BERBICARA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikolinguistik
Dosen Pengampu:
Dr. Bambang Sumadyo, M. Pd
Disusun Oleh:
Hakikat menyimak dapat dilihat dari berbagai segi. Menyimak dapat dipandang sebagai suatu
sarana, sebagai suatu keterampilan, sebagai seni, sebagai suatu proses, sebagai suatu respon,
atau sebagai suatu pengalaman kreatif. Menyimak dikatakan sebagai suatu sarana sebab adanya
kegiatan yang dilakukan seseorang pada waktu menyimak yang harus melalui tahap mendengar
bunyi-bunyi yang telah dikenalnya. Secara bersamaan ia memaknai bunyi-bunyi tersebut.
Dengan cara seperti ini ia mampu menginterpretasikan dan memahami makna rentetan bunyi-
bunyi tersebut.
Menurut poerwadarminta (1984: 941) “ Menyimak adalah mendengarkan atau memerhatikan
baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang”. Menyimak merupakan proses pendengaran,
mengenal dan menginterprestasikan lambang-lambang lisan, sedangkan mendengar adalah
suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa banyak memerhatikan makna itu.
Jika keterampilan menyimak dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, seperti
keterampilan membaca, maka kedua keterampilan berbahasa ini berhubungan erat, karena
keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Perbedaannya terletak dalam hal jenis
komunikasi. Menyimak berhubungan dengan komunikasi lisan, sedangkan membaca
berhubungan dengan komunikasi tulis. Dalam hal tujuan, keduanya mengandung persamaan,
yaitu memperoleh informasi, menangkap isi, memahami makna komunikasi.
Keterampilan menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh anak manusia
bila dilihat dari proses pemerolehan bahasa. Sebelum anak dapat melakukan berbicara,
membaca, apalagi menulis, kegiatan menyimaklah yang pertama kali dilakukan. Secara
berturut-turut pemerolehan keterampilan berbahasa itu pada umumnya dimulai dari menyimak,
berbicara, membaca dan terakhir menulis.
Tujuan Menyimak
.
Teori dalam Pengajaran Menyimak dan Berbicara
Teori Mendengarkan Selektif, Suatu fenomena yang merupakan penjelajahan
khusus terhadap teori persepsi ujaran adalah cocktail party phenomenon
(fenomena pesta minum) Dalam teori ini dibayangkan seseorang yang berbicara
kepada orang lain dalam situasi pesta. yang sangat ramai, ternyata orang yang
diajak bicara tersebut masih dapat memahami kalimat-kalimat yang digunakan
mitra bicaranya. Ini terjadi karena pendengar melakukan kegiatan mendengarkan
selektif. Teori di atas berguna dalam pengajaran berbicara dan menyimak yang
dilakukan secara terintegrasi. Pada kenyataan berbahasa Indonesia, kita sering
berbicara dan menyimak dalam situasi gaduh seperti dalam kendaraan sehingga
deru mesin kendaraan tersebut sangat mengganggu, dalam pesta atau rapat yang
sangat banyak pengunjungnya, dan sebagainya. Dalam kondisi seperti itu, kita
sebagai pendengar harus menggunakan teori mendengarkan secara selektif agar
terus dapat mengikuti pembicara. Begitulah komunikasi dengan bahasa yang
sesungguhnya di masyarakat. Oleh sebab itu, pengajaran bahasa Indonesia dengan
pendekatan komunikatif harus menciptakan pengajaran yang mencerminkan
penggunaan bahasa yang sesungguhnya dalam masyarakat. Hal ini perlu bagi
pembelajar, karena kemampuan menyimak pembelajar perlu dilatih, termasuk
kemampuan menyimak selektif atau kemampuan mendengarkan selektif, agar
kemampuan mendengarkan pembelajar tersebut bertambah baik.
Hubungan Menyimak dengan Berbicara
Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan berbeda namun erat dan tidak terpisahkan.
Ibarat mata uang, satu sisi ditempati kegiatan berbicara dan satu sisi lainnya ditempati
kegiatan menyimak. Kegaiatan menyimak pasti dilakukan terlebih dahulu daripada kegiatan
berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi
komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon , tanya-jawab dan
interview.
Dalam komunikasi lisan, pembicara dan penyimak berpadu dalam suatu kegiatan yang
resiprokal berganti peran secara spontan, mudah, dan lancar dari pembicara menjadi
penyimak, dan dari penyimak menjadi pembicara. Pembicara cemas akan kepastian responsi
pendengar. Pembicara baru dapat memberikan responsi pendengar setelah dia mendapat
responsi dari penyimak. Pendengar baru dapat memberikan responsi yang tepat bila ia
memahami pesan yang disampaikan pembicara.
Kegiatan berbicara dan menyimak saling mengisi, saling melengkapi. Tidak ada gunanya
orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimaknya. Tidak mungkin orang menyimak
bila tidak ada orang yang berbicara. Karena itulah maka dikatakan kegiatan berbicara dan
menyimak merupakan kegiatan yang resiprokal. Melalui kegiatan menyimak siswa
mengenal ucapan kata, struktur kata dan struktur kalimat. Pengenalan terhadap cara
mengucapkan kata, mengenal dan memahami struktur kalimat merupakan landasan yang
kuat bagi pengembangan keterampilan menyimak. Berbicara dan menyimak merupakan dua
kegiatan yang tidak dapat dipisahkan, kegiatan berbicara selalu disertai kegiatan menyimak,
demikian pula kegiatan menyimak akan didahului kegiatan berbicara. Keduanya sama-sama
penting dalam komunikasi.
Menurut Brooks (dalam Tarigan, 2013:4) berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi
dua arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face-to-face communication. Hal-
hal yang dapat memperlihatkan eratnya hubungan antara berbicara dan menyimak adalah sebagai
berikut:
a. Ujaran ( speech ) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru ( imitasi ) ; oleh karena it,
model atau contoh yang disimak serta direkam oleh sang anak sangat penting dalam penguasaan
serta kecakapan berbicara
b. Kata-kata yang dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasannya ditentukan oleh sang
perangsang ( stimuli ) yang ditemuinya ( misalnya kehidupan desa, kota ) dan kata-kata yang paling
banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam penyampaian gagasan-gagasannya.
c. Ujaran sang anak memencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan di masyarakat tempatnya
hidup. Hal ini biasanya terlihat jelas dalam ucapan, intonasi, kosa kata, dan pola-pola kalimatnya.
d. Anak yang lebih kecil lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit
tinimbang kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya.
e. meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
f. Bunyi suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan cara pemakaian kata-kata sang
anak., oleh karena itu maka sang anak akan tertolong kalau dia mendengar serta menyimak ujaran-
ujaran yang baik dan benar dari para guru, rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita yang
bernilai tinggi , dan lain-lain.
g. Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga ( visual aids ) akan menghasilkan penangkapan
informasi yang lebih baik dari pihak penyimak. Umumnya sang anak mempergunakan bahasa yang
di dengar serta disimaknya.