DISUSUN OLEH :
DOSEN PEMBINA
SUJIANTO, S.Pd.,MM
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat
dan kesehatan yang diberikan kepada penulis akhirnya makalah Pandangan
Mahasiswa Indonesia Terkait Kedudukan dan Fungsi Bahasa telah selesai sebagai
syarat terpenuhinya tugas Bahasa Indonesia. Penulis menyusun makalah ini bersama
dengan kelompok kami dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki, serta data informasi
yang sesuai, dan bertujuan untuk mengetahui pemahaman lebih dalam Pandangan
Mahasiswa Indonesia Terkait Kedudukan dan Fungsi Bahasa.
Pertama penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bimbingan serta ilmu
ajaran-ajaran yang diberikan oleh guru pemegang mata kuliah Bahasa Indonesia yaitu
kepada Bapak Sujianto S.Pd.,MM sebagai pengajar di Institut Teknologi Nasional
Malang. Kedua penulis mengucapkan terima kasih juga kepada Winaraya Lingga Pati
Pranata, Ribka Gumelaringtyas, Fildan Nurdiansyah, dan Abdul Chakim telah
membantu dan memberi semangat dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan sebagai bentuk pemahaman untuk materi kedudukan dan fungsi bahasa.
Terakhir penulis mengetahui bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, bahkan
jauh dari kata sempurna untuk itu mohon maaf dan apabila terdapat kritik, serta saran
pembangun akan penulis terima dengan sangat terbuka.
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4
I. Latar belakang..................................................................................................4
III. Tujuan............................................................................................................5
IV. Manfaat..........................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................6
A. Pengertian bahasa.............................................................................................6
E. Fungsi bahasa..................................................................................................16
F. Dokumentasi kelompok..................................................................................18
I. Kesimpulan......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................19
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar belakang
Kehidupan sehari-hari Bahasa tidak pernah terlepas hakikatnya dengan
manusia karena pada dasarnya manusia akan kesulitan tanpa Bahasa dan sangat
tidak mungkin jika manusia menggunakan Bahasa peraga atau bahasa olah
tubuh untuk dapat memahami suatu maksud yang disampaikan di kehdiupan
modern saat ini. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa berdiri sendiri dan
membutuhkan manusia lainnya, dalam hal ini komunikasi antar manusia
sangatlah penting. Bahasa penting untuk berinteraksi daan bersosialisasi dengan
manusia lainnya karena bahasa merupakan sarana komunikasi yang digunakan
untuk menyampaikan maksud, ide, pikiran, maupun perasaannya kepada orang
lain. Sebaliknya, tanpa bahasa tentu akan menyulitkan sesorang untuk
menyampaikan apa yang menjadi keinginan maupun harapannya.
III. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan bahasa
2. Untuk mengetahui pendapat yang dikemukakan para ahli tentang bahasa
3. Untuk mengetahui siapa saja yang harus berkontribusi dalam penggunaan
Bahasa Indonesia
4. Untuk mengetahui kedudukan Bahasa Indonesia
5. Untuk mengetahui macam-macam fungsi Bahasa Indonesia
IV. Manfaat
1. Sebagai bekal ilmu kepada para pembaca makalah ini untuk dapat mengerti
tentang bahasa.
2. Sebagai media informasi untuk memberitahukan pendapat yang dikemukakan
para ahli terkait bahasa.
3. Sebagai media pengajaran, bahwa Bahasa Indonesia harus digunakan sebagai
bahasa pemersatu.
4. Sebagai bentuk pemahaman lebih dalam kepada seluruh pembaca tanpa
pengecualian apapun, bahwa Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan
fungsinya.
5. Menjadikan Bahasa Indonesia kedepannya agar digunakan dengan baik dan
benar, serta eksistensinya sebagai bahasa nasional (resmi) tetap terjaga.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian bahasa
Bahasa adalah rangkaian huruf perhurufnya membentuk suatu deretan kata
dan terbentuklah menjadi kalimat yang padu, sehingga fungsinya dapat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan adalah hal yang sangat
dibutuhkan untuk membangun bangsa yang besar, sehingga generasi muda
bangsa harus mengenyam dunia pendidikan. Dunia pendidikan tidak lepas dari
ilmu pengetahuan, karena di dalam suatu pendidikan terjadi penyebaran dan
perkembangan ilmu pengetahuan, penyampaian ilmu pengetahuan itu dari
seorang pengajar kepada siswa yang diajar. Pada proses penyampaian
pengetahuan itulah dibutuhkan alat komunikasi yang disebut bahasa. Bahasa
adalah suatu wujud komunikasi, baik berupa ujaran, maupun simbol, yang
didasarkan pada suatu sistem simbol (Musfiroh, 2009). Manusia mengenal
bahasa sejak usia anak-anak, proses mulai mengenal komunikasi dengan
lingkungan secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak yang
diajarkan oleh orang tuanya, bahkan tidak sedikit orang tua mengajarkan bahasa
daerah kepada anaknya diusia yang masih kecil.
Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung
didalam otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya
yaitu bahasa ibunya (Khotijah, 2013). Pendidikan bisa dijadikan media sebagai
sarana pengenalan bahasa Indonesia kepada orang asing, contohnya seperti
pertukaran pelajar dan kini kegiatan tersebut telah menjadi suatu program
dibeberapa universitas dan institute, selain itu kini telah banyak pelajar dan
mahasiswa dari luar negeri yang datang ke Indonesia untuk mempelajari budaya
dan bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan
telah diatur dalam UU No. 24 Tahun 2009 tentang bendera, bahasa, dan
lambang negara, tepatnya pada pasal 29 ayat (1) yang menyatakan bahwa
bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan
nasional. Dengan menguasai bahasa Indonesia, mereka akan lebih mudah untuk
berkomunikasi baik komunikasi secara lisan maupun tulis, terutama untuk
dalam proses pembelajaran dan menyelesaikan tugas akademik di kampus.
Bahasa Indonesia sebagai salah satu perwujudan budaya bangsa memiliki
sejarah perkembangan yang unik, yaitu lahir mendahului kemerdekaan kita.
Setelah itu, bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang sebagai bahasa
perjuangan politik kebangsaan. Bahasa Indonesia telah digunakan sebagai salah
satu sarana untuk meletakkan dasar kesadaran bersama terhadap nilai-nilai
persatuan dan kesatuan bangsa. Jika direfleksikan kembali ke masa lampau,
dapat dibayangkan betapa beratnya perjuangan bahasa Indonesia, baik sebagai
cerminan kehidupan budaya maupun sebagai sarana komunikasi sosial politik.
Tidak bisa dibantah bahwa bahasa Indonesia pada waktu itu harus bersaing
dengan berbagai bahasa daerah yang tumbuh dan berakar dengan sangat kuat di
berbagai suku bangsa.
B. Bahasa menurut para ahli
Proses kelahiran bahasa manusia sudah dimulai sejak 2.500 tahun lalu, hal ini
tidak mengherankan karena bahasa berfungsi untuk menampung dan
menghubungkan pengetahuan yang secara kolektif bertambah, menuangkan
argumen, melahirkan prinsip-prinsip rasional, dan mengekspresikan emosi.
Dengan perkataan lain bahasa sebagai alat komunikasi akal dan perasaan. Oleh
karena itu tidak adanya data-data yang tertulis mengenai bagaimana timbulnya
bahasa manusia, di bawah ini ada beberapa teori yang bisa sekaligus tercatat
sebagai sejarah, bahwa kenyataannya bahasa telah ada sebelum manusia bisa
sampai di titik ini (modern) diantaranya :
1. Teori tekanan sosial
Teori tekanan sosial (the social pressure theory) dikemukakan oleh Adam
Smith dalam bukunya The Theory of Moral Sentiments. Teori ini bertolak dari
anggapan bahwa bahasa manusia timbul karena manusia primitif dihadapkan
pada kebutuhan untuk saling memahami. Apabila mereka ingin mengatakan
objek tertentu, mereka terdorong untuk mengucapkan bunyi-bunyi tertentu.
Bunyi-bunyi tersebut kemudian dipolakan dan akan dikenal sebagai tanda untuk
menyatakan hal-hal itu. Bertambahnya pengalaman baru akan menambah
bunyi-bunyi baru untuk menyampaikan pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Teori onomatopetik atau ekoik (Teori bow-bow)
Teori onomatopetik atau ekoik disebut juga teori bow-bow. Teori ini
pertama kali dikemukakan oleh J.G. Herder. Menurut teori ini kata-kata yang
pertama kali adalah tiruan terhadap guntur, hujan, angin, sungai, ombak
samudra, dan lainnya. Mark Muller dengan sarkastis mengomentarinya bahwa
teori ini hanya berlaku pada kokok ayam dan bunyi itik, padahal kegiatan
bahasa banyak terjadi di luar kandang ternak (Keraf, 1996: 3). Whitney
mengatakan bahwa dalam setiap tahap pertumbuhan bahasa, banyak kata baru
muncul dengan cara ini. Kata-kata mulai timbul pada anak-anak yang berusaha
menirukan bunyi kereta api, bunyi mobil, dan sebagainya (Whitney, 1868: 429).
Kaum naturalis percaya, misalnya kata bahasa Bali cekcek atau cecak berasal
dari onomatope atau tiruan bunyi alam, yaitu bunyi binatang yang diacu oleh
kata itu. Begitu juga kira-kira terbentuknya kata Melayu tokek dan kata Sunda
tong-tong yang artinya keuntungan. Bagaimanpun sedikitnya prosentase kata-
kata tersebut, kita tidak mengingkari adanya kata-kata itu, dalam bahasa inggris
ada kata-kata bable, rattle, hiss, cuckoo, dan sebagainya. Kosa kata dalam
bahasa Indonesia juga memilki kata-kata seperti itu: menggelegar, bergetar,
mendesir, mencicit, berkokok, dan sebagainya. Von Herder mengatakan, bahwa
bahasa lahir dari alam dan onomatope, yaitu tiruan bunyi alam. Bunyi yang
ditimbulkan oleh alam, misalnya bunyi guntur, bunyi binatang, ditiru manusia
secara onomatope. Bunyi tiruan ini lalu diolah manusia untuk tujuan-tujuan
tertentu, dimatangkan sebagai akibat dari dorongan hati manusia yang kuat
untuk berkomunikasi. Istilah onomatope itu sebenarnya sudah disebut-sebut
dalam karya Plato (427-347 SM), ketika Cratylus berbicara tentang asal-usul
terbentuknya kata.
3. Teori Interyeksi (Teori Pooh-pooh)
Menurut Darwin (1809-1882) dalam Descent of Man (1871) kualitas bahasa
manusia dengan bahasa binatang berbeda dalam tingkatannya saja. Bahasa
manusia seperti halnya manusia itu sendiri berasal dari bentuk yang primitif dari
ekspresi emosi saja. Sebagai contoh perasaan jengkel atau jijik terlahirkan
dengan mengeluarkan udara dari hidung dan mulut, tedengar sebagai “Pooh”
atau “Pish”. Teori pooh-pooh bertolak dari asumsi bahwa bahasa lahir ujaran-
ujaran instinktif karena tekanan-tekanan batin, perasaan mendalam, rasa sakit
yang dialami manusia, teriakan kuat, atau seruanseruan keras. Namun Mark
Muler (1823-1900) ahli filologi dari Jerman tidak sependapat dengan Darwin,
teori ini disebut dengan pooh-pooh theory. Teori Darwin juga tidak disetujui
oleh para sarjana berikutnya termasuk Edward Sapir (1884-1939) dari Amerika.
4. Teori nativistic atau tipe fonetik (Teori ding-dong)
Mark Müller memperkenalkan Ding-dong Theory atau disebut juga
nativistik theory. Teori ini tidak bersifat imitasi atau interyeksi. Teoriya
didasarkan pada konsep mengenai akar yang lebih bersifat tipe fonetik. Teori
ding-dong menyebutkan bahwa bahasa berasal dari upaya manusia untuk
merespons bunyi-bunyi yang dihasilkan alam. Teorinya sedikit sejalan dengan
yang diajukan Socrates bahwa lahir bahasa secara ilmiah. Menurut teori ini
manusia mempunyai kemampuan insting yang istimewa untuk mengeluarkan
ekspresi ujaran bagi setiap kesan sebagai stimulus dari luar. Kesan yang
diterima lewat indera, bagaikan pukulan pada bel hingga mengeluarkan ucapan
yang sesuai. Kurang lebih ada empat ratus bunyi pokok yang membentuk
bahasa pertama ini. Sewaktu orang primitif dulu melihat seekor srigala,
pandangan ini menggetarkan bel yang ada pada dirinya secara insting sehingga
terucaplah kata ”Wolf” (serigala). Pada akhirya, Müller menolak teorinya
sendiri.
5. Teori Yo-he-ho
Orang-orang primitif bekerja sama setiap melakukan pekerjaan. Mereka
belum mengenal peralatan modern untuk mengangkat benda-benda berat.
Ketika mereka mengangkat benda-benda berat secara spontan mereka
mengeluarkan bunyi-bunyi atau ucapan-ucapan tertentu, karena dorongan
tekanan otot. Ucapan-ucapan tadi lalu menjadi nama untuk pekerjaan itu seperti
heave (angkat), rest! (diam), dan sebagainya.
Adapun pendapat yang dikemukakan oleh tokoh para ahli sebagai berikut :
1) Menurut Keraf, bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat
berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa
haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, bukannya
sembarang bunyi dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau
lambing.
2) Plato mengemukakan bahwa bahasa pada dasarnya adalah pernyataan
pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu)
dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus
udara lewat mulut.
3) Carrol berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sistem berstruktural
mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang
digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh
sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada
benda-benda, peristiwa-peristiwa atau hal yang terjadi, serta adanya proses-
proses dalam lingkungan hidup manusia sehari-hari.
4) Sudaryono mengemukakan bahwa bahasa adalah sarana komunikasi yang
efektif dilakukan oleh manusia atau beberapa orang walaupun tidak sempurna,
sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi
salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman.
5) Socrates menurt pendapatnya bahasa merupakan media pengungkapan daya
magis dalam komunikasinya dengan para Dewa dengan kekuatan supernatural
lainnya yang mendominasi didalamnya.
6) Prinsip egalitarian atau kesetaraan yang diperjuangkan para tokoh nasional.
Dalam bahasa Jawa ada tingkatan bahasa berdasarkan kesopanan seperti
Ngaka (ngoko), Madya, Krama (kromo inggil), yang memiliki perbedaan
kosakata serta tata bahasa. Apabila pada saat itu bahasa Jawa yang dipilih
menjadi bahasa persatuan maka akan terjadi ketimpangan. Padahal sesuai
prinsip bahasa pemersatu, bahasa yang digunakan haruslah menjunjung tinggi
nilai-nilai kesetaraan. Jangan sampai, ada suku bangsa tertentu yang merasa
“lebih tinggi” derajatnya daripada suku bangsa yang lain. Jangan sampai juga,
ada ekslusivitas dalam penggunaan tingkatan bahasa tertentu yang berpotensi
menimbulkan diskriminasi dan segmentasi sosial (kasta). Maka dari itulah,
diputuskan bahasa pemersatu adalah bahasa yang diketahui dan digunakan di
seluruh penjuru kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu modern atau
dinamakan kembali dengan nama bahasa Indonesia.
https://www.merdeka.com/jatim/fungsi-bahasa-indonesia-sebagai-bahasa-pemersatu-
bangsa-ketahui-sejarahnya-kln.html
https://scholar.google.com/scholar?q=related:nzti1jV9NCMJ:scholar.google.com/
&hl=id&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&t=1665555049406&u=%23p%3DYCPGJJICyD0J
https://www.researchgate.net/publication/
320831576_BAHASA_DAN_KELAHIRANNYA
http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/tarbiyah/article/view/167
http://repository.ut.ac.id/4240/1/BING4214-M1.pdf
Esten, Musrsal. 2010. Bahasa dan Sastra Sebagai Identitas Bangsa dalam Proses
Globalisasi. Jakarta: Gramedia.