Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

I.

Latar Belakang

Di saat globalisasi sekarang ini komunikasi dapat terjalin dengan mudah karena kemajuan
teknologi dalam bidang komunikasi dan transportasi. Sehingga memudahakan seseorang yang
tinggal berjauhan dapat berkomunikasi melalui teknologi yang modern seperti saat ini seperti
telepon, handphone, dan fax. Jika masih belum cukup bisa saja dengan menggunakan
transportasi yang ada untuk dapat bertemu. Disamping itu, komunikasi yang terjadi saat ini
sudah bukan hanya melibatkan antara satu bangsa yang sama, namun berbeda tempat.
Komunikasi sekarang yang terjadi melibatkan antara bangsa satu dengan bangsa lain yang jarak
wilayah saling berjauhan.
Komunikasi yang sekarang terjadi saat ini juga melibatkan banyak manusia dengan budaya yang
berbeda. Secara hakikat komunikasi memang akan selalu dibutuhkan dalam kehidupan manusia,
begitu pun juga komunikasi yang terjadi sekarang ini. Orang membutuhkan komunikasi agar
dapat berhubungan dengan orang lain. Tetapi terkadang komunikasi tidak bisa berjalan dengan
lancar karena berbagai hal, seperti perbedaan budaya yang ada. Begitu pun yang terjadi pada saat
umat muslim di seluruh dunia melakukan salah satu rukun iman, yaitu pergi haji ke Mekkah.
Umat islam dari seuruh setiap tahun melaksanakan ibadah haji ke Mekkah, dengan berbeda latar
belakang budaya dan bahasa tetapi dengan satu tujuan untuk melaksanakan ibadah haji.
Saat melakukan ibadah haji umat islam saling bertemu dan berkomunikasi baik secara verbal
atau pun non-verbal dengan umat islam lainnya. Dengan berbeda latar belakang budaya dan
bahasa berbeda mereka harus bisa berkomunikasi. Dengan yang sama bangsa tetapi berbeda
budaya saja terkadang kita masih sulit berkomunikasi. Misalnya komunikasi yang terjadi antara
orang yang berasal dari suku jawa dengan suku batak. Terkadang terjadi benturan budaya yang
terjadi dari komunikasi yang terjalin, apalagi yang berbeda negara.
Hal itu lah yang sering terjadi pada saat umat muslim seluruh dunia bertemu di Mekkah untuk
melaksanakan ibadah haji. Di sana terjalin suatu komunikasi lintas budaya yang terkadang

menimbulkan salah akan persepsian suatu makna dari orang yang berbeda budaya dengan orang
lain yang juga berbeda budaya dalam menjalin komunikasi.
II.

Rumusan Masalah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa yang dimaksud dengan komunikasi antar budaya?


Komponen-kompenen apa yang diperlukan dalam berkomunikasi antarbudaya?
Apa tujuan dari komunikasi antarbudaya?
Apa yang dimaksud dengan haji?
Bagaimana haji sebagai arena komunikasi antarbudaya?
Bagaimana peran latar belakang orang arab sebagai pelaku komunikasi antarbudaya?
Bagaimana peran latar belakang orang yang berasal dari suku jawa Indonesia sebagai

8.

pelaku komunikasi antarbudaya?


Bagaimana komunikasi antarbudaya yang terjalin antara orang arab dan orang
indonesia yang melakukan ibadah haji?

III.

Tujuan

Makalah ini bertujuan agar kita lebih memahami tentang ibadah haji bukan hanya sekadar ritual
dari salah satu bentuk pelaksanaan yang terjadi pada umat islam yang ada di selruh dunia. Lebih
dari itu haji juga merupakan sebagai arena atau tempat bertemunya manusia dengan manusia lain
dengan tujuan yang sama, namun berbeda latar belakang budaya dan bahasa.

BAB II
PEMBAHASAN

I.

Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi bukan hal yang baru bagi kita, bahkan tanpa kita sadari sejak saat bayi masih dalam
kandungan seorang ibu, bayi sudah dapat berkomunikasi. Saat seorang ibu mengatakan sesuatu
terhadap bayi di dalam perutnya, bayi tersebut akan membalas dengan tendangan kakinya atau
pun hal lain secara non-verbal. Sehingga dapat dikatakan kita semua sebelum lahir ke dunia juga
sudah memiliki kemampuan untuk berkomunikasi. Komunikasi pada dasarnya merupakan proses
penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu,
mengandun arti, dilakukan oleh penyampaian pesan ditunjukan kepada penerima pesan (Edward
Depari, 1990). Hal itu juga yang selalu kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, kita setiap hari
berkomunikasi dengan orang lain untuk menyampaikan gagasan, harapan, dan pesan kepada
orang lain yang kita ajak dalam berkomunikasi.
Komunikasi merupakan suatu kegiatan atau proses yang akan selalu terjadi dari saat kita
memulai aktivitas sampai mengakhiri aktivitas kita setiap hari. Komunikasi yang kita lakukan
juga dengan orang lain bukan hanya menyampaikan pesan yang ingin kita sampaikan tetapi kita
harus juga memperhatikan cara penyampaian pesan tersebut agar bisa diterima oleh orang lain
yang kita ajak berkomunikasi. Begitu pun komunikasi yang terjadi pada dua orang yang berbeda
kebudayaan, sebagai manusia yang memiliki persamaan budaya saja terkadang memiliki kendala
dalam berkomunikasi, apa lagi jika komunikasi ini melibatkan dua orang yang memiliki
kebudayaan yang berbeda. Sering kali terdapat kendala dalam berkomunikasi dalam dua orang
yang berbeda budaya dalam berkomunikasi, sedangkan pada saat globalisasi saat ini menuntut
semua orang dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang yang berbeda latar belakang
budaya agar tercapai tujuan yang diinginkan.
Komunikasi antarbudaya saat ini sudah lebih mudah dengan adanya teknologi yang modern
dalam komunikasi maupun transportasi. Sehingga dengan adanya teknologi yang modern dari
bidang transportasi yang memudahkan orang yang satu dapat langsung bertemu dengan orang
lainnya yang berbeda budaya untuk mencapai tujuannya yang akan dicapai melalui komunikasi.
Komunikasi antarbudaya itu sendiri sebenarnya bukan hanya terjadi pada saat globalisasi seperti
saat ini, melainkan sudah ada sejak zaman perdagangan dimana para pedagang saling bertemu

untuk dapat melakukan proses jual-beli dengan orang yang berbeda budaya dan disadari atau
tidak terjadi suatu komunikasi antarbudaya yang terjadi. Sehingga dapat dikatakan komunikasi
antarbudaya merupakan proses yang bersifat dinamis dan akan selalu terjadi. Dalam
perkembangannya teori komunikasi antarbudaya telah menghasilkan sejumlah definisi,
diantaranya adalah Komunikasi antar budaya adalah seni untuk memahami dan dipahami oleh
khayalak yang memiliki kebudayaan lain (Sitaram, 1970), komunikasi antarbudaya menunjuk
pada suatu fenomena komunikasi di mana para pesertanya memiliki latar belakang budaya yang
berbeda terlibat dalam suatu kontak antara satu dengan lainnya, baik secara langsung atau tidak
langsung (Young Kim, 1984), Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi dalam
suatu kondisi yang menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-nilai, adat,
kebiasaan (Stewart, 1974). Berdasarkan beberapa definisi tersebut, bisa dibuat pengertian
komunikasi antar budaya adalah proses komunikasi yang melibatkan orang-orang yang berasal
dari lingkungan sosial budaya yang berbeda. Komunikasi antar budaya terjadi ketika dua atau
lebih orang dengan latar beakang antar budaya yang berbeda berinteraksi. Komunikasi antar
budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memilki kebudayaan yang
berbeda (bisa berbeda ras, etnik atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini).
Gambar 1 Komunikasi antarbudaya

II.

Gambar 2 Komunikasi antarbudaya

Komponen-Komponen dalam Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang berlangsung secara teru-menerus. suatu
kegiatan atau proses memerlukan komponen-komponen yang harus ada untuk dapat terlaksnanya
suatu proses dalam berkomunikasi, karena suatu proses tidak akan berjalan lancar jika komponen
yang didalamnya tidak saling berkaitan dan tidak berjalan lancar. Oleh karena itu, komunikasi
dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan harapan jika komunikasi memiliki
komponen-komponen yang merupakan bagian dari komunikasi.
Komponen-komponen itu terdiri dari:
1. Komunikator, sumber informasi
Komunikator, sumber informasi merupakan orang yang ingin menyampaikan gagasan, harapan,
atau pun pesan lewat komunikasi
2. Pesan
Pesan merupakan sesutu yang bersifat verbal atau pun non-verbal yang inigin disampaikan
seorang komunkator agar mencapai tujuan dari maksud komunikasi yang terjadi.
3. Saluran, media
Saluran, media merupakan wadah atau pun tempat sbagai sarana untuk menyalurkan pesan yang
ingin disampaikan oleh seorang komunkator kepada komunikan.
4. Komunikan, penerima informasi
Komunikan, penerima informasi merupakan seseorang yang ingin dijadikan sebagai pusat atau
tujuan dari penyamaian pesan yang dilakukan oleh komunikator.
5. Umpan balik
Umpan balik merupakan kegiatan yang diberikan biasanya oleh komunikan untuk menanggapi
pesan yang disampaikan oleh komunikan, dengan adanya umpan balik yang diberikan dari
komunikator kepada komunikan, maka akan menciptakan suatu komunikasi yang bersifat aktif
dan tidak pasif. Sehingga komunikasi berjalan dengan baik.

Tetapi tidak semua komponen dalam komunikasi tersebut harus ada dalam suatu kegiatan
komunikasi, dengan adanya tiga unsur, yaitu komunikator, pesan dan komunikan, maka akan
dapat dikatakan sudah terdapat proses komunikasi yang terjalin.

Menurut gambaran Model Komunikasi Gudykunst dan Kim, kedudukan sender/decoder dengan
receiver/decoder adalah sama. Pribadi A dan Pribadi B dapat berperan sebagai pengirim
sekaligus penerima. Masing-masing pribadi dapat melakukan penyandian pesan sekaligus
penyandian balik pesan. Pesan dari pribadi A dapat juga menjadi umpan balik bagi pribadi B,
begitu pula sebaliknya.
Menurut Gudykunst dan Kim, penyandian dan penyandian balik terhadap pesan merupakan suatu
proses interaktif yang dipengaruhi oleh filterfilter konseptual yang dikategorikan menjadi
faktorfaktor kultur, sosiokultur dan psikokultur yang nampak pada lingkaran dengan garis
putusputus. Garis putusputus itu sendiri menggambarkan bahwa ketiga faktor ini saling
berhubungan dan mempengaruhi. Selain itu, kedua individu yang terlibat juga terletak dalam
suatu kotak dengan garis putusputus yang berarti mewakili pengaruh lingkaran. Hal ini sekali
lagi menggambarkan bahwa lingkaran tersebut bukanlah suatu sistem tertutup. Pengaruh kultur
dalam model ini meliputi penjelasan mengenai kemiripan dan perbedaan budaya, misalnya
pandangan dunia, bahasa, sikap kita terhadap manusia (individualisme atau kolektivisme) yang
akan mempengaruhi perilaku komunikasi kita.

III.

Tujuan Komunikasi Antarbuadaya

Tujuan komunikasi biasanya ada tiga macam. Orang ingin memberitahu atau mengartikan
sesuatu atau menghibur. Dalam komunikasi antarbudaya tiga tujuan komunikasi ini bisa dibagi
lagi, meskipun hanya secara teori karena dalam prakteknya ketiganya dapat saling berhubungan
atau tumpang tindih. Pertimbangan umum pada peranan dan pengaruh komunikasi untuk
informasi, penafsiran (interpretatif), dan hiburan dapat dalam batas tertentu diterupkan pada
situasi antarbudaya.
a. Informasi adalah dasar dan bagian utama dari komunikasi. Sebagian orang
mendefinisikan komunikasi sebagai pertukaran informasi. Agar dapat terjadi komunikasi
antarabudaya maka harus ada pertukaran informasi. Tanpa saling memberikan informasi
manusia tidak dapat saling berhubungan dengan masyarakatnya sendirir maupun dengan
budaya lain.
b. Interpretasi merupakan tujuan lain dari komunikasi dan terutama komunikasi
antarbudaya. Interpretasi akan dunia kejadian-kejadian dan akibatnya adalah bagian yang
perlu dari komunikasi di dalam dan antarbudaya. Interpretasi salah satunya berupa
simbol-simbol.
c. Hiburan merupakan suatu yang umum yang sudah menjadi bagian hidup dan budaya
manusia. Dalam pertukaran komunikasi antarbudaya biasanya tujuan hiburan sangat
sedikit, komunikasi antarbudaya lebih banyak bertujuan untuk informasi dan interpretasi.
Tetapi penyampaian informasi dan interpertasi akan lebih mudah disampaikan dalam
komunikasi antarbudaya jika ada di dalam sekaligus untuk menghibur.
IV.

Pengertian Ibadah Haji

Ibadah haji atau yang lebih sering kita sebut dengan haji merupakan salah satu ibadah yang
dilakukan oleh seluruh umat muslim yang ada di seluruh dunia. Meskipun sifat dari ibadah haji
itu tidak wajib tetapi untuk kaum muslim di seluruh dunia yang mampu dari sisi ekonomi dan
sehat secara fisik untuk melaksanakan ibadah haji, maka hal tersebut merupakan salah satu
kewajiban yang harus kita lakukan. Ibadah haji atau haji hanya dapat dilaksanakan di Negara
Arab dan tidak dapat dilaksanakan di tempat lain, selain itu ibadah haji harus dilakukan saat
bulan dzulhijah dan tidak bisa dilakukan pada bulan lain. Oleh karena itu, setiap bulan Dzulhijah

semuat umat muslim di dunia secara beramai-ramai pergi ke Negara Arab untuk melakukan
ibadah haji.
V.

Haji sebagai salah satu arena komunikasi antarbudaya

Haji merupakan acara tahunan untu semua umat muslim di seluruh dunia dan suatu bentuk acara
keagamaan untuk semua umat muslim yang ada di seluruh dunia. Umat muslim di seluruh dunia
melaksanakan ibadah haji di Mekkah, tidak terdapat tempat lain selain Mekkah yang dapat
mereka gunakan untuk tempat beribadah haji. Sehingga setiap tahunnya umat muslim yang ada
di seluruh dunia dating ke Mekkah untuk beribadah haji. Pada saat pelaksanaan haji ini semua
umat muslim yang berbeda latar belakang budaya dan bahasa bertemu menjadi satu untuk tujuan
yang sama. Mereka saling bertemu di tempat itu dan saling berkomunikasi, baik untuk keperluan
sekadar ingin bertukar informasi, interpertasi atau pun hiburan.
Para umat muslim yang menunaikan haji pun harus menggunakan selain bahasa verbal maupun
bahasa non-verbal. Sebab tidak semua orang dapat berbicara dengan bahasa inggris, maka sering
sekali mereka juga berkomunikasi dengan menggunakan bahasa non-verbal agar maksud dari
komunikasi dapat berjalan secara lancar dan baik serta tujuan dari komunikasi yang tercipta
dapat terjalin dengan baik tanpa ada kesalahan yan akan menimbulkan suatu kesalahahaman.
Sering sekali umat muslim di dunia yang saling secara tidak sengaja melakukan komunikasi
antarbudaya saat menjalankan ibadah haji. Hal itu terjadi karena setiap hari umat muslim yang
berasal dari suatu budaya bertemu dengan umat muslim yang berasal dari budaya yang berbeda,
tentu saja hal ini akan menimbulkan komunikasi antarbudaya yang terjalin pada saat mereka di
tempat yang sama dan dengan tujuan yang sama. Seringkali misalnya terjadi komunikasi
antarbudaya yang terjalin antarbudaya dengan alasan untuk mendapatkan informasi, misalnya
saat seorang umat muslim tersesat dan bertanya di mana letak suatu tempat, maka secara
otomatis akan tercipta suatu bentuk komunikasi antarbudaya dan saat melakukan komunikasi
tersbut kita akan mempelajari maksud dari bahasa verbal dan non-verbal yang dilakukan pada
saat komunikasi antarbudaya itu terjadi dan bisa saja komunikasi yang terjadi tidak berjalan
mulus karena kedua belah pihak sama-sama tidak mengerti dengan bahasa yang mereka
sampaikan, tetapi dengan dibantu bahasa non-verbal seperti gerakan tubuh membantu memahami
maksud satu sama lain dan bahkan secara tidak langsung dapat terjalin komunikasi antar bidaya.

Selain itu, terdapat komunikasi yang sering terjadi terjalin saat melakukan transaksi jual-beli,
seperti saat seorang wanita yang identik dengan berbelanja melakukan kegiatan berbelanja di
salah satu tempat yang biasa menjual oleh-oleh khas arab. Pada saat melakukan hal tesebut
dengan berbeda bahasa, maka akan timbul suatu bentuk komunikasi antarbudaya. Dengan
melakukan transaksi jual-beli kita dapat memahami cara dari pedagang arab dalam menjual
barang dan cara kita untuk dapat membeli. Biasanya mungkin dalam perdagangan yang secara
umum kita lakukan dengan persamaan latar belakang budaya dan bahasa, transaksi jual-beli
tersebut tidak timbul suatu kendala tetapi jika kita harus melakukan transaksi jual-beli dengan
orang yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda, maka hal tersebut
kemungkinan tidak akan berjalan lancar atau mungkin terdapat hambatan dalam melakukannya.
Oleh karena itu, aktivitas haji yang kita lakukan selama ini bukan saja merupakan hal yang hanya
sekadar bentuk dari proses ibadah saja, melainkan juga merupakan salah satu bentuk komunikasi
antarbudaya yang mungkin sama sekali tidak sadari dan ibadah ahji merupakan acara rutin setiap
tahun, walaupun pelakunya setiap tahun berbeda namun komunikasi antarbuadaya akan terus
terlaksana di sana. Secara tidak langsung kita juga sekarang menyadari bahwa ibadah haji
merupakan arena atau tempat yang paling banyak melakukan komunikasi antarbudaya setiap
tahunnya karena secara kuantitas dan frekuensi yang selalu terus terjadi menyebabkan
komunikasi antarbuaday dalam ibadah haji merupakan komunikasi antarbudaya yang terbesar.
Begitu pun misalnya yang terjadi pada umat muslim Indonesia yang melakukan ibadah haji,
mereka secara tidak sadar melakukan juga komunikasi antarbudaya yang terjadi dengan orang
arab. Dengan latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda kedua pelaku komunikasi
antarbudaya ini harus memahami karakteristik latar belakng yang menyebabkan sifat dan
karakter dari orang tersebut.
VI.

Lata belakang budaya bangsa Arab

Saat itu pernah terjadi seorang arab melakukan pembicaraan telepon, kemudian karena suara
yang keluar keras dan menyebabkan semua orang melihat ke arah orang arab tersebut. Pernah
juga terjadi saat tawar menawar yang terjadi antara orang arab dan orang indonesia yang
kemudia orang arab tersebut mengusir orang indonesia, serta kebiasaan orang arab yang suka
melewati bahu orang saat sedang shalat, karena kita mengetahui bahwa postur tubuh bangsa arab
memang besar tetapi selain itu juga kita sadari perilaku orang arab yang kasar. Dijelaskan juga

jika Nabi Muhammad SAW diturunkan ke bumi di atas tanah Arab karena bangsa Arab dikenal
sebagai bangsa yang keras kepala dan kasar, karena itu sudah jelas memang orang arab memiliki
sifat karakter yang keras sejak lama, selain itu letak geografis serta iklim yang membuat orang
arab menjadi pribadi yang keras, karena letak negara ini berada di kawasan gurun pasir serta
ditambah dengan kondisi alam yang gersang dan panas. Sehingga menyebabkan orang arab
memiliki sifat kasar yang terwujud dalam tindakan seperti berbicara keras dan kasar.
Hal ini menyebabkan komunikasi antarbudaya yang terjalin antara orang arab dan orang
indonesia khususnya orang yang berasal dari suku jawa, karena orang yang bersala dari suku
jawa terkenal dengan kehalusannya yang berbeda dengan orang arab.

VII.

Latar belakang orang yang berasal dari suku jawa

Sering kita mendapati orang yang berasal dari suku jawa yang berbicara paling lembut diantar
orang yang berasal dari suku lainnya ynag berada di Indonesia, bukan hanya dalam berbicara
dalam bertindak pun seorang yang berasal dari suku jawa pada umumnya lebih sopan dan santun
daripada suku lain. Hal itu terjadi karena latar belakang budaya dan letak geografis suku jawa
yang menyebabkan orang yang berasal dari suku jawa memiliki pribadi yang lemah lembut baik
dalam berbicara maupun bersikap. Suku jawa umumnya tinggal di daerah pegunungan yang
sejuk dan menyebabkan secara psikologis membuat berprilaku halus dan tidak kasar, serta
budaya mereka yang menjunjung tinggi adat kepercayaan raja-raja yang menyebabkan mereka
tidak bersikap kasar dalam betutur kata atau pun bersikap.
Suku jawa merupakan suku yang paling terkenal dengan kelemah lembutan dibandingkan
dengan suku yang berasal dari Indonesia. Suku jawa hampir di mana pun mereka berada di
wilayah yang ada di Indonesia saja mereka terkenal dengan kehalusan dalam tutur kata maupun
bersikap. Hal itu juga yang selalu melekat pada mereka sebagai ciri dari pembentukan latar
belakang budaya dalam pembentukan pribadi sikap mereka dan hal itu hampir selalu diterapkan
atau mereka tunjukkan dimana pun mereka berada.
VIII. Komunikasi Antarbudaya Yang Terjalin Antara Orang Arab Dan Orang
Indonesia Yang Melakukan Ibadah Haji

Setiap tahun seluruh umat islam di seluruh dunia melakukan ibadah haji dan pergi ke Negara
Arab untuk melakukan ibadah haji. Begitu pun yang dilakukan oleh umat islam yang ada di
Indonesia, setiap tahun mereka pergi ke negara Arab untuk melakukan ibadah haji. Setiap mereka
melakukan ibadah haji, tanpa mereka sadari selain melakukan ibadah haji mereka juga
melakukan komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya yang terjalin antara orang Arab
dan orang Indonesia yang sedang melakukan ibadah haji terkadang tidak dapat berjalan lancar,
masih terdapat kendala dalam berbeda latar belakang budaya dan bahasa. Tidak banyak atau
bahkan hanya sedikit orang arab yang dapat berbahasa inggris. Hal itu juga merupakan suatu
kendala yang harus dihadapi oleh orang arab dan orang indonesia saat saling berkomunikasi.
Komunikasi yang terjadi pun tanpa disadari juga akan menimbulkan pertukaran budaya pada saat
berkomunikasi.
Saat saling berkomunikasi mereka saling bertukar budaya dan mulai memahami karakteristik
antar satu sama lain. Begitu pun saat mereka melakukan kegiatan jual-beli di pasar oleh-oleh,
saat itu terdapat seorang wanita asal indonesia yang ingin membeli barang sebagai oleh-oleh
untuk keluarganya di Indonesia, kemudian wanita tersebut bertanya harga kepada penjual yang
seorang wanita arab, setelah itu wanita arab itu menunjujkan sepuluh jarinya sebanyak dua kali
sebagi bentuk dari harga dua puluh real, kemudian untuk memastikan kembali wanita indonesia
itu menunjukkan kedua tangannya dengan jari sebelah kanan menunjukkan angka dua sedangkan
tangan kirinya menunjukkan angka nol, kemudian wanita arab itu salah mengira dan kemudian
wanita arab tersebut menyuruh wanita indonesia tersebut untuk pergi tetapi kemudian wanita
indonesia tersebut kembali dan setelah komunikasi kembali lagi terjalin akhirnya mereka
mengerti satu sama lain.
Saat pria indonesia yang berasal dari suku jawa sedang melakukan ibadah haji dan sama ingin
melakukan kegiatan berbelanja dan akhirnya tiba di salah satu tempat perbelajaan, kemudian
semua pedagang arab yang ada di tempat tersebut meminta dengan menarik masuk untuk pria
tersebut masuk ke tokonya dan terkadang pria tersebut ditarik secara paksa untuk masuk ke toko
dan untuk melihat barang yang dijual, tetapi saat ada tawa-menawar yang terjadi terkadang
sering terjadi pengusiran paksa yang dilakukan pedagang arab. Komunikasi yang terjadi pun
bukan hanya dalam proses jual beli saja, saat komunikasi yang terjadi pun sering terlihat orang
arab berkomunikasi dengan suara yang lebih keras daripada suara yang dikeluarkan orang suku

jawa yang pelan, jadi saat komunikasi yang terjadi saat orang arab dan orang dari suku jawa
bertemu, baik untuk tujuan informasi, interpretasi, hiburan atau pun ketiga tujuan terebut
terdengar seperti orang arab seperti orang yang sedang marah-marah padahal itu merupakan hal
yang biasa disana. Berbeda dengan lawan bicara orang arab yaitu orang suku jawa yang
berbicara pelan. Sehingga komunikasi yang terjadi apabila salah stu pihak salah menginterpretasi
maka akan terjadi bentuk hambatan komunikasi tetapi jika hambatan komunikasi tersebut diatasi
karena pemahaman budaya masing-masing, maka komunikasi akan berjalan lancar.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai