Anda di halaman 1dari 33

BAHASA INDONESIA SEBAGAI JATI

DIRI BANGSA INDONESIA


Rukni Setyawati
rukni@ymail.com
Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah
Jalan Elang Raya, Mangunharjo, Tembalang, Semarang

LATAR BELAKANG
Era globalisasi ditandai, antara lain dengan meningkatnya kontak budaya dan komunikasi
antarbangsa, terutama dengan menggunakan bahasa internasional yaitu salah satunya adalahah
bahasa Inggris. Sehubungan dengan hal tersebut, kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia perlu
dikukuhkan karena bahasa merupakan jati diri bangsa. Hal tersebut sesuai dalam buku Kumpulan
Putusan Konggres Bahasa Indonesia I-IX Tahun 1938- 2008, bahwa bahasa Indonesia
ditempatkan sebagai alat pemersatu, pembentuk jati diri dan kemandirian bangsa, serta wahana
komunikasi ke arah kehidupan yang lebih modern dan beradab (2011: 85). Hal tersebut
menunjukkan bahwa era globalisasi menuntut pentingnya peran bahasa asing dan perlunya
pemantapan peran bahasa Indonesia dengan menggunakan strategi yang tepat untuk
meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia. Dengan demikian bahasa Indonesia
diharapkan akan tetap bertahan dan bahkan akan semakin berkembang , sehingga jati diri bangsa
melalui bahasa akan semakin kuat. Era globalisasi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia
untuk dapat mempertahankan diri di tengah-tengah pergaulan antarbangsa yang sangat rumit.
Bangsa Indonesia dituntut untuk dapat mempersiapkan diri dengan baik dan penuh perhitungan.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah jati diri bangsa yang diperlihatkan melalui
jati diri bahasa. Globalisasi dengan segala pengaruhnya akan berdampak luas terhadap berbagai
aspek kehidupan, terutama bahasa. Dengan bahasa yang semakin global, terutama bahasa Inggris
yan dipakai oleh hampir semua bangsa di dunia. Hal tersebut memungkinkan adanya
penggerusan terhadap bahasa-bahasa yang lemah dan tidak memiliki jati diri yang kuat. Bangsa
Indonesia yang dikenal dengan Bhineka Tunggal Ika, maka bahasa Indonesia sebagai bahasa
komunikasi antar daerah di Indonesia mempunyai peran yang sangat penting, sehingga memiliki
kedudukan istimewa. Selain itu bahasa adalah cermin dari karakter bangsa seperti kata pepatah
“Bahasa Menunjukkan Bangsa”. Hasan Alwi sependapat dengan pernyataan tersebut, bahwa
“Bahasa Menunjukkan Bangsa”, merupakan untaian kata dari kaum cerdikpandai dan para bijak-
bestari zaman dahulu kala yang selalu kita kaji ulang pada saat-saat yang dianggap tepat untuk
mengungkapkannya. Butir mutiara itu akan tetap penting dan selalu relevan, terutama
sehubungan dengan ciri keindonesiaan yang multietnis, multikultural, dan (yang berakibat pada)
multilingual (2001:39). Kutipan tersebut menunjukkan bahwa kata mutiara tersebut tidak lekang
oleh waktu dan memperkuat anggapan bahwa bangsa Indonesia sejak dahulu kala memang
merupakan bangsa yang beradab dengan ditandai keramahan, budi pekerti yang halus, dan
bahasa yang digunakan bangsa Indonesia, yaitu bahasa Indonesia. Hal tersebut memperjelas
bahwa cara masyarakat menggunakan bahasa menunjukkan cara berfikir masyarakat tersebut.
Karena bahasa adalah hasil dari sebuah pemikiran. Dari uraian di atas, maka bagaimana usaha
pemerintah untuk dapat menjaga, membina, mengembangkan, dan memelihara bahasa Indonesia
agar bahasa Indonesia dapat mengikuti tuntutan perkembangan zaman.

PEMBAHASAN
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan kebangsaan,
lambang identitas nasional, alat pemersatu, dan alat komunikasi antardaerah dan
antarkebudayaan. Sebagai lambang kebangsaan, bahasa Indonesia mampu mencerminkan nilai-
nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebanggaan kita sebagai lambang identitas nasional,
bahasa Indonesia harus kita junjung di samping bendera dan negara kita. Bahasa Indonesia juga
harus mampu sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa yang memiliki latar belakang
kebudayaan dan bahasa yang berbeda-beda. Bahasa Indonesia telah terbukti mencapai keserasian
hidup antar suku bangsa dalam satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia sesuai
dengan fungsinya juga berperan sebagai penyampai perasaan kepada orang lain. Dalam
kedudukannya sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia harus tetap mampu menunjukkan jati
dirinya sebagai milik bangsa yang beradab dan berbudaya di tengah-tengah pergaulan
antarbangsa di dunia. Hal ini sangat penting disadari, sebab modernisasi yang demikian gencar
merasuki sendi-sendi kehidupan bangsa dikhawatirkan akan menggerus jati diri bangsa yang
selama ini kita banggakan. Pada Sumpah Pemuda 1928, tepatnya butir ketiga secara eksplisit
para pemuda pada saat itu tidak sekedar untuk mengangkat dan menyepakati bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan, tetapi juga untuk menjunjungnya, dimana secara tersirat mengandung
makna yang sangat dalam. Artinya, bahasa Indonesia digunakan secara cermat dan tetap
memeliharanya agar bahasa Indonesia dapat tumbuh dan berkembang sebagai sarana komunikasi
yang mantap dan sekaligus sebagai lambang jati diri bangsa Indonesia.

Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta lagu Kebangsaan. Pasal 25, menyatakan
bahwa: (1) Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi
negara dalam Pasal 36 Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang diikrarkan dalam
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan
yang dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban bangsa; (2).
Bahasa Indonesia sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) berfungsi
sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu
berbagai bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan
antarbudaya daerah; (3) Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai bahasa resmi
- 270 -
kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional,
pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi
niaga, serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa (2011:13).
Kutipan tersebut menunjukkan, bahwa kepedulian pemerintah
khususnya dalam hal ini Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa mempunyai tanggungjawab yang besar dalam upaya untuk
mempertahankan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa.
Pada saat kita menggunakan bahasa Indonesia, seharusnya
bahasa yang kita gunakan sedemikian rupa, sehingga jati diri kita
sebagai bangsa Indonesia tetap tampak dan terjaga. Dengan perkataan
lain, jati diri kita sebagai bangsa perlu ditampilkan dalam setiap
tingkah kita, setiap pandangan, sikap dan perbuatan yang salah satu
bentuk pengungkapannya adalah melalui perilaku bahasa. Masalah
yang dihadapi bahasa Indonesia saat ini adalah merebaknya
penggunaan bahasa asing. Penggunaan bahasa asing yang cukup
dominan di negeri ini menyebabkan kita bertanya-tanya, apa
kekurangan bahasa Indonesia sehingga kita harus menggunakan
bahasa asing. Penggunaan bahasa asing ini bukan hanya pada bahasa
tulis seperti yang banyak tertera pada nama-nama mall, perumahan,
berbagai merk produk, dan lain sebagainya. Namun juga penggunaan
bahasa asing dalam berbahasa lisan. Setiap hari kita lihat di televisi
banyak tokoh publik menggunakan bahasa asing. Hal itu tentu sangat
memprihatinkan. Tokoh publik adalah figur bagi masyarakat yang
senantiasa menjadi tiruan masyarakat. Kalau sudah begitu tentu
diperlukan kesadaran semua pihak untuk kembali menggunakan
bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk mewujudkan dan
mempertahankan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa, adalah
sebagai berikut. Dalam penggunaan bahasa Indonesia pada pasal 26
bahasa Indonesia wajib digunakan dalam peraturan perundangundangan.
Demkian juga pada pasal 27 bahasa Indonesia wajib
digunakan dalam dokumen resmi negara. Sedangkan pasal 28
berbunyi bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pidato resmi
Presiden, Wakil Presiden, dan pejabat negara yang lain yang
- 271 -
disampaikan di dalam dan di luar negeri. Pasal tersebut menyatakan
bahwa, semua pejabat Indonesia baik di pemerintahan pusat, maupun
pemerintahan daerah, bahkan pejabat di desa wajib menggunakan
bahasa Indonesia saat berpidato resmi ataupun dalam situasi apapun
bahasa Indonesia harus sebagai bahasa pengantar para pejabat.
Ditambah dengan adanya fenomina bahwa bahasa asing lebih
diprioritaskan oleh berbagai masyarakat, terutama oleh kelompok
masyarakat kelas atas. Adanya anggapan bahwa bahasa asing lebih
bersifat maju dan memilki gengsi sosial yang lebih tinggi. Dibuktikan
dengan banyaknya masyarakat termasuk didalamnya pejabat dengan
bangga menggunakan bahasa asing dan merasa sebagai orang yang
hebat karena dapat berbahasa asing pada setiap kesempatan. Hal
tersebut menunjukkan bahasa asing menjadi sesuatu yang penting
untuk dikuasai dan dipelajari. Sering kita dengarkan bahasa para
pejabat yang rancu dan payah kosakatanya, sehinggga menimbulkan
kesalahpahaman dalam penafsiran. Yang lebih mencemaskan, kita
masih terlalu mengangung nilai-nilai modern, sehingga merasa lebih
terhormat dan terpelajar jika dalam menyelipkan setumpuk istilah
asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Pada pasal 29 bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa
pengantar dalam pendidikan nasional. Sekolah sebagai pendidikan
resmi merupakan basis pembinaan bahasa Indonesia. Lembaga
pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk mencetak generasi
yang memiliki kepekaan, emosional, sosial dan intelktual. Bahasa
Indonesia akan terbina dengan baik apabila sejak dini anak-anak
bangsa yang kini tengah gencar menuntut ilmu dilatih dan dibina
secara serius dan intensif. Agar mereka mampun menggunakan
bahasa dengan baik dan benar dalam peritiwa tutur sehari-hari, baik
dalam ragam lisan maupun tulisan.
Pembelajaran bahasa ada kaitannya dengan pembentukan jati
diri anak bangsa. Oleh karena itu, agar jati diri anak bangsa terbentuk
dengan baik, maka anak harus diajari bahasa yang paling dekat dengan
budayanya terlebih dahulu. Hal tersebut penting agar anak-anak yang
lahir di bumi Indonesia benar-benar akan tumbuh menjadi anak
Indonesia. Menjadi anak yang menghayati dan memahami bangsanya
- 272 -
melalui bahasa bangsanya, karena dalam bahasa juga tercermin dan
terkandung nilai-nilai keindonesiaannya. Dengan demikian, jati diri
anak Indonesia pun akan terbentuk secara normal. Anak juga akan
tahu akar budayanya, sebelum lebih jauh mengenal budaya global.
Anak yang memiliki jati diri Indonesia adalah anak-anak yang dapat
berbahasa Indonesia dengan baik, mencerminkan kepribadian
keindonesiaan, serta memiliki kecintaan dan kebanggaan sebagai
orang Indonesia.
Keadaan demikian terjadi bukan kesalahan pemakai bahasa saja,
tetapi juga karena kebijakan pemerintah. Hal tersebut seperti yang
disampaikan Chaer (1995: 109), dalam kebijakan pendidikan di
Indonesia ada perlakuan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa asing
pertama, mengingat keinternasionalan dan penggunaannya.
Sedangkan bahasa asing yang lain adalah bahasa Jerman, Perancis,
Arab, dan Jepang, dll. Oleh karena itu pengajaran bahasa Inggris
memerlukan perhatian dan penanganan yang lebih khusus daripada
yang lain. Sehingga bahasa asing kedudukannya bisa mengancam
bahasa nasional kita.
Bahasa Indonesia dituntut untuk mampu menjadi bahasa ilmu
pengetahuan dan teknologi seiring dengan pesatnya laju
perkembangan industri dan iptek. Ini artinya, bahasa Indonesia harus
mampu menerjemahkan dan diterjemahkan oleh bahasa lain yang
lebih dahulu menyentuh aspek industri dan iptek. Harapan kita
bahasa Indonesia mampu berdiri tegak di tengah-tengah tuntutan
modernisasi, tetapi kita tetap sanggup mempertahankan jati dirinya
sebagai milik bangsa yang beradab dan berbudaya. Demikian juga
bahasa Indonesia harus sangggup menjadi bahasa pengembangan
iptek yang sejajar dengan bahasa-bahasa lain di dunia. Selanjutnya kita
sebagai penutur bahasa harus setia dan bangga untuk tetap
menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam berbagai
wacana komunikasi. Pada pasal 30 bahasa Indonesia wajib digunakan
dalam pelayanan administrasi publik di instansi pemerintahan, dengan
uraian sebagai berikut. Semua instansi pemerintah dalam melayani
kolega maupun masyarakat harus menggunakan bahasa Indonesia.
Hal tersebut sesuai dalam buku Risalah Konggres Bahasa Indonesia
- 273 -
VII, yang menyatakan pelayananan administrasi negara dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari lebih di kenal dengan istilah
pelayanan umum. Pelayanan umum berhubungan dengan pemberian
layanan atas berbagai kepentingan dan kebutuhan dasar masyarakat
oleh lembaga-lembaga pemerintah yang bersangkutan. Masyarakat
mengenal administrasi negara dari berbagai pelayanan yang diberikan
oleh lembaga-lembaga pemerintah, mulai dari pembuatan akta
kelahiran, kartu penduduk, surat izin mengemudi, surat keterangan
nikah, hingga akta kematian. Selain itu juga melalui penyelenggaraan
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, pelayanan kesehatan,
pembuatan dan pemeliharaan jalan dan prasarana lingkungan
permukiman, penyediaan air bersih, listrik, pelayanan telepon, dan
sebagainya (2011: 876). Dalam perkembangannya administrasi negara
sering tidak terhindarkan dari penggunaan kata/ istilah asing yang
belum ada padanannya, sehingga terkadang digunakan kata/istilah
asing karena jika diterjemahkan justru akan terasa janggal.
Jika dalam pelayanan publik tidak menggunakan bahasa
Indonesia, maka dapat mengakibatkan bahasa Indonesia kehilangan
kedudukannya. Pada saat sekarang mulai tampak adanya indikasi
kearah bahasa yang kebarat-baratan. Dimulai dengan adanya
kecenderungan penamaan setiap perusahaan, reklame, tempat
hiburan, tempat perbelanjaan, film, gedung, dan masih banyak lagi
dalam bahasa asing. Seperti Metro Park Residence, Factory Outlet, Java
Mall, Lippo Bank, film “Get Married” dan contoh lainnya yang semakin
mendominasi. Bahkan sangat ironis sekali jika kita amati toko-toko
yang ada di mall penamaaannya mayoritas menggunakan bahasa asing.
Hal tersebut merupakan ancaman bagi bangsa Indonesia karena
sebagai warga negara Indonesia masyarakat lebih merasa bangga jika
menggunakan bahasa asing. Ini menunjukkan bahwa masyarakat
Indonesia lebih cenderung kebarat-baratan. Hal tersebut dapat kita
katakan bahwa masalah siapa yang menggunakan bahasa, bahasa apa
(jenis bahasa apa) yang digunakan, serta bagaimana sikap orang
tersebut terhadap bahasa (jenis bahasa) itu adalah masalah yang terkait
dengan kekuasaan dan masyarakat. Jadi masyarakatlah yang
- 274 -
mempunyai peran terhadap perkembangan bahasa dan nasib bahasa
kita, karena masyarakat sebagai pemakai bahasa.
Pada pasal 31 bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nota
kesepahaman atau perjanjian yang melibatkan lembaga negara,
instansi negara Republik Indonesia, lembaga swasta Indonesia atau
perseorangan warga Negara Indonesia. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pimpinan dalam suatu pemerintahan mempengaruhi
penggunaan bahasa pada bawahannya. Bahasa yang digunakan
seseorang menunjukkan pandangan mereka tentang jati dirinya dan
orang akan menilai tentang jati dirinya. Seperti kita ketahui bahwa
bahasa bersifat sistematis, namun bahasa tetap bisa digunakan secara
kreatif dan inovatif. Bagaimana seseorang akan menggunakan bahasa
akan bergantung pada siapa penuturnya. Bagaimana penutur bahasa
memandang diri mereka sendiri, dan jati diri apa yang akan mereka
sampaikan hal ini juga berhubungan dengan karakter seseorang.
Apakah mereka masih mengunakan bahasa Indonesia atau
meninggalkannya. Bahasa seringkali dimanfaatkan untuk kepentingan
sosial yang dominan, biasanya hal ini terjadi karena orang-orang
dalam kelompok sosial yang dominan memegang kendali dan
memiliki pengaruh besar terhadap bahasa seseorang. Hal ini
disebabkan pengaruh hukum, budaya, perusahaan-perusahaan
internasional, sehingga hal tersebut secara perlahan-lahan akan
mempengaruhi bahasa Indonesia.
Sebagai warga negara Indonesia sudah seharusnya kita bangga
menggunakan bahasa Indonesia yang merupakan hasil dari
perjuangan para pahlawan terdahulu. Mulai masuknya era globalisasi
saat ini memaksa kita menggunakan bahasa asing terutama bahasa
Inggris untuk keperluan pekerjaan. Dengan adanya fenomena bahwa
bahasa asing lebih diprioritaskan di kalangan masyarakat terutama
dikalangan menengah ke atas yang beranggapan bahwa bahasa asing
lebih bersifat maju dan lebih memiliki kedudukan sosial yang lebih
tinggi. Dibuktikan apabila kita ingin mendaftar pekerjaan di suatu
perusahaan besar dituntut untuk harus menguasai bahasa asing.
Namun bukan berarti kita harus lebih memprioritaskan dalam
menggunakan bahasa asing tersebut. Karena kita harus lebih
- 275 -
mencintai bahasa Indonesia, bahkan lebih baik jika kita
memperkenalkan bahasa Indonesia kepada dunia. Semakin
berkembang dan membudayanya bahasa Indonesia dalam diri setiap
masyarakat Indonesia, maka akan semakin memperkuat jati diri
bangsa Indonesia. Oleh karena itu seluruh pihak perlu bertanggung
jawab dalam menjaga kelestarian bahasa Indonesia, termasuk
pemerintah.
Pada pasal 32 bahasa wajib digunakan dalam forum yang
bersifat nasional atau forum yang bersifat internasional di Indonesia.
Pada forum ini, contohnya dapat berupa kegiatan seminar nasional
maupun seminar internasional yang diselenggarakan di Indonesia
harus menggunakan bahasa Indonesia. Demikian juga pada pasal 33,
bahasa Indonesia wajib digunakan dalam komunikasi resmi di
lingkungan kerja pemerintah dan swasta. Selanjutnya pada pasal 34,
bahasa Indonesia wajib digunakan dalam laporan setiap lembaga atau
perorangan kepada instansi pemerintahan.
Pasal 35 juga mewajibkan bahsa Indonesia digunakan dalam
penulisan karya ilmiah dan publikasi karya ilmiah di Indonesia.
Namun untuk tujuan atau bidang kajian khusus dapat menggunakan
bahasa daerah atau bahasa asing. Karya-karya ilmiah di perguruan
tinggi (baik buku rujukan, karya akhir mahasiswa, skripsi, tesis,
disertasi, dan hasil atau laporan penelitian) yang ditulis dengan
menggunakan bahasa Indonesia, menunjukkan bahwa bahasa
Indonesia telah mampu sebagai alat penyampaian iptek, dan sekaligus
menepis anggapan bahwa bahasa Indonesia belum mampu mewadahi
konsep-konsep iptek.
Pada pasal 36 ayat (1) bahasa Indonesia wajib digunakan dalam
nama geografi di Indonesia; (2) Nama geografi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) hanya memiliki 1 (satu) nama resmi; (3) Bahasa
Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan atau gedung, jalan,
apartemen atau pemukiman, perkantoran, kompleks perdagangan,
merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang
didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum
Indonesia; (4) Penanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
- 276 -
ayat (3) dapat menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing apabila
memiliki nilai sejarah, budaya, adat istiadat, dan /atau keagamaan.
Demikian juga pada pasal 37, bahasa Indonesia wajib digunakan
dalam informasi tentang produk barang atau jasa produksi dalam
negeri atau luar negeri yang beredar di Indonesia. Dalam
perdagangan, menurut Denison dalam Sumarsono (2008: 291),
menyatakan penyebab langsung kepunahan bahasa adalah langkanya
tranmisi bahasa ibu kepada anak-anak. Hal itu terjadi biasanya karena
masyarakat “kadang-kadang‘ memutuskan untuk menindas sebagian
dari dirinya karena alasan-alasan ekonomi. Menurut Eko dalam
artikelnya berjudul Krisis Keindonesiaan di Suara Merdeka (2012:6),
menyatakan salah satu penyebab krisis keindonesiaan adalah kurang
diperhatikanya faktor budaya dan manusia, kalah jauh dari perhatian
terhadap faktor ekonomi. Pada pasal 38, bahasa Indonesia juga wajib
digunakan dalam rambu umum penunjuk jalan, fasilitas umum,
spanduk dan alat informasi lain yang merupakn pelayanan umum,
namun dapat disertai bahasa derah dan /atau bahasa asing. Contoh
nama-nama berikut: International Tailor, Marah Halim Cup, Jakarta
Shopping Center, Metro Park Residence, dll.
Pada pasal 39, bahasa Indonesia wajib digunakan dalam
informasi melalui media masa. Bahkan di beberapa media cetak dan
media elektronik diketahui bahwa beberapa artis dan masyarakat kelas
atas lainnya dalam mendidik, mengajari, menanamkan dan
menggunakan bahasa asing (Inggris) kepada anaknya sejak pertama
kali belajar berbicara. Dengan alasan agar kelak memudahkan anaknya
dalam menguasai bahasa asing ketika berhadapan dengan era global
yang dituntut memiliki keahlian berbahasa asing dengan baik. Sering
kita jumpai penggunaan bahasa asing (Inggris) media massa, contoh
pada judul surat kabar dan isi berita dalam surat kabar Suara Merdeka,
sebagai berikut.
- Fogging tak jamin bebas nyamuk. ( SM, Minggu/30/12/2012)
- Mengahadapi musim hujan ini, kami warga Karangroto,
khususnya RT 9 RW 1 minta diadakan fogging. (SM,
Rabu/02/01/2013)
- 277 -
Makna kalimat tersebut di atas warga minta kepada aparat desa
agar lingkungannya diadakan pengasapan pada musin hujan ini supaya
terbebas dari nyamuk. Pengasapan sebagai ganti istilah fogging. Contoh
selanjutnya.
- “Live In” Lebih Dekat dengan Rakyat. (Sabtu/12/01/2013)
- Bond Party di Hotel Grand Candi (Senin/30/12/2012)
Judul berita tersebut sebagian beritanya menggunakan bahasa
Inggris, kalimatnya sebagai berikut. Hanya dengan merogoh kocek
sebesar Rp 250.00 nett per-orang, bisa menikmati pula sajian buffet
dinner premium dari tim chef dari Grand Candi The Gallery Hotel. Dari
buffet, soup, carving, hingga nya, dessert bufbubuffet, seperti Norvegian
smoked salmon with caper, Spring prawn bisque soup, Braised lamb shank with
tandori herbs, Roasted boneless chicken and mushroom pie with flaky pastry,
Cajun beef tenderloin with rwed winw sauce and mushroom sauce, and white and
drak chocolate mousse, Fruits fondue dan masih banyak lagi.
Hal tersebut menunjukkan semuanya serba kebarat-barataan
mulai dari nama acaranya, yang mengisi acara juga penyanyi barat dan
semua menu yang dihidangkan betul-betul menu-menu barat. Dapat
kita katakan bahwa orang Indonesia sekarang mayoritas senang yang
berbau kebarat-baratan. Demikian juga dalam buku Risalah Konggres
Bahasa Indonesia VIII menyatakan, bahasa gado-gado juga masih
dipakai dalam berita seperti contoh berikut: ada dugaan money politics,
sweeping tablig jamaah, dan “jangan ngoyo, rileks aja!”. Bahasa gado- gado
lebih banyak lagi digunakan dalam iklan seperti contoh berikut: Diclear-
in saja. Ngeclearin siapa takut? Mau ngetrend, ya pakai…! Aku ngejoss
di sini, kamu ngejoss di sana (entah apa maksudnya) (2011: 696).
Seiring dengan dinamika peradaban yang terus bergerak menju
arus globalisasi, bahasa Indonesia dihadapkan pada persoalan yang
semakin rumit dan kompleks. Kecenderungan modernisasi bahasa
yang kini mulai marak di tengah-tengah masyarakat dalam berbagai
ragam harus disikapi secara arif. Dengan kata lain, modernisasi sangat
diperlukan dalam menghadapi pusaran arus global, sehingga bahasa
Indonesia benar-benar mampu menjadi bahasa komunikasi yang
mudah dipahami dan bersifat terbuka. Namun demikian, kita jangan
sampai dalam modernisasi bahasa yang berlebihan, sehingga
- 278 -
melunturkan kesetiaan, kecintaan, dan kebangsaan kita terhadap
bahasa Indonesia.
Bahasa sifatnnya dinamis, hal tersebut menunjukkan bahwa
bahasa itu berkembang dan berubah mengikuti perkembangan zaman.
Namun sifat bahasa yang dinamis tersebut jangan melunturkan jati
diri bahasa kita, sehingga pelan-pelan akan mengeser kedudukan
bahasa kita, bahasa Indonesia yang harus kita banggakan dan yang
harus kita pertahankan. Upaya yang ditempuh pemerintah yaitu
dengan pembinaan dan pengembangan bahasa, sehingga jati diri
bahasa Indonesia tetap bertahan, tidak lekang oleh waktu. Hal
tersebut seperti pendapat Effendi yang menyatakan, pembinaan
bahasa Indonesia adalah serangkaian kegiatan berencana dalam
memelihara dan memekarkan bahasa Indonesia demikian rupa,
sehingga masyarakat lebih mampu berbahasa Indonesia dengan baik
dan benar dan bersikap positif terhadap bahasa Indonesia (2007: 82).
Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah berupaya agar
masyarakat semakin mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar, masyarakat semakin bangga menggunakan bahasa Indonesia
dan menghormatinya sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
Salah satu peranan pemerintah yang perlu dijalankan seperti
meningkatkan kualitas tenaga pengajar atau guru bahasa Indonesia
agar selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar sebagai
penghubung komunikasi dengan muridnya. Atau mungkin
diadakannya kompetisi penggunaan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan ketertarikan pelajar/ mahasiswa untuk lebih
mengeksplorasi keragaman bahasa yang jarang digunakan, sehingga
tidak hanya kompetisi dalam bahasa asing saja yang ditonjolkan.
Jangan sampai keaslian bahasa Indonesia yang kita gunakan ini
tergeser dengan bahasa-bahasa asing yang sedang berkembang
dikalangan masyarakat global saat ini. Masih menurut Effendi,
pengembangan bahasa Indonesia adalah serangkaian kegiatan
berencana dalam membakukan bahasa Indonesia demikian rupa
sehingga bahasa Indonesia lebih lengkap dalam kaidah dan lebih
mampu menjadi sarana komunikasi antara lain dalam bidang
pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni (2007: 82).
- 279 -
Dari uraian di atas pemerintah perlu mengeluarkan undangundang
untuk mengatur semua itu. Dalam hal ini Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menerbitkan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Hal tersebut
ditempuh pemerintah karena pada zaman era globalisasi seperti
sekarang ini bangsa Indonesia dituntut untuk dapat mempertahankan
diri di tengah-tengah pergaulan antar bangsa. Salah satunya yang perlu
diperhatikan adalah persoalan jati diri bangsa yang dituangkan melalui
jati diri bahasa. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah
mempunyai tanggungjawab yang besar terhadap pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia, sebagai upaya pemerintah untuk
mempertahankan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa. Kita
sadari saat ini bangsa kita justru seolah-olah sedang bergeser untuk
menguasai bahasa asing terutama bahasa Inggris untuk kepentingan
dunia pendidikan atau ekonomi. Tak heran kata-kata serapan dari
bahasa asing kian banyak memperkaya kosa kata bahasa Indonesia.
Tuntutan kepentingan dunia pendidikan yang berpadu dengan
tuntutan serapan dunia kerja (ekonomi) menjadikan bahasa asing
Inggris menjadi bahasa wajib di tanah air.
Selain itu era globalisasi ditandai dengan persaingan yang sangat
ketat dalam bidang teknologi, manajemen, dan sumber daya manusia
(SDM). Untuk menjawab tantangan tersebut, khususnya dalam bidang
pendidikan, diperlukan penguasaan teknologi, keunggulan
menejemen, dan SDM yang berkualitas untuk dapat meningkatkan
efektifitas dan efisien proses peningkatan mutu pendidikan di tanah
air. Sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kemampuan dan
daya saing bangsa di tingkat internasional. Sehubungan dengan hal
itu, pemerintah memandang pentingnya upaya pembenahan sistem
pendidikan nasional untuk menyiapkan SDM yang unggul,
berkualitas, dan berdaya saing tinggi. Undang-undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menjadi dasar
hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional.
Sekolah sebagai wahana pembentuk SDM yang handal diharapkan
dapat menciptakan generasi penerus yang berkualitas yang dapat
- 280 -
menjaga jati diri bangsa melalui bahasa, maka pemerintah
menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional yang diharapkan
dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan. Pembelajaran di (
R) SBI mewajibkan penggunaan bahasa Inggris sepenuhnya sebagai
bahasa pengantar, khususnya untuk mata pelajaran matematika dan
sains.
Dardjowidjojo dalam Sukamto, menyatakan bahwa keberanian
untuk memakai bahasa asing sebagai bahasa pengantar berkaitan erat
dengan era globalisasi yang memerlukan bahasa yang dapat dipakai
sebagai wahana komunikasi antar bangsa. Dengan kata lain,
keberadaan suatu bahasa sebagai bahasa internasional menjadi sangat
penting (2003: 36). Untuk itu penyelenggaraan program ( R ) SBI,
bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pengantar dalam
pembelajaran di kelas. Hal tersebut tentu akan melemahkan jati diri
bangsa melalui bahasa, seperti pendapat Achmad Syukri menyatakan,
terkait dengan tuntutan agar mampu bersaing secara global menjadi
sebuah keniscayaan, karena dalam penyelenggaraan program ( R ) SBI
bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pengantar dalam
pembelajaran di kelas (2001: 67). Namun pemerintah mengevaluasi
kembali tentang sekolah ( R) SBI, hal tersebut menunjukkan salah
satu kekhawatiran pemerintah terhadap penggunaan bahasa asing bagi
pengantar pembelajaran di sekolah ( R) SBI. Seperti kita ketahui ( R)
SBI sudah ditetapkan oleh Mahkamah Institusi untuk dibubarkan.
Sebagai bangsa Indonesia tentunya kita patut berbangga diri
dengan bahasa kita, bahasa Indonesia. Saat ini, bahasa Indonesia
bukan hanya di pelajari oleh warga negara Indonesia atau warga
negara asing yang tinggal di Indonesia saja, namun beberapa negara
tetangga kita sudah banyak warga negaranya yang mempelajari bahasa
Indonesia dan menjadikannya sebagai salah satu kurikulum bahasa
Internasional. Bahkan, bahasa Indonesia pun saat ini menjadi bahan
pembelajaran di negara-negara asing seperti Australia, Belanda,
Jepang, Amerika Serikat, Inggris, Cina, dan Korea Selatan. Dengan
kata lain, hal ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia sudah dapat
diakui keberadaannya di kancah dunia dan dapat diperhitungkan
menjadi standar bahasa internasional di kemudian hari. Jangan sampai
- 281 -
kita akan menyesal suatu saat bahasa Indonesia akan lebih dikuasai
bangsa asing. Sebenarnya bahasa asing bukanlah sesuatu yang harus
dihindari, bahkan, memiliki kemampuan bahasa asing merupakan nilai
positif bagi seseorang. Namun, hendaknya penggunaan bahasa asing
digunakan secara proporsional dan kondisional. Indonesia sebagai
sebuah bangsa yang berdaulat dan memiliki bahasa nasional, maka
kita wajib bangga dan harus menggunakan bahasa Indonesia secara
baik dan benar.
Bahkan pemerintah mempunyai program BIPA yaitu
pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing, tentu ini memiliki
peranan penting dalam pembangunan bangsa dan negara terutama
dalam pengembangan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa
pergaulan internasional. Hal tersebut seperti pendapat
Darmohoetomo sebagai berikut, di universitas Udayana animo orang
asing yang belajar bahasa Indonesia di program BIPA kian meningkat,
diantaranya mahasiswa manca negara yang datang dari Amerika,
Australia, Kanada, Korea, Denmark, dan yang paling banyak datang
dari Jepang. (2011: 666).
Sehubungan jati diri bangsa lewat bahasa, menurut Gunarwan
dalam Purwa, menyatakan bahwa secara teoritis menunjukkan bahasa
Inggris mengancam kedudukan bahasa Indonesia. Jika bagi orang
Indonesia bahasa Inggris menjadi semakin penting, loyalitas orang
Indonesia kepada bahasa Indonesia menjadi berkurang. Menurunnya
loyalitas tersebut menyebabkan turunnya nasionalisme orang
Indonesia. Bahkan di kalangan orang Inonesia terdapat
kecenderungan menilai bahasa Inggris lebih bergengsi daripada
bahasa Indonesia (2011: 71). Menurut Rosida, jati diri atau identitas
bangsa bisa luntur karena derasnya arus globalisasi. Globalisasi telah
membawa dampak negative terhadap keutuhan dan ketahananan
bangsa. Bangsa ini sudah mulai berpaling dan berkiblat kepada budaya
luar (2011: 272).
Krisis berbahasa ini bukan timbul dengan sendirinya. Ada
faktor-faktor yang menyebabkan sikap negatif berbahasa ini terjadi.
Faktor-faktor itu antara lain: 1) Era globalisasi yang tidak terbendung
yang menyebabkan bahasa terpengaruh secara global. Pengaruh global
- 282 -
ini menyebabkan bahasa kehilangan identitasnya yang orisinil sebagai
produk budaya; 2) Kemalasan berfikir sebagai sebuah karakter yang
dihasilkan dari pengguna bahasa yang menggunakan bahasa “asal
nyambung”; 3) Tuntutan dunia kerja menjadi salah satu faktor yang
membuat pengguna bahasa Indonesia berlomba-lomba menguasai
bahasa asing dan melupakan bahasa sendiri; 4) Sikap rendah diri
sebagai anak bangsa dan cenderung bangga akan hal-hal berbau luar
negeri merupakan salah satu faktor dalam berbahasa secara negatif;
dan 5) Kemiskinan moral sebagai dampak dari kurangnya penanaman
nilai-nilai Pancasila. Untuk itu pemerintah perlu mengembangkan,
membina, dan melindungi bahasa.
SIMPULAN
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
lambang kebanggaan bangsa, lambang identitas nasional, alat
pemersatu, dan alat komunikasi antardaerah dan antarkebudayaan.
Sebagai lambang kebangsaan bahasa Indonesia mampu
mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa
kebanggaan kita. Bahasa juga sebagai sarana komunikasi
antarmanusia yang kita sebut sebagai fungsi komunikatif. Selanjutnya
bahasa yang fungsinya sebagai sarana budaya untuk mempersatukan
kelompok manusia yang menggunakan bahasa, kita sebut sebagai
fungsi kohesif atau intregatif. Bahasa akan tumbuh dan berkembang
seiring dengan pergantian zaman.
Kita menyadari bahwa bahasa asing terutama bahasa Inggris
sudah menjamur dikalangan warga negara Indonesia dari semua
kalangan mulai anak-anak sampai orang dewasa, bahkan orang tua.
Demikian juga dari orang perkotaan bahkan sampai orang-orang di
pedesaan walaupun asal bunyi yang menyalahi tata bahasa.
Keinternasionalan bahasa Inggris tidak dapat kita elakan, maka
sebagai bangsa Indonesa kita juga perlu menguasai bahasa asing untuk
dapat bersaing di era globalisasi. Bahasa asing tidak perlu kita
khawatirkan akan mengerus bahasa Indonesia, yang perlu
diperhatikan kita harus bisa menjaga sikap dan dapat menggunakan
bahasa asing secara proporsional dan kondisional. Maka kita jangan
- 283 -
sok kebarat-baratan, sehingga jati diri bahasa Indonesia selalu terjaga.
Kesadaran itulah yang perlu kita tanaman kepada warga negara
Indonesia dengan menggalakkan penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Kita perlu bangga bahwa negara lain sudah banyak
yang mempelajari bahasa Indonesia. Hal tersebut menunjukkan
bahwa bahasa Indonesia sudah bisa hidup berdampingan dengan
bahasa-bahasa di dunia dan bisa mengikuti perkembangan zaman di
era globalisasi seperti sekarang ini. Seseorang dikatakan berjati diri
Indonesia jika dapat berbahasa Indonesia dengan baik, mencerminkan
kepribadian keindonesiaan, serta memiliki kecintaan dan kebanggaan
sebagai orang Indonesia.
- 284 -
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kumpulan Putusan
Konggres Bahasa Indonesia I-IX Tahun 1938 - 2008. 2011. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Chaer, Abdul dan Agustina. 1995. Sosiolingustik: Perkenalann Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Effendi. 2007. Sikap Wajar Memandang Hari Depan Bangsa Indonesia.
Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Fuad, Abdul. 2011. Pengajaran BIPA di Indonesia dalam Pemberdayaan
Bahasa Indonesia Memperkukuh Budaya Bangsa dalam Era
Globalisasi, Risalah Kongres Bahasa Indonesia VII. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Hasan Alwi, 2011. Bahasa Indonesia Pemakai dan Pemakaiannya. Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian
Pendidikan Nasional dan Kebudayaan.
Purwa, Bambang Kuswanti. 2000. Kajian Serba Linguistik untuk Anton
Moeliono Pereksa Bahasa. Jakarta: Gunung Mulia.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. 2011. Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Rosida. 2011. Pengajaran Bahasa yang Berkarakter Kebangsaan dan
Berperspektif Multibudaya dalam Era Globalisasi dalam Perencanaan
Bahasa pada Abad Ke-21: Kendala dan Tantangan. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Suara Merdeka. Selasa, 22 Mei 2012.
Suara Merdeka. Minggu, 30 Desember 2012.
Suara Merdeka. Rabu, 2 Januari 2013.
Suara Merdeka. Sabtu, 12 Januari 2013.
- 285 -
Sukamto, Khatarina E. 2003. Rampai Bahasa, Pendidikan dan Budaya:
Kumpulan Esai Soejono Darddjowijodjo. Jakarta: Yayasa Obor
Indonesia.
Syukri, Achmad. 2011. Dalam Risalah Simposium Internasional
Perencanaan Bahasa pada Abad ke-21: Kendala dan Tantangan .
Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
- 286 -
SESI DISKUSI
1. Nama Penanya : Agung Sahistya Hadi
Instansi : MPB UMS
a. You have to emphasize “Era globalisasi” to “Era globalisasi
di Indonesia”. By reading “Era Globalisasi” the readers will
interpret it in wide scope in the world not in Indonesia
specifically. How was Indonesia acquired ? Indonesia does
not have pure Indonesia (language), it is formal by other
cultures, such as Arabic, India, English, etc.
2. Nama penanya : -
Instansi : MPB
a. We are from english education, Based on our abstract, I need
you must reviewing back on our tittle and problem statement
of point is “Era Globalisasi” of scope of era globalization us
arround this world not onlyindonesian and based and reason
that “komunikasi antar bangsa” as we know well taht
international language is “English” and where is your
problem statement ? Usage English word is no mistake for
false in our communication eventhese in our daily activity
that is among Indonesian people. We want to know why you
wanna our goverment to create laws when correalated the
usage of language
3. Nama penanya : Sri P
Instansi : SMP N 1 Nguter, Sukoharjo
a. Bagaimana sikap yang bijaksana dalam menghadapi globalisasi
bahasa asing yang merusak bahasa Indonesia ?
b. Apa sanksi yang tepat dalam mengatasi kesalahan atau
kekurangan dalam pengguna Bahasa Indonesia ?
4. Nama penanya : Purwantini
Instansi : SMP N 6 Sukoharjo
- 287 -
a. Bahasa Indonesia sebagai jati diri Bangsa Indonesia dapat
diwujudkan seperti pasal 24/25 “Wajib menggunakan bahasa
Indonesia dalam situasi resmi”. Alangkah baiknya jika pejabat
tinggi negara berbahasa Indonesia ketika berpidato di luar
negeri.
b. Alangkah baiknya jika UKBI disosialisasikan tentang
pelaksanaannya.
5. Nama penanya : Sri Rahayu
Instansi : SMP N 3 Tawangmangu
a. Memang benar kita harus menggunakan bahasa Indonesia
sebagai jati diri bangsa, tetapi di sekitar kita masih banyak
penggunaan bahasa Inggris yang katanya lebih bagus. Tentang
UU RI Nomor 24 Tahun 2009 masalah kewajiban
penggunaan Bahasa Indonesia masyarakat banyak yang belum
tahu. Pertanyaan saya “Bagaimana cara mensosialisasikan UU
RI Nomor 24 tahun 2009 itu kepada masyarakat ?”
JAWABAN
1. Era globalisasi memang terjadi secara mengglobal di seluruh dunia
jadi tidak hanya terjadi di Indonesia. Hal ini tentu semua negara
menyikapi globalisasi dengan caranya masing-masing. Bahasa
Indonesia sifatnya dinamis, jadi bahasa Indonesia berkembang
sesuai dengan zaman. Era globalisasi yang terjadi di Indonesia
khususnya dalam bahasa tidak perlu kita khawatirkan akan
tertinggal dengan bahasa-bahasa di dunia. Hal tersebut terbukti
banyak mahasiswa asing yang belajar BIPA, bahasa Indonesia
sudah masuk dalam kurikulum sekolah di beberapa negara, dan
bahasa Indonesia bersifat terbuka terhadap bahasa asing.
Dibuktikan dengan kata-kata serapan dari bahasa asing yang masuk
dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut beberapa bentuk dari era
globalisasi di Indonesia yang berhubungan dengan bahasa.
2. Kita menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional
tidak merupakan masalah karena tidak kita pungkiri bahwa bahasa
Inggris mendukung dalam era globalisasi untuk kemajuan ilmu dan
- 288 -
teknologi, bahkan dalam segala bidang. Namun yang perlu kita
sadari jangan sampai bangsa Indonesia keblablasan dalam
menggunakan bahasa asing tidak sesuai dengan kebutuhan. Jika hal
tersebut terjadi terus bagaimana kedudukan bangsa Indonesia?
Tentu jati diri bangsa akan ternodai, sehingga lambat laun dan
secara perlahan-lahan generasi muda lebih senang dan bangga
menggunakan bahasa asing dan akan malu menggunakan bahasa
Indonesia apalagi jika merasa kampungan kalau menggunakan
bahasa Indonesia. Itulah masalah yang mungkin akan muncul dan
tentu masih banyak permasalahan lagi jika pemerintah tidak
bertindak atau mengambil sikap. Maka kita harus menumbuhkan
rasa bangga terhadap bahasa Indonesia. Untuk itu pemerintah
melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dalam upaya
pengembangan dan pembinaan bahasa di Indonesia, maka
diterbitkanlah Undang-undang republic Indonesia Nomor 24
tahun 2000 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta
lagu Kebangsaan. Dalam hal ini terutama bab III tentang bahasa
Negara sebagai paying hukumnya.
3. Sikap yang kita tempuh sebagai warga negara Indonesia dalam
menghadapi era globalisasi yang kita sadari tidak akan bisa
meninggalkan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional dan kita
juga harus bisa mempertahankan bahasa Indonesia sebagai jati diri
bangsa. Sikap kita tidak usah berlebih-lebihan atau sok kebaratbaratan
dalam arti kita dapat menggunakan bahasa asing secara
proposional sesuai dengan situasi dan kebutuhan. Sikap utama
yang perlu kita tanamkan pada warga negara Indonesia terutama
anak muda generasi bangsa supaya bangga menggunakan bahasa
Indonesia dan jangan sampai merasa malu atau rendah diri ketika
menggunakan bahasa Indonesia dimanapun berada.
4. Betul yang ibu Purwantini sampaikan, seperti yang terdapat pada
pasal 28 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun
2000, bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pidato resmi
Presiden, Wakil Presiden, dan pejabat Negara lain yang
disampaikan di dalam atau di luar negeri. Sebagai pejabat negara
ketika di luar negeri tetap diwajibkan menggunakan bahasa
- 289 -
Indonesia, hal tersebut menunjukkan bahwa pemimpin bangsa
menjunjung tinggi bangsa Indonesia dan menunjukkan jati diri
bangsa Indonesia.
5. Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah telah melakukan sosialisasi
UKBI di wilayah Jawa Tengah dan bekerja sama dengan beberapa
perguruan tinggi, Diknas kota dan provinsi serta guru-guru di Jawa
Tengah melalui MGMP. Jika MGMP bapak ingin mengikuti UKBI
untuk menguji kemahiran berbahasa Indonesia dapat
menghubungi lembaga kami.
MEMPERTAHANKAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI JATI DIRI BANGSA
M. Arifin
PS. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNIB
ABSTRAK
Globalisasi dan reformasi memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap segala aspek
kehidupan masyarakat, termasuk di dalamnya persoalan bahasa. Bahasa Indonesia
sebagai salah satu jati diri bangsa harus tetap dipertahankan dengan segala kelebihan
dan kekurangannya di tengah situasi globalisasi dan reformasi. Bahasa Indonesia telah
membuktikan diri sejak tahun 1928 dengan Sumpah Pemudanya sebagai alat yang
mampu menyatukan masyarakat Indonesia yang terdiri dari latar belakang sosial dan
budaya yang sangat beragam. Fungsi bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa
terus dilakukan. Salah satu cara yang paling tepat dilakukan adalah melalui jalur lembaga
pendidikan. Oleh karena itu, kita mengenal adanya mata pelajaran bahasa Indonesia
sejak dari jenjang sekolah dasar sampai dengan jenjang perguruan tinggi. Dalam
pelaksanaannya, ditemukan banyak hambatan. Hambatan yang dirasakan paling krusial
adalah berkaitan dengan sikap bahasa masyarakat.
1. Pendahuluan
Memasuki abad ke-21 bangsa
Indonesia dihadapkan kepada dua situasi
baru, yaitu globalisasi dan reformasi.
Kedua situasi ini sangat besar
pengaruhnya bagi tatanan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Menurut Pusat Bahasa (2003)
dalam perkembangan kehidupan
masyarakat Indonesia kini telah terjadi
berbagai perubahan, baik sebagai akibat
tatanan kehidupan dunia yang baru,
globalisasi, perkembangan teknologi
informasi, maupun sebagai akibat
tatanan ekonomi dunia baru. Kondisi itu
telah menempatkan bahasa asing pada
posisi strategis yang memungkinkan
bahasa itu memasuki berbagai sendi
kehidupan bangsa Indonesia.
Sejalan dengan itu Habiebie
(1998) menyatakan bahwa di era
globalisasi,lalu lintas barang dan jasa
serta lalu lintas manusia makin tidak
terbendung. Dengan demikian secara
goekultural,masyarakat bangsa-bangsa di
dunia ini akan makin tidak jelas di mana
batas-batasnya. Bukan mustahil, suatu
ketika nanti identitas manusia secara
individu makin sukar untuk dikenali,
karena semuanya terlibat dalam satu
masyarakat global. Dalam kondisi seperti
itu, bukan mustahil pula jika segala
sesuatunya akan mengarah pada bentuk
streotif yang cenderung makin seragam.
Akankah bangsa-bangsa kehilangan
identitasnya?
Menarik untuk dicermati,
pertanyaan yang diajukan oleh Prseiden
BJ Habiebie dalam Pidato Pembukaan
Kongres VII Bahasa Indonesia tahun
1998. Menurut penulis, salah satu
identitas bangsa Indonesia adalah
bahasa Indonesia. Jika dihubungkan
dengan pertanyaan yang diajukan di
atas, artinya di era globalisasi bukan
mustahil bahasa Indonesia sebagai
identitas bangsa Indonesia akan
mengalami pergeseran.
Untuk menjawab persoalan di
atas, melalui makalah ini akan
83
Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015
dipaparkan bahasa Indonesia sebagai jati
diri bangsa Indonesia, upaya
mempertahankan bahasa Indonesia
sebagai jati diri bangsa Indonesia, dan
hambatan dalam mempertahankan
bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa
Indonesia.
2.Bahasa Indonesia Sebagai Jati Diri
Bangsa Indonesia
Menurut Sedyawati (1998) jati
diri bangsa adalah suatu pengertian yang
abstrak dan dapat mengalami
perubahan-perubahan substansi
mengikuti kejadian-kejadian sejarah
berkenaan dengan bangsa yang
bersangkutan. Jati diri bangsa ada yang
bersifat kasat mata dan ada pula yang
tidak kasat mata. Jati diri yang kasat
mata misalnya pakaian, makanan, tarian,
dan lain. Jati diri yang tidak kasat mata
misalnya rantau, siri, eling, dan lain-lain.
Di tengah kehidupan masyarakat
Indonesia yang multikultural ini, tentu
bukan pekerjaan mudah untuk
menyepakati jati diri bangsa yang
diakhiri dengan kata Indonesia. Misalnya,
ketika diajukan pertanyaan mana
pakaian Indonesia? Jawabannya tentu
akan lebih dari satu. Ada yang akan
menjawab rendang, bakso, sate,
pempek, gudeg, dan lain-lain. Semua
jawaban yang dikemukakn itu memang
benar. Contoh lain lagi, ketika ditanya
mana kesenian Indonesia? Sekali lagi,
jawabannya tentu lebih dari satu. Ada
yang akan menjawab wayang, randai,
jaipong,reog, dan lain-lain. Lain halnya,
jika diajukan pertanyaan mana bahasa
Indonesia? Hampir pasti jawabannya
hanya satu, yaitu bahasa Indonesia.
Jawaban yang dikemukakan ini
menunjukkan bahwa masyarakat
Indonesia yang multikultural sepakat
menyatakan bahwa jati diri bangsa
Indonesia berkaitan dengan bahasa
adalah bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia sebagai jati diri
bangsa Indonesia sebenarnya sudah
berlangsung sejak lama. Paling tidak
dapat dicatat, sejak diikrarkan Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928. Para tokoh
pemuda di kala itu berkeyakinan bahwa
alat yang paling memungkinkan menjadi
perekat pelbagai suku bangsa waktu itu
adalah bahasa, yaitu bahasa Indonesia.
Menariknya, ketika itu negara Indonesia
belum ada, tetapi para pemuda sudah
memberikan nama bahasa Indonesia.
Perkembangan lebih lanjut adalah
dilaksanakan Kongres Bahasa I tahun
1938 dan puncaknya tanggal 18 Agustus
1945 disahkan UUD 1945. Dalam UUD
1945 pasal 36 dinyatakan bahwa bahasa
negara adalah bahasa Indonesia.
Berkaitan dengan sejarah
perkembangan bahasa Indonesia sebagai
jati diri, Sedyawati (1993) membagi tiga
tahapan perkembangan bahasa
Indonesia sebagai jati diri bangsa. Tahap
pertama, perkembangan fungsi bahasa
Indonesia terjadi pada masa prakemerdekaan
bangsa Indonesia. Pada
tahap ini bahasa Indonesia berfungsi
sebagai sarana pembentuk kesadaran
akan kesatuan bangsa, kesadaran akan
kebutuhan bersatu mengatasi
keanekaragaman budaya dan juga
kesadaran akan perbedaan bangsa
Indonesia dari bangsa-bangsa asing di
luarnya.
Tahap kedua, perkembangan
fungsi bahasa Indonesia terjadi pada
masa kemerdekaan awal. Pada tahap ini
negara Republik Indonesia teleh
terbetuk, tetapi masih mengalami masa
pancaroba dalam bidang politik dan
kemiliteran. Rongrongan terhadap
84
Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015
persatuan bangsa dilakukan oleh
pelbagai pihak musuh. Dalam situasi itu,
pelaksanaan penggunaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi negara
merupakan peningkatan fungsi bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia bukan saja
merupakan lambang persatuan bangsa,
melainkan telaih menjadi bagian dari
kehidupan bernegara yang memerlukan
pengelolaan tersendiri.
Tahap ketiga, perkembangan
fungsi bahasa Indonesia terjadi ketika
kekuatan negara Republik Indonesia
semakin mantap. Organisasi pengelolaan
bahasa pun semakin mantap, dana untuk
pelaksanaan berbagai usaha pun
tersedia, pakar-pakar Indonesia yang ahli
dalam bidang bahasa dan sastra semakin
bamyak, dan karya-karya ilmiah yang
bermutu telah banya ditulis dalam
bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia sebagai jati diri
bangsa Indonesia secara jelas dan tegas
dirumuskan dalam hasil Seminar Politik
Bahasa Nasional. Menurut Halim (1975)
bahasa Indonesia di negara Indonesia
memiliki dua macam kedudukan, yaitu
bahasa Indonesia dalam kedudukannya
sebagai bahasa nasional dan bahasa
Indonesia dalam kedudukannya sebagai
bahasa negara.
Di dalam kedudukannya sebagai
bahasa nasional, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai (1) lambang
kebanggaan kebangsaan, (2) lambang
identitas nasional, (3) alat yang
memungkinkan penyatuan berbagaibagai
suku bangsa dengan latar belakang
sosial budaya dan bahasanya masingmasing
ke dalam kesatuan kebangsaan
Indonesia, dan (4) alat perhubungan
antardaerah dan antarbudaya. Di sisi
lain, dalam kedudukannya sebagai
bahasa negara, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai (1) bahasa resmi
kenegaraan, (2) bahasa pengantar di
dalam dunia pendidikan, alat
perhubungan pada tingkat nasional
untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan nasional
serta kepentingan pemerintah, dan (4)
alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi.
Bahasa Indonesia sebagai jati diri
bangsa Indonesia secara tegas
dirumuskan dalam produk hukum.
Secara berturut-turut dapat
dikemukakan produk hukum yang
dikeluarkan pemerintah berkaitan
dengan bahasa Indonesia sebagai
berikut. Pertama, pasal 36 UUD 1945
yang menyatakan bahwa negara adalah
bahasa Indonesia. Kedua, putusan dari
Seminar Politik Bahasa Nasional yang
melahirkan konsep tentang kedudukan
bahasa Indonesia seabagai bahasa
nasional dan bahasa Indonesia sebagai
bahasa daerah. Ketiga, Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1989 dan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang
menyatakan penggunaan bahasa
Indonesia yang diwajibkan dalam
penyelenggaraan pendidikan nasional di
Indonesia. Keempat, Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2009 tentang Bendera
Negara, Bahasa Negara, Lambang
Negara, dan Lagu Kebangsaan.
3.Upaya Mempertahankan Bahasa
Indonesia Sebagai Jati Diri Bangsa
Membicarakan tentang
mempertahankan bahasa Indonesia
sebagai jati diri bangsa tidak dapat
dilepaskan dari persoalan perencanaan
bahasa. Menurut Moeliono (1985)
perencanaan bahasa adalah segala usaha
dan tindakan yang dilakukan orang agar
85
Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015
komunikasi di dalam suatu negara dapat
berlangsung secara lancar dengan
bahasa sebagai alat utama. Sejalan
dengan itu Suhendar, dkk (1997)
menyatakan pada hakikatnya setiap
negara menghendaki adanya satu bahasa
yang dapat dipakai sebagai alat
komunikasi bagi seluruh warganya, baik
dalam rangka pembinaan
kebangsaannya, dalam administrasi
pemerintahannya maupun dalam bidang
pendidikannya. Dengan adanya satu
bahasa untuk seluruh negara hubungan
antara pemerintah dan yang diperintah,
antara instansi-instansi yang ada dalam
negara itu, serta antara anak didiknya
akan berlangsung dengan lancar dan
tidak mengalami kesulitan.
Salah satu upaya yang dilakukan
dalam rangka mempertahankan bahasa
Indonesia sebagai jati diri bangsa ialah
melalui jalur lembaga pendidikan. Ini
terbukti dalam sistem pendidikan
Indonesia, di setiap jenjang pendidikan
siswa mempelajari bahasa Indonesia.
Bahkan jumlah jam pelajaran bahasa
Indonesia setiap minggu di setiap jenjang
pendidikan jumlahnya paling banyak.
Kalau dihitung jumlah waktu yang
digunakan seorang siswa belajar bahasa
Indonesia sejak SD sampai dengan SMA
paling tidak ada sekitar 12 tahun.
Ditambah lagi, sejak diberlakukan ujian
nasional (UN) bahasa Indonesia adalah
mata pelajaran yang sejak awal di-UNkan.
Menurut Suparno (1998) dalam
pendidikan dan pembangunan bangsa,
mata pelajaran bahasa Indonesia
memiliki fungsi yang strategis. Ada lima
fungsi penting mata pelajaran bahasa
Indonesia, yaitu (1) sarana pembinaan
kesatuan dan persatuan bangsa, (2)
sarana peningkatan pengetahuan dan
keterampilan berbahasa Indonesia dalam
rangka pelestarian dan pengembangan
budaya nasional, (3) sarana peningatan
pengetahuan dan keterampilan
berbahasa Indonesia untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, dan (5) sarana
pengembangan penalaran.
Berdasarkan fungsi mata
pelajaran bahasa Indonesia, pengajaran
bahasa Indonesia memiliki fungsi yang
strategis berkait dengan kedudukan
bahasa Indonesia itu sebagaai bahasa
nasional dan bahasa negara. Pengajaran
bahasa Indonesia di sekolah adalah jalur
formal dan juga salah satu upaya
pembinaan bahasa Indonesia. Melalui
jalur ini pembinaan bahasa Indonesia
dapat dilakukan secara programatis.
Penggunaan jalur ini sangat tepat karena
sasaran pembinaan ini adalah siswa yang
masih dalam proses belajar, termasuk
masih dalam proses belajar bahasa
Indonesia.
Strategisnya pengajaran bahasa
Indonesia dapat dilihat pula dalam
konteks upaya peningkatan sumber daya
manusia Indonesia. Bahasa Indonesia
bukan sekedar alat komunikasi
masyarakat Indonesia, tetapi juga
sebagai alat berpikir dan bernalar.
Kualitas penguasaan bahasa Indonesia
merupakan salah satu faktor penentu
kualitas insan Indonesia. Pada gilirannya,
kualitas penguasaan bahasa Indonesia
itu berdampak luas pada pembangunan
bangsa karena bahasa Indonesia juga
berfungsi sebagai alat komunikasi
pembangunan.
4. Hambatan dalam Upaya
Mempertahankan Bahasa Indonesia
Sebagai Jati Diri Bangsa
86
Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015
Pengajaran bahasa Indonesia
yang dilakukan di sekolah diberbagai
jenjang pendidikan memiliki sejumlah
masalah. Mulai dari masalah kurikulum,
fasilitas, buku teks, guru, dan
sebagainya. Menurut hemat penulis, dari
sekian persoalan yang ada tentang
pengajaran bahasa Indonesia, masalah
yang paling krusial adalah masalah sikap
bahasa. Menurut Halim (1978) salah satu
faktor yang mempengaruhi kelancaran
dan keberhasilan pelaksanaan
kebijaksanaan bahasa nasional adalah
sikap bahasa yang dimiliki oleh warga
masyarakat yang bersangkutan.
Sikap bahasa adalah salah satu di
antara berbagai sikap yang mungkin ada.
Menurut Anderson (1974) sikap bahasa
adalah tata keyakinan atau kognisi yang
relatif berjangka panjang, sebagian
mengenai bahasa, mengenai objek
bahasa, yang memberikan
kecenderungan kepada seseorang untuk
bereaksi dengan cara tertentu yang
disenanginya. Selanjutnya Lambert
(1967) menyatakan bahwa sikap terdiri
atas tiga komponen yaitu kognitif,
afektif, dan konatif. Komponen kognitif
berkaitan dengan penalaran, intuisi, dan
persepsi. Komponen afektif
berhubungan dengan reaksi emosipnal,
sedangkan komponen konatif bertalian
dengan kecenderungan untuk
berperilaku tertentu.
Hambatan yang berkaitan dengan
sikap bahasa dalam rangka
mempertahankan bahasa Indonesia
sebagai jati diri bangsa, dapat ditelusuri
dari pendapat beberapa para ahli dan
hasil penelitian berikut. Kridalaksana
(1980) menyebutkan bahwa orang
Indonesia cenderung bersikap tidak
menghargai bahasanya karena lebih
bangga menggunakan bahasa asing;
Gunarwan (1983) membuktikan adanya
sikap positif dari kalangan mahasiswa
terhadap bahasa Indonesia baku.
Moeliono (1988) melalui
pengamatannya, sekurang-kurangnya
mencatat ada enam sikap negatif yang
tidak menguntungkan bagi usaha
pembakuan bahasa Indonesia, yaitu (1)
sikap yang meremehkan mutu bahasa,
(2) sikap yang suka menerobos, (3) sikap
tuna harga diri, (4) sikap mejauhi disiplin,
(5) sikap enggan memikul tanggung
jawab, dan sikap suka melatah
mengambil alih diksi dan gaya bahasa
lain. Mustakim (1997) yang mengkaji
“Sikap Bahasa Kalangan Perguruan Tinggi
di Jakarta Terhadap Kata-kata Baru
Bahasa Indonesia” menyimpulkan bahwa
sikap perguruan tinggi terhadap katakata
baru tersebut bersifat positif.
Sejalan dengan itu, Habiebie
(1998) menyatakan bahwa yang perlu
direformasi sehubungan dengan bahasa
Indonesia ialah perilaku pengguna
bahasa itu sendiri. Ada kecenderungan
dalam masyarakat—terutama dalam
dunia birokrasi—untuk mengikuti
pengguna bahasa dari para pejabat yang
lebih tinggi kedudukannya, neskipun
mereka menyadari bahwa cara
berbahasa pejabat itu tiak tepat, bahkan
menyimpang dari kaidah tatabahasa
bahasa Indonesia. Di samping itu,
terdapat pula kecenderungan untuk
memfeodalkan bahasa Indonesia.
4. Simpulan
Globalisasi dan reformasi
memberikan pengaruh yang cukup
signifikan dalam segala aspek kehidupan,
termasuk di dalamnya persoalan bahasa
Indonesia sebagai jati diri bangsa. Bahasa
Indonesia sebagai jati diri sudah sejak
lama dirasakan fungsinya. Paling tidak
87
Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015
peristiwa Sumpah Pemuda 1928
merupakan bukti bahwa melalui bahasa
Indonesialah proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia dirintis. Upaya
mempertahan bahasa Indonesia sebagai
jati diri bangsa secara terus-menerus
dilakukan. Cara yang paling efektif
adalah melalui jalur pendidikan yang
ditandai dengan munculnya mata
pelajaran bahasa Indonesia. Dalam
pelaksanaannya ditemukan beberapa
hambatan. Dari sekian hambatan itu,
persoalan sikap bahasa masyarakat
merupakan hal yang paling krusial.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Edmund. 1974. Sikap Bahasa.
Bahan Penataran Tugu. Jakarta.
Gunarwan, Asim. 1983.”Reaksi Subjektif
Terhadap Bahasa Indonesia Baku
dan Nonbaku: Sebuah Pengkajian
Sikap Bahasa. Makalah Kongres
Bahasa Indonesia IV. Jakarta.
Habiebie, BJ. 1998. “Sambutan Presiden
Republik Indonesia pada
Pembukaan Kongres VII Bahasa
Indonesia” Jakarta.
Halim, Amran. 1978. Politik Bahasa
Nasional Jilid 2. Jakarta: Balai
Pustaka.
Halim, Amran. “Sikap Bahasa dan
Pelaksanaan Kebijaksanaan Bahasa
Nasional” dalam Pengajaran
Bahasa dan Sastra, Tahun IV,
Nomor 6, Tahun 1978.
Kridalaksana, Harimurti. 1980. Fungsi
dan Sikap Bahasa. Ende: Nusa
Indah.
Lambert, W.E. 1967. “A Social Psychologi
of Bilingualism” dalam Journal of
Social Issue, Volume 23.
Moeliono, Anton M. 1985.
Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa: Ancangan Alternatif di
dalam Perencanaan Bahasa.
Jakarta: Djambatan.
Moeliono, Anton M. 1988. “Sikap Bahasa
yang Bertalian dengan
Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa” makalah
Kongres Bahasa Indonesia V,
Jakarta.
Sedyawati, Edi. 1993.”Bahasa Indonesia
dalam Pengembangan Kebudayaan
Nasional” makalah Kongres Bahasa
VI, Jakarta.
Sedyawati, Edi. 1998.”Sastra dan Jati Diri
Bangsa”. Makalah Kongres Bahasa
Indonesia VII, Jakarta.
Pusat Bahasa. 2003. Buku Panduan
Kongres Bahasa Indonesia VIII.
Jakarta: Pusat Bahasa.
Suhendar, M.E., Pien Sutinah, dan Yoce
Aliah. 1997. Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Indonesia.
Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Suparno.1998. ”Pengajaran Bahasa
Indonesia di Sekolah: makalah
Kongres Bahasa Indonesia VII,
Jakarta.
BAB I

PENDAHULUAN

I.A Latar Belakang

Dilihat dari latar belakang Bahasa Indonesia sebagai salah satu sarana untuk meletakkan dasar
kesadaran bersama terhadap nilai-nilai persatuan bangsa, Bhasa Indonesiajuga mendapat kedudukan /
posisi yang terhormat setelah proklamasi kemerdekaan.

I.B Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah ingin mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia, yang pada saat
sekarang ini mulai digemari oleh beberapa negara di dunia.

I.C Ruang Lingkup Penulisan

Dewasa ini, Bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa asing yang populer dan digemari oleh
bangsa lain, dan telah diajarkan di lebih 140 negara di dunia.

Baca JugaPendewasaan Berdemokrasi Melalui Pendidikan PolitikUsaha Peningkatan Daya Saing Koperasi
dan UKM untuk Pertumbuhan dan Pemerataan EkonomiSistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) di Sumatera Barat
BAB II

PEMBAHASAN

Bahasa Indonesia sebagai salah satu perwujudan budaya bangsa memiliki sejarah perkembangan
yang unik, yaitu lahir mendahului kemerdekaan kita. Setelah itu, bahasa Indonesia tumbuh dan
berkembang sebagai bahasa perjuangan politik kebangsaan.

Bahasa Indonesia telah digunakan sebagai salah satu sarana untuk meletakkan dasar kesadaran bersama
terhadap nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa.

Jika kita refleksikan kembali ke masa lampau, dapat dibayangkan betapa beratnya perjuangan
bangsa Indonesia, baik sebagai cerminan kehidupan budaya (jati diri bangsa) maupun sebagai sarana
komunikasi sosial politik.

Betapa tidak, bahasa Indonesia pada waktu itu harus bersaing dengan berbagai bahasa daerah yang
tumbuh dan berakar dengan sangat kuat di berbagai suku bangsa. Beruntunglah “nasib” bahasa
Indonesia karena pendiri republik ini berwawasan luas untuk kepentingan persatuan dan kesatuan
bangsa, maka diangkatlah bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia.

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia mendapat kedudukan/posisi yang terhormat dan


bermartabat setelah diproklamasikan dengan UUD 1945-nya yang diantaranya menyebutkan bahwa
“bahasa negara adalah bahasa Indonesia” (lihat Bab XV, pasal 36). Bahasa Indonesia terus berkembang
seiring dengan perkembangan zaman, sehingga fungsi dan kedudukannya pun bertambah.

II.A Alat Perubahan Sosial


Salah satu syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya komunikasi, dan bahasa Indonesia tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia. Kenyataan ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia tidak pernah
terlepas dari kehidupan sosial. Dalam konteks itulah terjadi persentuhan antara tingkah laku manusia.
Bahasa Indonesia adalah milik kelompok sosial yang sangat dibutuhkan, yang memungkinkan para
anggotanya untuk saling berhubungan, berinteraksi, dan bekerja sama.

Dengan demikian, bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah salah satu perwujudan reaksi manusia
terhadap tantangan-tantangan yang muncul akibat adanya interaksi sosial. Bahasa Indonesia merupakan
respons verbal terhadap stimulus yang datang dari luar.

Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa dalam interaksi sosial, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu
(sebagai alat ekspresi diri, komunikasi, integrasi, dan adaptasi serta kontrol sosial). Dapat dikatakan
bahwa bahasa Indonesia merupakan kodrat kedua dari manusia Indonesia, di samping kodrat
kemanusiaannya sebagai kodrat pertama. Bahasa Indonesia merupakan komponen yang sangat penting
dalam kehidupan manusia.

Dengan demikian, bahasa Indonesia pada dasarnya terarah pada dua tujuan perubahan sosial. Pertama,
ke arah emansipasi, transformasi, kesadaran lewat konsistensi, dan lewat usaha untuk membuka
selubung eufimisme sosial-politik yang cenderung membelenggu kesadaran dan cara berpikir
penuturnya. Kedua, ke arah pembelengguan kesadaran manusia lewat manipulasi, indoktrinasi, dan
kontrol sosial.

Bahasa Indonesia sebagai alat perubahan sosial dapat dinyatakan sebagai berikut. Orang menggagas
(merumuskan gagasan, pendapat, pikiran, dan lain-lain) dengan menggunakan kata-kata dan bahasa.
Cita-cita pembebasan dan perubahan dirumuskan dalam dan melalui bahasa. Dengan demikian,
dinamika pembebasan dan pembaruan mengendap dalam kata.

Perlu diketahui, pengendapan itu bukanlah proses mematikan melainkan proses dinamika. Artinya,
begitu dinamika itu terumuskand alam kata dan bahasa, dinamika itu tidak mati. Sebaliknya,
pengendapan itu adalah proses dinamis dan menghidupkan. Begitu dinamika itu terumuskan dalam
kata-kata dan bahasa, dinamika itu mentransformasikan kata itu, sehingga kata dan bahasa itu menjadi
hidup dan mempunyai daya ungkap untuk mendorong dan menggerakkan perubahan.
Oleh karena itu, realitas perubahan sosial kiranya tidak mungkin tanpa bahasa. Dengan kata lain,
bahasalah yang memungkinkan ada dan terjadinya gejolak dan perubahan sosial.

II.B Potensi Bahasa Indonesia

Ada beberapa sifat potensial yang dimiliki bahasa Indonesia sebagai alat perubahan sosial, yaitu (1)
bahasa Indonesia sudah terbukti dapat mempersatukan bangsa yang majemuk, (2) bahasa Indonesia
memiliki sifat demokratis, (3) bahasa Indonesia bersifat terbuka, dan (4) bahasa Indonesia sudah mulai
mengglobal.

Pertama, sejak zaman perjuangan kemerdekaan, bahasa Indonesia selalu tampil memainkan peranannya
dan telah berhasil membangkitkan serta menggalang semangat kebangsaan (nasionalisme) dan
semangat perjuangan dalam mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Indonesia. Dalam era reformasi sekarang, bahasa Indonesia juga telah membuktikan
kesanggupannya menjadi alat perubahan sosial. Kenyataan ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia,
baik sebagai bahasa persatuan (nasional) maupun sebagai bahasa negara (resmi) telah berfungsi secara
efektif sebagai bahasa komunikasi perjuangan dan pembangunan bahasa Indonesia.

Kedua, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang memiliki sifat demokratis. Ini sesuai dengan
karakteristik manusia/masyarakat baru yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi.

Ketiga, bahasa Indonesia bersifat terbuka (transparan). Artinya, bahasa ini dapat beradabtasi dengan
bahasa-bahasa lain dan mudah menerima unsur-unsur bahasa asing, seperti unsur fonologi, morfologi,
dan unsur semantik. Bahasa Indonesia dapat berkembang dengan pesat terutama di bidang kosakata,
seperti ipteks, politik, bisnis, dan lain-lain karena sifatnya yang terbuka tadi.

Bahasa Indonesia memiliki sifat terbuka akan cepat berkembang dan mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan situasi pasar, sehingga penuturnya tidak terlalu sulit untuk menggunakannya terutama
dalam komunikasi bisnis. Sifat terbuka yang dimilikinya merupakan satu potensi bahasa Indinesua pada
masa kini dan masa depan, yang kelak diharapkan mampu membawa bahasa Indonesia menuju
masyarakat Indonesia baru yang demokratis, egaliter, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan
keadilan.
Keempat, bahasa Indonesia sudah mulai mengglobal. Dewasa ini, bahasa Indonesia merupakan salah
satu bahasa asing yang populer dan digemari oleh bangsa lain, dan diajarkan lebih 140 negara di dunia,
seperti Australia, Jepang, RRC, dan Korea Selatan. Di Australia, bahasa Indonesia merupakan satu-
satunya bahasa asing yang paling digemari masyarakat, mahasiswa, guru, dosen, dan pegawai negeri.

Masyarakat di seluruh negara bagian Australia, kini aktif belajar bahasa Indonesia mulai taman kanak-
kanak sampai universitas. Apalagi sekarang, pemerintah Australia telah menjadikan
bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua di seluruh negara bagian Australia.

BAB III

PENUTUP

III.A Kesimpulan

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang memiliki sifat demokratis. Ini sesuai dengan karakteristik
manusia/masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, artinya, Bahasa Indonesia tidak
mengenal tingkat-tingkat tutur. Oleh karena itu, Bahasa Indonesia akan semakin digemari dan banyak
penuturnya. Siapa saja yang sudah mengenal dan mempelajari Bahasa Indonesia dia akan semakin
menyukainya.

III.C Saran

Semoga Bahasa Indonesia semakin digemari dan akan menjadi bahasa yang besar penuturnya menuju
peradaban dan kebudayaan Indonesia modern.

Anda mungkin juga menyukai