THEODOR ADORNO
DOSEN PENGAMPU : DR. RIDHA TAQWA
Kelompok 6 :
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2020
A. Biografi Theodor W. Adorno
Pada tahun 1950 ia menjadi salah satu seorang penantang paling menonjol
selai Karl Rimund Popper terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat eksistensi
Dorno belajar filsafat neo-Kantian dari Hans Cornelius dan music dari Alban
Berg. Ia menyelesaikan Habilitationsschirfnya pada estetika Kiergaard pada tahun
1931, dibawah bimbingan sorang Kristen sosialis Paul Tillich. Setelah dua tahun
menjadi dosen privat di universitas, ia di usir oleh Nazi Bersama dengan professor
lain dari keturunan yahudi.
Era : Abad 20
Karya-karya Adorno
i. Dialectic of Enlightenment
Pencerahan dengn Max Horkheim, filosofi music baru yang otoriter
personality (berkepribadian otoriter)
ii. Minima Moralia
Kemerosotan moral berupa kritik provikatig dari budaya masyarakat dan
budaya inustri.
iii. Teori Kritis
Mengkritik ideology kapitalis yang materialistic yang kuat.
iv. Teori estetika
Untuk melakukan keadilan kepada karya seni dan seni impor, harus
dipegang dinamika internal dan dinamika sosiohistorical secara totalitas.
v. Negatif Dialektika
Mencoba untuk merumuskan falsafah “materialism” dan sejarah yang
kritis namun tidak dogmatis.
vi. The Authoritial Personality
Buku sosiologi ini yang dibuat Theodor W. Adorno dengan Else Erenkel
Brunswik, Daniel Lavinson, dan Nevitt Sndford pada saat dan sesudah
Peranng Dunia ke 2 (karya Adorno yang paling terkenal).
B. Asal Mula Teori
Teori Kritis
Versi teori berasal dari Kant (abad ke-18) dan Marx (abad ke-19) dengan
penggunaan istilah seperti dalam Critique of Pure Reason dan konsep Marx lewat
karyanya Das Kapital yang berwujud ; Untuk idealisme transendental Kant,
berarti memeriksa dan menetapkan batas-batas validitas kemampuan, jenis, atau
tubuh pengetahuan, khususnya melalui akuntansi untuk keterbatasan yang
dibebankan oleh fundamental, konsep tereduksi digunakan dalam sistem
pengetahuan. Marx secara eksplisit mengembangkan gagasan kritik ke dalam
kritik ideologi dan terkait dengan praktik revolusi sosial, seperti dalam Thesis
Feuerbach, Para filsuf hanya menafsirkan dunia dengan cara tertentu, intinya
adalah untuk mengubahnya.
Pada tahun 1960, Jürgen Habermas mengangkat diskusi epistemologis ke
tingkat yang baru dalam Knowledge and Human Interests, dengan
mengidentifikasi pengetahuan kritis berdasarkan prinsip yang membedakannya
baik dari ilmu-ilmu alam atau humaniora, melewati orientasi untuk refleksi diri
dan emansipasi. Meskipun tidak puas dengan Adorno dan Horkeimer dalam
pemikiran yang disajikan di Dialectic of Enlightenment, Habermas berbagi
pandangan bahwa, dalam bentuk rasionalitas instrumental, era modernitas
menandai pindahnya pembebasan pencerahan menuju ke bentuk perbudakan baru.
Mungkin dua ide yang paling berpengaruh adalah konsep ruang publik dan
aksi komunikatif; yang terakhir tiba sebagian sebagai reaksi terhadap post-
struktural atau post-modern sebagai tantangan baru untuk wacana modernitas.
Habermas terlibat dalam korespondensi rutin dengan Richard Rorty dan rasa yang
kuat terhadap pragmatism filosofis dapat dirasakan dalam teorinya tentang
pemikiran yang sering melintasi batas-batas antara sosiologi dan filsafat.
Jean Baudrillard juga telah digambarkan sebagai tokoh teori kritis sejauh
ini karena ia adalah seorang sosiolog konvensional dan kritis; apropriasi ini hanya
kebetulan sama, memiliki hubungan yang sedikit atau tidak ada sama sekali
dengan Frankfurt School.
i. Teori Filsafat
Teori filsafat dalam karyanya bersama Max Horkheimer dalam buku
berjudul Dialektika Pencerahan diawali dengan pertanyaan; “Mengapa umat
manusia, bukannya memasuki kondisi manusiawi yang sejati, malahan tenggelam
dalam barbarisme baru?”. Salah satu pemikiran Theodor Adorno adalah tentang
hubungan antara lingkungan dengan manusia. Adorno menjelaskan bahwa
manusia menjadi rakus untuk mengambil sumber daya alam dengan teknologinya.
Kondisi ini dinamakan Adorno sebagai negativitas total.
Kondisi ini mencerminkan bahwa alam menguasai manusia. Akibat dari
negativitas ini, maka kerusakan lingkungan merupakan akibat yang harus
ditanggung oleh manusia itu sendiri. Ia memberikan solusi agar manusia
meninggalkan sifat ketamakan.(O’Connor, 2010)
ii. Mitos Odisseus
Menurutnya, hal yang mendasari teori musik pop adalah standardisasi dan
individualitas semu. Dalam membuktikan pandangannya, Adorno menggunakan
musik klasik sebagai pembanding.(Theodor W. Adorno, 1984) Ahli teori Sekolah
Frankfurt termasuk di antara ahli teori pertama yang meneliti peran fundamental
media dalam membentuk pemikiran dan perilaku, mempengaruhi politik, dan
mengelola permintaan konsumen di abad kedua puluh.
Analisis Horkheimer dan Adorno tentang industry budaya menghadirkan
model media sebagai instrumen kekuasaan dan kontrol sosial yang dikembangkan
oleh Walter Benjamin, Herbert Marcuse, Erich Fromm, dan Jürgen Habermas,
yang memberikan landasan sejarah pada analisis industri budaya Horkheimer dan
Adorno. (Theodor W. Adorno & Rabinbach, 1975) Sekolah Frankfurt juga
mempelajari efek budaya massa dan kebangkitan masyarakat konsumen pada
kelas pekerja yang menjadi instrumen revolusi dalam skenario Marxis klasik.
v. Mazhab Frankfurt
Rupanya dan meskipun ada banyak kesamaan dalam hal substansi dan
tujuan Sekolah Frankfurt memiliki sedikit pengaruh langsung pada kontributor
terkemuka untuk “La Pensée 68” di Prancis. Tetapi, dalam konteks Anglophone,
karya-karya Adorno dan Horkheimer, Marcuse dan Fromm dimasukkan ke dalam
ransel para intelektual muda yang membentuk gerakan politik dan kontra-budaya
pada 1960-an.
Ketika tiba saatnya bagi mereka untuk merangkul teori Prancis dan
postmodernisme akademis secara lebih umum, mereka memfasilitasi merger yang
berkontribusi pada gangguan disiplin ilmu humaniora di seluruh dunia.(“Luc
Ferry, Alain Renault La Pensee 68—Essai sur l’antihumanisme contemporain,”
1986)
Bahasan yang berfokus pada kehidupan dan karya Theodor Adorno, secara
selektif; tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman yang cukup tentang apa
isi Teori Kritis awalnya, sehingga pengaruh akhirnya dalam konteks Anglophone.
Katakanlah, studi budaya dapat dinilai secara adil. Ini sangat jelas dari semua
bentuk neoMarxisme" yang selamat dari kesadaran bahwa superstruktur
budaya memiliki khasiat historisnya sendiri, teori kritis yang dipahami oleh
Sekolah Frankfurt adalah yang paling berpengaruh dan produktif. Sebagai pemikir
Adorno keberatan terhadap filsafat sistematis dan meragukan apakah pemikiran
yang sebenarnya dapat transparan.
Tidak dapat diragukan lagi bahwa pemikir Jerman ini bergerak dalam
wilayah ilmiah yang amat luas. Namanya menjadi tersohor dalam hubungan
dengan filsafat, sosiologi, psikologi maupun musikologi. Dan terus menerus ia
menerobos tapal batas antara ilmu-ilmu itu.
Lebih jauh, mitos itu pada gilirannya juga menghasilkan penindasan dan
penguasaan manusia yang satu terhadap yang lainnya. Kenyataan terjadinya
penindasan, antara lain sebagaimana yang dialami Adorno sendiri, yaitu dengan
munculnya ideologi fasisme di Jerman, disamping juga, kepincangan yang
diakibat-kan dari kemajuan teknologi yang telah memanipulasi manusia, pada
umumnya.