TINJAUAN PUSTAKA
masyarakat secara keseluruhan adalah bisnis dan bahkan merupakan faktor yang
1. Sebagai pembangunan negara ditinjau dari sudut ruang atau wilayahnya dan
dalam konteks ini istilah yang paling tepat digunakan adalah pembangunan
wilayah.
dengan baik.
perubahan selama kurun waktu tertentu suatu set variabel-variabel, seperti produksi,
penduduk, angkatan kerja, rasio modal tenaga, dan imbalan bagi faktor (faktor
returns) dalam daerah di batasi secara jelas (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).
perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses
ekonomi wilayah dan teori pertumbuhan ekonomi nasional terletak pada sifat
keterbukaannya. Dalam sistem wilayah mobilitas barang maupun orang atau jasa
relatif lebih terbuka, sedangkan pada skala nasional bersifat lebih tertutup
(Sirojuzilam, 2005).
terhadap pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah,
belum tentu memberi manfaat yang sama bagi daerah yang lain (Munir, 2002).
dan bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomi
pertanian serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan berarti
dijalankan. Untuk beberapa proyek letak daerahnya sudah khusus dan tidak dapat lagi
dipindahkan, seperti proyek bendungan untuk tenaga listrik dan irigasi, proyek
kordinasi yang baik antara keduanya. Hal ini berarti bahwa pemerintah daerah harus
pembangunan daerah yang akan dilaksanakan suatu daerah tidak dapat bertentangan
oleh pemerintah pusat yaitu membuat suatu program untuk menyebarkan proyek-
proyek ke berbagai daerah dengan tujuan agar penyebaran tersebut akan memberikan
perencanaan yang jauh dari sempurna oleh sesuatu daerah, organisasi tidak efisien,
kurangnya informasi mengenai potensi daerah dan berbagai faktor lain. Sebagai
masyarakat yang adil dan makmur telah dilakukan berbagai upaya yang mengarah
yang utuh dari pembangunan nasional pada beberapa tahun terakhir telah mulai
tersebut.
namun demikian pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang penting dalam proses
Pertumbuhan ekonomi setiap daerah akan sangat bervariasi sesuai dengan potensi
ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan
sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan
secara efisien dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).
banyak atau public (Nugroho dan Dahuri, 2004). Karena berlandaskan ilmiah, maka
perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses
2010).
serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah. Jadi, terlihat perbedaan fungsi
ruang yang satu dengan ruang lainnya dan bagaimana ruang itu saling berinteraksi
untuk diarahkan kepada tercapainya kehidupan yang efisien dan nyaman. Perbedaan
fungsi terjadi karena perbedaan lokasi, perbedaan potensi, perbedaan aktivitas utama
pada masing-masing ruang yang harus diarahkan untuk bersinergi agar saling
kesejahteraan sosial secara menyeluruh sesuai dengan keinginan dan aspirasi yang
Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini
membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas
sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat
exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan
kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah
itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum
perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas
dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah
lain akan semakin maju pertumbuhanan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya.
Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda
cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang
potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries
(Sjafrizal, 2008). Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik
kegiatan basis dan bukan basis, diantaranya adalah teknik Location Quotient (LQ).
Pendekatan ini sering digunakan untuk mengukur basis ekonomi. Dalam teknik LQ
pengukuran dari kegiatan ekonomi secara relatif berdasarkan nilai tambah bruto atau
unggulan (dengan koefisien LQ>1) terdiri atas jagung, kacang kedelai, ubi kayu,
cabe, kelapa sawit, lada, kerbau, udang windu, udang putih, ikan kembung, cumi-
cumi, kayu meranti, kayu kariung. Sedangkan komoditi yang bukan unggulan
(koefisien LQ < 1) terdiri atas padi, kacang tanah, terong, durian, mangga, kelapa
dalam, karet, kopi, sapi, kambing, ayam buras, ayam ras, itik dan kakap merah. Hanik
sayuran: ketimun, sawi, terong, daun bawang, buncis; pada kelomok buah-buahan
adalah duku, nanas, pisang dan rambutan; hasil perkebunan terdiri dari kelapa dalam,
kelapa hibrida, dan kopi; sedangkan untuk hasil perikanan adalah manyung, kakap
merah, kakap putih, kerapu, pari dan tongkol. Asumsi yang digunakan dalam teknik
ini adalah semua penduduk disetiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama
geografis sama), produktivitas tenaga kerja, dan setiap industri menghasilkan barang
yang homogen pada setiap sektor (Arsyad, 1999). Pendekatan LQ mempunyai dua
antara).
b. Metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan pada data distrik untuk mengetahui
kecendrungan.
Kelebihan analisis LQ yang lainnya adalah analisis ini bisa dibuat menarik
apabila dilakukan dalam bentuk time series/trend, artinya dianalisis selama kurun
waktu tertentu. Dalam hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu komoditi
tertentu dalam kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan
(Tarigan, 2005).
National Product (GNP) yang berarti Produk Nasional Kotor, sedangkan dalam suatu
kesatuan wilayah yang lebih rendah hal ini disebut Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB).
Berdasarkan uraian di atas dapat kita nyatakan sebagai Produk Nasional Kotor
yang dapat mencakup suatu negara kesatuan wilayah tertentu. Apabila ditarik
pengertian tersebut dalam suatu wilayah (region) tertentu maka diperoleh Produk
Regional Kotor yang sebenarnya merupakan perkiraan pendapatan yang diterima oleh
penduduk suatu wilayah yakni jumlah seluruh pendapatan sebagai balas jasa
penggunaan faktor-faktor produksi oleh wilayah. Dengan kata lain Produk Domestik
Regional Bruto dapat diartikan sebagai : Estimasi total produk barang dan jasa yang
diterima oleh masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari penggunaan faktor-
faktor produksi yang dimilikinya. Dalam hal ini maka pendapatan yang dihasilkan
diperhitungkan.
regional bruto (PDRB) merupakan satu indikator ekonomi untuk mengukur kemajuan
pembangunan di suatu wilayah. Sebagai nilai dari semua barang dan jasa yang
produk netto atau nilai tambah yang dihasilkan seluruh faktor produksi, besarnya laju
pertumbuhan ekonomi, dan pola/struktur perekonomian pada satu tahun atau periode
secara makro ekonomi dibagi menjadi tiga kelompok besar yang disebut sebagai
sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer apabila outputnya masih
merupakan proses tingkat dasar dan sangat bergantung kepada alam, yang termasuk
dalam sektor ini adalah sektor Pertanian dan sektor Pertambangan dan Penggalian.
Untuk sektor ekonomi yang outputnya berasal dari sektor primer dikelompokkan ke
dalam sektor sekunder, yang meliputi sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas
dan Air Minum serta sektor Bangunan. Sedangkan sektor-sektor lainnya, yakni sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Bank
1. Metode langsung, yaitu perhitungan nilai tambah dari sutu lapangan usaha/sektor
atau sub sektor suatu region dengan cara mengalokasikan angka pendapatan
nasional.
jumlah produksi fisik, nilai produksi fisik, nilai produksi bruto/netto dan tenaga
Bedagai.
barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara
produksi yaitu upah/gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung
netto.
suatu kegiatan ekonomi yang bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang
dan jasa yang diproduksi (Kusmadi, dkk., 1996 dalam Prihatin, 1999).
Produksi. Perlu diperhatikan bahwa dalam menjumlahkan hasil produksi barang dan
tersebut penting sebab sering terjadi bahan mentah suatu sektor dihasilkan oleh sektor
lain, sehingga nilai bahan mentah tersebut telah dihitung pada sektor yang
menghasilkannya.
umumnya disajikan dalam dua bentuk yaitu penyajian atas dasar harga berlaku dan
keadaan pada tahun sedang berjalan. Dalam hal ini penilaian terhadap produksi, biaya
antara ataupun nilai tambahnya dilakukan dengan menggunakan harga berlaku pada
masing-masing tahun.
Penyajian atas dasar harga konstan merupakan penyajian harga yang berlaku
harga-harga. Oleh karena itu penyajian seperti ini masih dipengaruhi oleh adanya
tetap suatu tahun dasar. Dalam hal ini semua barang dan jasa yang dihasilkan, biaya
berdasarkan harga-harga pada tahun dasar. Penyajian seperti ini akan memperlihatkan
suatu wilayah. Angka PDRB yang dinilai dengan harga konstan memperlihatkan laju
berbagai sektor.
yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan
termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam dari sektor pertambangan,
yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur
dibandingkan di daerah yang miskin sumber daya alam. Hingga tingkat tertentu,
anggapan ini masih bisa dibenarkan, dalam artian sumber daya alam harus dilihat
sebagai modal awal untuk pembangunan yang selanjutnya harus dikembangkan terus.
Regional Bruto (PDRB). Secara hipotesis dapat dirumuskan bahwa semakin besar
peranan potensi sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah terhadap pembentukan
atau pertumbuhan PDRB di suatu daerah, maka semakin tinggi laju pertumbuhan
sektor primer. Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola salju (snow ball
ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan selain berdampak pada percepatan
struktur ekonomi.
nasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor
tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan
pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan
apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang
2001).
perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di mana daerah
memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan
kemakmuran masyarakat.
penting untuk mengetahui output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di
potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam
suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut
yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan
Keunggulan komperatif bagi suatu komoditi bagi suatu negara atau daerah
adalah bahwa komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di
daerahnya. Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan
bukan dalam bentuk nilai tambah riil. Keunggulan komperatif adalah suatu kegiatan
produk sektor sejenis dari daerah lain serta memberikan nilai manfaat yang besar.
Sektor unggulan juga memberikan nilai tambah dan produksi yang besar, memiliki
multiplier effect yang besar terhadap perekonomian lain, serta memiliki permintaan
yang tinggi baik pasar lokal maupun pasar ekspor (Mawardi, 1997).
1. Penelitian yang dilakukan oleh Supangkat tahun 2002, dengan judul penelitian
memberikan kontribusi terbesar pada total PDRB Kota Medan pada tahun 2000
adalah sektor perdagangan, restoran dan hotel, yaitu sebesar 29,76%, sedangkan
sedangkan yang terkecil adalah sektor pertambangan dan galian sebesar 0,01%.
Hasil analisis linkage dengan Tabel I-O tahun 2000, sektor bangunan memiliki
backward linkage terbesar yaitu 2,22 dan yang terkecil sektor keuangan,
persewaan dan jasa-jasa perusahaan sebesar 1,37, sedangkan sktor yang memiliki
forward linkage terbesar adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 3,80 dan
yang terkecil sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 1,07.
3. Amir dan Riphat tahun 2005, dalam penelitian Analisis Sektor Unggulan untuk
1994 dan 2000. Variabel penelitian yang diteliti adalah berbagai sektor unggulan
(key sector) dalam perekonomian Jawa Timur pada tahun 1995 2000, dengan
dengan menggunakan pure total linkage yaitu tingkat keterkaitan suatu sektor
pengganda (output, pendapatan dan lapangan kerja) dan keterkaitan sektoral (pure
industri (industri lainnya dan indutri makanan, minuman dan tembakau), pusat
Tengah dan Bogor Bagian Timur. Sedangkan sektor unggulan tanaman bahan
Kabupaten Bogor untuk sektor unggulan masih sangat kurang (tidak ada
sektor unggulan tanaman bahan makanan masih perlu didukung oleh anggaran
pembangunan yang besar agar sektor tersebut bisa semakin berkembang sehingga
Bogor.
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, baik secara total maupun per sektor.
Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator
diupayakan untuk menggali potensi yang ada, agar dapat memacu pertumbuhan
Berdasarkan data dan informasi yang terkandung dalam PDRB, maka dapat
dengan mengacu pada perekonomian daerah yang lebih tinggi. Hasil analisis akan
menunjukkan posisi sektor dalam PDRB yang diklasifikasikan atas sektor maju
dan tumbuh pesat, sektor potensial atau masih dapat berkembang, sektor relative
tertinggal, dan sektor maju tapi tertekan. Berdasarkan klasifikasi ini dapat
dalam dua sektor, yaitu sektor basis dan non basis. Analisis ini diperlukan untuk
mengidentifikasi kegiatan ekonomi daerah yang bersifat ekspor dan non ekspor
dan mengetahui laju pertumbuhan sektor basis dari tahun ke tahun. Pertumbuhan
pembangunan daerah. Barang dan jasa dari sektor basis yang di ekspor akan
sektor basis, tetapi juga akan meningkatkan permintaan terhadap sektor non basis
Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor pada
Pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat meningkat, bila ada satu atau beberapa sector
ekonomi yang berkembang lebih cepat dari pada sektor-sektor lain. Dengan
demikian, sektor yang mempunyai perkembangan lebih cepat dari sektor lain akan
Sektor unggulan yang dimiliki suatu daerah akan memberikan pengaruh yang
Konsep pemikiran yang dijadikan dasar dalam penelitian ini dijelaskan dalam
Gambar 2.1.
Perekonomian Wilayah
Penentuan Sektor
Unggulan
Pengembangan
Wil h
Komoditi Unggulan