Anda di halaman 1dari 3

Media Massa Dan Jurnalisme Masa Kini

Dalam video yang ditayangkan di akun youtube watchdoc documentary yang berjudul
"Watchdoc, Junalisme, Hoax". Saya menyimak perjalanan watchdoc sebagai
"alternatif media" di tengah banyaknya bias-bias dalam media massa. Produk-produk
jurnalisme yang dihasilkan oleh watchdoc mampu menarik perhatian masyarakat
khususnya film dokumenter yang diproduksi oleh watchdoc. Watchdoc memberikan
sudut pandang lain dalam menyajikan sebuah peristiwa, kejadian, dan permasalahan
yang terjadi di tengah masyarat yang minim publikasi media. Jurnalisme watchdoc
adalah jurnalisme yang berbeda dengan jurnalisme yang lain. Jurnalisme watchdoc
tetap mempertahankan etika-etika jurnalisme dan menghindari adanya bias dalam
media massa.

Di tengah perkembangan zaman dan teknologi informasi, media massa dan jurnalisme
mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Istilah media baru atau new media
telah digunakan sejak tahun 1960-an dan telah mencakup seperangkat teknologi
komunikasi terapan yang semakin berkembang dan beragam. Menurut Denis
McQuail, ciri utama media baru adalah adanya saling keterhubungan, aksesnya
terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun pengirim pesan,
interaktivitasnya, kegunaan yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya
yang ada di mana-mana.

Lahirnya internet membawa peradaban manusia kepada perilaku hidup yang simple
dan serba cepat. Termasuk dalam pola komunikasi terjadi perubahan yang cukup
signifikan setalah munculnya media baru. Sedikit banyak media baru ini
mempengaruhi cara individu berkomunikasi dengan individu yang lain dan
mempengaruhi cara memperoleh informasi sebagai sebuah kebutuhan. Levy
memandang media baru lebih interaktif dan menciptakan sebuah pemahaman baru
tentang komunikasi pribadi dengan World Wide Web sebagai sebuah lingkungan
informasi yang terbuka, fleksibel dan dinamis, yang memungkinkan manusia
mengembangkan orientasi pengetahuan yang baru dan juga terlibat dalam dunia
demokratis dan pemberian kuasa yang lebih interaktif dan berdasarkan pada kehendak
masyarakat.

Di ranah jurnalisme, internet melahirkan jurnalisme online dan menawarkan saluran


informasi baru berupa media online. Foust mencatat beberapa kekuatan atau potensi
jurnalisme online sebagai sumber informasi utama bagi masyarakat, antara lain:
pertama, audiens bisa lebih leluasa dalam memilih berita yang ingin didapatkannya
(audience control). Kedua, setiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri
(nonlienarity). Ketiga, berita tersimpan dan bisa diakses kembali dengan mudah oleh
masyarakat (storage and retrieval). Keempat, jumlah berita yang disampaikan
menjadi jauh lebih lengkap (unlimited space). Kelima, informasi dapat disampaikan
secara cepat dan langsung kepada masyarakat (immediacy). Keenam, redaksi bisa
menyertakan teks, suara, gambar animasi, foto, video dan komponen lainnya di dalam
berita yang akan diterima oleh masyarakat (multimediacapability). Ketujuh,
memungkinkan adanya interaksi (interactivity).

Namun pesatnya perkembangan jurnalisme online tidak dibarengi dengan hadirnya


standar dan aturan yang mengatur, sehingga muncullah berbagai persoalan. Salah satu
nya adalah persoalan profesionalisme jurnalis online mulai dipertanyakan, sebab
mereka bekerja untuk media online yang lebih mengutamakan kecepatan untuk
mempublikasikan berita dan cenderung menggeser praktik verifikasi kebenaran
informasi itu sendiri. Sehingga banyak kasus-kasus media online di Indonesia justru
menyebarkan informasi yang tidak valid bahkan merugikan salah satu pihak. Dan
praktek verifikasi yang seharusnya pra-publikasi terkadang bergeser menjadi
verifikasi pasca-publikasi, dimana imformasi baru diverifikasi setelah imformasi
dipublikasi. Hal ini lah yang menjadi konsekuensi dari media online yang menuntut
kecepatan. Pada akhirnya sering kali media online menimbulkan chaos dalam
masyarakat karena keliru dalam mengkonsumsi informasi.

Lasica mengatakan bahwa persoalan etika jurnalisme online bisa dikelompokkan ke


dalam tiga kategori. Pertama, pengumpulan berita: jurnalis menghadapi kondisi yang
membutuhkan pertimbangan etis terkait dengan media online, mulai dari reporter
yang menyembunyikan identitasnya di chat room untuk merekam dan mengutip
posting dari bulletin board dan menyebarluaskannya tanpa ijin. Kedua, pelaporan
berita: Internet meningkatkan intensitas kompetisi untuk menjadi yang pertama,
sementara peristiwa masih berkembang dan fakta kunci belum diketahui. Ketiga,
penyajian berita: pemisahan antara kepentingan redaksi dan bisnis media sering kabur
karena tujuan utamanya adalah untuk bertahan hidup atau lebih dominan kepentingan
bisnisnya. Redaksi online menghadapi persoalan iklan dan bisnis yang bisa berakibat
pada kredibilitas dan independensi redaksi.

Etika jurnalisme online sendiri menghadapi banyak dilema, terutama jika mengacu
pada konsep etika jurnalisme tradisional. Media tradisional, berpegang teguh pada
prinsip-prinsip akurasi, verifikasi pra publikasi, keseimbangan, imparsialitas dan gate-
keeping informasi. Sebaliknya, media online lebih mengutamakan hal-hal berupa
kecepatan, transparansi, parsialitas, jurnalis non profesional dan koreksi paska
publikasi, hal tersebut tentunya berimbas pada profesionalitas jurnalisme online itu
sendiri.

Media online memberikan Kemudahan dalam mengakses informasi untuk


masyarakat. Namun dari kemudahan itu media online juga melahirkan sebuah
permasalahan baru yaitu overload of information atau banjir informasi. Meluapnya
informasi atau tsunami informasi dalam jusrnalisme online di media sosial tidak
hanya terkait dengan permasalahan mengenai informasi yang datang saja, namun
keakuratan informasi yang hadir juga semakin lama harus dipertimbangkan kembali.
Sehingga fenomena banjir informasi ini terkadang membawa dampak negatif karena
sering menimbulkan konflik, hoax, ataupun informasi yang tidak bisa dipertamggunh
jawabkan kebenarannya. Terlalu banyaknya informasi ini terjadi karena adanya
kebebasan untuk membuat, mempublikasi, dan menyebarkan informasi melalui
internet.

Pada dasarnya perubahan dan perkembangan teknologi pasti diiringi oleh peluang,
tantangan, dan ancaman, membawa dampak positif dan negatif. Termasuk Pada media
massa dan jurnalisme masa kini, di era digital. Di satu sisi media online memudahkan
untuk mencari informasi namun di sisi lain media online juga menyebabkan
kebanjiran informasi yang berdampak negatif bahkan bisa menimbulkan konflik. Di
satu sisi jurnalisme masa kini juga berkembang dengan adanya jurnalisme online,
tetapi di sisi yang lain jurnalisme mengalami kemunduran karena cenderung
mengabaikan etika-etika jurnalisme.

REFERENSI
Asep S.M. Romli, Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online
(Bandung: Nuansa Cendekia, 2012)

Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Erlangga, 2000)

James C. Foust, Online Journalism: Principles and Practices of News for the Web, 3rd
ed (Scottsdale, Ariz: Holcomb Hathaway, Publishers, 2011)

Stephen W. Littlejohn and Karen A. Foss, Theories of Human Communication, 9th


ed. (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), 413.

Anda mungkin juga menyukai