Anda di halaman 1dari 6

EKSISTENSI BAHASA INDONESIA DI ERA DISRUPSI

Nama : Filio Claudio Benedictus Kaunang


Prodi : K3

Abstrak
Bahasa merupakan sarana manusia untuk berpikir yang merupakan sumber awal
manusia memperoleh pemahaman dan ilmu pengetahuan, sebagai simbol sebuah
pemahaman, bahasa telah memungkinkan manusia untuk memahami apa yang ada di
sekitarnya, dan mengantarkan dia memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian. Globalisasi
merupakan era terjadinya perubahan masa akibat pengaruh budaya asing. Globalisasi
mempengaruhi semua aspek kehidupan, termasuk bahasa. Bahasa yang semakin global
dipakai oleh semua bangsa di dunia ialah bahasa Inggris, yang pemakainya lebih dari
satu
miliar. Seperti yang dikutip dari kompas online yang menjelaskan bahwa Bahasa Inggris,
misalnya, walaupun pemakainya semakin besar sebagai bahasa kedua, masyarakat suatu
negara akan semakin kuat juga memempertahankan bahasa ibunya. Eksistensi Bahasa
Indonesia yang merupakan jati diri bangsa Indonesia pada era globalisasi sekarang ini,
perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan
agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dan budaya asing yang tidak
sesuai dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia. Pengaruh alat komunikasi yang
begitu canggih harus dihadapi dengan memertahankan jati diri bangsa Indonesia,
termasuk jati diri bahasa Indonesia. Ini semua menyangkut kedisiplinan berbahasa
nasional, dengan mematuhi semua kaidah atau aturan pemakaian bahasa Indonesia.
Dengan disiplin berbahasa Indonesia akan membantu bangsa Indonesia untuk
mempertahankan dirinya dari pengaruh negatif asing atas kepribadiannya sendiri.

Kata Kunci: eksistensi bahasa, era disrupsi


I. Pendahuluan

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan resmi di seluruh wilayah Indonesia. Ini merupakan
bahasa komunikasi resmi, diajarkan di sekolah-sekolah, dan digunakan untuk penyiaran di media
elektronik dan digital. Sebagai negara dengan tingkat multilingual (terutama trilingual) teratas di
dunia, mayoritas orang Indonesia juga mampu bertutur dalam bahasa daerah atau bahasa suku
mereka sendiri, dengan yang paling banyak dituturkan adalah bahasa Jawa dan Sunda yang juga
memberikan pengaruh besar ke dalam elemen bahasa Indonesia itu sendiri.

Dengan penutur bahasa yang besar di seantero negeri beserta dengan diaspora yang tinggal di
luar negeri, bahasa Indonesia masuk sebagai salah satu bahasa yang paling banyak digunakan
atau dituturkan di seluruh dunia. Selain dalam skala nasional, bahasa Indonesia juga diakui
sebagai salah satu bahasa resmi di negara lain seperti Timor Leste. Bahasa Indonesia juga secara
resmi diajarkan dan digunakan di sekolah, universitas maupun institusi di seluruh dunia,
terutama di Australia, Belanda, Jepang, Korea Selatan, Timor Leste, Vietnam, Taiwan, Amerika
Serikat, Inggris, dll.

Memiliki keterikatan sejarah yang panjang dengan bangsa-bangsa Eropa khususnya sejak era
kolonialisme, beberapa kosakata Indonesia telah diserap ke dalam beberapa bahasa Eropa,
terutama bahasa Belanda dan Inggris. Bahasa Indonesia sendiri juga memiliki banyak kata
serapan yang berasal dari bahasa-bahasa Eropa, terutama dari bahasa Belanda, Portugis, Spanyol,
dan Inggris. Bahasa Indonesia juga memiliki kata serapan yang berasal dari bahasa Sanskerta,
Tionghoa, dan Arab yang membaur menjadi elemen dalam bahasa Indonesia yang terpengaruh
karena adanya faktor-faktor seperti aktivitas perdagangan maupun religius yang telah
berlangsung sejak zaman kuno di wilayah kepulauan Indonesia.

Akar bahasa Indonesia baku adalah bahasa Melayu Riau (sekarang Kepulauan Riau), sedangkan
akar bahasa Indonesia gaul Jakarta adalah bahasa Betawi. Dalam perkembangannya, bahasa ini
mengalami perubahan akibat penggunaannya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi
kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "bahasa Indonesia"
diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan
"imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan
berbedanya bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau dan
kepulauan maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa
yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun
penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Pada tahun 1953, setidaknya terdapat 23 ribu
jumlah kosakata dalam kamus bahasa Indonesia yang sebagian besar diadopsi dari bahasa
Melayu. Hingga sekarang jumlah kosakata dalam kamus bahasa Indonesia terus bertambah.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa Indonesia
bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia
menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Istilah
"bahasa Indonesia" paling umum dikaitkan dengan bentuk baku yang digunakan dalam situasi
resmi. Ragam bahasa baku tersebut berhubungan diglosik dengan bentuk-bentuk bahasa Melayu
vernakular yang digunakan sebagai peranti komunikasi sehari-hari. Artinya, penutur bahasa
Indonesia kerap kali menggunakan ragam sehari-hari dan/atau mencampuradukkan dengan
dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, bahasa Indonesia digunakan
sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat
resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia
digunakan oleh semua warga Indonesia.

Fonologi dan tata bahasa bahasa Indonesia dianggap relatif mudah. Menurut sebagian peneliti,
dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu
beberapa minggu.

Istilah bahasa Indonesia juga terkadang digunakan dalam bahasa Inggris dan bahasa lain untuk
menyebut bahasa nasional Indonesia. Bahasa Indonesia terkadang disingkat menjadi Bahasa oleh
orang asing yang menganggap bahwa itu adalah nama bahasanya. Namun, kata "bahasa" hanya
berarti bahasa (language). Misalnya, Korean language diterjemahkan menjadi bahasa Korea.
Orang Indonesia pada umumnya tidak menggunakan kata Bahasa saja untuk menyebut bahasa
nasionalnya

II. Metode Penelitian

Penelitian merupakan jenis penelitian deskripstif. Penelitian deskriptif


merupakan penelitian yang berusaha memberikan penjelasan dan uraian yang
konseptual terhadap fenomena yang muncul. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan observasi dan studi pustaka tentang penggunaan dan
eksistensi bahasa daerah di tengah era disrupsi. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis deskripstif yang menjelaskan hasil observasi dan pustaka
yang diperoleh melalui pengumpulan data yang dikaitkan dengan kondisi realistis.
Sumber data dalam penelitian ini adalah lingkungan sekitar dan media sosial
yang diamati penggunaan bahasanya. Data dalam penelitian ini adalah bahasa yang
digunakan oleh subjek-subjek di lingkungan sekitar dan bahasa yang digunakan di
media sosial.

III. Pembahasan

Selain pada budaya-budaya lokal, jati diri sebuah bangsa ada pada bahasanya. Bahasa Indonesia
adalah jati diri bangsa. Bahasa Indonesia adalah identitas bangsa Indonesia yang harus tetap
dijaga keberadaannya. Bahasa Indonesia memiliki kedudukan penting di Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sebagai bahasa pemersatu, bahasa Indonesia digunakan sebagai alat
komunikasi antarmasyarakat Indonesia yang berasal dari berbagai suku dan budaya. Sebagai
bahasa negara, bahasa Indonesia digunakan untuk alat komunikasi antarinstansi pemerintah,
digunakan sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, mengembangkan kebudayaan,
ilmu, dan teknologi di Indonesia. Lalu bagaimana wajah bahasa Indonesia bila dilihat dari
penggunaannya dalam komunikasi saat ini?

Tak dapat dipungkiri pada era disrupsi saat ini, hampir semua tatanan kehidupan mengalami
inovasi sebagai akibat dari munculnya berbagai inovasi di bidang teknologi. Inovasi-inovasi
dalam bidang teknologi ini memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi dari berbagai
penjuru dunia. Laju pertukaran informasi dan data begitu cepat terjadi. Informasi apapun mudah
didapatkan. Anda hanya perlu mengetik pada mesin pencarian pada gawai yang telah terhubung
dengan internet, maka dengan cepat informasi yang Anda butuhkan akan muncul pada layar
gawai Anda.

Namun, segala kemudahan yang ditawarkan oleh kecanggihan teknologi ini membuat perilaku
berbahasa cenderung menurun, terutama perilaku berbahasa kaum milenial. Hal ini menjadi
tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk mempertahankan perilaku berbahasa yang
mencerminkan identitas bangsa Indonesia.

Saat ini bahasa Indonesia dihadapkan pada masa perkembangan teknologi dan budaya yang
cukup mengkhawatirkan. Mudahnya arus informasi bisa jadi menyebabkan bergesernya  nilai-
nilai budaya negeri ini, termasuk dalam penggunaan bahasa Indonesia. Keterbukaan informasi
secara global ini membuat sebagian masyarakat yang hidup pada era ini beranggapan bahwa
bahasa asing lebih penting dan lebih tinggi daripada bahasa Indonesia. Berkomunikasi
menggunakan bahasa asing kadang dinilai lebih modern, lebih kekinian, dan lebih hebat oleh
sebagian orang. Memang menguasai bahasa asing, dalam hal ini adalah bahasa Inggris,
merupakan hal yang penting dan diperlukan. Sebagai bahasa internasional, penggunaan bahasa
Inggris memang memudahkan masyarakat untuk berkomunikasi secara luas dengan orang lain
dari berbagai negara di dunia. Untuk itulah, saat ini banyak orang berlomba-lomba menguasai
bahasa Inggris.

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa perilaku berbahasa berkembang sesuai
perkembangan zaman. Kiranya hal ini benar adanya. Di era disrupsi yang serba canggih ini etika
berbicara kiranya mulai mengalami penurunan. Pengaruh budaya asing terkadang memengaruhi
kita dalam berkomunikasi. Berkurangnya etika dan rasa hormat terhadap lawan bicara bisa jadi
dipengaruhi oleh budaya-budaya asing yang begitu cepat masuk ke Indonesia.

Ada pula fenomena perubahan perilaku berbahasa secara verbal menuju perilaku berbahasa
digital. Dulu, untuk memesan makanan saja, orang harus datang ke warung-warung, berjumpa
secara langsung dengan penjualnya. Ada interaksi sosial dan komunikasi dua arah secara verbal
antara penjual dan pembeli. Namun saat ini, generasi milenial yang hidup di era digital banyak
disuguhi dengan berbagai macam aplikasi digital yang memudahkan pemesanan makanan tanpa
harus bertemu dan berkomunikasi secara verbal dengan penjualnya.

Masuknya banyak bahasa asing ke dalam negeri pun memengaruhi penggunaan bahasa Indonesia
di ruang publik. Penggunaan kata entrance dan exit di banyak mal di Indonesia atau sarana-
sarana publik lainnya pun masih sering kita jumpai. Kata entrance dan exit sebenarnya dapat
digantikan dengan kata pintu masuk dan pintu keluar. Penggunaan kata open dan close di banyak
toko di Indonesia seharusnya dapat digantikan dengan kata buka dan tutup. Penggunaan bahasa
asing bukanlah hal yang buruk, tetapi alangkah lebih baik bila penggunaan bahasa Indonesialah
yang lebih diutamakan.

Sering pula kita jumpai anak-anak muda Indonesia berbicara dengan menggunakan aksen dan
kosakata bahasa asing. Mirisnya, kadang ada rasa bangga saat mereka berkomunikasi
menggunakan bahasa asing di negerinya sendiri. Bila kita cermati dengan saksama, kebiasaan
masyarakat Indonesia yang lebih bangga berbahasa asing daripada menggunakan bahasa
Indonesia rupanya telah mewabah ke mana-mana. Banyak instansi, perguruan tinggi, institusi
sekolah bahkan pelaku bisnis dan industri pertelevisian Indonesia lebih memilih menggunakan
bahasa asing daripada bahasa Indonesia. Mempelajari atau menggunakan bahasa asing memang
diperlukan sepanjang hal tersebut digunakan sebagai sarana komunikasi internasional bukan
sebagai identitas kita, bangsa Indonesia.

 Mempertahankan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional merupakan tanggung jawab seluruh
masyarakat Indonesia. Hal-hal yang dapat mengancam dan menggeser kedudukan bahasa
Indonesia hendaknya disikapi dengan tegas dan serius. Jika seluruh masyarakat Indonesia
mampu memfilter dan menangkal dampak-dampak negatif era disrupsi, bahasa Indonesia akan
tetap bertahan dan berkembang di negerinya sendiri. Jika seluruh masyarakat Indonesia tetap
mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia di atas bahasa asing, maka wajah bahasa Indonesia
akan tetap berseri sepanjang masa.

Untuk menjamin hubungan harmonis masyarakat Indonesia atas penggunaan


bahasanya, Pasal 36C UUD 1945 mengamanatkan bahwa perihal bendera, bahasa,
dan lambang negara, serta lagu kebangsaan harus diatur dalam sebuah undang-
undang. Amanat pasal itulah yang melahirkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.
Khusus tentang bahasa negara, pengaturannya dituangkan dalam Bab III, mulai Pasal
25 sampai dengan Pasal 45 dalam undang-undang teresebut. Ibarat sisi mata uang,
pengaturan tentang bahasa negara, tentu berkaitan dengan pengaturan bahasa yang
bukan bahasa negara, yang dalam hal itu berupa bahasa daerah dan bahasa asing
(Badan Bahasa, 2018)

IV. Kesimpulan

Melihat fenomena tergerusnya eksistensi bahasa Indonesia oleh perkembangan zaman melalui
gempuran bahasa asing dan perkembangan zaman teknologi seharusnya memberikan kesadaran
kepada masyarakat Indonesia untuk melakukan usaha mempertahankan eksistensi bahasanya.
Sebagai upaya mempertahankan bahasa Indonesia, masyarakat Indonesia perlu membiasakan diri
sejak dini untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Pembiasaan tersebut sekaligus menjadi usaha menanamkan rasa cinta dan bangga kepada
bahasanya secara murni atau tanpa adanya paksaan. Sedikit demi sedikit perasaan tersebut
ditumbuhkan dalam diri setiap individu hingga benar-benar tertanam dan mengakar. Sehingga
masyarakat Indonesia tidak mudah untuk meninggalkan bahasa Indonesia di tengah maraknya
penggunaan bahasa asing.

Selain itu, perlu adanya usaha pembinaan dan pengembangan bahasa untuk memelihara dan
mengembangkan bahasa Indonesia. Pembinaan bahasa dapat dilakukan dengan menjadikan
sekolah atau lembaga pembelajaran non formal sebagai basis pembinaan bahasa Indonesia.

Melalui lembaga pembelajaran formal maupun nonformal tersebut penutur bahasa Indonesia
dibina supaya memiliki mutu atau kualitas berbahasa yang lebih baik, sehingga bahasa Indonesia
tetap lestari hingga generasi selanjutnya. Sementara itu, pengembangan bahasa dapat dilakukan
dengan usaha menciptakan kata atau istilah baru, menerjemahkan, dan memungut kata atau
istilah dari bahasa asing maupun daerah. Adanya usaha pengembangan bahasa tersebut dapat
meningkatkan mutu terkait daya ungkap bahasa Indonesia dengan mengembangkan kosa
katanya, sehingga bahasa Indonesia tetap terjaga eksistensinya di tengah maraknya bahasa asing
dan perkembangan teknologi.

Anda mungkin juga menyukai