Anda di halaman 1dari 16

TERSISIHNYA BAHASA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

M.Nihzar Nurman
Fakultas Teknik Informatika

Email: muhammadnihzar@gmail.com

Abstrak
Artikel ini menyajikan fenomena tersisihnya Bahasa Indonesia di era globalisasi, sebagai ciri budaya
bangsa Indonesia, menghadapi tantangan signifikan di era globalisasi. Globalisasi telah mempengaruhi
semua aspek kehidupan, termasuk bahasa. Bahasa Inggris, sebagai bahasa global, semakin banyak
digunakan oleh berbagai bangsa di dunia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan eksistensi bahasa
Indonesia sebagai identitas nasional. Dalam konteks ini, penting untuk mempertahankan bahasa Indonesia
sebagai jati diri bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan, lambang identitas,
dan lambang kebanggaan negara Indonesia. Namun, bahasa Indonesia mulai terpengaruh dan tergeser
oleh bahasa asing lainnya akibat arus globalisasi yang semakin cepat. Upaya untuk menjaga penggunaan
bahasa Indonesia melibatkan kedisiplinan berbahasa nasional, dengan mematuhi semua kaidah atau
aturan pemakaian bahasa Indonesia. Melestarikan bahasa Indonesia diperlukan agar generasi mendatang
dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar tanpa tercampur dengan bahasa asing
lainnya. Dalam menghadapi era globalisasi, penting bagi masyarakat, terutama generasi muda, untuk
menjaga dan mengembangkan bahasa Indonesia agar tetap bertahan dan berkembang. Hal ini melibatkan
penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, pembelajaran yang baik, dan peningkatan
kemampuan berbahasa Indonesia secara benar. Dengan demikian, menjaga eksistensi bahasa Indonesia
di era globalisasi merupakan tantangan yang perlu dihadapi dengan serius untuk memastikan
keberlangsungan bahasa Indonesia sebagai identitas nasional yang utuh dan baku.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari pemakaian bahasa. Dengan bahasa
seseorang dapat mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan keinginan dalam menyampaikan
pendapat dan informasi. Bahasa sebagai alat untuk interaksi antarmanusia dalam masyarakat
memiliki sifat sosial yaitu pemakaian bahasa digunakan oleh setiap lapisan masyarakat. Bahasa
bukan individual yang hanya dapat dipakai dan dipahami oleh penutur saja akan tetapi, pemakaian
bahasa akan lebih tepat bila antara penutur dan mitra tutur saling memahami makna tutur.

Sebagai masyarakat Indonesia tentunya kita menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional, yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai informasi.
Namun, pemakaian bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari mulai bergeser digantikan oleh
pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa gaul. Interferensi bahasa gaul kadang
muncul dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi resmi yang mengakibatkan penggunaan
bahasa tidak baik dan tidak benar.

Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh
sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap
eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan.

Namun, saat ini pemakaian bahasa Indonesia mengalami krisis identitas dan mulai tersisih
oleh semakin maraknya pemakaian bahasa asing dan bahasa campuran, baik dalam forum formal
maupun nonformal. Dewasa ini banyak terlihat aneka merek dagang, nama tempat, nama gedung,
pamflet dan kain spanduk yang menggunakan bahasa asing khususnya bahasa Inggris. Bukan itu
saja, struktur teks juga menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris.
Misalnya nama hotel misalnya ABC Hotel bukan Hotel ABC. Mereka mengasumsikan kalau
merek dagang dalam bahasa asing atau bercampur dengan kata asing daya jualnya lebih besar dan
bergengsi. Ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia lambat laun akan menjadi bahasa nomor dua
saja di Indonesia setelah bahasa asing.
Femonema lain terlihat dengan istilah dari bahasa Inggris lebih sering dipakai dalam hal
yang menyangkut komputer dan peralatan elektronik lainnya. Istilah-istilah seperti software dan
hardware lebih sering digunakan dibanding padan katanya dalam bahasa Indonesia; piranti lunak
dan piranti keras. Istilah telepon genggam juga telah kalah populer dengan handphone. Jika kita
amati, terutama anak muda, ternyata banyak yang masih rabun membaca, gagap berbicara, dan
sulit menulis. Mereka cenderung menggampangkan urusan berbahasa Indonesia. Selain itu,
muncul anggapan bahwa apabila lihai berbahasa Inggris dianggap lebih modern dan lebih
mengikuti arus perkembangan globalisasi dibanding dengan lihai dalam berbahasa Indonesia.
Fenomena yang turut mendukung lainnya adalah kian maraknya sekolah bertaraf internasional
yang mewajibkan siswa menguasai bahasa Inggris dan menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar baik dalam proses seleksi penerimaan siswa baru hingga penyampaian materi pelajaran
sehari-hari.

Sebagai generasi muda penerus bangsa hal ini patut menjadi sebuah tugas besar bagi kita
semua untuk tetap menjaga popularitas dan eksistensi bahasa Indonesia di tengah maraknya
penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

1. Mengapa remaja sering menggunakan bahasa gaul daripada menggunakan Bahasa


Indonesia baku?
2. Apa yang menyebabkan para remaja lebih cepat menyerap bahasa gaul daripada Bahasa
Indonesia baku?
3. Apa dampak positif dan negatif dari penggunaan bahasa gaul bagi masyarakat, khususnya
para remaja?
4. Bagaimana upaya kita agar penggunaan Bahasa Indonesia tidak tergeser oleh bahasa gaul?
5. Bagaimana penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia saat ini ?
6. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penurunan eksistensi bahasa Indonesia saat ini
?
7. Upaya apa yang bisa dilakukan untuk menjaga popularitas dan eksistensi bahasa Indonesia
sebagai bahasa ibu di Indonesia dalam era globalisasi saat ini ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian secara umum

- Memeriksa pemakaian bahasa gaul dan bahasa asing dalam dialog remaja Indonesia dalam kehidupan
remaja.

1.3.2 Tujuan penelitian secara khusus

 Mengetahui ciri-ciri bahasa gaul.


 Mengetahui faktor dan dampak dari penggunaan bahasa gaul di kalangan remaja.
 Meningkatkan mutu bahasa Indonesia agar tidak tergeser oleh bahasa gaul.
 Mengetahui persentase penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Indonesia saat ini.
 Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penurunan eksistensi bahasa
Indonesia saat ini.
 Mengetahui dan berusaha mempraktikkan berbagai upaya untuk menjaga popularitas dan
eksistensi bahasa Indonesia di era globalisasi saat ini.
BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahasa Gaul

Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk
pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir ahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal
sebagai bahasanya para bajingan atau anak jalanan disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan
sebagai preman.

Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja
sekelompoknya selama kurun tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri
dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk
menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak
dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya.

Menurut Mulyana, bahasa gaul adalah sejumlah kata atau istilah yang mempunyai arti yang
khusus, unik, menyimpang atau bahkan bertentangan dengan arti yang lazim ketika digunakan
oleh orang-orang dari subkultur tertentu.

2.2 Ciri-ciri bahasa gaul

Ragam bahasa gaul remaja memiliki ciri khusus, yaitu: singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata
yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek melalui
proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek.

2.3 Faktor-faktor Pendukung Maraknya Bahasa Gaul di Kalangan Remaja

Perkembangan bahasa gaul di kalangan remaja sangatlah cepat. Mengapa?? Karena didukung
oleh beberapa faktor yang cukup berpengaruh terhadap kondisi lingkungan remaja. Antara lain :
a. Adanya bahasa gaul ditandai dengan menjamurnya internet dan situs-situs jejaring sosial
yang berdampak signifikan terhadap perkembangan bahasa gaul.

b. Karena pengaruh lingkungan.


c. Peran media (elektronik) yang menggunakan istilah bahasa gaul dalam film-film khusunya
film remaja dan iklan, misalnya dari adegan percakapan di televisi.
d. Media cetak, misalnya bahasa yang ada dalam majalah, surat kabar atau koran.
e. Dampak dari pembangunan dan perkembangan zaman atau modernisasi, di mana segala
hal yang ada di lingkungan kita harus selalu ter up-to date. Dampak dari modernisasi yang
paling terlihat adalah gaya hidup, seperti cara berpakaian, cara belajar, aplikasi teknologi
yang makin maju maupun cara bertutur kata (pemakaian bahasa).

2.4 Pengaruh Bahasa Gaul terhadap Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang berfungsi sebagai alat komunikasi
mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap
kebenaran informasi yang disampaikan. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal
penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Kendala yang harus dihindari
dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya bahasa gaul. Hal ini
mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik. Dewasa ini pemakaian bahasa
Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia film mulai bergeser digantikan dengan
pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa gaul.

Seiring dengan perkembangan zaman ke zaman khususnya di Negara Indonesia semakin terlihat
pengaruh yang diberikan oleh bahasa gaul terhadap bahasa Indonesia dalam penggunaan tata
bahasanya. Penggunaan bahasa gaul oleh masyarakat luas menimbulkan dampak negatif terhadap
perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa pada saat sekarang dan masa yang akan
datang. Dewasa ini, masyarakat sudah banyak yang memakai bahasa gaul dan parahnya lagi
generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul ini. Bahkan generasi muda
inilah yang banyak memakai bahasa gaul daripada pemakaian bahasa Indonesia. Untuk
menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyrakat, seharusnya kita menanamkan
kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Seiring
dengan munculnya bahasa gaul dalam masyarakat, banyak sekali dampak atau pengaruh yang
ditimbulkan oleh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa
diantaranya sebagai berikut:

1. Eksistensi Bahasa Indonesia Terancam Terpinggirkan Oleh Bahasa Gaul

Berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya sebuah generasi. Kalau generasi negeri ini
kian tenggelam dalam pudarnya bahasa Indonesia yang lebih dalam, mungkin bahasa Indonesia
akan semakin sempoyongan dalam memanggul bebannya sebagai bahasa nasional dan identitas
bangsa.

2. Menurunnya Derajat Bahasa Indonesia

Karena bahasa gaul yang begitu mudah untuk digunakan berkomunikasi dan hanya orang
tertentu yang mengerti arti dari bahasa gaul, maka remaja lebih memilih untuk menggunakan
bahasa gaul sebagai bahasa sehari-hari. Sehingga bahasa Indonesia semakin pudar bahkan
dianggap kuno di mata remaja dan juga menyebabkan turunnya derajat bahasa indonesia.

3. Menyebabkan Punahnya Bahasa Indonesia

Penggunaan bahasa gaul yang semakin marak di kalangan remaja merupakan sinyal ancaman
yang sangat serius terhadap bahasa indonesia dan pertanda semakin buruknya kemampuan
berbahasa generasi muda zaman sekarang. Sehingga tidak dapat dipungkiri suatu saat bahasa
Indonesia bisa hilang karena tergeser oleh bahasa gaul di masa yang akan datang.

2.5 Dampak Positif dan Negatif dari Penggunaan Bahasa Gaul

Segala sesuatu pasti mempunyai dampak positif dan negatif. Begitu pula dengan bahasa gaul
yang juga mempunyai dampak positif dan negatif terhadap penggunanya dan orang lain.

a. Dampak Positif

Dampak positif dengan digunakannya bahasa gaul adalah remaja menjadi lebih kreatif.
Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa gaul ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap
perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang
tepat dan komunikan yang tepat juga.

b. Dampak Negatif

1) Penggunaan bahasa gaul dapat mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia dengan baik
dan benar.
2) Bahasa gaul dapat mengganggu siapapun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud
di dalamnya. Karena, tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata gaul tersebut.

3) Bahasa gaul dapat mempersulit penggunanya dalam berkomunikasi dengan orang lain dalam acara
yang formal. Misalnya ketika sedang presentasi di depan kelas.

4) Bahasa gaul dapat menyulitkan orang lain yang mendengar kata-kata yang termaksud gaul untuk
mengerti maksud dari apa yang dibicarakannya.

5) Bagi masyarakat lain yang merasa terganggu dengan bahasa Gaul, menganggap bahasa Gaul sangat
sulit dipahami demikian juga penulisan dengan huruf Gaul sangat menyulitkan bagi beberapa
orang untuk membacanya.

2.6 Upaya Mempertahankan Bahasa Indonesia agar tidak Tergeser oleh Bahasa Gaul

Agar Bahasa Indonesia tidak tergeser oleh bahasa gaul, maka kita sebagai warga Indonesia yang
baik hendaknya melakukan langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan sebelum Bahasa
Indonesia benar-benar punah. Langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Langkah-langkah penanggulangan :

1) Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyarakat pada masa depan, perlu
adanya usaha pada saat ini menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan
dalam diri generasi bangsa terhadap Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional. Para orangtua,
guru dan pemrintah sangat dituntut kinerja mereka dalam menanamkan dan
menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan anak-anak Indonesia terhadap Bahasa
Indonesia.
2) Perlu adanya tindakan nyata dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia
yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.

3) Menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para generasi penerus bangsa ini, Bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional harus diutamakan penggunaannya.

4) Menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam diri generasi bangsa dan juga masyarakat
luas untuk memperkukuh Bangsa Indonesia dengan penggunaan Bahasa Indonesia. Sebagaimana
kita ketahui, Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang dapat kita gunakan untuk
merekatkan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia.

5) Pemerintah Indonesia harus menekankan penggunaan Bahasa Indonesia dalam film-film produksi
Indonesia. Baik film layar lebar maupun sinetron.

6) Meningkatkan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dan di perguruan tinggi.

7) Upaya untuk membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia dilakukan dengan jalur media
masssa dan jalur kepemimpinan.

Penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dalam Kehidupan Sehari-Hari


Masyarakat Indonesia saat ini

Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia

Sepotong bunyi sumpah pemuda di atas mengikrarkan penggunaan bahasa Indonesia


sebagai bahasa persatuan. Akan tetapi, itu tahun 1928. Sekarang? Bagaimana status bahasa
Indonesia di kalangan anak muda saat ini ?

Sebagai bangsa, kita sudah sepakat memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu.
Sejak dicetuskan pada 2 Mei 1926 dalam Kongres Pemuda I, dan kemudian “disumpahkan” pada
28 Oktober 1928, bahasa Indonesia kemudian jatuh-bangun menjadi bahasa komunikasi di
seantero nusantara. Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi, juga bahasa pergaulan sehari-hari.

Bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa yang tidak keren dan tidak adaptif terhadap
perkembangan zaman. Pemuda dan pemudi masa kini lebih akrab menggunakan bahasa Inggris
sebagai bahasa pergaulan dan percakapan. Nginggris dianggap simbol intelektualitas dan bagian
dari globalisasi (atau ketidakpercayadirian menggunakan bahasa Indonesia). Pembelajaran bahasa
Indonesia dianggap selesai ketika berada di bangku sekolah menengah. Alasan yang sering
dikemukakan adalah sebagai orang Indonesia tentu sudah pasti mampu berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Benarkah demikian? Jika kita amati, terutama anak muda, ternyata banyak
yang masih rabun membaca, gagap berbicara, dan sulit menulis. Mereka cenderung
menggampangkan urusan berbahasa Indonesia.

Penggunaan bahasa saat ini sangat memprihatinkan, banyak bahasa yang tertinggal padahal
banyak bahasa di Indonesia yang beraneka ragam seperti bahasa Sunda, Jawa, Madura dan lain-
lain, yang kita kenal justru bahasa asing (bahasa Inggris), bahasa yang harusnya kita kenal dan
budayakan makin tertinggal atau malah sudah tidak digunakan lagi.

Fenomena yang terlihat saat ini adalah istilah dari bahasa Inggris masih kerap dipakai
dalam hal yang menyangkut komputer dan peralatan elektronik lainnya. Istilah-istilah seperti
software dan hardware lebih sering digunakan dibanding padan katanya dalam bahasa Indonesia;
piranti lunak dan piranti keras. Istilah telepon genggam juga telah kalah populer dengan
handphone. Beberapa istilah asing yang populer dalam dunia perdagangan adalah; entrepeneurship
yang menggusur kata kewirausahaan, writerpeneurship yang menggantikan istilah kepenulisan,
franchise yang menggeser padan katanya; waralaba, delivery service yang lebih populer dibanding
layanan antar, dan masih banyak contoh lainnya.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa hampir seluruh tayangan berbahasa asing selain bahasa
Inggris akan disulihsuarakan ke dalam bahasa Indonesia. Sementara mayoritas tayangan yang
menggunakan bahasa Inggris tetap ditayangkan dalam bahasa aslinya disertai dengan teks
berbahasa Indonesia. Ini menimbulkan pertanyaan di diri kita, apa keistimewaan yang dimiliki
bahasa Inggris sehingga mendapat perlakuan istimewa seperti ini? Anggapan bahwa bahasa
Inggris adalah bahasa dunia mungkin saja menjadi salah satu penyebabnya. Hanya saja ini hal ini
tampaknya ditelan mentah-mentah oleh praktisi pertelevisian. Karena akibat jangka panjangnya
adalah munculnya rasa inferior dari penonton terhadap bahasanya sendiri, bahasa Indonesia. Di
sisi lain penonton juga akan terkooptasi dengan pikiran bahwa bahasa Inggris adalah bagian tak
terpisahkan dari kemajuan dan modernitas.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penurunan eksistensi bahasa Indonesia saat ini

Banyak hal yang sebenarnya menjadi penyebab mengapa bahasa Indonesia seakan menjadi
orang asing di negeri sendiri. Pertama, citra penggunaan bahasa Inggris dianggap identik dengan
kemajuan, modernitas, kecanggihan, dan gaya hidup masa kini. Hal ini diperparah dengan fakta
bahwa sebagian besar konsumsi produk teknologi masih bergantung pada produk luar negeri.

Karena bahasa yang umum digunakan komputer, piranti lunak, telepon genggam, serta
berbagai produk lainnya adalah bahasa inggris maka penggunaan bahasa Indonesia tak terpakai di
produk tersebut. Hal ini sudah berlangsung sangat lama. Sehingga meskipun produk teknologi
yang menggunakan bahasa Indonesia telah diluncurkan, seperti sistem operasi komputer Windows
versi bahasa Indonesia, namun produk itu kalah karena pemakaian bahasa Inggris dibidang
teknologi terlanjur melekat di hati penggunanya. Kita lihat “download” lebih populer dibanding
“unduh” dan “misscall” lebih populer dibanding “panggilan tak terjawab”.

Akhirnya berbagai pihak beramai-ramai menggunakan bahasa Inggris agar dianggap


modern, maju, canggih, dan trendi. Bahasa Inggris tak hanya diselipkan dalam percakapan baik
formal maupun informal. Melainkan juga dipakai sebagai istilah dalam dunia pendidikan,
teknologi komunikasi, dan perdagangan. Sebagian besar istilah asing tersebut tetap digunakan
kendati sudah ada padan katanya dalam bahasa Indonesia.

Kedua, kini anak-anak telah diperkenalkan bahasa asing dalam usia yang sangat dini.
Bahasa Inggris tak hanya diajarkan mulai kelas 1 SD. Di beberapa TK juga telah diajarkan bahasa
Inggris. Bahkan ada pula bahasa Mandarin dan bahasa Jerman di beberapa TK lainnya. Akibatnya
mereka kehilangan kesempatan untuk lebih dekat dengan bahasa Indonesia dan bahasa daerahnya.
Padahal di usia yang sangat dini perlu ada penanaman rasa cinta terhadap bangsa dan negara. Dan
hal itu tentu tidak bisa dilakukan tanpa pembelajaran bahasa Indonesia secara intensif.

Faktor ketiga adalah belum adanya undang-undang yang mengatur kaidah tata bahasa
dengan jelas. Kini formalitas hukum mengenai tata bahasa nasional mutlak diperlukan. Hal itu
disebabkan perkembangan teknologi informasi yang mencapai taraf komunikasi antar bahasa dan
budaya tanpa batas ruang dan waktu. Selain itu pemaksaan globalisasi kepada seluruh negara di
dunia juga berpotensi mengancam bahasa nasional. Tanpa undang-undang kebahasaan, infiltrasi
bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia akan makin gencar dan menjadi-jadi. Bukankah
kedaulatan Indonesia sudah digempur dari segala lini? Kita sudah tak memiliki kedaulatan pangan,
kedaulatan pertahanan militer, juga kedaulatan ekonomi. Jadi bukan suatu hal yang mustahil kelak
kedaulatan bahasa akan bobol dan bahasa Indonesia punah karena tidak kita lindungi dan
lestarikan.

Faktor keempat adalah Bahasa Indonesia yang dipergunakan dalam karya sastra, cerita anak-anak,

lagu, teater, dan film menunjukkan adanya banyak ketimpangan. Dalam hal penerbitan cerita anak-anak,

pengarang perlu memberi keleluasaan kepada penerbit. Perhatian penerbit terhadap usia dan lingkungan

anak-anak memegang peranan penting dalam hal penerbitan cerita anak-anak, karena bacaan anak-anak

memengaruhi peningkatan imajinasi dan kecerdasan anak. Dengan demikian, kecermatan pemakaian

bahasa yang digunakan faktor sangat penting Bahasa Indonesia semakin banyak juga dipergunakan untuk

menerjemahkan karya sastra tradisional dan karya sastra asing. Usaha untuk menyebarluaskan jangkauan

tersebut, yaitu dengan cara mengindonesiakan cakapannya. Pengindonesiaan (penerjamahan) perlu

memperhatikan keseimbangan dalam struktur dan kosa kata. Oleh karena itu, pengindonesiaan harus

dilakukan secara teliti dengan melibatkan lembaga kebahasaan, lembaga pendidikan, serta pengembang

berikut:

a. Melakukan perekaman pementasan drama tradisional atau pun luar negeri untuk kemudian diterbitkan

kedalambahasaIndonesia.

b. Meningkatkan kecermatan pemakaian bahasa dengan lembaga-lembaga pendidikan dan psikologi yang

ada.

c.penerbitan karya – karya asli daerah dan asing

d. Menerjemahkan dan menerbitkan karya asli daerah dan asing ke dalam bahasa Indonesia

Dengan melakukan hal tersebut akan diperolehlah banyak kosa kata dan hal tersebut akan memperkaya

kosa kata bahasa Indonesia. Semua itu tentunya dilakukan sesuai kaidah alih transkripsi bahasa Indonesia.
Upaya Untuk Menjaga Popularitas Dan Eksistensi Bahasa Indonesia Di Era Globalisasi Saat
Ini

Salah satu upaya menjaga eksistensi bahasa Indonesia adalah adanya undang-undang
kebahsaan yang efektif, undang-undang itu setidaknya memuat lima hal. Pertama, pengaturan
mengenai penggunaan bahasa Indonesia sesuai EYD dan koridornya. Kedua, paraturan
penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa. Ketiga, peraturan menyangkut penempatan
penggunaan bahasa asing. Keempat, perlindungan terhadap bahasa daerah. Kelima, perlakuan
khusus di bidang kesenian.

Pengaturan penggunaan bahasa Indonesia sendiri menyangkut beberapa aspek. Pertama,


pengunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar wajib dipraktekkan dalam semua lingkungan
dan aktfitas formal. Lingkungan tersebut mencakup semua institusi pendidikan, tempat kerja, serta
fasilitas-fasilitas umum.

Kedua, pengaturan penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa. Sebagai alat
komunikasi yang menyeluruh, media massa jelas merupakan penentu keberlangsungan suatu
bahasa. Karenanya media massa harus dirangkul, didisiplinkan, serta dijadikan instrumen
pengawal dan pelestari bahasa Indonesia. Dalam penjelasan yang lebih rinci ada beberapa hal yang
harus diterapkan pada media massa di Indonesia. Hal itu terdiri dari pengaturan bahasa Indonesia
pada semua media cetak dan acara televisi bersifat formal, pembatasan iklan berbahasa asing, serta
penghapusan sikap pengistimewaan bahasa Inggris dalam tayangan asing.

Ketiga, penempatan pendidikan bahasa asing dalam kaidah yang benar. Televisi selalu
menampilkan tayangan yang jor-joran dalam menyelipkan bahasa asing (dalam hal ini bahasa
Inggris). Namun sangat jarang atau bahkan tidak pernah menampilkan pendidikan bahasa asing
sebagai salah satu tayangannya. Akibatnya muncul banyak bahasa Inggris salah kaprah yang
disebut bahasa Inggris setengah matang dalam cergam Lagak Jakarta. Bahasa Inggris akhirnya
hanya dipakai sebagai pemoles bahasa pergaulan sehari-hari untuk menunjukkan bahwa pembicara
adalah orang yang maju meski tidak jelas maju kemana. Inilah yang harus diubah. Tiap stasiun
televisi setidaknya harus menayangkan setidaknya satu program pendidikan bahasa asing. Dengan
pendidikan yang benar, masyarakat akan mampu menguasai bahasa asing tanpa harus selalu
berbahasa asing. Ini dibuktikan dengan KH Agus Salim yang meskipun menguasai lima bahasa
tidak serta merta selalu berbahasa asing. Ia bahkan menjunjung tinggi bahasa Indonesia.

Keempat, harus ada perlindungan khusus terhadap bahasa daerah. Jangan sampai
keanekaragaman daerah yang salah satunya berupa bahasa daerah tergerus oleh hal-hal baru yang
masuk dari luar. Ini bisa diterapkan dengan pengoptimalan pengajaran bahasa daerah melalui
pelajaran muatan lokal (Mulok). Wewenang pengajaran bahasa daerah melalui mulok ini
sebaiknya didesentralisasikan dengan diserahkan ke tiap kota, bukan sentralistik dengan
ditentukan oleh pusat maupun provinsi. Karena walaupun sudah berada pada provinsi yang sama,
Jawa Timur misalnya. Bahasa Jawa yang dipakai di Surabaya lain dengan bahasa Jawa yang
dipakai di Malang maupun di Blitar. Karena bentuknya mulok maka bahasa daerah ini tak perlu
diujikan dan hanya bertujuan pembelajaran agar anak didik tidak tercerabut dari budaya daerahnya.

Kelima, harus ada pengaturan khusus untuk bidang kesenian. Kreatifitas seniman tidak
boleh dibelenggu dengan peraturan kebahasaan ini. Meski harus diakui saat ini semakin banyak
musisi yang menggunakan bahasa Inggris dalam lirik lagunya, baik hanya menyelipkan atau
menggunakan dengan penuh. Hal semacam ini cukup diarahkan dengan membentuk organisasi-
organisasi kesenian yang mengarahkan seniman-seniman Indonesia. Selain itu untuk mendorong
kecintaan terhadap bahasa Indonesia, harus ada penghargaan untuk seniman-seniman (terutama
musisi karena karya-karya musisi yang sering diterima secara luas oleh masyarakat) atas
konsistensi mereka menggunakan bahasa Indonesia dan keberhasilan mereka membuat lirik yang
bagus dari bahasa Indonesia. Musisi-musisi yang pantas diganjar penghargaan ini antara lain Efek
Rumah Kaca dan Koil.

Upaya lain untuk menanamkan rasa kecintaan terhadap bahasa kebangsan itu, antara lain,
dilakukan melalui peningkatan mutu kampanye “penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan
benar” ke seluruh lapisan masyarakat dengan pendekatan dan metode yang sesuai dengan
perkembangan zaman. Upaya perluasan penggunaan bahasa Indonesia ke luar masyarakat
Indonesia merupakan langkah memperbaiki citra Indonesia di dunia internasional melalui
peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA), yang pada gilirannya
akan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa perhubungan luas di dunia internasional.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dapat kita simpulkan banyaknya kalangan remaja menggunakan bahasa gaul adakah akibat
dari perkembangan zamanyang kian mengalami kamjuan baik dari dunia pendidikan sampai
teknologi.

Gejala bahasa yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia
dianggap sebagai penyimpangan terhadap bahasa. Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa
di negeri sendiri berdampak pada tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam
pemakaiannya dalam masyarakat terutama dikalangan remaja.

Apalagi dengan maraknya dunia kalangan artis menggunakan bahasa gaul di media massa dan
elektronik, membuat remaja semakin sering menirukannya di kehidupan sehari-hari hal ini sudah
menjadi wajar karena remaja suka meniru hal-hal yang baru.

Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa itu tercermin antara lain dari sikap lebih
mengutamakan penggunaan bahasa asing (BA) dari pada penggunaan BI misalnya, dalam
penamaan kompleks perumahan dan sikap mementingkan kegiatan tertentu, misalnya demi
kegiatan pengembangan pariwisata dan bisnis. Kenyataan itu berdasarkan penutur BI asli,
bersumber dari sikap kesadaran berbahasa yang kemudian tercermin dalam perilaku berbahasa.
Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia terungkap jika bangsa Indonesia lebih suka memakai bahasa
Indonesia dari pada bahasa asing dan bersedia menjaga agar pengaruh asing tidak terlalu
berlebihan. Yang perlu dipahami adalah sikap positif terhadap bahasa Indonesia ini tidak berarti
Walaupun di era globalisasi globalisasi bahasa Indonesia dan bahasa asing telah saling
pengaruh-mempengaruhi, tetapi dengan rasa cinta terhadap bahasa Indonesia, maka akan tumbuh
sikap yang menunjukkan karakter bangsa di antaranya adalah sikap disiplin, toleransi, mandiri.
4.2 Saran

Kita sebagai warga Negara Indonesia yang baik harus mencintai bahasa persatuan yaitu bahasa
Indonesia. Kita harus menjaga kebenaran dan keaslian bahasa Indonesia agar tidak pudar karena
adanya bahasa gaul yang sudah menyebar di kalangan remaja pada saat sekarang ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adidarmodjo, Gunawan Wibisono. 1992. Kiat Bahasa. Semarang: Media Wiyata


2. Faizah, Umi. Bahasa Indonesia, Antara Variasi dan Penggunaan. diakses 26 Oktober
2009

(www.bahasa-indonesi-antara-variasi-dan penggunaan)

3. Sofa. Penggunaan Ragam Bahasa Gaul Dikalangan Remaja. diakses 26 Oktober 2009

(www.penggunaan-ragam-bahasa-gaul-dikalangan-remaja)

4. http://bataviase.co.id/detailberita-10524806.html
5. http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/02/pengruh-penggunaan-bahasa-gaul-terhadap-
perkembangan-bahasa-indonesia/
6. http://www.natalizer.co.

Anda mungkin juga menyukai