Anda di halaman 1dari 17

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA

A. PENDAHULUAN
BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) adalah istilah untuk program
pembelajaran bahasa Indonesia yang dikhususkan untuk warga negara asing.
Program BIPA menjadi populer dan semakin diminati sejak terbukanya
perdagangan bebas. Akan tetapi, hingga kini masih ditemukan perbedaan
pendapat tentang cara mengajarkan bahasa Indonesia kepada penutur asing secara
efektif, baik yang berkaitan dengan alat-alat untuk mencapai tujuan, materi yang
semestinya diajarkan, maupun metode pengajarannya (Wojowasito, 1976:1).
Sebab dalam praktiknya banyak ditemukan variasi strategi pembelajaran bahasa.
Hal tersebut menunjukkan bahwa mengajarkan bahasa asing (termasuk bahasa
Indonesia) tidak sederhana dan memerlukan banyak pertimbangan.
Keeksistensian bahasa Indonesia di kancah internasional sudah tidak dapat
diragukan lagi. Terdapat beberapa universitas di wilayah Asia dan daratan Eropa
mengajarkan Bahasa Indonesia sebagai salah satu mata kuliah yang wajib
ditempuh. Upaya untuk membawa bahasa Indonesia di kancah Internasional salah
satunya yaitu melalui pengajaran BIPA. Penggunaan bahasa Indonesia dalam
pendidikan di Indonesia telah diatur dalam UU No. 24 Tahun 2009, khususnya
pasal 29 ayat (1). Hal tersebut berlaku pula pada program pengajaran BIPA di
Indonesia. Oleh karena itu mahasiswa asing yang belajar atau menuntut ilmu
bahkan bekerja di Indonesia, harus mampu menguasai penggunaan bahasa
Indonesia tersebut. salah satu cara agar mahasiswa asing tersebut dapat
menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehariharinya yaitu melalui
program BIPA.
Tingkat kemampuan pelajar BIPA berbeda-beda, mulai pelajar dengan
tingkat pemula hingga dengan pelajar tingkat lanjut. Berdasarkan tingkatan
kemampuan pelajar BIPA tersebut, muncul berbagai macam materi BIPA. Pada
materi tersebut tercatat beberapa penulis buku, baik penulis asing maupun penulis
Indonesia, yang menulis bahasa Indonesia untuk penutur asing. Tujuan yang
hendak mereka capai ialah mempermudah pelajar menguasai bahasa Indonesia.
Walaupun demikian, terdapat banyak variasi yang ditemukan baik dalam hal
pendekatan, teknik pengajaran, bahan ajar maupun urutannya.
Berdasarkan kekhususan ciri dalam proses pembelajaran BIPA, persoalan
yang harus dijawab adalah bagaimana mengarahkan para pelajar asing agar
termotivasi untuk belajar bahasa Indonesia sesuai dengan minat mereka. Padahal,
hingga saat ini masih banyak perselisihan tentang bagaimana mengajarkan bahasa
asing (termasuk bahasa Indonesia), baik yang berkaitan dengan alat-alat untuk
mencapai tujuan, materi yang semestinya diajarkan, maupun metode
pembelajarannya (Wojowasito 1976:1). Salah satu contoh permasalahan tersebut,
sebagaimana dikemukakan oleh Toda dan Sinaga yang menyatakan bahwa dalam
menentukan pilihan metode pembelajaran BIPA, tantangan pertama yang akan
dihadapi adalah menentukan pilihan yang tepat untuk diikuti dalam kaitannya
dengan konsep dasar dan saransaran pembelajaran bahasa yang dikemukakan oleh
para ahli.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut dan mempertahankan motivasi
belajar pelajar asing, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dalam menciptakan
perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal itu
berimplikasi pada, antara lain, upaya penyusunan program pembelajaran,
pemilihan metode pembelajaran, pengadaan bahan ajar, penyelenggaraan evaluasi,
penyiapan tenaga pengajar, pengadaan media, dan sumber belajar dan sebagainya
yang sesuai dengan kebutuhan pelajar.
Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya pendekatan dan metode pengajaran yang diterapkan guru. Dalam
pengajaran BIPA, pendekatan dan metode pengajaran yang sesuai dengan kondisi
pembelajar akan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dengan cepat. Dalam
kelas BIPA ada beberapa prinsip yang harus diterapkan, yaitu berbicaralah dengan
semua pembelajar dengan bahasa Indonesia (jangan hanya berbicara dengan
pembelajar yang paling fasih berbahasa Indonesia), bahasa Indonesia digunakan
sebagai bahasa pengantar proses belajar mengajar, perkenalkan pembelajar secara
pribadi dengan penutur asli atau melalui video, beri dorongan pembelajar agar
mau menggunakan bahasa Indonesia di luar kelas secara mandiri, rancang
aktivitas berbahasa yang melibatkan pembelajar secara pribadi, lebih berfokus
pada pengajaran bukan pada evaluasi, carilah cara yang efektif untuk
memanfaatkan media pengajaran yang sejalan dengan bahan pengajaran yang
akan disajikan.
Kondisi yang berbeda-beda tentang latar belakang kemampuan, ekonomi,
sosial budaya, agama dan motivasi siswa/murid tersebut dalam belajar, bisa
terlihat dari prestasi belajar yang dicapai, akhlak, budi pekerti dan perilaku
siswa/murid yang ditunjukkan oleh siswa/murid dalam kehidupannya sehari-hari.
Salah satu keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh pendekatan yang
digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Banyak pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan dan guru harus cermat dalam memilih
pendekatan mana yang cocok digunakan untuk lingkungannya.
Menurut Muhibbin Syah (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan
rohani siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar
siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki
kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk
membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (a) pendekatan pembelajaran, (b)
metode pembelajaran, (c) teknik pembelajaran; (d) model pembelajaran.

B. PEMBAHASAN
1. PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN
Aminuddin (1996), menjelaskan bahwa “pendekatan merupakan
seperangkat wawasan yang secara sistematis digunakan sebagai landasan berpikir
dalam menentukan metode, strategi, dan prosedur dalam mencapai target hasil
tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan”.
Menurut Edwar M. Anthoni (1963) pendekatan adalah seperangkat
asumsi korelatif yang menangani hakikat bahasa, pengajaran bahasa dan
pembelajaran bahasa. Pendekatan bersifat aksiomatik. Metode merupakan rencana
keseluruhan penyajian bahasa secara rapi, tertib, yang tidak ada bagian-bagiannya
yang berkontradiksi dan kesemuanya itu didasarkan pada pendekatan terpilih.
Metode bersifat prosedural. Di dalam satu pendekatan mungkin terdapat banyak
metode. Pendekatan menurut Kosadi, dkk (1979) adalah seperangakat asumsi
mengenai hakikat bahasa, pengajaran dan proses belajar-mengajar bahasa. Tapi
menurut Tarigan (1989), pendekatan adalah seperangkat korelatif yang menangani
teori bahasa dan teori pemerolehan bahasa.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,
yaitu: (a) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach) dan (b) pendekatan pembelajaran yang berorientasi
atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Berikut murupakan macam- macam pendekatan pengajaran bahasa
menurut Wahjoedi (1999), di antaranya adalah:
1. Pendekatan Integratif (student centered)
Pendekatan Integratif atau terpadu adalah rancangan kebijaksanaan
pengajaran bahasa dengan menyajikan bahan-bahan pelajaran secara terpadu,
yaitu dengan menyatukan, menghubungkan, atau mengaitkan bahan pelajaran
sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah-pisah. Pendekatan terpadu
terdiri dari dua macam :
a. Integratif Internal
Yaitu keterkaitan yang terjadi antar bahan pelajaran itu sendiri, misalnya pada
waktu pelajaran bahasa dengan fokus menulis kita bisa mengaitkan dengan
membaca dan mendengarkan juga.
b. Integratif Eksternal
Yaitu keterkaitan antara bidang studi yang satu dengan bidang studi yang lain,
misalnya bidang studi bahasa dengan sains dengan tema lingkungan maka kita
bisa meminta siswa/murid membuat karangan atau puisi tentang banjir untuk
pelajaran bahasanya untuk pelajaran sainsnya kita bisa menghubungkan
dengan reboisasi atau bisa juga pencemaran sungai.
Pendekatan integratif merupakan pedekatan pembelajaran yang dianjurkan
dalam implementasi kurikulum di sekolah saat ini. Pendekatan integratif dapat
pula digunakan dalam pembelajaran BIPA. Pendekatan ini sering disebut sebagai
pendekatan terpadu, pada hakikatya merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistis dan
autentik. Selain itu, pendekatan integratif mencoba memadukan beberapa pokok
bahasan dalam proses pembelajaran.
Kecenderungan konsep pembelajaran terpadu diyakini sebagai suatu
pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran anak. Pendekatan ini berangkat dari suatu paham bahwa
pembelajaran terpadu merupakan suatu konsep dasar pembentukan pengetahuan
dan struktur intelektual anak.
2. Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran, bahwa dalam setiap
kegiatan belajar mengajar yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu
adalah tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah
ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan teknik
pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut
dapat dicapai. Jadi, proses belajar mengajar ditentukan oleh tujuan yang telah
ditetapkan, untuk mencapai tujuan itu sendiri. Misalnya untuk pokok bahasan
menulis, tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan ialah “Siswa mampu
membuat karangan/cerita berdasarkan pengalaman atau informasi dari bacaan”.
Dengan berdasar pada pendekatan tujuan, maka yang penting ialah tercapainya
tujuan yakni siswa memiliki kemampuan mengarang.
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan “cara belajar
tuntas”. Dengan “cara belajar tuntas”, berarti suatu kegiatan belajar mengajar
dianggap berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti
pelajaranitu menguasai minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru.
Penentuan keberhasilan itu didasarkan hasil tes sumatif. Jika sekurang-kurangnya
85% dari jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat menjawab dengan betul
minimal 75% dari soal yang diberikan guru maka pembelajaran dapat dianggap
berhasil.
3. Pendekatan Struktural
Pendekatan Struktural merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa
sebagai kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa
pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau
tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu dititik beratkan pada
pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam fonologi, mofologi, dan
sintaksis. Dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan
suku kata menjadi sangat penting. Dengan struktural, siswa akan menjadi cermat
dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.
4. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar
mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses
pemerolehan hasil belajar. Jadi dapat diartikan bahwa pendekatan ketrampilan
proses dalam pembelajaran bahasa adalah pendekatan yang memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif dan kreatif
dalam proses pemerolehan bahasa. Keterampilan proses meliputi keterampilan
intelektual, keterampilan sosial, dan keterampilan fisik. Keterampilan proses
berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan konsep.
Konsep yang telah ditemukan atau dikembangkan berfungsi pula sebagai
penunjang keterampilan proses. Interaksi antara pengembangan keterampilan
proses dengan pengembangan konsep dalam proses belajar mengajar
menghasilkan sikap dan nilai dalam diri siswa. Tanda-tandanya terlihat pada diri
siswa seperti teliti, kreatif, kritis, objektif, tenggang rasa, bertanggung jawab,
jujur, terbuka, dapat bekerja sama, rajin, dan sebagainya.
Keterampilan proses dibangun sejumlah keterampilan-keterampilan.
Karena itu pencapainnya atau pengembangannya dilaksanakan dalam setiap
proses belajar mengajar dalam semua mata pelajaran. Setiap mata pelajaran
mempunyai karakteristik sendiri. Karena itu dalam penjabaran keterampilan
proses dapat berbeda pada setiap mata pelajaran.
Pendekatan ini merupakan pemberian/menumbuhkan kemampuan-
kemampuan dasar untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan
yang meliputi beberapa kemampuan seperti: kemmapuan mengamati, kemampuan
menghitung, kemampuan mengukur, Kemampuan mengklasifikasi, kemampuan
menemukan hubungan, Kemampuan membuat prediksi, kemampuan
melaksanakan penelitian, Kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data, dan
kemampuan mengkomunikasikan hasil.
5. Pendekatan Whole Language
Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang
menyajikan pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah (Edelsky, 1991;
Froese,1990; Goodman,1986; Weaver,1992). Whole language adalah cara untuk
menyatukan pandangan tentang bahasa, tentang pembelajaran, dan tentang orang-
orang yang terlibat dalam pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian dari whole language adalah
suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang didasari oleh paham constructivism.
Whole language dimulai dengan menumbuhkan lingkungan dimana bahasa
diajarkan secara utuh dan keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis) diajarkan secara terpadu.
6. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pendekatan konstektual merupakan suatu konsep belajar dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan,
berpikir kritis dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam
kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa
makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana
mencapainya.
7. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk
membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa, juga
mengembangkan prosedur-prosedur bagi pembelajaran empat keterampilan
berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis), mengakui dan
menghargai saling ketergantungan bahasa.
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang berlandaskan pada
pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi
merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Jadi
pembelajaran yang komunikatif adalah pembelajaran bahasa yang memungkinkan
peserta didik memiliki kesempatan yang memadai untuk mengembangkan
kebahasaan dan menunjukkan dalam kegiatan berbahasa baik kegiatan produktif
maupun reseptif sesuai dengan situasi nyata, bukan situasi buatan yang terlepas
dari konteks. Pendekatan komunikasi bertujuan untuk mengembangkan
kompetensi komunikatif para pembelajar bahasa yang mencakup kemampuan
menafsirkan bentuk-bentuk linguistik
Menurut Tarigan(dalam Solchan,dkk.2001:6.42) ada tiga jenis materi yang
di pakai dala pembelajaran bahasa denagn pendekatan komunikatif yakni materi
yang berdasarkan teks, materi berdasarkan tugas, dan meteri berdasarkan realita.
7. Pendekatan CBSA
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) merupakan istilah yang bermakna sama
dengan Student Active Learning (SAL). Dalam dunia pendidikan dan pengajaran
termasuk bahasa Indonesia dan bahasa indonesia, CBSA bukanlah hal yang baru.
Bahkan beberapa teori menunjukkan bahwa CBSA merupakan tuntutan logis dari
hakikat pembelajaran yang sebenarnya. Hampir tidak mungkin terjadi proses
pembelajaran yang tidak memerlukan keterlibatan siswa di dalamnya.
Sebagai suatu konsep, CBSA adalah suatu proses pembelajaran yang
subjek didiknya terlibat secara fisik, mental-intelektual, maupun sosial dalam
memahami ide-ide dan konsep-konsep pembelajaran (Ahmadi, 1991). Dengan
kata lain, arah pembelajaran CBSA mengacu pada siswa atau “student oriented”
yang bermakna pembentukan sejumlah keterampilan untuk membangun
pengetahuan sendiri baik melalui proses asimilasi maupun akomodasi. Dalam
proses pembelajaran yang seperti ini, siswa dipandang sebagai objek dan
sekaligus sebagai subjek.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa CBSA adalah salah
satu pendekatan pembelajaran yang menuntut aktivitas atau partisipasi peserta
didik seoptimal mungkin sehingga mereka mampu mengubah tingkah lakunya
dalam proses internalisasi secara lebih efektif dan efisien.

2. METODE DALAM PEMBELAJARAN


Metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008).
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Djamarah, SB. (2006: 46)
mejelaskan metode adalah ”suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan’.
Metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran bahasa, yang
mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang
akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remedi dan bagaimana
pengembangannya. Pemilihan, penentuan, dan penyusunan bahan ajar secara
sistematis dimaksudkan agar bahan ajar tersebut mudah diserap dan dikuasai oleh
siswa. Semuanya itu didasarkan pada pendekatan yang dianut. Melihat hal itu,
jelas bahwa suatu metode ditentukan berdasarkan pendekatan yang dianut; dengan
kata lain, pendekatan merupakan dasar penentu metode yang digunakan.
Metode dalam pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk
menyampaikan materi saja, sebab sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran
mempunyai tugas cakupan yang luas yaitu disamping sebagai penyampai
informasi juga mempunyai tugas untuk mengelola kegiatan pembelajaran
sehingga warga belajar dapat belajar untuk mencapai tujuan belajar secara tepat.
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode dalam pembelajaran sangat penting, metode merupakan bagian
dari faktor pendekatan belajar. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan maka seorang guru harus merancang metode atau strategi yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran.
Ada lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatu metode
mengajar yaitu :
 Kemampuan guru dalam menggunakan metode.
 Tujuan pengajaran yang akan dicapai.
 Bahan pengajaran yang perlu dipelajari siswa.
 Perbedaan individual dalam memanfaatkan inderanya.
 Sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
Menurut Soetopo (1993:148) metode pembelajaran yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar sebagai berikut :
1. Metode ceramah
Sebuah bentuk interaksi belajar mengajar yang dilakukan melaui penjelasan
dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap sekelompok peserta diklat.
2. Metode tanya jawab
Suatu metode dimana guru menggunakan atau memberi pertanyaan kepada
murid dan murid menjawab atau sebaliknya murid bertanya kepada guru dan
guru menjawab pertanyaan murid tersebut.
3. Metode diskusi Merupakan
Suatu metode pembelajaran yang mana guru memberi suatu persoalan
(masalah) kepada murid dan para murid diberi kesempatan secara bersama-
sama untuk memecahkan masalah itu dengan teman-temannya.

4. Metode pemberian tugas (resitasi)


Merupakan bentuk interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya
satu atau lebih tugas yang diberikan oleh guru dimana penyelesaian tugas
tersebut dapat dilakukan secara perorangan atau keompok sesuai dengan
perintah guru.
5. Metode demonstrasi dan eksperimen
Metode demonstrasi adalah metode dimana seorang guru memperlihatkan
sesuatu proses kepada seluruh anak didiknya. Sedangkan metode eksperimen
adalah guru atau siswa mengerjakan sesuatu serta mengemati proses hasil
percobaan itu.
6. Metode simulasi
Metode simulasi adalah cara penyajian pengalaman belajar dengan
menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau
ketrampilan sesuatu.
Namun Sudarwan Danim (2008:36), menyatakan bahwa metode
pembelajaran yang umum dipakai dalam proses belajar mengajar dikelas sebagai
berikut:
1. Metode Ceramah
Ceramah diartikan sebagai proses penyampaian informasi dengan jalan
mengeksplanasi atau menuturkan sekelompok materi secara lisan dan pada
saat yang sama materi tersebut diterima oleh sekelompok subyek.
2. Metode Diskusi
Diskusi diartikan sebagai suatu proses penyampaian materi, dimana guru
bersama subjek didik mengadakan dialog bersama untuk mencari jalan
pemecahan dan menyerap serta menganalisis satu atau sekelompok materi
tertentu.
3. Metode Tugas
Tugas diartikan sebagai materi tambahan yang harus dipenuhi oleh subjek
didik, baik didalam maupun diluar kelas.
4. Metode Latihan Inkuiri
Latihan inkuiri diartikan sebagai proses mempersiapkan kondisi agar subjek
didik siap menjawab teka teki.
5. Metode Karyawisata
Metode karya wisata diartikan sebagai suatu strategi belajar mengajar,
dimana guru dan muridnya mengunjungi suatu tempat tertentu yang relevan
untuk memperoleh sejumlah pengalaman empiris.
6. Metode Seminar
Dengan seminar, biasanya wawasan terbuka luas, peran serta subjek dominan,
namun perlu persiapan yang memadai, seperti: penentuan topik,
mempersiapkan kertas kerja, organisasi kelas, pengelompokan siswa menurut
variasi/perbedaan kemampuan individual mereka.
7. Metode Metode Mengajar yang Lain
Metode mengajar yang lainnya seperti studi kasus, bermain peranan, simulasi
sosial, kerja dalam kelompok dan seterusnya.

3. TEKNIK DALAM PEMBELAJARAN


Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar
yang telah disusun (dalam metode), berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik
yang digunakan oleh guru bergantung pada kemampuan guru itu mencari akal
atau siasat agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan
baik. Dalam menentukan teknik pembelajaran ini, guru perlu mempertimbangkan
situasi kelas, lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi
yang lain. Dengan demikian, teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat
bervariasi sekali. Untuk metode yang sama dapat digunakan teknik pembelajaran
yang berbeda-beda, bergantung pada berbagai faktor tersebut.
Dadang Sunendar (2011), berpendapat bahwa “Teknik adalah cara
sistematis mengerjakan sesuatu. Teknik merupakan suatu kiat, siasat, atau
penemuan yang digunakan untuk menyelesaikan serta menyempurnakan suatu
tujuan langsung”.
Dalam proses belajar mengajar, teknik dapat diartikan cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Teknik
harus konsisten dengan metode (Harnidi dan Dewi, 2012). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa teknik merupakan cara yang dilakukan untuk menunjang
penggunaan metode dalam mencapai tujuan dalam proses belajar mengajar.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa teknik pembelajaran adalah
siasat yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk memperoleh hasil yang optimal. Teknik pembelajaran ditentukan
berdasarkan metode yang digunakan, dan metode disusun berdasarkan pendekatan
yang dianut. Dengan kata lain, pendekatan menjadi dasar penentuan teknik
pembelajaran. Dari suatu pendekatan dapat diterapkan teknik pembelajaran yang
berbeda-beda pula.
Berikut ini adalah contoh teknik-teknik yang biasa digunakan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia.
1. Teknik pembelajaran menyimak
a. Simak-ulang ucap
b. Simak-tulis (dikte)
c. Simak-kerjakan
d. Memperluas kalimat
f. Menyelesaikan cerita
g. Membuat rangkuman
i. Bisik berantai
2. Teknik pembelajaran berbicara
a. Ulang-ucap
b. Lihat-ucapkan
c. Menjawab pertanyaan
d. Bertanya
e. Melanjutkan cerita
f. Menceritakan kembali
g. Percakapan
h. Bermain peran
i. Wawancara
3. Teknik pembelajaran membaca
a. Membaca survey
b. Membaca sekilas
c. Membaca nyaring
d. Membaca dalam hati
e. Membaca kritis
f. Membaca pemahaman
4. Teknik pembelajaran menulis
a. Menulis abjad
b. Menulis Kegiatan
c. Menulis Bentuk Gambar
d. Menulis Cara Memainkan Sesuatu
e. Menulis catatan harian

4. MODEL DALAM PEMBELAJARAN


Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 41) model pembelajaran merupakan
salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik
secara adaptif maupun generatif. Model pembelajaran sangat erat kaitannya
dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru
(teaching style).
Menurut Komalasari (2011: 57) menyatakan bahwa model pembelajaran
pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Sedangkan menurut Suprijono (2011:
46) model pembelajaran didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana dalam kegiatan pembelajaran yang disajikan
oleh guru untuk mengorganisasikan pengalaman belajar dan merancang
pengajaran yang bermakna sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam mengajar guru harus memperhatikan model pembelajaran yang
cocok agar dapat meningkatkan hasil pembelajaran yang di ajarkan. Ada banyak
model pembelajaran yang berkembang saat ini yang dapat membantu guru dalam
pembelajaran.
Menurut Bern dan Erickson (dalam Komalasari, 2011: 55) model-model
pembelajaran memiliki banyak tipenya, diantaranya:
1. Pembelajaran berbasis masalah (problem-based-learning) adalah strategi
belajar yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan
mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu
2. Pembelajaran berbasis proyek (projek-based-learning) adalah pendekatan yang
memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin pembelajaran
3. Pembelajaran pelayanan (service learning) adalah model yang menyediakan
suatu aplikasi praktis suatu pengembangan pengetahuan melalui proyek dan
aktivitas
4. Pembelajaran berbasis kerja (work-based-learning) adalah dimana tempat kerja
terintegrasi dengan materi di kelas untuk kepentingan para siswa dalam
memahami dunia terkait
5. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah strategi pembelajaran
yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar
kecil di mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Ada beberapa tipe model dalam pembelajaran kooperatif, walaupun
prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif tidak berubah, tipe-tipe model tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Student Teams Achievement Division (STAD)
Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang
yang beragam kemampuan, jenis kelamin dan sukunya. Guru memberikan
suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa
semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut (Rusman,
2012: 213).
b. Jigsaw
Arti jigsaw dalam bahasa inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang
menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun sebuah
gambar (Rusman, 2012: 217)

c. Investigasi Kelompok (Group Investigation)


Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan
teknik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan
beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari
keseluruhan unit materi yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau
menghasilkan laporan kelompok (Rusman, 2012: 220).
d. Example non-example
Example non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan
gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran. Model ini
bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan memecahkan
permasalahan-permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh gambar yang
disajikan (Huda, 2013: 234).
e. Make a match
Penerapan model ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa
yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin (Rusman, 2012: 223).
f. Teams Games Tournaments (TGT)
Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada
kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah
kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang
sesuain dengan angka tersebut (Rusman, 2012: 224).

Contoh penerapan pendekatan, metode, teknik dan model dalam suatu kegiatan
pembelajaran:
Pendekatan : integrative (integrative approach)
Metode : pemberian tugas (giving assignment)
Teknik : menulis kegiatan (writing activity)
Model : pembelajaran berbasis proyek (project based learning)

C. KESIMPULAN
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan merupakan
seperangkat asumsi yang aksiomatik tentang hakikat bahasa, pengajaran dan
belajar bahasa yang dipergunakan sebagai landasan dalam merancang,
melaksanakan dan menilai proses belajar-mengajar bahasa.
Manfaat pembelajaran bahasa Indonesia dapat bersifat praktis dan
strategis. Adapun yang menjadi manfaat pembelajaran bahasa Indonesia adalah
meningkatkan kemampuan komunikasi, pembentuk perilaku positif, sarana
pengembang ilmu pengetahuan, sarana memperoleh ilmu pengetahuan, sarana
pengembang nilai norma kedewasaan, sarana ekspresi imajinatif; sarana
penghubung dan pemersatu masyarakat Indonesia, dan sarana transfer kultural.
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki
kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk
membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (a) pendekatan pembelajaran, (b)
metode pembelajaran, (c) teknik pembelajaran; (d) model pembelajaran. Keempat
istilah tersebut memiliki makna yang berbeda namun saling terkait satu sama lain
dalam pembelajaran.
Pendekatan dan metode yang dipilih guru dalam memberikan suatu materi
pelajaran sangat menentukan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Tidak
pernah ada satu pendekatan dan metode yang cocok untuk semua materi pelajaran,
dan pada umumnya untuk merealisasikan satu pendekatan dalam mencapai tujuan
digunakan multi metode.

Anda mungkin juga menyukai