A. PENDAHULUAN
BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) adalah istilah untuk program
pembelajaran bahasa Indonesia yang dikhususkan untuk warga negara asing.
Program BIPA menjadi populer dan semakin diminati sejak terbukanya
perdagangan bebas. Akan tetapi, hingga kini masih ditemukan perbedaan
pendapat tentang cara mengajarkan bahasa Indonesia kepada penutur asing secara
efektif, baik yang berkaitan dengan alat-alat untuk mencapai tujuan, materi yang
semestinya diajarkan, maupun metode pengajarannya (Wojowasito, 1976:1).
Sebab dalam praktiknya banyak ditemukan variasi strategi pembelajaran bahasa.
Hal tersebut menunjukkan bahwa mengajarkan bahasa asing (termasuk bahasa
Indonesia) tidak sederhana dan memerlukan banyak pertimbangan.
Keeksistensian bahasa Indonesia di kancah internasional sudah tidak dapat
diragukan lagi. Terdapat beberapa universitas di wilayah Asia dan daratan Eropa
mengajarkan Bahasa Indonesia sebagai salah satu mata kuliah yang wajib
ditempuh. Upaya untuk membawa bahasa Indonesia di kancah Internasional salah
satunya yaitu melalui pengajaran BIPA. Penggunaan bahasa Indonesia dalam
pendidikan di Indonesia telah diatur dalam UU No. 24 Tahun 2009, khususnya
pasal 29 ayat (1). Hal tersebut berlaku pula pada program pengajaran BIPA di
Indonesia. Oleh karena itu mahasiswa asing yang belajar atau menuntut ilmu
bahkan bekerja di Indonesia, harus mampu menguasai penggunaan bahasa
Indonesia tersebut. salah satu cara agar mahasiswa asing tersebut dapat
menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehariharinya yaitu melalui
program BIPA.
Tingkat kemampuan pelajar BIPA berbeda-beda, mulai pelajar dengan
tingkat pemula hingga dengan pelajar tingkat lanjut. Berdasarkan tingkatan
kemampuan pelajar BIPA tersebut, muncul berbagai macam materi BIPA. Pada
materi tersebut tercatat beberapa penulis buku, baik penulis asing maupun penulis
Indonesia, yang menulis bahasa Indonesia untuk penutur asing. Tujuan yang
hendak mereka capai ialah mempermudah pelajar menguasai bahasa Indonesia.
Walaupun demikian, terdapat banyak variasi yang ditemukan baik dalam hal
pendekatan, teknik pengajaran, bahan ajar maupun urutannya.
Berdasarkan kekhususan ciri dalam proses pembelajaran BIPA, persoalan
yang harus dijawab adalah bagaimana mengarahkan para pelajar asing agar
termotivasi untuk belajar bahasa Indonesia sesuai dengan minat mereka. Padahal,
hingga saat ini masih banyak perselisihan tentang bagaimana mengajarkan bahasa
asing (termasuk bahasa Indonesia), baik yang berkaitan dengan alat-alat untuk
mencapai tujuan, materi yang semestinya diajarkan, maupun metode
pembelajarannya (Wojowasito 1976:1). Salah satu contoh permasalahan tersebut,
sebagaimana dikemukakan oleh Toda dan Sinaga yang menyatakan bahwa dalam
menentukan pilihan metode pembelajaran BIPA, tantangan pertama yang akan
dihadapi adalah menentukan pilihan yang tepat untuk diikuti dalam kaitannya
dengan konsep dasar dan saransaran pembelajaran bahasa yang dikemukakan oleh
para ahli.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut dan mempertahankan motivasi
belajar pelajar asing, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dalam menciptakan
perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal itu
berimplikasi pada, antara lain, upaya penyusunan program pembelajaran,
pemilihan metode pembelajaran, pengadaan bahan ajar, penyelenggaraan evaluasi,
penyiapan tenaga pengajar, pengadaan media, dan sumber belajar dan sebagainya
yang sesuai dengan kebutuhan pelajar.
Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya pendekatan dan metode pengajaran yang diterapkan guru. Dalam
pengajaran BIPA, pendekatan dan metode pengajaran yang sesuai dengan kondisi
pembelajar akan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dengan cepat. Dalam
kelas BIPA ada beberapa prinsip yang harus diterapkan, yaitu berbicaralah dengan
semua pembelajar dengan bahasa Indonesia (jangan hanya berbicara dengan
pembelajar yang paling fasih berbahasa Indonesia), bahasa Indonesia digunakan
sebagai bahasa pengantar proses belajar mengajar, perkenalkan pembelajar secara
pribadi dengan penutur asli atau melalui video, beri dorongan pembelajar agar
mau menggunakan bahasa Indonesia di luar kelas secara mandiri, rancang
aktivitas berbahasa yang melibatkan pembelajar secara pribadi, lebih berfokus
pada pengajaran bukan pada evaluasi, carilah cara yang efektif untuk
memanfaatkan media pengajaran yang sejalan dengan bahan pengajaran yang
akan disajikan.
Kondisi yang berbeda-beda tentang latar belakang kemampuan, ekonomi,
sosial budaya, agama dan motivasi siswa/murid tersebut dalam belajar, bisa
terlihat dari prestasi belajar yang dicapai, akhlak, budi pekerti dan perilaku
siswa/murid yang ditunjukkan oleh siswa/murid dalam kehidupannya sehari-hari.
Salah satu keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh pendekatan yang
digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Banyak pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan dan guru harus cermat dalam memilih
pendekatan mana yang cocok digunakan untuk lingkungannya.
Menurut Muhibbin Syah (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan
rohani siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar
siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki
kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk
membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (a) pendekatan pembelajaran, (b)
metode pembelajaran, (c) teknik pembelajaran; (d) model pembelajaran.
B. PEMBAHASAN
1. PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN
Aminuddin (1996), menjelaskan bahwa “pendekatan merupakan
seperangkat wawasan yang secara sistematis digunakan sebagai landasan berpikir
dalam menentukan metode, strategi, dan prosedur dalam mencapai target hasil
tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan”.
Menurut Edwar M. Anthoni (1963) pendekatan adalah seperangkat
asumsi korelatif yang menangani hakikat bahasa, pengajaran bahasa dan
pembelajaran bahasa. Pendekatan bersifat aksiomatik. Metode merupakan rencana
keseluruhan penyajian bahasa secara rapi, tertib, yang tidak ada bagian-bagiannya
yang berkontradiksi dan kesemuanya itu didasarkan pada pendekatan terpilih.
Metode bersifat prosedural. Di dalam satu pendekatan mungkin terdapat banyak
metode. Pendekatan menurut Kosadi, dkk (1979) adalah seperangakat asumsi
mengenai hakikat bahasa, pengajaran dan proses belajar-mengajar bahasa. Tapi
menurut Tarigan (1989), pendekatan adalah seperangkat korelatif yang menangani
teori bahasa dan teori pemerolehan bahasa.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,
yaitu: (a) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach) dan (b) pendekatan pembelajaran yang berorientasi
atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Berikut murupakan macam- macam pendekatan pengajaran bahasa
menurut Wahjoedi (1999), di antaranya adalah:
1. Pendekatan Integratif (student centered)
Pendekatan Integratif atau terpadu adalah rancangan kebijaksanaan
pengajaran bahasa dengan menyajikan bahan-bahan pelajaran secara terpadu,
yaitu dengan menyatukan, menghubungkan, atau mengaitkan bahan pelajaran
sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah-pisah. Pendekatan terpadu
terdiri dari dua macam :
a. Integratif Internal
Yaitu keterkaitan yang terjadi antar bahan pelajaran itu sendiri, misalnya pada
waktu pelajaran bahasa dengan fokus menulis kita bisa mengaitkan dengan
membaca dan mendengarkan juga.
b. Integratif Eksternal
Yaitu keterkaitan antara bidang studi yang satu dengan bidang studi yang lain,
misalnya bidang studi bahasa dengan sains dengan tema lingkungan maka kita
bisa meminta siswa/murid membuat karangan atau puisi tentang banjir untuk
pelajaran bahasanya untuk pelajaran sainsnya kita bisa menghubungkan
dengan reboisasi atau bisa juga pencemaran sungai.
Pendekatan integratif merupakan pedekatan pembelajaran yang dianjurkan
dalam implementasi kurikulum di sekolah saat ini. Pendekatan integratif dapat
pula digunakan dalam pembelajaran BIPA. Pendekatan ini sering disebut sebagai
pendekatan terpadu, pada hakikatya merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistis dan
autentik. Selain itu, pendekatan integratif mencoba memadukan beberapa pokok
bahasan dalam proses pembelajaran.
Kecenderungan konsep pembelajaran terpadu diyakini sebagai suatu
pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran anak. Pendekatan ini berangkat dari suatu paham bahwa
pembelajaran terpadu merupakan suatu konsep dasar pembentukan pengetahuan
dan struktur intelektual anak.
2. Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran, bahwa dalam setiap
kegiatan belajar mengajar yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu
adalah tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah
ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan teknik
pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut
dapat dicapai. Jadi, proses belajar mengajar ditentukan oleh tujuan yang telah
ditetapkan, untuk mencapai tujuan itu sendiri. Misalnya untuk pokok bahasan
menulis, tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan ialah “Siswa mampu
membuat karangan/cerita berdasarkan pengalaman atau informasi dari bacaan”.
Dengan berdasar pada pendekatan tujuan, maka yang penting ialah tercapainya
tujuan yakni siswa memiliki kemampuan mengarang.
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan “cara belajar
tuntas”. Dengan “cara belajar tuntas”, berarti suatu kegiatan belajar mengajar
dianggap berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti
pelajaranitu menguasai minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru.
Penentuan keberhasilan itu didasarkan hasil tes sumatif. Jika sekurang-kurangnya
85% dari jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat menjawab dengan betul
minimal 75% dari soal yang diberikan guru maka pembelajaran dapat dianggap
berhasil.
3. Pendekatan Struktural
Pendekatan Struktural merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa
sebagai kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa
pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau
tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu dititik beratkan pada
pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam fonologi, mofologi, dan
sintaksis. Dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan
suku kata menjadi sangat penting. Dengan struktural, siswa akan menjadi cermat
dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.
4. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar
mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses
pemerolehan hasil belajar. Jadi dapat diartikan bahwa pendekatan ketrampilan
proses dalam pembelajaran bahasa adalah pendekatan yang memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif dan kreatif
dalam proses pemerolehan bahasa. Keterampilan proses meliputi keterampilan
intelektual, keterampilan sosial, dan keterampilan fisik. Keterampilan proses
berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan konsep.
Konsep yang telah ditemukan atau dikembangkan berfungsi pula sebagai
penunjang keterampilan proses. Interaksi antara pengembangan keterampilan
proses dengan pengembangan konsep dalam proses belajar mengajar
menghasilkan sikap dan nilai dalam diri siswa. Tanda-tandanya terlihat pada diri
siswa seperti teliti, kreatif, kritis, objektif, tenggang rasa, bertanggung jawab,
jujur, terbuka, dapat bekerja sama, rajin, dan sebagainya.
Keterampilan proses dibangun sejumlah keterampilan-keterampilan.
Karena itu pencapainnya atau pengembangannya dilaksanakan dalam setiap
proses belajar mengajar dalam semua mata pelajaran. Setiap mata pelajaran
mempunyai karakteristik sendiri. Karena itu dalam penjabaran keterampilan
proses dapat berbeda pada setiap mata pelajaran.
Pendekatan ini merupakan pemberian/menumbuhkan kemampuan-
kemampuan dasar untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan
yang meliputi beberapa kemampuan seperti: kemmapuan mengamati, kemampuan
menghitung, kemampuan mengukur, Kemampuan mengklasifikasi, kemampuan
menemukan hubungan, Kemampuan membuat prediksi, kemampuan
melaksanakan penelitian, Kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data, dan
kemampuan mengkomunikasikan hasil.
5. Pendekatan Whole Language
Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang
menyajikan pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah (Edelsky, 1991;
Froese,1990; Goodman,1986; Weaver,1992). Whole language adalah cara untuk
menyatukan pandangan tentang bahasa, tentang pembelajaran, dan tentang orang-
orang yang terlibat dalam pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian dari whole language adalah
suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang didasari oleh paham constructivism.
Whole language dimulai dengan menumbuhkan lingkungan dimana bahasa
diajarkan secara utuh dan keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis) diajarkan secara terpadu.
6. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pendekatan konstektual merupakan suatu konsep belajar dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan,
berpikir kritis dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam
kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa
makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana
mencapainya.
7. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk
membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa, juga
mengembangkan prosedur-prosedur bagi pembelajaran empat keterampilan
berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis), mengakui dan
menghargai saling ketergantungan bahasa.
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang berlandaskan pada
pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi
merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Jadi
pembelajaran yang komunikatif adalah pembelajaran bahasa yang memungkinkan
peserta didik memiliki kesempatan yang memadai untuk mengembangkan
kebahasaan dan menunjukkan dalam kegiatan berbahasa baik kegiatan produktif
maupun reseptif sesuai dengan situasi nyata, bukan situasi buatan yang terlepas
dari konteks. Pendekatan komunikasi bertujuan untuk mengembangkan
kompetensi komunikatif para pembelajar bahasa yang mencakup kemampuan
menafsirkan bentuk-bentuk linguistik
Menurut Tarigan(dalam Solchan,dkk.2001:6.42) ada tiga jenis materi yang
di pakai dala pembelajaran bahasa denagn pendekatan komunikatif yakni materi
yang berdasarkan teks, materi berdasarkan tugas, dan meteri berdasarkan realita.
7. Pendekatan CBSA
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) merupakan istilah yang bermakna sama
dengan Student Active Learning (SAL). Dalam dunia pendidikan dan pengajaran
termasuk bahasa Indonesia dan bahasa indonesia, CBSA bukanlah hal yang baru.
Bahkan beberapa teori menunjukkan bahwa CBSA merupakan tuntutan logis dari
hakikat pembelajaran yang sebenarnya. Hampir tidak mungkin terjadi proses
pembelajaran yang tidak memerlukan keterlibatan siswa di dalamnya.
Sebagai suatu konsep, CBSA adalah suatu proses pembelajaran yang
subjek didiknya terlibat secara fisik, mental-intelektual, maupun sosial dalam
memahami ide-ide dan konsep-konsep pembelajaran (Ahmadi, 1991). Dengan
kata lain, arah pembelajaran CBSA mengacu pada siswa atau “student oriented”
yang bermakna pembentukan sejumlah keterampilan untuk membangun
pengetahuan sendiri baik melalui proses asimilasi maupun akomodasi. Dalam
proses pembelajaran yang seperti ini, siswa dipandang sebagai objek dan
sekaligus sebagai subjek.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa CBSA adalah salah
satu pendekatan pembelajaran yang menuntut aktivitas atau partisipasi peserta
didik seoptimal mungkin sehingga mereka mampu mengubah tingkah lakunya
dalam proses internalisasi secara lebih efektif dan efisien.
Contoh penerapan pendekatan, metode, teknik dan model dalam suatu kegiatan
pembelajaran:
Pendekatan : integrative (integrative approach)
Metode : pemberian tugas (giving assignment)
Teknik : menulis kegiatan (writing activity)
Model : pembelajaran berbasis proyek (project based learning)
C. KESIMPULAN
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan merupakan
seperangkat asumsi yang aksiomatik tentang hakikat bahasa, pengajaran dan
belajar bahasa yang dipergunakan sebagai landasan dalam merancang,
melaksanakan dan menilai proses belajar-mengajar bahasa.
Manfaat pembelajaran bahasa Indonesia dapat bersifat praktis dan
strategis. Adapun yang menjadi manfaat pembelajaran bahasa Indonesia adalah
meningkatkan kemampuan komunikasi, pembentuk perilaku positif, sarana
pengembang ilmu pengetahuan, sarana memperoleh ilmu pengetahuan, sarana
pengembang nilai norma kedewasaan, sarana ekspresi imajinatif; sarana
penghubung dan pemersatu masyarakat Indonesia, dan sarana transfer kultural.
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki
kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk
membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (a) pendekatan pembelajaran, (b)
metode pembelajaran, (c) teknik pembelajaran; (d) model pembelajaran. Keempat
istilah tersebut memiliki makna yang berbeda namun saling terkait satu sama lain
dalam pembelajaran.
Pendekatan dan metode yang dipilih guru dalam memberikan suatu materi
pelajaran sangat menentukan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Tidak
pernah ada satu pendekatan dan metode yang cocok untuk semua materi pelajaran,
dan pada umumnya untuk merealisasikan satu pendekatan dalam mencapai tujuan
digunakan multi metode.