Anda di halaman 1dari 13

Makalah

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH

“Perencanaan Pembangunan dan Penataan Ruang”

Oleh:

KELOMPOK V

MANTASIA (D1D118055)

MUH.SAHRUL (D1D118059)

KHAIRUNNISA

PUPUT IMANIAR SOLEHA (D1D118057)

SITI HAPSA

PUTU EKA MERTASARI

AZIDUN

JURUSAN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan wilayah semakin kedepan


akan semakin berubah. Dinamika pembangunan terjadi yang sangat cepat dan pesat
menuntut pemerintah untuk membuat tindakan antisipasi akan perubahan yang
berjalan serta dampak yang akan mengikutinya. Perkembangan wilayah ini akan
diikuti oleh peningkatan berbagai kegiatan sosial dan ekonomi, serta utilitas dan
fasilitas pendukungnya. Hal itu tentunya akan memberikan kontribusi terhadap upaya
kegiatan penataan ruang, terutama pada aspek perencanaan ruang guna
mengantisipasi segala bentuk kecenderungan perkembangan tersebut.

Peran perencanaan tata ruang sangat diperlukan untuk menciptakan kondisi


yang seimbang dan berkesinambungan antara kebutuhan dan ketersediaan yang
meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat menuju tujuan yang ingin dicapai.
Perencanaan memiliki makna untuk mewujudkan kondisi yang lebih baik di masa
depan dengan memperhatikan kecenderungan dan dinamika perkembangan yang ada
di masa lalu dan masa kini. Dalam perencanaan terdapat unsur-unsur yang perlu
diperhatikan yang meliputi unsur keinginan dan cita-cita; unsur tujuan dan motivasi;
unsur sumber daya (alam, manusia, modal dan informasi) unsur upaya hasil guna dan
daya guna; serta unsur ruang dan waktu (Sujarto, 1991). Dengan memperhatikan
unsur-unsur yang terkait dalam aspek perencanaan tersebut, diharapkan hasil
proyeksi dan peramalan kedepan dapat lebih bersifat komprehensif, obyektif, efisien
dan efektif.

Pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah seharusnya memperhatikan


penataan ruang, karena menjadi arahan dan batasan dalam kegiatan pembangunan.
Pembangunan yang dilakukan di suatu wilayah masih sering dilakukan tanpa
mengikuti rencana tata ruang sehingga tidak mempertimbangkan daya dukung
lingkungan dan memperhatikan kerentanan wilayah terhadap terjadinya bencana
alam. Rencana pembangunan yang semula diharapkan dalam jangka panjang dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah atau wilayah namun banyak yang
tidak tercapai dikarenakan tidak adanya dukungan dari sumber daya alam dan daya
dukung lingkungan demi terwujudnya kegiatan pembangunan daerah. Pemanfaatan
ruang seharusnya dilaksanakan dengan pengelolaan kegiatan pembangunan yang
dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan, ketersediaan,
keberadaan dan kegunaan sumber daya alam serta lingkungan hidup dengan tetap
menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan masa kini tanpa
mengurangi peluang perkembangan di masa depan.

Rencana tata ruang merupakan wujud penataan ruang yang berisi tentang
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang serta pengendalian pemanfaatan ruang
semestinya digunakan sebagai acuan kebijakan bagi pembangunan di setiap sektor,
lintas sektor, maupun wilayah agar pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan secara
sinergis, serasi dan berkelanjutan. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian ruang. Penataan ruang bertujuan untuk
mewujudkan ruang wilayah yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan
senantiasa berwawasan lingkungan, efisien dalam pola alokasi investasi yang
bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk
tercapainya kesejahteraan masyarakat.

Menurut Rustiadi et al. (2011), penataan ruang memiliki tiga urgensi, yaitu (a)
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya (prinsip produktifitas dan efisiensi); (b) alat
dan wujud distribusi sumberdaya (prinsip pemerataan, keberimbangan, dan keadilan),
dan (c) keberlanjutan (prinsip sustainability). Dalam wilayah perkotaan, kebijakan
penataan ruang wilayah kota merupakan arahan pengembangan wilayah yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah kota guna mencapai tujuan penataan ruang
wilayah kota dalam kurun waktu dua puluh (20) tahun. Arahan pemanfaatan ruang
wilayah kota berupa arahan pengembangan wilayah untuk mewujudkan struktur
ruang dan pola ruang wilayah kota sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota melalui penyusunan dan pelaksanaan program
penataan/pengembangan kota beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan kota yang berisi rencana program utama,
sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan.

Berdasarkan undang-undang No. 26 Tahun 2007, dalam rangka


mengimplementasikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), diperlukan produk
dokumen perencanaan yang lebih operasional. Dalam hal ini adalah diperlukannya
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) sebagai penjabaran lebih lanjut dari RTRW.
Karena pada dasarnya, RDTR merupakan pendalaman materi dari RTRW agar dapat
lebih operasional dalam sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan
pembangunan fisik wilayah. Rencana Detail Tata Ruang (RDRT) merupakan rencana
yang memuat ketentuan-ketentuan mengenai penetapan fungsi bagian wilayah yang
pada hakekatnya menjadi arahan lokasi berbagai kegiatan yang memiliki kesamaan
fungsi maupun lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu. Pada
prinsipnya, RDTR juga merupakan rencana tiga dimensi yang mengandung
pengertian upaya penetapan intensitas penggunaan ruang untuk setiap bagianbagian
wilayah sesuai dengan fungsinya di dalam struktur tata ruang secara keseluruhan.

B. Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan Perencanaan Pembangunan dan Penataan ruang ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Perencanaan pembangunan nasional dan daerah akan terlaksana dengan baik,
sinergis dan terarah apabila diawali dengan perencanaan yang matang dan
memperhatikan aspek kontinuitasnya. Perencanaan yang lebih menyeluruh,
terarah dan terpadu diperlukan untuk menjamin laju perkembangan di Indonesia,
dalam mencapai suatu masyarakat yang adil, sejahtera dan makmur. Seiring
dengan makin mantapnya pelaksanaan pembangunan nasional dan daerah, maka
sebagai konsekuensi logisnya adalah bahwa Pemerintah Pusat maupun Daerah
dituntut untuk lebih siap dan mandiri dalam menyusun strategi pembangunan
dalam rangka mengembangkan daerahnya sehingga mampu menghadapi era
globalisasi dan persaingan yang semakin kompetitif.

Perencanaan Pembangunan yang baik akan mampu menjamin


terlaksananya pembangunan yang menyeluruh terarah dan terpadu. Perencanaan
tersebut harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai agar apa yang hendak
dilaksanakan benar-benar dapat terwujud dengan baik. Lalu apa sih sebenarnya
pengertian dari perencanaan pembangunan, apa saja tujuannya dan jenis-jenis
perencanaan pembangunan, serta tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam
perancanaan pembangunan nasional dan daerah.
Definisi Perencanaan Pembangunan
Secara umum Perencanaan Pembangunan adalah cara atau teknik untuk
mencapai tujuan yang diinginkan dalam proses pembangunan sehingga mampu
mewujudkan masyarakat yang maju, makmur dan sejahtera.
Menurut Arthur W.Lewis (1965) mendefenisikan perencanaan pembangunan
sebagai suatu kumpulan kebijaksanaan dan program pembangunan untuk merangsang
masyarakat dan swasta untuk menggunakan sumberdaya yang tersedia lebih
produktif.
Sedangkan Jenseen (1995) merekomendasikan perencanaan pembangunan
daerah harus memperhatikan hal-hal yang bersifat kompleks, sehingga prosesnya
harus memperhitungkan kemampuan sumber daya yang ada, baik sumber daya
manusia, sumber daya alam, sumber daya fisik, dan sumber daya lainnya.

Tujuan dan Fungsi Perencanaan Pembangunan

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional, dalam rangka mendorong proses pembangunan
secara terpadu dan efesien, pada dasarnya perencanaan pembangunan nasional di
Indonesia mempunyai 5 tujuan dan fungsi pokok. Adapun tujuan dan fungsi pokok
perencanaan pembangunan tersebut sebagai berikut:

 Untuk mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan


 Untuk menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar Daerah.
 Untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.
 Untuk mengoptimalkan partisipasi dan peran masyarakat dalam perencanaan.
 Untuk menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif
dan adil.

Jenis Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan mempunyai berbagai jenis, tergantung dari


sifatnya masing-masing. Berdasarkan jangka waktunya, perencanaan pembangunan
dapat diklasifikasikan atas tiga jenis yaitu : Perencanaan Jangka Panjang,
Perencanaan Jangka Menengah, Perencanaan Jangka Pendek. Penjelasan masing-
masing jenis perencanaan Pembangunan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan jangka Panjang

Perencanaan Jangka Panjang biasanya mencakup jangka waktu 10-25 tahun.


Pada era orde baru, pembangunan jangka panjang mencakup angka waktu 25 tahun
sebagaimana ditetapkan dalam Garis Garis Besar Haluan Negara. Sedangkan dewasa
ini, rencana pembangunan Jangka Panjang, baik nasional maupun daerah mencakup
waktu 20 tahun.

2. Perencanaan Jangka Menengah

Perencanaan Jangka Menengah biasanya mencakup waktu 4-5 tahun,


tergantung dari masa jabatan Presiden atau kepala daerah. Di Indonesia, perencanaan
jangka menengah mempunyai jangka waktu 5 tahun yang disusun baik oleh
pemerintah nasional maupun pemerintah daerah. Perencanaan jangka menengah pada
dasarnya merupakan jabaran dari perencanaan jangka panjang sehingga bersifat lebih
operasional. Selain itu, perencanaan jangka menengah memuat juga sasaran dan
target pembangunan secara kuantitatif dan kualitatif supaya besar perencanaan
tersebut menjadi lebih terukur dan mudah dijadikan sebagai dasar dalam
melakukan monitoring dan evaluasi.

3. Perencanaan Jangka Pendek

Perencanaan jangka pendek biasanya mencakup 1 tahun, sehingga sering kali


dinamakan sebagai rencana tahunan. Rencana ini pada dasarnya adalah merupakan
jabaran dari rencana jangka menengah. Disamping itu, perencanaan tahunan ini
bersifat sangat operasional karena didalamnya termasuk program dan kegiatan,
lengkap dengan pendanaannya. Bahkan dalam rencana tahunan ini memuat juga
indikator dan target kinerja untuk masing-masing program dan kegiatan. Karena itu,
rencana tahunan ini selanjutnya dijadikan dasar utama dalam penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja baik pada tingkat Nasional (RAPBN) maupun pada tingkat
Daerah (RAPBD). Rencana tahunan yang mencakup kesemua sektor dinamakan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sedangkan khusus untuk suatu sektor atau
bidang dinamakan Rencana Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) yang
merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) SKPD.

Tahapan Perencanaan Pembangunan

1. Tahap Penyusunan Rencana

Tahap awal kegiatan perencanaan adalah menyusun naskah atau rancangan


rencana pembangunan yang secara formal merupakan tanggung jawab badan
perencana, baik BAPPENAS untuk tingkat Nasional dan BAPPEDA untuk tingkat
Daerah. Bila penyusunan rencana dilakukan dengan menggunakan pendekatan
Perencanaan Partisipatif, maka sebelum naskah rancana disusun, terlebih dahulu perlu
dilakukan penjaringan aspirasi dan keinginan masyarakat tentang visi misi serta arah
pembangunan.
Berdasarkan hasil penjaringan aspirasi masyarakat tersebut, maka tim
penyusunan rencana sudah dapat mulai menyusun rencana awal (rancangan)
dokumen perencanaan pembangunan yang dibutuhkan. Kemudian rancangan tersebut
dibahas dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) untuk
menerima tanggapan baik dari pihak yang peduli dan berkepentingan dengan
pembangunan seperti tokoh masyarakat, alim ulama, cerdik pandai, dan para tokoh
Lembaga Sosial Masyarakat setempat.

2. Tahap Penetapan Rencana

Sesuai ketentuan berlaku, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)


perlu mendapat pengesahan dari DPRD setempat, sedangkan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) dan RKPD cukup mendapat pengesahan dari kepala
daerah. Pada tahap kedua ini kegiatan utama badan perencana adalah melakukan

proses untuk mendapatkan pengesahan tersebut.


3. Tahap pengendalian Pelaksanaan rencana

Setelah rencana pembangunan tersebut ditetapkan oleh pihak yang


berwenang, maka dimulai proses pelaksanaan rencana oleh pihak eksekutif melalui
SKPD terkait. Sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku, perencana masih
tetap mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pengendalian pelaksanaan
rencana bersama SKPD bersangkutan.

4. Tahap Evaluasi Keberhasilan Pelaksanaan Rencana

Setelah pelaksanaan kegiatan pembangunan selesai, badan perencana masih


mempunyai tanggungjawab terakhir, yaitu melakukan evaluasi terhadap kinerja dari
kegiatan pembangunan tersebut. Sasaran utama kegiatan evaluasi ini adalah untuk
mengetahui apakah kegiatan dan objek pembangunan yang telah selesai dilaksanakan
tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan pemerintah daerah, evaluasi harus dilakukan dengan
dengan menggunakan metode evaluasi kinerja yang paling kurang didasarkan atas 3
unsur utama yaitu: unsur masukan (input) terutama dana, keluaran (output), dan hasil
(outcome). Disamping itu, evaluasi ini juga mencakup faktor-faktor utama yang
menyebabkan berhasilnya atau kendala yang menyebabkan kurangnya manfaat yang
dapat dihasilkan oleh objek dan kegiatan pembangunan tersebut.

B. PENATAAN RUANG

Tata ruang erat kaitannya dengan perencanaan, untuk melihat struktur ruang
pada kota. Pengertian tata ruang, diambil dari buku Pengantar Hukum Tata Ruang
(2016) karya Yunus Wahid, merupakan ekspresi geografis yang merupakan cermin
lingkup kebijakan yang dibuat masyarakat terkait dengan ekonomi, sosial dan
kebudayaan. Di Indonesia, konsep perencanaan tata ruang dikembangkan dari masa
ke masa. Dengan gagasan bahwa pembangunan infrastruktur akan mampu
mempercepat terjadinya pengembangan wilayah. Pada era 90-an, konsep
pengembangan wilayah mulai diarahkan untuk mengatasi kesenjangan wilayah.
Jenis perencanaan tata ruang Perencanaan tata ruang terbagi menjadi tiga,
yaitu:

 Perencanaan tata ruang wilayah nasional

Perencanaan tata ruang wilayah nasional sudah diatur dalam Peraturan


Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional. Arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara
yang dijadikan acuan untuk perencanaan jangka panjang. Jangka waktu perencanaan
tata ruang wilayah nasional adalah 20 tahun. Selama lima tahun sekali akan dilakukan
peninjauan.

Rencana tata ruang wilayah nasional memuat:

1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional.


2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional
3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang di wilayah nasional.
4. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor.
5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi.
6. Penataan ruang kawasan strategis nasional
7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten dan kota.
8. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional
9. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan
pengembangan struktur ruang dan pola ruang.
10.

Struktur ruang wilayah nasional meliputi:


Akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah Kualitas
dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi,
energi, dan sumber daya air.

Pola ruang wilayah nasional memiliki tiga bagian, yaitu kawasan lindung, kawasan
budi daya, dan kawasan strategis nasional. Dengan tujuan sebagai berikut:

1. Tujuan penataan ruang wiayah nasional mewujudkan beberapa hal, di


antaranya:
2. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
3. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan Keterpaduan
pemanfaatan ruang darat, laut, dan udara, termasuk ruang di dalam bumi.
4. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten atau kota.
5. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
 Perencanaan tata ruang wilayah provinsi
Rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah provinsi. Dalam
penyusunan harus mengacu pada rencana tata ruang wilayah nasional.
Pedoman tersebut dalam bidang penataan ruang dan rencana pembangunan
jangka panjang daerah.
Rencana tata ruang wilayah provinsi memuat:
1. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi
2. Rencana struktur ruang wilayah provinsi meliputi sistem perkotaan yang
berkaitan dengan kawasan pedesaan.
3. Penetapan kawasan strategis provinsi
4. Arahan pemanfaatan ruang wilayah yang berisi indikasi program utama jangka
menengah lima tahunan.
5. Arahan tata ruang wilayah provinsi yang berisi arahan peraturan zonasi sistem
provinsi, arahan perizinan, dan lainnya.

Tujuan penataan ruang wilayah provinsi merupakan arahan perwujudan ruang


wilayah provinsi yang diinginkan pada masa yang akan datang.

Beberapa fungsi dari penataan ruang wilayah provinsi adalah:

1. Sebagai dasar untuk memformulasi kebijakan dan strategi penataan ruang


wilayah provinsi.
2. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam rencana
tata ruang wilayah.
3. Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah provinsi.
 Rencana tata ruang wilayah kabupaten atau kota
Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Pasal 11 Ayat 2, pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan
penataan ruang wilayah kabupaten.
Penataan tersebut meliputi perencanaan tata ruang wilayah kabupaten,
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah kebupaten.
Fungsi rencana tata ruang wilayah kabupaten atau kota di antaranya:
1. Acuan dalam pemanfaatan ruang atau pengembangan wilayah kabupaten atau
kota.
2. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah
kabupaten atau kota.
3. Acuan dala penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah dan
rencana pembangunan jangka menengah daerah.
4. Acuan lokasi investasi dalam rilayah kabupaten atau kota yang dilakukan
pemerintah, masyarakat, dan swasta.
5. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kabupaten
atau kota.
6. Acuan dalam administrasi pertahanan

Manfaat rencana tata ruang wilayah terdapat beberapa, yaitu:

1. Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kabupaten atau kota


2. Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kabupaten kota dengan
wilayah sekitarnya
3. Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah kabupaten atau kota yang
berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai