Komponen komunikasi yang cukup penting dalam membentuk sebuah masyarakat adalah bahasa.
Bahasa dalam lingkup masyarakat bersifat dinamis, yakni akan selalu mengalami pergerakan serta
perubahan sesuai kebudayaan budaya dalam sebuah masyarakat tersebut.
Hidup di era digital ini memiliki pengaruh yang signifikan bagi masyarakat dunia. Hal ini terjadi
karena dipengaruhi oleh meningkatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dari
berbagai pola konsumtif seluruh lapisan masyarakat (Mislikhah, 2014); (Gialamas, Nikolopoulou &
Koutromanos, 2013).
Berkembangnya teknologi saat ini tidak hanya membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat,
melainkan juga membawa dampak negative. Contohnya saja untuk dampak negatifnya manusia
semakin malas untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar karena berkembangnya social media di
internet.
Penggunaan media informasi dan komunikasi khususnya internet kini banyak dikonsumsi oleh remaja
Seiring dengan semakin berkembangnya zaman sekarang, serta canggihnya tekhnologi, pemakaian
bahasa di kalangan remaja juga mengalami perkembangan serta perubahan. Hal ini memicu lahirnya
perubahan bahasa di kalangan remaja yang biasa juga disebut bahasa gaul. Grafura memaparkan
tentang bahasa gaul bahwa bahasa tersebut menstimulus lahirnya keinginan untuk memakai bahasa
gaul yang mempunyai kesan lebih santai dan tidak terlalu kaku pada remaja. Ketidakbakuan tersebut
tergambar dengan jelas dalam penggunaan dari segi kosakata, struktur kalimat, maupun dari segi
intonasi.,
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk perubahan bahasa di era digitalisasi?
2. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi perubahan bahasa di era globalisasi?
3. Apa dampak perubahan bahasa diera digitlasisasi?
1. Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna terutama mengetahui perubahan
bahasa dalam era digitalisasi
2. Manfaat praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bagi pembaca dalam hal
kesadaran meningkatkan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, yaitu dengan cara
menggambarkan secara umum mengenai fakta-fakta yang ditemukan, kemudian dianalisis berdasarkan
teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
Sedangkan teknik pengambilan data yang diambil penulis dalam penelitian dilakukan dengan cara
membaca dan mengakses jurnal online.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep
2.1.1 Bahasa
Bahasa adalah suatu keahlian yang dimiliki oleh makhluk hidup yang bernama manusia untuk
berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya dengan menggunakan kata dan
gerakan. Dalam kehidupan sehari-hari, baik kehidupan nyata ataupun maya, kita tentu melafalkan suatu
bahasa saat berbicara, baik itu bahasa Indonesia, bahasa daerah atau bahasa asing.
2.2.1 Sosiolinguistik
Sosiolinguistik ialah subdisiplin linguistik yang mempelajari hubungan antara bahasa dan masyarakat.
Dengan kata lain, sosiolinguistik mempelajari pemakai dan pemakaian bahasa, tempat pemakaian bahasa,
tata tingkat bahasa, berbagai akibat dari adanya kontak dua bahasa atau lebih, dan ragam serta waktu
pemakai ragam bahasa.
Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa, sebagaimana
dilakukan oleh linguistik umum , melainkan dilihat atau didekati sebagai sarana interaksi atau
komunikasi di dalam masyarakat manusia. Bahasa dan pemakaian bahasanya tidak diamati secara
individual, tetapi selalu dihubungkan dengan kegiatan yang ada dalam masyarakat. Setiap orang berbeda
cara pemakaian bahasanya. Perbedaan dapat kita lihat dari segi lagu atau intonasinya, pilihan katakata,
susunan kalimatnya, cara mengemukakan idenya dan sebagainya
Pola Pembentukan kata baru dalam bahasa berdasarkan Plesetan Menurut Sibarani (2008:256-268) plesetan
merupakan proses pembentukan kata dengan cara memplesetkan sebuah kata sehingga makna kata itu
bertambah dari makna semula. Plesetan memiliki banyak fungsi kultur, diantaranya sebagai olok-olokan,
sindiran, eufemisme, ungkapan rahasia dan sebagai lelucon atau hiburan dalam berkomunikasi.
Menurut Baryadi (2003:27) plesetan merupakan tindak tutur yang menggelincirkan satuan lingual yang secara
konvensional memiliki bentuk makna tertentu ke satuan yang memiliki bentuk makna lain. Ada plesetan yang
hanya mengubah bunyi suatu kata, tetapi ada juga plesetan yang mengubah atau menggelincirkan struktur
kebahasaan yang lebih rumit.
Perubahan kosakata dapat diartikan sebagai pertambahan kosakata baru, hilangnya kosakata lama, dan
berubahnya makna kata. Perubahan kosakata inilah yang paling mudah untuk diamati. Ini terbukti dari
semakin banyaknya jumlah kosakata pada Kamus Besar Bahasa Indonesia di setiap penerbitannya. Chaer dan
Leonie (2010:139) mengungkapkan ada beberapa faktor perubahan kosakata dalam suatu bahasa, diantaranya:
1. Penyerapan Bahasa Asing dan Bahasa Daerah
2. Proses Penciptaan Kosakata Baru
3. Pemberian Nama Produk atau Merek Dagang
4. Pemendekan Kata dan Akronim
5. Penggabungan Kata atau Kata Majemuk
6. Penyingkatan Gabungan Kata
4.3. Fenomena Bahasa Gaul
Penggunaan bahasa gaul merupakan hasil modifikasi dari bahasa baku. Penggunaan bahasa gaul diatas dalam
praktiknya sering digunakan dalam obrolan sehari – hari atau pada saat saling mengirim pesan. Selain kata
yang terdapat pada tabel masih terdapat banyak jenis bahasa gaul yang digunakan di kalangan masyarakat.
Ragam bahasa gaul remaja memiliki ciri khusus, yaitu: singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata yang digunakan
cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau
menggantinya dengan kata yang lebih pendek.
Saat ini banyak sekali remaja yang menciptakan bahasa gaul, yaitu bahasa baku yang diubah, sehingga
terkadang orang dewasa tidak memahami bahasa apa yang dikatakan oleh para remaja tersebut. Remaja
cenderung lebih menyukai bahasa gaul dari pada menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Supaya mereka lebih terlihat modern.
1. Kosa Kata Khas 3. Penghilangan Huruf ‘H’
Dampak positif dengan digunakannya bahasa gaul adalah remaja menjadi lebih kreatif. Terlepas dari
menganggu atau tidaknya bahasa gaul ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau
inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang tepat dan
komunikan yang tepat juga.
Penggunaan bahasa gaul dapat mempersulit pengguna bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Padahal di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa yang baik
dan benar.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Jadi, keberadaan bahasa gaul sebagai wujud perubahan bahasa memmang sangat
mengganggu eksistensi bahasa Indonesia. Namun disisi lain kita tidak bisa mencegahnya
apalagi dikalangan anak-anak dan remaja karena perkembangan psikologis keduanya
menuntut mereka agar diakui di masyarakat dan salah satunya dengan mengikuti tren itu
sendiri. Oleh karena itu perkembangan bahasa tidak dapat dicegah tetapi dapat diminimalisir
jika kita kembali meningkatkan eksistensi bahasa Indonesia itu sendiri.
5.2 Saran