Anda di halaman 1dari 15

REVISI

BIPA UNTUK MAHASISWA ASING


(Observasi dan Sit in BIPA di IAIN Surakarta)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pengajaran BIPA


Dosen Pengampu: Dr. Siti Isnaniah, M.Pd

Oleh:

Wahyu Joko Saputra S841708019


Arief Kurniatama S841708022
Listya Buana Putra S841708023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia telah dikenal sebagai bangsa yang besar dengan keanekaragaman flora dan
fauna, suku bangsa dan bahasa yang beragam. Bahasa Indonesia bukanlah bahasa buatan yang
secara sengaja dibuat begitu saja, melainkan bahasa Indonesia berakar dari rumpun Austronesia
Melayu. Bahkan beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei
Darussalam memahami tuturan bahasa Indonesia. Berkaitan dengan hal itu, saat ini bahasa
Indonesia telah digunakan oleh orang asing dengan tujuan akademik.
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) adalah salah satu program dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri yang
diberi nama program Darmasiswa Republik Indonesia (DRI). Darmasiswa adalah program
beasiswa yang ditawarkan kepada semua mahaiswa asing dari negara-negara yang memiliki
hubungan diplomatik dengan Indonesia. Peserta dapat memilih salah satu universitas terpilih
yang berlokasi di berbagai kota di Indonesia. Tujuan darmasiswa ini untuk mempromosikan
dan meningkatkan minat terhadap bahasa, seni, dan budaya Indonesia.
Program ini telah berkembang sejak 1990-an di kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta,
Surabaya, Malang, dan Bali. Pelaksanaan ini diselenggarkan oleh pihak pemerintah maupun
swasta yang telah memiliki kebijakan, standarisasi, dan penawaran yang menarik untuk
pemelajar. Bersumber dari situs darmasiswa.kemdikbud.go.id bahwa minat mahasiswa asing
yang mengikuti program darmasiswa ini mengalami peningkatan yang signifikan. Begitu pula
dengan pilihan jurusan favorit para peserta Darmasiswa yaitu 65% memilih bahasa Indonesia,
30% seni budaya, 3% kuliner dan pariwisata, dan 2% lain-lain (edukasi.kompas.com)
Adapun pembelajaran BIPA yang diadakan oleh perguruan tinggi biasanya termasuk
dalam salah satu program wajib bagi mahasiswa asing yang ingin belajar di Indonesia untuk
memudahkan mereka dalam berkomunikasi dan mengikuti perkuliahan. Meskipun adapula
mahasiswa asing yang juga mengambil kursus bahasa Indonesia di tempat lain untuk memenuhi
kebutuhan pribadinya.
Di Indonesia pembelajaran BIPA bukanlah hal baru. Setidaknya telah ada 219 perguruan
tinggi/lembaga di 40 negara yang telah menyelenggarakan program ini dengan nama yang
berbeda-beda. Bahkan di Ho Chi Min City Vietnam, bahasa Indonesia adalah bahasa kedua
yang digunakan oleh masyarakatnya. Upaya pemerintah untuk menguatkan bahasa Indonesia
semakin kokoh dengan dimunculkannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan yang merupakan
langkah tegas untuk memperkokoh posisi bahasa Indonesia.
Di lain pihak, keadaan ini tidak terlepas dari keberadaan Indonesia dalam kancah
kehidupan dunia internasional. Negara-negara lain merasa berkepentingan untuk menjalin
hubungan ekonomi dan politik serta kerja sama dalam banyak hal dengan Indonesia. Salah satu
faktor penunjang tercapainya hubungan dan kerja sama tersebut adalah dengan penguasaan
bahasa Indonesia. Dengan demikian, mereka berusaha untuk dapat menguasai bahasa
Indonesia.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis akan menjelaskan pembelajaran BIPA untuk
mahasiswa khususnya BIPA di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta sesuai dengan
hasil observasi yang telah penulis lakukan pada tanggal 10 April 2018 dan tanggal 17 April
2018 sebagai hasil dari revisi. Sebenarnya adapula pemaparan lainnya yang berkenaan dengan
BIPA untuk mahasiswa asing di perguruan tinggi lain hanya saja tidak melakukan pengamatan
secara langsung melainkan wawancara dengan pengajar BIPA dan mahasiswa asing yang
mengikuti BIPA di perguruan tinggi tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pembelajaran BIPA bagi mahasiswa di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Surakarta?
2. Apa sajakah keunikan pembelajaran BIPA di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Surakarta?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang terdapat dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan pembelajaran BIPA bagi mahasiswa di Intitut Agama Islam Negeri
(IAIN) Surakarta.
2. Untuk mengetahui keunikan pembelajaran BIPA di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Surakarta.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran BIPA Bagi Mahasiswa di IAIN Surakarta


Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki cakupan yang luas. Salah satu bagian
pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing
yang biasa dikenal dengan BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing). BIPA merupakan
pembelajaran bahasa Indonesia yang subjeknya adalah pemelajar asing. BIPA dipandang lebih
pada faktor pemelajarnya. Orang-orang yang menjadi subjek BIPA adalah orang asing, bukan
penutur bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa asing bagi pemelajar, baik
sebagai bahasa kedua, bahasa ketiga, bahasa keempat atau lainnya. Pembelajaran BIPA
menjadikan orang asing (pemelajar) dapat menguasai bahasa Indonesia atau mampu berbahasa
Indonesia (Kusmiatun, 2016: 1).
Program pembelajaran BIPA meliputi semua keterampilan berbahasa Indonesia, yaitu
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran BIPA tidak sama dengan
pembelajaran bahasa Indonesia yang diberikan pada penutur asli Indonesia (pribumi). Banyak
aspek yang harus diperhatikan dalam pembelajaran BIPA, baik aspek instruksional maupun
aspek non-instruksional. Sementara itu, pembelajaran BIPA untuk pribumi lebih diarahkan
pada penanaman nasionalisme.
Pembelajaran BIPA biasanya dilakukan untuk menjembatani terkait tujuan tertentu.
Mereka belajar bahasa Indonesia dengan tujuan yang beragam. Pemelajar BIPA memiliki
tujuan secara praktis dalam belajar BIPA, meskipun adapula yang menggeluti bahasa Indonesia
sebagai keilmuan. Hal ini berkaitan dengan tujuan belajar BIPA. Adapun tujuan pemelajar
BIPA belajar bahasa Indonesia adalah mampu berkomunikasi sehari-hari sehingga mereka
dapat nyaman dan mudah memahami hal-hal yang dapat mereka rasakan dan lihat selama di
Indonesia. Selain itu, tujuan lainnya adalah tujuan akademik, tujuan rekreasi, dan tujuan khusus
(orientasi pada pekerjaan khusus).
Program BIPA dapat digolongkan dalam beberapa jenis. Berdasarkan periode program
belajarnya, BIPA terbagi atas: (1) pembelajar BIPA singkat (short period) yang biasanya
berkisar antara 2 minggu sampai 2 bulan; (2) pembelajar BIPA reguler, yang biasanya
terlaksana dalam jangka waktu yang cukup memadai (sekitar 4 bulan atau satu semester atau
dua semester). Berdasarkan tingkat kemampuan pembalajarnya, pembelajaran BIPA juga
terbagi dalam beberapa kategori yakni BIPA level dasar (beginner), BIPA level menengah
(intermediate), dan BIPA level lanjut (advance). Sementara itu, pembagian yang mengacu pada
CEFR (Common European Framework Reference for Languages) yang dirincikan dalam 6
kategori yaitu, Prapemula (A1) dan Pemula (A2), Pramadya (B1) dan Madya (B2), dan
Pralanjut (C1) dan lanjut (C2).
BIPA merupakan perwujudan pembelajaran bahasa. Bahasa yang dibelajarkan adalah
bahasa Indonesia. Ada upaya membelajarkan bahasa Indonesia secara terencana, terarah, dan
sengaja. Dalam konteks pembelajaran BIPA, bahasa Indonesia dibelajarkan pada orang asing
yang sudah memiliki bahasa pertama. Bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa kedua atau
bahasa asing (ketiga, keempat dan seterusnya) bagi pembelajar. Misalnya saja, bagi para
pembelajar BIPA di Indonesia yang berasal dari Thailand Utara. Bahasa Indonesia dapat
menjadi bahasa kedua karena mereka hanya menguasai bahasa Thailand saja sebelumnya.
Sementara bagi pembelajar yang berasal dari Thailand Selatan, Bahasa Indonesia akan menjadi
bahasa ketiganya karena ia telah menguasai bahasa Thailand (bahasa ibu) dan bahasa Melayu.
Pembelajaran BIPA memiliki karakteristik dan norma pedagogik yang berbeda dengan
pembelajaran bahasa Indonesia pada penutur asli. Perbedaan tersebut terjadi karena pelajar
BIPA pada umumnya telah memiliki jangkauan dan target hasil pembelajaran secara tegas.
Dilihat dari tingkat pendidikannya, pada umumnya pelajar BIPA adalah orang-orang terpelajar.
Para pelajar BIPA memiliki gaya belajar yang khas dan kadang-kadang didominasi oleh latar
belakang budaya, minat, dan motivasi yang tinggi terhadap bahasa Indonesia (Suyitno, 2007:
64).
Pemahaman terhadap karakteristik pelajar asing diperlukan, terutama dalam upaya memilih
dan mengembangkan bahan pembelajaran BIPA. Untuk itulah pembelajaran BIPA ditentukan oleh
berbagai unsur yang masing-masing memiliki batasan fungsi dan peran di dalam mewujudkan
tujuan yang telah ditetapkan. Unsur-unsur yang terlibat dalam proses pembelajaran tersebut, antara
lain tujuan, materi, prosedur didaktik (metode/teknik), media, evaluasi, siswa (pelajar), guru
(tutor/pamong), dan pengelolaan kelas.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah didapatkan bahwa pembelajaran
BIPA di IAIN Surakarta mengacu pada Common European Framework of Reference for
Languages (CEFR). CEFR membagi kemampuan pemelajar bahasa asing ke dalam tiga
tingkatan besar yaitu A, B, dan C. Kemudian masing-masing tingkatan tersebut dibagi dua lagi
menjadi A1, A2, B1, B2, C1, dan C2. Keenam tingkatan di atas mirip dengan istilah yang
digunakan dalam tingkatan pemelajar bahasa asing tradisional, yaitu pemula, madya, dan lanjut
(Muliastuti, 2017: 53-55).
Mahasiswa yang mengikuti pengajaran BIPA di IAIN Surakarta adalah pelajar muslim
berasal dari berbagai sekolah di Patani, Thailand Selatan. Pelajar muslim adalah pelajar yang
berlatar belakang beragama islam. Mereka mengikuti BIPA di IAIN Surakarta melalui
kerjasama yang dilakukan oleh IAIN Surakarta di bawah Kementerian Agama. Jumlah mereka
yang penulis amati berjumlah 4 orang yang terdiri dari Sumaiyah Nima, Maryam Hajisameng,
Niyuraida Che-Useng, dan Muhammad Faosan Chewae. Tujuan mereka mengikuti
pembelajaran BIPA adalah untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat mengikuti
pembelajaran bahasa Indonesia di jurusan yang akan mereka dalami setelah proses pengajaran
BIPA di IAIN Surakarta.
Berikut ini merupakan uraian penjelasan mengenai sistem akademik yang meliputi
tenaga pengajar, kurikulum dan silabus, bahan ajar, model pembelajaran, media pembelajaran,
evaluasi dalam pembelajaran BIPA di IAIN Surakarta:
1. Tenaga Pengajar
Tenaga pengajar atau pendidik adalah tenaga kependidikan yang berpartispasi dan turut
serta dalam pelaksanaan pembelajaran. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 38 Tahun 1992 tentang tenaga kependidikan bahwa tenaga kependidikan atau
pendidik adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri secara langsung dalam
penyelenggaraan pendidikan dan bertugas untuk membimbing mengajar, dan/atau melatih
peserta didik.
Dalam pembelajaran BIPA di IAIN Surakarta, tenaga pengajar yang terlibat dalam proses
pembelajaran BIPA berjumlah 6 tenaga pengajar yang memiliki latar belakang dari jurusan
Bahasa Indonesia dan berstatus dosen tetap. Tenaga pengajar ini antara lain sebagai berikut:
a. Dr. Siti Isnaniah, S.Pd., M.Pd.
b. Elen Inderasari, S.Pd., M.Pd.
c. Farida Yufarlina Rosita, S.Pd., M.Pd.
d. Dian Uswatun Hasanah, S.Pd., M.Pd.
e. Endang Rahmawati, S.Pd., M.Pd.
f. Elita Ulfiana, S.S., M.A.
g. Andi Wicaksono, S.Pd., M.Pd.
h. Ferdi Arifin, S.S., M.A.
2. Kurikulum dan Silabus
Kurikulum memiliki cakupan yang luas karena mengacu pada semua aspek berupa
perencanaan, pengimplementasian, penilaian, dan pengaturan pendidikan (Nunan dalam
Muliastuti, 2017: 25). Kurikulum dapat terdiri dari sejumlah silabus, misalnya kurikulum
mencakup keseluruhan sekolah, sedangkan silabus pengajaran bahasa hanya bagian dari
kurikulum.
Sukmadinata (2011: 5-6) menyatakan bahwa kurikulum adalah sebuah dokumen tertulis
yang mengandung unsur-unsur, tetapi pada dasarnya kurikulum adalah sebuah rencana untuk
pendidikan siswa. Rencana dalam kurikulum yang dilakukan oleh sekolah bertujuan untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan (Idi dalam Zubaidi, 2015: 108). Berdasarkan uraian tentang
kurikulum, maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah sebuah rencana pedidikan atau
pengarajaran yang mencakup keseluruhan aspek dalam sekolah atau lembaga pendidikan.
Sementara itu, silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran
dengan tema-tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh
setiap satuan pendidikan.
Kurikulum program BIPA di IAIN Surakarta ini dirancang untuk masa pembelajaran 1,5
(satu setengah) tahun atau 3 (tiga) semester. Masa pembelajaran berlangsung di IAIN Surakarta
dengan tujuan memperdalam keterampilan berbahasa Indonesia dan pemahaman tentang
kebudayaan Indonesia yang beranekaragam serta keislaman masyarakat Indonesia yang
mayoritas berpenduduk Islam.
Dari segi isi, kurikulum ini terdiri atas tiga bagian pokok, yaitu (1) pemahaman tentang
kebahasaan dan keterampilan berbahasa Indonesia, (2) pemahaman tentang budaya Indonesia
yang beranekaragam, dan (3) pemahaman tentang masyarakat Islam Indonesia. Berikut ini
diuraikan sejumlah materi pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) dari
tingkat dasar, tingkat menengah, dan tingkat lanjut.
a. Daftar Materi Pembelajaran Tingkat Dasar
No. Materi Pembelajaran Status
1. Menyimak I Semester 1
2. Berbicara I Semester 1
3. Membaca I Semester 1
4. Menulis I Semester 1
5. Menyimak II Semester 1
6. Berbicara II Semester 1
7. Membaca II Semester 1
8. Menulis II Semester 1

b. Daftar Materi Pembelajaran Tingkat Menengah


No. Materi Pembelajaran Status
1. Menyimak III Semester 2
2. Berbicara III Semester 2
3. Membaca III Semester 2
4. Menulis III Semester 2
5. Menyimak IV Semester 2
6. Berbicara IV Semester 2
7. Membaca IV Semester 2
8. Menulis IV Semester 2

c. Daftar Materi Pembelajaran Tingkat Lanjut


No. Materi Pembelajaran Status
1. Cross Cultural Understanding (CCU) Semester 3
2. Indonesian in Special Purposed Semester 3

Sebenarnya kurikulum pembelajaran BIPA di IAIN Surakarta sudah ada seperti yang
tertera pada di atas, namun masih perlu revisi ulang karena mahasiswa BIPA di IAIN Surakarta
sepenuhnya bukanlah mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi melainkan pelajar yang
baru saja menyelesaikan pendidikan sekolah di negara mereka masing-masing, selain itu
disesuaikan dengan kebutuhan pemelajar.

3. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi
pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis
dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau
subkompetensi dengan segala kompleksitasnya (Lestari, 2013: 1).
a. Materi Pembelajaran
Suyitno (dalam Kusmiatun, 2016: 58) mendefinisikan bahwa materi pembelajaran adalah
bahan yang digunakan untuk belajar dan membantu pencapaian tujuan pembelajaran. Tujuan
mengarah pada isi, sedangkan materi pada sesuatu hal yang digunakan untuk mewujudkan
tercapainya isi yang ada dalam tujuan belajar. Dengan demikian, materi pembelajaran sangat
dekat hubungannya dengan tujuan pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran di dalam kelas BIPA IAIN Surakarta, pengajar menggunakan
materi dari buku ajar BIPA yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia berjudul “Sahabatku Indonesia Tingkat A1” dengan topik pembelajaran menulis.
Jadi, pengajar meminta mahasiswa untuk melakukan proses menulis dari hal-hal yang telah
diamati dan diajarkan. Sebelum itu, pengajar meminta mahasiswa untuk menyanyikan lagu
“Selamat Ulang Tahun” secara bersama-sama yang dipandu oleh pengajar dan dua mahasiswa
pengamat. Kemudian dari proses ini, mahasiswa diminta menjawab soal pertanyaan dari materi
tersebut.

b. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan di dalam proses belajar mengajar BIPA di IAIN
Surakarta adalah Student Teacher Aestatic Rule Sharing (STARS). Metode tersebut tidak hanya
terfokus pada pengajar atau pembelajarnya saja, tetapi kedua-duanya ikut aktif dalam proses
belajar mengajar sehingga hasil yang didapatkan di dalam penyampaian ilmu dapat diterima
dengan baik. Selain itu, baik pengajar maupun pembelajar tidak merasa bosan dan setiap tatap
muka selalu menyenangkan karena ada hal-hal baru yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan
nyata.

c. Strategi dan Teknik Pembelajaran BIPA


Strategi adalah suatu cara atau sebuah perencanaan dalam mencapai sesuatu. Strategi
dipahami sebagai keseluruhan rencana yang luas, sedangkan teknik bersifat implementatif yang
terjadi di ruang kelas (Kusmiatun, 2016: 79).
Pengajar dalam mengajar mahasiswa asing lebih menonjolkan pola pembelajaran yang
berpusat pada pembelajaran konstrutivistik. Pengajar juga menggunakan teknik pembelajaran
yang mengajak mahasiswa berpikir secara aktif, ilmiah, logis, dan sistematis. Selain itu,
adapula outing class untuk mahasiswa. Jadi mahasiswa akan diajak berwisata sekaligus
mempraktekkan pembelajaran bahasa Indonesia kepada masyarakat umum dalam bentuk
interaksi antar sesama ataupun interaksi antar kelompok.
Outing Class (karyawisata) adalah program pengenalan alam dan budaya yang ada di
wilayah tertentu. Program ini memberikan manfaat langsung kepada siswa dalam pembelajaran
bahasa, seni, dan budaya. Mahasiswa dapat mencoba mengekspresikan bahasa Indonesia
dengan berinteraksi dengan orang sekitar, misalnya dalam proses jual beli di pasar Gede atau
jual beli di pasar Klewer. Hal ini bertujuan untuk melatih mahasiswa BIPA agar lebih ekspresif
dan percaya diri dalam menggunakan bahasa Indonesia.
Sementara itu, teknik yang digunakan oleh pengajar dalam menyajikan materi pada
dasarnya menggunakan teknik celup total. Artinya bahwa pengajar berusaha sedapat mungkin
tidak menggunakan bahasa Inggris dalam penyampaian materi kepada mahasiswa. Hal ini agar
mahasiswa dapat lebih semangat dalam belajar bahasa Indonesia.

4. Media Pembelajaran
Media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan
suatu pesan atau informasi dari sumber kepada penerimanya (Soeparno, 1988: 1). Media
pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran terutama dalam pembelajaran BIPA.
Media ini sebagai pendukung, alat bantu, sehingga harus sesuai dengan tujuan dan materi
belajarnya. Pada pembelajaran BIPA yang terjadi di IAIN Surakarta, pengajar menggunakan
media instruksional berbentuk buku teks terprogam namun ditampilkan dalam bentuk visual
melalui laptop, media whiteboard, dan media lagu.
Belajar bahasa Indonesia dalam BIPA merupakan pembelajaran yang integratif. Artinya,
ada perpaduan dalam tiap aspek belajar dan keilmuan yang berbagai macam. Pengintegrasian
dilakukan interbidang dan antarbidang. Ranah topik pilihan mahasiswa itu sesungguhnya
memberi cermin keingintahuannya akan Indonesia, seiring proses belajar bahasa Indonesia
(Kusmiatun, 2016: 142).

5. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi merupakan salah satu komponen dalam sistem pembelajaran yang
keberadaannya sangat diperlukan. Dalam pembelajaran BIPA, evaluasi dapat dikaji dari
berbagai segi, yakni dari segi waktu pelaksanaan evaluasi, bentuk evaluasi, dan cara evaluasi
(Suyitno, 2017: 19-22).
a. Berdasarkan waktu pelaksanaanya, evaluasi pembelajaran BIPA dilaksanakan dalam wujud
evaluasi harian, mingguan, dua mingguan, tengah program, atau pun akhir program. Tujuan
evaluasi tersebut adalah untuk membelajarkan pemelajar agar terpacu untuk belajar dan
memacu pendidik untuk dapat membuat dan mengembangkan pembelajaran yang lebih
aktif, inovatif, dan menyenangkan.
b. Berdasarkan bentuknya, evaluasi dilaksanakan dalam pembelajaran BIPA dapat dibedakan
menjadi dua bentuk, yakni evaluasi bentuk objektif dan evaluasi bentuk subjektif. Evaluasi
bentuk objektif digunakan untuk mengevaluasi kemampuan tatabahasa, pemahaman makna
kata dan penggunaannya dalam kalimat, kemampuan menerjemahkan, dan pemahaman
bacaan. Adapun evaluasi bentuk subjektif digunakan untuk mengevaluasi kemampuan
produksi pelajar.
c. Berdasarkan caranya, evaluasi pembelajaran BIPA dilaksanakan dalam 3 cara, yaitu
evaluasi tulis, evaluasi secara lisan, dan evaluasi dalam bentuk seminar. Evaluasi tulis
digunakan untuk mengevaluasi penguasaan pemelajar, evaluasi secara lisan digunakan
untuk mengevaluasi kemampuan komunikasi pelajar, dan evaluasi dalam bentuk seminar,
dilaksanakan pada tingkat menengah dan tingkat lanjut.
Berkaitan dengan evaluasi pembelajaran BIPA di IAIN Surakarta, maka dapat dijelaskan
bahwa evaluasi yang ada lebih terhadap evaluasi berdasarkan bentuk dan berdasarkan cara
dengan objek evaluasi adalah pemelajar BIPA. Jadi, pendidik BIPA di IAIN Surakarta akan
mengevaluasi pemelajar BIPA melalui sebuah tes tentang keterampilan berbahasa. Hal ini
untuk mengetahui seberapa besar pemahaman mereka mengenai keterampilan berbahasa yang
telah diajarkan. Adapaun evaluasi berdasarkan cara yaitu lebih pada evaluasi tulis yang
digunakan untuk mengevaluasi penguasaan pemelajar.
Selanjutnya, evaluasi pembelajaran BIPA di IAIN Surakarta juga meliputi evaluasi
masukan, evaluasi proses, dan luaran atau hasil pembelajaran (outcome).
a. Evaluasi pembelajaran menekankan pada evaluasi karakteristik pembelajar, kelengkapan
dan keadaan sarana prasarana pembelajaran, karakteristik dan persiapan dosen, kurikulum
dan materi pembelajaran , strategi pembelajaran yang sesuai dengan program, serta keadaan
lingkungan dimana pembelajaran berlangsung.
b. Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada evaluasi pengelolaan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh pembelajar meliputi keefektifan strategi pembelajaran yang
dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang dilaksanakan, dan
minat, sikap serta cara belajar pembelajar.
c. Evaluasi hasil pembelajaran atau evaluasi hasil belajar antara lain menggunakan tes untuk
melakukan pengukuran hasil belajar sebagai prestasi belajar, dalam hal ini adalah
penguasaan kompetensi oleh setiap pembelajar.
Terkait dengan ketiga jenis evaluasi tersebut, dalam praktek pembelajaran secara umum
pelaksanaan evaluasi pembelajaran menekankan pada evaluasi proses pembelajaran dan
evaluasi hasil belajar. Untuk memudahkan digunakan istilah evaluasi pembelajaran.
Adapun aspek penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah semua tugas
yang diberikan kepada mahasiswa berupa aplikasi terhadap aspek pengetahuan, keterampilan,
dan sikap atau perilaku. Berikut aspek penilaian dalam pembelajaran BIPA di IAIN Surakarta:

Angka Huruf
80-100 A
70-79 B
50-69 C
40-49 D
0-39 E
Tidak Lengkap TL

Sesuai dengan uraian evaluasi yang didapatkan melalui observasi BIPA di IAIN
Surakarta dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan salah satu komponen yang sangat
penting dalam pembelajaran BIPA. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk berbagai keperluan,
seperti untuk mengukur kemampuan hasil belajar dan memacu pendidik untuk dapat membuat
dan mengembangkan pembelajaran yang lebih aktif, inovatif, dan menyenangkan, untuk
mengetahui perkembangan belajar, potensi dan kelebihan yang dimiliki pemelajar, dan dapat
mengatasi kegagalan dalam proses pembelajaran BIPA.

B. Keunikan Pembelajaran BIPA di IAIN Surakarta


Perlu diketahui bahwa BIPA di IAIN Surakarta meliputi 6 kelas yaitu kelas keterampilan
menyimak, kelas keterampilan berbicara, kelas keterampilan membaca, kelas keterampilan
menulis, kelas budaya, dan kelas wawasan keislaman. Setiap kelas yang ada dalam
pembelajaran BIPA di IAIN Surakarta sudah pasti memiliki keunikan masing-masing. Namun,
ada satu keunikan yang menjadi kekhasan dari pembelajaran BIPA di IAIN Surakarta yaitu
kelas wawasan keislaman.
Wawasan keislaman (islamic studies) merupakan sebuah pengetahuan tentang
pendidikan keislaman yang dipadukan dengan budaya Islam yang terdapat dalam suatu
masyarakat. Wawasan ini berupaya untuk memperkenalkan ajaran Islam secara lebih dekat dan
mendalam melalui kearifan lokal dari sebuah daerah, misalnya adalah peringatan malam 1 Suro
di Keraton Surakarta
Malam 1 Suro diperingati melalui berbagai macam kegiatan. Nantinya, para mahasiswa
akan diberikan pengetahuan mengenai penjelasan mengenai malam 1 Suro, deskripsi makna
dari malam 1 Suro, dan lain sebagainya. Mahasiswa BIPA yang terlibat di dalamnya dituntut
untuk memahami terlebih dahulu tentang malam 1 Suro sebagai wawasan keislaman mereka
tentang budaya Islam Jawa di Indonesia.
Mahasiswa diajak untuk mengamati prosesi malam 1 Suro, kemudian pengajar membuat
teks tentang malam 1 Suro yang dikaitkan dengan keterampilan berbahasa. Di dalam teks
tersebut berisi tentang inti sari dari malam 1 Suro atau semacam teks deskripsi tentang malam
1 Suro yang dikemas secara lebih sederhana.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pengajaran dan pembelajaran BIPA di perguruan tinggi khususnya BIPA di IAIN
Surakarta dapat dikatakan efektif dan memenuhi standar kualifikasi yang ada. Pengajar tidak
hanya memberikan pembelajaran bahasa Indonesia kepada mahasiwa asing saja melainkan juga
memperkenalkan dan mendekatkan seni dan budaya Indonesia melalui karyawisata (outing
class). Selain itu, mahasiswa BIPA juga dituntut ketekunan dan keuletan untuk belajar secara
efektif dan efesien dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
Program pembelajaran BIPA pula memberikan dampak positif bagi Indonesia karena
adanya semangat untuk memancanegarakan bahasa Indonesia ditengah generasi yang acapkali
mencampuradukkan bahasa sendiri dengan bahasa gaul yang menjadi tren di kalangan remaja
khususnya pelajar dan mahasiswa sehingga tidak sesuai dengan konteks dari bahasa Indonesia
sebagai bahasa pemersatu bangsa.

B. Saran
Pembelajaran BIPA di IAIN Surakarta masih perlu evaluasi yang mendalam. Evaluasi
ini berguna untuk berbagai keperluan, seperti untuk mengukur kemampuan hasil belajar dan
memacu pendidik untuk dapat membuat dan mengembangkan pembelajaran yang lebih aktif,
inovatif, dan menyenangkan, untuk mengetahui perkembangan belajar, potensi dan kelebihan
yang dimiliki pemelajar, dan dapat mengatasi kegagalan dalam proses pembelajaran BIPA.
Selain itu, evaluasi tidak hanya berlaku pada pemelajar BIPA melainkan juga berlaku
pada pendidik BIPA IAIN Surakarta karena tidak semua pendidik memberikan pengajaran
yang maksimal. Ada dosen yang hanya terpaku pada materi teks yang ada di modul atau buku
teks BIPA sehingga kurang inovatif.
DAFTAR PUSTAKA

Kusmiatun, Ari. (2016). Mengenal BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) dan
Pembelajarannya. Yogyakarta: Penerbit K Media.
____________. (2016). Topik Pilihan Mahasiswa Tiongkok dalam Pembelajaran BIPA
Program Transfer Kredit di UNY. Jurnal Litera. 15 (1): 138-146.
Lestari, Ika. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang: Akademia
Permata.
Muliastuti, Liliana. (2017). Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing: Acuan Teori dan
Pendekatan Pengajaran. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Soeparno. (1988). Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: PT Intan Pariwara.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2011). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Suyitno, Imam. (2007). Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing
(BIPA) berdasarkan Hasil Analisis Kebutuhan Belajar. Jurnal Wacana. 9 (1): 62-78.
___________. (2017). Deskripsi Empiris dan Model Perangkat Pembelajaran BIPA. Bandung:
PT Refika Aditama.
Zubaidi, Abidin. (2015). Model-Model Pengembangan Kurikulum dan Silabus Pembelajaran
Bahasa Arab. Jurnal Cendekia. 13 (1): 107-121.

Anda mungkin juga menyukai