Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Bab I ini dibahas mengenai latar belakang masalah meliputi perkembangan


teknologi dalam pembelajaran bahasa, kondisi pembelajaran menyimak,
keterkaitan pembelajaran menyimak dengan menyimak kritis, dan kemampuan
menyimak yang dimiliki. Sesudah itu, pembahasan difokuskan untuk melihat
identifikasi dan perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, paradigma penelitian, metode penelitian, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi informasi menyebabkan


terjadinya proses perubahan dramatis dalam segala aspek kehidupan. Perubahan
tersebut akan memberikan solusi beragam khususnya dalam masalah pendidikan
karena akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan
keterampilan dalam bidang bahasa dan teknologi. Sebaliknya, pendidikan yang
tidak memanfaatkannya akan menjadi kadaluarsa dan kehilangan kredibilitasnya.
Apalagi pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu subsistem yang
tidak luput dari arus perubahan yang disebabkan oleh kehadiran teknologi yang
intrustif, terutama pada pembelajaran menyimak. Oleh karena itu, desentralisasi
kebijakan pendidikan nasional saat ini terhadap daerah dapat dilakukan dengan
mengembangkan potensi wilayahnya sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Salah satu kebijakan yang dapat dikembangkan adalah memanfaatkan media
teknologi dalam bidang pembelajaran. Akan tetapi, dalam kenyataannya masih
terdapat guru yang kurang bisa memanfaatkan teknologi dengan baik. Hal itu
disebabkan secara kompetensi guru dalam bidang teknologi masih kurang, sarana
terbatas, dan kondisi sekolah yang kurang memungkinkan. Sebanyak 75% guru
belum menggunakan media pembelajaran dalam mengajar (Kompas, 2013).
Pembelajaran menyimak telah mengalami perkembangan dan kemajuan terutama
dari segi media dan bahan simakan yang digunakan di kota-kota. Saat iniada
berbagai pilihan bahan menyimak dan ketersediaan CD yang menyertainya serta
DVD atau video yang digunakan di kelas. Namun demikian, masih ada bukti
bahwa menyimak kurang menjadi perhatian guru (Field, 2009:1). Ketika guru
menerapkan berbagai kompetensi pembelajarann di kelas, sesi menyimak sering
dipercepat atau dikurangi. Siswa jarang dinilai pada keterampilan menyimak
sehingga siswa belum mampu menyimak. Metodologi menyimak pelajaran sedikit
dibahas, diteliti, dan ada kecenderungan bagi guru menganggap bahwa menyimak
merupakan suatu aktivitas biasa dalam kehidupan. Selain itu, komitmen guru yang
kurang baik untuk sebuah pendekatan dalam menyimak dengan 'keterampilan
terintegrasi' yang dapat mengakibatkan menyimak hanya dijadikan sebagai
indikator dalam pembelajaran bahkan diajarkan tergesa-gesa. Membaca dan
menulis sebagai keterampilan yang lebih diutamakan dalam pembelajaran
keterampilan berbahasa. Dalam kegiatan sehari-hari, baik di dalam kegiatan
pembelajaran maupun di luar, mahasiswa lebih banyak berurusan dengan kegiatan
menyimak dibandingkan dengan kegiatan berbahasa lainnya terutama dalam
menyimak aktif reseptif. Dapat dikatakan mulai bangun tidur sampai menjelang
tidur, kegiatan manusia termasuk mahasiswa itu berhubungan dengan menyimak.
Segala informasi baik berupa ilmu maupun ide yang diterima mahasiswa pada
umumnya melalui proses menyimak ini. Seperti yang dikatakan Wilt (Tarigan,
2008:12) 42% waktu penggunaan bahasa tertuju pada menyimak, 25% pada
keterampilan berbicara, 15 % pada keterampilan membaca, dan 18% pada
keterampilan menulis. Aktivitas tersebut dilakukan oleh mahasiswa perguruan
tinggi dalam mengikuti perkuliahan. Proporsi persentase tersebut menunjukkan
bahwa keterampilan menyimak lebih dominan dilakukan oleh mahasiswa jika
dibandingkan dengan keterampilan bahasa yang lain. Dengan demikian, sebagai
mahasiswa di perguruan tinggi, aktivitas menyimak hendaknya juga lebih
dominan diterapkan dalam aktivitasnya sehingga kemampuan menyimak
mahasiswa akan lebih baik dan memiliki kekritisan dalam menyimak oleh
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas
Bengkulu. Kemampuan menyimak manusia sangat terbatas. Manusia yang sudah
terlatih baik dan sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik
dan mental yang prima, hanya dapat menangkap isi simakan maksimal 50%
(Tarigan, 2008:13). Padahal diharapkan mahasiswa sebagai calon guru memiliki
bekal dalam menyerap ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, di samping kemampuan
berbicara, membaca, dan menulis, kemampuan menyimak pun sangat penting
dimiliki dalam upaya mereka menyerap informasi (Chamadiah dkk., 1987:5).
Sejalan dengan itu, kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia menyebutkan
salah satu tujuan pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek menyimak adalah
siswa mampu memahami, mendalami, menghayati, dan meyerap informasi dari
kegiatan menyimak (Depdiknas, 2006:2). Hal itu akan menjadi sia-sia jika
mahasiswa sebagai calon guru tidak membekali dan mengalami bagaimana upaya
meningkatkan kemampuan menyimak itu sendiri pada diri mahasiswa tersebut.
Keterkaitan menyimak kritis dalam pembelajaran menyimak adalah perlunya
mempersiapkan mahasiswa agar menjadi pemecah masalah yang tangguh,
pembuat keputusan yang matang, dan orang yang tak pernah berhenti belajar.
Penting bagi mahasiswa untuk menjadi seorang pemikir mandiri sejalan dengan
meningkatnya jenis pekerjaan di masa yang akan datang yang membutuhkan para
pekerja andal yang memiliki kemampuan menyimak kritis. Selama ini,
kemampuan menyimak kritis kurang dikuasai mahasiswa sehingga kurang
berfungsi maksimal di masyarakat yang serba praktis saat ini. Padahal,
pembelajaran kognisi tingkat tinggi membantu mahasiswa untuk menjadi
pebelajar mandiri dan mengembangkan kemampuan bernalar dan berpikir reflektif
untuk memutuskan hal-hal yang meyakinkan (Ennis dalam Costa, 1985). Saat ini
mahasiswa kurang mampu dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang mereka
dapatkan di kampus ke permasalahan yang mereka temui dalam kehidupan sehari-
hari. Mahasiswa kurang mampu memberikan bukti, tidak lebih dari pemahaman
yang dangkal tentang konsep dan hubungan yang mendasar bagi ilmu yang telah
mereka pelajari, ketidakmampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah
mereka peroleh ke dalam permasalahan di dunia nyata. Semakin terampil
seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya (Tarigan,
2008:2-3). Sebagaimana yang dinyatakan oleh Alwasilah (2010:162) bahwa
pengajaran keterampilan berbahasa berkontribusi terhadap pengembangan
kemampuan berpikir kritis dalam drajat yang berbeda, yaitu menyimak (25%),
menulis (42%), dan membaca (54%). Selama ini, mata kuliah Menyimak masih
disampaikan secara tradisional. Artinya, pembelajaran lebih banyak memuat
kegiatan mengkaji teori dan belum menyentuh praktik keterampilan menyimak.
Padahal, keterampilan menyimak merupakan suatu proses dalam keterampilan
berbahasa yang memerlukan latihan, salah satunya dengan memanfaatkan
audio/teknologi, seperti penelitian yang dilakukan Embi dan Latiff (2004) dalam
penggunaan pembelajaran melalui elektronik sebagai alat untuk belajar ESL.
Setelah pelatihan, siswa setuju bahwa kemampuan menyimak pemahaman telah
meningkat secara signifikan. Di Hong Kong, Chapple dan Curtis (2000), diadopsi
strip film sebagai bahan mengajar ESL untuk 31 siswa EFL dan memperoleh
jawaban siswa 67,8% mengatakan bahwa mereka mengalami perbaikan positif
dalam keterampilan mereka menyimak selama periode belajar 13 minggu. Oleh
karena itu, pengajaran multimedia intensif dan memberikan tambahan positif
karena dapat meningkatkan pemahaman EFL/ESL menyimak siswa. Seperti yang
bisa dilihat, banyak mahasiswa yang dalam status 'terbelakang' atau 'cacat' pada
keterampilan menyimak bahasa Inggris menerapkan alat-alat internet, komputer
atau multimedia dapat memulihkan kerusakan di EFL/ESL siswa (Chapelle,
2000). Beberapa kegiatan menyimak memang sudah menerapkan praktik
keterampilan menyimak, tetapi masih menyimak bahan simakan dari kaset atau
rekaman serta tayangan televisi dan radio. Penggunaan teknologi dalam
pembelajaran menyimak masih sangat jarang. Hal tersebut disebabkan intensitas
penggunaan pada pemanfaatan media menyimak masih kurang dan perangkat
lunak (software) media pembelajaran menyimak yang menjadi model
pembelajaran belum ada (Arono, 2008). Beberapa kegiatan pembelajaran pernah
dilakukan dengan pembuatan media kaset untuk pembelajaran menyimak, tetapi
kondisi ini belum dapat menunjang keterampilan mahasiswa dalam memanfaatkan
media teknologi interaktif. Hal tersebut ditunjang juga dengan pernyataan
mahasiswa bahwa 83% dosen sudah memanfaatkan media pembelajaran
menyimak VCD/DVD dan powerpoint (Hasil obeservasi, 2011). Untuk
mendukung hal tersebut, Jurusan Bahasa dan Seni FKIP Unib telah memiliki
Laboroatorium Bahasa Multimedia yang bisa dimanfaatkan sebagai
pengembangan media pembelajaran. Selain itu, internet yang tersedia bagi
mahasiswa yang bisa diakses kapan saja untuk pemanfaatan media pembelajaran.
Kombinasi pemanfaatan media tersebut dapat menciptakan sebuah produk media
pembelajaran menyimak yang mutakhir. Kegiatan ini sudah dilakukan pada
beberapa aktivitas pembelajaran dalam bentuk hiperlink powerpoint, tetapi hanya
sebatas pengaksesan sebagai sumber media internet dan multimedia yang bisa
dikembangkan dalam pembelajaran. Akan tetapi, upaya tersebut belum ada
produk media atau multimedia yang diinginkan (2009). Menurut Meskill (1996),
multimedia dapat meningkatkan keterampilan menyimak dalam berbahasa dengan
menekankan: (a) peran teks dan visual sebagai alat bantu untuk pengolahan
bahasa saat tampil dalam hubungannya dengan teks aural; (b) aspek motivasi
video sebagai keuntungan bagi pengajaran bahasa; (c) fakta bahwa gabungan
media memperkaya target pengolahan bahasa sehingga memberikan masukan
lebih langsung dan penting untuk proses pemerolehan bahasa; (d) lingkungan
kondusif untuk mempromosikan bagan dan bagian strategi wacana bagi peserta
didik. Pembelajaran bahasa Indonesia di setiap jenjang pendidikan saat ini kurang
mendapat respons dari siswa atau mahasiswa. Salah satu faktor yang
menyebabkan hal itu adalah pemanfaatan media yang belum maksimal sehingga
menimbulkan kebosanan pada peserta didik. Selain itu, pembelajaran menyimak
belum dilaksanakan sebagaimana mestinya. Pembelajaran menyimak lebih kepada
mengukur kemampuan menyimak atau hasil dengan mengabaikan proses
pembelajaran menyimak. Begitu juga dengan kompetensi pembelajaran agar siswa
mampu menyimak, tetapi masih dilaksanakan pada keterampilan membaca.
Kegiatan yang betul-betul menyimak sebagai suatu keterampilan jarang
dilakukan. Oleh karena itu, model pembelajaran beserta software ini akan
menjadikan media pembelajaran menyimak yang menarik pada setiap
pembelajaran menyimak bagi mahasiswa dan sekaligus nantinya sebagai calon
guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa yang pernah mengikuti
mata kuliah Media Pembelajaran Bahasa Indonesia menunjukkan bahwa hampir
75% mahasiswa kurang puas dengan pembelajaran yang dilakukan pada mata
kuliah Menyimak karena praktik pemanfaatan media masih kurang. Pembelajaran
menyimak lebih dominan pada teoretis, sedangkan pada kegiatan praktik
menyimak masih kurang dilakukan (Hasil obeservasi, 2011). Padahal, kalau hal
itu diterapkan dengan baik, media pembelajaran akan membantu mahasiswa
dalam meningkatkan keterampilan menyimak serta terampil dalam penggunaan
media. Penggunaan media terbukti hasil praktik powerpoint yang dilakukan pada
Semester I Tahaun Akademik 2011/2012 dari 31 mahasiswa hanya tujuh orang
yang mendapatkan nilai A, sepuluh orang mendapatkan nilai B, dua puluh satu
orang nilai C, dan sembilan orang nilai D. Rendahnya kemampuan menyimak ini
merupakan indikator bagi mahasiswa terhadap kemampuan menyimak dengan
media powerpoint melalui komputer. Berbeda pada kenyataannya bahwa nilai
rata-rata hasil belajar mahasiswa 80% berhasil baik. Penilaian tersebut memang
ironis karena secara praktik memang kurang, tetapi secara teoretis sudah cukup
baik keberhasilan mata kuliah Menyimak. Hal tersebut disebabkan oleh
pembelajaran yang belum terintegrtif dan kondisi keterampilan dalam
pengembangan media pembelajaran yang belum terstruktur begitu juga dalam
keterampilan menyimak masih sangat minim atau belum ada keseimbangan
teoretis dengan praktik. Padahal, pemanfaatan media dapat mendukung
pembelajaran yang tidak dibatasi oleh waktu, memberi beragam cara
penyampaian informasi, memilih peluang kepada pengguna memilih kecepatan
belajar, materi belajar, gaya penyampaian materi serta saran pemberi balikan
segera dan penyimpanan nilai. Selain itu, multimedia dapat dimanfaatkan untuk
pembelajaran individual, klasikal, belajar bersama, penilaian terpadu, strategi
belajar aktif, simulasi realistik, dan akses cepat yang tersimpan dalam CD-ROM.
Dalam kaitan dengan kemampuan menyimak ini, Chamdiah dkk. (1987:3)
menyatakan bahwa siswa harus mampu mengingat fakta-fakta sederhana, mampu
menghubungkan serangkaian fakta dari pesan yang didengarnya, dan menafsirkan
makna yang terkandung dalam pesan lisan yang didengarnya. Pendapat ini sejalan
dengan pendapat Tarigan (2008:63-64) menyimak bukan hanya sebatas
mendengar (hearing), melainkan memerlukan kegiatan lainnya, yakni memahami
(understanding) isi pembicaraan yang disampaikan oleh si pembicara. Lebih jauh
lagi diharapkan dalam menafsirkan (interpreting) butir-butir pendapat yang
disimaknya baik tersurat maupun yang tersirat. Kegiatan selanjutnya dalam proses
menyimak adalah kegiatan mengevaluasi (evaluating). Pada kegiatan ini si
penyimak menilai gagasan baik dari segi keunggulan maupun dari segi
kelemahannya. Kegiatan akhir, yakni menanggapi (responding). Pada tahap akhir
ini penyimak menyambut, mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan yang
dikemukakan oleh si pembicara. Menurut Kencono (dikutip Chamadiah dkk.
1987:3) pembelajaran menyimak di perguruan tinggi ataupun di sekolah sering
“dianaktirikan” atau sedikit sekali mendapat perhatian. Padahal, kemampuan
meyimak sangat penting sebagai dasar penguasaan suatu bahasa. Oleh sebab itu,
kemampuan menyimak barulah dapat dikuasai setelah yang bersangkutan
mengalamai latihan-latihan menyimak yang terarah, berencana, dan
berkesinambungan. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan menyimak
mahasiswa tersebut ialah melalui proses pembelajaran menyimak. Proses tersebut
melalui sebuah model pembelajaran menyimak aktif integratif melalui multimedia
interaktif. Melalui model ini pembelajaran tidak disajikan secara parsial, melaikan
secara integratif, baik pada sebelum menyimak, saat menyimak, maupun setelah
menyimak yang diintegrasikan dalam sebuah multimedia interaktif. Dengan hal
itu diharapkan kemampuan menyimak kritis mahasiswa akan meningkat.
Berdasarkan fakta tersebut, meskipun penelitian di bidang menyimak proses dan
strategi semakin meningkat, masih tetap yang paling sedikit dipahami dan paling
sedikit diteliti dari empat keterampilan (Vandergrift, 2007) wajar saja bahwa
kemampuan menyimak mahasiswa tahun 2007 masih cukup dengan nilai rata-rata
6,1 (Arono, 2008:99) dan 6,99 (Suarcaya, 2009). Hal senada berdasarkan
penelitian terhadap kemampuan menyimak mahasiswa di DKI Jakarta oleh
Chamadiah dkk. (1987) juga masih kurang yaitu nilai rata-rata 5,8. Dilihat dari
penelitian siswa yang pernah dilakukan, tampaknya tidak terlalu jauh nilai rata-
rata kemampuannya. Begitu juga penelitian yang dilakukan Nurhayati (2004)
terhadap siswa SLTPN 1 Inderalaya dalam tes awalnya nilai rata-rata hanya 5,4
(kemampuan menyimak siswa cukup). Beberapa hasil kemampuan menyimak
yang masih cukup rendah tersebut diperlukan pembelajaran yang inovatif dan
efektif dalam pembelajaran menyimak, seperti salah satunya pengembangan
model pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif dalam peningkatan
keterampilan menyimak kritis mahasiswa pada mata kuliah Menyimak Prodi
PBSID FKIP Unib. Hal tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan
kemampuan menyimak lebih baik lagi. Ketidakmampuan menyimak siswa dapat
disebabkan ketidaktahuan makna simakan, ketidakjelasan petunjuk dalam
simakan, kesulitan dalam program bahan simakan, dan bahan siamakan yang
terlalu cepat sehingga kemampuan menyimak program radio internet pada
kategori rendah, yaitu 6,57 (Ulusoy, 2010). Kekritisan mahasiswa dalam berpikir
juga tergolong kurang kritis karena pengaruh budaya tradisional, guru dan dosen
tidak tahu cara mengajarkan berpikir kritis, dan rendahnya kualitas dosen dan
mahasiswa sehingga dalam sepuluh tahun terakhir ini pendidikan bahasa tidak
menunjukkan perbaikan (Alwasilah, 2010:145-146).

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian Seseorang yang dikatakan penyimak efektif


apabila ia mampu memahami isi pembicaraan dengan baik. Untuk memahami isi
pembicaraan dengan baik, penyimak memerlukan unsur-unsur dasar yang secara
fundamental terwujudnya peristiwa menyimak, yaitu pembicara, sebagai sumber
pesan; bahan pembicara, sebagai unsur konsep; penyimak, sebagai penerima
pesan; bahasa lisan, sebagai media. Bahasa lisan sebagai media penyampai pesan
merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran menyimak
yang berhubungan dengan situasi dalam penyampaian bahasa tersebut, seperti
ruangan, waktu, dan peralatan dengan tidak mengabaikan unsur dasar yang lain.
Bahasa lisan sebagai media penyampaian menyimak yang abstrak memerlukan
suatau peralatan agar kegiatan menyimak lebih konkret, salah satunya media
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran menyimak saat ini sangat mengutamakan
pendengaran atau audio, tetapi dengan kompleksitas pembelajaran menyimak,
proses pemerolehan bahasa, dan kemajuan teknologi saat ini, pembelajaran
menyimak sudah mengalami perkembangan dan kemajuan dengan melibatkan
aural dan visual. Oleh karena itu, guru sangat memungkinkan untuk
mengambangkan media pembelajaran menyimak yang menarik, efektif, dan
menyenangkan dalam pembelajaran sehingga diperlukan suatu media yang
memadai untuk itu, yaitu salah satu media yang dikembangkan adalah multimedia
interaktif yang megutamakan suara, video, gambar, dan animasi. Begitu juga
dengan metode pembelajaran yang diterapkan guru sangat berpengaruh terhadap
media yang akan digunakan dalam penyajiannnya secara terintegrasi, seperti
model pembelajaran menyimak aktif integratif. Keaktifan siswa selain didukung
oleh kreativitas dan variasi pembelajaran yang inovatif oleh guru juga media
pembelajaran interaktif sangat memungkinkan siswa akan lebih mandiri dan
menyenangkan dalam belajar meyimak kritis.
1.3 Rumusan Masalah Penelitian Bedasarkan latar belakang dan identifikasi
masalah yang telah dikemukakan di atas, rumusan utama dalam penelitian ini,
yaitu model pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif yang
bagaimana yang dapat meningkatkan keterampilan menyimak kritis mahasiswa
dalam pembelajaran menyimak? Adapun fokus penelitian ini dituangkan dalam
bentuk pertanyaan, yaitu (1) Bagaimanakah kondisi pembelajaran menyimak yang
berlangsung selama ini terkait dengan peningkatan keterampilan menyimak kritis
mahasiswa? (2) Bagaimana efektifitas model pembelajaran menyimak melalui
multimedia interaktif dalam meningkatkan keterampilan menyimak kritis
mahasiswa? (3) Bagaimana kemampuan menyimak kritis mahasiswa setelah
menggunakan model pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif? (4)
Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan model pembelajaran
menyimak melalui multimedia interaktif?

1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, secara umum
tujuan penelitian ini untuk menghasilkan model pembelajaran menyimak melalui
multimedia interaktif yang dapat meningkatkan keterampilan menyimak kritis
mahasiswa. Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan
kondisi pembelajaran menyimak yang berlangsung selama ini terkait dengan
peningkatan keterampilan menyimak kritis mahasiswa; (2) menghasilkan model
pembelajaran menyimak melalui multimedia interaktif yang dapat meningkatkan
keterampilan menyimak kritis mahasiswa; (3) memperoleh gambaran kemampuan
menyimak kritis mahasiswa setelah menggunakan model pembelajaran menyimak
melalui multimedia interaktif; (4) memperoleh gambaran mengenai faktor
pendukung dan penghambat dalam penerapan model pembelajaran menyimak
melalui multimedia interaktif.

1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan secara umum bermanfaat untuk
menghasilkan model pembelajaran menyimak aktif intergratif melalui multimedia
interaktif dalam peningkatan keterampilan menyimak kritis sesuai dengan
karakteristik mahasiswa, kondisi akademik dan lingkungan kampus, serta
kurikulum yang berlaku. Selain itu, penelitian ini bermanfaan bagi dosen dan
mahsiswa untuk peningkatan keterampilan menyimak mahasiswa. Secara paraktis
hasil penelitian ini bermanfaat bagi: (1) Mahasiswa, untuk menggali dan melatih
keterampilan menyimak mahasiswa yang lebih menarik, menyenangkan, dan
memungkinkan bagi dirinya untuk memperoleh nilai-nilai yang sangat berguna
bagi mahasiswa atau sebagai media pembelajaran menyimak ketika mahasiswa
saat praktik lapangan atau ketika melaksanakan tugas mengajar sebagai guru
nantinya. (2) Dosen, sebagai pencerahan/wahana baru serta upaya untuk
mengembangkan kualitas pembelajaran dan dapat membantu dosen dalam
mengatasi permasalahan pembelajaran menyimak. (3) Lembaga, sebagai wahana
untuk meningkatkan mutu lulusan melalui kualitas kurikulum dan pembelajaran.
(4) Peneliti, sebagai khasana media pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan dalam mengimplementasikan mata kuliah Menyimak serta
mengembangkan dan menerapkan konsep pembelajaran dan konsep media
melalui penelitian di program studi. Selain itu, manfaat penelitian dalam
pembelajaran menyimak, yaitu melatih keterampilan menyimak dan keterampilan
menyimak kritis mahasiswa dalam pengembangan media pembelajaran bahasa
Indonesia, mengintegrasikan dan menyinergikan antara teoretis dengan praktik
tanpa mengabaikan kompetensi sebagai mahasiswa serta sebagai calon guru,
memberikan salah satu model media pembelajaran sederhana bagi
mahasiswa/calon guru dan juga siswa serta guru yang ada di sekolah Kota
Bengkulu, sebagai dokumentasi untuk menguji kompetensi menyimak, serta
pengembangan media pembelajaran dengan media interaktif akan meningkatkan
kualitas pembelajaran dan lulusan yang berkarakter dalam kompetensi menyimak
mahasiswa.

1.6 Paradigma Penelitian Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan atas suatu


permasalahan dalam pembelajaran menyimak saat ini jika dihubungkan dengan
kemajuan teknologi. Berbagai data emperik menunjukkan bahwa pembelajaran
menyimak saat ini kurang mendapat perhatian oleh kalangan pendidik maupun
dalam pelaksanaan pembelajarannya sehingga berpengaruh terhadap kemampuan
menyimak peserta didik. Selain itu, pembelajaran menyimak lebih pada teori
menyimak, pembelajaran masih disajikan secara parsial, kurangnya latihan
menyimak, kurangnya kemampuan menyimak mahasiswa, dan keterbatasan bahan
simakan. Kondisi demikian perlu mendapatkan suatu pemecahan dalam
permasalahan pembelajaran, baik kegiatan dan pendapat dosen-mahasiswa
terhadap pembelajaran menyimak, kinerja strategi pembelajaran menyimak,
maupun faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran menyimak.
Untuk itu, perlu dilakukan penelitian dan pengembangan terhadap permasalahan
pembelajaran menyimak agar didapatkan suatu model pembelajaran menyimak
yang efektif. Kebutuhan dalam pembelajaran menyimak diperlukan suatu metode
dan media pembelajaran yang inovatif, aktif, dan efektif. Berdasarkan teori yang
dikembangkan dalam kinerja strategi pembelajaran menyimak, multimedia
interaktif, dan keterampilan menyimak kritis didapatkan suatu draf model
pembelajaran menyimak yang peneliti singkat dengan Model PMAIMI
(Pembelajaran Menyimak Aktif Integratif melalui Multimedia Interaktif). Model
pembelajaran menyimak aktif integratif menekankan pada pembelajaran
menyimak yang bersifat dinamis dan aktif integratif di dalam penyajian
pembelajarannya berpusat pada mahasiswa. Integratif menekankan pada kesatuan
dalam pelaksanaan pembelajaran menyimak kritis baik pada tahap sebelum
menyimak, saat menyimak (proses), maupun setelah menyimak (reflektif). Dalam
aktivitas pembelajaran menyimak mahasiswa menerapkan strategi kinerja
menyimak yang efektif. Model ini sangat memungkinkan mahasiswa melakukan
aktivitas pembelajaran secara mandiri dan aktif agar keterampilan menyimak
kritisnya meningkat karena dilengkapi dengan multimedia interaktif. Mahasiswa
dapat mengamati, menilai, dan melatih keterampilan menyimak kritis secara
maksimal. Selain itu, mahasiwa dapat melakukan aktivitas pembelajaran
menyimak sesuai dengan tahapan dalam pembelajaran menyimak yang dilengkapi
dengan penyajian materi, aspek multimedia, tahapan pembelajaran, evaluasi,
latihan, dan bahan simakan yang memadai. Untuk itu, dalam penelitian ini
digunakan paradigma penelitian untuk mempermudah pengkajian dan penelitian.
Paradigma penelitian ini sebagai berikut.
Bagan 1.1 Paradigma Penelitian
Draf Model PMAI dirancang berdasarkan kajian studi pendahuluan dan teoretis.
Setelah itu, daraf Model PMAI diintegrasikan dalam sutau multimedia interaktif
sehingga menjadi draf Model PMAIMI. Draf Model PMAIMI yang dirancang
secara konseptual tersebut dilakukan validasi model konseptual dengan
melibatkan ahli dan praktisi. Setelah dilakukan validasi draf Model PMAIMI, draf
Model PMAIMI dilakukan uji coba terbatas. Hasil dari uji coba terbatas akan
diperoleh Model PMAIMI hasil revisi berdasarkan penilaian ahli dan hasil belajar
mahasiswa. Model PMAIMI hasil revisi kemudian dilakukan implementasi uji
coba luas melalui metode The Matching-Only Pratest-Posttest Control Group
Design kemudian diperoleh Model PMAIMI hipotetik. Setelah dilakukan uji
Model PMAIMI hipotetik, Model PMAIMI dilakukan revisi akhir sehingga
diperoleh Model PMAIMI final.
1.7 Definisi Operasional 1.7.1 Model Pembelajaran Menyimak Aktif Integratif
melalui Multimedia Interaktif Model pembelajaran menyimak aktif integratif
adalah pembelajaran menyimak yang menekankan sifat dinamis dan aktif
integratif di dalam penyajian pembelajarannya berpusat pada mahasiswa.
Integratif menekankan pada kesatuan dalam pelaksanaan pembelajaran menyimak
kritis baik pada tahap sebelum menyimak, saat menyimak, maupun setelah
menyimak, yaitu 1) persiapan menyimak dengan memperhatikan dan
merefleksikan kata kunci; 2) proses menyimak dengan mengklasifikasi makna dan
maksud serta efektivitas kinerja menyimak kritis; 3) merefleksi tujuan menyimak
dengan menyatakan keberhasilan menyimak kritis. Ketiga hal itulah yang
dijadikan peneliti dalam melihat dan mengukur kinerja strategi menyimak
mahasiswa. Menyimak merupakan proses keterlibatan mental, mulai dari proses
mengidentifikasi bunyi, pemahaman dan penafsiran, serta penyimpanan hasil
pemahaman dan penafsiran bunyi yang diterima dari luar. Itu artinya, menyimak
merupakan kemampuan, kesanggupan, kecakapan, siswa menerima dan
memahami apa yang diucapkan atau dibaca orang lain baik secara audio maupun
visual, sedangkan pembelajaran menyimak adalah proses kegiatan menyimak
lambanglambang lisan dengan penuh pengertian, pemahaman, dan apresiasi serta
informasi, menangkap isi dan memahami makna komunikasi yang disampaikan
oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan dan visual. Kegiatan menyimak
yang baik menyangkut sikap, ingatan, persepsi, kemampuan membedakan,
intelegensi, perhatian, dan motivasi yang harus dikerjakan secara integral dalam
tindakan yang optimal pada saat kegiatan menyimak berlangsung. Multimedia
interaktif merupakan alat bantu alternatif pembelajaran menyimak kritis yang bisa
diterapkan oleh dosen dengan memanfaatkan teknologi pendidikan dalam
pembelajaran. Pembelajaran multimedia interaktif adalah bentuk program
pembelajaran yang memanfaatkan program komputer yang bersifat interaktif
dalam penggunanya. Dalam pembelajarannya teknologi multimedia interaktif
menyajikan berbagai jenis media seperti teks, suara, grafik, animasi, video, serta
menambahkan unsur interaktif. Dengan menambahkan aspek interaktif, pengguna
bertindak aktif memilih adegan serta menggali informasi dalam urutan dan bentuk
yang sesuai dengan masing-masing individu. Penggunaan media pembelajaran
multimedia interaktif bisa dilakukan dengan menggunakan komputer yang
disajikan secara langsung ataupun melalui proyektor di dalam pembelajarannya.
Siswa bisa mengamati, mempelajari, dan menanyakan pada dosen tentang apa
yang ditampilkan secara langsung dari materi pelajaran yang disajikan melalui
proyektor. Penggunaan media pembelajaran multimedia interaktif diintegrasikan
dalam tujuan dan isi pembelajaran yang dituangkan dalam program untuk
mempertinggi kualitas pembelajaran. 1.7.2 Keterampilan Menyimak Kritis
Keterampilan menyimak kritis adalah keterampilan melibatkan cara menyimak
interpretatif, introspektif, responsif, produktif, dan evaluatif terhadap suatu
kejadian atau peristiwa. Pengembangan keterampilan menyimak kritis dalam
penelitian ini dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan rangsangan kepada
mahasiswa untuk menyimak kritis melalui pengondisian dalam pembelajaran yang
melibatkan proses kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa. Keterampilan
menyimak kritis sebagai upaya pemahaman mahasiswa dalam memfokuskan
pertanyaan (memahami aneka makna petunjuk konteks; mengidentifikasi atau
merumuskan pertanyaan; membuat keputusan), menganalisis argumen (menarik
dan mengidentifikasi kesimpulan; mencari persamaan dan perbedaan;
merangkum), menanyakan dan menjawab pertanyaan klarifikasi serta pertanyaan
yang menantang (menemukan jawaban bagi masalah tertentu; menemukan mana
informasi baru atau informasi tambahan bagi suatu topik), mendifinisikan istilah
(memperhatikan kebiasaan ujaran yang tepat; menafsirkan dan
menginterpretasikan ungkapan), membuat induksi dan mempertimbangkan hasil
induksi (membuat generalisasi dan hipotesis), membuat dan mempertimbangkan
nilai keputusan (membedakan fakta dan opini), dan memutuskan suatu tindakan
(menentukan secara objektif dan evaluatif dalam sebuah informasi;
mengidentifikasi masalah).

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MENYIMAK
Menyimak adalah proses mendengarkan tanda-tanda lisan dengan memusatkan
pikiran,memerlukan pemahaman makna,tanggapan, dan penilaian terhadap
informasi yang disampaikan pembicara,serta mampu menangkap isi yang
terkandung dalam isi pembicaraan.

 Anderson (1972 : 68) yang mengatakan bahwa menyimak adalah suatu


proses mendengerkan, mengenal,menginterpretasikan lambang-lambang
lisan.
 Russel (1959 : 69 ) mengatakan bahwa menyimak bermakna
mendengarkan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi.

 Hartimurti K. (1981) Menyimak adalah mendengarkan ,memperhatikan,


mengikuti, menurut, mengindahkan, dan memperdulikan.

 Guntur Tarigan
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang
lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interprestasi, untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta
memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh melalui ujaran
atau bahasa lisan.

B. TUJUAN MENYIMAK
Tujuan utama menyimak adalah untuk menagkap dan memahami pesan, ide serta
gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan. Dengan demikian tujuan
menyimak dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Menyimak memperoleh fakta atau mendapatkan fakta.


2. Untuk menganalisis fakta
3. Untuk mengevaluasi fakta
4. Untuk mendapatkan inspirasi
5. Untuk mendapatkan hiburan

C. JENIS - JENIS MENYIMAK


Pengklarifikasian menyimak berdasarkan :

I.Berdasarkan Sumber Suara menjadi dua bagian yaitu :

a)Intrapersonal Listening atau menyimak intrapribadi


b)Intrapersonal Listening atau penyimak antarpribadi
II.Berdasarkan Cara Penyimakan diklarifikasikan sebagai berikut :

A)Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan
dan ketelitian sehingga penyimak dapat memahami secara mendalam. Dengan
cara menyimak intensif, penyimak melakukan penyimakan dengan penuh
perhatian, ketelitian dan ketekunan, sehingga penyimak memahami secara luas
bahan simakiannya. Jenis menyimak seperti ini dibagi atas beberapa jenis, yaitu :

-Menyimak Kritis, bertujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan. Penyimak


menilai gagasan, ide, informasi dari pembaca.

-Menyimak Introgatif, merupakan kegiatan menyimak yang menuntut konsentrasi


dan selektivitas, pemusatan perhatian karena penyimak akan mengajukan
pertanyaan setelah selesai menyimak, kegiatan menyimak interogatif bertujuan
untuk :
a.Mendapatkan fakta fakta dari pembicara.
b.Mendapatkan gagasan baru yang dapat dikembangkan menjadi sebuah wacana
yang menarik.
c.Mendapatkan informasi apakah bahan yang telah disimak itu asli atau tidak.

-Menyimak Eksploratif, ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh


perhatian untuk mendapatkan informasi baru. Pada akhir kegiatan, seorang
penyimak eksploratif.
a.Menemukan gagasan baru.
b.Menemukan informasi baru.
c.Menemukan topik-topik baru yang dapat dekembang pada masa yang akan
datang.
d.Menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru.
-Menyimak Kreatif, mempunyai hubungan erat dengan imajinasi seseorang,
penyimak dapat menangkap makna yang terkandung dalam puisi dengan baik
karena ia berimajinasi dan berapresiasi terhadap puisi itu, kreaktivitas penyimak
dapat dilakukan dengan cara : a.

Menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau bahasa daerah.


b.Mengemukakakan gagasan yang sama dengan pembicara. Namun,menggunakan
struktur dan pilihan kata yang berbeda.
c.Merekonstruksi pesan yang telah disampaikan penyimak.
d.Menyusun petunjuk–petunjuk atau nasihat berdasar materi yang telah disimak.

-Menyimak Konsentratif, merupakan kegiatan untuk menelaah pembicaraan/hal


yang disimaknya. Hal ini perlu diadakan konsentrasi penuh dari penyinak agar ide
dari pembicara dapat diterima dengan baik, kegiatan menyimak konsentratif
bertujuan untuk :
a.Mengikuti petunjuk–petunjuk
b.Mencari hubungan antarunsur hubungan dalam menyimak.
c.Mencari hubungan kuantitas dan kualitas dalam suatu komponen.
d.Mencari butir–butir informasi penting dalam kegiatan menyimak.
e.Mencari urutan penyajian dalam bahan menyimak, dan
f.Mencari gagasan utama dari bahan yang telah disimak

-Menyimak Selektif, yakni kegiatan menyimak yang dilakukan dengan cara


selektif dan terfokus untuk mengenal bunyi–bunyi asing, nada dan suara, bunyi–
bunyi homogen, kata–kata, frase–frase, kalimat- kalimat, dan bentuk–bentuk
bahasa yang dipelajarinya. Menyimak selektif memiliki ciri tertentu sebagai
pembeda dengan kegiatan menyimak yang lain. Adapun ciri menyimak selektif
ialah :
a.Menyimak dengan seksama untuk menentukan pilihan pada bagian tertentu yang
diinginkan.
b.Menyimak dengan memperhatikan topik topik tertentu.
c.Menyimak dengan memusatkan pada tema - tema tertentu.
B)Menyimak Ekstensif
Adalah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari–hari, yang tidak
memerlukan perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak hanya
memahami seluruh secara garis besarnya saja, seperti : menyimak radio, televisi,
percakapan orang di pasar, pengumuman dan sebagainya. Pelaksanaannya tidak
terlalu dituntut untuk memahami sisi bahan simakan. Bahan simakan perlu
dipahami secara sepintas, umum, garis besarnya saja atau butir–butir yang penting
saja. Jenis menyimak ekstensif dibagi menjadi empat:

-Menyimak Sekunder Yakni sejenis mendengar secara kebetulan, maksudnya


menyimak dilakukan sambil mengerjakan sesuatu.

-Menyimak Estetik Menyimak estetika sering disebut juga dengan menyimak


apresiatif. Menyimak estetika ialah kegiatan menyimak untuk menikmati dan
menghayati sesuatu, kegiatan menyimak itu lebih menekankan aspek emosional
penyimak seperyi dalam menghayati, menikmati dan memahami suatu
pertunjukkan seperti lakon drama, cerita, puisi dan lain–lain. Dalam hal ini emosi
penyimak tergugah, sehingga timbul rasa senang terhadap puisi tersebut.

-Menyimak Pasif Merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang
biasanya menandai upaya penyimak

-Menyimak Sosial Berlangsung dalam situasi sosial. Misalnya orang mengobrol,


bercengkrama mengenai hal–hal menarik perhatian semua orang dan saling
menyimak satu dengan yang lainnya

C)Tujuan Menyimak
Tujuan menyimak berdasarkan Tidyman & Butterfield membedakan menyimak
menjadi :
1.Menyimak sederhana
2.Menyimak diskriminatif
3.Menyimak santai
4.Menyimak informatif
5.Menyimak literatur
6.Taraf aktifitas penyimak

Berdasarkan pada titik pandang aktivitas penyimak dapat diklarifikasikan :


1.Kegiatan menyimak bertaraf rendah
2.Kegiatan menyimak bertaraf tinggi.

D.UNSUR–UNSUR MENYIMAK
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat
bergantung kepada berbagai unsur dasar ialah unsur pokok yang menyebabkan
timbulnya komunikasi dalam menyimak. Setiap unsur merupakan satu kesatuan
yang tak terpisahkan dengan unsur yang lain. Unsur–unsur dalam menyimak
adalah

-Pembicara Yang dikamsudkan pembicara ialah orang yang menyampaikan pesan


yang berupa informasi yang di butuhkan oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan
pembicara adalah sumber pembawa pesan, sedang lawan bicara ialah orang yang
menerima pesan ( penyimak ). Dalam aktivitasnya, seorang penyimak sering
melakukan kegiatan menulis dengan mencatat hal–hal penting selama melakukan
kegiatan menyimak. Catatan tersebut merupakan pokok–pokok pesan
disampaikan pembicara kepada peny imak. Fungsi catatan tersebut ialah sebagai
berikut:
a.Meninjau Kembali Bahan Simakan ( Reviu)
b.Menganalisis Bahan Simakan Pada Dasarnya
c.Mengeavaluasi Bahan Siamakan Pada Tahap Akhir Klan egiatan Menyimak,
langkah ini dapat dilakukan dengan cara :
1)Kekuatan Bukti
2)Validitas Alasan Jika Pernyataan Pembicara Diikuti, dengan alasan - alasan
yang kuat, terpercaya dan logis.
3)Kebenaran Tujuan
-Penyimak Penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang banyak dan luas. Jika penyimak memliki pengetahuan dan
pengalaman yang banyak dan luas,ia dapat melakukan kegiatan menyimak dengan
baik . Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak yang dapat melakukan
kegiatan menyimak dengan intensif. Kmidjan ( 2001 : 6 ) menyatakan bahwa
penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki dua sikap, yaitu sikap objektif
dan sikap kooperatif.

-Sikap Objektif Yang dimaksudkan sikap objektif ialah pandangan penyimak


terhadap bahan simakan, jika bahan simakan itu baik, ia akan menyatakan baik
demikian pula sebaliknya. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengaruh oleh hal
hal diluar kegiatan menyimak, seperti pembicara, ruang, suasana sarana dan
prasana.
-Sikap Kooperatif Ialah sikap menyimak yang sikap berkejasama dengan
pembicara untuk keberhasilan tersebut.
-Bahan Simakan Bahan simakan merupakan unsur terpewnting dalam kom
unikasi lisan, terutama dalam menyimak. Yang dimaksudkan bahan simakan ialah
pesan yang disampaikan penbicara kepada penyimak. Yang dapat berupa gagasan,
konsep atau informasi.

E.FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN


MENYIMAK
Menurut pendapat Rost ( 1991 : 108 ). Bahwa faktor–faktor yang penting dalam
keterampilan menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butir–butir penting
bahan simakan terutama yang berhubungan dengan bahan simakan. Menurut
pendapat Tarigan ( 1994 : 62 ). Komponen atau faktor–faktor yang penting dalam
menyimak adalah sebagai berikut :
1)Membedakan antar bunyi fonemis
2)Mengingat kembali kata–kata
3)Mengidentifikasi tata bahasa dari sekelompok kata.
4)Mengidentifikasi bagian–bagian pragmatik, ekspresi, dan seperangkat
penggunaan yang berfungsi sebagai unit sementara mencari arti/makna.
5)Menghubungkan tanda–tanda linguistik ke tanda tanda linguistik ( intonasi ),
dan ke nonlinguistik ( situasi yabg sesuai dengan objek supaya terbangun makna
).
6)Mengulang kata–kata penting dan ide–ide penting.

Beberapa faktor penting dalam keterampilan menyimak, diantaranya :


1)Unsur Pembicara
2)Unsur Materi
3)Unsur Penyimak /Siswa
a.Kondisi siswa dalam keadaan baik.
b.Siswa harus berkonsentrasi
c.Adanya monayt siswa dalam menyimak
d.Penyimak harus berpengalaman luas.
4)Unsur Situasi
a.Waktu penyimakan
b.Saran unsur pendukung
c.Suasana lingkungan.

F.CIRI–CIRI PENYIMAK IDEAL


1) Berkonsentrasi
2) Penyimak harus bermotivasi
3) Penyimak harus menyimak secara menyeluruh
4) Penyimak harus mengharagai pembicara
5) Penyimak yang baik harus selektif.
6) Penyimak harus sungguh–sungguh
7) Penyimak tidak mudah terganggu
8) Penyimaki harus cepat menyesuaikan diri.
9) Penyimak harus kenalk arah pembicaraan
10) Kontak dengan pembicara
11) Merangkum
12) Menilai
13) Merespon
Berbahasa merupakan kegiatan yang selalu mengisi berbagai bidang kehidupan
manusia, baik dalam bidang ekonomi, hukum, politik, dan pendidikan. Kegiatan
tersebut dapat berlangsung secara transaksional maupun interaksional. Dengan
bahasa, seseorang dapat menyampaikan ide, pikiran, perasaan atau informasi
kepada orang lain, baik secara lisan maupun secara tulisan. Hal ini sejalan dengan
pemikiran bahwa bahasa merupakan alat komunikasi antaranggota masyarakat
yang berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dalam dunia
pendidikan, khususnya bahasa Indonesia, pelaksanaan pembelajaran berbahasa
dikemas ke dalam empat aspek keterampilan berbahasa, yakni keterampilan
menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat aspek keterampilan
berbahasa tersebut telah menjadi landasan pembelajaran mulai tingkat sekolah
dasar hingga perguruan tinggi. Untuk itu, setiap pengajar senantiasa diberdayakan
kompetensinya agar menguasai keempat aspek tersebut. Oleh sebab itu, para guru
harus terus berupaya meningkatkan keberhasilannya dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di sekolah, seperti melakukan inovasiinovasi pembelajaran yang efektif,
inovatif, aktif, kreatif, dan menyenangkan.

Setiap penelitian memiliki pendekatan yang berbeda-beda, bergantung pada


metode yang digunakan masing-masing. Pendekatan yang digunakan dalam
tulisan ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lainlain. Pendekatan penelitian kualitatif ditentukan oleh karakter penelitian
kualitatif, yang tentu berbeda dengan karakter penelitian kuantitatif. Dilihat dari
ruang lingkupnya, penelitian kualitatif dibagi ke dalam dua cakupan, yakni
penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research).
Penelitian kepustakaan mengandalkan data-data yang hampir sepenuhnya dari
perpustakaan, sehingga penelitian ini lebih populer dikenal dengan penelitian
kualitatif deskriptif kepustakaan atau penelitian bibliografis. Selain itu, penelitian
kepustakaan sering juga diistilahkan dengan penelitian non-reaktif, karena
sepenuhnya hanya mengandalkan data-data yang bersifat teoritis dan dokumentasi
yang ada di perpustakaan. Sementara itu, penelitian lapangan mengandalkan data-
datanya di lapangan (social setting) yang diperoleh melalui informan dan data-
data dokumentasi yang berkaitan dengan subjek penelitian. Penelitian pustaka
atau studi pustaka tidak hanya sekadar urusan membaca dan mencatat literatur
atau buku-buku. Penelitian pustaka merupakan rangkaian kegiatan yang
berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat
serta mengolah bahan penelitian. Adapun dalam tulisan ini, jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif kepustakaan atau penelitian
bibliografis, karena mengandalkan teori-teori dari buku sebagai literatur.
Inovasi Model Pembelajaran Menyimak
Keterampilan menyimak adalah salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat
reseptif. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, keterampilan ini jelas
mendominasi aktivitas siswa dibanding dengan keterampilan berbahasa lainnya,
termasuk keterampilan berbicara. Namun, keterampilan ini baru diakui sebagai
komponen utama dalam pembelajaran berbahasa pada tahun 1970-an yang
ditandai oleh munculnya teori Total Physical Response, The Natural Approach,
dan Silent Period (Iskandarwassid, 2011). Ketiga terori ini menyatakan bahwa
menyimak bukanlah suatu kegiatan satu arah. Langkah pertama dari kegiatan
keterampilan menyimak adalah proses psikomotorik untuk menerima gelombang
suara melalui telinga dan mengirimkan impuls-impuls tersebut ke otak. Namun,
proses tadi hanyalah suatu permulaan dari suatu proses interaktif ketika otak
bereaksi terhadap impuls-impuls tadi untuk mengirimkan sejumlah mekanisme
kognitif dan efektif yang berbeda. Strategi pembelajaran menyimak berkembang
terutama dalam pengajaran bahasa asing. Munculnya teknologi perekaman seperti
kaset, CD, video, dan lain-lain, dapat meningkatkan kemajuan pemberian materi
ajar menyimak. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, tampaknya strategi belajar
menyimak masih berkutat dengan pola lama, yakni siswa mendengar dan
berupaya menjawab apa yang dijelaskan oleh guru. Ada kecendrungan bahwa
keterampilan menyimak dalam bahasa Indonesia kurang mendapat perhatian
dalam keseluruhan proses belajar bahasa Indonesia di semua jenjang pendidikan.
Fenomena seperti ini terjadi di hampir semua negara. Pembelajaran menyimak
dapat dilakukan sendiri atau terintegrasi dengan pembelajaran berbicara atau
membaca. Hal penting yang perlu dilakukan adalah perlunya perhatian terhadap
proses menyimak itu sendiri. Dalam pembelajaran menyimak, guru dapat
membelajarkan siswa dengan berbagai macam keterampilan, seperti menyimak
cepat dan menyimak pemahaman. Guru juga bisa membelajarkan menyimak
berdasarkan muatan isinya (ekonomi, sosial, budaya, politik, teknologi, sains),
medianya (radio, televisi, telepon, tape, VCD, DVD), dan jenis bahan simakan
lainnya (popular, serius, cerpen, puisi, drama). Selain itu, guru juga dapat
mengembangkan kemampuan menyimak siswa melalui pertanyaan, problem
solving dan brainstorming, pengelompokan dan pemetaan, membaca bersuara
bercerita, wawancara, dan juga bercerita Ada beberapa hal yang perlu dilatihkan
kepada siswa dalam kegiatan menyimak. Pertama, siswa diminta untuk
mendengarkan secara aktif. Sebelum dan pada saat menyimak, mereka diminta
untuk terus mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri berkaitan dengan bahan
yang disimak. Kedua, siswa diminta untuk mengamati secara cermat. Setiap
pembicara mempunyai gaya yang khas. Untuk itu, pendengar pelu memperhatikan
ekspresi wajah, gerak-gerik, gerakan tubuh, dan nada suara pembicara. Pembicara
mungkin akan mengulangi gagasan-gagasan yang dirasa penting. Ia juga akan
menulis atau menunjukkan sesuatu yang penting pada saat ia berbicara. Ketiga,
siswa diminta untuk berpartisipasi. Mereka tidak hanya mendengar, tetapi mereka
perlu bertanya jika mereka tidak mengerti. Mereka juga bisa memberikan
informasi tambahan dari informasi yang diberikan pembicara. Keempat, sebelum
mendengarkan,

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Menyimak adalah proses mendengarkan bunyi bahasa yang perlu pemahaman
yang tinggi, menelaah, mengidentifikasi, menafsirkan, menilai, menangkap Dn
memahami isi dalam bacaan. Dan menyimak juga merupakan suatu proses
kegiatan mendengarkan bunyi–bunyi bahasa dan non bahasa dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, dan interprestasi untuk memperoleh informasi,
sekaligus menangkap isi atau pesan, serta mampu memahami makna komunikasi
yang telah disampaikan oleh manusia dan atau sumber lainnya. Banyak sekali
situasi dalam kehidupan ini yang menuntut untuk bertahan kalau kita tidak mau
menemui kegagalan, kekalahan, dan kehancuran, suasana-suasana menyimak
terdiri dua, yaitu :
1.Menyimak defensive
2.Menyimak sportif Upaya menyimak tepat guna terdiri atas kesudian menyimak,
menyimak lebih lama, menyimak lebih sering, menyimak dengan prasangka dan
sterotifn yang minim. Prilaku menyimak terdiri dari menyimak factual dan
menyimak empatik, adapun upaya untuk meningkatkan prilaku menyimak adalah
menerima keanehan sang pembicara, memperbaiki sikap, jangan dulu
memberikan pertimbangan, memanfaatkan waktu secara bijaksana dan berlatih
menyimak bahan–bahan yang sulit.
B.Saran
Penulis memberikan beberapa saran , yaitu :
1.Menerapkan dan memahami suasana dalam menyimak
2.Menerapkan menyimak tepat guna dalam keidupan sehari-hari
3.Melaksanakan prilaku menyimak dalam kegiatan menyimak agar kualitas
menyimak lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
-Bandung Penerbit Angkasa
-Toronto : Mc Graw. Hill Ryerson Ltd
-Tarigan, Djago. 1986. Keterampilan Menyimak, Jakarta : Karunia

link:
https://www.academia.edu/9747608/Makalah_Menyimak
http://repository.upi.edu/1835/4/D_BIND_1007108_CHAPTER1
https://www.researchgate.net/publication/299602075_PENGEMBANGAN_P
EMBELAJARAN_KETERAMPILAN_MENYIMAK_MELALUI_TEKNOL
OGI_INFORMASI

Anda mungkin juga menyukai