Sedangkan contoh perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yaitu melanggar
aturan yang ada dikelas dan dikampus,tidak memperhatikan materi yang sedang dijelaskan dosen
dan tidak menghormati dosen,melakukan tindak anarkis antara teman seangkatan maupun yang
tidak seangkatan,melakukan deskriminasi dan tindak bullying(perundungan) kepada teman sekelas
yang berbeda latar belakang RAS,dll.
2)Bagaimana menurut saudara menjadi seorang yang Pancasilais itu? (sesuai dengan
program studi masing-masing). Contoh: “Bagaimana menjadi seorang perawat yang
Pancasilais, guru yang Pancasilais, dokter yang Pancasilais, ahli ekonomi yang Pancasilais
dsb?”
Jawab: karena saya dipersiapkan menjadi pengajar maka yang paling penting itu harus memiliki
kesadaran dalam diri akan nilai-nilai Pancasila dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari,seperti saat melaksanakan kewajiban sebagai pengajar saat menjelaskan
materi pelajaran tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan tidak melakukan tindak
kekerasan asusila dan tindak anarkis kepada siswa,tidak melakukan deskriminasi kepada siswa,tidak
merasa selalu benar dan mau menerima masukan dan saran dari siswa,mengajar dengan semaksimal
mungkin,disiplin, dan tidak korupsi waktu yang merugikan siswa,jika telah diimplementasikan nilai-
nilai Pancasila itu barulah dapat dikatakan pengajar(guru)yang berjiwa pancasialis.
Pada Sidang pertama BPUKI beberapa tokoh yang menyampai-kan pidatonya sebagai berikut:
a) Tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muh. Yamin.
b) Tanggal 31 Mei 1945, Prof. Mr. Prof. Soepomo.
c) Tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno.
Pada Sidang Kedua BPUPKI (10-16 Juli 1945) ada beberapa hal penting yang diputuskan yaitu
pertama, bentuk negara Indonesia adalah Republik (10 Juli 1945), kedua luas wilayah yang
disepakati adalah wilayah Hindia Belanda ditambah dengan Malaya, Borneo Utara (Borneo Inggris),
Irian Timur, Timor Portugis. Jadi waktu itu angan-angan sebagian besar anggota Badan Penyelidik
adalah menghendaki Indonesia Raya yang sesungguhnya mempersatukan semua kepulauan Indonesia
yang pada bulan Juli 1945 itu sebagian besar wilayah Indonesia kecuali Irian, Tarakan, dan Morotai
yang masih dikuasai Jepang (Kaelan, 2013).
Selain itu ada keputusan dalam sidang kedua BPUPKI yakni membentuk tiga panitia kecil yang
membahas tiga hal yaitu:
1) Panitia Perancang Undang-undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno.
2) Panitia Ekonomi dan Keuangan yang diketuai oleh Drs. Moh. Hatta.
3) Panitia Pembelaan Tanah Air yang diketuai oleh Abikusno Tjokrosoejoso (Kaelan, 2013).
Pada fase selanjutnya dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesi (PPKI) atau
Dokuritsu Zyunbi Iinkai pada pertengahan bulan Agustus 1945 untuk mengesahkan berbagai
keputusan dalam Sidang BPUPKI, dengan kata lain PPKI merupakan eksekutor dari keputusan dalam
sidang BPUPKI. PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno dan Wakil Ketua Moh. Hatta.
Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia 9 membentuk Piagam Jakarta yang di dalamnya tercantum
rumusan Pancasila. Pada masa Sidang II BPUPKI Ir. Soekarno selaku ketua panitia 9 mengusulkan
agar Piagam Jakarta ditetapkan menjadi dasar negara. Setelah dibahas secara alot akhirnya disetujui
rumusan Pancasila yang tercantum dalam Piagam Jakarta secara aklamasi diterima Piagam Jakarta
akan dijadikan dasar Negara Republik Indonesia yang pengesahannya dilakukan dalam sidang pleno
BPUPKI tanggal 14 Juli 1945.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 rumusan Pancasila yang terdapat dalam Piagam Jakarta itu tidak
jadi ditetapkan oleh PPKI menjadi dasar Negara Republik Indonesia karena terjadi perubahan sila
pertama Piagam Jakarta yang berbunyi Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Setelah mengalami perubahan
maka rumusan yang dihasilkan atau disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945 resmi menjadi
dasar Negara Republik Indonesia. Selanjutnya diperkuat lagi sejak pemberlakuannya sampai sekarang
setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden Soekarno tanggal 5 Juli 1959 sebagai dasar berlakunya
kembali UUD 1945.
1.bagi penerus bangsa janganlah sampai merusak bangsa ini,bisa menjaga martabat bangsa.
3)Bagaimana fungsi Pancasila sebagai filter bagi warga negara Indonesia dalam menghadapi era
kemajuan teknologi informasi komunikasi dan tranportasi ?
Jawab:Pancasila harus menjadi ideologi yang mampu melintasi berbagai perkembangan yang dialami
masyarakat Nusantara akibat dari kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini. Pancasila
harus dapat menjadi solusi dari berbagai kiris yang terjadi, nilai-nilai dasar Pancasila harus mampu
memiliki sifat aktual dengan berbagai kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga
Pancasila menjadi sebuah ideologi yang terus menjadi pijakan utama di tengah perubahan. Oleh
karena itu, kebenaran nilai-nilai Pancasila harus benar-benar dimengerti dan dipahami oleh setiap
warga negara Indonesia agar nilai-nilai Pancasila dapat terus diyakini dan diamalkan oleh warga
negara Indonesia yang pada akhirnya merupakan proses penjagaan bagi keberlangsungan ideologi.
Penjagaan ideologi merupakan juga penjagaan atas keberlangsungan dan eksistensi dari negara
Indonesia.Jangan sampai rakyat indonesia terseret kearus kemajuan teknologi tanpa bisa
memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut sebaik mungkin sehingga memberikan dampak negatif
dan menggangu integrasi bangsa indonesia.
5) Jelaskan Pancasila sebagai kristalisasi nilai yang dianut dan diakui kebenaran oleh masyarakat
Indonesia ?
Jawab: Pancasila merupakan nilai dasar yang menjadi pijakan bagi seluruh warga negara Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila menjadi nilai perekat dari keberagaman yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia agar Negara Kesatauan Republik Indonesia tetap bertahan di tengah arus globalisasi
yang menurut beberapa ahli sangat mempengaruhi eksistensi negara bangsa (nation state).
Pancasila merupakan cita-cita bangsa Indonesia yang harus tetap dipertahankan di masa yang
akan datang. Nilai-nilai Pancasila harus tetap dapat diwariskan sebagai langkah estafet mewariskan
negara kebangsaan Indonesia. Kegagalan mewariskan Pancasila merupakan kegagalan
mempertahankan keutuhan NKRI. Oleh karena itu, sistem pendidikan di Indonesia harus mampu
menghasilkan warga negara yang Pancasilais, yang meyakini kebenaran nilai-nilai Pancasila.
6)