Anda di halaman 1dari 15

PERUBAHAN, PERGESERAN, DAN PEMERTAHAN BAHASA

Dosen Pengampu: Itaristanti, S.S., M.A.

Kelompok 4:

Dwi Sulastri (1808110085)


Halimah Najiyah (1808110105)
Nova Tsamrotul Jannah (1808110102)
Rijaldi M. Sofar (1808110113)
Siti Ruqoyyah (1808110083)

Kelas : 4/C

TADRIS BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN


KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
CIREBON
Alamat : Jalan Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon 45132
2020
PERUBAHAN,
PERGESERAN, DAN
PEMERTAHANAN
BAHASA

1. 2.
3. PEMERTAHANAN
PERUBAHAN PERGESERAN BAHASA
BAHASA BAHASA

a. Perubahan b. Perubahan
Fonologi Morfologi

c. Perubahan
d. Perubahan
Losakata
Sintaksis

e. Perubahan
Semantik
PETA KONSEP
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam masyarakat seseorang tidak lagi dipandang sebagai individu


melainkan ia merupakan anggota dari sekelompok sosialnya. Oleh karena itu
bahasa dan pemakaian biasanya tidak diamati secara individual, tetapi selalu
dihubungkan dengan kegiatannya didala masyarakat. Sosiolinguistik
menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakainanya
dalam masyarakat. Ini berarti bahwa sosiolinguistik memandang bahasa
pertama sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi, serta bagian dari
masyarakat dan kebudayaan (Suwito. 1983). Sedangkan pemakaian bahasa
adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi di dalam situasi-situasi yang
konkret.

Kemudian dalam interaksi sosial terjadi saling pengaruh, dimana


apabila sesuatu bahasa lebih banyak dipakai, maka bahasa itu akan
berkembang. Sebaliknya bahasa yang tidak banyak digunakan, kosakatanya
akan terdesak oleh bahasa yang lebih dominan. Jika hal tersebut terus
berlangsung maka kepunahan suatu bahasa akan terjadi. Untuk memperjelas
pembicaraan terkait dengan hal di atas, maka kami mengulas materi tentang
perubahan, pegeseran, dan pemertahanan.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perubahan bahasa?
2. Apa yang dimaksud dengan pergeseran bahasa?
3. Apa yang dimaksud dengan pemertahanan bahasa?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud perubahan bahasa.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud pergeseran bahasa.
3. Untuk mengetahui yang dimaksud pemertahanan bahasa
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERUBAHAN, PERGESERAN, DAN PEMERTAHANAN BAHASA


Perubahan, pergeseran, dan pemertahanan bahasa ini masih berkaitan erat
dengan masalah kontak bahasa yang terjadi dalam masyarakat bilingual atau
multilingual. Perubahan bahasa menyangkut soal bahasa sebagai kode, di mana
sesuai sifatnya yang dinamis, dan sebagai akibat persentuhan dengan kode-kode
lain, bahasa itu bisa berubah. Pergeseran bahasa menyangkut masalah mobilitas
penutur, di mana sebagai akibat perpindahan penutur atau para penutur itu dapat
menyebabkan terjadinya pergeseran bahasa, seperti penutur yang tadinya
menggunakan bahasa ibu kemudian menjadi tidak menggunakannya lagi.
Sedangkan pemertahanan bahasa lebih menyangkut masalah sikap atau penilaian
terhadap suatu bahasa, untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah
bahasa lainnya.

1. Perubahan Bahasa
Membicarakan masalah perubahan bahasa (Inggris: linguistic change,
language change, code change), apakah perubahan bahasa itu dapat diamati atau
di observasi? (Wardhaught, 1990: 187). Perubahan tidak dapat diamati, sebab
perubahan sudah menjadi sifat hakiki bahasa, berlangsung dalam waktu yang
relative lama, sehingga tidak mungkin diobservasi oleh seseorang yang memiliki
waktu terbatas. Namun perlu diketahui, bukti adanya perubahan bahasa tetapi
terbatas pada bahasa-bahas yang mempunyai tradisi dan dokumen tertulis dari
masa-masa yang sudah lama berlalu. Contohnya: Bahasa Inggris, Bahasa Arab,
dan Bahasa Jawa adalah bahasa-bahasa yang dapat diikuti perkembangannya sejak
awal, sebab punya dokumen-dokumen tertulis. Bukti adanya perubahan bahasa
dalam Bahasa Inggris dapat kita lihat dari Fromkin dan Rodman (1974: 191-193).
Perhatikan contoh Bahasa Inggris kuno dari abad ketujuh berikut yang dikutip
dari Caedmon’s Hymn, serta bandingkan terjemahannya dalam Bahasa Inggris
modern!
No sculon herian heofon-rices weard
(Now we must praise heaven-kingdom’s Guardian)
Metodes meahte and his mod-ge panc
(the Creator’s might and his mud-plans)

Contoh berikut adalah Bahasa Inggris pertengahan, yang digunakan sekitar 1100
sampai 1500, dikutip dari The Centerburry Tales karya Chaucer
Whan that Aprille with his shoures soate
(When April with its sweet showers)

Contoh Bahasa Inggris dari masa menjelang zaman pujangga Shakespeare


- Know ye this man?
(Do you know this man?)

Contoh Bahasa Inggris dari abad ke-16, yang dianggap sebagai awal permulaan
bahasa Ingris modern, dikutip dari Shakespeare
The summoning of everyman called it is
How transitory we be all day
And sweet to bear away

Sama halnya dengan proses penamaan bahasa Melayu menjadi bahasa


Indonesia. Secara formal, perubahan status nama bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia adalah pada tanggal 23 Oktober 1928 saat berlangsungnya Kongres
Pemuda. Namun, secara fisik kita tidak bisa melihat adanya perbedaan antara
bahasa yang digunakan sehari sebelum kongres diadakan dengan sehari sesudah
kongres berlangsung. Perubahan dari bahasa Melayu ke bahasa Indonesia secara
fisik baru dapat dilihat jauh setelah kongres itu berlangsung.
Perubahan bahasa lazim diartikan sebagai adanya perubahan kaidah, entah
kaidah itu direvisi, kaidahnya menghilang, atau munculnya kaidah baru; dan
semuanya itu dapat terjadi pada semua tataran linguistic: fonologi, morfologi,
sintaksis, semantic, maupun leksikon. Pada bahasa-bahasa yang sudah
mempunyai sejarah panjang tentu perubahan-perubahan itu sudah terjadi secara
berangsur dan bertahap.
Perubahan Fonologi
Bila mengenal bahasa Inggris modern dengan baik, tentu tahu tidak ada
bunyi velar frikatif /x/ dalam bahasa Inggris modern, tetapi pada bahasa Inggris
kuno itu ada. Ini menjadi bukti adanya perubahan, yaitu yang tadinya ada menjadi
tidak ada. Kata <night> dulu dilafalkan [nixt] dan kata <saw> dulu dilafalkan
[saux].

Perubahan fonologis dalam bahasa Inggris ada juga yang berupa


penambahan fonem bahasa Inggris kuno dan pertengahan tidak mengenal
fonem /z/. Lalu ketika terserap kata-kata seperti azure, measure, rouge dari bahasa
Perancis maka fonem /z/tersebut ditambahkan dalam Khazanah fonem bahasa
Inggris. Bahasa Indonesia lama hanya mengenal empat polos di label yaitu V,
VK, KV, dan KVK; tetapi kini pola KKV, KKVK, KVKK telah pula menjadi
pola silabel dalam bahasa Indonesia.

Perubahan Morfologi

Perubahan bahasa dapat juga terjadi dalam bidang morfologi yakni dalam
proses pembentukan kata. Umpamanya, dalam bahasa Indonesia ada proses
penasalan dalam proses pembentukan kata dengan prefiks me- dan pe-. Kaidah ini
menjadi agak susah diterapkan setelah bahasa Indonesia menyerap kata-kata yang
bersuku satu dari bahasa asing Seperti kata sah, tik dan bom. Menurut kaidah di
atas kalau ketiga kata ini diberi prefiks me-dan pe- tentu bentuknya harus menjadi
menyah (kan), Menik, dan membom; dan penyah, penik, dan pembom. Tetapi
dalam kenyataan berbahasa yang ada adalah bentuk mensahatau mengesahkan,
mentik atau mengetik, membom atau mengebom.

Jadi jelas dalam data tersebut telah terjadi penyimpangan kaidah dan
munculnya alomorf penge- dan menge-. Para ahli tata bahasa tradisional tidak
mau menerima alomorf penge-dan menge-, itu karena menyalahi kaidah atau
menganggap merusak bahasa.

Perubahan Sintaksis
Kaum puris di Amerika mereka mengatakan kalimat iklan itu sangat jelek
sebab katanya ada kaidah dalam bahasa Inggris bahwa kata like hanya bisa diikuti
oleh sebuah nominal dan tidak dapat digunakan sebagai konjungsi untuk
mengantarkan kalimat sisipan (embedded sentence). Namun namun untuk
sebagian penutur bahasa Inggris telah melihat adanya perubahan gramatikal dalam
bahasa Inggris untuk sebagian penutur bahasa Inggris bunyikan itu secara
gramatikal sudah benar.

Contoh kalimat bahasa Inggris kuno berikut yang semuanya bermakna "the man
slew teh king" (orang itu membunuh raja).

Se man slok thone kyning

Thone kyninh slok se man

Se adalah artikel definit untuk nomina objek, dan thone adalah artikel
definit yang hanya dipakai untuk nomina objek. Jadi karena adanya artikel se dan
thone itu, maka mana nomina yang menjadi subjek dan mana yang menjadi objek
sudah tertentu tanpa perlu memperhatikan urutannya.

Perubahan kaidah sintaksis dalam bahasa Indonesia juga sudah dapat kita
saksikan. Umpamanya, menurut kaidah sintaksis yang berlaku sebuah kalimat
aktif transitif harus selalu mempunyai objek; atau dengan rumusan lain setiap kata
kerja aktif transitif harus selalu diikuti oleh objek. Tetapi dewasa ini kalimat aktif
transitif banyak yang tidak dilengkapi objek, seperti:

Reporter Anda melaporkan dari tempat kejadian

Pertunjukkan itu sangat mengecewakan

Kata kerja aktif transitif pada kalimat seperti di atas menurut kaidah yang berlaku
harus diberi objek tetapi pada contoh diatas tidak ada objeknya.

Perubahan kosakata

Perubahan kosakata dapat berarti bertambahnya kosakata baru, hilangnya


kosakata lama, dan berubahnya makna kata. Bahasa Indonesia yang kabarnya
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki sekitar 65000 kosakata (dalam
kamus poerwadarminta hanya terdapat 23000 kosakata)

Kata-kata yang diterima dari bahasa lain disebut kata pinjaman atau kata
serapan proses penyerapan atau peminjaman ini ada yang dilakukan secara
langsung dari bahasa Sundanya tapi ada juga yang melalui bahasa lain.

Kata kasus dalam bahasa Indonesia adalah pinjaman langsung dari bahasa Latin.

Penambahan kata-kata baru selain dengan cara menyerap dari bahasa lain ,
dapat juga dilakukan dengan proses penciptaan. Misalnya, kata kleenex dalam
bahasa Inggris dibentuk dari kata clean, kata jell-o dari gel. Pemendekan dari
kata atau frase yang panjang dapat juga membentuk kosakata baru , seperti telly
untuk television, prof untuk profesor, dan teach untuk teracher. Bentuk-bentuk
singkat tersebut berstatus sebagai butir leksikal mandiri yang sepadan dengan
bentuk panjangnya. Adapaun yang disebut akronim , yaitu kata yang terbentuk
dari huruf-huruf serangkaian kata, seperti NASA, UNESCO, radar (dari radio,
detecting, and ranging). Dalam bahasa Indonesia banyak kita temukan kata yang
berbentuk akronim ini, seperti ABRI, tilang, pelita, tabanas, menwa. Selain itu
penggabungan (compounding) dua kata atau lebih banyak pula digunakan untuk
pencipaan kata-kata baru, sebagai contoh dalam bahasa Indonesia ada matahari
.kakilima, hulublang, mahasiswa. Di samping gabungan utuh seperti di atas , ada
juga gabungan yang disertai dengan penyingkatan. Bentuk ini lazim disebut
paduan (blending), seperti motel (dari motor+hotel), pasaraya (dari pasar+raya),
keretapi (dari kereta+api).

Dalam perkembangannya sebuah bahasa bisa juga, karena berbagai sebab,


akan kehilngan kosakatanya. Artinya, pada masa lalu kata-kata tersebut digunakan
, tetapi ini tidak lagi. Contoh dalam bahasa Indonesia kata-kata yang tidak
digunakan antara lain, kempa ‘stempel,cap’, ‘engku’ sebutan untuk menyapa guru
laki-laki, ‘terban’runtuh, ‘tingkap’ jendela. Namun, kini dalam pengembangannya
kosa kata dan istilah banyak kosakata yang lama yang menghilang digunakan
kembali, misalnya, mengelola, kudapan, ragangan,dan lainnnya.
Perubahan Semantik

Perubahan sematik yang umum adalah berupa perubahan pada makna


butir-butir leksikal yang mungkin berubah total, meluas, atau juga menyempit.
Perubahan yang bersifat total, maksudnya kalau dulu kata itu, misalnya bermakna
‘A’ maka kini menjadi bermakna ‘B’. Umpamanya, kata ‘bulu (angsa)’, tetapi kini
berarti ‘alat tulis bertinta’, kata seni dulu berarti ‘air kencing’, tetapi kini berarti
‘karya yang bernilai halus’.perubahan makna yang sifatnya meluas (broadening),
maksudnya, dulu kata tersebut hanya memiliki satu makna, tetapi kini memiliki
lebih dari satu makna. Dalam bahasa Indonesia kata papan mulanya hanya
bermakna ‘lembaran kayu tipis’, tetapi sekarang bermakna juga ‘perumahan’,
kemudian kata saudara awalnya hanya bermakna ‘orang yang lahir dari ibu yang
sama’, namun kini berarti juga ‘kamu’.

Perubahan makna yang menyempit, artinya, kalau pada mulanya itu


memiliki makana yang luas, tetapi kini menjadi lebih sepit maknanya.
Umpamanya, kata sarjana dalam bahasa Indonesia pada mulanya bermakna
‘orang yang cerdik pandai’, tetapi kini hanya bermakna ‘orang ynag sudah lulus
dari perguruan tinggi’. Wardaught (1990) membedakan adanya dua macam
perubahan bahasa yaitu, perubahan internal dan perubahan eksternal. Perubahan
internal terjadi dari dalam bahasa iu sendiri, seperti berubahnya sistem fonologi,
sistem morfologi, dan sistem sintaksis. Sedangkan perubahan eksternal terjadi
sebagai akibat adanya pengaruh dari uar, seperti peminjaman atau penyerapan
kosakata, penambahan fonem dari bahasa lain dan sebagaiya.

2. Pergeseran Bahasa

Pergeseran bahasa (language shift) yaitu menyangkut masalah penggunaan


bahasa oleh seorang penutur atau sekelompok orang penutur pindah ke tempat lain
yang menggunakan bahasa lain, dan bercampur dengan mereka, maka akan terjadi
pergeseran bahasa. Pendatang harus menyesuaikan diri “menanggalkan”
bahasanya sendiri, lalu menggunakan bahasa penduduk setempat untuk keperluan
berkomunikasi. Memang terdapat pilihan lain dalam berkomunikasi yaitu dengan
menggunakan bahsaa nasional bahasa indonesia, karena bahasa ini berfungsi
sebagai alat komunikasi antar suku. Yang sulit adalah ketika pendatang itu
jugatidak memahami bahasa Indonesia, sehingga mereka menggunakan alat
berkomunikasi seadanya. Berikut beberapa kasus pergeseran bahasa dalam
masyarakat multilingual akibat dari perpindahan penduduk.

Contohnya, Sarwono, seorang pemuda dari pekalongan, jawa tengah


setelah menamatkan sekolah menengahnya, merantau ke jawa barat, karena ia
masuk kedalam masyarakat tutur sunda, ia pun mencoba belajar bahasa sunda
sedikit demi sedikit hingga akhirnya ia bisa berbahasa sunda. Begitulah, akhirnya
sarwono yang sudah masuk dalam masyarakat tutur sunda ini tidak pernah lagi
menggunakan bahasa ibunya, bahasa jawa. Disini pun telah terjadi pergeseran
bahasa dari sarwono, bahasa jawa yang dipelajari sejak bayi sudah tidak berfungsi
lagi, diganti oleh bahasa sunda.

Pergeseran bahasa biasanya terjadi di negara, daerah, atau wilayah yang


memberi harapan untuk kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik, sehingga
mengundang imigran/transmigrasi untuk mendatanginya. Fishman (1972) telah
menunjukan terjadinya pergeseran bahasa para imigran di amerika. Keturunan
ketiga atau keempat dari para imigran itu sudah tidak mengenal bahasa ibunya (B-
ib) Dan malah terjadi monolingual bahasa inggris (B-in).

Pergeseran yang dilukiskan di atas (kasus sarwono) tidak sampai


menyebabkan punahnya bahasa ibu karena pergeseran itu berlangsung bukan
ditempat bahasa ibu digunakan. Begitu juga kasus yang dikemukakan fishman.
Namun dalam kasus-kasus lain seperti yang dilaporkan danie (1987) dan
ayatrohaedi (1990) ada pergeseran bahasa yang menyebabkan punahnya suatu
bahasa di tempat tadinya digunakan karena tidak ada lagi penuturnya, atau
penuturnya sudah secara drastis sudah sangat berkurang.

Ayatrohaedi (1990) melaporka sedang berlangsung proses kepunahan


sebuah bahasa di jatiwangi, cirebon, jawa barat. Menurut ayatrohaedi sampai awal
tahun limapuluhan di jatiwangi ada tiga bahasa yang hidup berdampingan, yaitu,
pertama bahasa sunda, yang digunakan etnis sunda yang menjadi petani dan
karyawan, dan juga sebagai bahasa pengantar pendidikan sampai kelas tiga
sekolah dasar, kedua, bahasa jawa cirebon, yang digunakan oleh para peneybar
agama islam, pedagang pasar, dan untuk kegiatan lain. Lalu yang ketiga adalah
bahasa indonesia yang digunakan oleh sebagian kecil kelompok orang arab,
pakistan, dan india.

Lalu yang ketiga adalah bahasa Indonesia yang digunakan oleh


sekelompok kecil orang Arab Pakistan dan India. pada mulanya arah orientasi
penduduk Jatiwaringin adalah memang ke arah timur yaitu kota Cirebon. anak
mereka banyak yang ke Cirebon untuk bersekolah namun dalam perkembangan
selanjutnya dengan semakin lama dan lancar arus lalu lintas ke Bandung maka
orientasi itu berbalik ke arah barat yaitu ke kota Bandung. segala keperluan yang
tidak dapat dipenuhi dicari ke Bandung dan tidak lagi ke Cirebon akibatnya
sesudah 30 tahun kemudian bahasa Jawa Cirebon yang dulu terdengar digunakan
oleh anak-anak dan pedagang di pasar tidak lagi terdengar.

Dalam tulisan itu ayatrohaedi melaporkan juga akan nasib bahasa Sunda di
desa legok Indramayu yang telah punah ditinggal para penuturnya sampai tahun
60-an penduduk desa itu masih berbahasa Sunda,tetapi sekarang mereka hanya
dapat berbahasa Cirebon sebagai akibat tidak adanya pilihan lain selain
menggunakan bahasa Jawa Cirebon. masalahnya dalam kehidupan sehari-hari
mereka telah terkepung oleh daerah pemakaian bahasa Jawa Cirebon dan
terkucilkan di lingkungan masyarakat berbahasa Sunda di tempat lain.

3. Pemertahanan Bahasa

Penggunaan B1 oleh sejumlah penutup dari suatu masyarakat yang


bilingual atau multilingual cenderung menurun akibat adanya B2 yang
mempunyai fungsi yang lebih superior. dalam kasus ini Yang dilaporkan Dani
1987 kita lihat pengaruhnya pemakaian beberapa bahasa daerah di Minahasa
timur adalah karena pengaruh penggunaan bahasa Melayu Manado yang
mempunyai prestise yang lebih tinggi dan penggunaan bahasa Indonesia yang
jangkauan pemakaiannya bersifat nasional namun ada kalanya penggunaan B1
dan jumlah penuturnya tidak banyak dan bertahan terhadap pengaruh penggunaan
B2 yang lebih dominan.
Untuk menjelaskan ini kita ambil laporan Sumarsono 1990 mengenai
pemetaan dan penggunaan bahasa Melayu loloan di desa Loloan termasuk dalam
wilayah kota negara, Bali. menurut Sumarsono penduduk desa Loloan yang
berjumlah sekitar 3000 orang itu tidak menggunakan bahasa Bali, melainkan
menggunakan sejenis bahasa Melayu yang disebut bahasa Melayu lolohan,
sebagai B satunya dan mereka semua beragama Islam di tengah-tengah B2 yang
lebih dominan yaitu bahasa Bali mereka dapat bertahan untuk tetap menggunakan
bahasa pertamanya yaitu bahasa Melayu lolohan sejak abad ke-18 yang lalu ketika
leluhur mereka yang mengaku berasal dari Bugis dan Pontianak tiba di tempat itu
faktor apakah yang menyebabkan mereka dapat bertahan, menurut Sumarsono
adalah pertama, wilayah pemukiman mereka terkonsentrasi pada satu tempat yang
secara geografis agak terpisah dari wilayah pemukiman masyarakat Bali, kedua,
adanya toleransi dalam masyarakat mayoritas Bali yang mau menggunakan
bahasa Melayu lolohan dalam berinteraksi dengan golongan minoritas Loloan
meskipun dalam interaksi itu kadang-kadang digunakan juga bahasa Bali. Ketiga,
anggota masyarakat Loloan mempunyai sikap keislaman yang tidak akomodatif
terhadap masyarakat budaya dan bahasa Bali pandangan seperti ini dapat
ditambah dengan terkonsentrasinya masyarakat laluan ini menyebabkan minimnya
interaksi fisik antara masyarakat Loloan yang minoritas dan masyarakat Bali yang
mayoritas. Keempat, adanya loyalitas yang tinggi dari anggota masyarakat lolohan
terhadap bahasa Melayu loloan sebagai konsekuensi kedudukan atau status bahasa
ini yang menjadi lambang identitas dari masyarakat lolohan yang beragama Islam
sedangkanbahasa Bali dianggap sebagai lambang identitas dari masyarakat Bali
yang beragama Hindu. Kelima, adanya kesinambungan pengalihan bahasa Melayu
lolohan dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya.

Dalam masyarakat Oloan selain ada B1 (bahasa Melayu loloan) dan B2


bahasa Bali ada lagi B2 lain yang disebut oleh peneliti sebagai B2 baru yaitu
bahasa Indonesia kedudukan dan status bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
bahasa nasional dan bahasa persatuan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi
daripada bahasa Bali. menurut pandangan masyarakat lolohan bahasa Indonesia
tidak dianggap mempunyai konotasi keagamaan tertentu maka dianggap tidak
berbeda dengan bahasa loloan. bahkan dianggap sebagai milik sendiri dalam
kedudukan mereka sebagai bangsa Indonesia karena itu mereka tidak berkeberatan
untuk menggunakan bahasa Indonesia dalam kegiatan kegiatan keagamaan.
dengan demikian tampaklah bahwa pemertahanan bahasa Melayu Loloan terhadap
bahasa Indonesia menjadi lemah.banyak ranah sosial yang tadinya menggunakan
bahasa Melayu lolohan dan bahasa Bali kini menggunakan bahasa Indonesia.
Antara lain: ranah keluarga ketetanggaan cariban keagamaan pendidikan
perdagangan dan pemerintahan dari kasus penggunaan bahasa Melayu Loloan
bahasa Bali dan bahasa Indonesia yang terjadi dalam masyarakat dapat
disimpulkan. Pertama, penggunaan B2 milik mayoritas oleh kelompok minoritas
sehingga warga minoritas menjadi bilingual tidaklah selalu berakibat bergeser
ataupun hanya b 1 mili kelompok minoritas itu kedua penguasaan B2 baru dalam
hal ini bahasa Indonesia oleh kelompok minoritas juga tidak memusnahkan B1 ,
tetapi hanya menggeser banyak peran B2 lama dalam dalam hal ini bahasa Bali
yang telah lebih dahulu dikenal dengan beberapa B1.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Dari beberapa materi yang sudah dijelaskan dapt diammbil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Perubahan bahasa menurut para ahi tidak dapat diamati, karena
proses perubahan terjadi berlangsung dalam waktu yang lama,
sehingga tidak mugkin untuk di observasi oleh peneliti. Namun
bahasa itu dapat diketahui. Terutama pada bahasa-bahasa yang
lebih memiliki tradisi tulis dan mempunyai dokumen tertulis
dari masa lampau. Perubahan bahasa terdiri dari perubahan
fonologi, morfologi, sintaksis, kosakata, semantik.
2. Pergeseran bahasa (language shift) yaitu menyangkut masalah
penggunaan bahasa oleh seorang penutur atau sekelompok
orang penutur pindah ke tempat lain yang menggunakan bahasa
lain, dan bercampur dengan mereka, maka akan terjadi
pergeseran bahasa.
3. Pemertahanan bahasa yaitu lebih menyangkut masalah sikap
dan penilaian terhadap suatu bahasa, untuk tetap menggunakan
bahasa tersebut di tengah-tengah bahasa-bahasa lainnya.
Penggunaan B1 yang jumlah penuturnya tidak banyak dapat
bertahan terhadap B yang lebih dominan.
B. Saran
Dengan adanya ulasan ini diharapkan pembaca dapat memahami
perubahan, pergeseran, dan pemertahanan bahasa. Bahasa merupakan
identitas bangsa yang lahir dari berbagai budaya yang ada di Indonesia.
Sudah seharusnya kita bangga dengan bahasa daerah kita dan terus
melestarikanntya sebagai budaya bangsa dan sebagai wujud pemertahanan
bahasa negeri ini
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Lionie Agustina. 2004. Sosiolinguistik; Suatu Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Suwito, 1983. Pengantar Awal Sosiolinguistik Teori dan Problema.Surakarta
UNS Press.

Anda mungkin juga menyukai