Anda di halaman 1dari 20

EVALUASI PELAKSANAAN

MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN

(Studi Kasus Pelaksanaan Musrenbang di Kelurahan Tembalang)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester


Mata Kuliah Sosiologi Pembangunan

Disusun oleh:

Heni Fitria Sari

07021181823014

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai pulau yaitu Pulau Jawa, Pulau
Sulawesi, Pulau Kalimantan, Pulau Sumatra serta pulau-pulau lainnya. Dengan populasi lebih
dari 237 juta jiwa pada tahun 2010, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di
dunia dan negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia (dengan penganut agama islam
lebih dari 207 juta jiwa meskipun secara resmi bukanlah negara Islam). Bentuk pemerintahan
Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah
dan Presiden. Sistem pemerintahan Indonesia ini terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah
daerah dan desa.
Salah satu kota yang berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Kota
Semarang. Kota Semarang. Ibu kota Jawa Tengah yang memiliki berbagai kecamatan dan
kelurahan, salah satunya adalah Kecamatan Banyumanik. Kecamatan Banyumanik tersebut
terdiri atas banyak kelurahan, salah satu diantaranya adalah Kelurahan Tembalang. Yang akan
penulis bahas pada makalah kali ini adalah program perencanaan pembangunan yang
dilaksanakan di Kelurahan Tembalang.
Tahapan dan tatacara penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD), menyebutkan bahwa RPJMD merupakan rencana pembangunan suatu daerah untuk
jangka waktu 5 tahun yang sering disebut dengan Rencana Strategis (Renstra). Secara
operasional RPJMD diuraikan untuk kegiatan atau program pemerintah setiap tahun dalam
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) atau sering juga disebut Rencana Kerja (Renja) Pemerintah
(Permendagri No 54 Tahun 2010). Berdasarkan penjelasan Permendagri No 54 Tahun 2010,
bahwa kedudukan RPJMD Kota/Kabupaten merupakan dokumen yang akan menjadi pedoman
dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Kabupaten/Kota.

Salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan pemerintahaan yang baik (Good
Governance) adalah dibukanya peluang bagi masyarakat dalam turut serta dalam pengambilan
keputusan pembangunan, termasuk aspek perencanaan. Ruang yang disiapkan bagi keikutsertaan
masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan adalah Musrenbang yang dilaksanakan
secara berjenjang mulai dari desa sampai tingkat nasional.

Kegiatan musrenbang tidak hanya menjadi wadah bagi penyusunan rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan. Musrenbang harus dipandang sebagai saluran resmi yang dipersiapkan
untuk mengkanalisasi aspirasi masyarakat dalam rangka memperoleh akses yang memadai dalam
kebijakan penganggaran pembangunan. Untuk itu, maka mutu proses dan mutu hasil
Musrenbang akan sangat menentukan efektifitas penyaluran aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

Merujuk pada amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan
Pembangunan Nasional telah diperkenalkan tiga kutub perencanaan, yaitu Kutub perencanaan
Politis, Perencanaan Teknokratis dan Perencanaan Partisipatif. Berdasarkan pengalaman yang
ada diketahui bahwa Porsi penganggaran pemerintah sangat didominasi oleh hasil perencanaan
politis dan perencanaan teknokratis, sedangkan hasil perencanaan partisipatif (masyarakat)
kurang mendapat porsi pendanaan. Musrenbang hendaknya dipandang sebagai wadah yang
dipersiapkan untuk melakukan upaya harmonisasi dan singkronisasi berbagai kutub perencanaan
tersebut, sehingga aspirasi masyarakat dapat turut mewarnai hasil perencanaan teknokratis dan
perencanaan politis.

Berangkat dari kerangka berpikir tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk
meningkatkan mutu pelaksanaan musrenbang Kecamatan dan Kelurahan. Petunjuk Pelaksanaan
Musrenbang ini disusun sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu Musrenbang
kecamatan.

B . Rumusan Masalah

1. Apakah yang di maksud perencanaan yang ideal ?


2. Apakah perencanaan program pembangunan di daerah anda sudah sesuai dengan
perencanaan ideal tersebut?
BAB II

Tinjauan Pustaka

1 Landasan Teori
Landasan teori memuat konsep topik yang dibahas yang kemudian akan dikaitkan dengan
teori – teori yang berkaitan dengan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang).

1.1 Pengertian Musrembang

Kata musrenbang merupakan singkatan dari Musyawaran Perencanaan Pembangunan.


Kata musyawarah berasal dari Bahasa Arab yang menggambarkan bagaimana warga saling
berdiskusi memecahkan masalah konflik dan juga problem di masyarakat. Musrenbang, oleh
karena itu, identik dengan diksusi di masyarakat / kelurahan tentang kebutuhan pembangunan
daerah.

Musrenbang merupakan agenda tahunan di mana warga saling bertemu mendiskusikan


masalah yang mereka hadapi dan memutuskan prioritas pembangunan jangka pendek. Ketika
prioritas telah tersusun, kemudian di usulkan kepada pemerintah di level yang lebih tinggi, dan
melalui badan perencanaan (BAPPEDA) usulan masyarakat dikategorisasikan berdasar urusan
dan alokasi anggaran. Musrenbang di kelurahan dilaksanakan selama bulan Januari.

Proses penganggaran partisipatif ini menyediakan ruang bagi masyarakat untuk


menyuarakan kebutuhan mereka pada pihak pemerintah. Proses Musrenbang juga terjadi di leval
kecamatan dan kota demikian pula di provinsi dan nasional. Musrenbang merupakan pendekatan
bottom-up di mana suara warga bisa secara aktif mempengaruhi rencana anggaran kota dan
bagaimana proyek-proyek pembangunan disusun.

Pada mulanya, Musrenbang diperkenalkan sebagai upaya mengganti sistem sentralistik


dan top-down. Masyarakat di tingkat lokal dan pemerintah punya tanggung jawab yang sama
berat dalam membangun wilayahnya. Masyarakat seharusnya berpartisipasi karena ini
merupakan kesempatan untuk secara bersama menentukan masa depan wilayah. Masyarakat juga
harus memastikan pembangunan yang dilakukan pemerintah sesuai dengan kebutuhan.

Musrenbang dilaksanakan dalam rangka melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 25


Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Daerah, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tatacara
Penyusunan Rencana Pembangunan, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang
Rencana Kerja Pemerintah, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah wajib menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJMN/RPJMD),serta Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Kepala BAPPENAS dan Menteri Dalam Negeri Nomor 0008/M.PPN/01/ 2007-
050/264.A/SJ, tanggal 16 Januari 2008 perihal Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang
Tahun 2008.

Peraturan tersebut mengamanatkan bahwa perencanaan pembangunan daerah dilakukan


berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing guna mewujudkan integrasi, sinkronisasi dan
sinergitas pembangunan, antar (stakeholders) pemangku kepentingan. Meneg. Perencanaan
Pembangunan/Kepala Bappenas Nomor 2400/M.PPN/05/2003, Tanggal 26 Mei 2003 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbangda
Tahun 2004).

Peraturan tersebut mengamanatkan bahwa perencanaan pembangunan daerah dilakukan


berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing guna mewujudkan integrasi, sinkronisasi dan
sinergitas pembangunan, antar (stakeholders) pemangku kepentingan.
DASAR DAN MEKANISME PERENCANAAN 
1.   UU No.5 Tahun 1975 Ttg. Pemerintahan Daerah
2.   P5D (PermendagriNo. 9/1982
3.   P3MD
4.   GBHN, Repelita, Pola Dasar, Repelit ada dll
5.   DURP/DIP/DIPDA 
6.   UU No.22 Tahun 1999 Ttg. Otonomi Daerah
7.   Surat Edaran MPPN/ Bappenas No. 2400/ M.PPN/05/200, Tgl 26 Mei 2003
8.   Propenas, Propeda, Renstrada dll
9.   DURP/RASK/DIP/DASK 
10. UU No.32 Tahun 2004 Pemerintahan Daerah
11. UU No.25 Tahun 2004, Ttg.PPSN
12. RPJP, RPJM, RenstraKL/SKPD,RKP/
13. DURP/DIP?/RASKKPD/DASKKPD 

Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menyusun Rencana Kerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renja SKPD) sebagai penjabaran Rencana Strategis (Renstra) SKPD dan
bahan bagi penyempurnaan RKPD.  Penyusunan berbagai dokumen rencana tahunan tersebut
dilakukan melalui proses koordinasi antar instansi pemerintah (Forum SKPD) dan proses
partisipasi seluruh pelaku pembangunan dalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang).

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan pedoman bagi penyusunan APBD
yang akan ditetapkan secara bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Pemerintah
Daerah.  Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) mempunyai fungsi pokok sebagai : (1)
Acuan bagi seluruh pelaku pembangunan dalam menjabarkan seluruh kebijakan public, (2)
Pedoman dalam penyusunan APBD sesuai dengan arah kebijakan pembangunan daerah selama
satu tahun, dan (3) Jaminan kepastian kebijakan sebagai wujud nyata komitmen pemerintah
dalam melaksanakan pembangunan.

Sehubungan dengan hal diatas, sebagai bagian dari proses penyelenggaraan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, maka dalam perencanaan pembangunan perlu dilakukan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang akan membahas dan
menyempurnakan Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk
difinalisasi lebih lanjut sebagai pedoman dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran  yang
merupakan mata rantai dalam proses penyusunan APBD.

TUJUAN
Agar penyelenggaraan Musrenbang Kabupaten, Kecamatan, Kelurahan dan Desa dapat
memenuhi asas demokrasi, partisifasi, kemitraan, transparansi dan akuntabilitas dengan
melibatkan para pelaku pembangunan di daerah.
Tujuan penyelenggaraan Musrenbang dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) Adalah:
1.    Menyempurnakan rancangan awal RKPD menjadi rancangan akhir RKPD dengan mengacu
pada naskah RPJMD 2009 – 2014 yang mulai diimplementasikan pada tahun 2009.
2.    Melakukan sinkronisasi dan penyempurnaan rancangan awal Rencana Kerja SKPD menjadi
rancangan akhir Rencana Kerja SKPD dengan memperhatikan prioritas pembangunan yang
tertuang dalam rancangan RKPD serta prioritas dan aspirasi masyarakat sesuai kesepakatan
Musrenbang.
3.    Melakukan sinkronisasi program, kegiatan pokok, lokasi kegiatan dan pagu anggaran yang
disusun oleh SKPD yang bersifat penting dan mendesak untuk segera dilaksanakan, mempunyai
dampak nyata, terukur dan langsung dirasakan oleh masyarakat, sesuai dengan prioritas
pembangunan yang telah ditetapkan dalam Rancangan RKPD.
4.    Mengembangkan dan memperkuat proses partispisasi masyarakat dan dunia usaha dalam
penyusunan RKPD.
5.    Mengembangkan dan memperkuat mekanisme pengendalian dan pengawasan (safe
guarding) terhadap pelaksanaan RKPD.
6.    Merupakan media interaktif bagi segenap stakeholders daerah untuk menetapkan program
dan kegiatan daerah serta rekomendasi kebijakan guna mendukung implementasi
program/kegiatan tahun anggaran berikutnya.
7.    Membangun komitmen bersama diantara steakholders dalam pencapaian pembangunan yang
berkualitas, partipatif, transparan dan akuntabel
8.    Menciptakan program – program innovatif dalam perencanaan pembangunan kedepan

1.2 PRINSIP-PRINSIP DALAM PELAKSANAAN MUSRENBANG


Prinsip dalam Musrenbang berlaku baik untuk Fasilitator, peserta, narasumber, dan
semua komponen  yang terlibat dalam pelaksanaan musrenbang  dan hendaknya ini menjadi
kesepakatan bersama sehingga Musrenbang benar – benar menjadi sebuah wadah/forum dalam
mengambil keputusan bersama dalam rangka menyusun program kegiatan pembangunan tahun
berikutnya.
Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1.    Prinsip kesetaraan: Peserta musyawarah adalah kelompok masyarakat dengan hak yang
setara untuk menyampaikan pendapat, berbicara, dan dihargai meskipun terjdi perbedaan
pendapat. Sebaliknya, juga memiliki kewajiban yang setara untuk mendengarkan pandangan
orang lain, menghargai perbedaan pendapat, dan juga menjunjung tinggi hasil keputusan
bersama.
2.    Prinsip musyawarah dialogis: Peserta musrenbang memiliki keberagaman tingkat
pendidikan, latar belakang, kelompok usia, jenis kelamin, status sosial-ekonomi, dan sebagainya.
Perbedaan dan berbagai sudut pandang tersebut diharapkan menghasilkan keputusan terbaik bagi
kepentingan masyarakat banyak di atas kepentingan individu atau golongan.
3.     Prinsip keberpihakan: Dalam proses musyawarah, dilakukan upaya untuk mendorong
individu dan kelompok yang paling terlupakan untuk menyampaikan aspirasi dan pendapatnya,
terutama kelompok miskin, perempuan dan generasi muda.
4.    Prinsip anti dominasi: Dalam musyawarah, tidak boleh ada individu/kelompok yang
mendominasi sehingga keputusan-keputusan yang dibuat melalui proses musyawarah semua
komponen masyarakat secara seimbang.
5.    Prinsip pembangunan secara holistic: Musrenbang dimaksudkan untuk menyusun rencana
pembangunan bukan rencana kegiatan kelompok atau sector tertentu saja. Musrenbang dilakukan
sebagai upaya mendorong kemajuan dan meningkatkan kesejahteraan secara utuh dan
menyeluruh sehingga tidak boleh muncul egosektor dan egowilayah dalam menentukan prioritas
kegiatan pembangunan.
MEKANISME PENYELENGGARAAN MUSRENBANG
PROSES MUSRENBANG DAERAH :
Musrenbang diselenggarakan melalui urutan proses :
Tahap 1    Musyawara Perencanaan Pembangunan Desa/Kelurahan (Musrenbangdes)
Tahap 2    Musyawara Perencanaan Pembangunan Kecamatan (Musrenbangcam)
Tahap 3    Musyawara Perencanaan Pembangunan Kabupaten (Musrenbangkab)     

MUSRENBANG KABUPATEN 
Tujuan Umum :
Ditujukan untuk menghasilkan kesepakatan dan komitmen diantara para pelaku pembangunan,
atas program, kegiatan dan anggaran tahunan daerah, dimana pengambilan keputusan dilakukan
secara partisifatif dengan berpedoman pada dokumen perencanaan pembangunan daerah 
Tujuan Khusus:
•Meningkatkan intensitas dan kualitas partisifasi masyarakat
• Meningkatkan kualitas perencanaan
• Mewujudkan keseimbangan antara pencapaian sasaran jangka menengah dan strategis dan
sasaran tahunan
Sasaran :
• Terjaminnya keterlibatan mayarakat (Individu/kelembagaan) dalam proses pengambilan
keputusan pada musrenbang kabupaten.
• Teridentifikasi dan tersepakatinya prioritas program/kegiatan daerah untuk tahun mendatang
yang memerlukan pembiayaan APBD Kabupaten
• Teridentifikasinya kebutuhan akan kebijakan dari pemerintah kabupaten
• Tersepakatinya kegiatan-kegiatan yang memerlukan pengkajian lebih lanjut
• Terintegrasinya pendekatan partisipatif dalam keseluruhan proses perencanaan pembangunan di
kabupaten 
Materi:
• Hasil rekomendasi tata cara pelaksanaan musrenbangkab,
• RPTK dan Rancangan Repetada berupa Usulan Satker (Ranc. RASK/DUP/DURP), 

• Tinjauan Pelaksanaan Pembangunan yang didanai APBD Kab, APBD Prop dan APBN
tahun sebelumnya, 
• Hasil Evaluasi APBD tahun lalu dan tahun berjalan, 
• Hasil kajian potensi lokal (SDM dan SDA)
Keluaran :
• Arah Kebijakan Umum APBD
• Repetada yang definitif 
• Daftar usulan kebijakan pada tingkat Kabupaten, Propinsi dan pusat
• Daftar usulan kegiatan/investasi yang memungkinkan terjadinya kemitraan dengan
swasta
• Daftar usulan kegiatan yang perlu pengkajian lebih lanjut 

1.3 Konsep Pembangunan

Berikut beberapa definisi pembangunan menurut para ahli :

 Pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy


Supriyadi Bratakusumah, 2005).
 Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau
rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar
oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa (nation building)”.
 Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu
sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan
secara terencana”.
 Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system
sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi,
kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994).
 Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan
budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki
berbagai aspek kehidupan masyarakat.
 Amartya Sen (pemenang hadial Nobel untuk Ekonomi tahun 1998 mengatakan
Pembangunan pada hakikatnya adalah Pembebasan dari tirani, kurangnya kesempatan
ekonomi, deprivasi sosial secara sistematik, kurangnya prasarana publik dan
ketidaktoleransi atau ‘overactivity’ negara-negara yang represif.
Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran yang
mengidentikan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan
industrialisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan
pada aspek perubahan, di mana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta
industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal
tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-masing mempunyai latar
belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang berbeda pula, meskipun
semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi
Bratakusumah, 2005).

Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan


dan diversifikasi. Secara sederhana pembangunan sering diartikan sebagai suatu upaya untuk
melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud adalah menuju arah
peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada yang mengasumsikan bahwa
pembangunan adalah juga pertumbuhan. Seiring dengan perkembangannya hingga saat ini belum
ditemukan adanya suatu kesepakatan yang dapat menolak asumsi tersebut. Akan tetapi untuk
dapat membedakan keduanya tanpa harus memisahkan secara tegas batasannya, Siagian (1983)
dalam bukunya Administrasi Pembangunan mengemukakan, “Pembangunan sebagai suatu
perubahan, mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik
dari kondisi sekarang, sedangkan pembangunan sebagai suatu pertumbuhan menunjukkan
kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif
dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan.”

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat dipisahkan
dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan
dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan
dapat berupa pengembangan/perluasan (expansion) atau peningkatan (improvement) dari
aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat.
Karakteristik utama dari bidang studi pembangunan yg multi dan inter-disiplin sejak diresmikan
pada tahun 1940an, adalah satu seri perubahan dalam Pemikiran Pembangunan.
Dalam discourse  bidang keilmuan teori pembangunan identik dengan sifat perubahan yg
evolusiner daripada revolusiner.   Pemikiran Pembangunan bukan saja merupakan terjemahan
teori tentang fakta tapi merupakan juga tentang nilai, aspirasi, tujuan sosial yg pada akhirnya
mencari sesuatu yg berlandaskan moral, etika dan keadilan.  Maka perubahan dalam studi
pembangunan menjurus ke evolusi ide2 yang paralel daripada revolusi ide2.  maka tidak heran
apabila konflik, bahasan, debat, posisi dan juga sanggahan moral tersirat dalam bahasan strategi
pembangunan dengan teori2 pembangunan yang majemuk.
Pembangunan mencakup teori dan praktek yaitu bagaimana pembangunan seharusnya atau
mungkin terjadi dan upaya riil yg dilakukan utk menerapkan berbagai aspek pembangunan dalam
praktek. Pembangunan mempunyai pengertian dinamis, maka tidak boleh dilihat dari konsep
yang statis.Pembangunan juga mengandung orientasi dan kegiatan yang tanpa akhir.
Proses pembangunan merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan menunjukkan
terjadinya suatu proses maju berdasarkan kekuatan sendiri, tergantung kepada manusia dan
struktur sosialnya. Pembangunan tidak bersifat top-down, tetapi tergantung dengan “innerwill”,
proses emansipasi diri. Dengan demikian, partisipasi aktif dan kreatif dalam proses
pembangunan hanya mungkin bila terjadi karena proses pendewasaan.

2. metode penelitian

Metode penelitian adalah metode yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian untuk
memperoleh suatu kesimpulan. Metode penilitian yang dilakukan penulis meliputi:
2.1 Jenis Sumber Data
Kajian ini menggunakan metode peneltian kualitatif dengan menjabarkan sumber –
sumber data primer dan sekunder untuk dianalisis dan diperbandingkan, data primer
dikumpulkan melalui wawancara pada subyek yang akan diteliti yaitu : Pihak Kelurahan
Ungaran sedangkan data sekunder yaitu data yang didownload melalui media internet, serta
informasi berupa literatur buku yang berkaitan dengan topik bahasan

2.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah telaah pustaka yang terkait
dengan topik yang akan dikaji. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
komparatif yang mencoba untuk mengkaji proses implementasi Musrenbang di Kelurahan
Ungaran untuk ditarik kesimpulan. Selanjutnya akan dianalisis dengan model siklus interaktif
yang dikemukakan Huberman dan Miles dalam Bungin (2003:63)

BAB III
Pembahasan
1. Perencanaan Ideal
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang
tepat melalui serangkaian pilihan-pilihan.
 Menentukan : menemukan (mengungkapkan dan meyakinkan)
 Tindakan : Spesifik dan berkaitan dengan persoalan pelaksanaan
 Tepat : Dikaitkan dengan tindakan
 Pilihan-pilihan
1. Pemilihan tujuan dan kriteria
2. Identifikasi seperangkat alternative yang konsisten dengan preskripsi dengan
pemilih alternative yang memungkinkan
3. Arahan tindakan mengenai tujuan yang telah ditentukan

 Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa


perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan—tak akan dapat
berjalan.

Rencana atau plan adalah dokumen yang digunakan sebagai skema untuk mencapai


tujuan. Rencana biasanya mencakup alokasi sumber daya, jadwa, dan tindakan-tindakan penting
lainnya. Rencana dibagi berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan, dan frekuensi
penggunaannya. Berdasarkan cakupannya, rencana dapat dibagi menjadi rencana strategis dan
rencana operasional. Rencana strategis adalah rencana umum yang berlaku di seluruh lapisan
organisasi sedangkan rencana operasional adalah rencana yang mengatur kegiatan sehari-hari
anggota organisasi.

Berdasarkan jangka waktunya, rencana dapat dibagi menjadi rencana jangka panjang dan
rencana jangka pendek. Rencana jangka panjang umumnya didefinisikan sebagai rencana dengan
jangka waktu tiga tahun, rencana jangka pendek adalah rencana yang memiliki jangka waktu satu
tahun. Sementara rencana yang berada di antara keduanya dikatakan memiliki intermediate time
frame.

Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah
rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi.
Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi
dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota korporasi,
artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat
untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan

Menurut yang penulis dapat dari hasil wawancara dengan pak lurah, perencanaan yang
ideal itu adalah perencanaan yang mengikuti tata cara aturan pembuatan pembangunan yang
telah ada di undang-undang atau di PP (peraturan pemerintah) selain itu tidak hanya di peraturan
saja melainkan di perlukannya aspirasi masyarakat sebagai pengguna infrastuktur atau
pembangunan tersebut. Ini semua bertujuan agar pembangunan yang telah di lakukan ini tepat
sasaran dan berguna bagi masyarakat nya.

1.1 Penyebab kegagalan Perencanaan

Ada 4 hal yang dapat menyebabkan seseorang gagal melaksanakan rencana yang
disusunnya.
Yang pertama adalah kurangnya tekad dan kekonsistenan. Setelah membuat
perencanaan, orang yang bersangkutan harus belajar mendisiplin diri sendiri untuk melakukan
setiap langkah yang sudah ia rencanakan dengan detil dan konsisten, sehingga apa yang
dilakukannya dapat terus mengalami peningkatan. Tanpa tekad, konsistensi dan disiplin, kita
tidak akan pernah bisa melihat sebuah rencana terwujud dalam realita.
Penyebab kedua adalah kurangnya persiapan. Kadang kala kita sudah merencanakan
sesuatu dengan baik, tapi gagal di tengah jalan karena tidak adanya persiapan
Penyebab ketiga adalah kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat, seperti suami
atau isteri, anak-anak maupun keluarga. Kadang, kurangnya dukungan bisa melemahkan fighting
spirit yang kita miliki sehingga membuat kita gagal meraih rencana.
Keempat adalah mentoring. Seringkali seseorang gagal mewujudkan rencana karena
ia tidak memiliki mentor yang bisa memberi arahan, menolong untuk menetapkan langkah-
langkah persiapan ataupun menerapkan pendisiplinan pribadi atas hidup orang yang
bersangkutan.

Selain itu juga dibutuhkan tekad yang besar, sehingga apa yang sudah kita rencanakan
akan bisa terwujud. Untuk bisa membangun mentalitas seperti ini amat diperlukan peran seorang
mentor, apalagi jika keluarga kita tergolong orang-orang yang sekedar menjalani hidup belaka,
sehingga tidak ada figur yang bisa kita teladani guna mengadopsi semangat dan tekadnya.
Dengan adanya seorang mentor yang sudah terbukti berhasil, kita bisa dengan mudah terinspirasi
untuk meniru keberhasilan dan apa yang ia lakukan dalam meraih pencapaian tersebut.

Selain itu, kita juga membutuhkan adanya orang-orang maupun resources yang bisa
memberikan input inspirasional dalam hidup kita. Selanjutnya, kita membutuhkan komunitas
yang mendukung. Dengan adanya ketiga hal ini, akan jauh lebih mudah untuk membangun dan
memiliki mentalitas seorang pejuang, sehingga apapun yang kita rencanakan pasti bisa terwujud.

1.2 Kriteria Perencanaan Ideal

a) alternative
Agar dapat menetapkan perencanaan yang baik maka sebelumnya agar disusun berbagai
alternative, misalnya untung dan rugi kelebihan dan kekurangannya, kendala dan dukungannya,
sehingga dapat menentukan perencanaan yang paling baik.
b) Harus realistis
Bila perencanaan tidak realistis, mungkin baik diatas kertas saja akan tetapi tidak dapat
dilaksanakan dalam prakteknya.
Misalnya : keterbatasan dalam teknologi, keterbatasan sumber dana, tenaga kerja, dsb.
c) Harus ekonomis

Disamping keterbatasan diatas, juga harus mempertimbangkan tingkat ekonomis dalam


suatu rencana. Hindarkan faktor pemborosan, biaya, waktu, tempat, dsb.
d) Harus (fleksibel)
Dalam hal ini perencanaan harus fleksibel, artinya setiap saat dapat dievaluir sesuai
dengan perkembangan organisasi, situasi dan kondisi pada waktu tersebut. Pada dasarnya
perencanaan itu disusun berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, namun dalam prakteknya
sering terjadi berbagai penyimpangan yang tidak dapat dihindarkan.
e) Didasari partisipasi
Dalam pembuatan perencanaan hendaknya dapat diikutkan berbagai pihak untuk
memperoleh masukan (input) agar lebih sempurna. Dengan adanya partisipasi, perusahaan akan
memperoleh manfaat ganda, karena disamping rencana menjadi lebih baik, juga dapat
menambah semangat kerja para karyawan (karena merasa ). 

Penulis mengatakan bahwa perencanaan di wilayah tembalang ini adalah perencanaa yang
ideal karena telah mencakupi berbagai aspek dan kriteria perencanaan yang ideal tersebut.
Terbukti perencanaan di kelurahan ini di bentuk atau di buat dari isi aspirasi-aspirasi masyarakat
pada saat kegiatan musrembang yang telah di laksanakan. Dan selain itu tata pengelolaan system
keuangan yang di bukukan oleh kelurahan ini bersifat fakta atau sesuai dengan apa yang telah di
lakukan oleh pihak swasta.

2. Musrembang di Kelurahan Tembalang


Kelurahan Tembalang merupakan daerah yang berada di kecamatan Banyumanik yang
kantornya terletak di Jalan Banjar Sari. Dalam perkembangan daerahnya, Kelurahan Tembalang
mulai meningkatkan daya dukung daerahya melalui berbagai perencanaan – perencanaan yang
dirumuskan sedemikian rupa sehingga kesejahteraan masyarakat dapat tercapai, salah satunya
dengan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang).
Musrenbang adalah merupakan sebuah mekanisme perencanaan, sebuah institusi
perencana yang ada di daerah dan sebagai mekanisme untuk mempertemukan usulan/kebutuhan
masyarakat (bottom up planning) dengan apa yang akan diprogram pemeintah (top down
planning). Idealnya pelaksanaan Musrenbang melibatkan masyarakat/stakeholder non
Pemerintah mulai dari tahapan Proses, Penentuan, dan Pelaksanaan termasuk stakeholder secara
bersama memikirkan bagaimana membiayai dan mengimplementasikan hasil Musrenbang.

2.1 Impelementasi Musrembang di Kelurahan Tembalang


Sesuai dengan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
yang salah satunya mengamanatkan pelaksanaan perencanaan pembangunan dari bawah secara
partisipatif. Di kelurahan tembalang juga melaksanakan kegiatan musrembang yang telah di
selenggarakan pada tanggal 10 januari 2015 kemarin yang bertema kan partisipasi masyarakat di
daerah temabang.
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan kepada lurah setempat, Kegiatan
musrembang di hadiri oleh salah satu anggota dewan Sebagai saksi dalam proses musyawarah di
kelurahan tembalang berjalan dengan benar dan aspirasi masyarakat semua tersalurkan dalam
proses musrembang berjalan. Selain itu kegiatan musrembang kemaren juga di hadiri oleh Rt dan
Rw yang bersangkutan maupun tidak
.warga yang ikut hadir dalam kegiatan musrembang ini banyak sehingga keluhan
keluhan yang di dapat dalam kegiatan musrembang ini juga banyak. Program-program yang di
ajukan kepada pemerintah kota juga banyak dan akan menghabiskan dana yang lumayan relative
besar. Di daerah tembalang ini warga nya bisa di katakan berpasrtisipasi tinggi, bukti nya dalam
kurun waktu sebulan di tembalang ini pasti ada kegiatan warga entah itu masalah pembangunan
maupun masalah keluhan-keluhan yang timbul dalam masyarakat.
setelah memberikan laporan apa saja yang diingin kan oleh masyarakat di daerah
tembalang ke pada pemerintah kota. Maka pemerintah kota dengan wewenang nya memberikan
tugas dan dana kepada kecamatan setelah itu di serahkan kepada kelurahan. Di kelurahan tugas
itu akan di catat dan di bukukan sedemikian rupa, dari masalah biaya,anggaran, nama lokasi apa
program nya di kelurahan lah itu semua di buat di sebuah buku laporan yang telah penulis dapat.

Kemudian proses nya tidak hanya berhenti di kekelurahan saja. Tugas tersebut akan di
serah kan kepada pihak swasta sebagai orang ketiga yang melaksanakan tugas tersebut. Tugas
tersebut berupa pengaspalan jalan, paving, perbaikan masjid, dan pebuatan saluran air. Setelah
pekerjaan itu selesai di lakukan oleh pihak swasta dalam waktu yang telah ditentukan. Maka
salah satu anggota kekelurahan akan mencek dan melihat apa pekerjaan itu benar-benar telah
selesai. Setelah itu barulah kekelurahan membuat laporan lagi tetapi laporan itu menejlaskan
bahwa sudah terlaksanakan nya program itu kepada pemerintah kota.

Kesimpulan
Perencanaan ideal adalah perencanaan yang baik serta efektif dapat dinikmati oleh
masyarakat serta perencanaan tersebut berdasarkan alternative, harus realistis, ekonomis,
flexibel, dan harus didasari dengan partisipasi. Selain itu perencanaan yang idela ini di dasar dari
aspirasi-aspirari warga atau partisipasi warga dalam kegiatan musrembang yang telah di adakan
kemaren tanggal 10 januari 2015 di kelurahan tembalang. Musrembang ini bertujuan agar
program perencanan pembangunan yang di buat oleh kelurahan ini sesuai dengan keinginan
masyarakat, sehingga pembangunan yang dilakukan itu berguna dan bermanfaat serta dapat di
nikmati oleh masyarakat sebagai penggunannya.

Perencanaan program di daerah tembalang ini adalah perencanaa yang ideal karena telah
mencakupi berbagai aspek dan kriteria perencanaan yang ideal tersebut seperti salah satu kriteria
nya adalah Partisipasi dan ekonomis. Terbukti perencanaan di kelurahan ini di bentuk atau di
buat dari isi aspirasi-aspirasi masyarakat pada saat kegiatan musrembang yang telah di
laksanakan. Dan selain itu tata pengelolaan system keuangan yang di bukukan oleh kelurahan
ini bersifat fakta atau sesuai dengan apa yang telah di lakukan oleh pihak swasta.
Daftar pustaka

http://danisnugroho.blogspot.com/2010/11/syarat-syarat-perencanaan-yang-baik.html Di unduh

pada tanggal 10 januari 2015 jam 12:30 wib

http://abbalukengbone.blogspot.com/2014/02/tahap-pelaksanaan-musrembang-tingkat.html
Di unduh pada tanggal 6 januari 2015 jam 10:00

Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah.


Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.

Djohani, Rianingsih. 2008. Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan


Pembangunan. Jakarta. Studio Driya Media.

Tim Penyusun. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.

Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional.

Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Anda mungkin juga menyukai