Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji
ketahanannya dalam era reformasi sekarang. Merekahnya
matahari bulan Juni 1945, 71 tahun yang lalu disambut dengan
lahirnya sebuah konsepsi kenegaraan yang sangat bersejarah
bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila.
Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang
merumuskannya. Pancasila memang merupakan karunia terbesar
dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-star bagi segenap
bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai
pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai
alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai
pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-
hari, dan yang jelas tadi telah diungkapkan sebagai dasar serta
falsafah negara Republik Indonesia.
Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat
Indonesia, terkecuali bagi mereka yang tidak Pancasilais.
Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945
bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila
yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah
satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil
dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Dan kelima, Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh kuat,
tidak mudah terombang-ambing oleh kerasnya persoalan hidup
berbangsa dan bernegara, sudah barang tentu perlu memiliki
dasar negara dan ideologi negara yang kokoh dan kuat pula.
Tanpa itu, maka bangsa dan negara akan rapuh.
Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar
sebagai bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan harus
diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk
menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermartabat dan
berbudaya tinggi.
Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber acuan dalam
menyusun etika kehidupan berbangsa bagi seluruh rakyat
Indonesia, maka Pancasila juga sebagai paradigm pembangunan,
maksudnya sebagai kerangka pikir, sumber nilai, orientasi dasar,
sumber asas serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan
perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu. Pancasila
sebagai paradigma pembangunan mempunyai arti bahwa
Pancasila sebagai sumber nilai, sebagai dasar, arah dan tujuan
dari proses pembangunan. Untuk itu segala aspek dalam
pembangunan nasional harus mendasarkan pada hakikat nilai-
nilai sila-sila Pancasila dengan mewujudkan peningkatan harkat
dan martabat manusia secara konsisten berdasarkan pada nilai-
nilai hakikat kodrat manusia.
Jika ada satu hal yang paling patut disesalkan dari
kekuasaan Orde Baru, itulah penyimpangan Pancasila dari
ideologi negara menjadi ideologi penguasa. Rezim Soeharto kala
itu memperalat Pancasila sebagai justifikasi untuk memberangus
aspirasi warga negara demi melanggengkan kekuasaan semata.
Alhasil, tercipta stigma buruk bagi Pancasila. Bahkan, segala
ikhtiar ilmiah untuk membuat ideologi itu aktual, seperti konsep
Ekonomi Pancasila oleh Mubyarto, hanya mengundang cibiran.
Padahal, segala usaha ilmiah tersebut sebenarnya menjadikan
Pancasila sebagai ideologi yang terbuka terhadap kritik
sebagaimana fitrah ilmu pengetahuan.
Adapun salah satu bidang yang belum tergarap benar
dalam upaya Pancasilaisasi pengetahuan adalah sosiologis.
Sebagai ilmu yang menganalisis relasi antara faktor dan aktor
sosial dalam fenomena kemasyarakatan, sosiologi selama ini
didominasi pemikiran Barat. Karena itu, jika kita menyepakati
Pancasila sebagai pandangan hidup, sudah sepatutnya satu
sosiologi khas masyarakat Indonesia-sosiologi Pancasila-
dirumuskan.
Dalam berbagai sudut pandang mengenai teori pancasila
tidak dapat dielakkan lagi bahwa pancasila merupakan
pandangan hidup bangsa indonesia, maka penulis merujuk pada
kajian sosiologis dalam menyusun beberapa kalimat yang tingkat
relevansinya mencapai topik makalah yang akan dibuat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan sosiologis?
2. Apakah yang dimaksud dengan filsafat pancasila?
3. Secara sosiologis, apa saja inti dari kajian sumber sosiologis
tentang pancasila sebagai sistem filsafat?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan sosiologis
2. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan filsafat
pancasila
3. Untuk mengetahui apa saja inti dari kajian sumber sosiologis
tentang pancasila sebagai sistem filsafat?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pancasila


Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya
definisi filsafat dalam filsafat Pancasila telah diubah dan
diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila
dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa
diperbarui sesuai dengan permintaan rezim yang berkuasa,
sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke waktu.
1. Filsafat Pancasila Asli
Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat. Hal ini
merujuk pidato Sukarno di BPUPKI dan banyak pendiri bangsa
merupakan alumni Universitas di Eropa, di mana filsafat barat
merupakan salah satu materi kuliah mereka. Pancasila
terinspirasi konsep humanisme, rasionalisme, universalisme,
sosiodemokrasi, sosialisme Jerman, demokrasi parlementer, dan
nasionalisme.
2. Filsafat Pancasila versi Soekarno
Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Sukarno
sejak 1955 sampai berakhirnya kekuasaannya (1965). Pada saat
itu Sukarno selalu menyatakan bahwa Pancasila merupakan
filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi
Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat
(Kristen), dan Arab (Islam). Menurut Sukarno Ketuhanan adalah
asli berasal dari Indonesia, Keadilan Soasial terinspirasi dari
konsep Ratu Adil. Sukarno tidak pernah menyinggung atau
mempropagandakan Persatuan.
3. Filsafat Pancasila versi Soeharto
Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi.
Melalui filsuf-filsuf yang disponsori Depdikbud, semua elemen
Barat disingkirkan dan diganti interpretasinya dalam budaya
Indonesia, sehingga menghasilkan Pancasila truly Indonesia.
Semua sila dalam Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila
dijabarkan menjadi lebih rinci (butir-butir Pancasila). Filsuf
Indonesia yang bekerja dan mempromosikan bahwa filsafat
Pancasila adalah truly Indonesia antara lain Sunoto, R. Parmono,
Gerson W. Bawengan, Wasito Poespoprodjo, Burhanuddin Salam,
Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan,
Moertono, Soerjanto Poespowardojo, dan Moerdiono.
Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat
Pancasila secara umum adalah hasil berpikir/pemikiran yang
sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap,
dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-
norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling
bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
Selanjutnya filsafat Pancasila mengukur adanya kebenran
yang bermacam-macam dan bertingkat-tingkat sebgai berikut:
a. Kebenaran indra (pengetahuan biasa);
b. Kebenaran ilmiah (ilmu-ilmu pengetahuan);
c. Kebenaran filosofis (filsafat);
d. Kebenaran religius (religi).
Untuk lebih meyakinkan bahwa Pancasila itu adalah ajaran
filsafat, sebaiknya kita kutip ceramah Mr.Moh Yamin pada
Seminar Pancasila di Yogyakarta tahun 1959 yang berjudul
Tinjauan Pancasila Terhadap Revolusi Fungsional, yang isinya
anatara lain sebagai berikut:
Tinjauan Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam
suatu sistem filsafat. Marilah kita peringatkan secara ringkas
bahwa ajaran Pancasila itu dapat kita tinjau menurut ahli filsafat
ulung, yaitu Friedrich Hegel (1770-1831) bapak dari filsafat
Evolusi Kebendaan seperti diajarkan oleh Karl Marx (1818-1883)
dan menurut tinjauan Evolusi Kehewanan menurut Darwin
Haeckel, serta juga bersangkut paut dengan filsafat kerohanian
seperti diajarkan oleh Immanuel Kant (1724-1804).
Menurut Hegel hakikat filsafatnya ialah suatu sintese
pikiran yang lahir dari antitese pikiran. Dari pertentangan pikiran
lahirlah paduan pendapat yang harmonis. Dan ini adalah tepat.
Begitu pula denga ajaran Pancasila suatu sintese negara yang
lahir dari antitese.

B. Pengertian Sosiologi
Secara etimologi, sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu
socious dan logos, socious berarti teman dan logos berarti
pengetahuan. Pengertian tersebut diperluas menjadi ilmu
pengetahuan tentang pergaulan hidup manusia atau
masyarakat. Manusia selalu hidup berkelompok, sesuatu yang
juga terdapat pada makhluk hidup lainnya yakni hkian,
pengelompokan manusia jauh lebih rumit dari pengelompokan
hewan. Pada hewan, hidup berkelompok memiliki ciri-ciri (Wayan
Ardhana, 1986) sebagai berikut :
1) ada pembagian kerja,
2) ada ketergantungan antar anggota,
3) ada kerjasama antar anggota,
4) ada komunikasi antar anggota,
5) ada diskriminasi antar individu yang hidup dalam kelompok
lain.Kehidupan sosial manusia tersebut dipelajari oleh
filsafat.
Filsafat sosial sering membedakan manusia sebagai
individu dan manusia sebagai anggota masyarakat. Pandangan
aliran-aliran filsafat tentang realitas sosial itu berbeda-beda,
sehingga dapat ditemukan bermacam-macam aliran filsafat
sosial. Sosiologi sebagai suatu cabang dari ilmu pengetahuan
memiliki lapangan penyelidikan,sudut pandang,metode,dan
susunan pengetahuan.
1. Objek penelitian sosiologi dan sudut pandang sosiologi
Objek penelitian sosilogi meliputi tingkah laku manusia
dalam kelompok. Sedangkan sudut pandangnya melalui hakikat
masyarakat,kebudayaan,dan individu secara ilmiah. Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam
kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Artinya, bahwa
mempelajari bagaimana manusia berhubungan satu dengan
yang lainnya dalam kelompoknya dan bagaimana susunan unit-
unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah serta berkaitan
dengan yang lainnya.
Sosiologi dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
sosiologi umum, yang tugasnya menyelidiki gejala sosio cultural
secara umum dan yang kedua yaitu sosiologi khusus, yaitu
pengkhususan dari sosiologi umum yang tugasnya menyelidiki
suatu aspek kehidupan sosio cultural secara mendalam. Sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan positif yang mempelajari
masyarakat. Sosiologi mempelajari berbagai tindakan sosial yang
menjelma dalam realitas sosial. Mengingat banyaknya realitas
sosial, maka lahirlah berbagai cabang sosiologi seperti sosiologi
kebudayaan, sosiologi ekonomi, sosiologi agama, sosiologi
pengetahuan, sosiologi pendidikan, dan lain-lain. Ada beberapa
unsur yang terkandung dalam istilah masyarakat, antara lain:
a. Sejumlah manusia yang hidup bersama dalam waktu yang
relative lama, di dalamnya manusia dapat saling mengerti
dan merasa dan mempunyai harapan-harapan sebagai
akibat dari hidup bersama itu.
b. Manusia yang hidup bersama itu merupakan suatu
kesatuan.
c. Manusia yang hidup bersama itu merupakan suatu system
hidup bersama,yaitu hidup bersama yang menimbulkan
kebudayaan, oleh karenanya setiap anggota masyarakat
merasa dirinya masing-masing terikat dengan
kelompoknya.
2. Ciri-ciri Sosiologi dan Paham-Paham dalam Norma
Sosial
Sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagaimana uraian berikut:
a. Empiris, adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu,sebab ia
bersumber dan diciptakan dari kenyataan yan g terjadi di
lapangan.
b. Teoritis,adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang
menjadi salah satu bentuk budaya yang dapat disimpan
lama.
c. Komulatif, sebagai akibat proses penciptaan terus menerus
d. Noteris, karena teori itu menceritakan apa adanya tentang
masyarakat tanpa menilai apakah hal itu baik atau buruk.
Adapun paham-paham yang terkandung dalam norma
sosial antara lain:
a. Paham individualisme
Dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup
merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut
keinginannya, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain.
Dampak individualisme menimbulkan cara pandang yang lebih
mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan
masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk
mencapai pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu
dengan yang lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan
dampak yang kuat.
b. Paham kolektivisme
Paham kolektivisme memberikan kedudukan yang
berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan anggota
masyarakat secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi
masyarakatnya.
c. Paham integralistik
Paham integralistik dilandasi pemahaman bahwa masing-
masing anggota masyarakat saling berhubungan erat satu sama
lain secara organis merupakan masyarakat. Landasan sosiologis
pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang
bersumber dari norma kehidupan masyarakat:
1) kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan,
musyawarah untuk mufakat,
2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup
bermasyarakat,
3) negara melindungi warga negaranya,
4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban.

C. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Ditinjau Secara


Sosiologis
Secara ringkas, Latif (Pimpinan MPR dan Tim Kerja
Sosialisasi MPR periode 2009--2014, 2013) menguraikan pokok-
pokok moralitas dan haluan kebangsaan-kenegaraan menurut
alam Pancasila sebagai berikut.
Pertama, nilai-nilai ketuhanan (religiusitas) sebagai sumber
etika dan spiritualitas (yang bersifat vertical transcendental)
dianggap penting sebagai fundamental etika kehidupan
bernegara.
Kedua, nilai-nilai kemanusiaan universal yang bersumber
dari hukum tuhan, hukum alam, dan sifat-sifat sosial (bersifat
horizontal) dianggap penting sebagai fundamental etika-politik
kehidupan bernegara dalam pergaulan dunia. Prinsip kebangsaan
yang luas mengarah pada persaudaraan dunia yang
dikembangkan melalui jalan eksternalisasi dan internalisasi.
Ketiga, nilai-nilai etis kemanusiaan harus mengakar kuat
dalam lingkungan pergaulan kebangsaan yang lebih dekat
sebelum menjangkau pergaulan dunia yang lebih jauh.
Keempat, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai
serta cita-cita kebangsaan itu dalam aktualisasinya harus
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan.
Kelima, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita
kebangsaan serta demokrasi permusyawaratan itu memperoleh
artinya sejauh dalam mewujudkan keadilan sosial.
Sosiologis merupakan penerapan di masyarakat.
Dinamika dan tantangan pancasil sebagai Ideologi Negara dalam
kajian sosiologis yaitu tingkah laku yang diterapkan dalam
kehidupan masyarakat akibat adanya tantangan dan dinamka
sosial. Penerapan nilai- nilai yang terkadung dalam Pancasila
sebagai Ideologi Bangsa dalam kehidupan sehari harri ialah
Pancasila mengandung 3 klasifikasi nilai, nilai dasar, nilai
instrumental, dan nilai operasional. Pada tataran nilai dasar
Pancasila bersifat abstrak, umum, universal, oleh karena itu perlu
dikonkritisasi melalui nilai instrumental dan operasional. Nilai
instrumental tercermin pada hukum positif yang berlaku di
Indonesia, sedang nilai operasional, meliputi pelaksanaan
obyektif yakni pelaksanaan oleh institusi serta penyelenggara
negara dan pelaksanaan subyektif, yakni pelaksanaan oleh
warga negara.
1. Nilai instrumental
Nilai instrumental yaitu suatu nilai yang bersifat
kontekstual, yang merupakan arahan kinerjanya untuk kurun
waktu tertentu dan untuk kondisi tertentu. Nilai instrumental ini
dapat dan bahkan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman.
2. Nilai praksis
Nilai praksis yaitu nilai yang terkandung dalam kenyataan
sehari-hari, berupa cara bagaimana rakyat melaksanakan
(mengaktualisasikan) nilai Pancasila. Nilai praksis terdapat pada
demikian banyak wujud penerapan nilai-nilai Pancasila, baik
secara tertulis maupun tidak tertulis, baik oleh cabang eksekutif,
legislatif, maupun yudikatif, oleh organisasi kekuatan social
politik, oleh organisasi kemasyarakatan, oleh badan-badan
ekonomi, oleh pimpinan kemasyarakatan.
3. Nilai intrinsik (nilai konstata, nilai dasar)
Nilai dasar pancasila merupakan nilai- nilai yang mendasar
pada Pancasila yang tidak boleh berubah dan tidak boleh diubah.
Nilai dasar Pancasila yang abadi itu kita temukan dalam empat
alinea Pembukaan UUD 1945. Itulah yang merupakan nilai-nilai
dasar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
filsafat adalah cinta akan kebijakan. Pancasila sebagai sistem
filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu dengan
sila yang lain untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh yang mempunyai
beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar.
Selanjutnya, secara sosiologis pancasila merupakan sumber
tatanan kehidupan Bangsa Indonesia, dalam setiap berperilaku
dan bertindak dalam kehidupan sehari- hari berpedoman pada
sila- sila Pancasila. Tatanan kehidupan masyarakat Indonesia
telah tercermin dalam Pancasila baik dalam segi kesopanan,
norma, kebiasaan atau tingakah laku, agama dan interaksi antar
masyarakat. Peranan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat
merupakan bekal bagi masyarakat Indonesia dalam bersikap dan
dalam mengambil setiap keputusan bagi kehidupannya. Hal- hal
yang telah di paparkan tersebut yang menunjukkan bahwa
Pancasila sebagai pengatur dan pedoman dalam kehidupan
masyarakat Indonesia yang dikemas dan dijadikan sebagai
Ideologi Negara.

B. Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran
kepada pembaca dalam pembuatan makalah ini penulis
menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan baik dari bentuk maupun isinya. Penulis
menyarankan kepada pembaca agar ikut peduli dalam
mengetahui sejauh mana pembaca mempelajari tentang sumber
sosiologis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat. Semoga
dengan makalah ini para pembaca dapat menambah cakrawala
ilmu pengetahuan

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani, Sosiologi Skematika Teori dan Terapan, (Bandung:


Bumi Aksara, 2008), hal 5.

Prof.Dr.Soerjono Soekanto,Sosiologi suatu Pengantar, (Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada, 2012), hal 18.

Toyibin, M, Azis dan Djahiri, A, Kosasih. 2005. Pendidikan


Pancasila II. Jakarta.
DEPDIKBUD.
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah Analisis Sumber Sosiologis tentang
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. Semoga makalah yang saya
buat dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Walaupun telah berusaha semaksimal mungkin, saya
merasa bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan masukan berupa kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih.

Medan, Januari 2017

Penulis

Anda mungkin juga menyukai