Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERUBAHAN, PERGESERAN,
DAN PEMERTAHANAN BAHASA
Tugas Mata Kuliah Ilmu Lughoh Al Ijtima‟i
Dosen Pengampu: Syaifullah, M.Hum

Oleh:
Muhammad Zainul Fajri 206141027
Siti Fathonatul Ula 206141037

BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN BAHASA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID
SURAKARTA
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa hakikatnya adalah sebuah sistem berupa lambang-lambang bermakna yang
berbentuk bunyi yang digunakan oleh sekelompok masyarakat sebagai alat komunikasi dan
alat interaksi antar sesamanya. Bahasa juga bersifat dinamis, artinya bahasa kemungkinan
mengalami perubahan sewaktu-waktu. Tentunya dalam kurun waktu yang relatif lama untuk
mengetahui perubahan itu.

Ketika perubahan bahasa terjadi akan disusul oleh pergeseran dan pemertahanan
bahasa. Ketiga hal ini saling berhubungan satu sama lain dan berkaitan dengan kontak
bahasa yang terjadi di masyarakat bilingual atau multilingual. Kontak bahasa adalah
penggunaan lebih dari satu bahasa di tempat yang sama dan pada waktu yang sama pula.

Ketiga pembahasan ini terjadi tidak dengan sendirinya. Pada perubahan bahasa
memang terjadi dengan sendirinya karena sifat bahasa yang dinamis. Meskipun demikian
ada faktor lain yang membuatnya berubah. Begitu juga pada pergeseran dan pemertahanan
bahasa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan pergeseran dan
pemertahanan bahasa itu terjadi. Salah satunya adalah sekolah yang mengajarkan muridnya
bahasa asing sehingga mereka menguasai B2 yang beresiko terjadi pergeseran bahasa dan
kebijakan pemerintah daerah yang memogramkan bahasa daerah pada sekolah tingkat dasar.

Makalah ini akan membahas, bagaimana perubahan, pergeseran dan pemertahanan


bahasa serta faktor-faktor yang menyebabkan ketiga hal itu terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
yang diangkat adalah sebagai berikut;
1.2.1 Bagaimana perubahan, pergeseran dan pemertahanan suatu bahasa?
1.2.2 Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan, pergeseran dan pemertahanan
bahasa?
1.3 Tujuan Pembahasan
Berangkat dari rumusan masalah yang akan dibahas ini, tujuan yang akan dicapai
adalah sebagai beriut;
1.3.1 Mendeskripsikan perubahan, pergeseran dan pemertahanan suatu bahasa
1.3.2 Mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan, pergeseran dan
pemertahanan bahasa

1.4 Manfaat
Dari apa yang akan dibahas pada makalah ini, diharapkan;
1.4.1 Memberikan wawasan dan pengetahuan kepada penulis khususnya dan pembaca
umumnya tentang perubahan, pergeseran dan pemertahanan bahasa serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya
1.4.2 Sebagai referensi untuk kepenulisan berikutnya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perubahan, Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa


2.1.1 Perubahan Bahasa
Perubahan bahasa merupakan perubahan yang terjadi pada bahasa itu sendiri,
dan tidak dapat diamati ataupun diteliti, karena perubahan itu sudah menjadi sifat
hakikinya bahasa dan berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama, sehingga
tidak mungkin untuk diteliti oleh seseorang dalam waktu singkat (Supriyadi, 2020).
Namun, perubahan bahasa dapat diketahui. Terbatas hanya pada bahasa-bahasa yang
memiliki tradisi tulis dan memiliki manuskrip tertulis dari masa lampau. Seperti
bahasa Arab, bahasa Inggris, dan bahasa Jawa.

Sebagai contoh perubahan dalam Bahasa Inggris, yang diambil dari karya
sastra klasik:
“O Romeo, Romeo! wherefore art thou Romeo?” – Juliet
Pahamkah kita maksud dari pertanyaan Juliet di atas? Menggunakan wawasan
bahasa Inggris kita sekarang, kemungkinan besar bahwa Juliet sedang bertanya,
“Romeo kamu lagi di mana?‟ Tapi kenyataannya bukan itu yang dimaksud. Jika
diterjemahkan ke bahasa Inggris zaman sekarang, maksud dari kalimat di atas
adalah:
“Oh Romeo, Romeo! why are you Romeo?” – Juliet

Kemudian bagaimana proses perubahan bahasa itu sendiri? adalah tidak


dapat diamati. Kita hanya mengetahui bahwa bahasa itu berubah setelah melalui
waktu yang panjang. Sama halnya proses penamaan bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia. Secara formal dalam sejarah terbentuk saat berlangsungnya Kongres
Pemuda yaitu tanggal 28 Oktober 1928. Secara fisik perubahannya tidak dapat
dilihat sebelum dan sesudah Kongres Pemuda, namun ia baru dapat dilihat jauh
setelah kongres berlangsung (Chaer & Agustina, 2014).

Perubahan bahasa lazimnya diartikan sebagai adanya perubahan kaidah, baik


kaidah itu direvisi, dihilangkan, atau munculnya kaidah baru. Dalam semua aspek
linguistik perubahan bisa saja terjadi (Chaer & Agustina, 2014). Kita tidak
membahas kapan perubahan itu terjadi tapi kita hanya membuktikan bahwa
perubahan pada tataran linguistik itu ada.
a. Perubahan fonologi
Perubahan yang terjadi pada bunyi bahasa. Dalam bahasa Indonesia, perubahan
fonologis terjadi pada perubahan ejaan bahasa dari ejaan Van Ophuysen sampai
EYD. Mengingat Van Ophuysen adalah orang Belanda, maka kata yang, payah,
hayat dituliskan dengan huruf /j/ jang, pajah, hajat. Pada ejaan lama, ada juga
fonem /sj/ pada kata sjarat (syarat), sjahdu (syahdu), sjahdan (syahdan), fonem
/tj/ dalam kata tjakap (cakap), tjantik (cantik). Bahasa Indonesia lama hanya
mengenal empat pola silabel, yaitu V, VK, KV, dan KVK; tetapi kini pola KKV,
KKVK, telah pula menjadi pola silabel dalam bahasa Indonesia (Chaer &
Agustina, 2014).
b. Perubahan morfologi
Perubahan yang terjadi dalam proses pembentukan kata. Dalam bahasa Indonesia
ada proses penasalan dalam proses pembentukan kata dengan prefiks me- dan pe-
. Kaidahnya adalah: (1) apabila kedua prifeks itu diimbuhkan pada kata yang
dimulai dengan konsonan /l/, /r/, /w/, dan /y/ tidak terjadi penasalan; (2) kalau
diimbuhkan pada kata yang dimulai dengan konsonan /b/ dan /p/ diberi nasal
/na/; (3) kalau diimbuhkan pada kata yanmg dimulai dengan konsonan /d/ dan /t/
diberi nasal /n/; (4) kalau diimbuhkan pada kata yang dimulai dengan konsonan
/s/ diberi nasal /ny/; dan bila diimbuhkan pada kata yang dimulai dengan
konsonan /g/, /k/, /h/, dan semua vokal diberi nasal /ng/ (Chaer & Agustina,
2014).
Kaidah tersebut sulit diterapkan setelah bahasa Indonesia menyerap kata-kata
bersuku satu dari bahasa asing, seperti kata sah, bom, cat, dan pel. Jika semua
kata itu diberi prefiks me- dan pe- tentu bentuknya menjadi menyah(kan),
membom, mencat, dan memel; penyah, pembom, pencat, dan pemel. Tetapi
dalam kenyataan tidak demikian, melainkan menjadi mensah(kan),
atau mengesah(kan), membom atau mengebom, mencat atau mengecat,
dan mempel atau mengepel.; dan dengan prefiks pe menjadi pengesah,
pembom atau pengebom, pencat atau pengecat. Jadi, jelas dalam kata tersebut
telah terjadi penyimpangan kaidah, dan munculnya alomorf menge- dan penge-.
c. Perubahan sintaksis
Perubahan yang terjadi dalam susunan gramatikal. Contohnya dalam bahasa
Indonesia, menurut kaidah yang berlaku sebuah kalimat aktif transitif harus
selalu mempunyai objek atau dengan rumusan lain. Tapi kenyataannya seperti
reporter anda melaporkan dari tempat kejadian, pertunjukkan itu sangat
mengecewakan, sekretaris itu sedang mengetik di ruangannya, dia mulai menulis
sejak duduk di bangku SMP, dan prestasinya sangat membanggakan. Selain itu,
dulu dalam bahasa Indonesia haruslah dikatakan “Bertemu dengan 2 orang orang
Inggris”. Namun sekarang, susunan itu haruslah berbentuk “Bertemu dengan 2
orang Inggris” (Chaer & Agustina, 2014)
d. Perubahan semantik
Perubahan yang terjadi pada makna bahasa seperti dahulu orang jawa memberi
makna air suci untuk tirtha tapi sekarang cukup diberi makna air saja. Dalam
bahasa Indonesia seperti kepala, dahulu bermakna anggota tubuh bagian atas tapi
sekarang bermakna juga ketua; pemimpin.
e. Perubahan leksikon
Perubahan bahasa yang sangat mudah di lihat, yaitu dalam leksikon atau
kosakata. Perubahan ini dapat berarti bertambah atau berkurang bahkan
hilangnya kosakata yang ada. Seperti kempa (stempel;cap), tingkap (jendela)
dahulu masih digunakan dalam bahasa Indonesia yang sekarang sudah tidak
digunakan lagi. Perubahan ini dapat terjadi akibat adanya kata serapan dari
bahasa lain. Seperti kata kasus yang meminjam langsung dari bahasa Latin.

2.1.2 Pergeseran Bahasa


Sebagimana yang telah disinggungkan di atas bahwa pergeseran bahasa
berkaitan dengan masalah mobilitas penutur yaitu pergerakan; pergeseran;
perpindahan penutur bahasa. Artinya jika penutur atau para penutur berpindah ke
tempat lain yang menggunakan bahasa berbeda dari tempat asalnya, kemudian
beradaptasi dan berbaur dengan mereka, akhirnya terjadilah pergeseran bahasa
sebagai akibat perpindahan tersebut (Chaer & Agustina, 2014).

Sebagai ilustrasi, ada seorang mahasiswa berasal dari pulau Kalimantan yang
merantau ke pulau Jawa, kemudian beradaptasi dengan masyarakat yang
menggunakan bahasa Jawa. Penutur yang berpindah atau bisa dibilang pendatang ini
mau tidak mau harus menggunakan bahasa setempat untuk berkomunikasi dan
berinteraksi, serta ‟menanggalkan‟ bahasa asalnya sendiri (bahasa ibu). Penggunaan
bahasa setempat sebagai alat komunikasinya dengan masyarakat setempat dan
menanggalkan bahasa asalnya (bahasa ibu) kecuali hanya digunakan kepada
„sesama-sedaerahnya‟ inilah yang disebut pergeseran bahasa (Malabar, 2015).
Andaikata ini terjadi dalam masyarakat Indonesia dimana penutur atau para
penutur tidak bisa menggunakan bahasa setempat/daerah, untuk mereka yang baru
pertama kali. Mereka mempunyai pilihan untuk menggunakan bahasa Indonesia
karena bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional Negara yang memang berfungsi
sebagai bahasa pemersatu bangsa, bahasa antar-daerah. Yang sukar adalah kalau
penutur atau para penutur tersebut tidak mempunyai pemahaman dan keahlian dalam
berbahasa Indonesia. Mereka terpaksa harus menggunakan bahasa seada dan sebisa
mereka. Sama halnya dengan turis atau wisatawan yang berasal dari luar negeri yang
menghabiskan liburan mereka di Negara Indonesia, mereka menggunakan bahasa
setempat yaitu bahasa Indonesia, ketika memang mereka tidak bisa sama sekali
menggunakan bahasa Indonesia maka mereka menggunakan bahasa Inggris sebagai
mana bahasa Inggris adalah bahasa Internasional, bahasa antar-negara.

Dari apa yang telah dipaparkan di atas, jelaslah bahwa pergeseran bahasa bisa
terjadi dimana saja baik wilayah, daerah, atau Negara sekalipun. Namun, kasus-
kasus tersebut tidak sampai membuat bahasa ibu punah dikarenakan pergeseran
bahasa terjadi diuar tempat bahasa ibu itu dipergunakan atau tempat mereka berasal.
Adapun kepunahan bahasa ibu bisa terjadi jika;
1. Penuturnya sudah berkurang drastis bahkan sudah tidak ada lagi
2. Arus mobiitas para penuturnya
3. Perkembangan teknologi industri
4. Kebutuhan akan bahasa B2 seperti pada daerah Minahasa Timur, Sulawesi Utara.
Yaitu kebutuhannya terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar untuk
memasuki sekolah
5. Berkembangnya dan dipergunakannya suatu bahasa selain bahasa ibu oleh
sebagian penuturnya.

2.1.3 Pemertahanan Bahasa


Berbicara tentang pemertahanan bahasa, berkaitan dengan kedudukan suatu
bahasa di mata penuturnya juga sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa oleh
penuturnya untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah bahasa
lainnya. Orang yang telah mengalami pergeseran bahasa dengan tidak sama sekali
melupakan bahasa daerah atau asalnya (bahasa ibu) dan masih tetap menggunakan
bahasa asalnya meskipun hanya ia gunakan ketika berkomunikasi dan berinteraksi
dengan sesama-sedaerah. Sikap inilah yang disebut sebagai mempertahankan bahasa.

Pemertahanan bahasa adalah sebuah pilihan dimana penuturnya memilih


tetap mempertahankan bahasa ibunya. Ia menilai bahwa bahasa ibunya tetap
memiliki kedudukan yang pertama atau prestise tinggi dibandingkan bahasa lainnya
yang ia kuasai. Pemertahanan bahasa oleh para penuturnya sangat ditentukan oleh
sikap keputusan para penutur dari masyarakat tutur itu sendiri. Lazimnya
didefinisikan sebagai upaya yang disengaja untuk mempertahankan penggunaan
bahasa tertentu di tengah ancaman bahasa yang lain (Susanto, 2016).

Pemertahanan bahasa ini juga merupakan sebuah keadaan di mana para


penuturnya mencoba untuk menjaga bahasa yang selama itu mereka gunakan dengan
cara selalu menggunakannya. Pemertahanan bahasa ini biasanya terjadi di
masyarakat minoritas. Seperti yang dilaporkan Sumarsono dalam penelitian
desertasinya bahwa masyarakat Loloan yang berjumlah kurang lebih 3000 orang
yang juga beragama Islam ini tidak menggunakan bahasa Bali melainkan
menggunakan sejenis bahasa Melayu yaitu bahasa Melayu Loloan sebagai bahasa
ibunya (B1). Di tengah-tengah bahasa Bali (B2) yang leih dominan, mereka tetap
bertahan untuk tetap menggunakan bahasa pertamanya sejak abad ke-18 lalu
(Sumarsono, 1993).

Kemudian muncul pertanyaan, bagaimana jika bahasa Indonesia memiliki


prestise lebih tinggi di suatu daerah? Apakah bahasa Indonesia dapat menggeser atau
memusnakan bahasa setempat dari daerah tersebut? Pertanyaan itu tidak dapat
dijawab sekarang, karena proses pergeseran dan kepunahan itu membutuhkan waktu
yang cukup panjang setelah beberapa generasi. Yang pasti bergesernya bahasa itu
tergantung dengan sikap dan keputusan penutur dari masyarakat tutur itu sendiri.

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Perubahan, Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa


2.2.1 Faktor Penyebab Perubahan Bahasa
Di atas telah disinggung bahwa perubahan bahasa sebagai akibat persentuhan
dengan kode-kode atau bahasa-bahasa lain. Contohnya kata serapan yaitu unduh dan
ayom yang mana kedua kata ini berasal dari bahasa Jawa yang telah lama digunakan
ke dalam bahasa Indonesia tanpa disadari. Namun, penyebab perubahan bahasa
secara pasti itu sendiri masih memperdebatkannya oleh ahli bahasa mengenai
perubahan bahasa yang dapat diamati atau tidak. Kecuali, faktor karena hakikat
bahasa yang bersifat dinamis. Menurut Sausure (1959) dan Bloomfield (1913) kita
hanya dapat mengamati akibat dari perubahan bahasa. Dan akibat perubahan yang
signifikan jelas terlihat pada struktur bahasa (Susanto, 2016).

Salah satu kemungkinan penyebab perubahan bahasa adalah faktor


perkembangan zaman, perkembangan teknologi industry yang dapat memunculkan
istilah-istilah baru seperti internet, gadget dll, sehingga memungkinan masuknya
kosakata baru yang meminjam dari bahasa lain. Faktor usia meskipun bukan
jaminan, seperti anak muda juga kemungkinan menjadi penyebab.

2.2.2 Faktor Penyebab Pergeseran Bahasa


Kedwibahasaan atau kerap kali disebut bilingual merupakan penyebab dini
akan terjadinya pergeseran bahasa, tetapi banyak masyarakanya, yang mempunyai
diglosia seimbang. Terdapat banyak faktor penyebab pergeseran bahasa, berikut
pengklasifikasiannya.
a. Adanya bahasa yang prestisenya tinggi
b. Wilayah pemukiman penutur yang secara geografis berdekatan dengan wilayah
pemukiman penutur lain
c. Trasmisi intergenerasi
Ketidaksempurnaan transmisi; penerusan; pewarisan perolehan bahasa ibu oleh
generasi setelahnya. Kalau orang tua yang dwibahasa hanya mewariskan bahasa
baru (B2) kepada anak-anaknya. Jelas-jelas terjadi pergeseran bahasa (Afrisa,
2022).
d. Faktor Ekonomi, Sosial, dan Politik
Mempunyai alasan penting untuk mempelajari bahasa kedua dan menganggap
tidak perlu mempertahankan bahasa etnisnya. Semata-mata bertujuan untuk
menaikkan bidang ekonomi, status sosial, atau kepentingan politik.
e. Faktor Demografi
Letak daerah baru yang jauh disebabkan para pendatang akan membaur dengan
penduduk setempat agar mudah diterima menjadi bagian masyarakatnya.
f. Sekolah
Sekolah juga kerap kali dituduh sebagai faktor penyebab karena sekolah biasanya
mengajarkan bahasa asing kepada muridnya sehingga mempunyai dwibahasa
atau dua bahasa. Padahal kedwibahasaan dapat berresiko bergesernya salah satu
bahasa.
g. Migrasi
Ketika terjadi migrasi pada suatu daerah, ada dua hal yang mungkin akan terjadi.
(1) Pendatang atau kelompok minoritas bermigrasi ke tempat yang tentu saja
menyebabkan bahasa mereka tidak berfungsi lagi di tempat baru. Seperti pada
kelompok-kelompok migrasi berbagai etnik di Amerika Serikat. (2) Pendatang
atau kelompok mayoritas penutur bahasa bermigrasi memenuhi wilayah kecil
minoritas penduduk, menyebabkan penduduk setempat terpecah dan bahasanya
tergeser. Banyak terjadi di wilayah Inggris ketika perkembangan industry
Inggris. Beberapa bahasa kecil tergeser oleh bahasa Inggris yang dibawa para
buruh industri (Susanto, 2016).

2.2.3 Faktor-faktor Pemertahanan Bahasa


Bertahan atau bergesernya sebuah bahasa dapat disebabkan oleh beberapa
faktor di antaranya;
a. Prestise dan Loyalitas
Orang yang sangat bangga dengan adatnya akan loyal terhadap bahasa dan
menganggap bahasa ibunya mempunyai prestise tinggi. Artinya
kedudukan seseorang yang menggunakan bahasa daerah mereka di tengah
kelompok yang heterogen lebih tinggi tingkatannya dengan bahasa daerah
lain. Dengan sikap loyalitas, pendukung atau penutur suatu bahasa akan tetap
mewariskan bahasanya ke generasi setelahnya.
b. Kebijakan pemerintah daerah
Kekhawatiran akan bergesernya bahasa ibu dari suatu daerah diantisipasi oleh
pemerintah daerah dengan program kembali ke bahasa ibunya. Program ini tidak
hanya bersifat seremonial belaka namun lebih diaktualisasikan lagi
pengembangannya di lembaga pendidikan dasar.
c. Migrasi dan Konsentrasi Wilayah
Konsentrasi wilayah adalah pemusatan wilayah, wilayah tersebut menjadi pusat
dan mempunyai daya tarik sehingga orang-orang untuk bermigrasi. Faktor
migrasi ini sejalan dengan yang dipaparkan Fasold (1984), Lieberson, S. (1982)
jika sekelompok penutur bahasa bermigrasi ke suatu daerah dan populasinya
bertambah dari masa ke masa melebihi penduduk asli daerah itu, maka
pergeseran bahasa akan terjadi di daerah itu. Pola konsentrasi wilayah inilah
yang menurut Sumarsono (1990:27) disebut sebagai salah satu faktor yang dapat
mendukung kelestarian sebuah bahasa
d. Publikasi Media Massa
Media massa juga turut membantu dalam memertahankan bahasa daerah. Seperti
JTV (Surabaya), PALTV (Palembang), dan acara tv lainnya yang menggunakan
bahasa daerah agar para pendengar dan pemirsa tv lebih akrab. Tidak hanya
channel tv, surat kabar juga menggunakan bahasa daerah seperti Solo Pos, Radar
Madiun, Sriwijaya Post, dll (Susanto, 2016).

Tidak ada satupun faktor dari faktor-faktor di atas yang mampu berdiri sendiri
sebagai satu-satunya faktor perubahan, pergeseran dan pemertahanan bahasa. Dengan
demikian, tidak semua faktor tersebut harus ada dalam setiap kasus
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut;
1. Perubahan, pergeseran dan pemertahanan bahasa
a. Perubahan bahasa
Berkaitan dengan bahasa sebagai kode dan terjadi pada bahasa itu sendiri karena
bahasa bersifat dinamis, serta tidak dapat diamati ataupun diteliti karena berlangsung
dalam kurun waktu yang sangat lama, sehingga tidak mungkin untuk diteliti dalam
waktu singkat. Namun, dapat diketahui hanya pada bahasa-bahasa yang memiliki
tradisi tulis dan manuskrip tertulis dari masa lampau. Perubahan ini dapat terjadi
Dalam semua tataran linguistik.
b. Pergeseran bahasa berkaitan dengan masalah mobilitas penutur, dimana sebagai
akibat dari perpindahan penutur atau para penutur yang dapat menyebabkan
terjadinya pergeseran bahasa. Pergeseran bahasa bisa terjadi dimana saja yang dapat
memberikan kehidupan yang lebih baik. Namun, pergeseran bahasa tidak sampai
membuat bahasa ibu punah kecuali jika pergeseran bahasa terjadi di tempat bahasa
ibu itu dipergunakan.
c. Pemertahanan bahasa lebih berkaitan dengan masalah sikap atau penilaian terhadap
suatu bahasa, untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah bahasa
lainnya yang dilakukan secara sadar dan disengaja.

2. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan, Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa


a. Faktor Penyebab Perubahan Bahasa
Penyebab perubahan bahasa secara pasti masih diperdebatkan oleh para ahli.
Kecuali, faktor hakikat bahasa yang dinamis. Kita hanya dapat mengamati akibat
dari perubahan bahasa. Adapun akibat perubahan yang signifikan jelas terlihat pada
struktur bahasa. Kemungkina-kemungkinan penyebab lainnya adalah faktor
perkembangan zaman, perkembangan teknologi industry, faktor usia (meskipun
bukan jaminan).
b. Faktor Penyebab Pergeseran Bahasa
Terdapat banyak faktor terjadinya pergeseran bahasa di antaranya adalah adanya
bahasa yang prestisenya tinggi, wilayah pemukiman penutur yang secara geografis
berdekatan dengan wilayah pemukiman penutur lain, trasmisi intergenerasi, faktor
ekonomi, sosial, dan politik, faktor demografi, sekolah, dan migrasi.
c. Faktor-faktor Pemertahanan Bahasa
Bertahan atau bergesernya sebuah bahasa dapat disebabkan oleh banyak faktor di
antaranya prestise dan loyalitas, kebijakan pemerintah daerah, migrasi dan
konsentrasi wilayah, serta publikasi media massa

3.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan, dan perlu adanya perbaikan, selain itu penulis juga menyarankan agar
penulis lain lebih mendalami tentang apa yang telah dibahas dalam makalah ini dengan
sumber yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Afrisa, S. (2022). Penyebab Perubahan Bahasa dari Masa ke Masa. Indonesiana.Id.
https://www.indonesiana.id/read/152810/penyebab-perubahan-bahasa-dari-masa-
ke-masa
Chaer, A., & Agustina, L. (2014). Sosiolinguistik Perkenalan Awal (ix). PT RINEKA
CIPTA.
Malabar, S. (2015). SOSIOLINGUISTIK (M. Mirnawati (ed.); iv). Ideas Publishing.
Sumarsono. (1993). Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan di Bali (xiv). Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Supriyadi, A. (2020). Perubahan, Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa. Ilmiah Prodi
Pendidikan Bahasa Inggris, October, 36–48.
Susanto, H. (2016). Perubahan, Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa. Wordpress.
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2016/02/04/perubahan-pergeseran-dan-
pemertahanan-bahasa/

Anda mungkin juga menyukai