Disusun oleh:
Kelompok II (PMI I-C)
Dzulaikah Azzhara (11190540000070)
Muhammad Aldi (11190540000089)
Nurul Anin (11190540000070)
Ririn Alisia (11190540000075)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
2 Melihat perkembangan Sosiologi di Indonesia
3 Memahami Sosiologi dari berbagai tokoh-tokoh pemikir Sosiologi.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Elly M. Setiadi, Pengantar Sosiologi (Jakarta:KENCANA,2011), Cetakan ke-2 hlm 7.
5
Pola-pola hubungan perekonomian lebih banyak didominasi oleh
pola-pola hubungan antara tuan tanah dan buruh tani, petani penggarap dan
penyewa tanah pertanian.2
Revolusi industry diharapkan akan mengubah pola kehidupan
tradisional ke modern, dari sistem pemerintahan yang sewenang-wenang
menjadi sistem pemerintahan yang adil dengan indicator adanya pengakuan
atas persamaan hak-hak dan kewajiban sebagai warga Negara yang setara;
yang lazim disebut dengan istilah sistem pemerintahan yang demokratis.
Ringkasnya, revolusi diharapkan menghasilkan suatu tatanan sosial yang
penuh keadilan, keterbukaan, persamaan dan kebebasan. Akan tetapi,
kenyataannya yang revolusi justru mengundang kekhawatiran dari banyak
pihak, terutama kekhawatiran terjerumusnya kehidupan masyarakat ke
pola-pola yang lebih buruk, yaitu anarkis. Kekhawatiran tersebut menjadi
kenyataan dengan keadaan sosialnyang menjadi anarkis akibat hancurnya
tatanan pemerintahan di Perancis.
Para pemikir mulai mencari jawaban, terutama menyangkut
persoalan; mengapa kehidupan masyarakat berubah menjadi pola-pola
kehidupan seperti itu. Untuk uraian yang lebih perinci, maka berikut ini
akan diuraikan beberapa poin tentang sejarah pemikiran sosiologi :
1) Auguste Comte
Comtee adalah seorang berkebangsaan Perancis yang
pertama kali memberikan nama sosiologi pada ilmu yang mengkaji
hubungan sosial kemasyarakatan ini maka ia mendapat julukan
Bapak Sosiologi. Ia berpendapat bahwa sosiologi harus didasarkan
pada fakta-fakta yang objektif (bukan ramalan, harapan, prediksi,
dan opini). Ia membagi sosioloi dalam dua kelompok besar yaitu,
statistika sosial yang mewakili stabilitas dan kemantapan, dan
dinamika sosial yang mewakili perubahan.
Sumbangan pemikirannya mendorong kemajuan
perkembangan sosiologi dikenal dengan istilah hukum kemajuan
manusia atau huku tiga tahap, yaitu :
2
Elly M. Setiadi, Pengantar Sosiologi (Jakarta:KENCANA,2011), Cetakan ke-2 hlm 8-9.
6
1. Jenjang Teologi, artinya segala sesuatu dijelaskan dengan
mengacu pada hal-hal yang bersifat adikodrati.
2. Jenjang Metafisika, artinya manusia memahami sesuatu
dengan mengacu pada kekuatan-kekuatan metafisik atau hal-
hal yang bersifat abstrak.
3. Jenjang Positif, artinya gejala alam dan gejala sosial
dijelaskan secara deskriptif ilmiah.
2) Karl Marx (1818-1883)
Latar belakang pemikiran Karl Marx adalah eksploitasi
besar-besaran yang dilakukan oleh kaum pemilik modal (kapitalis)
yang disebut borjuis terhadap para buruh (proletar). Marx menuduh
kemiskinan yang di alami kaum proletar merupakan ciptaan kaum
borjuis akibat pemaksimalan jam kerja dengan upah yang amat
rendah.
Secara garis besar, sasaran revolusi tersebut adalah
membentuk kehidupan masyarakat tanpa kelas (tidak ada lagi kelas-
kelas sosial) dengan pola-pola pembagian ekonomi yang sama rata
sama rasa. Dengan demikian, tidak ada lagi ketimpangan sosial
sebab kedudukan semua orang adalah sama. Keadaan masyarakat
seperti ini yang disebut oleh Marx sebagai masyarakat sosialis.
3) Herbert Spencer (1820-1903)
Dalam pandangannya ia mengatakan bahwa objek kajian
sosiologi adalah kehidupan keluarga, perilaku politik, tingkah laku
antar-penganut agama, control sosial, dan kehidupan masyarakat
industry yang didalamnya terdapat asosiasi, masyarakat setempat,
pembagian kerja, pelapisan sosial, sosiologi pengetahuan, dan ilmu
pengetahuan.
Tahun 1876 Spencer mengemukakan teorinya yang dikenal
dengan istilah teori evolusi sosial, yang hingga saat ini masih banyak
dianut para sosiolog dan mengalami banyak perkembangan. Dalam
teori ini ia menganggap bahwa perubahan masyarakat itu ekuivalen
dengan teori evolusi Darwin.
7
4) Emile Durkheim (1858-1917)
Durkheim membagi lembaga dalam masyarakat dan proses
sosial yang dibagi kedalam tujuh bagian, yaitu :
1. Sosiologi umum yang pembahasannya meliputi kepribadian
individu dan kelompok manusia.
2. Sosiologi agama yang membahas perilaku para penganut
agama yang terdiferensiasi (terbagi-bagi) dalam kelompok-
kelompok agama yang berbeda-beda.
3. Sosiologi yang membahas tentang perilaku kejahatan baik
kejahatan secara individual maupun secara kelompok.
4. Sosiologi hukum dan moral yang dominasi bahasan di
dalamnya adalah tentang organisasi politik, sosial,
perkawinan, dan keluarga.
5. Sosiologi ekonomi yang bahasan materinya mencakup
ukuran-ukuran penelitian dan kelompok kerja.
6. Sosiologi yang membahas perilaku masyarakat perkotaan
dan perilaku masyarakat pedesaan.
7. Sosiologi estetika, yang pokok bahasannya mencakup karya
seni dan budaya.
5) Max Weber (1864-1920)
Perkembangan ilmu sosiologi lebih kearah makro. Suatu
perubahan akan dapat dilihat sebelumnya sebab karateristik
masyarakat akan sangat berpengaruh pada perubahan sosial.
Perkembangan ilmu sosiologi telah membawa perubahan
pendekatan dimana pada decade sebelumnya analisis sosiologi lebih
bersifat makro, maka perkembangan selanjutnya lebih bersifat
makro.
B. Sosiologi Modern
Sosiologi berkembang di Eropa, tetapi perkembangannya yang
mengantar pada sosiologi modern justru banyak terjadi di Amerika Serikat
dan Kanada. Muncul berbagai masalah dalam masyarakat yaitu pesatnya
8
pertumbuhan penduduk dan industry. Permasalahan tersebut yang
melahirkan sosiologi modern yang lebih kepada bersifat mikro, dalam arti
lebih empiris. Dalam pendekatan modern, perubahan masyarakat dapat
dipelajari mulai dari berbagai fakta sosial yang muncul. Hasil identifikasi
fakta sosial tersebut dapat digunakan untuk menarik suatu kesimpulan
terhadap permasalahan yang ada. Mulai saat itu disadari nilai penting
penelitian sosial terutama yang berkaitan dengan solusi masalah
kemasyarakatan.
9
Universitas Negeri Gajah Mada Yogyakarta. Disana diajarkan ilmu
pengetahuan dalam jurusan ilmu pemerintahan dalam negeri, hubungan luar
negeri, dan publisistik. Pada tahun 1950 ilmu sosiologi lebih diperdalam lagi
sampai keluar negeri. Perkembangan dari beberapa ilmuwan sosial
diterbitkannya buku sosiologi yang berjudul Sosiologi Indonesia ditulis dalam
bahasa Indonesia oleh Mr. Djojy Gondokusumo memuat pengertian dasar
sosiologi secara teoritis dan bersifat filsafat. Terbit kembali buku karya
Barsono, selanjtnya Hassan Shadily menulis buku yang berjudul “Sosiologi
untuk Masyarakat Indonesia”, memuat kajian sosiologi modern.
Perkembangan sosiologi di Indonesia pada mulanya hanya dianggap sebgai
ilmu pelengkap saja. akan tetapi dengan berdirinya perguruan tinggi di negeri
ini, sosiologi memegang peranan sangat penting dalam menelaah masyarakat
Indonesia yang sedang berkembang. Sosiologi menempati tempat yang penting
dalam daftar kuliah beberapa perguruan tinggi, sampai beberapa perguruan
tinggi membuka jurusan sosiologi.
1) Sosiologi sebagai ilmu
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai
hasil penggunaan pancaindra, yang tentunya berbeda sekali dengan
kepercayaan atau keyakinan dan informasi yang salah. Contohnya
tanaman yang dipupuk akan lebih subur dibanding tanaman yang
tidak dipupuk.
b. Tersusun secara sistematis
Yang dimaksud adalah urut-urutan antar elemen sebagai
suatu satuan, sehingga memberikan gambaran dari garis besar ilmu
pengetahuan. Bagian tersebut yaitu : (1) realita, (2)
logika/penalaran, (3) permasalahan, (4) metodologi pengetahuan,
(5) pengamatan, dan (6) pembuktian.
c. Menggunakan pemikiran
Yang dimaksud adalah pengetahuan diperoleh melalui
kenyataan atau fakta dengan melihat dan mendengar sendiri melalui
alat komunikasi, seperti membaca, mendengar, melihat, dan
10
sebagainya. Melalui pemikiran tersebut terdapat beberapa
pertanyaan misalnya, mengapa masyarakat pedesaan selalu berpikir
untuk pindah ke kota.
d. Dapat dikontrol kebenarannya
Ilmu tersebut benar-benar objektif. Artinya, pengetahuan
harus dikemukakan, sehingga keberadaannya dapat diketahui oleh
umum, diperiksa, diuji kebenarannya. Sifat ilmu pengetahuan sangat
terbuka. Sifat objektif dan terbuka ilmu pengetahuan menjadikan
kebenarannya dapat diuji oleh siapa pun.
Ilmu pengetahuan pun memiliki sifat-sifat yaitu :
2.1 Ilmu pengetahuan bersifat rasional, ditundukkan kepada logika.
Rasional berarti berpikir secara sistematis yang kompleks dan
konsepsional dengan kemampuannya menggunakan lambang untuk
dapat memberi arti yang hampir tidak terbatas kepada suatu objek
material, seperti suara, gerak, warna, dan rasa.
2.2 Ilmu pengetahuan bersifat empiris, ilmu pengetahuan tidak
memihak kepada siapa pun kecuali kepada fakta atau bukti yang
objektif.
2.3 Ilmu pengetahuan berdiri atas dasar dua unsur besar, yaitu fakta dan
teori. Teori adalah fakta sebagai observasi empiris yang diperiksa,
teori mempunyai tugas selalu mempunyai hubungan dengan fakta.
Ilmu tidak dapat disusun hanya berdasarkan atas fakta saja, tetapi
harus disusun secara sistematik , dihubung-hubungkan,
diinterpretasikan, sehingga tanpa metode tersebut suatu fakta tidak
akan bisa menjadi ilmu.
2.4 Ilmu pengetahuan bersifat umum, kebenaran ilmu dapat diperiksa
oleh para peninjau ilmiah dan dapat dipelajari dan diajarkan secara
umum.
2.5 Ilmu pengetahuan harus bersifat akumulatif (saling berkaitan), perlu
ketengahkan hubungan antara ilmu dan kebudayaan, sebab ilmu
merupakan salah satu unsur kebudayaan manusia. Contohnya
manusia mempunyai kemampuan berbicara dan berbahasa.
11
2.2 Metode Ilmu Pengetahuan
Metode ilmu adalah suatu prosedur berpikir runtut yang digunakan dalam
penelitian untuk memperoleh kesimpulan ilmiah berdasarkan realitas dan
metode ilmiah tertentu, metode ini terbagi menjadi tiga hal, yaitu:
1. Pernyataan masalah penelitian, merupakan suatu proses ke arah
pematangan pokok pokok penelitian yang ssecara intensif dapat
dijalankan dalam dunia akademis, seminar-seminar kecil, diskusi.
Perumusan masalah atau survei, merupakan tingkat berpikir dan bekerja
lebih jauh.
2. Pemecahan soal yang diusulkan atau sering disebut hipotesis. Hipotesis
merupakan suatu pernyataan yang menekankan bahwa gejala yang
sedang diselidiki tersebut ada hubungannya dengan kondisi tertentu
yang dapat diamati.
3. Elaborasi (perluasan) deduktif hipotesis. Hipotesis dapat dianggap
benar setelah dibuktikan melalui penelitian dan hasil dari pembuktian
tersebut terdapat keesuaian antara pernyataan hipotesis dengan
kenyataan di lapangan. Jadi hipotesis akan dianggap benar setelah diuji
dengan data empiris yang relevan.
4. Mengadakan tes dan verifikasi terhadap hipotesis. Diadakan elaborasi
deduktif terhadap suatu hipotesis dan dikemukakan pula indikator
standar, hipotesis ini harus dapat diuji di dalam lapangan.
12
yang konkret artinya yang dapat dilihat, diraba, didengarkan, dibaca dan
sebagainya.
2. Sosiologi bersifat teoritis dalam arti ilmu pengetahuan tersebut selalu
berusaha menyusun abstraksi dari hasil hasil observasi.
3. Sosiologi bersifat kumulatif, yang artinya bahwa teori-teori dari masing-
masing ilmu tersebut dibentuk atas dasar teori-teori ynag sudah ada
dalam arti memperbaiki, memperluas, memperhalus teori yng sudah ada
sebelumnya.
4. Sosiologi bersifat non etis, artinya dalam ilmu tersebut yang
dipersoalkan adalah fakta yang menjadi objek kajiannya, bukan baik dan
buruknya fakta tertentu berdsarkan pola-pola aturan yang bersifat
normatif, oleh sebab itu kajian kedua ilmu tersebut lebih terfokus pada
menjelaskan fakta secara analitis.
13
2.5 Metode Dalam Sosiologi
Metode sosiologi adalah cara kerja dalam mengkaji objek kajian sosiologi.
Mekanisme kerja dalam sosiologi tidak berbeda dengan mekanisme kerja ilmu-
ilmunya :
1. Metode kualitatif dan metode kuantitatif
Metode Kuantitatif tersebut dalam istilah dalam istilah bahasa
jerman dapat dinamakan sebagai metode berdasarkan versteben (artinya
pengertian).
Metode Kuantitatif mengutamakan bahan-bahan keterangan dengan
angka-angka,sehingga gejala-gejala yang diteliti dapat diukur dengan
mempergunakan skala-skala,indeks,table dan dormula-formula yang semua
nya itu sehingga sedikit banyaknya mempergunakan ilmu pasti atau
matematik.
2. Metode induktif dan metode deduktif
Metode induktif yang mempelajari suatu gejala yang khusus untuk
mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam lapangan yang lebih luas.
Metode deduktif yang mempergunakan proses sebaliknya yaitu
dimulai dengan kaidah-kaidah yang dianggap berlaku umum untuk
kemudian dipelajari dalam keadaan y
3. Metode empiris dan rasional
Metode Empris menyadari diri pada keadaan-keadaan yang dengan
nyata didapat dalam masyarakat.
Metode Rasional yang mengutamakan pemikiran dengan logika dan
pikiran sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah-masalah
kemasyarakatan.
4. Metode fungsionalis
Metode Fungsional secara singkat dapat dijelaskan bahwa metode
fungsionl bertujuan untuk meneliti kegunaan lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan struktur social dalam masyarakat.
14
2.6 Permulaan Sosiologi Di Indonesia
Pada hakikatnya pemimpin Indonesia belum pernah mempelajari teori teori
formal sosiologi sebagai ilmu pengetahuan namun banyak diantara mereka yang
telah memasuki unsur-unsur sosiologi kedalam ajaran-ajarannya.
Ajaran wulang Reb yang diciptakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro IV dari
Surakarta antara lain mengajarkan tata hubungan antara para anggota
masyarakat Jawa yang berasal dari golongan-golongan yang berbeda,banyak
mengandung aspek-aspek sosiologi,terutama dalam bidang hubungan antara
golongan (intregroup relations),
Almarhum Ki Hadjar Dewantara,pelopor utama yang meletakkan dasar-
dasar bagi pendidikan nasional Indonesia,mengenai kepentingan
kepemimpinan dan kekeluargaan Indonesia yang dengan nyata dipraktekkan
dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.
Dari keterangan-keterangan diatas,nyatalah bahwa unsur-unsur sosiologi
tidak digunakan dalam suatu ajaran atau teori yang murni sosiologi,akan tetepi
sebagai landasan untuk tujuan lain yaitu ajaran tata hubung antara manusia dan
pendidikan.
Gejala sosiologi adalah salah atau tidak dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah,sama sekali tidak. Sosiologi pada waktu itu diindonesi,dianggap
sebagai ilmu pembantu bagi ilmu pengetahuan lainnya. Dengan perkataan lain,
sosiologi pada saat itu belum dianggap cukup dewasa untuk mempelajari dan
dipergunakan sebagai ilmu pengetahuan,terlepas dari ilmu-ilmu pengetahuan
laiinya. Sosiologi yang dikuliahkan pada waktu itu sebagai besar bersifat filsafat
social dan teoritis,berdasarkan buku-buku hasil karya Alfered
Viekandt,Leopold von Wiese,Bierens de Haan,Steinmetz dan sebagainnya. 3
Pada tahun 1934-1935 kuliah-kuliah sosiologi malah ditiadakan oleh karna
waktu itu,para guru besar yang memegang tanggung jawab dalam menyusun
daftar kuliah perpendapat bahwa pengetahuan tentang bentuk dan susunan
masyarakat berserta proses-proses yang terjadi didalamnya tidak diperlukan
dalam hubngan dengan pelajar hukum. Dimana pedagang mereka, yang perlu
diketahui adalah hukum positif yaitu peraturan-peraturan yang berlaku dengan
3
Roucek dan Warren.op.cit.,halaman 188,189
15
sah pada suatu waktu dan suasana tempat tertentu. Apa yang menjadi sebab
terjadinya suatu peraturan dan apa yang sebenarnya menjadi
tujuannya,dianggap tidak penting dalam pelajaran ilmu hokum. Yang penting
adalah perumusan dan sistem-sistem untuk menafsirkannya.
4
Disadur dari selo soemardja “ pekembangan ilmu sosiologi di indonesi dari 1945-1965” dalam
Reseacb diindonesia 1945-1965,jilid IV , Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya,Departemen Urusan
Research Nasional Republik Indonesia,1965
16
Para pengajar yang mengikuti ajaran sosiologi teoritis filosofis lebih banyak
mempergunakan terjemahan buku-bukunya P.J. Bouman, yaitu Algemenne
Maatschappijleer dan Sociologie, bergrippen en problemen serta buku Lysen yang
berjudul Individu en Maatschappij.
Sesuai dengan taraf permulaan dalam perkembangan ilmu Sosiologi dewasa
ini di Indonesia, maka adanya buku-buku berbahasa Indonesia dalam bidang
tersebut masih bersifat sebagai buku pelajaran untuk menolong para mahasiswa di
dalam pelajarannya tentang asas-asas serta persoalan-persoalan dari ilmu
pengetahuan itu.
Dalam rangka buku-buku Sosiologi yang dikarang oleh orang Indonesia,
dapat disebutkan pula buku Social in Yogyakarta hasil karya Selo Soemardjan yang
terbit pada tahun 1962. Buku yang ditulis dalam Bahasa inggris itu merupakan
disertasi penulis untuk mendapatkan gelar doctor pada Cornell University, Amerika
Serikat. Isinya adalah perihal perubahan-perubahan dalam masyarakat di
Yogyakarta sebagai akibat dari revolusi politik dan sosial, pada waktu revolusi
masih berpusat di Yogyakarta.
Pada dewasa ini telah ada sejumlah Universitas Negeri yang mempunyai
Fakultas Sosial dan Politik atau Fakultas Ilmu Sosial dimana Sosiologi dikuliahkan
sampai tingkat yang lebih tinggi daripada tingkat Persiapan. Namun, belum ada
Universitas yang mempunyai Fakultas tersedniri khusus untuk Sosiologi.
Penelitian-penelitian Sosiologis di Indonesia belum mendapat tempat yang
sewajarnya, oleh karena masyarakat masih terlampau percaya pada angka-angka
yang relatif mutlak. Sosiologi tidak akan mungkin menghasilkan hal-hal yang
berlaku mutlak, oleh karena masing-masing manusia mempunyai kekhususan,
sehingga sulit sekali untuk menerapkan teori-teori Sosiologi secara umum.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perkembangan sosiologi di Indonesia pada mulanya hanya dianggap sebgai
ilmu pelengkap saja. akan tetapi dengan berdirinya perguruan tinggi di negeri
ini, sosiologi memegang peranan sangat penting dalam menelaah masyarakat
17
Indonesia yang sedang berkembang. Sosiologi menempati tempat yang penting
dalam daftar kuliah beberapa perguruan tinggi, sampai beberapa perguruan
tinggi membuka jurusan sosiologi.
Pada hakikatnya pemimpin Indonesia belum pernah mempelajari teori teori
formal sosiologi sebagai ilmu pengetahuan namun banyak diantara mereka yang
telah memasuki unsur-unsur sosiologi kedalam ajaran-ajarannya.
Ajaran wulang Reb yang diciptakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro IV dari
Surakarta antara lain mengajarkan tata hubungan antara para anggota
masyarakat Jawa yang berasal dari golongan-golongan yang berbeda,banyak
mengandung aspek-aspek sosiologi,terutama dalam bidang hubungan antara
golongan (intregroup relations),
Almarhum Ki Hadjar Dewantara,pelopor utama yang meletakkan dasar-
dasar bagi pendidikan nasional Indonesia,mengenai kepentingan
kepemimpinan dan kekeluargaan Indonesia yang dengan nyata dipraktekkan
dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.
3.2 SARAN
Semoga para penulis maupun pembaca bisa menerapkan Sosiologi dalam
kehidupan sehari-hari. Mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam
pembuatan makalah ini, kritik yang membangun sangat diperlukan agar
makalah ini lebih baik. Semoga sedikit materi yang ditulis ini dapat bermanfaat
bagi penulis maupun pembacanya, aamiin.
18
DAFTAR PUSAKA
Soekanto,Soerjo.,Sosiologi Suatu Pengantar,PT Raja Grafindo
Persada,Jakarta,2005
Setiadi. Elly M.,Pengantar Sosiologi,Prenada Media Group,Jakarta,2011
19