isi dapat dijadikan lebih dari satu bab, bergantung pada keluasan
masalah yang dibahas. Tajuk bab masing-masing (jika lebih dari satu bab)
mencerminkan masalah pokok yang dibahas. Karangan ilmiah yang berupa
makalah tidak perlu mencantumkan kata “BAB” dan bagian-bagiannya langsung
menjadi anak-anak bab isi.
Bagian isi ini terdiri atas:
1) Uraian masalah yang dibahas,
2) analisis dan interpretasi
3) ilustrasi atau contoh-contoh, serta
4) tabel, bagan, gambar (jika ada)
d. Bagian Penutup
Bagian penutup ini berisi kesimpulan dan saran (kalau ada saran). Yang
dikemukakan di dalam kesimpulan ialah pernyataan-pernyataan analisis atau
pembahasan yang dilakukan di dalam bab-bab isi. Kesimpulan merupakan jawaban
permasalahan yang dikemukakan di dalam pendahuluan. Kesimpulan bukan
rangkuman atau ikhtisar. Pernyataan kesimpulan dapat berupa uraian (esai) atau
berupa butir-butir yang bernomor. Pada bagian akhir penutup ini dapat
dikemukakan saran yang dirasakan perlu disampaikan kepada pembaca berkenaan
dengan pembahasan masalah di dalam karya ilmiah itu.
E. Penggunaan Bahasa
Melalui karya ilmiah hendak disampaikan suatu hasil pengamatan (observasi),
percobaan (eksperimen), penelitian, atau telaah pustaka. Penyampaian itu
dilakukan dengan menggunakan media bahasa. Bahasa yang digunakan di dalam
penyampaian hasil pengamatan, percobaan, penelitian atau telaah pustaka itu
adalah ragam bahasa tulis, bukan ragam bahasa lisan. Ragam bahasa tulis di dalam
karya ilmiah hendaknya jelas, lugas dan komunikatif supaya pembaca dengan
mudah dapat memahami isinya. Jelas berarti bahwa yang digunakan
memperlihatkan secara jelas unsur-unsur kalimat –seperti subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan. Di dalam setiap

63
kalimat terlihat bagian mana yang merupakan subjek, bagian mana yang
merupakan predikat, bagian mana yang merupakan objek (di dalam struktur
transitif aktif), bagian mana yang merupakan pelengkap, dan bagian mana yang
merupakan keterangan (kalau ada) sehingga setiap kalimat yang terdapat di dalam
karya ilmiah itu memenuhi persyaratan kaidah tata bahasa. Dengan demikian,
karya ilmiah itu dengan mudah dapat dipahami pembaca.
Komunikatif berarti apa yang ditangkap pembaca dari wacana yang disajikan sama
dengan yang dimaksud penulisnya. Wacana dapat menjadi komunikatif jika
disajikan secara logis dan bersistem. Kelogisan itu terlihat pada hubungan
antarbagian di dalam kalimat, antarkalimat di dalam paragraf, dan antarparagraf di
dalam sebuah wacana, yaitu memperlihatkan hubungan yang masuk akal; misalnya
hubungan sebab akibat, urutan peristiwa, dan pertentangan. Di dalam ragam bahasa
tulis karya ilmiah kata penghubung dan kata depan tidak boleh dilepaskan.
Disamping itu, tentu saja tanda baca itu menunjang penyajian uraian yang logis
dan bersistem itu. Pemakaian kata/istilah asing atau daerah dihindarkan, terutama
kata atau istilah yang telah mempunyai padanan di dalam bahasa indonesia. Jika
kata/istilah Indonesia yang digunakan masih dirasakan perlu dijelaskan dengan
kata/istilah asingnya, karena istilah Indonesia itu belum dikenal oleh masyarakat
luas, istilah Indonesia ditulis dahulu, lalu disertakan istilah asing yang ditempatkan
di dalam kurung dan digarisbawahi (jika digunakan mesin ketik manual) atau
dicetak miring (jika digunakan komputer). Untuk selanjutnya digunakan istilah
Indonesianya saja. Ejaan yang digunakan adalah ejaan yang resmi, yaitu ejaan
bahasa Indonesia yang disempurnakan. Di dalam penulisan kata atau istilah dan
penggunaan pungtuasi (tanda baca) benar-benar harus diperhatikan kaidah-kaidah
yang terdapat di dalam buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
Dilihat dari jenis ungkapan bahasa yang digunakan, sebuah karya ilmiah bias
dibedakan menjadi:
1. Narasi, mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian secara kronologis (biografi,
roman, novel, sejarah)
2. Deskripsi, menggambarkan sesuatu hal yang sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya (keadaan kota Jakarta, tentang gedung-gedung bersejarah, tentang
kehidupan di pelabuhan) berkaitan dengan pelukisan kesan pancaindra terhadap
sebuah objek.

64
3. Eksposisi (bertujuan memberi penjelasan atau informasi) tema akan diuraikan
dalam sebuah proses, bagaimana beternak sapi, bagaimana membuat perahu.
Melukiskan sesuatu yang belum diketahui oleh pembaca, misalnya bagaimana
membuat baja, bagaimana mengadakan reboisasi akibat kebakaran hutan.
Menerangkan tentang proses kerja sesuatu barang, bagaimana operasi mesin pintal,
bagaimana sebuah kapal menyelam atau timbul, bagaimana kerja mesin jahit.
4. Argumentasi termasuk dalam eksposisi, hanya sifatnya jauh lebih sulit, diajukan
buktibukti termasuk analisis yang menyangkut pemecahan suatu pokok persoalan
atas bagianbagiannya, penggabungan masalah-masalah yang terpisah menjadi
suatu klasifikasi yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Denis R.D. 2016. Karya Tulis Ilmiah. Makalah. Makassar: Universitas


Hasanuddin.

Socharso, Y dan Eka Heri Widiastuti.2015. Panduan Penulisan Karya Ilmiah.

Semarang: IKIP Veteran

Umam. "Struktur Karya Ilmiah: Pengertian, Tujuan, Ciri-Ciri, dan


Pembahasannya",

https://www.gramedia.com/literasi/struktur-karya-ilmiah/, diakses pada 24 Oktober


2022 pukul 10.27

Wardani, dkk. 2011. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Universitas Terbuka..

65
BAB VII
Kata Dalam Bahasa Indonesia
Latar Belakang
Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang
mengandung konsep atau gagasan tertentu. Dalam kegiatan komunikasi, kata-kata
dijalin satukan dalam suatu konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah
sintaksis yang ada dalam suatu bahasa. Untuk menyatakan
kata-kata yang mana akan dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, akan tetapi
pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata, namun juga
mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat diterima atau tidak merusak
suasana yang ada.
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu
untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa. Pemilihan kata dilakukan apabila
tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Pemilihan kata
bukanlah sekedar memilih kata mana yang tepat, melainkan juga kata mana yang
cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai
dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan
nilai-nilai yang diakui oleh masyarakat pemakainya. Maka dari itu pilihan kata
merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang
maupun dalam dunia tutur setiap hari. Kata yang tepat akan membantu seseorang
mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun
tulisan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan akan kata merupakan
sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi, bukan hanya bagi pelajar tetapi para
pengguna bahasa seperti pada masyarakat umum.

2. Pembahasan
Pengertian Kata
Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dengan makna yang
bebas. Dari definisi tersebut, terdapat dua hal yang menandai sebuah kata, yakni:

66
- merupakan satuan bahasa terkecil
- mengandung makna yang bebas
Para tata bahasawan tradisional biasanya memberi pengertian terhadap kata
berdasarkan arti dan ortografi. Menurut mereka, kata adalah satuan bahasa yang
memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah
spasi, dan mempunyai satu arti.
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang
diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran
yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari segi bahasa, kata diartikan sebagai
kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari kalimat. Sedangkan
morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki makna dan tidak
dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.

2.2 Morfem
Menurut Abdul Chaer, morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai
makna. Sedangkan secara umum, morfem mempunyai pengertian, satuan bahasa
paling kecil dan bermakna, dapat berupa kata atau imbuhan.

Adapun jenis-jenis morfem dan contohnya yaitu:


1. Berdasarkan kebebasannya, morfem dibedakan menjadi:
a) Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul
dalam penuturan. Misalnya, bentuk pulang, makan, dll.
b) Morfem terikat merupakan morfem yang tidak mempunyai potensi untuk berdiri
sendiri dan yang selalu terikat dengan morfem lain untuk membentuk ujaran.
Misalnya, henti, juang dan semua bentuk afiks.
2. Berdasarkan keutuhannya, morfem dibedakan menjadi:
a) Morfem utuh adalah morfem satu kesatuan yang utuh. Misalnya, meja, kursi,
rumah, dll.
b) Morfem terbagi, yaitu morfem yang merupakan bagian yang terpisah atau
terbagi. Misalnya, pada kata satuan (satu) merupakan morfem utuh dan (-an)

67
adalah morfem terbagi. Semua afiks dalam bahasa Indonesia termasuk morfem
terbagi.
3. Berdasarkan maknanya, morfem terbagi menjadi:
a) Bermakna leksikal, morfem yang telah mempunyai makna pada dirinya, tanpa
perlu proses dengan morfem lain. Misalnya, morfem-morfem seperti (pergi), (lari),
dll.
b) Tidak bermakna leksikal, yaitu morfem-morfem yang tidak mempunyai makna
apa-apa pada dirinya sendiri sebelum bergabung dengan morfem lainnya dalam
proses morfologis. Misalnya, morfem-morfem afiks (ber-), (me-), (ter-), dan
sebagainya.

2.3 Proses Pembentukan Kata


Pembentukan kata disebut juga morfologi. Sedangkan morfologi adalah subsistem
yang berupa proses untuk mengolah leksem atau huruf menjadi kata. Agar dapat
digunakan dalam kalimat atau pertuturan tertentu, maka setiap bentuk dasar,
terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus dibentuk lebih dahulu menjadi
sebuah kata gramatikal, baik melalui proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun
proses komposisi.
Berikut ini beberapa proses pembentukan kata, yaitu:
• Gramatikalisasi
Proses gramatikalisasi adalah proses perubahan tataran dari morfem ke kata, yang
dalam tataran sintaksis merupakan perubahan tataran pertama. Tidak semua
morfem dengan sendirinya dapat langsung berubah menjadi kata. Seperti morfem
ber-, ter-, ke-, dan sejenisnya yang tergolong morfem terikat tidak dapat langsung
menjadi kata. Seperti halnya juang tidak dapat langsung menjadi kata karena juang
termasuk morfem terikat. Sedangkan rumah dapat langsung menjadi kata, karena
dapat berdiri sendiri dan bermakna.
a. Afiksasi (pengimbuhan)
Satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila di tambahkan pada kata
dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri
sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. Istilah afiks
termasuk, prefiks, sufiks, dan konfiks.

68
1. Prefiks (awalan)
Afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata baru
dengan arti yang berbeda. Contoh; ber-main= bermain
2. Sufiks (akhiran)
Afiks yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti
yang berbeda. Contoh; makan-an = makanan
3. Konfiks (sirkumfiks / simulfiks)
Konfiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di belakang
bentuk dasar, dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi. Konfiks adalah satu afiks
dengan satu makna gramatikal, sedangkan kombinasi afiks bukanlah satu afiks,
dan kemungkinan dengan beberapa makna gramatikal. Dalam bahasa Indonesia
setidaknya ada empat konfiks yaitu: ke-…-ar, pen-…-an, per-…-an, dan ber-…-an.
Contoh: keadaan, pengiriman, persahabatan, bertolongan.
4. Infiks (sisipan)
Infiks adalah kata afiksasi berupa sisipan atau yang berada di tengah kata dasar.
Contoh: gerigi= gigi+er
5. Kombinasi Afiks
Kombinasi afiks adalah pembentukan kata berupa pemberian afiks secara
kombinasi dari dua afiks atau lebih yang dihubungkan dengan sebuah bentuk dasar.
Dalam bahasa Indonesia misalnya dikenal beberapa kombinasi afiks: me-kan, me-i,
memper-kan, memper-i, ber-kan, pe-an, dan se-nya.
b. Reduplikasi (pengulangan)
Reduplikasi atau perulangan adalah proses pengulangan kata atau unsur kata.
Reduplikasi juga merupakan proses penurunan kata dengan perulangan utuh
maupun sebagian. Contohnya adalah "anak-anak", "lelaki", "sayur-mayur" dan
sebagainya.
c. Komposisi (pemajemukan)
Komposisi atau pemajemukan terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Kata Majemuk Setara

69
- Bagiannya terdiri dari wakil-wakil dari keseluruhan yang dimaksud, misalnya
saja: kaki tangan, tikar bantal, dan lain sebagainya.
- Bagiannya terdiri dari kata yang berlawanan, misalnya saja: tua muda, besar
kecil, dan tinggi rendah.
- Bagiannya terdiri dari kata-kata yang memiliki makna hampir sama, misalnya:
panjang lebar, susah payah, hancur lebur, dan lainnya.
2. Kata Majemuk tak setara
- Kata majemuk yang memiliki susunan DM (diterangkan menerangkan), misalnya
saja: raja muda, rumah obat, orang tua.
- Kata majemuk yang memiliki susunan MD (menerangkan diterangkan), misalnya
saja: purbakala, bumiputera, maharaja.

• Konversi
Menuru Abdul Chaer, konversi lazim juga disebut derivasi zero, transmutasi atau
transposisi adalah proses pembentukan kata dari sebuah dasar berkategori tertentu
menjadi kata berkategori lain, tanpa mengubah bentuk fisik dari dasar itu.
Misalnya, kata cangkul dalam kalimat (1) adalah bentuk berkategori nomina, tetapi
dalam kalimat (2) adalah bentuk berkategori verba.
(1) Petani membawa cangkul ke sawah.
(2) Cangkul dulu tanah itu, baru ditanami.
Jadi, dalam kalimat (1) yang bermodus deklaratif kata cangkul berkategori nomina,
sedangkan pada kalimat (2) yang bermodus imperative kata cangkul berkategori
verba. Sebuah nomina tanpa perubahan fisik menjadi sebuah verba, walaupun
dalam modus kalimat yang berbeda. Penyebabnya adalah kata cangkul, dan
sejumlah kata lainnya memiliki komponen makna (+ bendaan) juga memiliki
komponen makna (+ alat) dan (+ tindakan ). Komponen makna (+ tindakan) inilah
yang menyebabkan kata cangkul itu dalam kalimat imperatif menjadi berkategori
verba. Hal ini berbeda dengan kata pisau yang memiliki komponen makna (+
bendaan), (+ alat), tetapi komponen makna (+ tindakan) pada kata pisau itu tidak
bisa digunakan sebagai verba dalam kalimat imperatif.
• Akronimisasi (pemendekan)

70
Menurut Abdul Chaer, akronimisasi adalah proses pembentukan sebuah kata
dengan cara menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan dalam sebuah
kontruksi lebih dari sebuah kata. Proses ini menghasilkan sebuah kata yang disebut
akronim.
Akronim adalah sebuah singkatan, namun yang “diperlukan” sebagai sebuah kata
atau sebuah butir leksikal. Misalnya kata pilkada yang berasal dari pemilihan
kepala daerah, kata jabotabek yang berasal dari Jakarta, Bogor, Tangerang dan
Bekasi dan kata balita yang berasal dari bawah lima tahun.
Kaidah atau aturan pembentukan akronim dari data yang terkumpul tampak cara-
cara sebagai berikut:
a. Pertama, pengambilan huruf-huruf (fonem-fonem) pertama dari kata-kata yang
membentuk konsep itu. Misalnya:
- IKIP : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
- ASRI : Akademi Seni Rupa Indonesia
- ABRI : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Kata-kata tersebut lazim diucapkan dan dituliskan sebagai sebuah kata. berbeda
dengan SMA (Sekolah Menengah Atas) dan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat),
yang masih tetap dilafalkan dan dituliskan sebagai singkatan.
b. Kedua, pengambilan suku kata pertama dari semua kata yang membentuk
konsep itu. Misalnya:
- Rukan : rumah kantor
- Balita : bawah lima tahun
- Pujasera : pusat jajanan serba ada
c. Ketiga, pengambilan suku kata pertama ditambah dengan huruf pertama dari
suku kata kedua dari setiap kata yang membentuk konsep itu. Misalnya:
- Warteg : warung tegal
- Sulsel : Sulawesi selatan
- Kalbar : Kalimantan barat

71
d. Keempat, pengambilan suku kata yang dominan dari setiap kata yang mewadahi
konsep itu. Misalnya:
- Juklak : petunjuk pelaksanaa
- Litbang : penelitian dan pengembangan
- Tilang : bukti pelanggaran

• Penyerapan
Menurut Abdul Chaer, Penyerapan adalah proses pengambilan kosakata dari
bahasa asing, baik bahasa asing Eropa (seperti bahasa Belanda, bahasa Inggris,
bahasa Portugis dan sebagainya), maupun bahasa asing Asia (seperti bahasa Arab,
bahasa Parsi, bahasa Sansekerta, bahasa Cina dan sebagainya). Termasuk dari
bahasa-bahasa Nusantara (seperti bahaasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Minang,
bahasa Bali, dan sebagainya).
Di dalam sejarahnya penyerapan kosakata asing berlangsung secara audial, artinya
melalui pengarang: orang asing mengucapkan kosakata asing ini, lalu orang
Indonesia menirukannya, sesuai dengan yang didengarnya. Karena sistem fonologi
bahasa asing itu berbeda dengan sistem fonologi bahasa yang yang dimiliki orang
Indonesia, maka bunyi ujaran bahasa asing ditiru menurut kemampuan lidah
melafalkannya.
Contoh:
- Bahasa Belanda dome krach dilafalkan menjadi dongkrak
- Bahasa sansekerta utpatti dilafalkan menjadi upeti
- Kata bahasa Arab mudharat dilafalkan menjadi melarat
- Kata bahasa Portugis almari menjadi lemari
Sejak terbitnya buku Pedoman Pembentukan Istilah dan buku Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, penyerapan kata-kata asing harus
dilakukan secara visual, artinya, berdasarkan apa yang dilihat di dalam tulisan. Inti
dari pedoman pembentukan istilah itu adalah:

72
1) Kata-kata yang sudah terserap dan lazim digunakan sebelum buku pedoman ini
terbit, tidak perlu lagi diubah ejaannya. Contoh: kata-kata kabar, sirsak, telepon,
iklan, perlu, bengkel, hadir dan badan.
2) Penyerapan dilakukan secara utuh. Misalnya kata standarisasi, efektifitas,
objektifitas dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efektif,
objektif, dan implement.
3) Huruf-huruf asing pada awal kata harus disesuaikan sebagai berikut
Au tetap au
audiogram audiogram
autotroph autotrof
hydraulic hidraulik
caustic kaustik

2.4 Relasi Makna Kata


a. Homonim
Homonim adalah kata kata yang bentuk dan cara pelafalannya sama, tetapi
maknanya berbeda. Homonim terbagi menjadi dua yaitu:
1. Homograf
Homograf merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan kata-kata yang
memiliki kesamaan ejaan namun memiliki perbedaan bunyi dan makna. Contohnya
:
- Serang (gerakan aba-aba dan juga nama daerah)
- Memerah (memerah sapi dan juga berubah warna menjadi merah)
- Apel (buah dan juga upacara)
- Tahu (mengerti dan juga makanan)
- Mental (terlempar jauh dan juga fikiran seseorang)
2. Homofon

73
Homofon merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan kata-kata yang
memiliki kesamaan bunyi namun memiliki perbedaan ejaan dan makna. Contohnya
:
- Bang (panggilan seseorang yang lebih tua) & Bank (tempat mengambil uang)
- Sangsi (bimbingan) & Sanksi (hukuman)
- Tank (mobil perang) & Tang (alat pekakas)
- Rok (pakaian) & Rock (genre musik)
- Djarum (nama merek) & Jarum (alat jahit)
b. Polisemi
Polisemi diartikan sebagai kata yang memiliki lebih dari satu makna. Contohnya
• Tinggi
- panjang badan
- sombong
• Kepala
- bagian tubuh paling atas
- pemimpin
• Darah
- cairan yang mengalir di dalam tubuh
- keturunan (hubungan darah)
• Api
- panas terbakar
- amarah
• Ratu
- istri penguasa kerajaan
- nama orang
c. Sinestesia

74
Sinestesia adalah perubahan makna pada suatu kata yang mengalami pertukaran
makna, dimana makna yang mengalami pertukaran terjadi karena tanggapan dari
dua hal yang dihubungkan dengan panca indera. Contohnya :
• Kamu sangat manis saat tersenyum ( manis = indra pengecap bertukar dengan
indra penglihatan)
• Wajahnya dingin saat mendengar kabar kematian ayahnya ( dingin = indra peraba
menjadi indra penglihatan )
• Cara bicaranya sangat pedas ( pedas = indra perasa menjadi indra pendengaran)
• Suasana semakin hangat saat kedatangan keluarga ( hangat = indra peraba
menjadi indra penglihatan)
• Pria itu sangat kasar ( kasar = indra peraba menjadi indra penglihatan)
d. Peyoratif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti unsur peyoratif adalah unsur
bahasa yang memberikan makna menghina, merendahkan, dan sebagainya. Unsur
peyoratif berasal dari kata dasar unsur. Contohnya :
• Pukul 11.20, kakak Nani beranak di bidan Eka
Beranak adalah makna dari kata Melahirkan

• Menjadi babu apalah daya ibumu


Babu adalah penyoratif dari kata Asisten Rumah Tangga

• Semenjak bercerai ibunya minggat dari rumahnya


kata minggat adalah peyoratif dari kata pergi

• Karena salah makan, dia sering bolak-balik jamban


kata jamban adalah peyoratif dari kata toilet

75
• Ambil saja bekas pacarku yang busuk itu
kata bekas adalah peyoratif dari kata mantan kekasih
e. Amelioratif
Perubahan amelioratif mengacu kepada peningkatan makna kata. Makna baru
dianggap lebih baik atau lebih tinggi nilainya dari pada makna sebelumnya.
Contohnya :
• 'Buta' menjadi tunanetra
• 'Bui' menjadi lembaga kemasyarakatan
• 'Gelandangan' menjadi tunawisma
• 'Bini' menjadi istri
• 'Beranak' menjadi melahirkan
f. Hiponimi
Hiponimi adalah hubungan makna yang mengandung pengertian hierarki.
Contohnya :
• Hiu, Paus, Lele ( Ikan )
• Durian, Apel, Manggis ( Buah )
• Sepeda, Motor, Truk ( Kendaraan )
• Rok, Baju, Jilbab ( Pakaian )
• Bayam, Kangkung, Kemangi ( Sayuran )

2.5 Kelas Kata


1. Nomina (kata benda)
Kata benda adalah kata atau kelompok kata yang umumnya digunakan untuk
menyatakan suatu nama. Dengan kata lain, kata benda merupakan nama seseorang,
binatang, tempat, benda, aktivitas. Contoh: "Saya senang bermain badminton."
Dalam kalimat di atas, kata "badminton" termasuk sebagai kata benda karena
berfungsi untuk menyatakan suatu aktivitas.

76
2. Verba (kata kerja)
Kata kerja adalah jenis kata atau kelompok kata yang digunakan untuk
menggambarkan atau menyatakan suatu proses, perbuatan, kejadian, peristiwa,
eksistensi, pengalaman, keadaan, dan pertalian antara dua benda.
Contoh: "Ibu memasak sayur bayam."
Dalam kalimat di atas, kata "memasak" merupakan jenis kata kerja karena
menggambarkan proses membuat suatu makanan.
3. Adjektiva (kata sifat)
Menurut KBBI, adjektiva atau kata sifat adalah kata yang menerangkan nomina
(kata benda) dan secara umum dapat bergabung dengan kata "lebih" dan "sangat".
Contoh: "Buah-buahan yang kami petik di kebun belakang rasanya sangat manis."
Kata sifat dalam kalimat di atas adalah "manis". Ini karena kata "manis"
menerangkan jika buah-buahan sebagai kata benda memiliki rasa yang 'manis'.
4. Pronomina (kata ganti)
Berdasarkan KBBI, pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang biasa dipakai
untuk mengganti orang atau benda. Dengan kata lain, kata ganti berfungsi untuk
menunjuk orang atau benda tanpa memberi atau menyebut nama orang atau nama
benda yang sesungguhnya.
Contoh: "Ria dan Rara tidak masuk kelas karena mereka sakit."
Dalam kalimat di atas, kata "mereka" merupakan pronomina karena menggantikan
penyebutan nama Ria dan Rara.
5. Adverbia (kata keterangan)
Adverbia atau kata keterangan adalah kata yang digunakan untuk membatasi dan
memberikan informasi lebih banyak tentang kata kerja, kata keterangan yang lain,
atau keseluruhan kalimat.
Contohnya: "Pemandangan langit sore ini sangat indah."
Kata "sangat" dalam kalimat di atas merupakan adverbia karena memberikan
keterangan tambahan pada kata "indah".
6. Numeralia (kata bilangan)

77
Numeralia adalah kata atau frasa dalam Bahasa Indonesia yang menunjukkan
bilangan atau kuantitas. Dalam istilah linguistik, numeralia juga bisa digunakan
untuk menyatakan beberapa kali perbuatan terjadi. Misalnya, sekali, dua kali, dan
sebagainya.
Contoh: "Ibu membeli dua kilogram telur."
Kata dua dalam kalimat di atas termasuk sebagai numeralia karena menunjukkan
kuantitas dari telur yang ibu beli, yakni "dua kilogram".
2.6 Kata Dasar dan Berimbuhan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata merupakan suatu unsur bahasa yang
diucapkan atau ditulis dan merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran
yang dapat digunakan dalam berbahasa. Kata merupakan salah satu unsur yang
membentuk berbagai jenis-jenis kalimat.
1. Kata Dasar
Dalam istilah linguistik, kata dasar diartikan sebagai dasar dari pembentukan kata
yang lebih besar. Kata dasar merupakan jenis kata yang dapat berdiri sendiri dan
tersusun atas morfem atau gabungan morfem. Kata dasar juga mempunyai
sejumlah ciri, yaitu:
a) Satuan paling kecil dan mempunyai makna sendiri.
b) Merupakan dasar dari pembentukan kata, baik itu kata yang memiliki imbuhan
atau yamg merupakan kata turunan.
c) Jika mendapat tambahan atau imbuhan, maka kata dasar akan mengalami
perbedaan makna.
d) Kumpulan dari kata dasar dapat menjadi suatu kesatuan kalimat tanpa perlu
dibubuhi imbuhan. Kata dasar terdiri atas dua jenis, yaitu kata dasar tunggal dan
kata dasar kompleks. Kata dasar tunggal atau monomorfenis merupakan kata dasar
yang hanya terdiri atas satu morfem. Sementara itu, kata dasar kompleks adalah
kata dasar yang mempunyai dua morfem atau lebih. Kata dasar kompleks terjadi
jika sebuah kata dasar mengalami beberapa proses, seperti pemberian imbuhan
atau menngalami reduplikasi (perulangan kata).
• Contoh Kata Dasar Tunggal:
1) Api

78
2) Air
3) Rumah
4) Badai
5) Tahu
6) Bulan
7) Puisi
8) Aksara
9) Mobil
10) Radio
• Contoh Kata Dasar Kompleks:
1) Bersantai
2) Memakai
3) Melarang
4) Berkemah
5) Berkemas
6) Main-main
7) Dedaunan
8) Kupu-kupu
9) Bolak-balik
10) Melihat-lihat
2. Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata dasar yang telah diberi imbuhan, baik itu awalan,
sisipan, akhiran, serta awalan-akhiran. Karena pemberian imbuhan tersebut, maka
kata turunan mengalami pergeseran makna. Nama lain dari kata berimbuhan adalah
kata turunan.
• Contoh Kata Berimbuhan yang Menggunakan Imbuhan Awalan:

79
1) Berjoget
2) Bermain
3) Mencuri
4) Bermain-main
5) Menangis
• Contoh Kata Berimbuhan yang Menggunakan Imbuhan Sisipan:
1) Gemilang (kata dasar: gilang, imbuhan sisipan: -em-)
2) Gerigi (kata dasar: gigi, imbuhan sisipan: -er-)
3) Kemelut (kata dasar: kelut, imbuhan sisipan: -em-)
4) Gemetar (kata dasar: getar, imbuhan sisipan: -em-)
5) Gemuruh (kata dasar: guruh, imbuhan sisipan: -em-)
• Contoh Kata Berimbuhan yang Menggunakan Imbuhan Akhiran:
1) Mingguan
2) Tahunan
3) Hadirin
4) Satuan
5) Puluhan
• Contoh Kata Berimbuhan yang Menggunakan Imbuhan Awalan-Akhiran:
1) Pertanggungjawaban
2) Kesatuan
3) Persatuan
4) Pertanyaan
5) Kepastian

80
DAFTAR PUSTAKA

Artikel GuruPendidikan.CO.ID. (2022, August 24). Retrieved October 15, 2022,


from Gurupendidikan.co.id website: https://www.gurupendidikan.co.id/bentuk-
kata/
Devia Afredita. (2017, January 23). Morfologi. Retrieved October 15, 2022, from
Deviaafredita156054.blogspot.com website:
http://deviaafredita156054.blogspot.com/2017/01/konversi-modifikasi-internal-
dan-suplesi.html?m=1
Hardi, M. (2022, July 14). Pengertian Morfologi Beserta Susunan yang Ada di
Dalamnya - Gramedia Literasi. Retrieved October 15, 2022, from Gramedia
Literasi website:
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-morfologi/#Proses_Morfologis
Muhammad Tarmizi Murdianto. (2022, January 4). 8 Ragam Relasi Makna dalam
Bahasa Indonesia Serta Contohnya. Retrieved October 15, 2022, from IDN Times
website: https://www.idntimes.com/life/education/muhammad-tarmizi-murdianto/
relasi-makna-dalam-bahasa-indonesia
Muhammad Tarmizi Murdianto. (2020, July 12). 6 Macam Kelas Kata dalam
Bahasa Indonesia, Ada Nomina dan Pronomina. Retrieved October 15, 2022, from
IDN Times website: https://www.idntimes.com/life/education/amp/muhammad-
tarmizi-murdianto/kelas-kata-dalam-bahasa?page=all#page-2
Niko Ramadhani. (2021, November 29). Kata Baku dan Tidak Baku: Pengertian,
Fungsi, dan Contoh. Retrieved October 15, 2022, from Akselaran.co.id website:

81
https://www.akseleran.co.id/blog/kata-baku-dan-tidak-baku/#:~:text=Kosakata
%20baku%20digunakan%20untuk%20segala,sesuai%20dengan%20KBBI%20dan
%20PUEBI
Penerbit Jejak Pustaka. (2021). Pengertian Morfem, Jenis-Jenis, Beserta
Contohnya. Retrieved October 15, 2022, from Jejakpustaka.com website:
https://jejakpustaka.com/pengertian-morfem-jenis-jenis-beserta-contohnya/
Sugeng. (2015). Kata dan Jenis-Jenis Kata.. Retrieved October 15, 2022, from
Jasapenulisanmakalah.blogspot.com website:
http://jasapenulisanmakalah.blogspot.com/2017/11/kata-dan-jenis-jenis-kata.html?
m=1
BAB VIII
KALIMAT
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan resmi di seluruh Indonesia. Ini
merupakan bahasa komunikasi resmi, diajarkan di sekolah-sekolah dan
digunakan untuk disiarkan di media elektronik dan digital. Sebagai negara
dengan tingkat multilingual (terutama trilingual) teratas di dunia, mayoritas
orang Indonesia juga mampu bertutur dalam bahasa daerah atau bahasa suku
mereka sendiri, dengan yang paling banyak dituturkan adalah bahasa Jawa
dan Sunda yang juga memberikan pengaruh besar ke dalam elemen bahasa
Indonesia itu sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari seluruh kegiatan yang dilakukan oleh manusia
tidak akan lepas dari penggunaan bahasa. Contohnya penggunaan Bahasa
sebagai sarana komunikasi yang memudahkan kita dalam menjalankan
kehidupan sehari- hari. Pada pembelajaran Bahasa kita juga mengenal
adanya kalimat, secara singkat kalimat adalah rangkaian kata yang tersusun
dengan tujuan tertentu dan pola tertentu.
Kalimat termasuk suatu aspek Bahasa yang sangat penting untuk dipelajari,
selain sebagai alat komunikasi saat berinteraksi kalimat banyak digunakan
dalam berbagai aspek kehidupan seperti Pendidikan, sosial, politik dan lain
sebagainya. Tentunya mencari tahu lebih dalam mengenai kalimat dapat
sangat diperlukan karena terdapat berbagai macam pola kalimat dan tiap

82
pola memiliki susunan kalimat, jenis kalimat dan waktu pengunaan tertentu
tergantung.
Oleh karena itu, kami memyusun makalah ini yang berjudul “Kalimat Dalam
Bahasa Indonesia” untuk memberikan informasi mengenai pengertian
kalimat, unsur-unsur kalimat, syarat kalimat, pola dasar kalimat serta jenis-
jenis kalimat.

PEMBAHASAN
A. pengertian kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran
yang utuh atau setiap tuturan yang dapat mengungkapkan suatu informasi
secara lengkap. Jika terdapat sebuah tuturan yang menginformasikan
sesuatu, tetapi belum lengkap atau belum utuh, tuturan itu belum dapat
disebut kalimat, mungkin hanya berupa kata atau mungkin hanya berupa
kelompok kata atau frasa. Ciri lain tuturan disebut kalimat adalah adanya
predikat di dalam tuturan tersebut (Aprillia, 2019).
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran
yang utuh. Pikiran yang utuh itu dapat diekspresikan dalam bentuk lisan atau
tulisan. Dalam bentuk lisan, kalimat ditangdai dengan alunan titinada,
keraslembutnya suara, disela jeda, dan diakhiri dengan nada selesai. Dalam
bentuk tulisan kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik, tanda sera, atau tanda tanya. Dari sudut kelengkapan pikiran,
kalimat biasanya minimal terdiri atas predikat dalam suatu pemyataan selain
ditentuka pula oleh situasi pembicaraan (Aprillia, 2019).
A. Unsur-Unsur Kalimat
Unsur-unsur kalimat dapat diuraikan sebagai berikut:(Dendi, 2020). Unsur
kalimat adalah fungsi sintaksis yang biasa disebut juga jabatan kata atau
peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang - kurangnya
terdiri atas dua unsur, yakni S dan P. Unsur yang lain (O, Pel, dan Ket) dapat
wajib hadir, atau tidak wajib hadir dalam suatu kalimat.
1. Subjek (S)
Subjek adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh, sosok,
sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Sebagian

83
besar S diisi oleh kata benda/frasa nominal, kata kerja/frasa verbal, dan
klausa. Subjek kalimat dapat dicari dengan ramus pertanyaan apa ataupun
siapa. Contoh:
a) Kakek itu sedang melukis (S yang diisi kata benda/frasa nominal).

84
b) Berjalan kaki menyehatkan badan (S yang diisi kata kerja/frasa verbal).
c) Gunung Kidul itu tinggi (S yang diisi kata benda/frasa nominal).
2. Predikat (P)
Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan perbuatan
(action) apa S, yaitu pelaku/tokoh atau sosok di dalam suatu kalimat. Satuan
bentuk pengisian P dapat berupa kata atau frasa namun sebagian besar
berkelas verbal atau adjektiva, tetapi dapat juga numeral, nominal atau frasa
nominal. Pemakaian kata adalah pada predikat biasa terdapat pada kalimat
nominal. Predikat (P) dapat dicari dengan rumus pertanyaan bagaimana,
mengapa, ataupun diapakan. Contoh :
a) Ibu sedang tidur siang (P yang diisi dengan kata kerja/frasa verbal).
b) Soal ujian ini sulit sekali (P yang diisi dengan kata sifat/frasa adjektif).
c) Karangan itu sangat bagus (P yang diisi dengan kata sifat/frasa adjektif).
d) Santi adalah seorang kolektor (P dengan pemakaian kata adalah pada
frasa nominal).
3. Objek (O)
Objek merupakan bagian kalimat yang melengkapi Predikat (P). Objek
biasanya diisi oleh nomina, frasa nominal atau klausa. Letak Objek (O)
selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu veba yang menuntut
wajib hadirnya
O. Objek dapat dicari dengan rumus pertanyaan apa atau siapa terhadap
tindakan Subjek. Contoh:
a) Mereka memancing ikan Pari (O yang diisi dengan kata benda/frasa
nominal).
b) Orang itu menipu adik saya (O yang diisi dengan kata benda/frasa
nominal).
4. Pelengkap (Pel)
Pelengkap atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak
Pel umumnya di belakang P yang berupa verbal. Posisi ini juga bisa
ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga bisa sama,
yaitu nominal atau frasa nominal. Akan tetapi, antara Pel dan O terdapat
perbedaan. Contoh:

Ketua MPR //membacakan //Pancasila.


SPO
85
Banyak orsospol // berlandaskan // Pancasila SPPel
Kedua kalimat aktif di atas yang Pel dan O-nya sama-sama nominal
Pancasila jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat pertama
dengan ubahan sebagai berikut.
Pancasila //dibacakan // oleh Ketua MPR SPKet
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol (tidak gramatikal karena posisi
Pancasila sabagai Pel pada kalimat kedua ini tidak dapat dipindahkan ke
depan menjadi S dalam bentuk kalimat pasif).
Hal lain yang membedakan Pel dengan O adalah jenis pengisiannya. Pel bisa
diisi oleh adjektiva, frasa adjektif, frasa verbal, dan frasa preposisional.
Contoh:
a) Kita benci pada kemunafikan (Pel-nya frase preposisional).
b) Mayang bertubuh mungil (Pel-nya frase adjektiva).
c) Sekretaris itu mengambilkan bosnya air minum (Pel-nya frase nominal).
d) Pak Lam suka bermain tenis (Pel-nya frase verbal).

5. Keterangan (Ket)
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan Pel dan klausa dalam
sebuah kalimat. Pengisi Ket adalah adverbial, frasanominal, frasa
proposisional, atau klausa. Posisi Ket boleh manasuka, di awal, di tengah,
atau di akhir kalimat. Contoh:
a) Antoni menjilid makalah kemarin pagi.
b) Antoni kemarin pagi menjilid makalah.
c) Kemarin pagi Antono menjilid makalah.
Keterangan terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya keterangan waktu,
tempat, cara, alat, alasan/sebab, tujuan, similatif, dan penyerta.

86
Contoh:
a) Aulia memotong tali dengan gunting. (Ket.alat)
b) Mahasiswa fakultas Hukum berdebat bagaikan pengacara. (Ket. similatif)
c) Karena malas belajar, mahasiswa itu tidsk lulus ujian. (Ket.sebab)
d) Polisi menyelidiki masalah narkoba dengan cara hati-hati.(Ket.cara)
e) Amir pergi dengan teman-teman sekelasnya. (Ket.penyetara)
f) Karena malas belajar, Petrus tidak lulus ujian. (Ket.penyebab)
B. Syarat Kalimat
Persyaratan pokok yang perlu diperhatikan dalam penentuan sebuah
peyataan berupa kalimat atau bukan adalah adanya unsur predikat dan
permutasi unsur kalimat. Keduanya dapat dijadikan alat untuk mengetes
sebuah pemyataan. Setiap kalimat dalam realisasinya sekurang kurangnya
memiliki predikat, sedangkan pemyataan (kelompok kata) yang tidak
memiliki predikat disebut frasa. Untuk menentukan predikat sebuah kalimat
dapat dilakukan pemeriksaan terhadap verba dalam untaian kata
bersangkutan. Umumnya, kalimat bahasa Indonesia berpredikat verba (Sari
dkk, 2021).
C. Pola Dasar Kalimat
Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam
sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua
kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja.
Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita
kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja didasarkan pada kaidah
yang berlaku. Pola dasar kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
(Tarmini dan Sulistyawati, 2019).
1. Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat
untuk tipe ini dapat berupa kata keija, kata benda, kata sifat, atau kata
bilangan. Misalnya:
a) Mereka / sedang berenang. SP (kata keija)
b) Ayahnya / guru SMA. SP (kata benda)

87
c) Gambar itu / bagus.
SP (kata sifat)
d) Peserta penataran ini / empat puluh orang. SP (kata bilangan)
2. Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. Misalnya:
a) Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah. SPO
3. Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap.
Misalnya:
a) Anaknya / beternak / ayam. SPPel
4. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan
pelengkap. Misalnya:
a) Dia / mengirimi / saya / surat. SPOPel
5. Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan keterangan.
Misalnya:
a) Mereka / berasal / dari Surabaya SPK
6. Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan
keterangan. Misalnya:
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
SPOK
D. Jenis-Jenis Kalimat
1. Jenis Kalimat Menurut Fungsinya
Kalimat dalam bahasa Indonesia, berdasarkan fungsinya dapat dibedakan
menjadi kalimat pemyataan, kalimat perintah, dan kalimat seruan (Tarmini
dan Sulistyawati, 2019).
a) Kalimat Pemyataan (Deklaratif).
Kalimat berita adalah kalimat yang dipakai untuk menyatakan suatu berita.
Ciri-ciri kalimat berita, yaitu bersifat bebas, boleh langsung atau tak 8
langsung,aktif atau pasif,tunggal atau majemuk, berintonasi menurun dan
kalimatnya diakhiri tanda titik (.). Kalimat deklaratif berisi pemyataan

88
sesuatu dengan lengkap untuk menyampaikan informasi kepada lawan
komunikasinya. Contoh:
1) Menteri tenaga kerja mengadakan kunjungan ke beberapa pabrik baja di
Surabaya.
2) Malaysia menggunakan bahasa Melayu dengan sistem bahasa yang
berbeda.
b) Kalimat Pertanyaan (Interoigatif)
Kalimat ini digunakan untuk memperoleh informasi atau reaksi dari lawan
komunikasi. Kalimat pertanyaan biasanya dipertegas dengan penyertaan
tanda baca (tanda tanya). Contoh:
Positif.
1) Kapan Saudara lulus sarjana?
2) Mengapa dia selalu bersikap tidak sopan? Negatif.
1) Mengapa mobil ini dirancang tidak menggunakan pengaman yang
lengkap?
2) Mengapa kita tidak bisa hidup saling mengerti, memahami, dan
menghargai sesama umat?
c) Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)

Kalimat ini digunakan jika pemakainya menyuruh atau melarang untuk berbuat
sesuatu. Kalimat perintah dan permintaan ini secara umum dipertegas dengan
menyertakan tanda baca (tanda seru). Contoh:
Positif.
1) Maukah kamu disuruh mengeijakan laporan itu!
2) Tolong selesaikan tugas membuat makalah itu lebih dahulu! Negatif.
1) Sebaiknya kita tidak melakukan profokasi yang dapat menyesatkan orang
lain!
2) Janganlah khawatir kekurangan rezeki jika sudah bemiat amal!
d) Kalimat Seruan
Kalimat seruan digunakan untuk menyampaikan atau mengungkapkan
perasaan yang kuat dan mendadak. Contoh:
Positif.
1) Hebat, ternyata dia bisa.
2) Nah, ini baru kejutan bagi kita. Negatif.
1) Aduh, ternyata dia tidak menepati janji.

89
2) Wah, target yang ditetapkan semula tidak tercapai.
2. Jenis Kalimat Menurut Klausanya
Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibentuk atas dua
macam, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
a) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa bebas. Hal itu
berarti hanya ada satu P di dalam kalimat tunggal. Unsur P adalah sebagai
penanda klausa. Unsur S dan P memang selalu wajib hadir di dalam setiap
kalimat. Adapun O, Pel, dan Ket sifatnya tidak wajib hadir di dalam kalimat,
termasuk dalam kalimat tunggal. Jika P masih perlu dilengkapi, barulah
unsur yang melengkapi itu dihadirkan. Berdasarkan jenis kata/frasa pengisi
P-nya, kalimat tunggal dapat dipilah menjadi empat macam yang diberi
nama atau label

tambahan sesuai jenis kata atau frasanya, yaitu nominal, adjektiva, verbal, dan
numeral. Contoh:
1) Kami mahasiswa UIN Suska Riau (kalimat nominal).
2) Jawaban anak pintar itu sangat tepat (kalimat adjektiva).
3) Sapi-sapi sedang merumput (kalimat verbal).
4) Mobil orang kaya itu ada delapan (kalimat numeral).
b) Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau
lebih kalimat tunggal. Dengan kata lain kalimat majemuk adalah kalimat
yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan dua predikat. Kalimat
majemuk dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1) Kalimat majemuk setara/koordinatif
Kalimat majemuk setara/koordinatif yaitu gabungan dua pokok pikiran atau
lebih yang kedudukannya setara. Struktur kalimat yang di dalamnya
terdapat, sekurang - kurangnya, dua kalimat dasar dan masing - masing
dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Konjungtor yang
menghubungkan klausa dalam kalimat majemuk setara jumlahnya cukup
banyak. Konjungtor itu menunjuk beberapa jenis hubungan dan menjalankan
beberapa fungsi. Contoh kalimat majemuk setara/koordinatif:
a. Anto gemar menulis sedangkan Anita gemar menari.
b. Engkau tinggal di sini, atau ikut dengan saya.

90
c. Sinta cantik.tetapi sombong.
d. Ia memarkirkan mobil di lantai 3, lalu naik lift ke lantai 7.
2) Kalimat Majemuk Bertingkat/Kompleks/Subordinatif
Kalimat majemuk bertingkat/kompleks/subordinatif yaitu kalimat tunggal
yang salah satu jabatannya diperluas membentuk kalimat baru.
Dalam kalimat majemuk bertingkat kita mengenal
a. Induk kalimat (jabatan kalimat yang bersifat tetap atau tidak mengalami
perubahan)

b. Anak kalimat (jabatan kalimat yang diperluas membentuk kalimat baru. Anak
kalimat ditandai pemakaian kata penghubung dan bila mendahului induk kalimat
dipisah dengan tanda baca koma).
Contoh kalimat majemuk bertingkat/kompleks/subordinatif:
a. Agar koperasi unit desa (KUD) berkembang,perlu dipikirkan penciptaan
kader-kader yang tangguh.
b. Ketika memberikan keterangan, saksi itu meneteskan air mata.
c. Pembangunan rumah susun itu memerlukan penelitian sebab beberapa
unit rumah susun belum berpenghuni.
d. Hujan turun berhari - hari sehingga banjir besar melanda kota itu.
e. Dengan menurunkan harga beberapa jenis BBM, kita berharap kegiatan
ekonomi tidak lesu lagi.
f. Pengurus lama berjanji bahwa koperasi kita akan memilih pengurus baru.
g. Tempat itu kotor, makanya dia malas kalau disuruh ke situ.
h. Dia diam saja seakan-akan tidak tahu kesalahannya.
i. Semangat belajamya tetap tinggi meskipun usianya sudah lanjut.
j. Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku.
3. Jenis Kalimat Menurut Kelengkapan Unsurnya
Dipandang dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dibedakan menjadi dua,
yaitu kalimat sempurna (mayor) dan kalimat tak lengkap (minor).
a) Kalimat Sempurna (Mayor)
Kalimat sempurna adalah kalimat yang dasamya terdiri dari sebuah klausa
bebas. Oleh karena yang mendasari kalimat sempurna adalah suatu klausa
bebas maka kalimat sempurna ini cukup kalimat tunggal dan kalimat
majemuk. Contoh:
a. Ayah membaca koran. (K.S. dilihat dari kalimat tunggal).

91
b. Kalau saya mempunyai uang, saya akan membeli rumah itu.
b) Kalimat Tak Sempurna (Minor)
Kalimat tak sempurna adalah kalimat yang subjek dan predikatnya tidak
lengkap atau dengan kata lain subjek dan predikatnya tidak ada sama sekali.

Kalimat tak sempurna ini mencakup kalimat pertanyaan, minor, dan seruan.
Contoh :
a. “Maksudmu?”
b. “Ayah di Sumatera Utara.”

4. Jenis Kalimat menurut Susunan Subjek dan Predikatnya


Jenis kalimat menurut susunan subjek dan predikatnya dapat dibagi menjadi
dua, yaitu kalimat versi dan kalimat inversi.
a) Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang berpola S-P. Kalimat ini bisa dikatakan
sama dengan kalimat tunggal tunggal yang mempunyai satu klausa. Contoh:
a. Dokter menangani pasien itu dengan baik.
b. Mereka bersalaman.
b) Kalimat inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang P-nya mendahului S sehingga
membentuk pola P-S. Selain merupakan variasi dari pola S-P, ternyata
kalimat berpola P-S dapat memberi penekanan atau ketegasan makna
tertentu. Memang kata atau frase yang pertama muncul dalam tuturan bisa
menjadi kata kunci yang mempengaruhi makna. Contoh:
a. Matikan televisi itu.
b. Tidak terkabul permintaannya.
5. Kalimat Menurut Sifat Hubungan Aktor-Aksi
Dipandang dari segi hubungan aktor-aksi, maka kalimat ini terbagi menjadi
empat, yaitu kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat medial, dan kalimat
resiprokal.
a) Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat kalimat yang subjeknya sebagai pelaku atau
aktor. Kalimat aktif umumnya berawalan me- dan ber- pada P-nya. Contoh:
a. Anto mengambil buah mangga.
b. Adik bermain bola.

92
b) Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat - kalimat yang subjeknya berperan sebagai
penderita atau dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat pasif umumnya
berawalan di-, ter-, ke-an. Contoh:
a. Piring dicuci Anita.
b. Adik terjatuh di kamar mandi.
c. Suaranya kedengaran ke sana.
c) Kalimat Medial
Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku
dan atau sebagai penderita (objek). Contoh:
a. Dia menghibur dirinya.
b. Wanita itu menggantung dirinya sendiri.
c. Mereka menyusahkan diri sendiri.
d) Kalimat Reiprokal
Kalimat resiprokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan
sesuatu perbuatan yang berbalas - balasan. Contoh:
a. Saya sering tukar-menukar buku dengan si Joni.
b. Para pembeli ramai tawar-menawar dengan para pedagang.

6. Kalimat Inti dan Inti Kalimat


Kalimat inti adalah kalimat yang terdiri atas S dan P. Sedangkan inti kalimat
adalah kalimat yang terdiri atas inti-inti kalimat atau unsur-unsur kalimat
yaitu S- P-O.
Syarat-syarat kalimat inti:
a) Terdiri dari dua suku kata
b) Berpola S dan P
c) Intonasi netral
Syarat-syarat inti kalimat:
a) Terdiri dari tiga suku kata
b) Berpola S-P-0
c) Intonasi netral Contoh:

93
a. Adik saya yang paling bungsu sedang mempelajari bahasa Mandarin
Kalimat inti: Adik mempelajari Inti kalimat: Adik mempelajari bahasa
Mandarin
b. Penelitian - penelitian mutakhir memusatkan perhatian pada makanan dari
soya, yang ternyata dapat membantu mencegah kanker payudara. Kalimat
inti: Penelitian - penelitian memusatkan Inti kalimat: Penelitian - penelitian
memusatkan perhatian
7. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud
penutur/penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Dengan kata lain kalimat efektif
adalah kalimat yang dapat mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat
komunikasi. Kalimat efektif memiliki diksi (pilihan kata) yang tepat, tidak
mengalami kontaminasi frasa, sesuai ketentuan EYD, baik penulisan tanda
baca dan penulisan kata. Selain itu kalimat efektif juga memiliki enam syarat
keefektifan, yaitu adanya kesatuan, kepaduan, kepararelan, ketepatan,
kehematan, dan kelogisan.
a) Kesatuan
Kesatuan dalam kalimat efektif adalah dengan adanya ide pokok (S dan P)
sebagai kalimat yang jelas . Contoh:
Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk.(salah) KP
Yang tidak berkepentingan dilarang masuk. (benar) SP
b) Kepaduan
Kepaduan teijadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk
kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata, frasa, tanda
baca, dan fungsi sintaksis S-P-O-Pel-Ket. Kepaduan juga menyangkut
pemakaian kata tugas yang tepat. Contoh:
a. Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi.
(tidak mempunyai subjek/subjeknya tidak jelas). (salah)

94
b. Setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi (subjeknya
sudah jelas). (benar)
c. Kami telah membicarakan tentang hal itu. (salah) 4. Kami telah
membicarakan hai itu. (benar)
c) Keparalelan
Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian -
bagian kalimat tertentu. Umpamanya alam sebuah perincian jika unsur
pertama menggunakan verba (kata kerja) dan seterusnya juga harus verba.
Jika unsur pertamanya nomina (kata benda), bentuk berikutnya juga hams
nomina. Contoh:
a. Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, pelebaran
jalan desa, dan membuat tali air. (salah)
b. Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan,
melebarkan jalan desa, dan membuat tali air. (benar)
c. Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha? (salah)
d. Kakakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha? (benar)
d) Ketepatan
Ketepatan adalah kesesuain/kecocokan pemakaian unsur - unsur yang
membangun suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan
pasti. Contoh:
a. Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sehingga petang.
(salah)
b. Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sampai petang.
(benar)
e) Kehematan
Kehematan yaitu hemat pemakaian kata atau kelompok kata. Dengan kata
lain tidak mengalami gejala bahasa pleonasme. Dengan hemat kata,
diharapkan kalimat menjadi padat berisi. Contoh:
a. Hanya ini saja yang dapat saya berikan. (salah)
b. Hanya ini yang dapat saya berikan. (benar)
c. Ini saja yang dapat saya berikan. (benar)

95
f) Kelogisan
Kelogisan di sini adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal.
Supaya efektif, kata - kata dalam sebuah kalimat tidak boleh menimbulkan
makna ambigu (ganda) atau tidak boleh mengandung dua pengertian.
Contoh:
a. Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-57.(salah) Alasan: Seolah-olah
ada 57 negara Republik Indonesia.
b. Hari kemerdekaan ke-57 Republik Indonesia. (benar)
c. Kepada Bapak Gubemur waktu dan tempat kami persilahkan. (salah)
Alasan: Waktu dan tempat tidak mungkin kami persilahkan.
d. Bapak Gubemur kami persilahkan. (benar)

DAFTAR PUSTAKA
Aprillia, H. (2019). Persuasif pada Spanduk Pilkadadi Kabupaten Merangin
Tahun 2017-2018. Jurnal Tunas Pendidikan, 2(1), 82-91.

Dendy Sugono, P. U. (2020). Analisis Fungsi Sintaktik Menuju Kalimat


efektif (Sintaksis Bahasa Indonesia). Gramedia Pustaka Utama.

Sari, N., Syahriandi, S., & Pratiwi, R. A. (2021). Analisis Keefektifan


Kalimat Dalam Skripsi Mahasiswa Prodi Pendidikan Universitas
Malikussaleh. Kande Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
2(1), 151-162.

Tarmini, W., & Sulistyawati, R. (2019). Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta:


UHAMKA.

96
BAB IX
PARAGRAF
A. Latar Belakang
Selama ini dalam membuat suatu paragraf sudah dilaksanakan dengan cukup
baik. Dalam membuat suatu paragraf kita harus mengetahui syarat-syarat
yang harus dipenuhi dalam sebuah paragraf. Paragraf yang akan dibuat harus
dapat mempunyai kepaduan antara paragraf yang lain. Kepaduan paragraf
dapat terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis dan melalui
ungkapan-ungkapan pengait antar kalimat. Disini kita di tuntut agar mampu
membuat suatu paragrap dengan baik dan benar sesuai dengan kaedah-
kaedahnya.

PEMBAHASAN
A. Pengertian Paragraf
Paragraf adalah suatu kesatuan pikiran ,suatu kesatuan yang lebih luas dari
pada kalimat.ialah merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian
dalam suatu rangkaian untuk menjelaskan sebuah pikiran utama.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia,paragraph adalah bagian bab dalam
suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya
dimulai dengan garis baru).
Paragraf atau alinea adalah suatu gagasan yang berbentuk serangkaian
kalimat yang saling berkaitan satu sama lain. Nama lain dari paragraf ialah
wacana mini. Kegunaan dari paragraf adalah untuk menjadi penanda
dimulainya topik baru dan memisahkan gagasan-gagasan utama yang
berbeda. Penggunaan paragraf memudahkan pembaca untuk memahami
bacaan secara menyeluruh. Panjang dari satu paragraf adalah beberapa
kalimat. Jumlah kalimat dalam paragraf ditentukan oleh cara pengembangan
dan ketuntasan uraian gagasan yang disampaikan. Jumlah kalimat di dalam
paragraf dapat menentukan kualitas dari bacaan.
Paragraf tersusun dari gagasan utama yang terletak dalam kalimat topik.
Selain itu, terdapat kalimat penjelas yang memperjelas kalimat topic.
Paragraf juga berfungsi untuk mengungkapkan pemikiran penulis secara

97
sistematis sehingga mudah untuk dipahami oleh pembaca. Kriteria
sekumpulan kalimat yang dapat menjadi paragraf yaitu adanya kesatuan,
kepaduan, ketuntasan, keruntutan, dan sudut pandang yang tidak berubah-
ubah.
Paragraf merupakan bagian kecil dari suatu karangan. Sebuah karangan
dapat terbentuk dengan adanya paragraf di dalamnya. Kualitas suatu
karangan ditentukan oleh keterampilan dalam menulis paragraf. Tujuan
utama dari pembentukan paragraf adalah untuk memudahkan pembaca
dalam memahami gagasan-gagasan utama yang berbeda tetapi berkaitan satu
sama lain di dalam karangan. Tiap paragraf hanya dapat berisikan satu
gagasan utama sehingga gagasan utama lainnya dapat diketahui pada
paragraf lain. Tujuan lain dari pembentukan paragraf adalah memisahkan
dan menegaskan perhentian secara wajar. Perhentian ini memberikan waktu
bagi pembaca untuk dapat memahami gagasan yang terkandung di dalam
setiap paragraf.
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu
gagasan/topik. Paragraf merupakan perpaduan kalimat-kalimat yang
memperlihatkan kesatuan pikiran atau kalimat-kalimat yang berkaitan dalam
membentuk gagasan/topik tersebut. Sebuah paragraf mungkin terdiri atas
sebuah kalimat, dua kalimat, mungkin juga lebih dari dua buah kalimat, tapi
tidak satu pun dari kalimat-kalimat itu yang mempersoalkan ide lain.Topik
paragraf adalah pikiran utama di dalam sebuah paragraf. Semua
pembicaraan dalam paragraf itu terpusat pada pikiran utama ini. Pikiran
utama inilah yang menjadi pokok persoalan atau pokok pembicaraan. Oleh
sebab itu, ini kadang-kadang disebut juga gagasan pokok di dalam sebuah
paragraf. Jadi, apa yang menjadi pokok pembicaraan dalam sebuah paragraf,
itulah topik paragraf.
B. Fungsi Paragraf
Adapun beberapa fungsi paragraf antara lain :
1.Mengekspresikan gagasan yang tertulis, memberikan bentuk suatu pikiran
dan perasaan ke dalam rangkain kalimat sehingga membentuk suatu
kesatuan.
2.Untuk menandai peralihan gagasan baru; sebuah karangan yang terdiri
beberapa paragraf memiliki beberapa ide atau gagasan. Ide atau gagasan

98
tersebut teletak di masing-masing paragraf. Sehingga jika kita membuat
paragraf baru, maka kita juga membuat gagasan baru.
3.Untuk memudahkan menulis dan pembacaan; akan baik kalau pembaca
paham dengan mudah apa yang telah dituliskan.
4.Menampung Ide Pokok Paragraf berfungsi untuk menampung berbagai ide
pokok sang penulis.
5.Membantu Memahami Isi Sebagai sarana yang membantu para pembaca
memahami isi. Andai tidak ada paragraf pasti para pembaca akan sulit
membedakan kapan sang penulis memberikan ide pokok yang berbeda.
6.Membantu Menguraikan Masalah Paragraf juga dapat membantu penulis
mengembangkan semua ide yang ada agar terurai secara jelas dan sistematis
agar dipahami oleh pembaca.
7.Memulai Pokok Pikiran Baru. Paragraf membantu penulis dan pembaca
membedakan ide pokok satu paragraf dengan paragraf lain. Sehingga tujuan
para penulis tersampaikan secara baik.
C. Jenis Paragraf
1. Berdasarkan teknik pemaparannya
a.Paragraf naratif
Paragraf naratif merupakan paragraf yang berkaitan dengan penceritaan atau
pendongengan. Penggunaan paragraf naratif yaitu di dalam cerita pendek,
novel, dan hikayat. Paragraf naratif digunakan untuk menghibur para
pembaca. Selain itu, paragraf naratif juga digunakan untuk memberikan
suasana yang sama seperti di dalam cerita kepada para pembaca.
Penggunaan paragraf naratif juga dapat memunculkan imajinasi di pikiran
para pembaca.
b.Paragraf deskriptif
Paragraf deskriptif juga disebut sebagai paragraf lukisan. Fungsi dari
paragraf deskriptif adalah memberikan gambaran tentang segala hal yang
terlihat oleh penulisnya. Penulisan paragraf deskriptif disesuaikan dengan
tata ruang atau tata letak objek yang dituliskan. Paragraf deskriptif dapat
disajikan secara berurutan tempat maupun berurutan waktu dan sebaliknya.
Penulisan paragraf deskriptif sepenuhnya memanfaatkan panca indra sebagai
penggambar kondisi yang ingin disampaikan.
c. Paragraf ekspositoris

99
Paragraf ekspositoris disebut juga sebagai paragraf paparan. Penulisan
paragraf ekspositoris ditujukan untuk menampilkan atau memaparkan sosok
objek tertentu yang hendak dituliskan. Paragraf ekspositoris hanya
menyajikan satu unsur dari objek. Teknik pengembangan paragraph
ekspositoris menggunakan analisis urutan kejadian ataupun analisis tata
ruang

d. Paragraf argumentative
Paragraf argumentatif dapat juga disebut dengan paragraf persuasif.
Penulisan paragraf argumentatif untuk membujuk dan meyakinkan pembaca
mengenai pentingnya objek tertentu yang dijelaskan dalam paragraf.
Paragraf argumentatif ini banyak digunakan untuk memberikan anjuran
tentang sesuatu hal.

2. Berdasarkan letak kalimat utamanya


a. Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan
persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-
kalimat penjelas. Contoh: Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat
sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para
peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa
menggunakannya membuka usaha baru.

b. Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan


penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik. Paragraf
induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan
kausalitas.
1). Generalisasi adalah pola pengembangan paragraf yang menggunakan
beberapa fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh: Setelah karangan anak-anak kelas tiga diperiksa, ternyata Ali, Toto,
Alex, dan Burhan, mendapat nilai delapan. Anak- anak yang lain mendapat
nilai tujuh. Hanya Maman yang enam dan tidak seorang pun mendapat nilai
kurang. Oleh karena itu, boleh dikatakan anak-anak kelas tiga cukup pandai
mengarang. Yang menjadi penjelasannya di atas adalah:
a). Pemerolehan nilai Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak kelas

100
tiga yang lain merupakan peristiwa khusus.
b). Peristiwa khusus itu kita hubung-hubungkan dengan penalaran
yanglogis.
c). Kesimpulan atau pendapat yang kita peroleh adalah bahwa anak kelas
tiga
cukup pandai mengarang.
d). Kesimpulan bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang, mencakup
Ali, Toto,
Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak lainnya. Dalam kesimpulan terdapat
kata cukup
karena Maman hanya mendapat nilai enam. Jika Maman juga mendapat nilai
tujuh
atau delapan, kesimpulannya adalah semua anak kelas tiga pandai
mengarang.
Berdasarkan bentuk dan pola pengembangannya paragraf generalisasi juga
dapat dibagi dalam 2 jenis bentuk paragraf generalisasi
1.Loncatan Induktif
Paragraf Generalisasi yang bentuknya loncatan induktif adalah paragraf
yang tetap bertolak
dari beberapa fakta namun fakta yang ada belum bisa mencerminkan
seluruh fenomena yang
terjadi. Tapi fakta itu dianggap mewakili sebuah persoalan oleh penulis.
Generalisasi jenis ini
sangatlah lemah karena dasar faktanya belum bisa mencerminkan seluruh
fenomena.

2.Tanpa Loncatan Induktif


Paragraf Generalisasi yang berbentuk Tanpa Loncatan Induktif merupakan
paragraph
generalisasi yang memberikan cukup banyak fakta dan lengkap sehingga
bisa mewakili
keseluruhan. Paragraf ini sangat baik karena kebenarannya dapat dipercaya
karena
menggunakan fakta yang lengkap.

101
2). Analogi adalah pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua
hal yang memiliki sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa
jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan
pula dalam bidang yang lain. Contoh: Alam semesta berjalan dengan sangat
teratur, seperti halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang
berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin
yang rumit berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit
itu ada penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang Mahabesar dan
beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada penciptanya? Pencipta alam tentu
adalah zat yang sangat maha. Manusiayang menciptakan mesin, sangat
sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan
sayang kepada ciptaan- ciptaan Nya itu. Dalam paragraf di atas, penulis
membandingkan mesin dengan alam semesta. Mesin saja ada penciptanya,
yakni manusia sehingga penulis berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada
pula penciptanya. Jika manusia sangat sayang pada ciptaannya itu, tentu
demikian pula dengan Tuhan sebagai pencipta alam. Dia pasti sangat sayang
kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.

3). Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf


dengan menggunakan fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebab-
akibat. Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini Pergi
ke dokter karena ia sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas, yaitu
sebab-akibat, akibat sebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2.
a). Sebab-Akibat
Penalaran ini berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian
sampai pada kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya adalah A
mengakibatkan B. Contoh: Era Reformasi tahun pertama dan tahun kedua
ternyata membuahkan hasil yang membesarkan hati. Pertanian.
perdagangan, dan industri, dapat direhabilitasi dan dikendalikan. Produksi
nasional pun meningkat. Ekspor kayu dan naiknya harga minyak bumi di
pasaran dunia menghasilkan devisa bermiliar dolar AS bagi kas negara.
Dengan demikian, kedudukan rupiah menjadi kian mantap. Ekonomi
Indonesia semakin mantap sekarang ini. Oleh karena itu, tidak

102
mengherankan apabila mulai tahun ketiga Era Reformasi ini, Indonesia
sudah sanggup menerimapinjaman luar negeri dengan syarat yang kurang
lunak untuk membiayai pembangunan.
Hal penting yang perlu kita perhatikan dalam membuat kesimpulan pola
sebab-akibat adalah kecermatan dalam menganalisis peristiwa atau faktor
penyebab.

b). Akibat-Sebab
Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat.
Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk mencari penyebabnya. Contoh:
Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya
pergi ke apotek membeli obat. Karena itu, pasti Badu itu sedang sakit.

c). Sebab-Akibat-1 Akibat-2


Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama
berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikian
seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat. Contoh:
Mulai tanggal 17 Januari 2002, harga berbagai jenis minyak bumi dalam
negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, dan lain-lain dinaikkan
harganya. Hal ini karena Pemerintah ingin mengurangi subsidi dengan
harapan supaya ekonomi Indonesia kembali berlangsung normal. Karena
harga bahan bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik
pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang-barang pasti akan ikut naik
karena biaya tambahan untuk transportasi harus diperhitungkan. Naiknya
harga barang-barang akan dirasakan berat oleh rakyat. Oleh karena itu,
kenaikan harga barang harus diimbangi dengan usaha menaikkan
pendapatan masyarakat.
c. Paragraf Campuran adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan
persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat
penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik.Kalimat topik yang ada pada
akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf. Contoh: Dalam
kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi.
Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana
komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern.

103
Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang
ini tanpa adanya sarana komunikasi.
d. Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar adalah paragraf yang tidak
memiliki kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf
atau tersirat pada kalimat-kalimat penjelas. Contoh: Di pinggir jalan banyak
orang berjualan kue dan minuman. Harganya murah-murah, Sayang banyak
lalat karena tidak jauh dari tempat itu ada tumpukan sampah busuk. Dari
sampah, lalat terbang dan hinggap di kue dan minuman. Orang yang
makantidak merasa terganggu oleh lalat itu. Enak saja makan dan minum
sambil beristirahat dan berkelakar.
D.Pengembangan paragraf
Pengembangan paragraf terbagi atas dua yaitu pengembangan secara Teknik
dan pengembangan secara isi.
Berdasarkan Teknik Pengembangan paragraf yang pertama dapat dilihat dari
sudut pandang teknik. berdasarkan tekniknya pengembangan paragraf dapat
dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1). pengembanan secara alamiah, Pengembangan Secara Alamiah Paragraf
yang dikembangkan berdasarkan urutan waktu bersifat kronologis. Hal itu
berarti kalimat yang satu mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau
waktu kegiatan dilakukan, dan diikuti oleh kalimatkalimat yang
mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan dilakukan.
Paragraf yang dikembangkan dengan cara ini tidak dijumpai adanya kalimat
utama atau kalimat topik. Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada
paragraf naratif dan prosedural. Paragraf yang dikembangkan berdasarkan
urutan ruang atau tempat membawa pembaca dari satu titik ke titik
berikutnya dalam sebuah “ruangan”. Hal itu berarti kalimat yang satu
mengungkapkan suatu bagian (gagasan) yang terdapat pada posisi tertentu,
dan diikuti oleh kalimatkalimat lain yang mengungkapkan gagasan yang
berada pada posisi yang lain. Pengungkapan gagasan dengan urutan ruang
ini tidak boleh sembarangan, sebab cara yang demikian akan mengakibatkan
pembaca mengalami kesulitan memahami pesan. Paragraf seperti ini
biasanya digunakan pada paragraf deskriptif.
2.) Pengembangan Secara Logis ,Pengembangan paragraf secara logis
maksudnya adalah pengembangan paragraf menggunakan pola pikir tertentu.

104
Pengembangan paragraf secara logis dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu klimaks-antiklimaks, dan umum-khusus. Paragraf yang dikembangkan
klimaks-antiklimaks dibagi menjadi dua, yang pertama klimaks, dan yang
kedua antiklimaks. Pengembangan paragraf secara klimaks dilakukan
dengan cara menyajikan gagasangagasan yang berupa rincian yang dianggap
sebagai gagasan bawahan, kemudian diakhiri dengan gagasan yang paling
tinggi/atas/kompleks kedudukannya atau kepentingannya. Sebaliknya,
pengembangan paragraf secara antiklimaks dilakukan dengan terlebih dulu
gagasan yang dianggap paling tinggi/atas/kompleks kedudukannya atau
kepentingannya, baru diikuti dengan gagasan-gagasan yang berupa rincian
yang dianggap sebagai gagasan bawahan, gagasan yang dianggap kurang
penting atau rendah kedudukannya.
Berdasarkan Isi, berdasarkan isinya pengembangan paragraf antara lain
dapat dilakukan dengan cara menapilkan perbandingan atau pertentangan,
contoh, sebab-akibat, dan klasifikasi. Berikut disajikan pengertian keempat
cara tersebut secara singkat.
1). pengembangan paragraf dengan cara pembandingan. Cara pembandingan
merupakan sebuah pengembangan paragraf yang dilakukan dengan
membandingkan atau mempertentangkan guna memperjelas suatu paparan.
Kegiatan membandingkan atau mempertentangkan tersebut berupa
penyajian persamaan dan perbedaan antara dua hal. Sesuatu yang
dipertentangkan adalah dua hal yang memiliki tingkat yang sama. Dan
keduanya memiliki persamaan dan perbedaan.
2). pengembangan paragraf dengan cara pemberian Contoh. contoh disajikan
sebagai gagasan penjelas untuk mendukung atau memperjelas gagasan
umum. Gagasan umum dapat diletakkan pada awal paragraf atau diakhiri
paragraf bergantung pada gaya yang dikehendaki oleh penulis.
3). pengembangan paragraf dengan sebab akibat. Cara sebab akibat sering
disebut dengan kausalitas. Pengembangna paragraf cara ini dapat dilakukan
dengan menyajikan sebab sebagai gagasan pokok/utama baru diikuti
akibatnya sebagai gagasan penjelas, atau sebaliknya disajikan akibat sebagai
gagasan pokok utama diikuti dengan penyebabnya sebagai gagasan penjelas.
4). pengembangan paragraf dengan cara klaisifikasi. Cara klasifikasi
biasanya dilakukan dengan penyajian gagasan pokok/utama kemudian

105
diikuti dengan gagasan penjelas secara rinci. Gagasan penjelas merupakan
kalsifikasi dari gagasan utamanya. Misalnya, gagasan utama A, memiliki
gagasan penjelas yang dapat diklasifikasikan menjadi X dan Z.

E.Cara Penyusunan Paragraf


Cara menyusun paragraf dengan efektif dengan koheren dan kohesif ialah :
1).menentukan kalimat topik,kalimat topik memuat gagasan dasar dari
paragraf.ditulis secara singkat dan mudah dipahami.
2).menetukan kalimat penjelas,kalimat ini memberikan penjelasan:
a.alasan atau sebab-musabab
b.kenyataan atau bukti
c.keterangan dengan angka-angka konkret
d.contoh
e.penguat yang dikutip dari sumber lain.
3).menentukan kalimat-kalimat pengembangan,kalimat pengembang adalah
kalimat penjelas yang akan mendukung gagasan utama atau ide pokok dalam
sebuah paragaraf.dengan begitu kalimat pengembang akan menjelaskan dan
menguraikan sebuah gagasan pokok atau kalimat pokok.
4).menentukan kesimpulan,bagian akhir suatu paragraf,dapat berupa :
a.ringkasan isi kalimat
b.kesimpulan dari isi kalimat
c.penguatan
d.komentar akhir
F.Unsur Pembentuk Paragraf
1. Gagasan utama
Inti permasalahan di dalam paragraf terletak pada topik utama atau gagasan
utama. Pembicaraan utama di dalam paragraf terpusat pada gagasan utama.
Penyampaian gagasan utama berbentuk sebuah kalimat topik.

2. Kalimat topik
Kalimat topik merupakan kalimat yang mengandung permasalahan yang
dapat dirinci dan diuraikan lebih lanjut. Informasi di dalam kalimat topik
bersifat lengkap dan dapat dipahami tanpa adanya kalimat penjelas. Pesan
yang disampaikan di dalam kalimat topik cukup jelas dan dapat dibentuk.

106
Letak kalimat topik umumnyadi awal atau akhir paragraf. Fungsi dari
kalimat topik adalah mengendalikangagasan utama.

3. Kalimat penjelas
Kalimat penjelas merupakan kalimat yang tidak dapat dipahami artinya
tanpa adanya kalimat lain atau hanya untuk menambah kejelasan dari kaimat
pokok. Kejelasan arti dari kalimat penjelas dapat diketahui setelah
dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf. Pembentukan kalimat
penjelas umumnya memerlukan pembentukan kata sambung dan kata
peralihan, Kalimat penjelas berfungsi mendukung kalimat topik sehingga
berisi keterangan rinci, contoh, dan informasi tambahan lainnya.

4. Konjungsi
Konjungsi adalah kata sambung atau kata penghubung. Konjungsi dalam
Bahasa Indonesia ada dua jenis, yaitu konjungsi intrakalimat dan konjungsi
antarkalimat. Contohnya seperti sebagai berikut:
Gunung Merapi yang terletak di wilayah Magelang, Jawa Timur merupakan
gunungaktif di Indonesia. Sewaktu-waktu, gunung merapi ini bisa meletus.
Letusan Merapi yang paling hebat tercatat pada tahun 2010 yang memakan
sekitar 330 korban jiwa.

G.Ketentuan Paragraf
Dalam penulisannya, sebuah paragraf mesti memenuhi beberapa syarat-
syarat tertentu agar penulisannya baik dan benar. Adapun syarat-syarat
paragraf yang baik dan benar adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai Kelengkapan Unsur-Unsur Paragraf di Dalamnya Sebuah
paragraf yang baik dan benar, harus mempunyai kelengkapan sejumlah
paragraf di dalamnya. Adapun unsur-unsur paragraf yang dimaksud antara
lain:
a. Gagasan utama: merupakan unsur paragraf yang berupa topik utama atau
permasalahan yang
hendak dibahas dalam suatu paragraf.
b. Kalimat utama: kalimat yang berisi gagasan utama suatu paragraf.

107
c. Kalimat penjelas: merupakan kalimat yang menjelaskan gagasan utama
yang
terkandung di dalam suatu kalimat utama.
Untuk dapat memahami ketiga unsur itu, berikut ditampilkan sebuah
paragraf yang mengandung ketiga unsur yang telah disebutkan di atas.
Berdasarkan bentuknya, puisi baru terdiri atas 7 Jenis. Adapun jenis-jenis
puisi baru yang termasuk ke dalam jenis-jenis puisi baru berdasarkan
bentuknya antara lain distikon,terzina, kuatrain, kuint, sektet, septima,
oktaf/stanza, dan yang terakhir adalah soneta. Ke semua jenis itu bisa
dibedakan dari jumlah baris yang terkandung di dalamnya.
Pada paragraf di atas, kata yang dicetak miring adalah kalimat utama
sekaligus gagasan utama paragraf tersebut. Sementara itu, kalimat-kalimat
yang tidak dicetak miring adalah kalimat penjelas dari paragraf di atas.

2. Setiap Unsur-Unsur Paragraf Harus Mempunyai Satu Kesatuan antar Satu


Unsur dengan Unsur Lainnya.
Unsur-Unsur paragraf yang telah disebutkan sebelumnya (gagasan utama,
kalimat utama, dan kalimat penjelas) mesti membentuk satu kesatuan yang
padu, di mana kalimat penjelas mesti mampu menjelaskan gagasan utama
yang terkandung dalam kalimat utama secara baik dan sesuai dengan
gagasan utama yang dimaksud. Jika syarat ini tidak terpenuhi, maka sebuah
paragraf belum dikatakan baik dan benar.

3. Mempunyai Kepaduan Diantara setiap Unsur di Dalamnya


Jika semua unsur paragraf dapat membentuk suatu kesatuan, maka paragraf
tersebut sudah menjadi paragraf yang baik dan benar, serta sudah memenuhi
syarat yang ketiga ini. Adapun salah satu ciri paragraf yang padu adalah
adanya hubungan makna yang logis dan saling berhubungan antara gagasan
utama dan gagasan penjelas. Dengan adanya kepaduan tersebut, maka
sebuah paragraf bisa dipahami secara baik dan logis bagi oleh para pembaca.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membentuk suatu kepaduan
dalam kalimat adalah dengan menggunakan konjungsi ke dalam paragraf.
Adapun jenis-jenis konjungsi yang dapat digunakan di dalam suatu kalimat
adalah konjungsi antarkalimat dan konjungsi intrakalimat. Konjungsi

108
kalimat merupakan konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan
kalimat lain yang ada di dalam paragraf. Sementara itu, konjungsi
intrakalimat merupakan konjungsi yang menghubungkan dua unsur yang ada
di dalam kalimat suatu paragraf.

DAFTAR PUSTAKA

Nurdjan, dkk. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Makassar:


Aksara Timur. ISBN 978-602-73433-6-8.

Suaedi (2015). Penulisan Ilmiah (PDF). Bogor: PT Penerbit IPB Press. ISBN
978
979-493-889-8.

Suladi (2014). Paragraf (PDF). Jakarta: Pusat Pembinaan, Badan


Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Suyanto dan Jihad, A. (2009). Betapa Mudah Menulis Karya Ilmiah (PDF).
Yogyakarta: Penerbit Eduka. ISBN 978-979-18882-64.

Wijayanti, dkk. (2015). Bahasa Indonesa: Penulisan dan Penyajian Karya


Ilmiah. Jakarta: Rajawali Pers. ISBN 978-979-769-782-2.

109
Merti Hajiru. (2014). Paragraf yang Baik. Diakses pada 09 Agustus 2022,
dari https://mahasiswa.ung.ac.id/291413013/home/2014/1/30/makalah-
bahasa indonesia-paragraf-yang-baik.html

BAB X
KUTIPAN DAN DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang
Daftar pustaka mungkin sudah pernah kita temukan ketika kita mulai belajar
pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah menengah. Sebagai pelajar,
pembuatan daftar pustaka biasanya diberikan oleh guru Bahasa Indonesia
sebagai sebuah tugas atau dalam sebuah ulangan. Dan pada tahap ini,
mungkin kita tidak begitu tahu akan pentingnya sebuah daftar pustaka. Baru
ketika kita mendapat tugas untuk menulis sebuah karya tulis kita akan sadar
betapa pentingnya sebuah pengetahuan akan daftar pustaka.
Dalam menyusun suatu karangan ilmiah, unsur yang tidak terlepas yaitu
sumber/bahan karya ilmiah itu didapat. Berbagai banyak sumber dalam
menyusun karangan ilmiah, selalu ada unsur dalam karangan tersebut, salah
satunya dikutip, dan sumber yang didapatpunharus dicantumkan sumber
menemukan data dengan menggunakan daftar pustaka dan catatan kaki.
Ada cara dan susunan dalam membuat kutipan, daftar pustaka dan catatan
kaki yang harus diketahui dalam membuat karangan ilmiah. Dan unsur ini
terkadang disepelekan oleh sebagian orang dalam menyusun karangan
ilmiah. Penulis pada kesempatan kali ini akan menjelaskan tentang kutipan,
daftar pustaka,dan catatan kaki, dimana terdapat membuaat/ mengambil
kutipan, daftar pustaka, dan catatan kaki yang benar. Dimana pembahasan
tersebut amatlah penting untuk menunjang mata kuliah Bahasa Indonesia.

110
B. PEMBAHASAN
2.1 Kutipan
2.1.1 Pengertian Kutipan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kutipan adalah pengambilalihan
satu kalimat atau lebih dari karya tulisan lain untuk tujuan ilustrasi atau
memperkokoh argumen dalam tulisan sendiri. Berdasarkan pengertian
kutipan di atas, penulis dapat menulis ulang terhadap bahan bacaan atau
pustaka yang telah dibaca. Bahan bacaan atau pustaka yang digunakan harus
dapat dipertanggungjawabkan dalam kegiatan menulis ulang tersebut.
Kegiatan menulis ulang dapat disebut juga sebagai kegiatan atau proses
reproduksi.
Hasil dari kegiatan ini dapat berupa ringkasan dan ikhtisar. Setelah kegiatan
reproduksi, penulis akan mendapatkan gambaran terhadap bacaanya dan
dapat memilih bahan bacaan yang digunakan dalam karya ilmiahnya sebagai
rujukan. Bahan-bahan yang dimasukkan dalam sebagai kutipan adalah bahan
yang tidak atau belum menjadi pengetahuan umum, hasil-hasil penelitian
terbaru dan pendapat-pendapat seseorang yang tidak atau belum menjadi
pendapat umum. Jadi, pendapat pribadi tidak perlu dimasukkan sebagai
kutipan. Dalam mengutip kita harus menyebutkan sumbernya. Hal itu
dimaksudkan sebagai pernyataan penghormatan kepada orang yang
pendapatnya dikutip dan sebagai pembuktian akan kebenaran kutipan
tersebut.
Pernyataan atau teori yang ditemukan dan diyakini oleh penulis dapat
dikutip untuk mendukung pendapat penulis dalam penyusunan karya ilmiah.
Dengan demikian definisi kutipan adalah suatu kegiatan menuliskan satu
kalimat atau lebih dari karya tulis lain yang dapat dipertanggungjawabkan
untuk tujuan memberikan ilustrasi atau memperkuat argumen penulis dalam
penyusunan karya ilmiahnya. (Cahyadi, 2019).

2.1.2 Fungsi Kutipan


Fungsi dari kutipan sendiri adalah sebagai bukti atau juga memperkuat
pendapat penulis. Bedanya dengan jiplakan, bedanya kalau jiplakan
mengambil pendapat orang lain tanpa atau dengan tidak menyebut
sumbernya sehingga dianggapnya pendapat dari dirinya /pemikirannya

111
sendiri. Biasanya kutipan tersebut digunakan untuk dapat mengemukakan
definisi atau juga pengertian istilah/konsep tertentu, menguraikan suatu
rumus ataupun juga formula serta juga mengemukakan pendirian/pendapat
seseorang. (Ibeng, 2019)
Fungsi dari Kutipan adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan pengutipan dapat menghindari pengutip dari kegiatan
plagiarisme;
2) Membantu pembaca yang ingin memahami lebih lanjut tentang ide
pengutip;
3) Sumber pengutipan yang digunakan dapat memberikan nilai terhadap
karya ilmiah yang sedang atau telah dibuat;
4) Pengutipan yang tepat akan mengamankan penulis pada ide orang lain
yang salah;
5) Menguatkan tulisan pengutip melalui kutipan yang dimuat dalam karya
ilmiah.

2.1.3 Jenis Kutipan


Penulis dapat mengutip tulisan dari sumber lain yang terkait dengan pokok
bahasannya dalam penulisan karya ilmiah. Pengutipan dari sumber lain
dapat diizinkan dalam penulisan karya ilmiah dengan cara yang jujur dan
bertanggung jawab untuk menghindari plagiarisme. Pengutipan tersebut
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara kutipan langsung dan
kutipan tidak langsung.
1) Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah mengutip kalimat tanpa mengubah dari sumber
aslinya, jadi disini yaitu sesuai atau persis dengan aslinya. Ciri-ciri kutipan:
Kutipan langsung terdiri dari 2 yaitu:
• Teks yang dikutip adalah teks asli tanpa pengurangan atau penambahan.
• Titik tiga spasi berarti ada kata kata asli yang dihilangkan.
• Menuliskan catatan kaki atau footnote sebagai penanda sumber referensi.
• Menggunakan penulisan APA atau American Psychological Association
bagi kutipan lebih dari 40 kata.
• Menggunakan penulisan MLA atau Modern Language Association bagi
kutipan yang melebihi empat baris.

112
Kutipan langsung terdiri dari 2 yaitu:
a) Kutipan Langsung Panjang (Block Quote)
Kutipan langsung panjang adalah kalimat yang dikutip lebih dari 40 kata.
Kutipan langsung panjang ditulis dalam paragraf tersendiri, dengan jarak 5
ketuk/spasi dari margin kiri, dan tetap dalam jarak 1,5 spasi (seperti teks).
Yang perlu diperhatikan dalam menulis kutipan langsung panjang adalah
format penulisannya. Berikut merupakan hal-hal yang perlu terapkan dalam
menulis kutipan langsung panjang:

• Spasi berbentuk spasi tunggal.


• Kutipan tidak disatukan ke dalam teks, melainkan ditulis secara terpisah.
• Penulisan kutipan tidak menggunakan tanda petik.
• Penulisan sumber kutipan hanya perlu menyebutkan nama pengarang,
tahun terbit, serta halaman jika diperlukan.
• Penulisan teks dibuat menjorok ke dalam.
Untuk memperjelas format penulisan kutipan langsung panjang, berikut
adalah contoh teks dari gaya penulisan terkait:
Informasi mengenai alam laut belum sebanyak informasi yang didapatkan di
alam daratan, karena betapa luasnya permukaan laut. Hal ini sesuai dengan
pernyataan sejumlah ahli (Austin, 1988; Prager dan Earle, 2000). Mereka
mengatakan:
Lautan merupakan habitat terbesar dunia yang di dalamnya masih tersimpan
banyak rahasia yang belum terungkap. Laut menutupi lebih dari dua per tiga
atau tujuh puluh persen permukaan bumi. Luas keseluruhan wilayah laut
yang menutupi bumi adalah 3,61 x 108 km2, dengan kedalaman rata-rata
3.800 m dan menyediakan sekitar 97 persen dari keseluruhan ruang
kehidupan di bumi.

b) Kutipan Langsung Pendek


Kutipan langsung pendek yaitu mengutip sumber bacaan sejumlah tidak
lebih dari 4 baris, kata yang dimasukkan dikutip menjadi bagian atau
kelanjutan tubuh tulisan tetapi bukan paragraf baru diikuti dengan tanda (“)
koma dua di bagian atas. Sumber kutipan diketik dekat dengan kalimat

113
kutipan tersebut. (Dhea, 201 Kutipan langsung pendek juga memiliki format
penulisannya tersendiri, yang berbeda dengan cara menulis kutipan langsung
panjang. Berikut penjelasan tata cara penulisan kutipan langsung pendek
yang bisa terapkan:
• Sumber kutipan disatukan atau berada sejajar dengan teks.
• Penulisan kutipan wajib menggunakan tanda petik.
• Penulisan sumber kutipan dapat diletakkan di awal maupun akhir tulisan.
Jika menulis sumber di awal kalimat, nama penulis diletakkan di luar tanda
kurung. Jika menulis sumber di akhir kalimat, nama penulis diletakkan di
dalam tanda kurung beserta tahun serta nomor halaman.

Di bawah ini merupakan contoh penulisan kutipan langsung pendek untuk


memperjelas cara penulisan jenis kutipan ini:
Kata teknologi bisa menjurus ke topik kesenian, sebagaimana penjelasan
dari Capra (2004), yaitu “teknologi merupakan salah satu pembahasan
sistematis seni terapan atau pertukangan. Hal ini lebih mengacu pada
literatur Yunani menyebutkan tentang Technologia yang berasal dari techne
kata, yang artinya wacana seni.”

2) Kutipan Tidak Langsung


Kutipan tidak langsung adalah suatu kutipan yang menyajikan gagasan
orang lain dengan cara menyatakan kembali gagasan tersebut dengan
kalimat atau gaya bahasa sendiri. Kalimat yang digunakan penulis berbeda
dengan gagasan orang lain yang terdapat dalam sumber aslinya dan memiliki
esensi yang sama. Contoh dari proses merangkum sumber kutipan, untuk
menulis kutipan tidak langsung.
Teks asli:
“Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh
mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas
pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal
ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.” (Shannon & Weaver, 1949).
Teks setelah dirangkum:

114
Shannon & Weaver (1949), berpendapat bahwa komunikasi adalah interaksi
manusia untuk mempengaruhi satu sama lain, menggunakan berbagai
medium dalam prosesnya.
Pengutipan tidak langsung merupakan hasil interpretasi pengutip yang
diperoleh setelah membaca bahan bacaan atau sumber rujukan. Hal yang
dikutip penulis merupakan esensi dari pendapat ahli atau teori baru yang
dapat menegaskan dan menguatkan pendapat penulis dalam karya ilmiahnya.
Pengutip harus mengukuti alur pikir penulis yang idenya akan dikutip.
Dalam pembuatan kutipan jenis ini, pengutip memerlukan keterampilan
dalam berbahasa, seperi merangkai kalimat yang baik dan efektif dengan
kata-katanya sendiri dan tetap mencerminkan bahwa ide yang dikutip
merupakan ide penulis aslinya. Dan adapun tata cara penulisan Kutipan
Tidak Langsung,
• Penulisan kutipan tidak langsung biasanya dinyatakan dengan menuliskan
nama penulis dari sumber aslinya dan tahun terbit sumber tersebut.
• Pengutip dapat menuliskan nomor halaman seperti penulisan pada kutipan
langsung.
• Penulis (pengutip) menyusun informasi berupa parafrase dalam mengutip
dengan kutipan tidak langsung.
• Parafrase merupakan kegiatan merumuskan kembali terkait pernyataan,
pendapat, atau ide orang lain dan menulisnya dengan kalimat sendiri.
Pembuatan parafrase memerlukan keterampilan dalam berbahasa dan
ketekunan. Ada dua syarat yang harus dipenuhi dalam membuat parafrase,
yaitu:
➢ Penulis atau pengutip harus mengikuti alur pikiran penulis asli dari
sumber atau bahan rujukan yang telah dibaca oleh pengutip, dan
➢ penulis harus memberikan tanda baca petik pada frasa atau kata yang
dikutip sama dengan sumber aslinya.
Pemberian tanda baca petik tersebut digunakan untuk menghindari dari
kegiatan plagiarisme. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam membuat
parafrase adalah menghindari dari kegiatan memindahkan kata atau frase
saja dan mengganti kata-kata dengan sinonimnya tanpa merubah susunan
kalimat seperti yang tertulis pada sumber aslinya. Jika kedua hal yang perlu

115
diperhatikan tersebut dilakukakan, maka tulisan yang dibuat kembali dapat
disebut dengan kegiatan plagiarisme.

2.1.4 Contoh Kutipan


Berikut contoh dari Kutipan Langsung dan Tidak Langsung:
1) Contoh Kutipan Langsung
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penulisan kutipan langsung
ditandai dengan tanda baca petik (“…”) dan bagian yang tidak dikutip diberi
tanda baca elips (…). Penulisan kutipan langsung dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu kutipan singkat dan kutipan panjang. Berikut ini merupakan
salah satu contoh penulisan kutipan pendek.
• Contoh Pertama Inam (1999:133) menyatakan bahwa “… bagi orang
Minangkabau merantau telah lama melembaga dan menjadi bagian dari
kehidupan sosial maupun pribadi mereka …”.
• Contoh Kedua “… bagi orang Minangkabau merantau telah lama
melembaga dan menjadi bagian dari kehidupan sosial maupun pribadi
mereka …” (Inam 1999:133).

• Dalam artikel Stranger Next Door? Indonesian and Australia in the Asian
Century, Lindsey mengatakan bahwa ‘’konflik yang terjadi antar Indonesia
dan Australia juga ketidaktahuan masyarakat Indonesia dan Australia
mengenai satu sama lain membuat hubungan antar kedua negara menjadi
semakin buruk’’.
• Diplomasi publik dilakukan oleh berbagai macam negara sebagai cara bagi
negara untuk berhubungan dengan aktor individu, sehingga terbuat
komunikasi secara government to people (Snow, 2009:6).
• Menurut Sukawarsini Djelantik, ‘’tujuan dari diplomasi adalah untuk
mencapai kepentingan nasional negara, sehingga diplomat akan saling tukar
menukar informasi secara terus menerus dengan negara lain atau rakyat di
negara lain ‘’(Djelantik, 2012: 14).
Berdasarkan contoh tersebut, pengutip dapat menuliskan kutipan langsung
dengan dua cara yang berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada penempatan
sumber atau rujukan yang digunakan. Penempatan sumber pengutipan
tersebut dapat diletakan di awal atau di akhir bagian yang dikutip dari

116
pendapat orang lain. Penulis dapat menuliskan sebagian kutipan yang sama
dengan sumber aslinya dengan cara menambahkan tanda baca elips (…).

2) Contoh Kutipan Tidak Langsung


• Seperti yang dijabarkan oleh Gorys Keraf (1983:3) bahwa argumentasi
pada dasarnya tulisan dengan tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca
agar percaya akan pendapat penulis bahkan mau melakukan apa
yangdikatakan penulis.
• Banyak definisi mengenai arti cinta menurut beberapa ahli. Menurut
Subroto (2008:16) mendefiniskan cinta merupakan suatu kehidupan.
Menurutnya kehidupan terbentuk dimulai dengan bercinta.
• Sejalan dengan pendapat tersebut, Keraf (1994: 7) menjelaskan bahwa
bahasa adalah suatu alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa
simmbol bunyi yang arbitrer, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
2.2 Daftar Pustaka
2.2.1 Pengertian Daftar Pustaka
Daftar pustaka adalah tulisan yang disusun dan terdapat di bagian akhir dari
karya tulisan. Daftar ini akan memuat nama penulis, judul tulisan, penerbit,
identitas penerbit, serta tahun terbit yang akan dijadikan rujukan ataupun
sumber dari tulisan yang dibuat. (Nanangri, 2019)
Definisi daftar pustaka atau bibliografi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah daftar yang mencantumkan judul buku, nama
pengarang, penerbit dan sebagainya yang ditempatkan pada bagian akhir
suatu karangan atau buku dan disusun berdasarkan abjad. Daftar sendiri
didefinisikan sebagai catatan sejumlah nama atau hal yang disusun berderet
dari atas ke bawah.
Menurut Gorys Keraf (1997 :213) yang dimaksud dengan daftar kepustakaan
atau bibliografi adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel-
artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian
dengan sebuah karangan yang tengah digarap. Melalui daftar pustaka yang
disertakan pada akhir tulisan, para pembaca dapat melihat kembali pada
sumber aslinya. Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad nama belakang
penulis pertama. Daftar pustaka ditulis dalam spasi tunggal. Antara satu

117
pustaka dan pustaka berikutnya diberi jarak satu setengah spasi. Baris
pertama rata kiri dan baris berikutnya menjorok ke dalam.
Karya tulis yang dimaksud di sini adalah karya tulis ilmiah, termasuk di
antaranya adalah buku, skripsi, artikel, makalah dan lain-lain. Menurut
kaidah penulisannya, jika kita mengambil kutipan dari sebuah sumber
bacaan tertentu sebanyak beberapa kalimat atau bahkan paragraf maupun
referensi lain dalam penulisan karya tulis tersebut, maka kita wajib
memberikan sumbernya. Jenis bacaan yang dijadikan sumber ini sendiri bisa
bermacam-macam, misalnya surat kabar, majalah, jurnal buletin, hasil
penelitian, ensiklopedi, terbita berkala dan lain-lain. Masing- masing sumber
bacaan itu tentu amat dekat dengan karya ilmiah yang dibuat. Pada karya
ilmiah, daftar pustaka akan diletakkan setelah isi karangan dan ditulis dalam
satu halaman tersendiri.
2.2.2 Fungsi Daftar Pustaka
Daftar pustaka ini mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
• Agar dapat menunjukan bahwa suatu tulisan dan informasi dalam karya
ilmiah bukanlah hasil dari pemikiran penulis sendiri melainkan dari hasil
pemikiran orang lain juga.
• Agar bisa memberikan sumber informasi yang ditulisnya agar nantinya bisa
ditelusuri oleh para pembaca jika ingin mengetahui informasi maupun teori
tersebut dengan lebih lengkap.
• Agar bisa menghargai maupun memberikan suatu penghargaan pada
penulis sumber informasi, sehingga karya ilmiah tersebut bisa terselesaikan.
(Pendidikan, 2019)

2.2.3 Jenis Daftar Pustaka


Meskipun jika dilihat sekilas, semua daftar pustaka terlihat sama. Namun,
sebenarnya daftar pustaka terdiri atas beberapa jenis. Berikut adalah
beberapa jenis daftar pustaka:
1) Berdasarkan Metode Harvard
• Nama penulis yang terdiri atas dua kata ditulis terbalik. Diantara dua kata
tersebut ditambahkan tanda koma (,). Misalnya: Dita Syafitri à Syafitri, Dita.

118
• Buku yang ditulis oleh dua penulis atau lebih, hanya penulis pertama saja
yang penulisan namanya dibalik, sedangkan penulis selanjutnya tidak.
Misalnya: Syafitri, D. dan Yuna.
• Tahun terbit buku ditulis sesudah nama penulis. Di antara nama penulis dan
tahun terbit ditambah. Misalnya: Syafitri, Dita. 2017.
• Judul buku ditulis setelah tahun terbit. Di antara tahun terbit dan judul
buku ditambahkan pula tanda titi terlebih dahulu (.). Misalnya: Syafitri, Dita.
2017. Teknik Penulisan Daftar Pustaka.
• Nama kota penerbit dan nama penerbit ditulis terakhir. Dan di antara nama
kota dan nama penerbit juga tidak lupa ditambahkan tanda titik dua (:).
Misalnya: Syafitri, Dita. 2017. Teknik Penulisan Daftar Pustaka. Banda
Aceh: Syiah Kuala University Press.
• Dan jika buku telah diterbitkan dalam beberapa edisi, maka keterangan
edisi tersebut ditambahkan sebelum nama kota atau setelah judul buku.
Misalnya: Syafitri, Dita. 2017. Teknik Penulisan Daftar Pustaka Edisi
Kedua. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press.
2) Daftar Pustaka Untuk Textbooks
• Penulis Perorangan Nama penulis (jika dua kata maka dibalik) - Tahun
terbit -Judul buku (dicetak miring atau digaris bawahi) - Tempat penerbit
(kota terbit) - Nama penerbit. Contohnya: Syafitri, Dita. 2017. Teknik
Penulisan Daftar Pustaka. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press.
• Buku yang ditulis oleh lembaga Nama lembaga - Tahun terbit - Judul buku
(dicetak miring atau digaris bawahi) - Kota/ tempat terbit - Nama penerbit.
Contohnya: Dinkes Aceh. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Aceh 2015.
Banda Aceh: Dinkes Aceh.
• Buku terjemahan Nama penulis (jika dua kata maka dibalik) - Tahun terbit
- Judul buku (dicetak miring atau digaris bawahi) - Penerjemah - Kota terbit
- Nama penerbit. 11 dengan tanda titik (.).Contohnya: Bryan, M. 1993. Up &
Running with PageMaker 4 (Bekerja dengan PageMaker 4). Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.

3) Daftar Pustaka Untuk Jurnal


Jika sumber yang dijadikan rujukan berasal dari jurnal maka urutan
penulisan yang harus diketahui ialah:

119
• Nama penulis (jika lebih dari dua kata maka dibalik) - Tahun terbit - Judul
artikel/jurnal - Nama jurnal (dicetak miring atau digaris bawahi) - Edisi (jika
ada) - Volume atau nomor terbit - Nomor halaman. Contohnya: Bennet, D.C.
2000. English Preposition: a Stratificational Approach. Journal of
Linguistics. 4(1): 153-172. Dan jika ada sumber yang berasal dari
jurnal/makalah yang disajikan dalam seminar/ konferensi/ symposium maka,
urutan penulisannya adalah sebagai berikut:
• Nama penulis (jika lebih dari dua kata maka dibalik) - Tahun terbit - Judul
makalah (ditulis dalam tanda petik) - Diikuti dengan pernyataan “Makalah
disajikan dalam….” Nama Pertemuan, lembaga penyelenggara, dan tanggal
serta bulan penyelenggaraan. Contohnya: Amin, Abdullah. 2006. “Panduan
Penulisan Proposal Penelitian Kualitatif”. Makalah disajikan dalam
Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah bagi Guru-guru se-Provinsi NAD,
Depdiknas Provinsi NAD, Banda Aceh, 12 s.d. 20 Juli.

4) Daftar Pustaka Untuk Makalah/Informasi dari Internet


Jika sumber yang dijadikan sebagai rujukan maka urutan yang perlu
diketahui ialah:
• Nama penulis - Tahun terbit - Judul karya tulis (dicetak miring jika dari
jurnal) dan diberi keterangan dalam kurung (Online) dan ditambahkan tanpa
petik dua (“ ”) jika bukan dari jurnal - Volume dan nomor (jika dari jurnal
online) - Alamat website/ URLL - Dan tanggal, bulan dan tahun mengakses.
Contohnya: Jurnal online Jusmadi. 2008. Pengembangan Bakat dan Minat.
Jurnal Bakat dan Minat, (Online), Vol. 5, No. 4, (http://www.jusmadi-bakat-
minat.blogspot.com, diakses 17 Februari 2017). (Teropong, 2017).

2.2.4 Contoh Daftar Pustaka


1) Contoh Daftar Pustaka yang sumbernya dari Buku (RomaDecade, 2019)
• Satu Orang Penulis
Mahendra, Rendra. 2010. Politik dan Ekonomi. Jakarta: Pustaka Barat.
• Dua atau Tiga Penulis
Ramadhan, Reza, Budiono dan Viona Putri. 2006. Dasar-dasar Mempelajari
Tenses Untuk Beginner 2. Bandung. Pustaka Indonesia.
• Tanpa Penulis

120
Depdiknas. 2010. Panduan Pengajaran Pendidikan Tingkat Sekolah
Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas.
• Buku Teks Terjemahan
Saputra, Robi (Penterjemah). 2011. Analisis Manajemen Produksi dan
Manajemen Pemasaran. Bandung: Intermedia
• Nama Penulis Sama, Judul Buku Yang Berbeda
Maharani, Riska. 2008. Dasar-dasar Akuntansi Keuangan Menengah Edisi 1.
Semarang: Media Akuntansi._. 2009. Dasar-dasar Akuntansi Keuangan
Menengah Edisi 2. Semarang: Media Akuntansi.
2) Contoh Daftar Pustaka yang sumbernya dari Jurnal
• Alwi Putra. 2015. Penerapan Pendidikan Karakter dan Pembelajaran
Akidah dan Akhlak. Jurnal Pendidikan Dasar Islam. 9(2): 15-17.
• Alya Maulia. 2010. Probabilitas Pasar Modal dan Perbankan di
Lingkungan Pedesaan. Jurnal Statistik. 11(2): 18-20.

3) Contoh Daftar Pustaka yang sumbernya dari Makalah


• Rafika Anjelina. 2010. Globalisasi dan Perkembangan Teknologi di Era
Modern. Makalah.
• Yulia Kurnia. 2011. Metode Manajemen Operasional yang Diterapkan di
Industri Besar. Makalah.
4) Contoh Daftar Pustaka yang sumbernya dari Internet
• Riko, Budi. 2016. Dampak Globalisasi di Indonesia
http://globalisasi.blogspot.com/2016/01/01-dampak-globalisasi-di-
Indonesia.html. (1 Januari 2015).
• Yusuf, Muhammad. 2018. Pendapatan Negara di Asia Tenggara.
http://ekonomiproject.blogspot.com/2018/02/02-negara-asia-tenggara.html.
(2 Februari 2018).
5) Contoh Daftar Pustaka yang sumbernya dari Skripsi/Tesis/Disertasi
• Maria, Ana. 2007. Pandangan Umum Terhadap Politik di Indonesia.
Skripsi. Depok: Universitas Indonesia. 13 Indonesia.
• Sari, Lilik. 2010. Implementasi Rekonsiliasi Bank Terhadap UKM di
Pontianak. Skripsi. Pontianak. Universitas Terbuka.
6) Contoh Daftar Pustaka yang sumbernya dari Koran

121
• Maharani, Tika. 2011.Model Busana Terkini 2011. Pontianak: Tribun. (12
Desember 2014)
• Kasuryo, Ihza. 2006. Banjirnya Pengguna Internet. Kompas, hlm 60-61.
7) Contoh Daftar Pustaka yang sumbernya dari Kamus atau Ensiklopedia
• Putra, Henri. 2000. Ilmu Geografi. Ensiklopedia Sejarah 200: 301-308
• Anggun, Wita. 2001. Ilmu Geofisika. Ensiklopedia Alam 400: 500-510
8) Contoh Daftar Pustaka yang sumbernya dari Majalah
• Sasmita. 2011. Mode Pakaian Yang Cocok Untuk Kuliah. Yogyakarta:
Majalah Femina (14 Januari 2011)
• Rini, Andini. Buat Masker Sendiri Dengan Bahan Utama Stoberi.
Jakarta:Majalah Femina. Hlm 45
9) Contoh Daftar Pustaka yang sumbernya dari Wawancara
• Rahayu, Risa. 2017. Kenangan Kemerdekaan. TVRI. Jakarta. 60 mins.
• Ayuni, Fera. 2010. Menyambut Hari Raya Idul Fitri. TVRI. Surabaya. 30
mins.

DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, A. B. (2019, Mei 07). Kutipan: Pengertian, Jenis, Fungsi, Contoh,
dan Cara Menulis. Diambil kembali dari Materi Bahasa Indonesia:
https://bahasa.foresteract.com/kutipan/
Dhea, F. (2019, November 05). Kutipan Langsung dan Tidak Langsung.
Diambil kembali dari Rumusrumus.com: https://rumusrumus.com/kutipan-
langsung-dan-tidaklangsung/#Kutipan_langsung
Ibeng, P. (2019, Oktober 14). Kutipan : Pengertian , Fungsi, Tujuan, Jenis,
Ciri, Contohnya. Diambil kembali dari Pendidikan.co.id:
https://pendidikan.co.id/kutipan-pengertian-fungsi-tujuanjenis-ciri-
contohnya/
Nanangri. (2019, Maret 07). Daftar Pustaka. Diambil kembali dari
JempolKaki: https://jempolkaki.com/daftar-pustaka/
Pendidikan, G. (2019, Januari 18). Daftar Pustaka : Pengertian, Fungsi,
Unsur, Syarat & Contohnya Lengkap. Diambil kembali dari Seputar Ilmu:
https://seputarilmu.com/2019/01/daftarpustaka.html#Fungsi_Daftar_Pustaka

122
RomaDecade, A. (2019, Februari 19). Contoh Daftar Pustaka. Diambil
kembali dari RomaDecade: https://www.romadecade.org/contoh-daftar-
pustaka/#!
Teropong, A. (2017, Oktober 17). Pengertian Daftar Pustaka, Unsur, Fungsi,
Klasifikasi, Jenis dan Cara Membuatnya. Diambil kembali dari Teropong:
https://forum.teropong.id/2017/10/17/pengertian-daftar-pustaka-unsur-
fungsi-klasifikasijenis-daftar-pustaka-dan-cara-membuatnya/
Paramita Dwitya. 2006. Bahasa Kuliah. Jakarta. PT.Macana Jaya
Tanjung S. 1988. Bunga Rampai. Jakarta: PT.Intan Pariwara
Putri, Dian,dkk .2011. Kutipan dan daftar pustaka. Makalah

BAB XI
PENYUSUNAN LATAR BEKALANG, RUMUSAN MASALAH,
TUJUAN PENELITIAN/ PENULISAN, MANFAAT PENELITIAN

A. Latar Belakang
Latar belakang masalah memuat penjelasan mengenai alasan-alasan
masalah yang dikemukakan dalam penelitian yang dianggap menarik,
penting dan perlu diteliti. Kedudukan masalah yang diteliti diuraikan juga
dalam lingkup permasalahan yang lebih luas. Keaslian penelitian
dikemukakan dengan menunjukkan secara tepat bahwa masalah yang
dihadapi belum pernah dipecahkan oleh peneliti terdahulu, atau
dinyatakan dengan tegas perbedaan antara penelitian yang dilakukan
penulis dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti
terdahulu.

123
Rumusan masalah dalam skripsi memuat masalah yang akan diteliti dan
dinyatakan dalam kalimat tanya. Rumusan masalah mengandung
parameter-parameter yang akan dipakai dalam penelitian serta variabel-
variabel yang akan digunakan.
Tujuan penelitian menyebutkan secara spesifik tujuan yang ingin dicapai
sesuai rumusan masalah yang ditetapkan. Tujuan penelitian ditulis
dalama kalimat pernyataan.
Manfaat penelitian menjelaskan luaran hasil penelitian bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peradaban dan
kesejahteraan umat manusia.

B. PEMBAHASAN

2.1.1 Pengertian latar Belakang


Latar belakang adalah sekumpulan ide atau gagasan yang menyebabkan
penelitiandilakukan, dan latar belakang tersebut sebaiknya disusun oleh
peneliti itu sendiri. Ingat,disusun oleh peneliti sendiri. Jadi bukan ide
yang disusun orang lain. Peneliti yang telahmenyusun latar belakang
dengan baik, diibaratkan dirinya telah menjalankan 50%proses
penelitian.Ide dan gagasan tersebut digali dari lokasi penelitian yang
telah ditentukan 1 atau daripopulasi yang telah ditetapkan peneliti.
Misalnya penelitian Anda akan dijalankan disebuah sekolah menengah
pertama swasta, maka masalah penelitian digali di lokasitersebut.
Bisakah masalah penelitian diambil dari masalah global dahulu baru ke
lokasipenelitian? Bisa saja selama memang di lokasi tersebut ada
masalah yang terkait.Misalnya berdasarkan data Riskesdas 2018 ada
kenaikan prevalensi penderita DM,maka Anda mencari lokasi penelitian
yang memang terdapat peningkatan kasus DM.Dalam latar belakang
terdapat dua jenis logika berfikir yaitu logika berfikir Deduktif danlogika
Sebab-Akibat. Selanjutnya akan saya jelaskan satu persatu.

A. Logika Deduktif

124
Dalam filsafat ilmu terdapat dua jenis cars berfikir yaitu Induktif
(menyimpulkan dari khusus ke umum); dan Deduktif (menyimpulkan
dari umum ke khusus).
Dalam penelitian kedua logika ini harus ada yaitu:
- Logika deduktif diterapkan dalam menyusun latar belakang penelitian
- Logika induktif diterapkan saat menyimpulkan hasil penelitian atau
membuat generalisasi terhadap populasi penelitian.
Logika deduktif dalam penyusunan latar belakang dituliskan dalam
kerangka“piramida terbalik”. Anda memotret masalah penelitian dari
mulai level global,regional, nasional, local, hingga ke lokasi penelitian.
Misalnya masalah cakupan ASI Eksklusif digambarkan mulai dari level
dunia, Asia, Asia Tenggara, Indonesia, Jakarta Barat, Kebun Jeruk,
hingga ke puskesmas Duri Kepa sebagai lokasi penelitian.

b. Logika Sebab-Akibat
Logika Sebab-Akibat mencerminkan bahwa secara nalar permasalahan
yang ada didunia ini seluruhnya memiliki pola hubungan antara
Penyebab-Masalah-Dampak.Jadi masalah yang ada di dunia ini pasti ada
penyebabnya, dan pasti memilikidampak bagi pihak lain. Dengan
demikian, latar belakang penelitian bukan hanyamenggambarkan
masalah saja, namun juga penyebabnya yang diduga apa dandampaknya
yang nyata apa.Terlihat bahwa dalam menentukan penyebab, peneliti
masih menduga-dugaberdasarkan pengamatan dan hasil penelitian orang
lain. Sehingga dari sinilahmuncul hipotesa penelitian. Sementara itu
berbeda dengan penyebab, dampak darimasalah penelitian harus yang
nyata (bukan duga-duga) berdasarkan data danfakta di lokasi
penelitian.Misalnya: Anda telah menetapkan masalah penelitian dan
disetujui oleh dosenuntuk meneliti tentang cakupan imunisasi di
puskesmas A. Maka selanjutnya Andamembuat dugaan-dugaan penyebab
dari rendahnya cakupan tersebut berdasarkanobservasi, wawancara
dengan PJ program dan hasil penelitian sebelumnya. LaluAnda juga
mencari dampak dari kurangnya cakupan imunisasi yang jelas-jelasnyata
(real) seperti angka kematian balita di puskesmas A, angka kasus
Campak,dan sebagainya.

125
2.1.2 Tujuan Latar Belakang
Penyusunan latar belakang penelitian yang dilakukan secara ketat, rigid,
seksama danakurat tersebut memiliki tujuan-tujuan yang memudahkan
peneliti dalam menjalankanpenelitian selanjutnya. Secara umum latar
belakang penelitian dapat dijadikan sebagaipeta jalan dan pedoman atau
penunjuk arah bagi peneliti dalam menjalankanpenelitiannya. Isi latar
belakang secara lengkap menggambar tiga komponen yaituPenyebab-
Masalah-Dampak, sehingga akan memberikan manfaat untuk:
1. Menentukan kerangka teori yang tepat – tempat. Peneliti dapat
mengeksplorasi teori-teoriyang bekaitan dengan masalah. Misalnya telah
ditetapkan bahwa masalahpenelitiannya adalah perilaku berkendara tidak
aman, maka peneliti diarahkanuntuk mengeksplorasi teori-teori yang
berkaitan dengan perilaku tidak amantersebut. Jangan sampai peneliti
masalah mengeksplor teori kecelakaan lalulintas.

2. Menentukan kerangka konsep dan variabel penelitian.Peneliti


dapatmenentukan variabel dependen (tergantung) dan variabel
independen (tidaktergantung) yang dibutuhkan dalam penelitian.

3. Mengarahkan definisi operasional4. Jika konsep masalah sudah jelas


makapeneliti dapat dengan mudah menentukan definisi dari variabel yang
dipilih, alatukurnya, cara ukurnya, hingga skala hasil ukurnya.

4. Menentukan hipotesa penelitian. Dari dugaan-dugaan penyebab yang


dituliskan dalam latar belakang, peneliti dapat menentukan hipotesis
penelitian yang harus diuji.

5. Menentukan lokasi dan waktu penelitian. Peneliti dapat mengestimasi


waktuyang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah atau menjawab
pertanyaanpenelitian.

126
6. Menentukan populasi dan sampel penelitian. Peneliti dapat
menentukanbesarnya populasi, besarnya sampel hingga teknik pemilihan
sampel.

7. Memberi arahan dalam penyusunan hasil, pembahasan penelitian,


penyusunankesimpulan hingga rekomendasi saran penelitian.

Melihat ketujuh tujuan tersebut, jelas terlihat bahwa latar belakang


penelitianmemegang peranan yang sangat sentral dalam kegiatan
penelitian. Itulah mengapalatar belakang harus disusun secara apik,
sistematik, dan jelas. Bagaimana caranya?

2.1.3 Menyusun latar belakang

Seperti halnya menyusun sebuah karya tulis, latar belakang penelitian


dibaut melaluibeberapa tahapan. Tahapan tersebut adalah persiapan,
penyusunan, danpenyuntingan/editing.
1. Tahap Persiapan
Latar belakang yang tersusun dengan baik dan rapih membutuhkan
persiapan yangmatang. Apa sajakah yang harus disiapkan?
a. Kerangka logika Penyebab-Masalah-Dampak. Peneliti sudah
mempersiapkanapa
yang menjadi masalah? Penyebabnya apa? dan bagaimana dampaknya
b. Laporan hasil penelitian terkini misalnya dari Riskesdas, SDKI, jurnal
hasilpenelitian dan sebagainya
c. Buku teks yang relevan dengan masalah penelitian
d. Dokumen lainnya yang relevan

2. Tahap PenyusunanUrutan penyusunan latar belakang mengikuti


kerangka Penyebab-Masalah-Dampak. Urutannya dimulai dari Masalah,
lalu Penyebab, akhirnya Dampak.Susunan urutan ini tidak ada
standarnya. Table berikut dapat menjadi pedoman.
3. Tahap Penyuntingan

127
Bila latar belakang telah selesai, maka sebelum melakukan diskusi
dengan dosenpembimbing maka sebaiknya dilakukan editing dari sisi
penulisan ejaan, tanda baca, kutipan, dan sebagainya. MIsalnya: Anda
bisa meminta bantuan teman yangsama-sama sedang menyusun skripsi
juga untuk melakukan peninjauan.

3.1 RUMUSAN MASALAH


3.1.1 Pengertian Rumusan Masalah
Rumusan masalah atau research questions atau disebut juga research
problem, memiliki arti sebuah rumusan yang menanyakan suatu kejadian
atau fenomena yang ada, baik itu kedudukannya mandiri, atau pun
kejadian atau fenomena yang saling berkaitan antara satu dengan yang
lainnya. Masalah yang dipilih haruslah menampilkan “researchable”,
dalam artian bahwa suatu masalah itu dapat diselidiki secara ilmiah.Baik
itu sebab atau akibat. Sampai pentingnya rumusan masalah ini pada
sebuah penelitian, hingga menjadikan rumusan masalah ini adalah
setengah dari penelitian itu sendiri.Perumusan masalah merupakan hal
utama yang ditentukan pada saat pertama kali akan dilakukan riset.
Suriasumantri (2003: 312) menyebutkan bahwa rumusan masalah
merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pernyataan-
pernyataan apa saja yang ingin kita cari jawabannya. Dapat dinyatakan
bahwa perumusan masalah merupakan pernyataan spesifik mengenai
ruang lingkup masalah yang akan diteliti. Rumusan masalah adalah
pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah sebuah hal atau kejadian yang
berbentuk kalimat tanya yang sederhana, singkat, padat, dan jelas.
Rumusan masalah mempertanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan
suatu penelitian, dimana nantinya jawaban dari pertanyaan ini lah yang
akan menjadi hasil penelitian itu.
3.1.2 Bentuk-Bentuk Rumusan Masalah

Ada beberapa bentuk masalah menurut para ahli, yaitu sebagai berikut :
1. Rumusan masalah Deskriptif

128
rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap
keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih
(variabel yang berdiri sendiri)
2. Rumusan Masalah Komparatif
rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu
variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada
waktu yang berbeda.
3. Rumusan Masalah Asosiatif
suatu rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan
antara dua variabel atau lebih.
a. Hubungan Simetris : suatu hubungan antara dua variabel atau lebih
yang kebetulan munculnya bersama.
b.Hubungan Kausal : hubungan yang bersifat sebab akibat. Variabel
independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependent
(variabel yang dipengaruhi).
c.Hubungan interaktif/reciprocal/timbal balik: hubungan yang saling
mempengaruhi.

3.1.3 Ciri-Ciri Rumusan Masalah

Di bawah ini adalah beberapa ciri-ciri atau karakteristik rumusan masalah


yang mana membedakan rumusan masalah dengan unsur lainnya di
dalam karya tulis ilmiah.
1. Rumusan masalah dibuat dalam bentuk kalimat tanya.
2. Rumusan masalah memiliki pertanyaan yang singkat, padat, dan jelas.
3. Rumusan masalah mengarah kepada cara berpikir terhadap topik yang
dibahas.
4. Rumusan masalah mengandung nilai penelitian.
5. Rumusan masalah diangkat sesuai dengan kemampuan peneliti.
6.Rumusan masalah mampu memberikan petunjuk dalam melakukan
kegiatan penelitian,sehingga peneliti dapat menemukan jawabannya.
3.1.4 Langkah-Langkah Membuat Rumusan Makalah yang Baik dan
Benar

129
Untuk dapat membuat rumusan masalah, tentu Anda harus mengetahui
bagaimana langkah-langkah dalam membuat rumusan masalah dengan
baik dan benar. Di bawah ini adalah panduan mengenai cara membuat
rumusan masalah yang baik dan benar.
1. Tentukan fokus penelitian
2. Cari berbagai kemungkinan faktor yang ada kaitan dengan focus
tersebut yang dalam hal ini dinamakan subfokus
3. Cari antara faktor – faktor yang terkait adakan pengkajian mana yang
sangat menarik untuk ditelaah, kemudian tetapkan mana yang dipilih.
4. Kaitkan secara logis faktor – faktor subfokus yang dipilih dengan
fokus penelitian.
5. Tulis paragraf pengantar sebelum pembaca sampai pada rumusan
masalah.
6. Tulislah dalam bentuk daftar pertanyaan agar lebih mudah membentuk
konsep.
7. Gunakan kalimat tanya yang relevan, seperti “apa”, “bagaimana”, dan
“mengapa”.
8. Buat pertanyaan yang spesifik dan akhiri dengan tanda tanya.
3.1.5 Contoh Rumusan Masalah
Untuk lebih memberi pemahaman jika Anda ingin membuat rumusan
masalah, maka di bawah ini merupakan contoh rumusan masalah dari
beberapa karya tulis ilmiah.
Latar Belakang Penelitian:
Diambil dari penelitian berjudul “Analisis Metafora Gramatikal dalam
Skripsi Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia” dari Universitas
Negeri Malang yang terbit tahun 2017, berikut adalah contoh rumusan
masalah dari penelitian tersebut.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu:
1.Bagaimanakah bentuk-bentuk metafora gramatika dalam skripsi
mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia?
2.Bagaimanakah pola pergeseran leksis dalam skripsi mahasiswa
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia?

130
3.Bagaimanakah kadar keilmiahan skripsi mahasiswa Program Studi
Bahasa dan Sastra Indonesia?
4.1 Tujuan penelitian / penulisan
4.1.1 pengertian Tujuan penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya
hasil dari sesuatu yang akan dicapai atau dituju dalam sebuah penelitian,
sehingga keterangan ini didapatkan setelah penelitian selesai, untuk
perumusan tujuan penelitian mengungkapkan keinginan peniliti untuk
mendapatkan jawaban atas permasalahan penelitian yang diajukan.
Oleh sebab itulah, rumusan tujuan harus relevan dengan identitas
masalah yang ditemukan, rumusan masalah dan mencerminkan proses
penelitian. Yang perlu diketahui juga dalam beberapa penelitian,
permasalahannya sangat sederhana terlihat bahwa tujuan penelitian
sepertinya adalah pengulangan dari rumusan masalah, hanya saja
rumusan masalah dinyatakan dengan pertanyaan, sedangkan tujuan
dituliskan dalam bentuk pernyataan yang biasanya diawali dengan kata
ingin mengetahui.
Pernyataan tujuan mengidentifikasi variabel, populasi dan pengaturan
untuk penelitian. Setiap penelitian memiliki pernyataan tujuan eksplisit
atau implisit. Tujuan penelitian harus dinyatakan secara objektif atau
dengan cara yang tidak mencerminkan bias atau nilai-nilai tertentu dari
peneliti.
Pengertian Tujuan Penelitian Menurut Para Ahli
Adapun definisi tujuan penelitian menurut para ahli, antara lain;
1. Beckingham (1974), Tujuan penelitian adalah pernyataan terkait
mengapa penelitian dilakukan. Sehingga tujuan dari suatu penelitian
mungkin untuk mengidentifikasi atau menggambarkan suatu konsep atau
untuk menjelaskan atau memprediksi situasi atau solusi untuk situasi
yang menunjukkan jenis studi yang akan dilakukan.
2. Locke, Spirduso, dan Silverman (2013) dalam Creswell (22016), Arti
tujuan penelitian ialah menunjukkanserangkaian pertanyaan tentang
mengapa Anda ingin melakukan penelitian dan apa yang ingin Anda
capai.
4.1.2 Ciri Tujuan Penelitian

131
Karakteristik adanya penulisan dalam tujuan penelitian. Yaitu;
1. Pembuatannya senantiasa sesuai dengan konteks rumusan masalah dan
sasaran penelitian
2. Dijadikan sebagai rujukan oleh penulis lainnya yang memiliki masalah
penelitian sama
3. Tujuan penelitian bisa dikatakan sebagai gagasan inti dari suatu
penelitian
4.1.3 Jenis Tujuan Penelitian
Berikut ini macam bentuk kepenulisan tujuan penelitian yang dibedakan
berdasarkan metode yang digunakan, antara lain:
a. Tujuan Penelitian Kualitatif
Tujuan penelitian kualitatif (qualitative purpose statement) pada
umumnya nencakup informasi tentang fenomena utama (central
phenomenon) yang diekplorasi dalam penelitian, partisipan penelitian,
dan lokasi penelitian. Tujuan penelitian kualitatif juga dapat menyatakan
desain atau rancangan penelitian yang dipilih. Tujuan tersebut harus
ditulis dalam istilah-istila “teknis” penelitian yang bersumber dari bahasa
penelitian kualitatif.
b. Tujuan Penelitian Kuantatif
Tujuan penelitian kuantitatif (quantitative purpose statement) sangat
berbeda dengan model kualitatif, baik dalam hal bahasa maupun
fokusnya dalam menguhubungkan atau membandingkan variabel-
variabel.
Tujuan penelitian kuantitatif mencakup variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian dan hubungan antarvaribel tersebut, para partisipan, dan
lokasi penelitian. Tujuan ini ditulis dengan bahasa yang berhubungan
dengan penelitian kuantitatif, dan juga mencakup pengujian deduktif atas
hubungan atau terori tertentu.
Tujuan penelitian kuantatif biasanya dimulai dengan mengidentifikasi
variabel-variabel utama dalam penelitian (bebas, intervening, atau
terikat) beserta model visualnya, lalu mencari dan menentukan
bagaimana variabel-variabel itu akan diukur dan diamati.
Pada akhirnya tujuan digunakannya variabel-variabel secara kuantitatif
adalah untuk menghubungkan variabel-variabel tersebut, seperti yang

132
biasa ditemukan dalam penelitian survei, atau untuk membandingkan
beberapa sampel atau kelompok tertentu kaitannya dengan hasil
penelitian, seperti yang dijumpai dalam kesperimen.
4.1.4 Cara Menuliskan Tujuan Penelitian
Penulisan tujuan penelitian memiliki cara yang berbeda-beda jika
mendasarkan pada ketiga jenis tujuan penelitian di atas:
a. Menuliskan tujuan penelitian kualitatif
Untuk menuliskan tujuan penelitian kualitatif, perlu memperhatikan
beberapa hal mendasar, seperti:
1. Gunakan kata-kata seperti tujuan, maksud, atau sasaran untuk
menandai tujuan penelitian yang Anda tulis. Tulisalah tujuan penelitian
ini dalam kalimat atau paragarf terpisah, dan gunakanlah bahasa-bahasa
penelitian, seperti “tujuan (maksud atau sasaran) penelitian ini
adalah…..”.
2. Fokuslah pada satu fenomena (atau konsep atau gagasan) utama.
Persempitlah penelitian Anda menjadi satu gagasan untuk dieskplorasi
atau dipahami.
3. Gunakan verba tindakan untuk menunjukkan bahwa ada proses
learning dalam penelitian Anda. Verba atau frasa tindakan, seperti
memahami, mengembangkan, meneliti makna, atau menemukan, akan
membuat penelitian Anda terbuka atas kemungkinan lain dan
memunculkan suatu rancangan.
4. Gunakan kata atau frasa yang netral-bahasa tidak langsung-seperti,
daripada menggunakan kata “pengalaman sukses individu”, lebih baik
memakai kata “pengalaman individu”. Jangan terlalu sering
menggunakan frasa problematis, seperti berguna, positif, dan informatif
(kata yang seolah-olah memiliki makna yang bisa saja terjadi atau tidak).
5. sajikan definisi kerja umum mengenai fenomena atau gagasan utama,
khusunya jika fenomena tersebut merupakan istilah yang tidak dipahami
oleh pembaca luas.
6. Gunakan kata-kata yang menunjukka strategi penelitian untuk
digunakan dalam pengumpulan data, analisis data, dan proses penelitian.
Seperti, apakah penelitian tersebut menggunakan teori etnografi,

133
grounded theory, studu kasus, teori fenomenologi, pendekatan naratif,
atau strategi lainnya.
7. Jelaskan partisipan yang terlibat dalam penelitian, seperti apakah
pasrtisipan penelitian Anda terdiri dari satu atau lebih individu, atau
sekelompok orang, atau suatu organisasi.
8. Tunjukkan lokasi dilakukannya penelitian. Gambarkan tempat ini
secara detai sehingga pembaca benar-benar mengetahui dimana
penelitian dilakukan.
9. Gunakan beberapa bahasa yang membatasi ruang lingkup partisipan
atau lokasi penelitian. Misalnya penelitian bisa saja terfokus pada
penelitian saja.

b. Menuliskan tujuan penelitian kuantitatif


Untuk menuliskan tujuan penelitian kuantitatif, perlu memperhatikan
beberapa hal mendasar, seperti:

1. Gunakan kata-kata seperti tujuan, maksud, atau sasaran untuk


menandai tujuan penelitian yang Anda tulis. Tulisalah tujuan penelitian
ini dalam kalimat atau paragarf terpisah, dan gunakanlah bahasa-bahasa
penelitian, seperti “tujuan (maksud atau sasaran) penelitian ini adalah..”.
2. Tunjukkan teori, model, atau kerangka konseptual yang Anda gunakan.
3. Tunjukkan variabel bebas dan variabel terikat, serta variabel-variabel
lain seperti mediate, moderate, atau control, yang digunakan dalam
penelitian.
4. Gunakan kata-kata yang dapat menghubungkan variabel bebas dan
terikat untuk menunjukkan bahwa kedua jenis variabel ini benar-benar
saling berhubungan, misalnya “ hubungan antara” dua atau lebih
variabel, atau “perbandigan antara” dua tau lebih kelompok.
5. Tempatkan dan susunlah variabel-variabel ini dari kiri ke kanan,
dengan variabel bebas (di bagian kiri) yang diikuti oleh variabel terikat
(.di bagian kanan). Letakkan variabel-variabel intervening diantara
variabel bebas dan terikat.
6. Sebutkan jenis strategi penelitian (seperti riset survei atau eksperimen)
yang digunakan dalam penelitian.

134
7. Tunjukkan secara jelas partisipan (atau unit analisa) dan lokasi
penelitian tersebut.
8. Definisikan secara umum masing-maisng varibel kunci, misalnya
dengan menggunakan definsi-definsi yang sudah diterima secara umum
dari literatur-literatur.
c. Menuliskan tujuan penelitian metode campuran
Isi dari tujuan penelitian metode campuran, perlu memperhatikan
beberapa hal mendasar, seperti:

1. Mulailah dengan menulis kata-kata yang menunjukkan secara jelas


tujuan penelitian yang akan dijabarkan, misalnya “Tujuan..” atau
“Maksud…”
2. Jelaskan tujuan penelitian dari odeperspektif konten. Misalnya
“Tujuannya adalah untuk mempelajari efektivitas organisasi”. Dengan
cara ini, pembaca akan memiliki sejenis “jangkar” untuk memahami
keseluruhan maksud penelitian tersebut terlebih dahulu sebelum peneliti
membagi penelitiannya ke dalam kualitataif atau kuantitatif.
3. Tunjukkan jenis rancangan metode campuran yang digunakan, apakah
eksploratori sekueunsial, embedded sekuensial, transformasional,
multiphase, dan lain-lain.
4. Jelaskan rasionalisasi/alasan dikombinasikannya data kualitatif dan
kuantitatif.
5. Untuk menggabungkan alasan-alasan tersebut menjadi rancangan yang
lebih besar, misalnya untuk membingkainya dalam paradigma keadilan
sosial bagi suatu kelompok termarginalisasi (rancangan transformatif),
untuk menghubungkannya dengan tujuan tunggal menyeluruh dalam
program penelitian longitudinal dan multifase (rancangan multifase).

4.1.5 Contoh Tujuan Penelitian


Adapun untuk contoh adanya penulisan dalam tujuan penelitian.
Misalnya saja;
a. Penelitian Kualitatif
Misalnya untuk pembuatannya sebagai berikut;
- Tujuan Penelitian Kualitatif

135
1. Mengetahui kemungkinan adanya latar belakang pengangguran yang
menyebabkan kriminalitas
2. Untuk mengetahui kemungkinan adanya latar belakang wilayah yang
menyebabkan tingginya angka kriminalitas
b. Penelitian Kuantitatif
Pembuatannya sebagai berikut;
- Tujuan Penelitian Kuantitatif
1. Mengetahui perbandingan hasil belajar Fisika antara siswa antara
siswa di Kecamatan Sukamaju dan Kecamatan Sukamenanti
2. Mengetahui tingkat motivasi siswa belajar Fisika di Kecamatan
Sukamaju dan Kecamatan Sukamenanti.
5.1 Manfaat penelitian
5.1.1 pengertian Manfaat Penelitian
Banyak yang memahami bahwa manfaat penelitian biasanya disusun
dengan panjang lebar, sama halnya seperti menyusun latar belakang
masalah. Akan tetapi ternyata manfaat penelitian tidak sepanjang latar
belakang masalah, akan tetapi juga tidak lebih pendek dari rumusan
masalah.
Biasanya, manfaat penelitian ini diisi dengan teliti oleh peneliti karena
berhubungan dengan keluaran penelitian di dalam karya tulis ilmiah yang
dikerjakan tersebut. Di dalam sebuah karya tulis ilmiah, wajib
menuliskan manfaat penelitian karena merupakan salah satu ketentuan
struktur penulisan karya tulis ilmiah.
Pengertian manfaat penelitian secara umum merupakan serangkaian atau
kumpulan kegunaan hasil penelitian, baik bagi kepentingan untuk
pengembangan program maupun kepentingan ilmu pengetahuan yang
dianggap penting untuk dilakukan. Tujuan utama dari dibuatnya manfaat
penelitian ini adalah untuk menginformasikan tindakan.
Selain itu, manfaat penelitian juga dibuat untuk membuktikan landasan
teori yang sudah disusun di dalam karya tulis ilmiah sehingga manfaat
penelitian tersebut dapat berkontribusi dalam mengembangkan
pengetahuan di suatu bidang atau studi tertentu.
Setelah mengetahui manfaat penelitian secara umum, Anda juga harus
mengetahui bahwa para ahli memiliki pandangan masing-masing

136
mengenai pengertian dari manfaat penelitian. Berikut adalah pengertian
manfaat penelitian menurut para ahli.
1. Nazir
Menurut Nazir, manfaat penelitian adalah untuk menyelidiki keadaan,
alasan, dan konsekuensi terhadap suatu keadaan khusus. Manfaat
penelitian juga diberikan untuk meningkatkan pemahaman pembaca.

2. Sugiyono (2011)
Sugiyono mengungkapkan pendapatnya bahwa manfaat penelitian adalah
jawaban atas tujuan penelitian yang dibahas dalam hasil penelitian, guna
mendapatkan sistem pengetahuan dalam memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah yang sudah dirumuskan di dalam topik
penelitian.
Dari pengertian yang dijelaskan di atas, maka perlu diketahui bahwa
penulisan atau pembuatan manfaat penelitian ini adalah penting dan
harus ditulis dengan sebaik-baiknya, dan diuraikan secara terperinci
mengenai manfaat dan juga gunanya penelitian tersebut dilakukan dan
juga hasil penelitiannya didapatkan.
Artinya, informasi yang terdapat di dalam karya tulis ilmiah tersebut
harus benar-benar ditulis dan bisa didapatkan oleh pembaca dan manfaat
penelitian tersebut benar-benar memiliki kontribusi, baik untuk pribadi
maupun di bidang atau studi tertentu.
5.1.2 Tujuan Manfaat Penelitian
Mengingat manfaat penelitian ini adalah unsur penting yang harus ada di
dalam bagian pendahuluan di dalam karya tulis ilmiah, maka manfaat
penelitian ini pasti memiliki tujuan tersendiri. Pada dasarnya, manfaat
penelitian ini memiliki tujuan untuk menjelaskan dan menekankan secara
jelas mengenai adanya potensi dari hasil penelitian.
Akan tetapi, ada beberapa tujuan dari manfaat penelitian secara lebih
spesifik lagi yaitu sebagai berikut.
1. Menginspirasi Penelitian Lebih Lanjut
Tujuan manfaat penelitian yang pertama yaitu manfaat penelitian tersebut
mampu menginspirasi penelitian lebih lanjut. Artinya, penelitian
selanjutnya yang akan dilakukan nanti bisa menggunakan topik serupa

137
dengan mencari topik pengembangan baru atau bahkan mencari celah
dari penelitian sebelumnya.
Dari situlah, penelitian lanjutan nanti dapat dikembnagkan ke penelitian
yang lebih baik dan lebih sempurna dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya.
2. Dijadikan Komponen untuk Penelitian Selanjutnya
Selain dapat menginspirasi untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut,
adanya manfaat penelitian ini bisa digunakan sebagai komponen untuk
penelitian selanjutnya. Komponen tersebut dapat diambil dari penelitian
sebelumnya, misalnya mulai dari kasus, metode penelitian, variabel
penelitian, dan lain sebagainya

3. Menjadi Pertimbangan
Manfaat penelitian biasanya berisi mengenai kegunaan atau fungsi dari
karya tulis ilmiah yang ditulis. Sehingga data atau informasi di dalam
manfaat penelitian tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
berbagai hal. Misalnya untuk membuat kebijakan pemerintah, membuat
aturan, melakukan studi, dan lain sebagainya.
5.1.3 Fungsi Manfaat Penelitian
Selain memiliki tujuan, manfaat penelitian juga memiliki fungsi sebagai
berikut.
1. Memfasilitasi Pembelajaran
Manfaat penelitian ini dapat digunakan sebagai alat untuk membangun
suatu ilmu atau pengetahuan. Artinya, penulis karya tulis ilmiah dapat
berperan menyediakan fasilitas pembelajaran atau memberi fasilitas
pembelajaran ketika menulis manfaat penelitian yang valid dan juga
sesuai dengan informasi yang ada di dalam karya tulis ilmiah tersebut.
2. Memahami Masalah
Adanya manfaat penelitian ini juga dapat membantu masyarakat atau
responden untuk menyelesaikan dan bahkan memahami berbagai
masalah yang ada di dalam penelitian yang terdapat di dalam karya
ilmiah. Lebih lanjut, dengan situasi bahwa masyarakat memahami
masalah, maka masyarakat juga mampu meningkatkan kesadarannya
terhadap suatu masalah dan pemecahan masalah.

138
3. Alat Pembukti Kebohongan atau Mendukung Kebenaran
Pastinya penelitian dibuat untuk menyelesaikan sebuah masalah yang
terjadi di lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu, dengan adanya manfaat
masalah, maka penulis dapat membuat manfaat penelitian tersebut
berfungsi untuk membuktikan adanya kebohongan atau kesalahan di
dalam masalah tersebut jika memang masalah yang terjadi salah.
Atau sebaliknya, manfaat penelitian ini juga dapat digunakan sebagai alat
untuk mendukung dan membuktikan adanya kebenaran dalam
penyelesaian masalah.
4. Menemukan, Mengukur, dan Merebut Peluang
Manfaat penelitian juga memiliki fungsi untuk menemukan masalah atau
data, mengukur sejauh mana dan sebesar mana masalah tersebut, dan
bahkan mampu merebut peluang yang ada di dalam suatu masalah.
Sehingga akan didapatkan data yang valid dan informasi yang sebenar-
benarnya sehingga mampu disampaikan ke masyarakat atau pembaca.
5. Benih Informasi Berharga
Fungsi dari manfaat penelitian adalah juga dapat digunakan sebagai
benih informasi yang berharga dalam masyarakat. Artinya, manfaat
penelitian ini mampu menjadi benih atau modal untuk masyarakat lebih
suka membaca, lebih suka menulis, dan bahkan lebih suka menganalisis
suatu masalah ke arah yang positif.
6. Latihan Berpikir
Karena manfaat penelitian ini harus disusun sesuai dengan bagaimana
hasil atau temuan yang dilakukan di dalam penelitian, maka manfaat
penelitian ini bisa dijadikan sebagai alat atau wadah untuk masyarakat
latihan berpikir menemukan masalah hingga memecahkan masalah.
5.1.4 Karakteristik Manfaat Penelitian
Dalam menulis atau membuat manfaat penelitian di dalam karya tulis
ilmiah, Anda harus memenuhi beberapa karakteristik manfaat penelitian.
Berikut merupakan karakteristik umum dari penelitian.
1. Analitis
Tak hanya di dalam penelitian, dalam hal penulisan manfaat penelitian
saja Anda sebagai peneliti harus membuat atau menulis dengan analitis,

139
berdasarkan dengan data atau informasi yang terdapat di dalam penelitian
atau karya tulis ilmiah tersebut.
2. Bersifat Sistematis dan Logis
Selain analitis, manfaat penelitian juga harus disusun secara sistematis
dan logis, sehingga mudah dipahami dan benar-benar mampu didapatkan
dan bermanfaat bagi pembaca atau target di dalam penelitian tersebut.
Anda harus memenuhi struktur melalui prosedur atau langkah yang
berurutan.
Selain itu, tata bahasanya juga harus ditulis secara logis atau masuk akal
dan tidak memanipulasi data dan lain sebagainya di dalam penulisan
manfaat penelitian.
3. Bersifat Ilmiah
Manfaat penelitian juga harus disusun dengan penuh
pertanggungjawabkan. Artinya, peneliti harus mampu
mempertanggungjawabkan validitas atau kebenaran yang tercantum di
dalam manfaat penelitian tersebut. Sehingga peneliti harus menyajikan
berbagai data atau informasi secara fakta atau sesuai dengan fakta pada
datanya.

4. Efisien dan Bermanfaat


Jangan hanya menulis untuk melengkapi unsur di dalam pendahuluan
saja, manfaat penelitian harus benar-benar disusun seefisien mungkin
sehingga dapat dipahami banyak orang dan juga benar-benar bermanfaat
serta memiliki kontribusi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan juga secara praktis.
Dengan demikian, penulisan manfaat penelitian tidak akan sia-sia dan
sesuai dengan fungsi dari manfaat penelitian itu sendiri.
5.1.5 Jenis Manfaat Penelitian
Dalam penulisan manfaat penelitian di dalam karya tulis ilmiah, biasanya
ada 2 jenis manfaat penelitian yang akan ditulis berdasarkan bagaimana
penggunaannya. Menurut Soekidjo (2010), berikut ini adalah dua jenis
manfaat penelitian yang harus dicantumkan di dalam penelitian atau di
dalam karya tulis ilmiah.
1. Manfaat Teoretis

140
Manfaat penelitian secara teoretis artinya manfaat penelitian yang
memiliki tujuan dalam hal akademis atau untuk pengembangan ilmu.
Artinya, manfaat penelitian secara teoretis ini berguna untuk dapat
mengembangkan berbagai ilmu yang telah diteliti dari segi teoretis.
Di dalam manfaat penelitian teoretis ini juga biasanya menggunakan teori
yang diolah berdasarkan penelitian atau penulis sebelumnya yang sudah
pernah menulis penelitian yang serupa atau relevan. Manfaat penelitian
secara teoretis ini memiliki fungsi yaitu menjelaskan apabila ada teori
yang digunakan masih relevan untuk penelitian penulis dan relevan
secara umum, atau bahkan tidak relevan sama sekali.
Sehingga manfaat teoretis ini menjadi data penting untuk memperkuat
atau justru menggugurkan teori yang didapatkan atau digunakan di dalam
penyelesaian masalah pada penulisan karya tulis ilmiah dan untuk
mengetahui hasil penelitian tersebut.
2. Manfaat Praktis
Jenis manfaat penelitian yang harus ada juga di dalam manfaat penelitian
adalah manfaat praktis. Manfaat praktis ini ditulis berdasarkan
bagaimana masalah yang ada di dalam sebuah penelitian tersebut ingin
diselesaikan atau dipecahkan.
Artinya, manfaat praktis ini berisi mengenai penjelasan manfaat yang
berguna untuk memecahkan masalah yang ada di dalam penelitian
tersebut secara praktis. Tentu saja manfaat penelitian secara praktis ini
dapat diarahkan kepada lebih dari satu subjek di dalam sebuah penelitian.
Misalnya manfaat praktis untuk mahasiswa yang mengerjakan skripsi
atau tesis serupa, civitas akademia yang sedang melakukan penelitian
yang sama, dan lain sebagainya. Dengan menggunakan atau berpedoman
terhadap manfaat penelitian secara praktis ini, maka subjeknya dapat
disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
5.1.6 Contoh-contoh Manfaat Penelitian
Setelah memahami dan mengetahui berbagai hal mengenai manfaat
penelitian, mulai dari pengertian manfaat penelitian, bagaimana tujuan
dan juga fungsi dari manfaat penelitian, bagaimana karakteristik manfaat
penelitian, dan apa saja jenis manfaat penelitian, selanjutnya Anda harus
memperhatikan beberapa contoh manfaat penelitian di bawah ini.

141
1. Contoh 1
Contoh pertama ini diambil dari penelitian berjudul “Analisis Metafora
Gramatikal dalam Skripsi Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia”
dari Universitas Negeri Malang yang terbit tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu manfaat
teoretis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretisnya adalah untuk mengembangkan dan menambah
wawasan tentang bahasa khusunya mengenai metafora gramatika bagi
mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia serta pembaca pada
umumnya.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian diharapkan mampu memberikan motivasi dan konstruksi
bagi para mahasiswa pada umumnya dan khususnya bagi para mahasiswa
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia agar dalam proses penyusunan
karya ilmiah, utamanya pada pembuatan skripsi dapat banyak
memanfaatkan metafora gramatikal guna pemadatan informasi agar
informasi-informasi yang ingin disampaikan dalam skripsi tersebut dapat
tersampaikan dengan baik.
b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan bagi
peneliti selanjutnya dalam penelitiannya mengenai metafora gramatika.
2. Contoh 2
Contoh kedua diambil dari skripsi karya Ahmad Addib Qonumi dari
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim dengan judul
“Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Kemandirian dan
Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 1 di MAN 1 Bojonegoro”.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Melalui penelitian ini, peneliti dapat mengaplikasikan teori yang telah
diperoleh dan diharapkan dapat memberikan informasi tentang adanya

142
pengaruh kondisi sosial ekonomi orang tua terhadap kemandirian dan
prestasi belajar siswa.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang
pengaruh kondisi sosial ekonomi orang tua terhadap kemandirian dan
prestasi belajar siswa, sehingga orang tua bisa menyesuaikan kembali
dalam membimbing, mengarahkan, menyediakan sarana belajar, dan
menciptakan lingkungan belajar yang baik untuk anak agar dapat
mencapai prestasi belajar yang sempurna.
3. Contoh 3
Contoh ketiga diambil dari skripsi karya Cynthia Paramitha Trisnanda
dari Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul “Interferensi
Dalam Teks Hasil Produksi Cerpen Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia
di Kelas XII SMA Negeri 1 Karanganyar”.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi sumbangan untuk membantu
menjelaskan aspek bahasa yang tidak dapat dikaji melalui deskripsi
sintaksis, fonologi, morfologi, dan semantik. Selain itu, hasil penelitian
ini dapat memperkaya khazanah ilmu bahasa khususnya bidang
sosiolinguistik dan penerapannya terhadap proses pembelajaran siswa
kelas XII SMA.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
Linguistik terutama kajian Sosiolinguistik perihal interferensi.
Interferensi yang dikaji adalah interferensi bahasa Indonesia.
Penelitian ini mengambil lingkungan pendidikan sebagai objek kajian
khususnya siswa kelas XII SMA dalam proses pembelajaran bahasa
Indonesia. Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan teori untuk memperluas pengetahuan siswa tentang
interferensi.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan
pengetahuan pada siswa kelas XII yang sedang mengalami proses
pembelajaran bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini juga diharapkan

143
bermanfaat untuk orang-orang yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan.

Mereka diharapkan dapat lebih memahami secara mendalam


pengetahuan tentang kebahasaan terutama interferensi dan pada akhirnya
dapat menerapkan bahasa tersebut dengan baik dan benar, sesuai dengan
situasi, tempat dan dengan siapa penutur berkomunikasi.
Dalam membuat atau menciptakan sebuah karya tulis ilmiah, tentu harus
penulisannya harus memuat berbagai unsur pada karya tulis ilmiah secara
lengkap. Mulai dari judul, pendahuluan, pembahasan, hingga penutup. Di
dalam unsur tersebut kembali dirinci berbagai unsur atau sub-bab lainnya
yang juga wajib ada dan tercantum di dalam karya tulis ilmiah.
Di dalam pendahuluan, memuat unsur latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, batasan penelitian, dan juga manfaat penelitian. Artikel
kali ini Anda akan mempelajari mengenai manfaat penelitian yang wajib
dimuat di bagian pendahuluan. Manfaat penelitian ini biasanya memberi
jawaban atau memecahkan masalah yang terjadi selama penelitian.
Lalu apa pengertian manfaat penelitian, bagaimana fungsi dari manfaat
penelitian, bagaimana karakteristik manfaat penelitian, apa saja jenis
manfaat penelitian, dan bagaimana contoh manfaat penelitian dari
berbagai karya tulis ilmiah yang pernah ada. Di bawah ini akan
dijelaskan secara mendetail mengenai manfaat penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Hayat Rina (13 april 2022) pengertian tujuan penelitian,jenis,cara


menulis ,dan contohnya.
https://penelitianilmiah.com/tujuan-penelitian/

144
Heryana Ade (2019)menyusun Latar Belakang Penelitian
https://www.academia.edu/40423222/
Menyusun_Latar_Belakang_Penelitian\

Salma (8 April 2022 ) Manfaat


penelitian,pengertian,karakteristik,fungsi,dan contoh
https://penerbitdeepublish.com/manfaat-penelitian/

Suriasumantri(2003:312) Rumusan masalah


https://raharja.ac.id/2020/10/17/rumusan-masalah/

Penulis
Syifa Zakirah
D – III Kelas A Tingkat 1 Angkatan 2023, Teknologi Llaboratorium Medis, Poltekkes Kemenkes
Makassar
ISBN : -

145
Editor : Syifa Zakirah
Penyunting : Syifa Zakirah
Desain Sampul dan Tata Letak : Syifa Zakirah

Penerbit:
Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar
Jl. Wijaya Kusuma Raya No.46 Banta- Bantaeng,
Makassar 90222
Telp (0411) 869826
Fax (0411) 841862
Email : info@poltekkes-mks.ac.id

Distributor Tunggal:
Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar
Hak Cipta Dilindungi Undang – Undang
Dilarang Memperbanyak Karya Tulisan dalam Bentuk dan dengan Cara Apapun
Tanpa Izin Tertulis Dan Penerbit

146

Anda mungkin juga menyukai