Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : YOMI ADITIA PRAYOGA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042795895

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4433/PERENCANAAN KOTA

Kode/Nama UPBJJ : 13/BATAM

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Munculnya banyak kritikan terhapdap paradigma perencanaan ‘tradisional’, membuat
adanya rekomendasi terhadap paradigma baru dalam perencanaan kota. Munculnya,
paradigma baru dalam perencanaan kota diwarnai pula dengan semakin besarnya
kebutuhan untuk menerapkan konsep good governance dalam perencanaan kota
secara khusus dan dalam penataan ruang secara umum. Sebagai suatu konsep yang
ingin diwujudkan dalam penyelenggaraan pemerintahan, termasuk di dalamnya
aktivitas perencanaan, good governance mempunyai berbagai karakteristik.
Analisislah secara detail, karakteristik-karakteristik dalam mewujudkan good
governance?

Jawab :

Sebagai suatu konsep yang ingin diwujudkan dalam penyelenggaraan


pemerintahan, termasuk didalamnya aktivitas perencanaan, good governance
mempunyai karakteristik. UNDP (1994, Dalam Argo, 2004,) memberikan 11
karakteristik bagi perwujudan good governance, sebagai berikut :

1. Participation (partisipasi)
Mengajak semua penduduk untuk menggunakan haknya untuk mengeksperiskan
opini mereka dalam proses pembuatan keputusan yang berhubungan dengan
kepentingan umum bai secara langsung atau tidak langsung melalui lembaga
perwakilan yang dapat menyalurkan inspirasinya.
2. Rule of law (kerangka hukum)
Melakukan penehgakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa kecuali dengan
menjunjung hak asasi manusia dengan memperhatikan nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat.
3. Transparency (transparansi)
Transparansi dibangun atas dasar kebebasan meperoleh informasi. Informasi yang
berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka
yang membutuhkan. Dengan kata lain, transparansi mebangun kepercayaan antara
pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi yang mudah diakses
untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat.
4. Equality (kesetaraan)
Menyediakan kesempatan yang sama untuk seluruh anggota masyarakat dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan dan keadilan.
5. Responsiveness (daya tanggap)
Mengingkatkan sensitivitas administrasi pemerintah untuk menangkap dan
menanggapi masyarakat
6. Strategic vision (wawasan kedepan)
Membangun wilayah berdasarkan visi dan strategi yang jelas dengan partisipasi
penduduk dalam semua proses sehingga masyarakat memiliki rasa kepemilikan dan
tanggung jawab terhadap kemajuan daerahnya.
7. Accountability (akuntabilitas)
Pertanggung jawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan
8. Supervision (pengawasan)
Peningkatan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan dengan mengushakan keterlibatan swasta dan msyarakat luas.
9. Efficiency and effectiveness (efektif dan efisien)
Menjamin adanya pelayanan publik yang memuaskan dengan menggunakan sumber
daya yang ada secara optimal dan dapat ipertanggungjawabkan
10. Professionalism (profesionalisme)
Meningkatkan kualitas dan moral pihak administrasi pemerintahan sehingga
mereka dapat menyediakan pelayanan yang mudah, cepat, akurat, dan terjangkau.
11. Consensus orientation (berorintasi pada konsensus)
Segala keputsan yang diambil berorintasi pada kepentingan masyarakat yang lebih
luas

Sumber : ADPU4433/PERENCANAAN KOTA MODUL 7

2. Setiap kawasan perkotaan di Indonesia, pada dasarnya harus memperhatikan


pemanfaatan pola ruang yang sesuai dengan tujuan untuk mendukung kegiatan sosial-
ekonomi masyarakat. Dalam pelaksanaannya, hal tersebut dilakukan dengan membuat
rencana yang disebut dengan rencana umum tata ruang kawasan perkotaan. Dimana,
rencana tersebut merupakan wujud dari kebijaksanaan dalam mengelola dan
melindungi kawasan atau lokasi yang ditetapkan. Namun, tentu saja, penyusunan
rencana tersebut haruslah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan berkaitan
dengan rencana tersebut. Analisislah secara detail, ketentuan yang berkaitan dengan
penyusunan RTRW Kota/RUTR Kawasan Perkotaan?

Jawab :

Beberapa ketentuan yang berkaitan dengan penyusunan RT/RW Kota/RUTR


kawasan perkotaan adalah sebagai berikur :

1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan merupakan rencana


pemanfaatan ruang Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan yang disusun untuk menjaga
keserasian pembangunan antar sektor dalam rangka penyusunan dan pengendalian
program-program pembangunan perkotaan dalam jangka panjang. Rencana Umum
Tata Ruang Kawasan Perkotaan merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten.
2. Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Rencana Umum Tata Ruang
Kawasan Perkotaan adalah 10 tahun. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/ Rencana
Umum Tata Ruang Kawasan Perkotaan dituangkan ke dalam peta dengan ketelitian
skala 1: 50.000 hingga 1: 20.000.

3. Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Rencana Umum Tata Ruang Kawasan
Perkotaan adalah untuk :
(1) Menjaga konsistensi perkembangan Kota/ Kawasan Perkotaan dengan strategi
perkotaan nasional dan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dalam jangka
panjang;
(2) menciptakan keserasian perkembangan kota dengan wilayah sekitarnya; dan
(3) menciptakan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah.

4. Manfaat Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Rencana Umum Tata Ruang Kawasan
Perkotaan adalah sebagai pedoman untuk:
(1) Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di Wilayah Kota/Kawasan
Perkotaan;
(2) Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan dan
keserasian antar sektor;
(3) Penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan atau masyarakat
di Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan (rujukan bagi penerbitan izin lokasi bagi
pembangunan);
(4) Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan di wilayah Kota dan
Wilayah Kabupaten;
(5) Pemanfaatan ruang bagi kegiatan pembangunan

 Dalam proses penyusunan RTRW Kota/RUTR Kawasan Perkotaan, ditempuh langkah-


langkah: (1) Penentuan arah pengembangan; (2) Identifikasi potensi dan masalah
pembangunan; (3) Perumusan RTRW Kota/RUTR Kawasan Perkotaan; dan Penetapan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan.
 penentuan arah pengembangan. Dalam tahap penentuan arah pengembangan Wilayah
Kota/Kawasan Perkotaan dilakukan pula penentuan batas wilayah perencanaan.
Dalam hal Daerah Kota, wilayah perencanaan adalah dalam batas administrasi Daerah
Kota tersebut; sedangkan bagi Daerah Kabupaten, batas Kawasan Perkotaan
ditentukan berdasarkan kriteria yang berlaku. Selain itu diperlukan kajian terhadap
aspek ekonomi, sosial, budaya, daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta
fungsi pertahanan keamanan.
 Identifikasi potensi dan masalah pembangunan. Tahapan ini mengidentifikasikan
berbagai potensi dan masalah pembangunan dalam suatu wilayah perencanaan
(Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan) untuk mewujudkan keterpaduan, keseimbangan,
dan keserasian pembangunan antar sektor dalam rangka penyusunan dan
pengendalian program-program pembangunan kota/ kawasan perkotaan jangka
panjang. Dalam hal ini, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Perkembangan sosial-kependudukan
2. Prospe pertumbuhan ekonomi
3. Daya dukung fisik dan lngkungan
4. Daya dukung prasarana dan fasilitas perkotaan

SUMBER : ADPU4433/PERENCANAAN KOTA MODUL 8

3. Bila ditelisik lebih jauh, fenomena bahwa dalam kurun sepuluh tahun ke depan
separuh penduduk Indonesia tinggal di kawasan perkotaan pada dasarnya adalah
suatu kondisi yang perlu dijadikan landasan dalam pembangunan kota-kota di masa
yang akan datang. Sehingga perlu adanya perumusan kebijakan pembangunan
perkotaan di Indonesia yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunaan perkotaan
nantinya. Memang tidaklah mudah dalam penentuan kebijakan pembangunan
perkotaan, namun perlu adanya suatu strategi berskala makro dalan upaya kebijakan
pembangunan nantinya. Analisislah secara detail, kerangka strategiS secara makro
tersebut dalam hal penentuan kebijakan pembangunan di Indonesia?

Jawab :

 Dalam konteks kebijakan pembangunan perkotaan di Indonesia, perlu dikemukakan


adanya kebutuhan suatu Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan. Dalam hal ini
secara makro kebijakan pembangunan perkotaan perlu memiliki suatu kerangka
strategi (Soegijoko dan T. Firman, 2006):
 1. Di tingkat lokal perlu strategi yang mengakomodir kondisi lokal dan variasi-variasi
yang diperlukan, misalnya terkait dengan tipologi kota yang ada di daerah tersebut
(ukuran kota, laju pertumbuhannya, potensi SDA-nya)
 2.di tingkat nasional, perlu ada keserasian dan sinergitas. Dari gambaran tentang
pelbagai tipe kota (di Jawa-luar Jawa, metropolitan, menengah, kecil), strategi
pembangunan perkotaan tidak dapat seragam karena masalah/isu yang dihadapi serta
tujuan pembangunan daerah dan peranan/fungsi kota-kotanya berbeda-beda.
 3. Dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan nasional untuk menerapkan
desentralisasi dan otonomi daerah maka strategi pembangunan perkotaan pun perlu
terdesentralisasi untuk mengakomodir kondisi dan aspirasi daerah dan lebih dapat
menjadi landasan program-program pembangunan daerah.
Skenario dalam strategi nasional pembangunan perkotaan di Indonesia adalah
mendorong perkembangan kota dengan memperhatikan besaran, potensi dan keterkaitan
yang saling menguntungkan dengan kawasan sekitarnya secara selektif, yaitu: mendorong
kota-kota di luar Jawa untuk pengembangan industri pengolahan dan agrobisnis, dan
kota-kota di Jawa untuk industri dan bisnis yang bersih, dan hemat ruang, air, serta
sumber daya alam lainnya. Berkaitan dengan strategi pembangunan perkotaan, maka
strategi spasial pengembangan perkotaan nasional berdasarkan tiga komponen, yaitu:
tipologi dan fungsi kota-kota, pola keterkaitan dan aglomerasi kota kota, dan prinsip
umum pengelolaan kota sesuai dengan tipologi, fungsi dan keterkaitan kota-kotanya.

Sumber : ADPU4433/PERENCANAAN KOTA MODUL 9

4. Penataan ruang dan pembangunan kota di Indonesia sebenarnya mempunyai tujuan


utama dalam hal memanfaatkan dan memperluas penataan kota/pembangunan kota.
Namun pada kenyataannya, masih banyak dijumpai permasalahan-permasalahan yang
muncul terkait dengan konsep penataan ruang yang tanggap terhadap pembangunan
kota. Permasalahan yang muncul sangatlah berdampak negatif bagi masyarakat bagi
secara lingkungan, ekonomi dan sebagainya. Permasalahan tersebut tidak terlepas
dari 5 dasar pertimbangan konsep penataan ruang yang tanggap terhadap
pembangunan kota. Analisislah secara detail dan mendalam terkait permasalahan-
permasalahan khusus yang muncul dalam penataan ruang dan pembangunan kota di
Indonesia?

Jawab :

Permasalahan khusus dalam penataan ruang/pembangunan kota pada dasarnya terkait


dengan konsep penataan ruang yang tanggap terhadap dinamika pembangunan kota.
Dalam hal ini perlu pemahaman terhadap aspek-aspek permasalahan spesifik yang
mempengaruhi perwujudan pemanfaatan ruang kota sesuai dengan rencana yang
ditetapkan. Dalam konsep penataan ruang yang tangguh terhadap dinamika
pembangunan kota (1990), ada lima aspek yang menjadi dasar pertimbangan, yaitu :
Manajemen lahan; lingkungan hidup perkotaan; prasarana perkotaan; pembiayaan dan
investasi; dan kerja sama pemerintah,swasta, dan masyarakat.

Sumber : ADPU4433 MODUL 9

Anda mungkin juga menyukai