Anda di halaman 1dari 8

PENGENALAN

BUDAYA
KOMUNIKASI
SEBAGAI BUDAYA
DALAM
PEMBELAJARAN
BIPA
Kelompok 4
Nama Kelompok:

- Adristi Afdal - Dicky Fahmi


- Amay Lanjar Wulandari - Fiamanillah
- Afiyah Masruri - Ilya Zulfadilla
- Andini Fitria - Pitriyasari
- Apri Winda Hafifah - Sicilia Desiarna
Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi setiap orang dan bahasa juga merupakan salah satu
ciri yang paling khas dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Bahasa sebagai
suatu sistem komunikasi adalah suatu bagian dari sistem kebudayaan, bahkan merupakan
bagian inti kebudayaan. Bahasa juga terlibat dalam semua aspek kebudayaan. Kebudayaan
manusia tidak akan mungkin terjadi tanpa bahasa karena bahasa merupakan faktor utama
yang menentukan terbentuknya kebudayaan. Bahasa dapat digunakan sebagai alat untuk
menyatukan perbedaan dari berbagai golongan.
Penyatuan perbedaan tersebut berkat adanya bahasa nasional. Di Indonesia bahasa nasional
yang digunakan adalah Bahasa Indonesia. Masyarakat tidak dapat memungkiri bahwa setiap
warga negara wajib menguasai bahasa nasional negaranya sendiri. Selain warga negara
Indonesia, WNA atau warga negara asing juga kerap mempelajari Bahasa Indonesia dengan
tujuan-tujuan tertentu.
Hal ini dibuktikan berdasarkan artikel yang diunggah oleh republika.com bahwa
pembelajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan di berbagai negara seperti AS, Maroko, Mesir,
Korea, Suriname, Australia, Vietnam, Ukraina, Kanada, Jepang, dan berbagai negara
lainnya. Kepopuleran bahasa Indonesia di mata dunia turut pula memberikan pengaruh
terhadap meluasnya program pengajaran BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) di
kalangan penutur asing. Bagi pengajar, hal utama yang harus diperhatikan dalam proses
pengajaran BIPA adalah pengenalan budaya Indonesia kepada pembelajar BIPA.

Satu-satunya penyebab kesulitan dan kesalahan dalam belajar bahasa kedua atau bahasa
asing adalah pengaruh bahasa pertama pelajar. Bahasa ibu merupakan bahasa prioritas
yang dikuasai oleh pelajar. Hal itu juga berpengaruh pada komunikasi yang dilakukannya
sehari-hari. Tidak heran bila pelajar BIPA merasa kesulitan dalam menguasai bahasa
Indonesia yang kedudukannya sebagai bahasa asing (B2). Kendala dari proses pembelajaran
tersebut ialah sulitnya peserta didik dalam menyerap ilmu yang disampaikan oleh pengajar.
Permasalahannya ada pada pengajar BIPA yang kurang dalam menentukan metode
mengajarnya dan media yang digunakan kurang bervariasi. Hal tersebut pastinya akan
menimbulkan kebosanan bagi pembelajar BIPA dikarenakan pembelajaran yang diberikan
kurang efisien untuk diterima oleh peserta didik dalam mempelajari Bahasa Indonesia.
PEMBAHASAN
Pengertian BIPA

BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) merupakan istilah yang


digunakan pada program pembelajaran bahasa Indonesia yang dikhususkan
untuk warga negara asing. Program BIPA menjadi populer dan semakin
diminati sejak terbukanya perdagangan bebas. Meskipun demikian, saat ini
masih banyak ditemukan perbedaan pendapat dan juga variasi mengenai
strategi pembelajaran bahasa Indonesia kepada penutur asing secara
efektif, baik yang berkaitan dengan alat-alat demi mencapai tujuan, materi
yang diajarkan, maupun metode yang digunakan (Wojo Wasito, 1976:1).
Komunikasi Sebagai Budaya dalam Pembelajaran
BIPA
Pembelajaran BIPA lebih menitikberatkan pada penggunaan bahasa daripada penjelasan tata bahasa. Dalam
aktivitas tersebut, pengajar BIPA memfungsikan dirinya sebagai mitra bicara dan mitra belajar bagi pelajar.
Pengajar memberikan kesempatan seoptimal mungkin kepada pelajar untuk berlatih menggunakan bahasa
Indonesia untuk berkomunikasi. Pendekatan pembelajaran difokuskan pada proses komunikasi sehingga arah
materi pembelajaran diwujudkan dalam bentuk keterampilan berbahasa. Dalam melakukan pendekatan
pembelajaran secara tepat, pengajar BIPA harus benar-benar mengetahui tingkat kemampuan pelajarnya.

Pada umumnya pelajar BIPA dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu kelas pemula, kelas
menengah, dan kelas lanjut. Dalam praktik pembelajaran, kadang-kadang setiap tingkatan tersebut
masih dapat dipilah lagi dalam beberapa tingkatan sesuai dengan kemampuan pelajar sehingga ada
kelas pemula, kelas pramenengah, kelas menengah, kelas pralanjut, dan kelas lanjut. Pengelompokan
pelajar BIPA sesuai dengan tingkat kemampuannya ini sangat penting dalam pelaksanaan
pembelajaran dan penciptaan kelas yang kondusif. Kelas yang pelajarnya memiliki kemampuan
setara akan menciptakan interaksi yang baik antar pelajar dan pengajar. Apabila kemampuan pelajar
relatif berbeda, aktivitas pembelajaran dapat terganggu oleh pelajar yang tidak dapat mengikuti
pelajaran, atau sebaliknya oleh pelajar lain yang memiliki kemampuan lebih tinggi.
Kesimpulan
Pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing pada hakikat adalah proses membelajarkan
orang asing agar dapat berbahasa Indonesia sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia.
Karena itu, dalam pembelajaran BIPA, faktor budaya tidak dapat dilepaskan dari proses
pembelajaran bahasa. Hal ini tidak dimaksudkan untuk menjadikan orang asing untuk
berbudaya Indonesia, tetapi diarahkan agar orang asing dalam berbahasa Indonesia dapat
menyesuaikan dengan konteks budaya percakapan tersebut dilakukan. Dalam upaya menjadikan
orang asing mengenali dan dapat melakukan praktik berbahasa Indonesia sesuai dengan
konteksnya, rancangan pembelajaran yang dipilih untuk membelajarkan BIPA adalah rancangan
komunikatif. Melalui rancangan ini, pelajar BIPA memilki kesempatan yang cukup untuk
mengenali budaya masyarakat Indonesia dan berlatih berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa Indonesia secara nyata. Dengan demikian, pelajar asing akan mampu dan terbiasa
menggunakan bahasa yang dipelajarinya sesuai dengan konteks budaya masyarakat penuturnya.
Sekian dan Terima Kasih

Kami siap menerima pertanyaan, yang tidak


siap hanyalah menerima kenyataan bahwa kita
hanya sebatas teman.

Anda mungkin juga menyukai