Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Daerah

Sasaran utama dari pembangunan nasional adalah meningkatkan pertumbuhan

ekonomi serta pemerataan hasil-hasilnya demikian juga ditujukan bagi pemantapan

stabilitas nasional. Hal tersebut sangat ditentukan keadaan pembangunan secara

kedaerahan. Dengan demikian para perencana pembangunan nasional harus

mempertimbangkan aktifitas pembangunan dalam konteks kedaerahan tersebut sebab

masyarakat secara keseluruhan adalah bisnis dan bahkan merupakan faktor yang

sangat menentukan bagi keberhasilan pembangunan nasional.

Sehubungan dengan keterangan di atas maka perlu diuraikan pengertian

pembangunan daerah seperti dikemukakan oleh Sukirno (2000) yaitu:

1. Sebagai pembangunan negara ditinjau dari sudut ruang atau wilayahnya dan

dalam konteks ini istilah yang paling tepat digunakan adalah pembangunan

wilayah.

2. Strategi pembangunan daerah dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk

melengkapi strategi makro dan sektoral dari pembangunan nasional.

Dengan dilaksanakannya pembangunan wilayah bukanlah semata-mata

terdorong oleh rendahnya tingkat hidup masyarakat melainkan merupakan keharusan

dalam meletakkan dasar-dasar pertumbuhan ekonomi nasional yang sehat, untuk

masa yang akan datang. Dengan dilaksanakannya pembangunan daerah diharapkan

Universitas Sumatera Utara


dapat menaikkan taraf hidup masyarakat sekaligus merupakan landasan

pembangunan nasional akan berhasil apabila pembangunan masyarakat berhasil

dengan baik.

Pada dasarnya pembangunan daerah adalah berkenaan dengan tingkat dan

perubahan selama kurun waktu tertentu suatu set variabel-variabel, seperti produksi,

penduduk, angkatan kerja, rasio modal tenaga, dan imbalan bagi faktor (faktor

returns) dalam daerah di batasi secara jelas (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).

Dalam upaya pembangunan regional, masalah yang terpenting yang menjadi

perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses

pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Perbedaan teori pertumbuhan

ekonomi wilayah dan teori pertumbuhan ekonomi nasional terletak pada sifat

keterbukaannya. Dalam sistem wilayah mobilitas barang maupun orang atau jasa

relatif lebih terbuka, sedangkan pada skala nasional bersifat lebih tertutup

(Sirojuzilam, 2005).

Pembangunan daerah merupakan pembangungan yang segala sesuatunya

dipersiapkan dan dilaksanakan oleh darerah, mulai dari perencanaan, pembiayaan,

pelaksanaan sampai dengan pertanggungjawabannya. Dalam kaitan ini daerah

memiliki hak otonom. Sedangkan pembangunan wilayah merupakan kegiatan

pembangunan yang perencanaan, pembiayaan, dan pertanggungjawabannya

dilakukan oleh pusat, sedangkan pelaksanaannya bisa melibatkan daerah dimana

tempat kegiatan tersebut berlangsung (Munir. 2002).

Universitas Sumatera Utara


Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan

yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah

terhadap pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah,

belum tentu memberi manfaat yang sama bagi daerah yang lain (Munir, 2002).

Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri

dan bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomi

pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha

pertanian serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan berarti

pula merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk.

Dalam strategi pembangunan wilayah aspek-aspek pokok yang penting

dipecahkan adalah : di daerah-daerah mana serangkaian pembangunan selayaknya

dijalankan. Untuk beberapa proyek letak daerahnya sudah khusus dan tidak dapat lagi

dipindahkan, seperti proyek bendungan untuk tenaga listrik dan irigasi, proyek

pertambangan dan sebagainya.

Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan

seluruhnya masayarakat Indonesia, pembangunan daerah perlu dipacu secara

bertahap. Untuk menjamin agar pembangunan daerah dapat memberikan sumbangan

yang maksimal dalam keseluruhan usaha pembangunan nasional haruslah dilakukan

kordinasi yang baik antara keduanya. Hal ini berarti bahwa pemerintah daerah harus

mempertimbangkan berbagai rencana pemerintah pusat maupun di daerah lain.

Sebelum suatu daerah menyusun berbagai langkah-langkah dalam

pembangunan daerahnya dengan demikian suatu daerah mempunyai kekuasaan yang

Universitas Sumatera Utara


lebih terbatas dalam usaha mencapai tujuan pembangunannya sebab program

pembangunan daerah yang akan dilaksanakan suatu daerah tidak dapat bertentangan

dengan program pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Jadi pada hakekatnya perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh

sesuatu daerah merupakan pelengkap perencanaan pembangunan yang dilaksanakan

oleh pemerintah pusat yaitu membuat suatu program untuk menyebarkan proyek-

proyek ke berbagai daerah dengan tujuan agar penyebaran tersebut akan memberikan

sumbangan yang optimal kepada usaha pemerintah untuk membangun.

Namun dalam prakteknya tujuan tersebut tidak selalau tercapai karena

perencanaan yang jauh dari sempurna oleh sesuatu daerah, organisasi tidak efisien,

kurangnya informasi mengenai potensi daerah dan berbagai faktor lain. Sebagai

akibat banyaknya kekurangan dalam merumuskan dan melaksanakan penyebaran

proyek-proyek ke berbagai daerah, pemerintah daerah dengan bantuan badan

perencana daerah yang bersangkutan haruslah secara aktif membantu perumusan

rencana pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat.

Dalam mewujudkan sasaran jangka panjang pembangunan, yakni menuju

masyarakat yang adil dan makmur telah dilakukan berbagai upaya yang mengarah

pada tercapainya cita-cita tersebut. Pembangunan daerah yang merupakan rangkaian

yang utuh dari pembangunan nasional pada beberapa tahun terakhir telah mulai

menunjukkan kemajuan yang berarti dalam meningkatkan kinerja dari daerah

tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Proses pembangunan bukan hanya ditentukan oleh aspek ekonomi semata,

namun demikian pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang penting dalam proses

pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih merupakan target

utama dalam rencana pembangunan daerah disamping pembangunan sosial.

Pertumbuhan ekonomi setiap daerah akan sangat bervariasi sesuai dengan potensi

ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi

diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Simanjuntak, 2003).

2.2. Perencanaan Pembangunan Daerah

Wilayah adalah kumpulan daerah berhamparan sebagai satu kesatuan

geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan

sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan

secara efisien dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).

Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai upaya menghubungkan

pengetahuan atau teknik yang dilandasi kaidah-kaidan ilmiah ke dalam praksis

(praktik-praktik yang dilandasai oleh teori) dalam perspektif kepentingan orang

banyak atau public (Nugroho dan Dahuri, 2004). Karena berlandaskan ilmiah, maka

perencanaan pembangunan haruslah tetap mempertahankan dan bahkan

meningkatkan validitas keilmuan (scientific validity) dan relevansi kebijakannya.

Didorong oleh motif ini, perencanaan pembangunan mengalami perkembangan yang

cukup dinamis baik secara teoritik maupun paradigmatik (Sihombing, 2005).

Universitas Sumatera Utara


Dalam upaya pembangunan regional, masalah yang terpenting yang menjadi

perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses

pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan (Sirojuzilam dan Mahalli,

2010).

Dalam perencanaan pembangunan nasional maupun dalam perencanaan

pembangunan daerah, pendekatan perencanaan dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan regional (wilayah). Pendekatan sektoral

dengan memfokuskan perhatian pada sektor-sektor kegiatan yang ada di wilayah

tersebut. Pendekatan ini mengelompokkan kegiatan ekonomi atas sektor-sektor yang

seragam atau dianggap seragam. Pendekatan regional melihat pemanfaatan ruang

serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah. Jadi, terlihat perbedaan fungsi

ruang yang satu dengan ruang lainnya dan bagaimana ruang itu saling berinteraksi

untuk diarahkan kepada tercapainya kehidupan yang efisien dan nyaman. Perbedaan

fungsi terjadi karena perbedaan lokasi, perbedaan potensi, perbedaan aktivitas utama

pada masing-masing ruang yang harus diarahkan untuk bersinergi agar saling

mendukung penciptaan pertumbuhan yang serasi dan seimbang (Tarigan, 2006).

Kebijakan pembangunan wilayah merupakan keputusan atau tindakan oleh

pejabat pemerintah berwenang atau pengambil keputusan publik guna mewujudkan

suatu kondisi pembangunan. Sasaran akhir dari kebijakan pembangunan tersebut

adalah untuk dapat mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan sosial secara menyeluruh sesuai dengan keinginan dan aspirasi yang

berkembang dalam masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


2.3. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini

membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas

sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat

exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan

sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan

kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah

itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum

perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas

tumbuh). Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara

keseluruhan (Tarigan, 2007).

Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover)

dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah

lain akan semakin maju pertumbuhanan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya.

Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda

(multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005).

Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian

daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang

cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang

potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries

(Sjafrizal, 2008). Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik

Universitas Sumatera Utara


Location Quotient (LQ), yaitu suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu

sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut

secara nasional (Tarigan, 2007).

2.4. Location Quotient (Kuesion Lokasi)

Analisis LQ digunakan untuk menentukan komoditas unggulan dari segi

produksinya. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan

kegiatan basis dan bukan basis, diantaranya adalah teknik Location Quotient (LQ).

Pendekatan ini sering digunakan untuk mengukur basis ekonomi. Dalam teknik LQ

pengukuran dari kegiatan ekonomi secara relatif berdasarkan nilai tambah bruto atau

tenaga kerja. Analisis LQ juga dapat digunakan untuk menetukan komoditas

unggulan dari sisi produksinya.

Penelitian yang dilakukan oleh Hairudin (2002) di Kabupaten Kotabaru

dengan menggunakan anlisis Location Quotient (LQ) menunjukan bahwa selama

periode pengamatan (1995-2000), komoditi pertanian yang merupakan komoditi

unggulan (dengan koefisien LQ>1) terdiri atas jagung, kacang kedelai, ubi kayu,

cabe, kelapa sawit, lada, kerbau, udang windu, udang putih, ikan kembung, cumi-

cumi, kayu meranti, kayu kariung. Sedangkan komoditi yang bukan unggulan

(koefisien LQ < 1) terdiri atas padi, kacang tanah, terong, durian, mangga, kelapa

dalam, karet, kopi, sapi, kambing, ayam buras, ayam ras, itik dan kakap merah. Hanik

Rochmiyati (2003), mengidentifikasi tentang komoditi unggulan pertanian yang

dilakukan di Kabupaten Pontianak dengan menggunakan alat analisis Location

Universitas Sumatera Utara


Quotient (LQ) dan hasil penelitian disimpulkan bahwa komoditi unggulan untuk

sayuran: ketimun, sawi, terong, daun bawang, buncis; pada kelomok buah-buahan

adalah duku, nanas, pisang dan rambutan; hasil perkebunan terdiri dari kelapa dalam,

kelapa hibrida, dan kopi; sedangkan untuk hasil perikanan adalah manyung, kakap

merah, kakap putih, kerapu, pari dan tongkol. Asumsi yang digunakan dalam teknik

ini adalah semua penduduk disetiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama

dengan pola permintaan pada tingkat regional/nasional (pola permintaan secara

geografis sama), produktivitas tenaga kerja, dan setiap industri menghasilkan barang

yang homogen pada setiap sektor (Arsyad, 1999). Pendekatan LQ mempunyai dua

kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Memperhitungkan ekspor, baik secara langsung maupun tidak lansung (barang

antara).

b. Metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan pada data distrik untuk mengetahui

kecendrungan.

Kelebihan analisis LQ yang lainnya adalah analisis ini bisa dibuat menarik

apabila dilakukan dalam bentuk time series/trend, artinya dianalisis selama kurun

waktu tertentu. Dalam hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu komoditi

tertentu dalam kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan

(Tarigan, 2005).

2.5. Produk Domestik Regional Bruto

Universitas Sumatera Utara


Dalam ruang lingkup suatu negara dikenal istilah yang disebut: Gross

National Product (GNP) yang berarti Produk Nasional Kotor, sedangkan dalam suatu

kesatuan wilayah yang lebih rendah hal ini disebut Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB).

Berdasarkan uraian di atas dapat kita nyatakan sebagai Produk Nasional Kotor

yang dapat mencakup suatu negara kesatuan wilayah tertentu. Apabila ditarik

pengertian tersebut dalam suatu wilayah (region) tertentu maka diperoleh Produk

Regional Kotor yang sebenarnya merupakan perkiraan pendapatan yang diterima oleh

penduduk suatu wilayah yakni jumlah seluruh pendapatan sebagai balas jasa

penggunaan faktor-faktor produksi oleh wilayah. Dengan kata lain Produk Domestik

Regional Bruto dapat diartikan sebagai : Estimasi total produk barang dan jasa yang

diterima oleh masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari penggunaan faktor-

faktor produksi yang dimilikinya. Dalam hal ini maka pendapatan yang dihasilkan

atas penggunaan faktor-faktor tetapi berada di luar wilayah tersebut tidaklah

diperhitungkan.

Menurut Kusmadi, dkk., (1996 dalam Prihatin, 1999) produk domestik

regional bruto (PDRB) merupakan satu indikator ekonomi untuk mengukur kemajuan

pembangunan di suatu wilayah. Sebagai nilai dari semua barang dan jasa yang

dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi, PDRB bermanfaat untuk mengetahui tingkat

produk netto atau nilai tambah yang dihasilkan seluruh faktor produksi, besarnya laju

pertumbuhan ekonomi, dan pola/struktur perekonomian pada satu tahun atau periode

di suatu negara atau wilayah tertentu.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan lapangan usaha, PDRB dibagi dalam sembilan sektor, sedangkan

secara makro ekonomi dibagi menjadi tiga kelompok besar yang disebut sebagai

sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer apabila outputnya masih

merupakan proses tingkat dasar dan sangat bergantung kepada alam, yang termasuk

dalam sektor ini adalah sektor Pertanian dan sektor Pertambangan dan Penggalian.

Untuk sektor ekonomi yang outputnya berasal dari sektor primer dikelompokkan ke

dalam sektor sekunder, yang meliputi sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas

dan Air Minum serta sektor Bangunan. Sedangkan sektor-sektor lainnya, yakni sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Bank

dan Lembaga Keuangan lainnya serta sektor Jasa-Jasa dikelompokkan ke dalam

sektor tersier (Sitorus, dkk., 1997 dalam Prihatin, 1999).

Dalam perhitungan pendapatan nasional, terdapat 2 (dua) metode antara lain:

1. Metode langsung, yaitu perhitungan nilai tambah dari sutu lapangan usaha/sektor

atau sub sektor suatu region dengan cara mengalokasikan angka pendapatan

nasional.

2. Metode tidak langsung, yaitu metode alokasi pendapatan nasional dengan

memperhitungkan nilai tambah sektor/sub sektor suatu region dengan cara

mengalokasikan angka pendapatan nasional dan sebagai dasar alokasi adalah

jumlah produksi fisik, nilai produksi fisik, nilai produksi bruto/netto dan tenaga

kerja, serta alokator tidak langsung.

Universitas Sumatera Utara


Metode umum yang digunakan dalam kedua metode di atas adalah dengan

metode langsung, seperti di Indonesia bahkan juga di Pemerintah Kabupaten Serdang

Bedagai.

Metode dimasud dilaksanakan dengan beberapa pendekatan antara lain :

1. Pendekatan Produksi (Production Approach), yaitu menghitung nilai tambah dari

barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara

mengurangkan biaya tiap-tiap sektor/sub sektor.

2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach), yaitu menghitung nilai tambah setiap

sektor kegiatan ekonomi dengan menjumlahkan semua balas jasa faktor-faktor

produksi yaitu upah/gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung

netto.

3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach), yaitu menghitung nilai tambah

suatu kegiatan ekonomi yang bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang

dan jasa yang diproduksi (Kusmadi, dkk., 1996 dalam Prihatin, 1999).

Di Indonesia, pendekatan yang umum digunakan adalah dari segi Pendekatan

Produksi. Perlu diperhatikan bahwa dalam menjumlahkan hasil produksi barang dan

jasa, haruslah dicegah perhitungan ganda (Double Counting/Multiple Counting). Hal

tersebut penting sebab sering terjadi bahan mentah suatu sektor dihasilkan oleh sektor

lain, sehingga nilai bahan mentah tersebut telah dihitung pada sektor yang

menghasilkannya.

Produk Domestik Regional Bruto secara keseluruhan maupun sektoral

umumnya disajikan dalam dua bentuk yaitu penyajian atas dasar harga berlaku dan

Universitas Sumatera Utara


atas dasar harga konstan dengan suatu tahun dasar. Penyajian atas dasar harga berlaku

menunjukkan besaran nilai tambah bruto masing-masing sektor, sesuai dengan

keadaan pada tahun sedang berjalan. Dalam hal ini penilaian terhadap produksi, biaya

antara ataupun nilai tambahnya dilakukan dengan menggunakan harga berlaku pada

masing-masing tahun.

Penyajian atas dasar harga konstan merupakan penyajian harga yang berlaku

secara berkala, perkembangan pendapatan regional dapat diartikan sebagai

perkembangan karena mengingkatnya produksi juga diikuti oleh meningkatnya

harga-harga. Oleh karena itu penyajian seperti ini masih dipengaruhi oleh adanya

faktor perubahan harga (inflasi/deflasi).

Penyajian atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan harga

tetap suatu tahun dasar. Dalam hal ini semua barang dan jasa yang dihasilkan, biaya

antara yang digunakan ataupun nilai tambah masing-masing sektor dinilai

berdasarkan harga-harga pada tahun dasar. Penyajian seperti ini akan memperlihatkan

perkembangan produktivitas secara riil karena pengaruh perubahan harga

(inflasi/deflasi) sudah dikeluarkan.

Angka PDRB secara absolut memberikan gambaran besarnya tingkat produksi

suatu wilayah. Angka PDRB yang dinilai dengan harga konstan memperlihatkan laju

pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut yang diwakili oleh peningkatan produksi

berbagai sektor.

Dari uraian-uraian tersebut akan diperlihatkan adanya kenaikan PDRB

maupun pendapatan regional perkapita, perubahan dan pergeseran strukur ekonomi

Universitas Sumatera Utara


menurut sektor-sektor primer, sekunder maupun tertier. Pergeseran struktur pada

masing-masing sektor yang bersangkutan seperti sektor pertanian, industri,

perdagangan, pemerintahan dan sektor-sektor lainnya.

2.6. Pengembangan Sektor dan Komoditi Unggulan sebagai Strategi


Pembangunan Daerah

Permasalahan pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada

penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang di dasarkan pada kekhasan

daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi

sumber daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif-inisiatif

yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan

kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan ekonomi (Arsyad, 1999).

Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, ketimpangan ekonomi regional di

Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai dan mengendalikan hampir

sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan negara,

termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam dari sektor pertambangan,

perkebunan, kehutanan, dan perikanan/kelautan. Akibatnya daerah-daerah yang kaya

sumber daya alam tidak dapat menikmati hasilnya secara layak.

Menurut pemikiran ekonomi klasik bahwa pembangunan ekonomi di daerah

yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur

dibandingkan di daerah yang miskin sumber daya alam. Hingga tingkat tertentu,

anggapan ini masih bisa dibenarkan, dalam artian sumber daya alam harus dilihat

sebagai modal awal untuk pembangunan yang selanjutnya harus dikembangkan terus.

Universitas Sumatera Utara


Dan untuk ini diperlukan faktor-faktor lain, diantaranya yang sangat penting adalah

teknologi dan sumber daya manusia (Tambunan, 2001).

Perbedaan tingkat pembangunan yang di dasarkan atas potensi suatu daerah,

berdampak terjadinya perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). Secara hipotesis dapat dirumuskan bahwa semakin besar

peranan potensi sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah terhadap pembentukan

atau pertumbuhan PDRB di suatu daerah, maka semakin tinggi laju pertumbuhan

PDRB daerah tersebut.

Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, pertumbuhan yang cepat dalam

sejarah pembangunan suatu bangsa biasanya berawal dari pengembangan beberapa

sektor primer. Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola salju (snow ball

effect) terhadap sektor-sektor lainnya, khususnya sektor sekunder. Pembangunan

ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan selain berdampak pada percepatan

pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh pada perubahan mendasar dalam

struktur ekonomi.

Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk

perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun

nasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor

tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan

pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan

apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang

Universitas Sumatera Utara


dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik (Tambunan,

2001).

Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar

perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di mana daerah

memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan

potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan

kemakmuran masyarakat.

Menurut Rachbini (2001) data PDRB merupakan informasi yang sangat

penting untuk mengetahui output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di

suatu wilayah tertentu (provinsi/kabupaten/kota). Dengan bantuan data PDRB, maka

dapat ditentukannya sektor unggulan (leading sektor) di suatu daerah/wilayah. Sektor

unggulan adalah satu grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan

ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi,

ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor unggulan

sangat penting terutama dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan

pembangunan ekonomi di daerah.

Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu memberikan indikasi bagi

perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan dipastikan memiliki

potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam

suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut

yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan

teknologi (technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat

Universitas Sumatera Utara


dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah

yang bersangkutan Rachbini (2001).

Keunggulan komperatif bagi suatu komoditi bagi suatu negara atau daerah

adalah bahwa komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di

daerahnya. Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan

bukan dalam bentuk nilai tambah riil. Keunggulan komperatif adalah suatu kegiatan

ekonomi yang secara perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan daerah

(Tarigan, 2005). Sedangkan sektor unggulan menurut Tumenggung (1996) adalah

sektor yang memiliki keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif dengan

produk sektor sejenis dari daerah lain serta memberikan nilai manfaat yang besar.

Sektor unggulan juga memberikan nilai tambah dan produksi yang besar, memiliki

multiplier effect yang besar terhadap perekonomian lain, serta memiliki permintaan

yang tinggi baik pasar lokal maupun pasar ekspor (Mawardi, 1997).

2.7. Penelitian Sebelumnya

Adapun penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis sektor unggulan

daerah sebelumnya antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Supangkat tahun 2002, dengan judul penelitian

Analisis Penentuan Sektor Prioritas dalam Peningkatan Pembangunan Daerah

Kabupaten Asahan, dengan menggunakan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pertanian dan industri pengolahan

berpeluang untuk dijadikan sebagai sektor prioritas bagi peningkatan

Universitas Sumatera Utara


pembangunan di daerah Kabupaten Asahan, terutama sub sektor perkebunan,

perikanan dan industri besar, serta sedang.

2. Marhayanie (2003), dalam tesisnya Identifikasi Sektor Ekonomi Potensial dalam

Perencanaan Pembangunan Kota Medan. Variabel yang diteliti kontribusi per

sektor dengan metode analisis linkage, menyimpulkan bahwa analisis angka

pengganda diperoleh bahwa sektor ekonomi yang potensial dalam perencanaan

pembangunan Kota Medan adalah sektor industri pengolahan. Sektor yang

memberikan kontribusi terbesar pada total PDRB Kota Medan pada tahun 2000

adalah sektor perdagangan, restoran dan hotel, yaitu sebesar 29,76%, sedangkan

sedangkan yang terkecil adalah sektor pertambangan dan galian sebesar 0,01%.

Hasil analisis linkage dengan Tabel I-O tahun 2000, sektor bangunan memiliki

backward linkage terbesar yaitu 2,22 dan yang terkecil sektor keuangan,

persewaan dan jasa-jasa perusahaan sebesar 1,37, sedangkan sktor yang memiliki

forward linkage terbesar adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 3,80 dan

yang terkecil sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 1,07.

3. Amir dan Riphat tahun 2005, dalam penelitian Analisis Sektor Unggulan untuk

Evaluasi Kebijakan Pembangunan Jawa Timur menggunakan Tabel Input-Output

1994 dan 2000. Variabel penelitian yang diteliti adalah berbagai sektor unggulan

(key sector) dalam perekonomian Jawa Timur pada tahun 1995 2000, dengan

menggunakan analisis input-output yang telah banyak digunakan untuk

menganalisis sektor unggulan, yang biasanya dilihat menggunakan angka

pengganda (multiplier) sektor ekonomi dan tingkat keterkaitan antar sektor

Universitas Sumatera Utara


perekonomian. Tingkat keterkaitan antar sektor perekonomian akan diukur

dengan menggunakan pure total linkage yaitu tingkat keterkaitan suatu sektor

dengan sektor lainnya sebagai penjumlahan atas angka Daya Penyebaran

(Backward Linkage) dan Daya Kepekaan (Forward Linkage). Hasil penelitian

menunjukkan selama periode penelitian telah terjadi pergeseran dalam sektor-

sektor unggulan dan proses industrialisasi. Kebijakan strategi pembangunan harus

diarahkan kepada kebijakan yang memberikan dampak yang optimal bagi

pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat dan penciptaan

lapangan pekerjaan. Berdasarkan analisis sektor unggulan menggunakan angka

pengganda (output, pendapatan dan lapangan kerja) dan keterkaitan sektoral (pure

total linkage) direkomendasikan untuk menjadikan Jawa Timur sebagai pusat

industri (industri lainnya dan indutri makanan, minuman dan tembakau), pusat

perdagangan, dan pusat pertanian.

4. Sukatendel (2007) dalam tesisnya Analisis Keterkaitan Alokasi Anggaran dan

Sektor Unggulan Dalam Mengoptimalkan Kinerja Pembangunan Daerah di

Kabupaten Bogor, dengan varibel penelitian yang diteliti adalah : sektor

unggulan, potensi dan pengembangan sektor unggulan, dan alokasi anggaran

untuk sektor unggulan di Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan adalah

analisis input-output, analisis kewilayahan, analisis kelembagaan alokasi

anggaran dan pembuatan peta tematik. Hasil penelitian menunjukkan sektor

unggulan di Kabupaten Bogor adalah industri pengolahan, perdagangan,

bangunan dan pertanian tanaman pangan. Sektor unggulan seperti industri

Universitas Sumatera Utara


pengolahan dan perdagangan lokasinya memusat di wilayah utara Bogor Bagian

Tengah dan Bogor Bagian Timur. Sedangkan sektor unggulan tanaman bahan

makanan (pertanian) sebagian besar berlokasi di Bogor Bagian Barat. Hasil

penelitian juga menunjukkan bahwa dukungan anggaran pembangunan

Kabupaten Bogor untuk sektor unggulan masih sangat kurang (tidak ada

keterkaitan) kecuali untuk sektor Bangunan. Namun untuk sektor unggulan

seperti industri pengolahan dan perdagangan sebenarnya tidak perlu didukung

oleh anggaran pembangunan yang besar karena akan mengakibatkan semakin

besarnya ketimpangan wilayah pembangunan di Kabupaten Bogor. Sedangkan

sektor unggulan tanaman bahan makanan masih perlu didukung oleh anggaran

pembangunan yang besar agar sektor tersebut bisa semakin berkembang sehingga

diharapkan dapat mengatasi ketimpangan wilayah pembangunan di Kabupaten

Bogor.

2.8. Kerangka Pemikiran

Kabupaten Serdang Bedagai yang merupakan salah satu Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara. Analisis tentang faktor penentu pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Serdang Bedagai dibutuhkan sebagai dasar utama untuk perumusan

kebijakan pembangunan ekonomi daerah di masa mendatang. Dengan diketahuinya

faktor-faktor tersebut, maka pembangunan daerah dapat diarahkan ke sektor-sektor

yang secara potensial dapat mendorong percepatan pembangunan daerah dan

menciptakan pengembangan wilayah.

Universitas Sumatera Utara


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja makro

kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur

ekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya, serta

menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, baik secara total maupun per sektor.

Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator

penting untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk

mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu strategi pembangunan

diupayakan untuk menggali potensi yang ada, agar dapat memacu pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan di daerah.

Berdasarkan data dan informasi yang terkandung dalam PDRB, maka dapat

dilakukan beberapa analisis untuk memperoleh informasi tentang:

1. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor

Analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi posisi perekonomian suatu daerah

dengan mengacu pada perekonomian daerah yang lebih tinggi. Hasil analisis akan

menunjukkan posisi sektor dalam PDRB yang diklasifikasikan atas sektor maju

dan tumbuh pesat, sektor potensial atau masih dapat berkembang, sektor relative

tertinggal, dan sektor maju tapi tertekan. Berdasarkan klasifikasi ini dapat

dijadikan dasar bagi penentuan kebijakan pembangunan atas posisi perekonomian

yang dimiliki terhadap perekonomian daerah yang menjadi referensi.

Universitas Sumatera Utara


2. Sektor Basis dan Non basis

Kegiatan ekonomi wilayah berdasarkan teori ekonomi basis diklasifikasikan ke

dalam dua sektor, yaitu sektor basis dan non basis. Analisis ini diperlukan untuk

mengidentifikasi kegiatan ekonomi daerah yang bersifat ekspor dan non ekspor

dan mengetahui laju pertumbuhan sektor basis dari tahun ke tahun. Pertumbuhan

beberapa sektor basis akan menentukan pembangunan daerah secara keseluruhan,

sementara sektor non basis hanya merupakan konsekuensi-konsekuensi dari

pembangunan daerah. Barang dan jasa dari sektor basis yang di ekspor akan

menghasilkan pendapatan bagi daerah, serta meningkatkan konsumsi dan investasi.

Peningkatan pendapatan tidak hanya menyebabkan kenaikan permintaan terhadap

sektor basis, tetapi juga akan meningkatkan permintaan terhadap sektor non basis

yang berarti juga mendorong kenaikan investasi sektor non basis.

3. Perubahan dan Pergeseran Sektor

Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor pada

perekonomian suatu daerah. Hasil analisis akan menggambarkan kinerja sector-

sektor dalam PDRB suatu daerah dibandingkan wilayah referensi. Apabila

penyimpangan positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB memiliki

keunggulan kompetitif atau sebaliknya.

Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan berimplikasi pada pertumbuhan

ekonomi. Pembangunan yang berorientasi pada pencapaian target sektoral,

Universitas Sumatera Utara


keberhasilannya dapat dilihat dari kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB

dari tahun ke tahun. Pertumbuhan positif menunjukkan adanya peningkatan

perekonomian dan apabila negatif berarti terjadinya penurunan dalam kegiatan

perekonomian. Pertumbuhan perekonomian mengakibatkan terjadinya perubahan

perkembangan pembangunan suatu daerah.

Perencanaan pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, salah satunya dapat dicapai dengan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat meningkat, bila ada satu atau beberapa sector

ekonomi yang berkembang lebih cepat dari pada sektor-sektor lain. Dengan

demikian, sektor yang mempunyai perkembangan lebih cepat dari sektor lain akan

menjadi suatu sektor unggulan.

Sektor unggulan yang dimiliki suatu daerah akan memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena akan memberikan

keuntungan kompetitif atau komparatif yang selanjutnya akan mendorong

pengembangan ekspor barang maupun jasa.

Kebijakan strategi pembangunan harus diarahkan kepada kebijakan yang

memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan

pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan. Sektor unggulan yang

diperoleh melalui analisis dapat menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan

pembangunan di masa mendatang dalam pengembangan wilayah.

Konsep pemikiran yang dijadikan dasar dalam penelitian ini dijelaskan dalam

Gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara


Kabupaten Serdang Bedagai

Perekonomian Wilayah

Produk Domestik Regional


Bruto (PDRB)

Klasisifikasi Sektor Basis dan Non Perubahan dan


Pertumbuhan Sektor Basis Pergeseran Sektor

Penentuan Sektor
Unggulan

Pengembangan
Wil h

Komoditi Unggulan

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai