Anda di halaman 1dari 18

PELUANG DAN TANTANGAN INDONESIA DI MASA YANG AKAN DATANG

Oleh:

Tia Nehemia Manik

Npm:200120090

Semester: I(Satu)
Fakultas: Ekonomi

Dosen Pengampu: Drs.Robinson sipahutar, M.Si

PRODI AKUNTANSI

UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS

MEDAN

T.A. 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nyalah
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.

saya juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Robinson Sipahutar
selaku dosen mata kuliah kewarganegaraan yang sudah memberikan kepercayaan kepada saya
untuk menyelesaikan tugas ini.

Saya sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan juga
wawasan tentang PELUANG DAN TANTANGAN INDONESIA DI MASA YANG AKAN
DATANG
Saya pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan
makalah yang akan saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para
pembaca. saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Desa Pon, 22 Maret 2021

Tia Nehemia Manik

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

1.1.Latar Belakang.......................................................................................................................4

1.2.Rumusan Masalah..................................................................................................................4

1.3.Tujuan....................................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN..............................................................................................................................6

BAB III..........................................................................................................................................18

PENUTUP.....................................................................................................................................18

3.1.Kesimpulan..........................................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu Negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia yang kini
menempati posisi 4 besar dunia yang jumlah penduduknya telah menyentuh angka 250 juta jiwa,
melihat sumber daya manusia yang begitu melimpahnya, menjadi keunggulan tersendiri bagi
dalam tumbuh kembang peradaban suatu bangsa, akan tetapi apabila Indonesia tidak dapat
mengelola sumber daya yang besar tersebut dengan baik, maka siap-siap Indonesia akan
menghadapi masalah yang cukup kompleks.

Namun sebagian besar SDM Indonesia terutama usia produktif  masih banyak belum terjamah
dalam pengelolaan sumber daya, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya usia produktif kini
termakan oleh keadaan yakni dengan tergerusnya arus modernisasi dalam segala bidang, mulai
dari maraknya barang-barang dari luar negeri seperti, barang elektronik, fashion, dan masih
banyak yang lainnya, sehingga membuat masyarakat khusus nya pemuda terlena dan terjebak
dalam gaya hidup konsumtif dan condong kearah hedonis.

Data Kemendikbud terakhir menunjukan jumlah konsumen penduduk Indonesia sebanyak 45


juta dan jumlah penduduk produktif mencapai 53 % dari total populasi, dengan usia produktif
yang sangat melimpah menjadi keunggulan Indonesia dalam mengembangkan potensi sumber-
sumber daya yang ada, sayangnya saat ini sebagian besar usia produktif  Indonesia hanya
berperan sebagai pengguna saja.

Pada tahun 2030, jumlah konsumen akan meningkat menjadi 135 juta dan jumlah penduduk
produktif akan meningkat menjadi 71%.

Pada tahun 2045, bangsa Indonesia akan memperingati 100 Tahun Indonesia merdeka.
Bagaimana nasib bangsa Indonesia pada 100 Tahun Indonesia merdeka? Berdasarkan hasil
analisis ahli ekonomi yang diterbitkan oleh Kemendikbud (2013) bangsa Indonesia akan
mendapat bonus demografi (demographic bonus) sebagai modal Indonesia pada tahun 2045.
Indonesia pada tahun 2030-2045 akan mempunyai usia produktif (15-64 tahun) yang berlimpah.
Inilah yang dimaksud bonus demografi.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belang yang telh diuraikan sebelumnya,rumusan masalah adalah:

1. Bagaimana nasib bangsa Indonesia pada 100 Tahun Indonesia merdeka?


4
2. Bagaimana perbedaan kondisi kependudukan saat ini dan 2045?

3. Apakah tuntutan, kebutuhan, dan tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia di masa
depan?

1.3.Tujuan
Maklah ini bertujuan agar para pembaca dapat mengetahui dan memahami peluang dan
tantangan yang akan dihadapi dimasa yang akan datang menuju 100 tahun bangsa Indonesia
Merdeka.

5
BAB II

PEMBAHASAN
Indonesia sebagai salah satu Negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia yang kini
menempati posisi 4 besar dunia yang jumlah penduduknya telah menyentuh angka 250 juta jiwa,
melihat sumber daya manusia yang begitu melimpahnya, menjadi keunggulan tersendiri bagi
dalam tumbuh kembang peradaban suatu bangsa, akan tetapi apabila Indonesia tidak dapat
mengelola sumber daya yang besar tersebut dengan baik, maka siap-siap Indonesia akan
menghadapi masalah yang cukup kompleks.

Namun sebagian besar SDM Indonesia terutama usia produktif  masih banyak belum terjamah
dalam pengelolaan sumber daya, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya usia produktif kini
termakan oleh keadaan yakni dengan tergerusnya arus modernisasi dalam segala bidang, mulai
dari maraknya barang-barang dari luar negeri seperti, barang elektronik, fashion, dan masih
banyak yang lainnya, sehingga membuat masyarakat khusus nya pemuda terlena dan terjebak
dalam gaya hidup konsumtif dan condong kearah hedonis.

Data Kemendikbud terakhir menunjukan jumlah konsumen penduduk Indonesia sebanyak 45


juta dan jumlah penduduk produktif mencapai 53 % dari total populasi, dengan usia produktif
yang sangat melimpah menjadi keunggulan Indonesia dalam mengembangkan potensi sumber-
sumber daya yang ada, sayangnya saat ini sebagian besar usia produktif  Indonesia hanya
berperan sebagai pengguna saja.

Pada tahun 2030, jumlah konsumen akan meningkat menjadi 135 juta dan jumlah penduduk
produktif akan meningkat menjadi 71%.

Bagaimana perubahan lain akan terjadi pada masa depan Indonesia, khususnya pada Generasi
Emas Indonesia? Pernahkah kita berpikir kedepan, misalnya berapa lama lagi NKRI akan eksis?
Apakah ada jaminan bahwa negara Indonesia dapat eksis untuk 100 tahun lagi, 50 tahun lagi, 20
tahun lagi?

Pada tahun 2045, bangsa Indonesia akan memperingati 100 Tahun Indonesia merdeka.
Bagaimana nasib bangsa Indonesia pada 100 Tahun Indonesia merdeka?

Berdasarkan hasil analisis ahli ekonomi yang diterbitkan oleh Kemendikbud (2013) bangsa
Indonesia akan mendapat bonus demografi (demographic bonus) sebagai modal Indonesia pada
tahun 2045 akan mempunyai usia produktif (15-64 tahun) yang berlimpah.

Inilah yang dimaksud bonus demografi. Bonus demografi ini adalah peluang yang harus
ditangkap dan bangsa Indonesia perlu mempersiapkan untuk mewujudkannya.

Usia produktif akan mampu berproduksi secara optimal apabila dipersiapkan dengan baik dan
benar, tentunya cara yang paling strategis adalah melalui pendidikan.

6
Bagaimana kondisi warga negara pada tahun 2045? Apa tuntutan, kebutuhan, dan tantangan yang
dihadapi oleh negara dan bangsa Indonesia? Benarkah hal ini akan terkait dengan masalah
kewarganegaraan yang akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat Indonesia secara luas

Pada tahun 2045, bangsa Indonesia akan memperingati 100 Tahun Indonesia merdeka.
Bagaimana nasib bangsa Indonesia pada 100 Tahun Indonesia merdeka? Berdasarkan hasil
analisis ahli ekonomi yang diterbitkan oleh Kemendikbud (2013) bangsa Indonesia akan
mendapat bonus demografi (demographic bonus) sebagai modal Indonesia pada tahun 2045.
Indonesia pada tahun 2030-2045 akan mempunyai usia produktif (15-64 tahun) yang berlimpah.
Inilah yang dimaksud bonus demografi. Bonus demografi ini adalah peluang yang harus
ditangkap dan bangsa Indonesia perlu mempersiapkan untuk mewujudkannya. Usia produktif
akan mampu berproduksi secara optimal apabila dipersiapkan dengan baik dan benar, tentunya
cara yang paling strategis adalah melalui pendidikan, termasuk pendidikan kewarganegaraan.
Bagaimana kondisi warga negara pada tahun 2045? Apa tuntutan, kebutuhan, dan tantangan yang
dihadapi oleh negara dan bangsa Indonesia? Benarkah hal ini akan terkait dengan masalah
kewarganegaraan dan berdampak pada kewajiban dan hak warga negara?

Memperhatikan perkembangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di


masa kontemporer, ada pertanyaan radikal yang dilontarkan, seperti “Benarkah bangsa Indonesia
saat ini sudah merdeka dalam makna yang sesungguhnya?”, “Apakah bangsa Indonesia telah
merdeka secara ekonomi?” Pertanyaan seperti ini sering dilontarkan bagaikan bola panas yang
berterbangan. Siapa yang berani menangkap dan mampu menjawab pertanyaan tersebut?
Anehnya, kita telah menyatakan kemerdekaan tahun 1945, namun tidak sedikit rakyat Indonesia
yang menyatakan bahwa bangsa Indonesia belum merdeka. Tampaknya, kemerdekaan belumlah
dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Anda perhatikan perubahan yang terjadi dalam bidang
ekonomi Indonesia pada gambar di bawah ini. Perubahan yang sangat signifikan akan terjadi.
Mari kita identifikasi. Gambar I.9 Ekonomi Indonesia kini dan tahun 2030. Akankah ekonomi
Indonesia yang menjanjikan dapat terwujud pada tahun 2030? Bagaimanakah upaya yang harus
dilakukan?

Menurut data di atas, ekonomi Indonesia sangat menjanjikan walaupun kondisinya saat ini
belum dipahami secara luas. Saat ini, ekonomi Indonesia berada pada urutan 16 besar. Pada
tahun 2030, ekonomi Indonesia akan berada pada urutan 7 besar dunia. Saat ini, jumlah
konsumen sebanyak 45 juta dan jumlah penduduk produktif sebanyak 53%. Pada tahun 2030,
jumlah konsumen akan meningkat menjadi 135 juta dan jumlah penduduk produktif akan
meningkat menjadi 71%. Bagaimana perubahan lain akan terjadi pada masa depan Indonesia,
khususnya pada Generasi Emas Indonesia?

Pernahkah Anda berpikir radikal, misalnya berapa lama lagi NKRI akan eksis? Apakah ada
jaminan bahwa negara Indonesia dapat eksis untuk 100 tahun lagi, 50 tahun lagi, 20 tahun lagi?

7
Atau bagaimana PKN menghadapi tantangan masa depan yang tidak menentu dan tidak ada
kepastian?

Skenario Indonesia 2045 merupakan proyek 'futuristik' Lembaga Ketahanan Nasional


(Lemhanas). Pekan lalu, tepatnya Rabu (27/1/2016) malam, ringkasan proyek yang dikemas
dalam bentuk buku setebal 52 halaman dan berjudul 'Skenario Indonesia 2045, Sketsa Peluang
dan Tantangan Masa Depan' ini dipaparkan di hadapan pemimpin redaksi media massa dan
sejumlah kalangan di kantor Lemhanas, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta.

Acara diawali dengan sambutan Ketua Forum Pemred yang juga Direktur Pemberitaaan Metro
TV Suryopratomo, kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Gubernur Lemhanas Budi Susilo
Soepanji. Paparan soal Skenario Indonesia 2045 disampaikan penulis sekaligus ketua tim riset,
Panutan S Sulendrakusuma.

Panutan memulai pengantar dari sisi substansi. Skenario berbeda dengan visi karena tidak
merujuk kepada apa yang akan terjadi. Juga berbeda dengan rencana karena tidak mengacu
kepada sesuatu yang diupayakan terjadi dan berbeda dengan ramalan karena tidak membicarakan
apa yang dipercaya terjadi di masa depan.

Esensi dari skenario adalah aktor-aktor utama dari sistem sedang berbicara satu sama lain
tentang apa yang telah, sedang, dan perlu terjadi di sistem tersebut serta merumuskan tindakan
bersama," jelas Panutan.
Aktor-aktor utama yang dimaksud adalah kalangan birokrat, politikus, pelaku bisnis, pemuka
masyarakat, dan akademisi. Mereka dianggap mewakili sistem yang tengah bergerak dan
menjadi narasumber dalam riset ini.

Mengapa skenario tahun 2045? Mengapa harus dipaskan dengan usia 100 tahun Indonesia? Ini
soal momentum dan pilihan saja karena skenario sebetulnya bisa dilakukan tahun-tahun lainnya.

Ada 4 skenario yang disarikan dari wawancara dengan aktor-aktor utama dan Focus Group
Discussion (FGD) di 5 universitas di luar Jawa. Yakni skenario mata air, skenario sungai,
skenario kepulauan, skenario air terjun. Hanya skenario pertama yang dipaparkan dalam bentuk
video karena keterbatasan waktu.

"Indonesia di tahun 2005 diisi oleh generasi baru yang mempunyai pandangan berbeda dengan
generasi pendahulunya. Saat itu, generasi Z telah matang dan dominan," jelas Panutan usai
pemutaran video.

Generasi Z adalah orang-orang yang lahir pada rentang waktu 1995-2010. Mereka sangat melek
teknologi, sebab sejak kecil sudah mengutak-atik gadget dan akrab dengan media sosial.

8
Hubungan atau komunikasi mereka intens dengan bantuan internet.

"Menurut generasi ini, mempertahankan NKRI harus lebih didasarkan pada prinsip integrasi
fungsional dibandingkan integrasi historis. Kalau (daerah) untung tetap bergabung, kalau tidak
mengapa tidak memisahkan diri," jelas Panutan yang juga pengajar di Lemhanas ini.

Tahun 2045, kebijakan publik masih diwarnai percampuran kepentingan bisnis dan politik.
Akibatnya suhu politik sering meningkat. Di tingkat daerah, kualitas institusi dan sumber daya
manusia belum merata. Ujungnya, tak hanya soal korupsi, tapi juga gesekan antara pendatang
dan putra daerah karena berebut akses ekonomi.

"Ketimpangan antar daerah juga masih terjadi, sehingga aspirasi memisahkan diri (dari NKRI)
kadang-kadang masih terdengar," urai Panutan.

Usai paparan, beragam tanggapan bermunculan, baik dari kalangan pemimpin redaksi,
Lemhanas, dan akademisi. Ada yang menguraikan fenomena-fenomena mutakhir seputar
teknologi dan kemungkinannya di masa depan. Ada yang mengusulkan beberapa tindakan
konkret agar masa depan jauh lebih lebih baik dibanding skenario. Nah ada juga yang
membayangkan kondisi ekstrem: Indonesia bakal tidak ada di tahun 2045!

Diskusi hangat terjadi di malam yang dingin karena di luar ruangan gerimis mengguyur. Setelah
2 jam diskusi, acara ditutup dengan optimisme: masa depan Indonesia masih cerah meski ada
berbagai masalah.

Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda memiliki kekhawatiran atau bayangan indah tentang
masa depan? Apa yang Anda bayangkan di tahun 2045?

ISU kependudukan dan keluarga menjadi urgen diangkat karena ada tiga hari besar yang
berdekatan. Peringatan Hari Keluarga Nasional XXIV pada 29 Juni 2017 memiliki tema Dengan
Hari Keluarga Nasional, kita bangun karakter bangsa melalui keluarga yang berketahanan. Hari
Kependudukan Sedunia pada 11 Juli 2017 dirayakan dengan tema yang juga bernuansa keluarga,
yakni Keluarga Berencana, memberdayakan penduduk, dan membangun bangsa.

Apalagi menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 2017, perlu perenungan
kemajuan dua isu itu setelah 100 tahun merdeka dari 1945 hingga 2045. Pada tahun ini, jumlah
penduduk Indonesia diperkirakan menembus 265 juta jiwa, lebih besar bila dibandingkan dengan
negara berkembang lain.

Menurut BPS, Indonesia mengalami stagnasi angka kelahiran total sejak 2002 hingga 2012 pada
angka 2,6 anak per wanita. Laju pertumbuhan penduduk per tahun masih lebih tinggi, yaitu
1,49% per tahun, dari perkiraan 1,45% per tahun. Karena itu, pemerintah berjuang menurunkan
9
angka kelahiran penduduk secara total (total fertility rate) melalui program KB. “Penduduk
makin padat memengaruhi daya dukung dan daya tampung lingkungan. Fenomena alih fungsi
lahan makin gencar terjadi. Lahan sawah atau kebun di perdesaan perlahan berubah menjadi
permukiman. Dampaknya, kawasan hutan ditebangi untuk lahan garapan baru,” tutur Surya
Chandra Surapaty, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Bagaimana proyeksi pada 2045? Pada tahun tersebut, penduduk Indonesia diperkirakan
mencapai 318 juta jiwa dengan asumsi angka kelahiran dapat ditekan secara moderat. Angka
kelahiran ditargetkan 1,93 anak per wanita. Ini menandakan slogan 2 anak diterima warga.
Indeks kesetaraan gender pun diharapkan mencapai angka yang baik.

Proporsi penduduk usia produktif 15-64 tahun pada 2045 sebagai modal prasyarat bonus
demografi sebesar 66,6%. Sebetulnya hal tersebut telah melewati puncak bonus demografi
karena proporsi penduduk usia produktif tertinggi terjadi pada periode 2028-2031 sebesar 67,9%.
Berdasarkan pendekatan siklus kehidupan, janin yang lahir tahun ini--termasuk bayi dan balita-
menjadi kohor penduduk berusia antara 28-33 tahun pada 2045 alias usia kerja produktif. Status
kesehatan dan gizi mereka harus dipersiapkan dengan baik sejak sekarang melalui pengasuhan
tumbuh kembang anak yang memadai. Anak usia sekolah 7-19 tahun pada 2017 akan menjadi
kohor penduduk usia 35 sampai 47 tahun pada 2045. Kelompok ini menguasai pasar kerja
Indonesia nanti. “Itu berarti kelompok kohor harus dibekali pendidikan, pengetahuan,
keterampilan yang andal, serta ditanamkan jiwa kewirausahaan agar kelak mampu mencetak
lapangan kerja secara mandiri,” papar Surya.

Revolusi mental Penduduk angkatan kerja pada 2017 akan menjadi kohor penduduk lanjut usia
(lansia) di 2045. Para orang tua ini punya tanggung jawab menanamkan nilai luhur Pancasila
berbasis keluarga. Penduduk usia produktif saat ini juga perlu meningkatkan kualitas diri. Bila
lansia masih mampu berkontribusi secara ekonomi, bukan tidak mungkin Indonesia kembali
mengalami bonus demografi tahap kedua. Selain pendidikan formal, generasi kita tetap harus
dibentengi dengan tatanan budi pekerti sebagai warga negara Indonesia yang baik. Nilai-nilai
Pancasila harus menjadi landasan berpikir, bersikap, dan berperilaku sehari-hari.

Hal ini dituangkan melalui semangat revolusi mental yang dapat diaplikasikan secara sederhana
dalam keseharian, yaitu integritas, etos kerja, dan gotong royong. “Harus diakui bahwa nilainilai
tersebut terbukti paling efektif diterapkan di keluarga. Contoh paling marak saat ini, nilai
kejujuran dalam menangkal bibit perilaku korupsi harus ditanamkan sejak usia dini. Cara paling
efektif yaitu orangtua memberikan keteladanan kejujuran secara nyata,” tandas Surya.

Hari Kependudukan Sedunia 11 Juli 2017 diperingati dengan tema ”Keluarga Berencana,
Memberdayakan Penduduk, dan Membangun Bangsa”. Tema ini seiring dengan Hari Keluarga

10
Nasional XXIV pada 29 Juni 2017, ”Dengan Hari Keluarga Nasional, Kita Bangun Karakter
Bangsa Melalui Keluarga yang Berketahanan”.

Kedua peringatan ini menandakan pentingnya isu kependudukan dan keluarga di Indonesia.
Menjelang hari kemerdekaan 17 Agustus 2017, isu kependudukan dan keluarga perlu
direnungkan transformasinya saat 100 tahun Indonesia merdeka, 2045. Adakah perubahan sosial
yang bermakna? Manakah capaian yang baik? Mana pula yang masih perlu dibenahi?

Indonesia merupakan negara peringkat keempat penduduk terbanyak sedunia setelah China,
India, dan Amerika Serikat. Tahun 2017, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan menembus
265 juta jiwa, lebih besar ketimbang negara berkembang lain. Menurut data BPS, Indonesia
mengalami stagnasi angka kelahiran total sejak 2002 hingga 2012 pada angka 2,6 anak per
wanita. Laju pertumbuhan penduduk (LPP) per tahun juga lebih tinggi dari harapan, 1,49 persen
per tahun, dari perkiraan 1,45 persen per tahun. Oleh karena itu, pemerintah terus berjuang
menurunkan angka kelahiran penduduk total (total fertility rate) melalui program KB.

Kepadatan penduduk memengaruhi daya dukung dan daya tampung lingkungan. Fenomena alih
fungsi lahan makin gencar terjadi, baik di perdesaan maupun di perkotaan. Lahan sawah atau
kebun terdesak oleh makin banyaknya jumlah penduduk, perlahan menjadi permukiman warga.
Dampaknya, kawasan hutan pun dirambah untuk lahan garapan baru.

Data menunjukkan laju degradasi hutan tropis di Kalimantan sejak 1950 hingga sekarang telah
memusnahkan 65 persen lahan hutan di sana. Dengan tingginya laju perusakan lingkungan ini,
tidak heran apabila banyak musibah bencana alam, seperti tanah longsor di Ponorogo, Jawa
Timur, atau banjir bandang di Sumatera Barat pada awal tahun ini. Semua akibat alih fungsi
lahan yang tidak terkendali yang merusak ekosistem alami.

Kondisi kependudukan

Bagaimana perbedaan kondisi kependudukan saat ini dan 2045? Tahun 2045, jumlah penduduk
Indonesia diproyeksikan 318 juta jiwa dengan asumsi angka kelahiran dapat ditekan moderat.
Angka kelahiran total penduduk diproyeksikan 1,93 anak per wanita, menandakan slogan ”2
anak cukup” sudah berhasil diterima oleh masyarakat. Indeks kesetaraan jender mencapai angka
11
yang baik karena masyarakat tidak membedakan anak lelaki dan perempuan, yang penting
mempersiapkan masa depannya dengan baik.

Proporsi penduduk usia produktif 15-64 tahun pada 2045 sebagai modal prasyarat bonus
demografi tercapai 66,6 persen. Meskipun angka tahun 2045 sebetulnya telah melewati tahapan
era jendela kesempatan (window of opportunity) sebagai titik puncak bonus demografi, di mana
proporsi penduduk usia produktif tertinggi terjadi pada era sebelumnya, 2028-2031, sebesar 67,9
persen. Puncak bonus demografi ini masih memerlukan prasyarat penyediaan lapangan kerja
bagi proporsi angkatan kerja yang besar itu, jangan sampai timbul angka pengangguran yang
tinggi.

Gambaran penduduk tahun 2045 tidak hanya dilihat secara kuantitas belaka, tetapi juga kualitas.
Selain status kesehatan yang semakin membaik, ditandai usia harapan hidup sejak lahir yang
meningkat sekitar 71,0 tahun untuk pria dan 74,8 tahun bagi wanita, serta terus meningkatnya
proporsi lansia usia 60 tahun ke atas: 15 persen dari total populasi 2045.

Dengan semakin rendahnya tingkat kelahiran penduduk, perhatian terhadap kualitas penduduk
juga makin meningkat. Era Indonesia Emas tahun 2045 tinggal 28 tahun. Apakah artinya ini?
Berdasarkan pendekatan siklus kehidupan (life cycle), janin yang akan lahir tahun ini (termasuk
bayi dan anak balita) adalah kohor penduduk berusia 28-33 tahun pada 2045 menjadi penduduk
usia kerja produktif. Mereka harus dipersiapkan kesehatan dan gizinya dengan baik sejak
sekarang melalui pengasuhan tumbuh kembang anak yang memadai.

Anak usia sekolah 7-19 tahun pada 2021 ini akan menjadi kohor penduduk usia 35 sampai 47
tahun pada 2045, yaitu kelompok yang menguasai pasar kerja Indonesia. Kelompok usia inilah
yang berada pada puncak kinerja yang tertinggi saat itu sesuai tahapan usia manusia. Berarti
terhadap kelompok kohor ini dari sekarang harus dibekali pendidikan pengetahuan dan
keterampilan yang andal, ditanamkan jiwa kewirausahaan agar kelak dapat mencetak lapangan
kerja secara mandiri, serta penanaman ajaran budi pekerti melalui revolusi mental. Di samping
pendidikan akademis untuk penguasaan iptek, semangat wirausaha harus dilecut agar kelak
menjadi tenaga kerja mandiri.

Penduduk dewasa atau angkatan kerja produktif tahun 2017, berusia 25-60 tahun, adalah juga
para orangtua yang saat ini sedang mendidik dan membesarkan putra-putrinya. Penduduk ini
juga nantinya akan menjadi kohor penduduk lansia 2045. Di pundak para orangtua inilah
tanggung jawab mengajarkan dan menanamkan nilai luhur Pancasila. Berhasil tidaknya
mencetak generasi penerus Indonesia 2045 ditentukan oleh para orangtua pada masa sekarang.
Apabila saat ini mereka masih berperilaku tidak jujur, berbohong, atau ingkar janji, tidak usah
heran jika kelak, 2045, masih dijumpai kasus korupsi.

Penduduk usia produktif saat ini, yang akan menjadi lansia tahun 2045, juga perlu meningkatkan
kualitas diri. Menjadi lansia tangguh adalah harapan semua orang, yaitu sehat, bermartabat,
berkontribusi, dan memberi arti bagi masyarakat sekitar, serta berdaya secara mandiri. Apabila
12
lansia secara umum masih mampu berkontribusi secara ekonomi, bukan tidak mungkin Indonesia
kembali mengalami bonus demografi tahap kedua (second phase of demographic dividend).

Tingkat keluarga

Gambaran kependudukan Indonesia tersebut perlu ditelaah secara lebih mendalam pada unit
masyarakat yang lebih mikro, yakni tingkat keluarga. Pemanfaatan hasil pendataan keluarga di
Indonesia sangat penting untuk memberikan gambaran dinamika kependudukan pada tingkat
keluarga, terutama apabila dikaitkan pendekatan siklus kehidupan (life cycle) antar-anggota
keluarga itu sendiri. Banyak informasi berharga dari pendataan keluarga yang akan
membandingkan situasi keluarga Indonesia saat ini dengan tahun 2045, di samping bermanfaat
bagi perencanaan program intervensi.

Selain pendidikan formal, generasi kita tetap harus dibentengi tatanan budi pekerti sebagai warga
negara Indonesia yang baik. Nilai-nilai Pancasila harus menjadi landasan berpikir, bersikap, dan
berperilaku dalam hidup sehari-hari. Hal ini dapat dituangkan dalam semangat revolusi mental,
yang oleh Bung Karno diartikan sebagai ”gerakan menggembleng manusia Indonesia dengan
cara mengubah nilai, keyakinan, pola pikir, tingkah laku dan budaya, agar menjadi manusia baru
yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, dan berjiwa api yang menyala-
nyala”.

Revolusi mental dijabarkan dalam tiga nilai utama karakter manusia Indonesia, yang dapat
diaplikasikan dalam keseharian, yaitu nilai integritas, etos kerja, dan gotong royong.

Integritas dikaitkan dengan perilaku jujur, dapat dipercaya, konsisten antara pikiran dan
perkataan serta perbuatan, dan bertanggung jawab. Adapun etos kerja berkaitan dengan sifat
pekerja keras, kerja cerdas, inovatif, produktif, tahan banting, dan selalu optimistis. Sementara
nilai gotong royong dikonotasikan dengan kemampuan bekerja sama, solidaritas komunal, serta
mengutamakan kemaslahatan umum.

Harus diakui, pada tingkat paling mikro, nilai-nilai itu terbukti paling efektif diterapkan di
lingkungan keluarga. Sebagai contoh yang paling marak saat ini, seperti nilai kejujuran dalam
menangkal bibit perilaku korupsi, harus ditanamkan sejak usia dini dan paling efektif jika
orangtua di dalam keluarga memberikan contoh teladan kejujuran secara nyata. Peran keluarga
sangat menentukan sebagai wahana pertama dan utama dalam menyemai nilai dan norma yang
baik dalam pembangunan masyarakat dan bangsa.

Kontribusi dalam pembangunan itu harus secara merata dan berkeadilan agar hasilnya juga dapat
dinikmati oleh seluruh penduduk NKRI, dari Sabang hingga Merauke. Dari segi mobilitas, saat
ini persebaran penduduk Indonesia masih timpang. Pulau Jawa yang luasnya hanya 7 persen dari
wilayah Indonesia didiami oleh 58 persen penduduk Indonesia.

13
Dari sisi kepadatan penduduk, negeri kita mengalami disparitas distribusi, dari provinsi Papua
yang hanya 8 jiwa manusia per kilometer persegi hingga provinsi DKI Jakarta yang mencapai
17.000 jiwa manusia per kilometer persegi. Pola distribusi penduduk antarpulau besar di
Indonesia cenderung tidak banyak berubah.

Data Sensus Penduduk yang terakhir tahun 2010, sebesar 1 persen penduduk di Pulau Jawa
”berpindah” ke Sumatera yang menjadi 21 persen. Selebihnya, persentase distribusi penduduk di
pulau yang lain tetap sama. Sulawesi 7 persen, Kalimantan 5 persen, Bali dan Nusa Tenggara 5
persen, serta Maluku dan Papua 2 persen.

Kondisi distribusi penduduk yang timpang ini sedang dicarikan solusinya. Pemerintah saat ini
giat membangun jalur transportasi yang membelah pedalaman Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Jalur tol laut juga sedang digarap untuk membangun konektivitas antarwilayah dan kepulauan
sehingga arus mobilitas manusia serta komoditas barang dan jasa lebih lancar. Dengan demikian,
denyut nadi perekonomian tidak hanya didominasi Jawa. Apabila pertumbuhan ekonomi telah
merata se-Indonesia, pada 2045 distribusi penduduk antarpulau besar di Indonesia diharapkan
semakin merata.

Dengan wacana kontemplasi memperingati tiga momentum besar: Hari Keluarga Nasional 29
Juni, Hari Kependudukan Sedunia 11 Juli, dan Hari Kemerdekaan 17 Agustus, apa sajakah
pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan? Pemerintah tidak akan mampu berjalan sendiri,
tetapi harus bergandengan tangan dengan pemerintah daerah, elemen masyarakat dan sektor
swasta, serta akademisi demi mencapai target harapan yang diinginkan tentang penduduk
Indonesia ideal tahun 2045.

Tidak hanya pemerintah, masyarakat pun dituntut peran dan tanggung jawabnya secara kolektif
bahwa terwujudnya generasi penerus bangsa yang bersih dan andal sangat ditentukan oleh pola
asuh dan perhatian dari para orangtua di setiap keluarga melalui pembentukan karakter manusia
dengan revolusi mental. Bahwa segala investasi dan peneladanan para orangtua saat ini, akan
memetik hasil saat generasi penerus kita tahun 2045 nanti, menampilkan karakter dan kualitas
mereka, demi membawa negeri ini menuju kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.

Apakah tuntutan, kebutuhan, dan tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia di masa depan?
Bagaimana Anda dapat memprediksi kondisi 21 Indonesia di masa depan? Apa gagasan berupa
pemikiran hasil analisis Anda untuk masa depan? Anda masukkan indikator-indikator berupa
fakta
dan peristiwa yang mungkin akan terjadi dalam pendidikan kewarganegaraan.

      Pada tahun 2045, bangsa Indonesia akan memperingati 100 Tahun Indonesia merdeka.
Bagaimana nasib bangsa Indonesia pada 100 Tahun Indonesia merdeka? Berdasarkan hasil
analisis ahli ekonomi yang diterbitkan oleh Kemendikbud (2013) bangsa Indonesia akan

14
mendapat bonus demografi (demographic bonus) sebagai modal Indonesia pada tahun 2045
(Lihat gambar tabel di bawah). Indonesia pada tahun 2030- 2045 akan mempunyai usia produktif
(15-64 tahun) yang berlimpah. Inilah yang dimaksud bonus demografi. Bonus demografi ini
adalah peluang yang harus ditangkap dan bangsa Indonesia perlu mempersiapkan untuk
mewujudkannya. Usia produktif akan mampu berproduksi secara optimal apabila dipersiapkan
dengan baik dan benar, tentunya cara yang paling strategis adalah melalui pendidikan, termasuk
pendidikan kewarganegaraan. Bagaimana kondisi warga negara pada tahun 2045? Apa tuntutan,
kebutuhan, dan tantangan yang dihadapi oleh negara dan bangsa Indonesia? Benarkah hal ini
akan terkait dengan masalah kewarganegaraan dan berdampak pada kewajiban dan hak warga
negara?

      Ekonomi Indonesia sangat menjanjikan walaupun kondisinya saat ini belum dipahami secara
luas. Saat ini, ekonomi Indonesia berada pada urutan 16 besar. Pada tahun 2030, ekonomi
Indonesia akan
berada pada urutan 7 besar dunia. Saat ini, jumlah konsumen sebanyak 45 23 juta dan jumlah
penduduk produktif sebanyak 53%. Pada tahun 2030, jumlah konsumen akan meningkat menjadi
135 juta dan jumlah penduduk produktif akan meningkat menjadi 71%.

      Nasib sebuah bangsa tidak ditentukan oleh bangsa lain, melainkan sangat tergantung pada
kemampuan bangsa sendiri. Apakah Indonesia akan berjaya menjadi negara yang adil dan
makmur di masa depan? Indonesia akan menjadi bangsa yang bermartabat dan dihormati oleh
bangsa lain Semuanya sangat tergantung kepada bangsa Indonesia.

      Demikian pula untuk masa depan PKn sangat ditentukan oleh eksistensi konstitusi negara
dan bangsa Indonesia. PKn akan sangat dipengaruhi oleh konstitusi yang berlaku dan
perkembangan tuntutan kemajuan bangsa. Bahkan yang lebih penting lagi, akan sangat
ditentukan oleh pelaksanaan
konstitusi yang berlaku.

      Untuk memahami pendidikan kewarganegaraan di Indonesia, pengkajian dapat dilakukan


secara historis, sosiologis, dan politis. Secara historis, pendidikan kewarganegaraan dalam arti
substansi telah dimulai jauh sebelum Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka.
Dalam sejarah kebangsaan Indonesia, berdirinya organisasi Boedi Oetomo tahun 1908 disepakati
sebagai Hari Kebangkitan Nasional karena pada saat itulah dalam diri bangsa Indonesia mulai
tumbuh kesadaran sebagai bangsa walaupun belum menamakan Indonesia. Setelah berdiri Boedi
Oetomo, berdiri pula organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan lain seperti Syarikat Islam,
Muhammadiyah, Indische Party, PSII, PKI, NU, dan organisasi lainnya yang tujuan akhirnya
ingin melepaskan diri dari penjajahan Belanda. Pada tahun 1928, para pemuda yang berasal dari
wilayah Nusantara berikrar menyatakan diri sebagai bangsa Indonesia, bertanah air,
dan berbahasa persatuan bahasa Indonesia.

15
      Pada tahun 1930-an, organisasi kebangsaan baik yang berjuang secara terang-terangan
maupun diam-diam, baik di dalam negeri maupun di luar negeri tumbuh bagaikan jamur di
musim hujan. Secara umum, organisasiorganisasi tersebut bergerak dan bertujuan membangun
rasa kebangsaan
dan mencita-citakan Indonesia merdeka. Indonesia sebagai negara merdeka yang dicita-citakan
adalah negara yang mandiri yang lepas dari penjajahan dan ketergantungan terhadap kekuatan
asing. Inilah cita-cita yang dapat dikaji dari karya para Pendiri Negara-Bangsa (Soekarno dan
Hatta).

      Akhirnya Indonesia merdeka setelah melalui perjuangan panjang, pengorbanan jiwa dan
raga, pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno dan Hatta, atas nama bangsa Indonesia
menyatakan kemerdekaan Indonesia.

      Dari penyataan ini tampak bahwa proses perjuangan untuk menjaga eksistensi negara-
bangsa, mencapai tujuan nasional sesuai cita-cita para pendiri negara-bangsa (the founding
fathers), belumlah selesai bahkan masih panjang. Oleh karena itu, diperlukan adanya proses
pendidikan dan pembelajaran bagi warga negara yang dapat memelihara semangat perjuangan
kemerdekaan, rasa kebangsaan, dan cinta tanah air.

     PKN pada saat permulaan atau awal kemerdekaan lebih banyak dilakukan pada tataran sosial
kultural dan dilakukan oleh para pemimpin negara bangsa. Dalam pidato-pidatonya, para
pemimpin mengajak seluruh rakyat untuk mencintai tanah air dan bangsa Indonesia. Seluruh
pemimpin bangsa
membakar semangat rakyat untuk mengusir penjajah yang hendak kembali menguasai dan
menduduki Indonesia yang telah dinyatakan merdeka. Pidato-pidato dan ceramah-ceramah yang
dilakukan oleh para pejuang, serta kyai-kyai di pondok pesantren yang mengajak umat berjuang
mempertahankan tanah air merupakan PKn dalam dimensi sosial kultural. Inilah sumber PKn
dari aspek sosiologis. PKn dalam dimensi sosiologis sangat diperlukan oleh masyarakat dan
akhirnya negara-bangsa untuk menjaga, memelihara, dan mempertahankan eksistensi negara-
bangsa.

      Secara politis, pendidikan kewarganegaraan mulai dikenal dalam pendidikan sekolah dapat
digali dari dokumen kurikulum sejak tahun 1957 sebagaimana dapat diidentifikasi dari
pernyataan Somantri (1972) bahwa pada masa Orde Lama mulai dikenal istilah: (1)
Kewarganegaraan (1957); (2) Civics (1962); dan (3) Pendidikan Kewargaan Negara (1968). Pada
masa awal Orde Lama sekitar tahun 1957, isi mata pelajaran PKn membahas cara pemerolehan
dan kehilangan kewarganegaraan, sedangkan dalam Civics (1961) lebih banyak membahas
tentang sejarah Kebangkitan Nasional, UUD, pidato-pidato politik kenegaraan yang terutama
diarahkan untuk "nation and character building” bangsa Indonesia.

16
     Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa secara historis, PKn di Indonesia senantiasa
mengalami perubahan baik istilah maupun substansi sesuai dengan perkembangan peraturan
perundangan, iptek, perubahan masyarakat, dan tantangan global. Secara sosiologis, PKn
Indonesia sudah sewajarnya mengalami perubahan mengikuti perubahan yang terjadi di
masyarakat. Secara politis, PKn Indonesia akan terus mengalami perubahan sejalan dengan
perubahan sistem ketatanegaraan dan pemerintahan, terutama perubahan konstitusi.

BAB III

PENUTUP

17
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis ahli ekonomi yang diterbitkan oleh Kemendikbud (2013) bangsa
Indonesia akan mendapat bonus demografi (demographic bonus) sebagai modal Indonesia pada
tahun 2045 akan mempunyai usia produktif (15-64 tahun) yang berlimpah.

Tahun 2045, kebijakan publik masih diwarnai percampuran kepentingan bisnis dan politik.
Akibatnya suhu politik sering meningkat. Di tingkat daerah, kualitas institusi dan sumber daya
manusia belum merata. Ujungnya, tak hanya soal korupsi, tapi juga gesekan antara pendatang
dan putra daerah karena berebut akses ekonomi.

18

Anda mungkin juga menyukai